You are on page 1of 60
b) Untuk bagian Rawat Jalan dan IGD : petugas radiologi menyampaikan kepada perawat Rawat Jalan dan IGD tentang penundaan pelayanan radiologi (sebutkan alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan radiologi tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. ©) Untuk pasien rawat inap (termasuk pasien di bagian khusus, Bagian Perawatan ‘Anestesi) : petugas radiologi menginformasikan kepada perawat ruangan rawat inap tentang penundaan pelayanan radiologi (sebutkan alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan radiologi tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut, d) — Sarankan untuk sabar menunggu. Jika penundaan tersebut membutuhkan waktu yang lama sehingga RS Citra Sari Husada belum dapat melayani pemeriksaan radiologi tertentu, maka dilakukan Koordinasi dengan bagian/unit terkait: bagian Unit Khusus, Pemasaran, bagian Rekam Medis,bagian Rawat Jalan, bagian Rawat Inap, IGD melalui surat edaran ) Jka dikarenakan masalah logistik i) Untuk pasien yang sudah datang di bagian Radiologi: petugas radiologi ‘menyampaikan kepada pasien dan keluarga pasien tentang penundaan Pelayanan radiologi (sebutkan alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan radiologi tersebut) dan permohonan maaf tas ketidaknyamanan tersebut. fi) Untuk bagian Rawat Jalan dan IGD : potugas radiologi menyampaikan kepada perawat bagian Rawat Jalan dan IGD tentang penundaan pelayanan radiologi (sebutkan alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan radiologi tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut, ‘fi) Untuk pasien rawat inap (termasuk pasien di bagian pelayanan khusus, Unit Perawatan Anestesi) : petugas radiologi menginformasikan kepada Perawat ruangan rawat inap tentang penundaan pelayanan radiologi (Sebutkan alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan radiologi tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. iv) Jika pemeriksaan radiologi tersebut sangat dibutuhkan oleh pasien, maka pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas pemeriksaan radiologi tersebut. ¥)_Jika pelayanan radiologi tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakcukan koordinasi dengan bagian/unit terkait, 4) Jika dikarenakan alat pemeriksaan radiologi mendadak error atau dalam kondisi perbaikan maka pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang ‘mempunyai fasilitas pemeriksaan radiologi tersebut b) Pasien dan Keluarga pasien diinformasikan bahwa pemeriksaan radiologi akan dirujuk ke rumah sakit Jain dikarenakan fasilitas pemeriksaan radiologi yang dimaksud dalam kondisi perbaikan, Jika pelayanan radiologi tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan koordinasi dengan bagian/unit terkait (b) _Jika pemeriksaan radiologi tersebut belum tersedia di RS Citra Sari Husada, ‘maka pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas pemeriksaan radiologi tersebut. Pasien dan keluarga pasien diinformasikan bahwa pemeriksaan radiologi akan diryjuk ke rumah sakit lain dikarenakan fasilitas pemeriksaan radiologi yang dimaksud belum tersedia di RS Citra Sari Husada. Jika pelayanan radiologi tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan koordinasi dengan bagian/unit terkait. TATALAKSANA PENUNDAAN PELAYANAN LABORATORIUM. Penundaan pelayanan laboratorium ini meliputi Laboratorium Klinik, rujukan Patologi ‘Anatomi dan pelayanan Darah: a. Penundaan hasil laboratorium Klinik dapat disebabkan i, Waktu tunggu antrian pengambilan sample darah pada pasien rawat jalan melebihi batas waktu yang scharusnya disebabkan karena antrian pasien dalam kondisi ramai, Persyaratan administrasi yang tidak lengkap, kesulitan dalam pengambilan darah ii, Hasil pemeriksaan laboratorium Klinik tidak sesuai dengan yang seharusnya ( seharusnya hasil permintaan cito 1 jam , rawat jalan dan rawat inap sesuai tum around time , IGD 1 jam ) penundaan tersebut dapat disebabkan karma adanya pengulangan Pemeriksaan (adanya Kesalahan pre-analitik, analitik, post-analitik) control dan kkalibrasi yang tidak masuk, tidak semua parameter pemeriksaan laborat kondisinya ready , tidak setiap alat bisa melakukan semua parameter pemeriksaan lab, Dokter 61 Spesialis patologi Klinik sedang tidak ada ditempat /terlambat hadir , pengiriman hasil patologi anatomi datang terlambat , sample pemeriksaan banyak . iii, Pasien belum dapat terlayani, misal : dikarenakan alat laboratorium mendadak error atau dalam kondisi perbaikan, logistik (masalah reagen dan alkes), komputer error , listrik mati, pemeriksan laboratorium tertentu belum tersedia RS Citra Sari Husada. Penundaan hasil laboratorium Patologi Anatomi ( PA) i, Hasil pemeriksaan laboratorium PA belum selesai ( melebihi batas waktu yang sudah itentukan, seharusnya selesai dalam waktu 7 hari kerja ) hal ini disebabkan karena adanya pengulangan pemeriksaan , formulir permintaan pemeriksaan tidak lengkap atau tidak jelas yang menyebabkan pengiriman hasil terlambat. . Penundaan pelayanan laboratorium Jika penundaan tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama, maka : i) Untuk pasien yang sudah datang di bagian Laboratorium : petugas laboratorium ‘menyampaikan kepada pasien dan keluarga pasien tentang penundaan pelayanan laboratorium (sebutkan alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan laboratorium tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. {i) Untuk bagian Rawat Jalan dan IGD : petugas laboratorium menyampaikan kepada erawat Rawat Jalan dan IGD tentang penundaan pelayanan laboratorium (sebutkan alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan laboratorium tersebut) dan permohonan ‘maf atas ketidaknyamanan tersebut, {ii) Untuk pasien rawat inap (termasuk pasien di Unit Khusus, Unit Perawatan Anestesi) : Petugas laboratorium menginformasikan kepada perawat ruangan rawat inap tentang Penundaan pelayanan laboratorium (sebutkan alasan kapan dapat melayani pemeriksaan laboratorium tersebut) dan permohonan maf atas ketidaknyamanan tersebut. iv) Sarankan untuk sabar menunggu, Jika penundaan tersebut membutuhkan waktu yang lama sehingga RS Citra Sari Husada belum dapat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, maka dilakukan Koordinasi dengan bagian/unit terkait : Yanmed, Pemasaran, Rekam medis, Rawat jalan, Rawat inap, IGD. 4) _Jika dikarenakan masalah logistik : (@) Untuk pasien yang sudah datang di bagian Laboratorium: petugas laboratorium menyampaikan kepada pasien dan Keluarga pasien tentang 62 penundaan pelayanan laboratorium (sebutkan alasan kapan dapat melayani pemeriksaan laboratorium tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. (b) Untuk bagian Rawat Jalan dan IGD : petugas laboratorium menyampaikan kepada perawat Rawat Jalan dan IGD tentang penundaan pelayanan laboratorium (sebutkan alasan kapan dapat melayani _pemeriksaan laboratorium tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. (c) Untuk pasien rawat inap (termasuk pasien di unit khusus, Unit Perawatan ‘Anestesi) : petugas Laboratorium menginformasikan kepada perawat ruangan rawat inap tentang penundaan pelayanan laboratorium (sebutkan alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan laboratorium tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. (4) Jika pemeriksaan laboratorium tersebut sangat dibutuhkan oleh pasion, maka pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas pemeriksaan Jaboratorium tersebut. (€) Jika petayanan laboratorium tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan koordinasi dengan bagian/unit terkait. (f) Jka dikarenakan alat pemeriksaan laboratorium mendadak error atau dalam kondisi perbaikan maka pasien diryjuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas pemeriksaan laboratorium tersebut. Pasien dan keluarga pasien diinformasikan bahwa pemeriksaan laboratorium akan diryjuk ke rumah sakit lain dikarenakan fasilitas pemeriksaan laboratorium yang dimaksud dalam kondisi perbaikan, () Jka petayanan laboratorium tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan koordinasi dengan bagian/unit terkait. ‘* Jika pemeriksaan laboratorium tersebut belum tersedia di RS Citra Sari Husada maka pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas pemeriksaan laboratorium tersebut, Pasion dan keluarga pasien diinformasikan bahwa pemeriksaan laboratorium akan diryjuk ke rumah sakit lain dikarenakan fasilitas pemeriksaan laboratorium yang dimaksud belum tersedia di Rs Citra Sari Husada. Jika pelayanan laboratorium tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan koordinasi dengan bagian/unit terkait. TATALAKSANA PENUNDAAN PELAYANAN FARMASI a, Penundaan pelayanan Farmasi, dapat disebabkan : ‘Waktu tunggu terlayani melebihi batas waktu tunggu, misal: dikarenakan antrian pasien dalam kondisi rami fi, Penyerahan obat jadi maupun racikan melebihi batas waktu tunggu, misal 65 tahun: + Keterbatasan Mobilitas + Perawatan dan pengobatan lanjutan + Bantuan untuk melakukan aktivitas schari-hari BAB VII RUJUKAN PASIEN Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan. 1 Merujuk dan Mencrima Rujukan Pasien. Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun Ikriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari: a, Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi. . Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis temnyata tidak mampu diatasi . Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan hanus disertai pasien yang bersangkutan 4d. Apabila telah diobati dan dirawat temyata memerlukan pemieriksaan, pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu, Dalam prosedur meryjuk dan menerima rujukan pasien ada dua pibak yang terlibat yaitu pihak yang meryjuk dan pihak yang menerima rujukan dengan rincian beberapa prosedur sebagai berikut: 1. Prosedur standar merujuk pasien. 2. Prosedur standar menerima rujukan pasien. 3. Prosedur standar memberi rujukan balik pasien, 4. Prosedur standar menerima rujukan balik pasien, 1. Prosedur Standar Merujuk Pasien. a. Prosedur Klinis: Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ‘medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnose banding, fi. Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO). ‘fi, Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan. iv. Untuk pasien gawat darurat harus didampingi dokter / perawat yang Kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien, 100 b. Prosedur Administratif; i, Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan. fi, Membuat catatan rekam medis pasien, fii, Memberikan Informed Consemt (persetujuan/penolakan rujukan) iv. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2 (form R/1/a terlampir). Lembar Pertama dikirim ke tempat ryjukan bersama pasien yang bersakutan, Lembar kedua disimpan sebagai arsip. V. Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien vi. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi dengan tempat tujuan rujukan, Vii. Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan administrasi yang bersangkutan, 2. Prosedur Standar Menerima Rujukan Pasien. a. Prosedur Klinis: i. Segera menerima dan melakukan stabilisasi pasien rujukan sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO). fi, Setelah stabil, meneruskan pasien ke ruang perawatan elektif untuk erawatan selanjutnya atau meneruskan ke sarana keschatan yang lebih ‘mampu untuk dirujuk lanjut iii, Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien, b. Prosedur Administratif: i. Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang telah diterima untuk ditempetkan di kartu status pasien. fi, Apabila pasien tersebut dapat diterima kemudian membuat tanda terima pasien sesuai aturan masing-masing sarana. iii. Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada kartu catatan medis dan diteruskan ke tempat perawatan selanjutnya sesuai kondisi pasien iv. Membuat informed consent (persetujuan tindakan, persetujuan rawat inap atau pulang paksa) V. Segera memberikan informasi tentang keputusan tindakan / perawatan ‘yang akan dilakukan kepada petugas / keluarga pasien yang mengantar. 101 vi. Apabila tidak sanggup menangani (sesuai perlengkapan Puskesmas / RSUD yang bersangkutan), maka harus meryjuk ke RSU yang lebih ‘mampu dengan membuat surat rujukan pasien rangkap 2 kemudian surat rujukan yang asli dibawa bersama pasien, prosedur selanjutnya sama seperti merujuk pasien. Vii, Mencatat identitas pasien di buku register yg ditentukan. viii. Bagi Rumah Sakit, mengisi laporan Triwulan pada RL.1 3. Prosedur Standar Membalas Rujukan Pasien, a. Prosedur Klinis: Rumah Sakit atau Puskesmas yang menerima rujukan pasien wajib mengembalikan pasien ke Rumah Sakit / Faskes Satu (Puskesmas / Klinik Pratama) pengirim setelah dilakukan proses antara lain: a), Sesudah pemeriksaan medis, diobati dan dirawat tetapi penyembuhan selanjutnya perlu di follow up oleh Faskes Satu (Puskesmas / Klinik Pratama) pengirim. ), Sesudah pemeriksaan medis, diselessikan tindakan kegawatan klinis, tetapi pengobatan dan perawatan selanjutnya dapat dilakukan di Rumah Sakit / Faskes Satu (Puskesmas / Klinik Pratama) b, Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosa bahwa kondisi pasien sudah ‘memungkinkan untuk keluar dari perawatan Rumah Sakit / Puskesmas tersebut dalam keadaan: i Sehat atau Sembuh. fi, Sudah ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan. iii, Belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke tempat lain, iv. Pasien sudah meninggal. a) Rumah Sakit / Puskesmas yang menerima rujukan pasien harus ‘memberikan laporan / informasi medis / balasan rujukan kepada Rumah Sakit / Puskesmas Klinik Pratama pengirim pasien mengenai kondisi klinis terahir pasien apabila pasien keluar dari Rumah Sakit / Puskesmas. 102 ©. Prosedur Administratif: i. Rumah Sakit / Puskesmas yang merawat pasien berkewajiban memberi surat balasan rujukan untuk setiap pasien rujukan yang pemah diterimanya Kepada Rumah Sakit / Puskesmas yang mengirim pasien yang bersangkutan, fi, Surat balasan rujukan boleh ditiip melalui keluarga pasien yang bersangkutan dan untuk memastikan informasi balik tersebut diterima petugas Kesehatan yang dituju, dianjurkan berkabar lagi melalui sarana Komunikasi yang memungkinkan seperti telepon, handphone (Wwhatsapp SPGDT), email dan website sisrute. ifi, Bagi Rumah Sakit, wajib mengisi laporan Triwulan pada RL.1 4, Prosedur Standar Menerima Balasan Rujukan Pasien. a. Prosedur Klinis: i, Melakukan kunjungan rumah pasien dan melakukan pemeriksaan fisik. fi, Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah Sakit/ Puskesmas yang terakhir merawat pasien tersebut. ‘fi, Molakukan tindak lanjut atau perawatan Kesehatan masyarakat dan ‘memantau (follow up) kondisi klinis pasien sampai sembuh, b. Prosedur Administratif i. Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di buku register pasion rajukan, kemnudian menyimpannya pada rekam medis pasien yang bersangkutan dan memberi tanda tanggal/jam telah ditindaktanjut fi, Segera memberi kabar kepada dokter pengirim bahwa surat balasan rujukan telah diterima. Merujuk dan Menerima Rujukan Spesimen dan Penunjang Diagnostik Lainnya Pemeriksaan Spesimen dan Penunjang Diagnostik lainnya dapat dirujuk apabila pemeriksaannya memerlukan peralatan medik/tehnik pemeriksaan laboratorium dan penunjang diagnostik yang lebih lengkap. Spesimen dapat dikirim dan diperiksa tanpa disertai pasien yang bersangkutan, Rumah sakit atau unit kesehatan yang menerima rujukan specimen tersebut harus mengirimkan laporan hasil pemeriksaan spesimen yang telah diperiksanya, 103 1 2 Prosedur Standar Pengiriman Rujukan Spesimen dan Penunjang Diagnostik Lainnya Prosedur Klinis i. Menyiapkan pasien/spesimen untuk pemeriksaan lanjutan, fi. Untuk spesimen, perlu dikemas sesuai dengan kondisi bahan yang akan Gikirim dengan memperhatikan aspek sterilitas, kontaminasi penularan penyakit, keselamatan pasien dan orang lain serta kelayakan untuk jenis pemeriksaan yang diinginkan. iii, Memastikan bahwa pasien/spesimen yang dikirim tersebut sudah sesuai dengan kondisi yang diinginkan dan identitas yang jelas. Prosedur Administratif: i. Mengisi format dan surat rujukan spesimen/penunjang diagnostic lainnya secara cermat dan jelas termasuk nomor surat dan BPJS / ASURANSI / BPJSTK /UMUM, informasi jenis spesimen/penunjang diagnostic lainnya pemeriksaan yang diinginkan, identitas pasien dan diagnosa sementara serta identitas pengirim. fi, Mencacat informasi yang diperlukan di buku register yang telah ditentukan ‘masing-masing intansinya, ifi, Mengirim surat rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainya ke alamat tujuan dan lembar kedua disimpan sebagai arsip. iv. Mencari informasi perkiraan balasan hasil rujukan spesimen/ penunjang ‘diagnostik lainnya tersebut Prosedur Standar Menerima Rujukan Spesimen dan Penunjang Diagnostik Lainnya Prosedur Klinis 1, Menerima dan memeriksa spesimen/penunjang diagnostic lainnya sesuai dengan kondisi pasien/bahan yang diterima dengan memperhatikan aspek sterilisasi, kontaminasi penularan penyakit, keselamatan pasien, orang lain dan kelayakan untuk pemeriksaan, 2. Memastikan bahwa spesimen yang diterima tersebut layak untuk diperiksa sesuai dengan permintaan yang diinginkan 3. Mengerjakan pemeriksaan laboratoris atau patologis dan penunjang diagnostik Jainnya dengan mutu standar dan sesuai dengan jenis dan cara pemeriksaan yang diminta oleh pengirim. 108 b. Prosedur Administratif’ Meneliti isi surat rujukan spesimen dan penunjang diagnostic laintya yang diterima secara cermat dan jelas termasuk nomor surat dan status BPJS / ASURANSI / BPJSTK / UMUM, informasi pemeriksaan yang diinginkan, ‘dentitas pasien dan diagnosa sementara serta identitas pengirim. Mencacat informasi yang diperlukan di buku register / arsip yang telah ditentukan masing-masing instansinya. Memastikan kerahasiaan pasien terjamin, Mengirimkan hasil pemeriksaan tersebut secara tertulis dengan format standar ‘masing-masing sarana kepada pimpinan institusi pengirim, 3. Prosedur Standar Mengirim Balasan Rujukan Hasil Pemeriksaan Spesimen dan Penunjang Diagnostik Lainnya. a. Prosedur Klinis: L Memastikan bahwa permintaan pemeriksaan yang tertera di surat rujukan specimen/ Penunjang diagnostik lainnya yang diterima, telah dilakukan sesuai dengan mutu standar dan lengkap ‘Memastikan bahwa hasil pemeriksaan bisa dipertanggung jawabkan. Melakukan pengecekan kembali (double check) bahwa tidak ada tertukar dan keraguan diantara beberapa spesimen, b. Prosedur Administratif: Mencatat di buku register hasil pemeriksaan untuk arsip. ‘Mengisi format laporan hasil pemeriksaan sesuai ketentuan masingmasing ‘instansi. Memastikan bahwa hasil pemeriksaan tersebut terjaga kerahasiaannya dan sampai kepada yang berhak untuk membacanya, ‘Mengirimkan segera laporan hasil pemeriksaan kepada alamat pengirim, dan memastikan laporan tersebut diterima pihak pengirim dengan konfirmasi melalui sarana komunikasi yang memungkinkan. 105 Rujukan Pengetahuan dan Tenaga Abii / Dokter Spesialis. Kegiatan rujukan pengetahuan dapat berupa kegiatan permintaan dan pengiriman dokter abli dari berbagai bidang keahlian. Permintaan dapat berasal dari Puskesmas atau Rumah Sakit Umum Kabupaten / Kota yang ditujukan kepada pihak Rumah Sakit atau Dinas Keschatan yang memang mampu menyediakan tenaga abli yang dibutuhkan. Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan rujukan tenaga ahli / dokter spesialis antara lain 1, Rumah Sakit / Puskesmas yang memerlukan bantuan tenaga ahli, misalnya Rumah Sakit ‘Umum Kabupaten / Kota 2. Rumah Sakit / Instansi Kesehatan yang mapan memberikan bantuan tenaga abli , ‘misalnya Rumah Sakit Umum Provinsi. 3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dimana Rumah Sakit / Puskesmas yang ‘membutuhkan tersebut berada. 4. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dimana Rumah Sakit yang akan memberikan bantuan ‘tenaga ali tersebut berada, 1. Ruang lingkup rujukan pengetahuan tenaga abli /dokter spesialis meliputi antara lain: a. Bimbingan klinis untuk deteksi dini kasus-kasus rujukan. b. Bimbingan klinis melakukan tindakan pra-rujukan. c. Bimbingan klinis penanganan kasus-kasus yang masih menjadi kewenangan puskesmas melakukan Pelayanan Obstetri Neonatal Dasar (PONEK). d. Bimbingan Klinis untuk tindak lanjut (follow up) kasus kasus rujukan balik ‘yang diterima oleh puskesmas, puskesmas pembantu dan polindes. . Kursus singkat atau penyegaran penatalaksanaan klinis kasus-kasus yang sering dijumpai di puskesmas, puskesmas pembantu dan polindes. 2, Prosedur Standar Permintaan Rujukan Pengetahuan (Tenaga Abli) a. Puskesmas / Rumah Sakit Kabupaten/Kota yang memerlukan tenaga abli membuat surat permintaan tenaga ahli b. ‘Surat permintaan ditujukan kepada ke Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota atau Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat ¢. Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota atau Dinas Kesehatan Provinsi melanjutkan permintaan tenaga ahli tersebut ke Direktur Rumah Sakit tujuan dan tembusan 106 kepada Kepala Staf Modik Fungsional (SMF) yang dituju paling lambat 14 hari sejak surat permintaan diterima, d. Mempersiapkan penerimaan, termasuk agenda, akomodasi, konsumsi dan honor atau insentif lainnya sesuai Peraturan Daerah yang bersangkutan, e. Melakukan monitoring dan evaluasi proses dan pelaksanaannya, f. Membuat laporan pelaksanaan ke Dinas Kesehatan di wilayahnya dengan tembusan ke Rumah Sakit atau Instansi yang mengirim. 8. Bagi Rumah Sakit, mengisi laporan Triwulan pada RL.1 Prosedur Standar Pengitiman Tenaga Ahli, a. Rumah Sakit / Instansi Kesehatan yang akan mengirimkan tenaga abi berkonsultasi dengan pihak Dinas Kesehatan Provinsi untuk disesuaikan dengan program rujukan di Provinsi tersebut b. Setelah ada persetujuan dari Dinas Kesehatan Provinsi, maka Rumah Sakit / Instansi tersebut membuat jadwal kunjungan dan surat tugas bagi tenaga ahli ‘yang bersangkutan sesuai permintaan, ¢. Melakukan evaluasi dan membuat laporan pelaksanaan dan dikirim ke Dinas Kesehatan Provinsi dan arsip. . Bagi Rumah Sakit, mengisi laporan Triwulan pada RL.1. 107 BAB VII TRANSPORTASI A. Transportasi Pasien di Rumah Sakit Citra Sari Husada ‘Transportasi pasien di Rumah Sakit Citra Sari Husada meliputi transportasi pasien antar ruangan/bagian dan transportasi pasien dari dan ke rumah sakit lain, Selain itu transportasi pasien juga harus memperhatikan keadaan umum pasien. Transportasi pada pasien gawat darurat akan berbeda dengan transportasi pasien kritis, Alat alat emergency bersifat wajib dimiliki oleh setiap mobil ambulances yang sedang berusaha menyelamatkan nyawa sescorang di perjalanan. B. Alat yang harus ada dalam ambulances. 1. Emergency kit. a. Manajemen jalan nafas/oksigenasi (dewasa dan anak). 1) Bag valvemask dewasa dan anak dengan reservoir oksigen. 2) Oxymeter. 3) Selang ETT (3.5, 5.5, 7.0, 7.5). 4) Laringoskop set. 5) Baterai cadangan dan bola lampu laringoskop. 6) Alat krikotiroidotom 7) Nasal kanul. Nebulizer. Pengukur tekanan darah . Winged needle. Telepon genggam. GeVbantalan elektroda defibrillator. Stik gula darah sewaktu (GDS). . Monitor EKG/defibrillator. Elektroda EKG. J. Senter dengan baterai cadangan k. Pompa infu (infusion pumps). L. Three ways. im. Kateter intravena. FRoe aes 108 1 Cairan infus (normal saline-NS, ringer laktat-RL, dekstrosa 5%). ©. Spuit 3cc, Sec, 10cc, 50ce. p. Tali penahan untuk ekstremitas, q. Stetoskop. 1. Suction, s. Kassa. 1. Tomiquet. u. Gunting. . Tabung 02. Regulators 02. . Brankar pasien. . Gantungan infus. Bantal. Selimut. . Obat-obatan minimal yang harus tersedia (bila dipertukan). adenosine, 6 mg/2 ml. amiodaron, 150 mg/3 mi. atropin, 1 mg/10 ml, kalsium klorida, 1g/10 ml. dektrosa 40%, 10 ml. dektrosa 5%, 50ml, digoksin, 0,5 mg/ 2m. difenhidramin, 50 mg/1 mi. ?. dopamine, 200 mg/S ml, 10. efineftin, 1 mg/10 ml (1:10,000), 11. efineftin, 1 mg/Iml (1: 1.000). 12. osfenitoin, 750mg/10 ml. 13, furosemide, 100 mg/10 ml 14. lidokain, 100 mg/10 ml. 15. lidokain, 2/50 ml. 16. manitol,50 mg/SOml, 17, metilprednisolon, 125 mg/2ml 18, mgSo4, 1g/2mt 2 Awan ea ae een ° 109 D. Transportasi Intra Atau Antar Rumah Sakit Pada Pasien Kritis: Definisi: pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi. Prosedur Transportasi pasien kritis harus mengikuti beberapa aturan, yaitu: a. Koordinasi sebelum transport 1) Informasi bahwa area tempat pasien akan dipindahkan telah siap untuk ‘menerima pasien tersebut serta membuat rencana terapi, 2) Dokter yang bertugas harus menemani pasien dan komunikasi antar dokter dan perawat juga harus terjalin mengenai situasi medis pasien. 3) Tuliskan dalam rekam medis kejadian yang berlangsung selama transport dan ‘evaluasi kondisi pasien. », Profesional beserta dengan pasien: 2 profesional (dokter atau perawat) harus menemani pasien dalam kondisi serius. 1) Salah satu profesional adalah perawat yang bertugas, dengan pengalaman CPR atau khusus terlatih pada transport pasien kondisi kritis. 2) Profesional kedua dapat dokter atau perawat. Seorang dokter harus menemani pasien dengan instabilitas fisiologik dan pasien yang membutuhkan urgent action. ¢. Peralatan untuk menunjang pasien. 1) Portable pasien monitor. 2) Tensi meter. 3) Sumber oksigen dengan kapasitas prediksi transport, dengan tambahan cadangan 30 menit 4) Ventilator portable, dengan kemampuan untuk menentukan volume/menit, Pressure FiO2 of 100% and PEEP with disconnection alarm and high airway pressure alarm. 5) Mesin suction dengan kateter suction, 6) Obat untuk resusitasi: adrenalin, lignocaine, atropine dan sodium bicarbonate. 7), Cairan intravena dan infus obat dengan syringe pump atau pompa infus dengan baterai. 8) Pengobatan tambahan sesuai dengan resep obat pasien tersebut 4) Monitoring selama transport, 110 9) Tingkat monitoring dibagi sebagai berikut: Level _1=wajib,level 2-Rekomendasi kuat, level 3=ideal ) Monitoring kontinu: EKG, pulse oximetry (level 1). b) Monitoring intermiten: Tekanan darah, nadi, respiratory rate (level 1 pada pasion pediatr, Level 2 pada pasien lain), E. Alur Permintaan Ambulance. Alur permintaan ambulance adalah mekanisme pelayanan penggunaan transportasi ambulance guna mendukung proses evakuasi baik dari dalam maupun dari luar. Rumah Sakit: L Pasien dari luar Rumah Sakit ‘8, Keluarga pasien menghubungi bagian pendaftaran Rumah Sakit Citra Sari Husada. . Bagian pendaftaran menulis data-data/penggunaan ambulance (nama pasien,alamat pasien, waktu penggunaan dan tujuan penggunaan), ©. Bagian pendaftaran menghubungi MPP. d. MPP menghubungi pengemudi ambulance dan ke Perawat IGD. . Perawat IGD menyiapkan SDM dan alat medis sesuai dengan kebutuhan kondisi pasien. £, Perawat IGD mengkonfirmasi ulang ke keluarga pasien untuk menyiapkan bahwa personel ambulance siap berangkat. Pasien di dalam Rumah Sakit. a, Pasien yang memerlukan pelayanan ambulance di Rumah Sakit Citra Sari Husada ‘menghubungi perawat unit terkait, b. Perawat unit terkait menghubungi bagian kasier dan menuliskan data- data/penggunaan ambulance (nama pasien, nama unit terkait,waktu penggunaan dan tujuan penggunaan). c. Perawat unit terkait mengintruksikan ke keluarga pasien untuk sogara ke kasir. 4. Keluarga pasien mengisi formulir permintaan ambulance dan menyelesaikan administrasi di kasir. ¢., Bagian kasir segera menghubungi bagian ambulance setelah keluarga pasien menyelesaikan proses administrasi nya, am £. Perawat unit terkait menghubungi bagian ambulance untuk menyiapkan kendaraan, serta menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien. g. Pasi yang akan diryjuk di damping oleh perawat ruangan yang merawat pasien tersebut sampai tujuan, F, Pemakaian Ambulance, 1. Parkir ambulance depan IGD. a, Bagian F.O Rumah Sakit menerima panggilan darurat/kasus yang memerlukan pertolongan kihusus. b. Bagian F.O Mencatat identitas orang yang meminta pelayanan ambulance (nama, alamat, no. telp/WA). ©. Mencatat alamat yang akan di tuju. 2. MPP melakukan konfirmasi ulang dengan menghubungi no. telp yang telah diberikan. 3. Rumah Sakit Citra Sari Husada melayani permintaan ambulance dari internal rumah sakit. Melaporkan ke MPP. Lapor ke Kasir rawat jalan. Konfirmasi ulang ke bagian supir ambulance. Lapor ke IGD untuk persiapan perlatan medis ambulance. eee 4. Kecepatan kendaraan maksimum 40 km/jam di jalan biasa dan 100 km/jam di jalan ‘bebas hambatan. 5. Pada saat membawa pasien boleh menggunakan lampu sirine dan rotator. 6. Sebisa mungkin mentaati peraturan lalu lintas yang ada. 7. Selama dalam transportasi kondisi pasien tetap di monitoring dan dilakukan dokumentasi pada lembar obseravasi pasien. 8. Petugas yang ada di dalam ambulancememakai seragam dan memakai identitas yang elas. G. Proses dekontaminasi bila terkontaminasi cairan tubuh pasien atau pasien dengan penyakit menular, 12 Proses dekontaminasi merupakan proses menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali endospore yang menempel pada peralatan di mobil ambulance 1. Persiapan Alat ‘a. Sarung tangan. b. Presept tablet (0,5g1/2,5er). c. Kom tempat rendaman instrument. d. Sikat (bila diperlukan), ec. Lap kering. 2. Cara Kerja a. Petugas/sopir mencuci tangan, b. Petugas/Sopir memakai APD yaitu sarung tangan, masker, kacamata gogel. ©. Petugas/Sopir membersihkan semua darah, cairan tubub, dan kotoran yang terlihat oleh mata dengan air atau dengan air detergen. 4. Petugas/Sopir merendam lap dalam larutan presept dengan derajat perendaman instrument: Tablet 0,5 gr: 1 tablet 2 liter air, Tablet 2,5 gr: 1 tablet dalam 10 liter air; . Petugas/Sopir mengusap permukaan alat-alat kesehatan yang berada di ambulance dengan lap yang sudah di rendam dalam larutan presept. £Setelah itu bilas dan keringkan segera permukaan dengan lap kering. 8. Petugas/sopir melepas sarung tangan dan mencuci tangan. hh. Petugas/sopir segera membereskan alat-alat dan meletakan Kembali ketempat semula. H. Pemeliharaan Ambulancece. Pemeliharaan ambulance adalah kegiatan mutlak yang harus dilakukan oleh setiap supir/pengemudi untuk menghilangkan kotoran ataupun benda yang dapat mengganggu atau merusak komponen materiil kendaraan ambulance. 1, Mesin a. Periksa urutan tutup motor. 113 Periksa motor blok. Periksa mur/neppal. Periksa packing motor. Periksa busi/alat pengabut (injector). Periksa packing karter. Periksa landasan motor. Periksa saluran-saluran buang. Periksa knalpot (muffler) . Pelumasan, Periksa karter. Femeeange a b. Saringan minyak. ©. Pendinginminyak(oil cooler). 4. Saluran pengukur tekanan minyak. . Saringan hawa, . Pendinginan Motor. Pembersihan radiator berikut lubang-lubangnya, Rusuk-rusuk pendngin. Landasan radiator. Saluran pompa air. eae sp Kipas. f. Tali kipas. |. Saluran Bahan Bakar. Tangki. ‘Saluran. Kabel kea lat pengukur bahan bakar. Saringan. aege e. Pompa saringan kedua (pada motor diesel). 5. Karburator Dan Pompa-Pengabut. Karburator. Pompa pengabut. Stang-stang penggerak. Kabel penarik (kabel Bowden). Landasan-landasan, eae se 14 £. Koopeling pompa pengabut 6. Kabel-kabel pengapian tekanan tinggi a. Kabel-kabel busi. b. Koil. ©. Kabel koil. 4. Distributor. Kondensator. £ Trigger wheel. Busi dan alat pengabut(injektor) Periksa keretakan. ‘Aus luar biasa. ‘Wama kotoran pembakaran yang mencurigakan, Ring-ringtembaga uang aus. Lobang-lobang injector tersumbat. . lat Setr. Roda atau stang setr. Kolom setir. Rumah roda set. 4. Stang-stang berikut pen-pen serta bos ¢. Bantalan roda (didongkrak), eae se Pe 9. Dinamo/altemator dan aki, a. Periksa dynamo/alternator dan landasannya, b. Regulator. ©. Akkikabel-kabel teristimewa kabel massa. 10. Starter Dan Penerangan. a. Periksa motor-motor dan landasannya, b. Kabel-kabel. Lampu-lampu teristimewa lampu rem. 4. Kaca klakson. 11. Koppeling Dan Perseneling, a. Periksa koppeling. b._ Periksa perseneling . Transfer case dan test pemindahan percepatan. us 4. Pedal gas dan pen. 12, Joint,Poros Penggerak Dan Differensial. Periksa joint-joint. Periksa poros-poros. Rantai penggerak berikut roda gigi. Differensial. Bak reduksi roda. 13. Chassis dan roda. a. Velg. Ring velg. Mur roda, Pegas berikutanting-anting dan pen. Shockbreker. Baut-baut pengikat pegas. 14, Bodi dan bak muat. a. Bodi b. Bermuatan. sae ge - ye ae ¢. Engsel-engsel 4. Landasan-landasan pada frame. 15. Rem. Pedal. b.Mastereylinder. .Tangki minyak. 4.‘saluran/kabel-kabel kompresor angina. .Tangki angina 16. Perkakas Kendaraan. a. Dongkrak. Kunci roda ©.Kunci-kunci, <-Tang kombinasi ©. Obeng dan sebagianya yang diperlukan I. Proses Transportasi pasien. 116 Dilakukan untuk terlaksananya proses rujukan, ‘rangfer dan pemulangan pasien rawat ‘nap atau rawat jalan. yee Hubungi rumah sakit rujukan, Menanyakan tempat perawatan yang sesuai dengan kondisi pasien, Persiapkan pasien yang akan di-ransfer. Lakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien, ‘Awali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan éransfer, kemudian lakukan stabilisasi pre-transfer dan manajemen transfer. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus dipertimbangkan dengan ‘matang pertimbangan resiko dan keuntungan dilakukannya ransfer. 7. Pertimbangkan resiko dan keuntungan dilakukannya transfer. 8, Jika resikonya lebih besar, sebaiknya jangan melakukan transfer. 9. Dalam éransfer pasien, diperlukan personel yang terlatih dan kompeten, peralatan dan 10. u 12. kendaraan khusus. Pengambil keputusan harus melibatkan DPJD/dokter ruangan. |. Menyiapkan ambulancece dan petugas yang akan mendampingi pasien, . Melengkapi dokumen pasien yang akan ditransfer/dirujuk dan mendokumentasikannya selama transfer pasien di perjalanan. 17

You might also like