You are on page 1of 60
it, b) Untuk bagian Rawat Jalan dan IGD : petugas radiologi menyampaikan kepada perawat Rawat Jalan dan IGD tentang penundean pelayanan radiologi {sebutkan alasan dan kapen dapat melayani pemeriksaan radiologi tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut, ©) Untuk pasien rawat inap (termasuk pasien di bagian kusus, Bagian Perawatan ‘Anestesi) : petugas radiologi menginformasikan kepada perawat ruangan rawat ‘nap tentang penundaan pelayanan radiologi (sebutkan aiasan dan kapan dapat melayani pemeriksean radiologi tersebut) dan permobouan meaf atas ketidaknyamanan tersebut, 4) Sarankan untuk sabar menunggu. Jika pemundaan tersebut membutubkan waktu yang lama sebingga RS Citra Sari Husada belum dapat melayani pemeriksaan radiologi tertentu, maka dilakukan koordinasi dengan bagian/unit terkait: bagian Unit Khusus, Pemasaran, bagian Rekam Medis,bagian Rawat Jalan, bagian Rawat Inap, IGD melalui surat edaran 4) _Jika dikarenakan masala logistik : 1) Untuk pasien yang sudah datang di bagian Radiologi: petugas radiologi ‘menyampaikan kepada pasien dan keluarga pasien tentang penundaan pelayanan radiologi (sebutkan alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan radiologi tersebut) dan permohonan maf atas ketidaknyamanan tersebut. fi) Untuk bagian Rawat Jalan dan IGD : petugas radiologi menyampaikan kepada perawat bagian Rawat Jalan dan IGD tentang penundaan pelayanan radiologi (sebutkan alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan ‘adiologi tersebut) dan permohonan maef atas ketidaknyamanan tersebut. ‘i) Untuk pasion rawat inap (termasuk pasien di bagian pelayanan khusus, Unit Perawatan Anestesi) : petugas radiologi menginformasikan kepada Perawat ruangan rawat inap tentang penundaan pelayanan radiologi (Sebutkan atasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan radiologi ‘ersebut) dan parmobonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. iv) Jika pemeriksaan radiologi tersebut sangat dibutuhkan oleh pasien, maka pasien dirujuk ke rumah sakit Iain yang mempunyai fasilitas pemeriksaan radiologi tersebut. ¥V) _Jika pelayanan radiologi terscbut dapat terlayani Kembali, maka dilakukan koordinasi dengan bagian/unit terkat, 4) Jika dikarenakan alat pemeriksaan radiologi mendadak error atau dalam kondisi perbaikan make pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang ‘mempunyai fasilitas pemeriksaan radiologi tersebut >) Pasien dan keluarga pasien diinformasikan bahwa pemeriksaan radiologi akan diryjuk ke rumah sakit Jain dikarenakan fesiitas pemeriksaan radiologi yang dimaksud dalam kondisi perbaikan, Jika pelayanan radiologi tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan ‘koordinasi dengan bagian/unit terkait. (b) Tika pemeriksaan radiologi tersebut belum tersedia di RS Citra Sari Husada, ‘maka pasien dirujuk ke rumah sakit Iain yang mempunyai fasilitas pemeriksaan radiologi tersebut Pasien dan keluarga pasien diinformasikan bahwa pemeriksaan radiologi akan diryjuk ke rumah sakit lain dikarenakan fasilitas pemeriksaan radiologi yang ddimaksud betum tersedia di RS Citra Sari Husada. Jika pelayanan radiologi tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan koordinasi dengan bagiam/unit terkait. ‘TATALAKSANA PENUNDAAN PELAYANAN LABORATORIUM Penundaan pelayanan laboratorium ini metiputi Laboratorium Klinik, rujukan Patologi ‘Anatomi dan pelayanan Darah: a. Penundaan hasil laboratorium klinik dapat disebabkan i. Waktu tunggu antrian pengambilan sample darah pada pasien rawat jalan melebihi batas waktu yang seharusnya disebabkan karena antrian pasion dalam kondisi ramai, Persyaratan administrasi yang tidak lengkap, kesulitan dalam pengambilan darah ji, Hasil pemeriksaan laboratorium Klinik tidak sesuai dengan yang seharusnya ( seharusnya hasil permintaan cito 1 jam, rawat jalan dan rawet inap sesuai tum around time , IGD I jam ) penundaan tersebut dapat disebabkan kama adanya pengulangan pemeriksaan (adanya Kesalahan pre-analitik, analitik, post-analitik) control dan kalibrasi yang tidak masuk, tidak semua parameter pemeriksaan laborat kondisinya ready , tidak setiap alat bisa melakukan semua parameter pemeriksaan lab, Dokter 61 Spesialis patologi Klinik sedang tidak ada ditempat /terlambat hadir , pongiriman hasit patologi anatomi datang terlambat , sample pemeriksaan banyak . iii, Pasien belum dapat terlayani, misal : dikarenakan alat laboratorium mendadak error atau dalam kondisi perbaiken, logistik (masalah reagen dan alkes), Komputer error , listrik mati, pemeriksan Jaboratorium tertentu belum tersedia RS Citra Sari Husada. , Penundaan hasil laboratorium Patologi Anatomi ( PA) i, Hasil pemeriksaan laboratorium PA belum selesai ( melebihi batas waktu yang sudah ditentukan, seharusnya selesai dalam waktu 7 hari kerja ) hal ini disebabkan karena adanya pengulangan pemeriksaan , formulir permintaan pemeriksaan tidak lengkap atau tidak jelas yang menyebabkan pengiriman hasil terlambat, c. Penundaan pelayanan laboratorium Jika penundaan tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama, maka : 1) Untuk pasion yang sudah datang di bagian Laboratorium ; potugas laboratorium ‘meayampaikan kepada pasien dan Kelurga pasien tentang peaundaan pelayanan Jaboratorium (sebutkan alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan laboratorium tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. ff) Untuk bagian Rawat Jalan dan IGP : petugas laboratorium menyampaikan kepada perawat Rawat Jalan dan IGD tentang penundaan pelayanan laboratorium (sebutkan alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan taboratorium tersebut) dan permohonan. ‘maaf atas ketidakmyamanan tersebut. iif) Untuk pasien rawat inap (termasuk pasien di Unit Khusus, Unit Perawatan Anestesi) ppetugas Laboratorium menginformasikan kepada perawat ruangen rawat inap tentang, peoundean pelayanan Iaboratorium (sebutkan alasan kapan dapat’ melayani Pemeriksaan laboratorium tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut, iv) Sarankan untuk sabar menunggu. Jika penundaan tersebut membutubkan waktu yang lama sehingea RS Citra Sari Husada belum dapet melayeni pemeriksaan laboratorium tertentu, maka dilakukan koordinasi dengan bagiar/unit terkait : Yanmed, Pemasaran, Rekam medis, Rawat jalan, Rawat inap, IGD_ 8) _Jika dikarenakan masalah logistik (a) Untuk pasien yang sudah datang di bagian Laboratorium: petugas laboratorium menyampaikan kepada pasien dan keluarga pasien tentang ez Penundaan pelayanan laboratorium (sebutkan alasan kapan dapat melayani Pemerikssan laboratorium tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. (b) Untuk bagian Rawat Jalan dan IGD : petugas laboratorium menyampaikan kepada perawat Rawat Jalan dan IGD tentang penundaan pelayanan laboratorium (sebutkan alasan kapan dapat melayani _pemeriksaan Jaboratorium tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. (C) Untuk pasien rawat inap (termasuk pasien di unit khusus, Unit Perawatan ‘Anestesi) : petugas laboratorium menginformasiken kepada perawat ruangan rawat inap tentang penundean pelayonan laboratorium (sebutkan alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaen laboratorium tersebut) dan permohonan tnaaf atas ketidaknyamanan tersebut, (@) Jika pemeriksaan laboratorium tersebut sangat dibutuhkan oleh pasien, maka pasion dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas pemeriksaan Jaboratorium tersebut, () Jika petayanan laboratorium tersebut dapat tetlayani kembali, maka dilakukan koordinasi dengan bagian/anit teiait. (f) Jika dikerenakan alat pemeriksaan laboratorium mendadak error atau dalam Kondisi perbaikan maka pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas pemeriksaan laboratorium tersebut. Pasien dan keluarga pasien diinformasikan bahwa pemeriksaan laboratorium akan diryjuk ke rumah sakit lain dikarenakan fasilitas pemeriksaan laboratorium yang dimaksud dalam kondisi perbaikan, {8) Jika pelayanan taboratorium tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan koordinasi dengan bagiav/unit terkait. ** Jike pemeriksaan laboratorium tersebut belum tersedia di RS Citra Sari Husada maka pasien dirajuk ke rumah sakit Jain yang mempunyai fasilitas pemeriksaan laboratorium tersebut. Pasien dan keluarga pasien diinformasikan bahwa pemeriksaan Jaboratorium akan diryjuk ke rumah sakit lain dikarenakan fasilitas pemeriksaan laboratorium yang dimaksud belum tersedia di Rs Citra Sari Husada, Jikapelayanan laboraforium tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan koordinasi dengan bagian/unit terkait. ‘TATALAKSANA PENUNDAAN PELAYANAN FARMASI 4. Penundaan pelayanan Farmasi, dapat disebabkan : i, Waktu tunggu terlayani melebihi batas waktu tunggu, misal: dikarenakan antrian pasien dalam kondisi ramai. fi, Penyerahan obat jadi maupun racikan melebihi batas waktu tunggu, misal: ) Ronng Tulip: kamar kelas 3, 4) Ruang Anggrek: ruang rawat bedat, Lantai 2 untuk perawatan pasien, yang terdiri dari: a) Ruang Flamboyan: ruang rawat anak. >) Ruang Bougenvil : ruang rawat Kelas 1 dan VIP ©) Ruang Mawar: ruang rawat kebidanan @) Kamar Kelas 1 b) Kamar Kelas 2 ©) Kamar Kelas 3 4) Ruang Melati: ruang rawat anak. ©) Perinatotogi Lantai 3 untuk perawatan pasien yang terdiri dari: a) Ruang Condana: VVIP Dan President Suite. b) Ruang rawat ICU. ©) Ruang rawat Kenangs: kamar kelas 1 dan 2 b. Pengalokasian kamar dikendalikan oleh bagian pendaftaran, terkecuali pasien dengan ‘kebutuhan Ruang isolasi atau palayanan intensive setelah dikaji /assessment oich dokter. c. Jika Kelas kamar yang diminta tidak ada akan ditawarkan Kelas yang tersedia. Jika pasien ‘etap menolak, permintasn pasien akan disampaikan kepada Manajemen untuk ditindak Janjuti. Pasien yang sudah tidak ada indikasi rawat disegerakan untuk dipulangkan dati RS untuk berobat Jalan 4. Box neonatus yaitu, neonatus dengan ibu Kelas 3, maka tarif kamar bayi yang berlaku ‘adalah kamar bayi kelas 3 tapi jika ibu dirawat di kelas 2, kelas 1, VIP dan Suite maka tarif kamar bay disesuaikan dengan kamar ibu. © Pasien dengan suspek atau penyakit menular: Di dalam kebijakan rumah sakit, pasien yang diketahui atau diperkirakan dengan penyakit menular harus (ketika dalam prakteknya) dirawat di satu ruangan dengan tanda isolasi Romab Sakit Citra Sari Husada berusaha mengurangi kendala fisik, bakasa dan budaya serta enghalang lainnya dalam memberikan pelayanan dengan cara: 4. Pimpinan dan staf rumah sakit mengidentifikasi hambatan yang ada dipopulasi asiennya, 72 b. Ada prosedur untuk mengatasi atau membatasi hambatan pada waktu pasien mencari pelayanan, ©. Ada prosedur untok mengurangi dampak dari hambatan dalam memberikan pelayanen. BABIV KONTINUITAS PELAYAN MANAGER PELAYANAN PASIEN. Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien (MPP) adalah sebagai berikut: L 2 Penetapan dan Pengangkatan MPP oleh Direktur ‘Uraian tugas seorang Manajer Pelayanan pasien sebagai berikut: 4. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan asuhan pasien, b, Mengoptimalkan terlaksananya pelayanan berfokus pada pasien. ©. Mengoptimalkan proses reimbursemen; dan dengan fungsi sebagai berikut; © Asesmen untuk untuk MnPP; + Porencanaan untuk MaPP; * Komunikasi dan Koordinasi; + Edukasi dan Advokasi; dan * Kendali mutu dan biaya pelayanan pasien. 4. Melakukan Asesmen manajemen pelayanan pasien, berdasarkan pasien yang meliputi: + Risiko tinggi, * Biaya tinggi ‘+ Poteasi komplain tinggi, = Kasus dengan penyakit kronis, © Kasus komplek/rumit © Kemungkinan sistem pembiayaan yang komplek, €. Perencanaan manajemen pelayanan pasien tersebut, berkolaboresi dengan DPJP serta para anggota Tim klinis lainaya, yang mencerminkan kelayakan / kepatutan dan efektivitas-biaya/ kendali mutu dan biaya dari pelayanan pengobatan medis dan idinis B £ Melakukan fasilitasi yang mencakup interaksi antara MPP dan DPJP sorta para anggota tim Klinis lainnye, berbagai unit pelayanan, pelayanan administasi, perwakilan pembayar. Fasilitasi untuk koordinasi, komunikasi dan kolaborasi antara pasien dan pemangku kepentingen, serta menjaga kontinuitas pelayanan. 8 Memfasititasi untuk kemungkinan pembebasan dari hambatan yang tidak ‘mempengeruhi kinerja/hasil h, Memfasilitasi dan memberikan edukasi dan advokasi agar pasien memperoleh pelayanan yang optimal sesuai dengan sistem pembiayaan dan kemampuan finansial i Mengoptimalken pengendalian mutu dan biaya pelayanan pasien; DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN. a DPIP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) : adalah seorang dokter, sesuai dengan ‘kewenangan Klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuban medis lengkap (paket) kepada satu pasien dengan satu patologi/penyakit, dari awal sampai dengan akhir perawatan di Rumah Sakit, baik pada pelayanan Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Inap. Asuhan medis lengkap artinya melakukan asesmen medis sampai dengan ‘mplementasi rencana sevta tindak lanjutnya sesuai kebutuhan pasien, b. Pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih deri satu DPIP sesuai kewenangan klinisaya, dalam pola asuban secara tim atau terintegrasi. Contoh : pasien dengan Diabetes Mellitus, Katarak dan Stroke, dikelola olch lebih dari satu DPIP : Dokter Spesialis Peayakit Dalam, Dokter Spesialis Mata dan Dokter Spesialis Saraf. & DPIP Utama: bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan medis tsb dilaknikan secara terintegrasi dan secara tim diketuai ofeh seorang DPJP Utama, Peran DPIP Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuban medis bagi pasien yang bersangkutan (*Ketua Tim"), dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis Komprehensif - terpadu - efektif, demi kesetamatan pasien melalui komunikasi efektif dengan membangun sinergisme dan mencegah duplikasi 4 Dokter yang memberikan pelayanan interpretatif, misalnya membcrikan uraian/data tentang hasi) laboratorium atau radiologi, tidak dipakai istilah DPJP, karena tidak ‘momberikan asuhan medis yang lengkap. @ Asuban pasien (patient care} diberikan dengan pola Pelayanan Berfokus pada Pasien (Patient Centered Care), dan DPJP merupakan Ketua (Team Leader} dari tim yang 4 terdiri dari para professional pemberi asuhan pasiew/staf Klinis dengan kompetensi dan ‘kewenangan yang memadai, yang a.l. terdiri dari dokter, perawat, abli gizi, apoteker, fisioterapis dsb. {. Manajer Pelayanan Pasien : adalah professional di Rumah Sakit yang melaksanakan manajemen pelayanan pasien, yaitu proses kolaboratif mengenai asesmen, perencanaan, fusilitasi, koordinasi asuhan, evaluasi dan advokasi untuk opsi dan pelayanan bagi pemenuban kebutuhan pasien dan keluarganya yang komprehensif, metalui komunikasi dan sumber daya yang tersedia schingga memberi hasil (outcome) yang bermutu dengan biaya - ofektif, PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT, Dalam UU 44/2009 pasal 5 huruf b, dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit adalah polayanan keschatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis Pada penjelasan pasal 5 huruf b, disebutkan: yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan Paripurna tingkat kedua adalah upaya Kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan twendayagunakan pengetahuan dan teknologi Kesehatan spesialistik. Yang dimaksud dengan pelayanan Kesehatan paripuma tingkat ketiga adalah upaya keschatan perorangan tingkat Janjut dengan mendayagunakan pengetahuan dan teknologi Kesehatan sub spesialistik. Dengan demikian asuhan medis kepada pasien diberikan oleh dokter spesialis. PELAYANAN BERFOKUS PADA PASIEN (PATIENT CENTERED CARE), Asuhan pasien dalam standar akreditasi Rumah Sakit versi 2012 harus dilaksanaken berdasarkan pola Pelayanan Berfokus pada Pasien (Patient Centered Care), asuban diberikan berbasis kebutuhan pelayanan pasien. Pasien adalah pusat pelayanan, dan Profesional Pemberi Asuban (PRA) diposisikan mengelilingi pasien, PPA adalah tenaga keschatan yang secara langsung memberikan asuban kepada pasien, al. dokter, perawat, bidan, ahli gizi, apoteker, fisioterapis, analis, radiographer dsb, dengan kompetensi yang memadai, sama pentingnya pada Kontribusi profesinya, masing-masing menjalankan tugas mandiri, Kolaboratif dan delegatif. PPA memberikan asuhan yang terintegrasi dalam satu kesatuan sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional. 7s DPIP dalam Tim adalah sebagai ketua tim atau pemimpin klinis (Clirical leader), melakukan koordinasi, sintesis, review dan mengintegrasikan asuhan pasien, PPA melaksanakan asuhan pasien dalam 2 proses, Asesmen pasien dan Implementasi rencana termasuk monitoring. Asesmen pasien terdiri dar 3 langkah a. Pengumpulan Informasi, a.l. anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan Jain/penunjang, dsb b, Analisis informasi, menghasitkan kesimpulan a. masalah, kondisi, diagnosis, untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasien C. Menyusun rencana pelayanan/Care Plan, untuk memenuhi kebutuhan pelayanan pasien Implementasi rencana serta monitoring adalah pemberian pelayanannya, Pencatatannya dilakukan dengan metode SOAP pada Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi Model Patient Centered C! ASUHAN MEDIS Asuhan medis di Rumah Sakit diberikan oleh dokter spesialis, disebut sebagai DPIP. Di univinstalasi gawat darurat dokter jaga yang bersertifikat kegawat-daruratan, a, ATLS, ACLS, PPGD, menjadi DPJP pada saat asuban awal pasien gawat-darurat. Saat pasien dikonsul/rujuk ke dokter spesialis dan memberikan asuhan medis, maka dokter spesialis tsb menjadi DPJP pasien tsb menggantikan DPJP sebelumnya, yaitu dokter jaga IGD tsb diatas, 6 Pemberian asuhan medis di Rumah Sakit agar mengacu kepada Buku Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik di Indonesia (Kep Konsil No. 18/KKI/KEP/IX/2006). Penerapan panduan ini selain menjaga mut asuhan dan keselamatan pasicn, juga dapat menghindari pelanggaran disiplin. Asas, Dasar, Kaidah dan Tujuan Praktik Kedokteran di Indonesia intinya adalah sbb : a. Asas : nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta perlindungan ddan keselamatan pasien b. Kaidah dasar moral : i, Menghormati martabat manusia (respect for person), ii, Berbuat baik (beneficence); iii, Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence), iv.Keadilan (justice). e Tujvan: i. -memberikan perlindungan kepada pasien; fi, _mempertahankan dan meningkatken mutu pelayanan medic; ‘memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter, dan dokter gigi. Tumpuan dasar kompetensi dokter mengacu kepada Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKD1) (Perkonsil No. 11 Tahun 2012 tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia) yang adalah : i, Profesionalitas yang Lubur, fi, Mawas Diri dan Pengetnbangan Diri. /. Pengelolaan Informasi; ¥. Landasan Ilmiah mu Kedokteran; vi. Keterampilan Klinis; vii. Pengelolaan Masalah Kesehatan KEWENANGAN KLINIS DAN EVALUASI KINERJA, & Setiap dokter yang bekerja di rumah sakit yang melakukan asuban medis, termasuk ppelayanan interpretati (a1, DrSp PK, DrSp PA, DrSp Rad dsb), harus memiliki SK dari Direktur/Kepala Rumah Sakit berupa Surat Penugasan KlinisySPK (Clinical ppointment), dengan lampiran Rincian Kewenangan Klinis/RKK (Clinica! Privilege). ” Penerbitan SPK dan RKK tsb harus melalui proses kredensial dan rokredensial yang mengacu kepada Permenkes 755/2011 tentang penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit. b. Regulasi tentang evaluasi kinerja profesional DPJP ditetapkan Direktur dengan mengacu ke Permenkes 755/201] tentang ponyelenggaraan Komito Medik di Rumah Sakit dan Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012, khususnya Bab KPS (Kualifikasi dan Pendidikan Staf). PENUNJUKAN DPJP DAN PENGELOMPOKAN STAF MEDIS. a. Regulasi tentang penunjukan seorang DPIP untuk mengelola seorang pasien, pergantian DP)P, selesainya DPJP karena asuhan medisnya telah tuntas, ditetapkan Direktur Rumah Sakit, Penunjukan seorang DPJP dapat al. berdasarkan permintaan pasien, jadwal praktek, jadwal jaga, konsul/rujukan langsung. Pergantian DPIP perlu peagaturan rinci tentang alih tanggung jawabnya. Tidak dibenarkan pergantian DPJP yang rutin, contol: pasien A ditangani setiap minggu dengan pola hati Senin oleh DrSp PD X, hari Rabu DrSp PD Y, hari Sabu DrSp PD Z ; karena hal tersebut akan mengakibatkan tidak adanya kontinuitas pelayanan. b. Regulasi tentang pelaksanzan asuhan medis oleh lebih dari satu DPJP dan penunjukan DPIP Utama, tugas dan kewenangannya ditetapkan Direlaur Rumah Sakit. ¢. Kriteria penunjukan DPJP Utama untuk seorang pasien dapet digunakan butir-butir sbb |. PSP Utama dapat merupakan DPIP yang pertama kali mengelota pasien pada awal perawatan, il, DPIP Utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien dengan penyakit dalam Kondisi(relatif) terparah. PIP Utama dapat diteatukan melalui kesepakatan antar para DPJP terkait. iv. DPIP Utama dapat merupakan pilihan dari pasien. ¥. Pada pelayanan Instalasi Rawat Intensive [CU maka DPJP Utama adatah Intensivis 4. Pengaturan tentang pengelompokan Staf Medis ditetapkan/diorganisir oleh Direktur sesuai kebutuhan, Pengelompokan dapat dilakukan al, dengan kategori per di (Kelompok Staf Medis Bedah, Penyakit Dalam, Radiologi, Mata dsb), kategori penyakit (Kelompok Kerja/Tim Kanker Payudara, Kanker Cerviks, dsb), kategori organ (Kelompok Kerja/Tim Serebrovaskuler, Kardiovaskuler, Digestif, dsb), 78 ‘TATA LAKSANA DPJP. , Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di Rumah Sakit baik rawat jalan maupun rawat inap harus memiliki DPJP b. Pada unitinstalasi gawat darurat, dokter jaga menjadi DPIP pada pemberian asuhan ‘modis awal/penanganan kegawat-daruratan. Kemudian selanjuinya saat dilakukan Konsultasi/rujuk ditempat (on side) atau konsultasi lisan kepada dokter spesialis, dan dokter spesialis tsb memberikan asuhan medis (termasuk instruksi secara lisan) maka Gokver spesialis tsb telah menjadi DPJP pasien ybs, schingga saat itulah DPIP telah berganti dari dokter jaga [GD kepada dokter spesialis tsb. . Apabila pasien mendapat asuhan medis lebih dari satu DPJP, maka harus ditunjuk DPJP ‘Utama yang berasal dari para DPJP pasien terkait. Kesemua DPJP tsb bekerja secara tim dalam tugas mandiri maupun Kolaboratif, berinteraksi dan berkoordinasi (dibedakan dengan bekerja sondiri-sendiri) 4. Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis bagi pasien ybs (sebagai "“Ketua Tim"), dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis Komprebensif - terpadu - efektif, demi keselamatan pasien melalui komunikasi yang efektif dan membangun sinergisme dengan mendorong pettyesuaian pendapat (edjustment) antar anggota, mengarahkan agar tindakan masing-masing DPJP bersifat kontributif (bukan intervensi), dan juga mencegah duplikasi €. Tim membuat keputusan melalui DPJP Utama, termasuk keinginan DPJP ‘mengkonsultasikan ke dokter spesialis lain agar dikoordinasikan melalui DPJP Utama Kepatuhan DPJP terhadap jadwal kegiatan dan ketepatan waktu misainya a.), kehadiran atau menjanjikan waktu kehadiran, adalah sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan pasien serta untuk kepentingan koordinasi sehar-hari £ Dibawah koordinasi DPJP Utama, sekurang - kurangnya ada rapat Tim yang melibatkan semua DPJP ybs sesuai kebutuhan pasien; rumah sakit diharapkan menyediakan ruangan ‘untuk rapat Tim di tempat-tempat pelayanan, misalnya di Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Inap ICU, Instalasi Gawat Darurat, dil, DPJP Utama juga bertugas untuk ‘menghimpun komunikasi/data tentang pasien . & Setiap penunjukan DPJP harus diberitahy kepada pasien dan/keluarga, dan pasien dankeluarga dapat menyetujuinya ataupun sebaliknya Rumah sakit berwenang ‘mengubah DPSP bila terjadi pelanggaran prosedur. 9 . Koordinasi dan tansfor informasi antar DPJP ditakukan secara lisan dan tertulis sesuai kebutuban. Bila ada pergantian DPJP pencatatan di rekam medis harus jelas tentang alih tanggung jawabaya. Harap digunakan Formulir Daftar DPJP (Contoh Formulir Daftar DPIP terlampir), i. Pada unit pelayanan intensif DPJP Utama adalah dokter intensifis, Koordinasi dan tingkatan keikut-sertazn para DPSP terkait, tergantung kepada sistem yang ditetapkan dalam kebijakan Rumah Sakit misalnya sistem terbuka/tertutup/semi terbuka. Bila rumah sakit memakai sistem terbuka, gunakan kriteria tersebut diatas (lihat Bab VIII) Pada kamar operasi DPJP Bedah adalah ketua dalam seluruh kegiatan pada saat di kamar operasi tersebut. Pada keadaan khusus misainya seperti konsul saat diatas meja operasi/sedang dioperasi, dokter yang dirujuk tersebut melakukan tindakan/memberikan instruksi, maka otomatis ‘menjadi DPIP juga bagi pasien tersebut Dalam pelaksanaan pelayanan dan asuhan pasien, bila DPJP dibanta oleh dokter Iain (a1 dokter ruangan, residen) dimana yang bersangkutan boleh menulis‘mencatat di rekam medis, maka tanggumg jawab adalah tetap ada pada DPJP, schingea DPJP yang dersangkutan harus momberikan supervisi, dan melakukan validasi berupa pemberian Paraf/tandatangan pada setiap catetan kegiatan tersebut di rekam meds. . Asuban pasien dilaksanakan oleh para professional pemberi asuhan yang bekerja secara tim ("Tim Interdisiplin”) sesuai konsep Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient Centered Care), DPIP sebagai ketua tim (Team Leader) harus proalcif melakukan koordinasi dan ‘mengintegrasikan asuban pasien, serta berkomunikasi intensif dan efektif dalam tim. Termasuk dalam kegiatan ini adalah perencanaan pulang (discharge plan) yang dapat dilakukan pada awal masuk rawat inap atau pada akhir rawat inap (Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012, Bab APK - Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan dan Bab AP - Asesmen Pasien). . PIP herus aktif dan intensif dalam pemberian edukasi/informasi kepada pasien dan keluarganya, Gunakan dan kembangkan tehnik komunikasi yang berempati. Komunikasi ‘merupakan elemen yang penting dalam kontcks Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient Centered Care), selnin juga merupakan kompetensi dokter dalam area kompetensi ke 3 (Standar Kompetensi Dokter Indonesia, KKI 2012; Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik di indonesia, KKI 2006). ©. Pendokumentasian yang dilakukan oleh DPJP di rekam medis harus meneantumkan nama dan paraftandatangan. Pendokumentasian tersebut dilekukan a.l. di form asesmen awal ‘medis, catatan perkembangan pasien terintegrasi/CPPT (Integrared! note), form asesmen pra anestesi/sedasi, instruksi pasea bedah, form edukasi/informasi ke pasien dan sebagainya. Termasuk juga pendokumentasian keputusan hasil pembahasan tim medis, hasil ronde bersama multi kelompok staf medis/departemen, dan sebagainya, (contoh Formulir Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi dan contoh Formulir Perintah Lisan terlampir), (oo Coteree poner ey P. Pada kasus tertentu DPJP sebagai ketua tim dari para professional pemberi asuhan bekerjasama erat dengan Manajer Pelayanan Pasien (Hospital Case Manager), sesuai dengan Panduan Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien (dari KARS, edisi I 2013), agar terjaga kontinuitas pelayanan baik waktu rawat inap, rencana pemulangan, tindak lanjut aasuhan mandiri dirumah, kontrol dsb. 4. Pada setiap rekam medis harus ada pencatatan (kumulatif, bila lebih dari satu) tentang DPJP, dalam = bentuk satu formulir yang diisi secara periodik —sesuai kebutuhar/penambahan/pengurangan/penggantian, yaitu nama dan gelar setiap DPIP, tanggal mulai dan akhir penanganan pasien, DPJP Utama nama dan gelar, tangeal mulai al dan akhir sebagai DPJP Utama. Daftar ini bukan berfungsi sebagai daftar hadir. (Formulir Daftar DPJP, teriampir). +. Rumah sakit yang terletak jauh dari kota besar, atau di dacrah terpencil, penetapan kebijakan tentang asuhan medis yang sifwmya khusus agar dikonsultasikan dengan pemangku kepentingan al, Komite Medis, Fakultas Kedokteran ybs bagi residen, Organisasi Profesi, IDI, Dinas Kesehatan, Badan Pengawas Rumah Sakit Propinsi, Kolegium dan sebagainya. s. Keterkaitan DPJP dengan Panduan Praktek Klinis/Alur Perjalanan Klinis/Clinical Pathway, setiap DPJP bertangguag jawab mengupayakan proses asuhan pasien (baik asuhan medis maupun asuhan keperawatan atau asuhan lainnya) yang diberikan kepada asien patuh pada Panduan Praktek Klinis/Alur Perjalanan Klinis/Clinical Pathway yang ‘telah ditetapkan oleh Rumah Sakit, Tingkat kepatuhan pada Panduan Praktek Klinis/Alur Porjalanan Klinis/Clinical Patsway ini akan menjadi objek Audit Klinis dan Audit Medis, . Apabila dokter tidak mematuhi Alur Perjalanan Klinis/Clinical Pathway/anduan Praktek Klinik maka harus memberi penjelasan tertulis dan dicatat di rekam medis. SUPERVISI. Pada proses asuhan medis dimana dilaksanakan oleh DPJP yang dibantu oleh Dokter Ruangan (DR) dsb, maka diperlukan supervisi klinis medis untuk melaksanakan ‘monitoring dan evaluasi terhadap asuhan pelayanan Klinis yang dilaksanakan. Supervisi sangat diperlukan untuk memastikan asuhan pasien aman dan metastikan bahwa koordinasi dan kerjasama tim yang baik adalah pengalaman belajar bagi para profesional Pemberi asuban, bahwa pelayanan telah diberikan dengan cara yang efektif, dan juga untuk kepastian hukwm bagi pemegang kewenangan klinisanya, . Dipertukan tingkat pengawasan yang konsisten dengan tingkat pelatihan dan tingkat Kompetensi para staf medis yang membanta asuhan medis . c. Seluruh staf medis yang terlibat dalam asuhan medis memabami proses supervisi klinis: siapa supervisor dan frekuensi supervisinya termasuk ponandatanganan hazian dari semua ‘atatan dan perintah, penandatanganan reacana asuhan dan kemajuan catatan harian, atau ‘membuat entri terpisah dalam catatan pesien. Demikian juga, jelas tentang bagaimana bukti pengawasan yang didokumentasikan, termasuk frekuensi dan lokasi dokumentasi 4. Rumah Sakit memiliki prosedur mengidentifikasi dan memonitor keseragaman proses supervisi klinis, monitoring dan evaluasi pelayanan asuhan ktinis. Apabila supervisi ktini tidak dilaksanakan dengan baik maka akan menimbulkan potensi untuk terjadinya kejadian yang tidek diharapkan pada Rumah Sakit, Supervisi dan umpan balik yang dihasilken penting untuk mengekuisisi dan mengembangkan keterampilan klinis dan profesionalisme seluruh staf medis yang terlibat dalam asuban medis, Supervisi dilakukan secara bertabap meningkatkan otoritas dan kemandirian, pengawasan dan umpan balik . Supervisi yang berlebihan dapat menghambat perkembangan para staf untuk menjadi praktisi yang kompeten dalam disiplin mereka, ._ Rumah Sakit harus menetapkan kebijakan tentang tingkatan supervisi masing-masing staf medis non DPIP, ‘Tingkatan Supervisi bagi PPDS dan DR : Bila DPJP berhalangan hadir maka dapat dilakukan pendelegasian sememtara wewenang Klinis DPJP kepada dokter umum bils dokter yang bersangkutan berhalangan hadir untuk molakukan visie di ruangan, BABY TRANSFER PASIEN A. PENGATURAN TRANSFER 1. Yang bertugas sebagai tim sranyfer di Rumah Sakit Citra Sari Husada adatah perawat ‘tau dokter serta supir ambulans, 2. Perawat dan dolter adalah tenaga yang kompeten yang telah mendapatkan pelatihan BTCLS (Basic Trauma Cardiac Life Support) 3. Tim sransfer bersama DRIP berwenang memutuskan mnctode transfer yang diperlukan sesuai kondisi pasien, Berikut ini adatah metode transfer yang ada di Rumah Sakit Citra Sari Husada: a. Layanan antar jemput pasien. Merupaken Jayanan untuk pasien Rumah Sakit Citra Sari Husads dengan tim sransfer, dimnana tim tersebut akan menjemput pasien baik dari rumah atau rumah ssakit lain untuk dibawa ke Rumah Sakit Citra Sari Husada, b. Tim sransfer loka Rumah Sakit Citra Sari Husada memiliki tim tranyfér sendiri untuk mengirimkan pasien ke rumah sakit lain, B. KEPUTUSAN MELAKUKAN TRANSFER 1. Keputusan untuk melakuken sansfer intra rumah sakit dilakukan melalui tahapan assessment, komunikasi, dokumentasi, pemantauan, penatalaksanaan, serah terima pasien ke rumah sakit rujukan, 2. Keputusan untuk melakukan sransfer melibatkan DPJP dengen pertimbangan yang matang. 3, Dokumentasi pengambilan Keputusan harus mencantumkan” Nama dokter yang ‘mengambil keputusan, tanggal dan waktu pengambilan keputusan serta alasan yang, ‘mendasari 4. Alasan meniransfer pasien keluar Rumah Sakit Citra Sari Husada, yaitu: 4. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesialistik lebih lanjut sesuai kebutuhan pasien yang tidak dapat dipenuhi Rumah Sakit Citra Sari Husada, . Transfer antar roma sakit untuk alasan noa-medis seperti ruangan penuh, fasilitas kurang mendulung, asuransi pasien tidak bekerja sama dengan Rumah Sakit Citra Sari Husada, 3. Melakukan informed consem kepada pasien danatau Keluarge tentang alasan ‘melalaikan transfer. 6, Sebelum melakukan ‘ransfer, anggota tim éransfer menghubungi rumah sakit yang ddiraju untuk memastikan rumah sakit tersebut memiliki fasititas yang dibutunkan oleh pasien. 7, Proses pengaturan transfer dicatat dalam rekam medis pasien yang akan dirujuk. STABILISASI SEBELUM TRANSFER. 1. Transfer banya dapat dilakcukan atas persetujuan dokter penanggungjawab bila kondisi pasica dalam keadaan stabil dan layak untuk di sansfer (‘ransportable). 2. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer: a, Pastikan babwa pasien layak untuk ditransfer (bemodinamik stabil), b, Amankan jalan nafas. . Jika terpasang akses vena pastikan lancer. 4. Pasang catheter urine dan NGT bila dipertukan. ¢. Pemberian terapi atau tata laksana tidak boteh ditunda saat menunggu pelaksanaan sransfer. £ Selunuh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh tim ransyr. & Gunakan daftar persiapan sransfer pasien untuk memastikan bahwa semua persiapan yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang terlewat. PRENDAMPINGAN PASIEN SELAMA TRANSFER. 1. Pasien dengan sakit bera/iitis harus didampingi oleh minimal 1 (satu) tenaga kesehatan, 2. Kebutuhan akan tenaga medis atau petugas yang mendampingi pasien bergantung pada kondisi atau situasi klinis dari tiap kasus. 3. Sebelum melakukan srangfer, petugas yang mendampingi harus mengerti tentang Kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan prosedur transfer. 4. Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerluken pendampingan dokter selama proses ranger, 85, &. Pasion yang atas dasar assessment DPJP tidak memerlukan pendampingan otch dokter_ b, Pasien yang tidak mengguaakan ventilator, ¢. Pasien dengan perintah DNR (Do Not Resuscitate). 4. Pasien dengan kondisi stabil yang dirujuk untuk pemeriksaan penunjang, 3. Berikut ini adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan drangfer berdasarkan tingkatiderajad kebutuhan pasien krtis: a, Dersjat 0 Pasion yang dapat terpenuhi kebutubtannya dengan rawat inap biasa di Rumah Sakit Citra Sari Hiusada dan bertyjuan untuk melakukan pemeriksaan penunyjang di rumah sakit lain biasanya tidak diperlukan dokter pendamping, b. Derajat 1. Pasien dengan risiko perburukan kondisi atau pasien yang sebclumnya menjalani perawatan di ICU yang sudah mengalami perbaikan keadaan umum, dimana ‘membutuhkan ruangen perawatan biasa dengan sarana dan dukungan tambahan dari tim perawatan kritis, dapat didampingi oleh perawat. ©. Derajat 2, Pasien yang membutuhkan observasi/intensif lebih ketat, termesuk pananganan kkegagalan satu sistem organ atau perawatan pasce-operasi dan pasien yang sebelumnya dirawat di [CU harus didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih, «dan berpengalaman (biasanya adalah dokter dan perawat anggota code biue team). 4. Derajat 3, Pasien yang membutukan bantuan nafas lanjutan (Advance Respiraiory Support) atau bantuan pemafasan dasar (Basic Respiratory Suppor!) dengan dukungan atau bbantuan pada minimal 2 (dua) sistem organ tormasuk pasiea yang membutubkan Penanganan kegagalan multi-organ harus didampingi oleh petugas yang berkompeten, terlatih dan berpengalaman (biasanya dokter dan perawat TCU/anggota code blue team). 6, Potugas yang mendampingi harus membawa telepon genggam selama transfer berlangsung yang berisi nomer telepon Rumah Sakit Citra Sari Husadadan rumah sakit tujuan. 7. Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer. Tronsfer intra Rumah Sakit Citra Sari Hlusada, a, Standar: pemantauan minimal, pelatihan dan petugas berpengalaman diaplikasikan ‘pada transfer intra dan antar rumah sakit, b. Sebelum srans/er, lakukan analisis mengenai risiko dan keuntungannya. ©, Sodiakan kapasitas cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup untuk ‘mengantisipasi kejadian emergency. 4. Peralatan listrik harus terpasang ke sumber daya dan oksigen sentral digunakan selama perawatan di unit tujuan, ©, Petugas yang men-iransfer pasien ke ruangan pemeriksaan radiologi harus paham_ akan baheya potensial yang ada, 8, Kompetensi SDM Untuk Transfer Antar RS Petugas Pasien pendamping Ketrampilan yang diburbken Peralatan utara Derajat 0 | PerawatPKT | BLS 1. Ambulans 2. Bmergency kit Berajat I | Perawat PT T BLS T. Ambulans 2. PPGD 2. Emergency kat 3. Suction Derajat 2 |1. Perawat PRIT [1 BLS 1. Ambulans ACU. 2. BICLS/ATCLS 2. Emergency kat 2. Perawat 3. Monitor 3. Dokter. 4, Infuse pump 5. Syringe pump 6. Defibrillator jika iperlukan Derajat 3 |1. Perawat PRM | PERAWAT 1. Ambulans HICU. 1. Perawat dengan 2. Emergency kit |2. Perawat pengalaman kerja dinas di 3. Monitor 13. Dokter. IGDACU minimal 2 tabun. | 4. Infiese pump 2. Sudab lulus diklat 5. Syringe pump Siidah lulus diktat BTCLS. | 6. Defibillatorjika dipertukan 87 Pasien Ketrampilan yang dibutuhkan Peralatan utama pendamping DOKTER 1. Pernah bertugas di IGD/ ICU minimal 6 bulan. 2, Sudah lulus diklat ATCLS. E, PEMANTAUAN QBAT DAN PERALATAN SELAMA TRANSFER, 1, Sefama proses transfer pasien tetap dimonitor. 2. Standar pelayanan dan pemantauan pasien selama transfer setidaknya harus sebaikc pelayanan di Rumah Sakit Citra Sari Husada, 3. Peralatan pemantauan harus dipastikan tersedia dan berfungsi dengan baik scbelum transfer dilakuukan. 4. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obat emergency yang diperlukan, antar lain; a, Adrenalin/ephineprin. , Anti aritmtia. ©. Obat sedasi. d. Analgesik. ¢, Relaksan otot £. Obat inotropic. 5. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyek agar akses terhadap pasien tidak terhalang dan stablitas brankar terjaga dengan baik, 4. Tabung oksigen transport harus aman dan terpasang dengan baik, b. Monitor portable dapat mempertihatkan EKG, saturasi oksigen dan pengukuran tekanan dara, . Senna peralatan medis yang digunakan selama proses transfer harus terkalibrasi 4, Pasion harus dipantau socara terus-menerus selama transfer dan dicatat di lembar observasi, F, ALAT TRANSPORTASI UNTUK TRANSFER PASIEN ANTAR RUMAH SAKIT. 1. Gunakan mobil ambulans Rumah Sakit Citra Sari Husada. Mobil dilengkapi soket listrik 12 Volt suplai oksigen, monitor pasien dan peralatan ‘nin, 2. Sebelum melakukan iransfer pastikan kebutuhan-kebutuhan untuk éransfer pasien terpenuhi, 3. Standar peralatan ambulans: a Tabung oksigen transport. . Monitor pasien, ©. Suction, 4. Syringe’infuse pump. G. DOKUMENTASI DAN PENYERAHAN DALAM TRANSFER PASIEN ANTAR RUMAH SAKIT 1. Lakuken pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan sransfer dan harus ‘meneakup: a. Kondisi pasien secara jelas. . Alasan melakukan samsjer, ¢. Nama DPIP yang merujuk. 4, Hasil monitoring pasien. 2, Pada Surat pengantar rujukan disertakan resume medis pasien, 3, Saat tiba di rumah sakit tujuan harus ada proses serah terima dari tim mansfér dengan pihak rumah sakit rujukan yang akan bertangeung jawab terhadap perawatan pasien selanjumnya 4. Proses serah terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik secara verbal/tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien, tanda vital, hasil pemeriksaan penunjang, terapi dan kondisi ktinis selama proses transfer berlangsung. 5. Hasil pemeriksaan penunjang harus diserahkan kepada petugas rumah sakit tujuan. H, KOMUNIKASI DALAM TRANSFER PASIEN ANTAR RUMAH SAKIT 1. Pasien (jika memungkinkan) dan keluerganya harus diberitahu mengenai alasan tromsfer dan rumah sakittujuan. 2. Pastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat dan setuju untuk menerima pasien sebelum proses mrangfer dilakukan, 3. Konfirmasi dilakukan oleh dokter 1GD/dokter ruangan untuk mendiskusikan mengenai kebutuhan medis pasien dengan dokter di rumah sakit tyjuan, 80 BAB VI DISCHARGE PLANING / RENCANA PEMULANGAN PASIEN. A. Asesmen Awal Pasien Awal Pasien Masuk Rumah Sakit, a b. dentifikasi, persiapan, dan reicana Discharge planning. Penigjauan ulang rekam medis pasien (anamnesis, hasil pemeriksaan fisik, diagnosis dan tata laksana). Lakukan anamnesis: identifikasi alasan pasien di rawat, termasuk masalah sosial dan perubahan terkini. Asesmen kebutuban perawatan pasien berdasarkan kondisi dan penyakit yang dideritanya. Asesmen mengenai kemampuan fungsional pasien saat ini, misalnya fungsi Kognitif, mobititas. ‘Asesmen mengenai kondisi keuangan dan status pendidikan pasien, ‘Asesmen mengenai status mental pasien ‘Asesmen mengenai kondisi rumalytempal tinggal pasien. ‘Tanyakan mengenai medikasi terkini yang di konsumsi pasien saat di rumah. Identfikasi siapa pendamping utama/penanggung jawab perawatan pasien. Diskusikan mengenai kebutuhan pasien dan pendamping utama / penanggung Jawab perawatan pasien. ‘Tanyakan mengenai keinginarv/harapan pasien atau keluarga. Libatkaniah mereka dalam perencanaan Discharge planning (karena pasien yang paling tabu mengenai apa yang dirasakannya dan ingin dirawat oleh siapa). ‘Gunakan bahasa awam yang dimengerti oleh pasien dan keluarganya, Setelah asesmen pasien dilakukan, tim Discharge planner /DPJP, PPIP, dan Karu akan berdiskusi dengan tim multidisipliner mengenai : i, Asesmen resiko : pasien dengan resiko tinggi membutuhkan Discharge Planning yang bsik dan adekuat. Berikut adalah kriteria pasien risiko tinggi: a) Usia 265 tama. ) Tinggal sendirian tanpa dukungan social secara langsung. ©) Stroke, serangan jantung, PPOK, Gagal jantung kongestif, empiseme, Demensia, Alzaimer, AIDS, atau penyakit dengan potensi mengancam nyawa lainnya, on 4) Pasien berasal dari panti jompo. ©) Tunawisma, ) Dirawat kembali dalam 30 hari, 8) Percobean bumuh diri, h) Pasien tidak di kenal/ tidak ada identitas. i) Korban dari kasus criminal. i) Trauma multiple k) Tidak bekerja / tidak ada asuransi. Identifikasi dan diskusi pilihan perawatan apa yang tersedia untuk pasien Vorifikasi availabilitas tempat perawatan pasien sctelah pulang dari rumah sakit, Pasien Saat di Instalasi Rawat Inap. a ®. ‘Tetapkan prioritas mengenai hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga Gunakan pendekatan multidisiptin dalam menyusun perencanaan dan tata taksana pasien DPJP dan koordinator ruangan (kara) harus memastikan pasien memperoleh erawatan yang sesuai dan adekuat serta proses Discharge planning berjalan lancer. DPIP dan Kanu ‘Tugas DPIP dan karu adalah: i, Mengkoordinasi semua aspek perawatan pasien termasuk discharge planning, asesmen, dan peninjauan ulang rencana perawatan ii, Memastikan semua rencana berjalan dengan lancer iii, Mengambil tindakan segera bila terdapat masala iv. Mengkoordinasi semua aspek perawatan pasien termasuk Discharge planning, asesdmen, dan peninjauan ulang rencana perawatan, ¥. Memastikan sernua rencana berjalan dengan lancer vi. Mengambil tindakan segera bila terdapat masalah, vii, Mendiskusikan dengan pasien mengenai perkiraan tanggal pemulangan pasion dalam 24 jam setelah pasien dirawat. viii, Identifikasi, melibatkan, dan menginformasikan pasien mengenai rencana keperawatan, pastikan bahwa keburuhan-kebutuhan khusus pasien terpenuhi. ix. Catat senna perkembangan ke dalam rekam medis pasien, x. Finalisasi discharge planning pasien 48 jam sebelum pasien dipulangkan dan onfirmasi dengan pasien dan keluarga / PJ Perawatan pasien. Penanggung Petugas Rencana pemulangan . ae : asi A Informasi Kesehatan Pemberian informasi tentang hasil pengkajian medis, rencana pemulangan diagnosis, tatalaksana, progno: pasien Rencana pemulangan pasien di diskusiken dengan keluarga /PJ perawat pasien di Rumah Pemberitahuan tanggal rencana pemulangan pasien | Tanda dan gejala yang periu di faporkan “Tindakan / pengobatan yang dapat dilakukan’ scbelum | ke rumah sakit Pemberian Nomor telepon yang bisa di hubungi saat pasien membutuhkan bantuan Edukasi Kesehatan Untuk Pasien Dirumah Pemberian edukasi Kesehatan sesuai dengan diagnosis Informasi tentang clinical pathway Pemberian leaflet edukasi kesehatan | Pemberian informasi pada pasien / PJ perawatan pasien di rumah tentang aktivitas pasien Peniberian edukas lenlane nutist Pemberian edukasi tentang pemberian obat-obatan A] Persiapan Pemulangan Pasien ‘Tempat perawatan selanjutnya ‘Obat untuk di rumah ‘Alat bantu / peralatan kesehatan untuk di rumah Rencana Kontrol Format ringkasan pulang / resume medis yang sudah 93 terisi Format ringkasan keperawatan yang sudah terist Alat ambulance / mobil pribadi ‘tansporast yang digumaken wank pulang Kelengkapan administrasi Berileut adalah beberapa peralatan tambahan yang diperiukan pasien sepulangnya dari rumah sakit (bile diperiukan). i, Peralatan yang portable dan sederhana : mudah digunakan, intruksi Penggunaan minimal. Contob : tongkat, toilet duduk. ii, Peratatan yang membutuhkan polatihan mengenai cara meagguaakannya. Contoh : tempat tidur Khusus, pegangan terfiksasi, (grab rails), Oksigen. iii, Kursi roda (manual dan listrik). Pilihan transportasi yang dapat digunakan adalah : i Ambulance. Mobil pribadi. iii, Helicopter (bila di perlukan) biasanya digunaken untuk pasion dengan penyakit akut yang berat dan haus di transper ke rumah sakit lain. iv. Taksi. Idemtifikasi dan latihan professional Kesehatan yang dapat merawat pasien sertalakukan koordinasi dengan tim multidisiplin datam merancang Discharge planning pasien. ‘Yang dimaksud tim multi disiplin ini adalah para professional Keschatan dari isiplin ilmu yang berbeda-beda, seperti pekerja social, perawiat, terapis, dokter. Lakukan diskusi dengan pasien dan keluarga mengenai alas an pasien di rawat, tatalaksana, prognosis dan rencana pemulangan pasien, ‘Tanyakan kepada pasien: “Anda ingin di rawat siapa sepulangnya dari rumah ‘sakit?” ‘Biasanya pasien akan memilih untuk dirawat oleh anggota keluarganya, Tanyakan kepada keluarganya mengenai kesediaan mereka untuk merawat pasien, Pastikan moreka di informasikan mengenai berikanlah mereka waktu untuk smemutuskan, 8, Berikut adalah hal-bal yang harus diketahui oleh pemberi layanan perawatan pasien sepulangnya dari rumah sakit/ carer (biasanya Keluarga), i. Rencanan pemulangan pasien secara tertulis dan lisan, Kondisi medis pasien. Hak carer untuk memperoleh asesmen. iv. Penjelasan mengenai seperti apa terlibat dalam perawatan pasien, vy. Keuntungen yang di dapat. vi. Dampak financial, vii, Aksos penerjomah untuk memungkinkan komonikasi dan pemahaman yang efektif. viii, Pemberitahuan mengenai kepan pasien akan di pulangkan, jx, Pengaturan transportasi x, Demonstrasikan cara menggunakan peralatan terteama sebelum pasien di pulangkan dan pastikan terdapat jadwal pengecekan atat yang rutin, xi, Aturlah jadwal pertemuan berikutnya dengan pasien dan pendamping / PJ perawatan pasien. 0. Tabel Ascsmen dan rencana perawatan oleh pendamping pasien PJ Porawatan Pasien. ‘Kebutuban Pendamping Pasien / PJ Perawatan Pasien ‘Tindakan Oleh siapa dan Kapan "Togas Asuhan keperawatan ‘Bagaimana mencari sarana dan bantuan Tnformasi mengenai perawatan Tnformasi mengenai gangguan jiwa Keterlibatan dalam perencanaan perawatan dan ‘tatalaksana. ‘Dukungan untuk pendamping pasien / Pl perawatan pasien Hubungan dengan pasien Keluarga dan teman Uang “Kesehatan pondamping pasien Resiko dan keamanan_ Pilihan perawatan ‘Masala Tainnya p. Lampiran satu salinan di rekam medis pasien dan berikan salinan lainnya kepada pendamping pasien. q. Jika pasien menolak keterlibatan keluarga dalam diskusi, staf barus ‘memberitahukannya kepada keluarga dan menghargai keinginan pasien. © Hika terdapat konflik antara keinginan pasien dan Keluarganya dalam merancang discharge plarming, staf barus melakukan peninjauan ulang mengenai rencana perawatan dan mencari solusi realistic dari masalah yang timbul. Salah satu Cara adalah dengan konferensi kasus yang melibatkan multidisipliner. C. Saat pasien akan di pulangkan dari Rumah Sakit, a. Saat pasien tidak lagi memerlukan perawatan rumah sakit, pasien sebaiknya dipulangkan dan memperoleh discharge planning yang sesuai. b. Yang berwenang memutuskan bahwa pasien boleh pulang atau tidak adalah DPJP / Konsultan penanggung jawab pasien (atau oleh orang lain yang mendapat delegasi ewenangan dari konsultan), ¢. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya berperan aktif dalam perencansan dan pelaksanaan pemulangan pasien. Lakukan penilaian pasien secara menyeluruh (Flolistik) Nilailah kondisi fisik, mental, emosional, dan spiritual pasien Pertimbangken juga aspek social, budaya, etnis, dan financial pasien ‘Tentukan tempat perawatan selanjutaya (setelah pasien dipulangkan dari rumah sakit) yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien, Penentuan tempat ini dilakukan oleh DPJP dan tim perawatan bersama dengan penanggung jawab pasien. Berikut adalah beberapa contoh tempat perawatan i. Perawatan di rumah dengan peoggunaan peralatan tambahan untuk menunjang perawatan pasien, ii, Penmlangan pasien ke rumah tanpa perlu perawatan khusus, i. Perawatan di rumah dengan di damping olch perawat / pendamping pasien, iv. Rumah sakit/fasilitas perawatan jangka panjang. ¥. Pasilitas keperawatan yang terlatih, Romo vi. Rumah porawatan umum, soperti panti jompo, dan scbagainya. Jika tempat perawatan selanjutnya tidak memadai (tidak dapat memenuhi ‘kebutuhan pasien ), maka pasien tidak dapat di pulangkan. Tim discharge planners(DPIP, PPJP, Ka.Unit, Tim PKRS) harus berusaha untuk ‘mencari tempat perawatan yang dapat menunjang kebutuhan pasien, Pastikan terjadinya Kkomunikasi efektif antara pelaksana perawatan primer, sekunder, dan social unjtuk menjamin bahwa setiap pasien menerima perawatan dan penanganan yang sesuai dan adekuat. Petugas rumah sakit sebaiknya melakukan komonikasi dengan dokter keluarga pasien / tim layenan primer mengenai rencana pemulangan pasien. Tdentifikasi pasien-pasien yang memerlukan perawatan Khusus! ekstra seperti kebutuhan perawatan kebersihan diri, social, dan sebagainya, Usaha untuk ‘memenuhi kebutuhan pasien dan berikan dukungan tambahan, |. Diskusikan Kembali dengan pasien dan buatlah kesepekatan mengenai rencana keperawatan, Finalisasi rencana keperawatan dan atutlah proses pemulangan pasien, Pastikan bahwa pasien dan keluarga / pendamping telah memperoleh informasi vyang adekuat, Hak pasien sebelum di pulangkan: i. Memperoleh informasi yang lengkap mengenai diagnosis, asesmen medis, rencana perawatan, detail Kontak yang dapat dihubungi, dan informasi relevan Jainnya mengenai rencana perawatan dan tatalaksana selanjutnya Terlibat sepenubnya dalam discharge planning dirinya, bersama dengan kerabat, pendamping, atau teman pasien. ‘ii, Rancangan rencana pemulangan dimulai sesegera mungkin baik sebetum / saat pasien masuk rumah sakit iv. Memperoleh informasi Jengkap mengenai layanan yang relevan dengan erawatannya dan tersedia di masyarakat, ¥. Memperoleh informasi lengkap mengenai fasititas perawatan jangka panjang, termasuk dampak finansialnya, vi. Diberikan nomor kontak yang dapat di hubungi saat pasien membutuhkan bantuan / saran mengenai pemulangannya, 7 vii, Diberikan surat pemulangan yang resmi, dan berisi detail layanan yang dapat diakses viii, Memperoleh informasi lengkap mengenai criteria dilakukan perawatan yang berkesinambungan ix. Tim discharge planners (DPJP, Ka Unit, Tim PKRS) tersedia sebagai orang yang dapat di hubungioleb pasien dalam membantu memberikan saran x Memperoleh akses untuk memberikan komplin mengenai pengaturan discharge planning pasien dan memperoleh penjelasannya, Pada pasien yang ingin pulang dengan sendirinya stan pulang paksa (dimana bertentangan denagn saran dan kondisi medisnya), dapat dikategorikan sebagai Derikut : i, Pasien memahami resiko yang dapat timbul akibat pulang paksa ii, Pasien tidak kompeten untuk memahami risiko yang berhubungan dengan pulang paksa, dikerenakan kondisi medisnya fii, Pasien tidaic kompeten untuk memahami risiko yang berhubungan dengan pulang paksa dikarenakan gangguan jiwa. Dokumentasikan rencana pemutangan pasien di rekam medis dan berikan salinannya kepada pasien dan dokter keluarganya. Ringkasan / resume discharge planning pasien berisi: i. Resume perawatan pasien selama di rumah sakit ii, Resume rencana penanganan / tatalaksaria pasien selanjutnya iii, Regimen pengobatan pasien iv, Detait mengenai pemeriksaan lebih lanjut yang diperlukan dan terapi selanjutnya. ¥. Janji temu dengan professional kesehatan lainnya vi, Detail mengenai pengaturan layanan di komonitas / publik dan waktu pertemuannya vii. Nomor kontak yang dapat ditubungi jika terjadi kondisi emergency / pombatalan pertemuan / muncul masalah-masalah medis pada pasiea. Rencanakan dan aturlah pertemuan selanjutnya dengan pasien Evaluasi Monitor dan evaluasi efikasi dan kelayakan rencana perawatan pasien secara periodic, dengan cara: a. Peninjauan Ulang rekam medis / catatan pasien b. Gunakan check list untuk menilai perkembangan dan kemajuan discharge planning ¢. Lakukan perencanaan ulang, jika di perlukan. Peninjauan ulang dan Audit. Peninjauan ulang dan audit farus dilakukan untuk mengevaluasi dan memastikan ‘ahwa panduan beyjalan dengan lancer dan diterapkan oleh seluruh professional kkesehatan di rumah sakit Kriteria Rencana Pemulangan Pasien (Discharge Planning). + Usia> 65 tahun ~ Keterbatasan Mobilitas ~ Perawatan dan pengobatan lanjutan + Bantuan untuk melakukan aktivitas sehari-bari BAB VII RUJUKAN PASIEN Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan. 1. Merajuk dan Mencrima Rajukan Pasien. Pasien yang akan diryjuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun Icrteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari: ‘a. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi. b, Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang modis fernyata tidak mampa iatasi. C. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkep, tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan, cd. Apabila telah diobati dan dirawat temyata memetlukan pemoriksaan, pengobatan dan perawatan di sarana keschatan yang lebih mampu, Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak yang meryjuk dan pihak yang menerima rujukan dengan rincian beberapa prosedur sebagai berikut: Prosedur standar merujuk pasien. Prosedur standar menerima rajukan pasien. Prosedur standar momberi myjukan balik pasicn, Prosedur standar menerima rujukan balik pasien. ene 1. Prosedur Standar Merujuk Pasien. 4. Prosedur Klinis: ‘Melalcukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ‘medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnose banding. ii, Memberikan tindakan pra nujukan sesuai kasus berdasarkan Standar Prosedut Operasional (SPO). {fi, Memunuskan unit pelayanan tujuan ryjukan, iv. Untuk pasien gawat darurat harus didampingi dokter / perawat yang Kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien. 100 b. Prosedur Administratif: 4. Ditakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan, ii. Membuat catatan rekam medis pasien. . Memberikan informed Consernt (persetujuan/penolakan rajukan) iv. Mombuat surat rajukan pasien rangkap 2 (form R/I/a terlampir). Lembar Pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasion yang bersakutan, Lembar kedua disimpan sebagai arsip, V. -Mencatatidentitas pasien pada buku register rujukan pasien, vi. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi

You might also like