You are on page 1of 60
PEDOMAN AKSES DAN KESINAMBUNGAN PASIEN RUMAH SAKIT CITRA SARI HUSADA JI Raya Kosambi-Telagasari Km 3 Klari - Karawang (41371) Telepon (0267) 8617972 / 437507 @ BSCTRA SARI HUSADA @ JLRaya. Kosambi-Telagasari Km 3 Klasi - Karawang (41371) i Telepon (0267) 8617972 / 437507 trasarihusada@yahoo.co.id Website : www sscitrasarihusada.com Email CCentertamily Health PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT CITRA SARI HUSADA NOMOR: 104/PER-DIR/RSCSH/VI1/2022 TENTANG PEDOMAN AKSES DAN KESINAMBUNGAN PASIEN DIREKTUR RUMAH SAKIT CITRA SARI HUSADA KARAWANG Menimbang. bahwa untuk mendukung terwujudnya pelayanan kesehatan bagi pasien di Rumah Sakit Citra Sari Husada yang optimal yang berorientasi terhadap keselamatan pasien di Rumah Sakit Citra Sari Husada; b. bahwa berdasarkan poin a perlu menetapkan Peraturan Direktur tentang Pedoman Akses dan Kesinambungan Pasien di Rumah Sakit Citra Sari Husada; ‘Mengingat 1. Undang-undang No, 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 2. Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; Undang-undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran; 4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197 tahun 2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit; 5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197 tahun 2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit; 6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197 tahun 2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit; 7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197 tahun 2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, 8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197 tahun 2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit; 9. Pernyataan Keputusan Rapat PT. Novialiano Husada (Akte Notaris Hindum Muchsin, SH No. 09 Tanggal 22 Oktober 202; 10. Surat Keputusan Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan 1 ‘Terpadu Kab. Karawang No. 503 4867 / 8 / SIO.RS /X / DPMPTSP / 2021 Tentang Ijin Operasional Rumah Sakit Citra Sari Husada Atas ‘Nama PT. Novialiano Husada Surat Keputusan Direktur PT. Novialiano Husada No : 013/KEP- DIR/PTNH/XY/2021 Tentang Penetapan Direktur RS Citra Sari Husada. @© RSCITRA SARI AUSADA Co JLRaya. Kosambi-Telagasari Km 3 Klari - Karawang (41371) Kus Y Telepon (0267) 8617972 / 437507 www rscitrasarihusada.com (Intan Barokah Group ) MEMUTUSKAN Menetapkan; © PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT CITRA SARI HUSADA ‘TENTANG PEDOMAN AKSES DAN KESINAMBUNGAN PASIEN. BABI PENDAHULUAN Pasal 1 Rumah sakit seyogianya mempertimbangkan bahwa asuhan di rumah sakit merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional pemberi asuhan dan tingkat pelayanan yang akan membangun suatu kontinuitas pelayanan, Maksud dan tujuan adalah menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan pelayanan yang sudah tersedia di rumah sakit, mengoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya. Sebagai hasilnya adalah meningkatkan mutu asuhan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit Perlu informasi penting untuk membuat keputusan yang benar tentang 1. Kebutuhan pasien yang dapat dilayani oleh rumah sakit; 2. Pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien; 3. Rujukan ke pelayanan lain baik di dalam maupun keluar rumah sakit; 4, Pemulangan pasien yang tepat dan aman ke rumah; BABIL ‘Skrining Pasien di Rumah Sakit Pasal 2 1. Skrining dilakukan pada kontak pertama pasien dengan RS untuk menetapkan apakah pasien dapat dilayani oleh RS, dan memastikan kebutuhan pasien akan pelayanan darurat atau regularielektif, 2, Skrining dilaksanakan di unit perawatan, ambulans, atau saat pasien tiba di Rumah Sakit; 3. Skrining dilaksanakan melalui kriteria Triage, visual atau pengamatan (petugas pendaftaran), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang; 4. Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera, diidentifikasi dengan proses Triage berbaris bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergensi; 5. Keputusan untuk melakukan tindakan, merawat atau merujuk dibuat setelah ada evaluasi hasil skrining; 6. Sebelum ditransfer atau diryjuk pasien harus dalam keadaan stabil dan dilengkapi dengan dokumen pencatatan; 7, Pada proses admisi pasien rawat inap dilakukan skrining kebutuhan pasien untuk menetapkan pelayanan preventif, paliatif, kuratif, dan rehabilitatif yang diprioritaskan berdasar atas kondisi pasien; Pasal 3 Skrining adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha untuk mengindentifiaksi penyakit atau kelainan secara klinis belum jelas denganmenggunakan test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat tetapi sesungguhnya menderita suatu kelainan, Test skrining yang dapat dilakukan dengan: 1, Pengkajian (anamnesa) berupa riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, psikososial, ekonomi, spiritual, pengkajian risiko jatuh, dan nyeri 2. Pemeriksan fisik 3. Pemeriksaan laboratorium klinik 4. Pemeriksaan diagnostik Skrining bertujuan untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan ini terhadap kasus yang ditemukan. Upaya keschatan adalah setiap kegiatar/serangkaian yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) secara khusus penanganan paliatif oleh pemerintah dan masyarakat Penyelenggaran Kesehatan harus bersifat menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, terjangkau, berjenjang, professional dan bermutu. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus sesuai dengan nilai dan moral sosial budaya, moral dan etika profesi. Proses skrining pada pasien di RS Citra Sari Husada Karawang akan menentukan jenis pelayanan prioritas bagi kebutuhan pasien untuk pelayanan preventif, kuratif, rehabilitative dan paliatif. A. Jenis pelayanan di RS Citra Sari Husada Karawang meliputi: 1, Preventif. 1), Definisi: Preventif adalah suatu tindakan yang diambil untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang tidak diinginkan di masa depan. Tindakan preventif biayanya lebih murah dibandingkan mengurangi dampak peristiwa buruk yang terjadi, Prinsipnya adalah meminimilasasi sebuah keburukan. Upaya preventif merupakan sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, Preventif secara etimologi berasal dari bahasa latin “pravenire” yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, preventif diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan utuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat. 2), Tujuan; Pelayanan preventif yang dilakukan di RS Citra Sari Husada Karawang adalah terdiri dari pegobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi kecacatan dengan cara menghindari akibat yang timbul dari perkembangan penyakit tersebut 3). Lingkup Kegiatan Perawatan preventif. Jenis kegiatan perawatan preventif di RS Citra Sari Husada Karawang meliputi : 1. Penyakit dalam, Perawatan pasien diabetes mellitus dengan kadar glukosa darah yang tinggi (>400 mg/dl) diharapkan untuk mencegah komplikasi yang terjadi 5 seperti Ketoasidosis, acute kidney injury, penyakit cardiovaskuler seperti acute coronary syndrome, ischemic dilated cardiomyopathy, cerebrovascular disease 2. Penyakit jantung dan pembuluh darah : Tekanan darah tinggi yang sangat tinggi seperti hipertensi urgency (TD > 180 / 120 mmHg) mempunyai dampak yang sangat berbahaya bila tidak diturunkan. Tatalaksana hipertensi urgency ditujuka untuk pencegahan penyakit hipertensi emergency dimana sudah ada kerusakan target organ, acute coronary syndrome, acute kidney injury, cerebro vascular disease, dll 3. Obstetri dan Gynecologi : Abortus imminens merupak kondisi yang mengkhawatirkan apabila tidak ditangani dengan baik sehingga janin dapat ‘menjadi abortus. Dengan perawatan dan tatalaksana yang baik, maka abortus komplit dan inkomplit pada abortus imminens dapat dicegah. 2. Kuratif. 1). Definisi Pelayanan Kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/serangkaian kegiatan yang dityjukan untuk menyembuhkan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin, 2), Tujuan Pelayanan keschatan kuratif merupakan pengobatan yang dilakukan dengan tepat dan segera untuk menangani berbagai masalah yang terjadi. Pengobatan segera dilakukan sebagai penghalang agar gejala tidak menimbulkan komplikasi yang lebih parah, ‘Tujuan utama dari usaha ini adalah 1. Yang setepat-tepatnya dan secepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera, 2. Pengobatan Pencegahan menular kepada orang lain, bila penyakitnya menular. 3. Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan suatu penyakit. Sebagian besar perawatan pasien di RS Citra Sari Husada Karawang memiliki tujuan kuratif, untuk setepat-tepatnya dan secepatnya mengurangi gejala dan menyembuhkan penyakit yang diderita oleh pasien Pengobatan atau farmakoterapi merupakan suatu proses ilmiah dilaksanakan oleh dokter berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesa dan pemeriksaan fisik. Dalam proses farmakoterapi terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan tentang obat dan keterampilan terkini untuk melakukan 6 intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko minimal bagi pasien. Berarti dapat dipertanggungjawabkan dan cost effektif yang adalah prinsip pengobatan rasional, Berbagai upaya yang dilakukan: a. Dukungan penyembuhan, perawatan contohnya dukungan psikis penderita TB Para b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan puskesmas dan rumah sakit Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas Perawatan payudara Perawatan tali pusat pada bayi baru lahir Pemberian obat dan tata laksana medis sesuai dengan disiplin kedokteran yang dituangkan dalam panduan praktek klinik me ae 3. Rehabilitatif 1), Definisi Rehabilitasi adalah penggunaan berbagai upaya untuk mengurangi dampak disabilitas serta ketunaan dan memampukan kelompok dengan kebutuhan khusus untuk mencapai integrasi sosial yang optimal. Rehabilitasi orang dengan disabilitas merupakan proses yang bertujuan memampukan mereka mencapai dan memelihara tingkat fungsional fisik, sensoris, intelektual, psikologis dan sosial. Definisi ini sangat Iuas Karena mencakup rehabilitasi klinis dan partisipasi sosial yang memerlukan perpaduan antara lingkungan sosial dan kelompok disabilitas, sehingga menghilangkan hambatan sosial dan vokasional dalam berpartisipasi Pelayanan kesehatan rehabilitative adalah kegiatan dan atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan penderita ke dalam masyarakan sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat, semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya 2). Tujuan Pelayanan rehabilitative yang dilakukan di rumah sakit berujuan untuk pemulihan dan pencegahan kecacatan (tertiary prevention) Pelayanan Kesehatan rehabilitative merupakan kegiatan dan atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakan sehingga dapat berfungai lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan ‘masyarakat, semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya Pelayanan rehabilitative yang dilakukan di rumah sakit berujuan untuk pemulihan dan pencegahan kecacatan (tertiary prevention) Rehabilitasi merupakan penggunaan berbagai upaya untuk mngurangi dampak disabilitas serta ketunaan dan memampukan kelompok dengan kebutuhan khusus untuk mencapai integrasi sosial yang optimal. Rehabilitasi orang dengan disabilitas merupakan proses yang bertujuan_memampukan mereka mencapai dan memelhara tingkat fungsional fisik, sensoris, intelektual, psikologis dan sosial. Definisi ini sangat luas karena mencakup rehabiitasi Klinis dan partisipasi sosial yang memerlukan perpaduan antara lingkungan sosial dan kelompok disabilitas, sehngga menghilangkan hambatan sosial dan vokasional dalam berpartisipasi. Rehabilitasi terdiri dari: 1. Rehabilitasi Medis: Layanan medis yang bertujuan mengembangkan kemampuan fungsional dan psikologis seorang individu dan mekanisme Kompensasinya schingga ia dapat mencapai kemandirian dan menjalani hidup secara aktif. 2. Rehabilitasi Sosial: Usaha penyantunan rehabilitasi cacat Kkembali ke masyarakat sebagai manusia yang produktif dan berguna. 3. Rebabilitasi Vokasional: Usaha pemulihan penderita cacat untuk dapat bekerja dan berguna secara produktif dan remuneratif. 4. Rehabilitasi Pendidikan: Proses pendahuluan ke arah resosialisasi dengan memberikan bantuan kepermasalahan rupa, sehingga mencapai perkembangan potensi seoptimal mungkin. Layanan Rehabilitasi Medik (batasan PB PERDOSRI): adalah layanan keschatan yang diselenggarakan di sarana kesehatan dan meliputi upaya pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rebabilitatif, yang mencakup kegiatan layanan Kesehatan secara utuh dan terpadu melalui pendekatan medis, psikososial, edukasional dan vokasional untuk mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin, Pelayanan Rehabilitasi medik dilaksanakan oleh tenaga medis dan tenaga Kesehatan yang memiliki kualifikasi dalam rehabilitasi medik, antara lain dokter umum terlatih, dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, fisioterapis, terapis wicara, terapis okupasi, ortotis-prostetis, perawat , pekerja sosial medik, psikolog dan rohaniawan, Layanan Fisioterapi (batasan Ikatan Fisioterapis Indonesia): adalah bentuk layanan Kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang aur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi. Batasan dan ruang lingkup © Layanan Terapi Wicara (batasan Ikatan Ahli Terapi Wicara Indonesia): adalah bentuk layanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/kelompok untuk memulihkan mengupayakan kompensasi/adaptasi fungsi komunikasi, bicara dan menelan dengan pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi (fisik, ¢lektroterapeutis) dan mekanis). © Layanan Terapi Okupasi (batasan ikatan Okupasi terapi Indonesia): adalah bentuk layanan keschatan yang ditujukan kepada individu dan/kelompok untuk ‘mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi dan/mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk aktivitas sehari-hari, produktivitas dan waktu luang ‘melalui pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi. ‘+ Layanan Ortotis-Prostetis (batasan Ikatan Ortotik-Prostetik Indonesia): adalah salah satu bentuk layanan keteknisan medik yang ditujukan kepada individu untuk merancang, membuat dan memasang alat bantu guna pemeliharaan dan pemulihan fungsi atau pengganti anggota gerak. Penegakkan Diagnosis, Evaluasi dan pemeriksaan fisik yang dibantu pemeriksaan penunjang menghasilkan diagnosis KFR dalam bentuk identifikasi adanya hendaya, disabilitas atau kecacatan dan kemampuan aktivitas serta partisipasi fungsi dan keterbatasan fungsi merupakan hal penting dalam perawatan akut, subakut dan kronis yang panjang pasien dengan kondisi disablitas dan/penyakit kronik lainnya, Pada tahun 2001, WHO menerbitkan Intemasional Classification of functioning, disability and Health (ICF) untuk menyatakan kondisi fungsi dan disabilitas secara menyeluruh yang meluputi taksonomi fungsi manusia, aktivitas dan partisipasi serta faktor- faktor kontekstual (Tabel IV-1). Prinsip Dasar: Menetapkan Tujuan Optimal. Layanan rehabilitasi medik adalah suatu proses yang bertujuan mengoptimalkan kemampuan individu untuk mempertahankan dan mencapai tingkat fungsi fisik, mental, emosional, sosial, dan spiritual untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Dalam hal ini, pasien dan dokter memiliki tujuan yang sama. Tyjuan tersebut harus diupayakan bersama schingga layanan medis tidak berhenti sebatas gejala penyakit bekurang atau hilang. ‘Ukuran terbaik atas nilai suatu layanan kedokteran adalah hasil yang dapat diukur melalui peningkatan perbaikan fungsi dan kualitas hidup seorang pasien. Hasil rehabilitasi harus diukur dari parameter kinerja. Pasien (patient performance) sepanjang sisa hidupnya, Anderson telah membuat ukuran fungsional tentang laran rehabilitasi yang dimodifikasi dan Williamson dengan cara mengkaji kinerja pasien di sisa hidupnya seperti tertera dalam tabel, Layanan rehabilitasi yang kompherensif ini harus dapat berorientasi pada hasil akhir. Layanan dilakukan dengan mengembangkan suatu metode komprehensif melalui bimbingan edukasi latihan untuk mendapatkan hasil akhir yang optimal. ‘Walaupun telah tercapai perbaikan selama rawat inap di rumah sakit, aspek-aspek ain dalam kehidupan pasien di rumah dan dimasyarakat setelah pulang perlu diperhatikan dan potensi pasien digali lebih jauh apakah dapat mencapai kemandirian dan kualitas yang lebih tinggi. Tujuan layanan yang komprehensif ini harus mencakup pencapaian fungsional secara optimal bagi setiap individu, baik di rumah maupun di masyarakat, selama hidupnya, Menunjukkan Skala Hasil Akhir Fungsional rehabilitasi berdasarkan kkinerja fungsi individu. Dari sejak seseorang lahir, laju peningkatan fungsi sangat pesat pada masa kanak-kanak dan berlanjut hingga mencapai puncaknya pada usia dewasa muda, Jika keschatan tubuh dapat dipertahankan dan dijaga, fungsi ini dapat bertahan mendekati maksimal hingga lanjut usia, dan meninggalnya seorang individu menjadi titik akhir fungsi, Berbagai contoh jenis intervensi dalam KFR adalah * Pengobatan medikamentosa yang bertujuan untuk memulihkan struktur 25%) | Penyakit ginjal kronik | Gagal jantung kongesif e|Penyakit jantung berat CHF, CAD berst, CM e| Kondisi/Komplikasi lain (LVEF<25%) £| HIV/AIDS 'g| Kelainan congenital berat 3. | Status Fungsional Skor [4 |Kriteria lain yang perlu|Skor 1, Menggunakan status performa| spesifik | | dipertimbangkan untuk —tiap ECOG (Estem Cooperative | di bawah kondisi ‘Oncology Group). ini Derajat Skala OP AKtif penuh, dapat | Skor 0 melakuka tanpa hambatan a) Tidak akan menjalani ‘pengobatan kuratif seperti sebelum ada penyakit b| Kondisi_penyakit berat dan memilih untuk tidak melanjutkan terapi Terdapat_hambatan dalam | Skor 0 aktivitas berat tetapi mampu 24 jam ¢| Nyeri tidak teratasi dari |. berjalan dan dapat melakukan pekerjaan ringan seperti pekerjaan ringan seperti pekerjaan kantor yang ringan tidak terkontrol (contoh : mual dan muntah) 4d Memiliki Keluhan yang | . 2]Dapat berjalan, dapat | Skor 1 e] Memiliki kondisi mengurus diri sendiri tetapi psikososial dan spiritual tidak dapat —melakukan yang perlu perhatian semua aktivitas pada lebih €| Sering berkunjung ke | ..... dari 50% jam bangun unit gawat darurat di tumah sakit (lebih satu kali/bulan untuk diagnosis yang sama) 3] Dapat mengurus dint sendiri | Skor2 ) Lebih dari satu kali untuk secara terbatas, lebih banyak diagnosis yang sama menghabiskan waktunya di dalam 30 hari tempat tidur atau di kursi | Memiliki lama perawatan oda, lebih dari 50% jam tanpa kemajuan yang bangun bermakna 4| Tidak dapat mengurus diri| Skor3 ifLama rawat yang |... sendiri, sebagian besar panjang di ICU tanpa waktu ditempat —tidur, kemajua kondisi berat/cacat Petunjuk Skoring : Skor total 0-2 tidak perlu intervensi paliatif, ‘Skor total -3 Observasi. Skor total > Perlu konsultasi palitif. Pasal 4 Rumah Sakit memiliki kriteria masuk dan keluar unit pelayanan intensif atau pelayanan khusus “ICU, NICU” antara lain: 1. Kriteria berdasar fisiologi yang tepat, dikembangkan oleh staf yang tepat, dan dipahami oleh staf rumah sakit, 2. Bukti bukti yang memenuhi kriteria yang tepat untuk masuk dan keluar dari ‘pelayanan intensif atau pelayanan khusus tercantum dalam rekam medis. Rumah Sakit Citra Sari Husada mendisain tata cara transfer dan melaksanakan proses untuk memberikan pelayanan asuhan pasien yang berkelanjutan didalam Rumah Sakit dan koordinasi antar para tenaga medis, Pasal 5 Penundaan Pelayanan. 1. RS Citra Sari Husada memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu dan memberitahu pasien jika terjadi penundaan untuk pelaksanaan_tindakan/pengobatan, pemeriksaan penunjang atau rujukan; 19 2. RS Citra Sari Husada memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau pengobatan beserta alasannya dan memberikan alternatif yang tersedia; 3. Penundaan atau keterlambatan pelayanan dicatat dalam rekam medis pasien, misalnya di form edukasi yang terdapat bukti tanda tangan pasien; BABII REGISTRASI DAN ADMISI DI RUMAH SAKIT Pasal 6 ‘Rumah Sakit Citra Sari Husada memiliki proses penerimaan pasien rawat inap dan pendaftaran pasien rawat jalan dan instalasi gawat darurat: 1, Pendaftaran layanan rawat jalan dilakukan di konter pendaftaran rawat jalan untuk pasien umum, asuransi, perusahean atau BPJS. 2. Pendaftaran layanan rawat jalan IGD dilakukan di konter pendaftaran IGD 3. Pendaftaran layanan rawat inap dilakukan di konter pendaftaran rawat inap, akan dilakukan pengambilan keputusan a. Pasien bisa rawat jalan; b. Pasien dipindahkan atau dirujuk karena fasilitas yang dibutuhkan tidak tersedia; ¢. Pasien akan dilakukan perawatan lebih lanjut (masuk rawat inap biasa atau masuk intensive care berdasarkan kriteria keluar masuk yang berlaku); 4. Pasien yang membutuhkan stabilisasi keadaan umum akan dilakukan observasi di IGD, untuk pasien yang dilakukan observasi di IGD maksimal 6 jam dan setelah itu harus diputuskan pasien itu dirujuk, rawat, atau pulang; €. Bila tempat tidur tidak tersedia di ruang rawat inap, pasien dapat transit di IGD dalam waktu 1x24 jam atau dirujuk ke fasilitas kesahatan lain; £ Pencatatan asesmen awal medis diisi dalam waktu 1x24 jam; Pasal 7 Rumah Sakit Citra Sari Husada memberikan penjelasan yang cukup kepada pasien dan keluarganya pada saat admisi untuk membuat keputusan berkenaan dengan pelayanan yang dianjurkan, termasuk namun tidak terbatas pada: 1. Pelayanan yang ditawarkan, 2. Hasil pelayanan yang diharapkan, 3. Perkiraan biaya kepada pasien dan keluarganya, 20 4. Penjelasan cukup bagi pasien dan keluarganya untuk membuat keputusan yang benar. Ketersediaan tempat tidur. 6. Perencanaan alokasi tempat, peralatan, utilitas, teknologi medis, dan kebutuhan lain untuk mendukung penempatan sementara pasien. 7. Alur pasien didaerah pasien menerima asuhan, tindakan dan pelayanan. 8. Efisiensi pelayanan penunjang asuhan dan tindakan ke pasien Pasal 8 Rumah Sakit Citra Sari Husada berusaha mengurangi kendala fisik, bahasa dan budaya serta penghalang lainnya dalam memberikan pelayanan dengan cara: 1. Pimpinan dan staf rumah sakit mengidentifikasi hambatan yang ada dipopulasi pasiennya; 2. Ada prosedur untuk mengatasi atau membatasi hambatan pada waktu pasien mencari pelayanan. 3. Ada prosedur untuk mengurangi dampak dari hambatan dalam memberikan pelayanan. BABIV KONTINUITAS PELAYANAN Pasal 9 1. Manajemen Pelayanan Pasien (MPP), a. Suatu proses kolaboratif mengenai asesmen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi asuhan, evaluasi dan advokasi untuk opsi dan pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan pasien dan keluarganya yang komprehensif, melalui komunikasi dan sumber daya yang tersedia sehingga memberi hasil (outcome) yang bermutu dengan biaya-efektif. b. Suatu model klinis untuk manajemen strategi mutu dan biaya pelayanan, dibuat untuk memfasilitasi hasil pasien yang diharapkan dalam lama perawatan yang layak/patut dan dengan manajemen sumber daya yang sesuai. 2. Manajer Pelayanan Pasien (MPP) adalah profesional di rumah sakit yang melaksanakan manajemen pelayanan pasien; 3. Asesmen utilitas : kegiatan mengevaluasi utilisasi/pemanfaatan sumber daya; 2 Pasal 10 Proses pelaksanaan Case Manager melibatkan seluruh PPA dan pasien sehingga terjadi hhubungan yang sinergis sehingga meningkatkan pelayanan Rumah Sakit. Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien (MPP) adalah sebagai berikut : 1. Penetapan dan Pengangkatan MPP oleh Direktur; ‘Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan asuhan pasien; ‘Mengoptimalkan terlaksananya pelayanan berfokus pada pasien; Mengoptimalkan proses reimbursemen; dan dengan fungsi sebagai berikut, yawn Melakukan Asesmen manajemen pelayanan pasien, berdasarkan pasien yang meliputi : a. Risiko tinggi. Biaya tinggi. s ¢. Potensi komplain tinggi. d. Kasus dengan penyakit kronis, €. Kasus komplek/rumit. £ Kemungkinan sistem pembiayaan yang komplek. 6. Perencanaan manajemen pelayanan pasien tersebut, berkolaborasi dengan DPJP serta ‘para anggota Tim klinis lainnya, yang mencerminkan kelayakan/kepatutan dan cfektivitas-biaya/ kendali mutu dan biaya dari pelayanan pengobatan medis dan klinis, 7. Melakukan fasilitasi yang mencakup interaksi antara MPP dan DPJP serta para anggota tim klinis lainnya, berbagai unit pelayanan, pelayanan administrasi, perwakilan pembayar. Fasilitasi untuk koordinasi, komunikasi dan kolaborasi antara pasien dan pemangku kepentingan, serta menjaga kontinuitas pelayanan, 8. Memfasilitasi untuk kemungkinan pembebasan dari hambatan yang tidak mempengaruhi kinerja/hasil, 9. Memfasilitasi dan memberikan edukasi dan advokasi agar pasien memperoleh pelayanan yang optimal sesuai dengan sistem pembiayaan dan kemampuan finansial. Pasal 11 DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) : adalah seorang dokter, sesuai dengan Kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis lengkap (paket) kepada satu pasien dengan satu patologi/penyakit, dari awal sampai dengan akhir perawatan di Rumah Sakit, baik pada pelayanan Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Inap. Asuhan medis lengkap artinya melakukan asesmen medis sampai dengan implementasi rencana serta tindak lanjutnya sesuai kebutuhan pasien Pasal 12 DPJP Utama adalah bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan medis tersebut dilakukan secara terintegrasi dan secara tim diketuai oleh seorang DPJP Utama. Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis bagi pasien yang bersangkutan ("Ketua Tim"), dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis komprehensif - terpadu - efektif, demi keselamatan pasien melalui komunikasi efektif dengan membangun sinergisme dan mencegah duplikasi Dokter yang memberikan pelayanan interpretatif, misalnya memberikan uraian/data tentang hasil laboratorium atau radiologi, tidak dipakai istilah DPJP, karena tidak memberikan asuhan medis yang lengkap. Pasal 13 ‘Asuhan pasien (patient care) diberikan dengan pola Pelayanan Berfokus pada Pasien (Patient Centered Care), dan DPJP merupakan Ketua (Team Leader) dari tim yang terdiri dari para professional pemberi asuhan pasien/staf klinis dengan kompetensi dan Kewenangan yang memadai, yang terdiri dari dokter, perawat, abli gizi, apoteker, fisioterapis dsb. Rumah sakit bekerja sama dengan para praktisi kesehatan dan badan di luar rumah sakit untuk memastikan bahwa ryjukan dilakukan pada waktu yang tepat 1. Rencana pemulangan pasien mempertimbangkan pelayanan penunjang dan kelanjutan pelayanan medik. 2. Identifikasi organisasi dan individu penyedia layanan keschatan di lingkungan tempat tinggal pasien yang sangat berhubungan dengan pelayanan yang ada di rumah sakit serta populasi pasien, 3. DPIP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien harus menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan, 4, Keluarga pasien dilibatkan dalam perencansan proses pemulangan yang terbaik atau sesuai kebutuhan pasien, 5. Apabila memungkinkan rujukan keluar rumah sakit ditujukan kepada individu secara spesifik dan badan dari mana pasien berasal, 6. Apabila memungkinkan rujukan dibuat untuk pelayanan _penunjang. 23 BABV ‘TRANSFER INTERNAL DI DALAM RUMAH SAKIT Pasal 14 Rumah Sakit Citra Sari Husada telah menetapkan kriteria dan tata cara transfer di dalam tumah sakit: 1, Transfer dilaksanakan sesuai dengan panduan, kriteria dan prosedur yang telah ditetapkan. 2. Pasien yang ditransfer harus dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sebelum dpindahkan, BAB VI PEMULANGAN (DISCHARGE), RUJUKAN DAN TINDAK LANJUT. Pasal 15 Rumah Sakit Citra Sari Husada dapat merujuk pasien ke praktisi kesehatan lain ke rumah sakit lain, memulangkan pasien ke rumah atau ke tempat keluarga dengan memperbatikan 1. Kriteria status kesehatan pasien dan kebutuhan akan kelanjutan pelayanan, Kebutuhan pelayanan berkelanjutan dapat berarti: a. Rujukan ke dokter spesialis, b. Terapis rehabititasi atau ©. Kebutuhan pelayanan preventif yang dilaksanakan di rumah oleh keluarga. 2. Ketentuan atau kriteria bagi pasien yang sip untuk —dipulangkan (Discharge Planning) diatur oleh Rumah Sakit. 3. Perencanaan untuk merujuk dan memulangkan pasien dapat diproses lebih awal dan apabila perlu mengikut sertakan keluarga. 4, Pasien diryjuk dan dipulangkan berdasarkan tas Kebutuhannya —sesuai arahan/dikonsulkan ke DPJP. 5. Rumah Sakit Citra Sari Husada mengatur proses pasien yang diperbolehkan meninggalkan rumah sakit, sementara dalam proses rencana pengobatan dengan izin yang disetujui untuk waktu tertentu Pasal 16 Rekam medis pasien berisi salinan resume pelayanan medis pasien pulang : 1, Resume asuhan pasien dibuat oleh Dokter Pengangung Jawab Pasien (DPJP) sebelum ‘pasien pulang dan dapat berisi instruksi tentang tindak lanjut; 24 2. Resume dibuatkan salinananya untuk a. Disimpan dalam rekam medis; b. Diberikan untuk penjamin pasien; ©. Diberikan kepada pasien, d. Untuk tenaga kesehatan. Pasal 17 Resume pelayanan pasien pulang lengkap terdiri dari paling sedikit : Alasan masuk rumah sakit, diagnosis, dan penyakit penyertanya. Penemuan kelainan fisik dan pemeriksaan penunjang lain yang penting. Prosedur diagnosis dan pengobatan yang telah dilakukan. Pemberian medikamentosa dan pemberian obat waktu pulang. Status/kondisi pasien waktu pulang, Instruksi follow-up / tindak lanjut. Tanda tangan DPJP dan pasien / keluarga. NOW eR wD oe Pasal 18 Rekam medis pasien rawat jalan yang mendapat pelayanan lanjutan berisi resume semua diagnosis yang penting, alergi terhadap obat, medika mentosa yang sedang diberikan dan segala sesuatu yang berkenaan dengan prosedur pemberdahan dan_perawatan / hospitalisasi di rumah sakit. 1. Rumah Sakit Citra Sari Husada mengidentifikasi dan menentukan pelayanan lanjutan mana dalam resume yang pertama dilaksanakan. 2. Identifikasi bagaimana resume pelayanan dijaga kelangsungannya dan siapa yang menjaga, 3, Resume pasien rawat jalan yg mendapat pelayanan berkelanjutan berisi ‘Diagnosis yang penting. Alergi terhadap obat. Medikamentosa yang sekarang Prosedur bedah yang lalu. Riwayat perawatan yang lalu. eae ee 4. Yang dimaksud dengan resume saat ini adalah resume pasien selama 3 bulan terakhir atau sejak pasien menjalani pengobatan untuk sakit saat ini, 5. Rekam medis dicek secara rutin setiap pasien kontrol apakah berisi daftar resume secara lengkap sesuai kebijakan, 25 Pasal 19 Pasien dan keluarga diberikan pengertian tentang instruksi tindak lanjut dengan tepat : 1. Pasien yang tidak langsung dirajuk ke rumah sakit lain harus mendapatkan instruksi yang jelas, dengan cara sederhana dan mudah dimengertitentang dimana dan bagaimana menerima pelayanan lanjutan. Instruksi mencakup a. Nama dan lokasi untuk pelayanan lanjutan; >. Kapan kembali ke rumah sakit untuk kontrol; ¢. Kapan pelayanan yang mendesak harus didapatkan; 2, Keluarga diberikan instruksi untuk pelayanan bila diperlukan berkenaan dengan kondisi pasien, Pasal 20 Rumah sakit mempunyai proses untuk penatalaksanaan dan tindak lanjut bagi pasien yang pulang karena menolak nasehat medis : 1, Pasien rawat inap atau pasien rawat jalan yang memilih pulang karena menolak nasehat medis harus dijelaskan tentang : a. Risiko berkenaan dengan pengobatan yang tidak adekuat yang dapat berakibat cacat permanen atau kematian. b. Konsekuensi, tanggung jawab berkaitan dengan keputusan yang diambil beserta tersedianya alternatif pelayanan dan pengobatan ©. Hak pasien dan keluarga untuk menolak nasihat medis dan tidak melanjutkan pelayanan serta pengobatan. 4. Rumah sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk menolak tindakan ‘medis berupa resusitasi atau memberhentikan bantuan hidup dasar. 2. Apabila diketahui ada keluarganya yang dokter, kepadanya diberitahu tentang keputusan yang diambil pasien atau keluarga penanggung jawab. 3, Proses dilaksanakan sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku, Pasal 21 RS Citra Sari Husada menetapkan regulasi pasien melarikan diri sesuai UU yg berlaku, ‘membuat laporan ke Dinas Kesehatan’ kementerian kesehatan jika pasien memiliki kasus infeksi dan memberi informasi pada pihak berwajib tentang pasien yg mungkin mencelakakan dirinya atau orang lain 26 Pasal 22 Pasien dirujuk ke Rumah Sakit Jain berdasarkan atas Kkondisi dan kebutuhan pelayanan lanjutan, 1. Rujukan pasien ke Rumah Sakit lain berdasarkan atas kondisi dan kebutuhan pelayanan berkelanjutan, 2. Proses rujukan mencakup pengalihan tanggung jawab ke rumah sakit yang menerima, 3. Dokter ruangan dan atau perawat bertanggung jawab selama proses rujukan serta perbekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan selama transportasi. 4. Proses rujukan menjelaskan situasi dimana rujukan tidak mungkin dilaksanakan. Pasien dirajuk ke fasilitas kesehatan yang memiliki layanan sesuai dengan kondisi pasien 6. Proses rujukan menggunakan alat transportasi milik rumah sakit kecuali atas permintaan sendiri menggunakan transportasi lain. 7. Proses rujukan/perpindahan didokumentasikan di dalam rekam medis, Pasal 23 Rumah Sakit Citra Sari Husada menentukan bahwa kemungkinan pasien diijinkan keluar rumah sakit selama periode waktu tertentu untuk keperluan penting, A. Kriteria Pasien yang diperbolehkan keluar rumah sakit periode waktu tertentu, 1. Keluar rumah sakit pada waktu tertentu selama 8 jam. 2, Keperluan untuk kepentingan negara, misal pengadilan, 3, Keperluan keluarga misal ada keluarga yang meninggal. 4. Kategori Grade 0 Diizinkan untuk keluar rumah sakit periode waktu tertentu dengandidampingi oleh perawat. Grade 1 Diizinkan untuk keluar rumah sakit periode waktu tertentu dengandidampingi oleh perawat dan dokter. Grade 2 Tidak diizinkan untuk keluar rumah sakit periode waktu tertentu. Grade 3 Tidak diizinkan untuk keluar rumah sakit periode waktu tertentu, B. Pengelolaan pasien keluar rumah sakit pada periode waktu tertentu. Yang melakukan pengelolaan keluar rumah sakit periode waktu tertentu adalah petugas yang ditetapkan keputusan direktur untuk bertanggung jawab dalam pengelolaan keluar rumah sakit periode waktu tertentu, Daftar Petugas Pengelolaan keluar rumah sakit periode waktu tertentu 7 Pagi : PJ Shift Pagi. Siang PJ Shift Siang. Malam PJ Shift Malam, ‘Tahap untuk melakukan pengelolaan keluar rumah sakit periode waktu tertentu: 1. Penjelasan keluar rumah sakit periode waktu tertentu kepada pasien dan keluarga meliputi a) Diagnosis dan terapi atau tindakan yang diperlukan. ») Alasan dan tujuan dilakukan keluar rumah sakit periode waktu tertentu. ©) Resiko yang timbul apabila keluar rumah sakit periode waktu tertentutidak dilakukan, 4) Penggunaan Transportasi keluar rumah sakit periode waktu tertentu, €) Resiko atau penyulit yang dapat timbul dalam perjalanan, 2, Konfirmasi kepada pasien dan keluarga untuk mendapatkan persetujuankeluar rumah sakit periode waktu tertentu 3. Konfirmasi Administrasi 4, Menilai derajat pasien untuk petugas pendamping. Menyiapkan alat Kesehatan, obat-obatan emergensi sesuai dengan derajatpasien dan kelengkapan dokumen, 6. Menghubungi petugas pendamping sesuai dengan derajat pasien. 7. Menghubungi ambulance. . Penanganan Selama keluar rumah sakit periode waktu tertentu Berlangsung a. Posisi pasien harus stabil selama di dalam perjalanan, b. Semua peralatan harus aman disimpan di posisi dalam mobil ambulan. ¢ Pasien harus dipantau terus-menerus sepanjang keluar rumah sakit periode waktu tertentu dan dicatat pada formulir monitoring pasien di ambulan, 4. Monitor, ventilator, pompa infus dan tabung oksigen harus terlihat dan mudah dijangkau, ¢. Jika kebutuhan klinis timbul di mana pasien memerlukan intervensi, maka mobil ambulance harus berhenti di tempat yang aman, karena petugas melakukan tindakan, Tabel 1. GEJALA Pasien dengan airway, breathing, circulation (ABCyhemodinamic stabil yang dapatterpenuhi kebutuhannya dengan rawat inap biasa. Pasien dengan airway, breathing, circulation (ABCy/hemodinamic stabil, namun berpotensi menjadi tidak stabil misalnya pada pasien yang baru menjalani perawatan di ICU yang sudah memungkinkan untuk perawatan diruangan rawat inap biasa, Pasien dengan airway, breathing, circulation (ABC) yang tidak stabil dan membutuhkan observasi lebih ketat dan intervensi lebi mendalam termasuk penanganan kegagalan termasuk satu sistem| organ atau pasien yang habis menjalani operasi besar. Pasien dengan airway, breathing, circulation (ABC) yang tidak stabil yang membutuhkan bantuan pernapasan dan atau dengan kegagalan sistem organ lainnya, Tabel 2. PETUGAS KETERAMPILAN PERALATAN UTAMA Derajat 0_| Perawat Perawat : BLS Blankar, Kursi Roda Derajat 1 | Perawat atau | Perawat atau Dokter BLS/PPGD. | Oksigen, Blankar, _ Tian; Dokter infuse, Pompa infuse, Pulsé Oksimetri. Derajat2 |Perawat _ & | Perawat & Dokter : Oksigen, suction, Tiang Dokter yang | ¢ BLS, PPGD. infuse, Pompa infuse, berkompetensi | ¢ Harus mengikuti, pelatihan untuk | Baterai, Pulse Oksimetri Penanganan transfer pasien dengan sakit | serta monitor EKG, tensi pasien kritis berat/kritis. meter dan Defibrillator, t BVM. Derajat 3 |Perawat _& | Perawatr Oksigen, suction, Tiang dokter yang | * Minimal 6 bulan pengalaman | infuse, Pompa infuse , berkompetensi bekerja Di ICU atau telah | Baterai, Pulse Oksimetri ae mengikuti serta monitor EKG, tensi pasien kritis | © Keterampilan BLS, — PPGD, | meter dan Defibrillator, BTCLS. BVM danlong spine board dengan Head immobilizer. © Keterampilan menangani permasalahan jalan napas dan pemnapasan, * Telah mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat / kritis, Dokter: 29 * Keterampilan ATLS & ACLS. * Telah mengikuti pelatihan untul transfer pasien dengan sakit berat kritis. © Keterampilan menangani permasalahan jalan napas dan] pernapasan, BAB VIL RUJUKAN PASIEN Pasal 24 Rumah Sakit Citta Sari Husada menentukan bahwa Rumah Sakit penerima rujukan dapat memenuhi kebutuhan pasien akan kontinuitas pelayanan : 1, Rumah sakit yang meryjuk menentukan bahwa rumah sakit penerima dapat menyediakan kebutuhan pasien yang akan dirujuk. 2. Kerjasama yang resmi atau tidak resmi dibuat dengan rumah sakit penerima terutama apabila pasien sering di rujuk ke rumah sakit penerima, Pasal 25 Rumah sakit penerima diberi resume tertulis mengenai kondisi Klinis pasien dan tindakan- tindakan yang telah dilakukan di Rumah Sakit: 1. Informasi kondisi Klinis pasien atau resume Klinis pasien dikirim ke rumah sakit bersama pasien. 2. Resume klinis mencakup status pasien. 3. Resume klinis termasuk prosedur dan tindakan - tindakan lain yang telah dilakukan. 4, Resume Klinis termasuk kebutuhan pasien akan pelayanan lebih lanjut. Pasal 26 Selama proses rujukan, pasien secara langsung selalu dimonitor oleh staf yang Kompeten sesuai kondisi pasien: 30 1. Selama proses rujukan, secara langsung semua pasien selalu dimonitor. 2. Kompetensi staf yang melakukan monitor sesuai dengan kondisi pasien. Pasal 27 Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien, dan dicatat : 1. Nama rumah sakit tujuan dan nama staf yang menyetujui penerimaan _pasien. Hal - hal lain yang diperlukan sesuai dengan kebijakan rumah sakit yang _merujuk. ‘Alasan rujukan, Kondisi khusus sehubungan dengan proses rujukan. yeep Segala perubahan dari kondisi pasien selama proses rujukan, Pasal 28 Pasien rawat jalan yang memiliki asuhan yang komplek diperlukan Profil Ringkas Medis Rawat Jalan (PRMJ) meliputi : Kriteria diagnosis yang kompleks, Kriteria asuhan yang kompleks. Kriteria yang memerlukan Profil Ringkas Medis Rawat Jalan (PRMJ). Cara penyimpanan PRMJ agar mudah ditelusur (easy to retrieve) dan direview. Informasi penting dalam PRMJ ditempatkan pada urutan teratas dalam data rekam ‘medis pasien saat pasien berkunjung ke unit rawat jalan. yee ne BAB VIL TRANSPORTASI Pasal 29 Kegiatan proses rujukan, dan pemulangan pasien rawat inap atau rawat jalan, harus termasuk perencanaan untuk kebutuhan jenis transportasi pasien. 1. Terdapat penilaian terhadap kebutuhan transportasi apabila pasien dirujuk ke pusat pelayanan yang lain, ditransfer ke penyediaan pelayanan yang lain atau siap pulang Henti jantung * Simultan/serentak }¢ Kondisi mengancam hidup | (respirator antara penilaian | yang membutuhkan | distress) dan pengobatan | implemantasi segera le Resprasi < 10x/mnt. Tekanan darah <80mmhHg (dewasa). 6 GCS 9. + Kejang berulang. i Hypoventilasi. KATEGORIH | Penilaian dan » Menganeam jiwa. f Resiko pengobatan pemapasan ‘waktu bersamaan (stridor beratdroolin severe respiratory distress) Gangguan sirkulasi (perpusi Jjelek, Nadi < 50x/mnt atau > 150 x/mnt untuk dewasa, hipotensi, kehilangan | 35 darah berat) Nyeri dada ‘Nyeri hebat BSL <3 mmll Drowsy (GCS < 13) Acute hemiparese Panas degan tanda- ‘anda gelisal ‘Terpapar cairan asam ‘Mayor multi trauma ‘Trauma berat terlokalisasi (fraktur besar/amputasi) High risk history (rasa sakit hebat) Kejiwaan (agrresif, ‘mengancam diri sendir/oranglain) 36 KATEGORI HiT *Penilaian dan erawatan dalam waktu 30 menit Berpotensi mengacam > Hipertensi berat kehidupan l* Kehilangan — darah Perkembangan —_Kondisi kehidupan atau fe menyebabkan morbilitas, J+ Jka penilaian dan. Pengobatan tidak dilakukan dalam waktu 30 menit dari pasien datang Aton Situasi urgensi [ Apabila pengobatan tidak dilakukan dalam waktu sol menit dan berpotensi merugikan, Ataw Gambaran hasil pemeriksaan dari rasa tidak nyaman yang berat atau tertekan dalam waktu 30 menit. pasien dari mengancam Je Kejang ‘cukup berat Macam-macam panas Membahayakan Kondisi (reatsi steroid, ——_pasien onkologiim i,imunosupres) Sesak napas. Muntah, Dehidrasi. Cidera kepala dengan LOC singkat. Nyeri dada bukan jantung. Cidera_ekstremitas sedang, Cidera laserasi berat. Exstremitas bawah. (sensasi _hilang,tidak teraba nadi) 37 ‘Neonatus stabil (resiko _pelecehan anak, dicurigai cidera bukan kecelakaan) Perilaku ¥ Sangat Tertekan; — resiko menyakiti iri sendiri ¥ Atcut psikiatrik. Y Krisis situasional, menibah iri senditi Y Gelisah, ¥ Berpotensi agresif, 38 JKATEGORI IV © Penilaian = dan pengobatan dalam waktu 60 menit } Perpotensi serius fp Kondisi pasien mungkin memburuk atau hasil dapat ‘memburuk, jika penilaian dan pengobatan tidak dimulaia dalam waktu 1 jam sejak tiba di IGD p Gejala dapat berkelanjutan fp Ada potensi menjadi , jika waktu kritis pengoabatan tidak di mulai dalam waktu 1 jam + Kasus yang kompleks atau egawatan Y Dilakukan dengan kerja tim dan konsultasi untuk penaganan pasien atau Y Gambaran —hasil pemeriksaan dari rasa tidak nyaman atau tertekan dalam waktu 1 jam Perdarahan sedang Aspirasi benda asing tanpa ada gangguan pemapasan Trauma thorax tanpa sakit tulang dada atau ‘gangguan pemapasan. Kesulitan menelan tanpa ‘gangguan pemapasan. Cidera kepala ringan fanpa ——_gangguan kehilangan kesadaran, Rasa sakit sedang dengan —_beberapa resiko. Muntab/diare tanpa dehidrasi Peradangan pada mata/ada benda asing namun penglihatan normal Trauma ringan Ekstremitas Terkilir, ¥ Laserasi tanpa kesulitan. Y Vital sign dalam batas normal. v Rasa sakit ringan sedang. J+ Sakit perut tidak spesifik l+ Perilaku, % masalah Kesehatan normal. ¥ dibawah Pengamatan denganitidak sendiri/orang lain. 40 KATEGORIV | Penilaian dan Tidak mendesak Sakit minimal Pengobatan —_» Kondisi pasien yang teratasi tanpa resiko. dalam — waktu/ atau gejala tidak cukup atau Riwayat —resiko 120 menit hhasil akhir dari pengobatan rendah dan tidak signifikan jika penilaian sedang —tanpa dan pengobatan terhambat gejala. dari pasien datang. Gejal ringan — dan stabil dari > Masalahadministas tinis enyakit yang Y ‘Surat kesehatan ; ¥ Hanya pemberian resep — v Heat dari ——_kondisi (resume oo tendah. Luka kecil, abrasi —_kecil, laserasi kecil. Kontrol untuk bersif luke Imunisasi. Pasien Dengan ejala kronis. Seeara —_Klinis, secara —sosial pasien dalam keadaan baik. aL Initial Assesment (Penilaian Awal) Pasien yang masuk melalui IGD (Instalasi Gawat Darurat) maupun poliklinik memerlukan penilaian dan pengelolaan yang cepat dan tepat. Waktu berperan sangat penting, oleh karena itu diperlukan cara yang mudah, cepat dan tepat. Proses awal ini dikenal dengan initial assessment (Penilaian awal). Skrining awal dilakukan dengan cara melakukan asesmen pasion dengan metode IAR (Informasi, Analisis dan Rencana) oleh Profesional Pemberi Asuban (PPA), yaitu dokter atau perawat. Untuk di triage IGD petugas melakukan penilaian Kesadaran dengan menggunakan Ikriteria AVPU: A: Alert V: Respon to verbal P: Respon to pain U: Unrespon Penilaian awal ini intinya adalah: 4a. Primary Survey yaitu penanganan ABCDE dan resusitasi. Disini dicari keadaan yang ‘mengancam nyawa dan apabila menemukan harus dilakukan resusitasi. Penanganan ABCDE yang dimaksud adalah: ‘A: Airway dengan control cervical B: Reathing dan ventilasi C: Circulation dengan control perdarahan D: Disability, status neurologis dan nilai GCS E: Exposure buka baju penderita tapi cegah hipotermi Langkah selanjutnya harus dipertimbangkan pemakaian kateter urin (folly catheter), Kateter lambung (NG7), pemasangan pasien monitor dan pemeriksaan laboratorium atau ronigen, . Secondary survey yaitu pemeriksaan teliti yang dilakukan dari ujung rambut sampai ‘ujung kaki, dari depan sampai belakang dan setiap lubang dimasukan jari (tub finger in every orifice). i, Anamnesis melalui pasien, keluarga atau petugas pra hospital yang meliputi : + Alergi : Medikasi / obat-obatan : Past illness / penyakit sebelumnya yang menyertai : Last meal / terakhir makan jam berapa bukan makan apa cu E> _ : Bvent/hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera ii, Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Periksa dengan teliti apakah ada perubahan bentuk, tumor, luka dan sakit (BTLS). Pemeriksaan punggung dilakukan dengan log roll (memiringkan penderita dengan ‘tetap menjaga kesegarisan tubuh), Cek tanda-tanda vital. Evaluasi Visual atau Pengamatan, a. Pasien yang secara pengamatan visual dalam keadaan gawat dan memerlukan Pertolongan segera langsung diarahkan ke IGD. », Pasien yang secara pengamatan visual tidak memerlukan pertolongan segera Akan di arahkan ke Instalasi Rawat Jalan. ¢. Jika Rumah Sakit belum mempunyai pelayanan spesialistik tertentu maka pasien disarankan untuk di rujuk. Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik head to toe meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi, termasuk juga pemeriksaan psikologik. Laboratorium atau pemeriksaan imaging (penunjang). Pemeriksaan radiologi dan laboratorium memberikan data diagnostik penting yang ‘menuntun penilaian awal. Pastikan hemodinamik cukup stabil saat membawa pasion ke Tuang radiologi. Pemeriksaan laboratorium untuk pasien IGD dengan ‘mempertimbangkan kondisi pasien, maka petugas laboratorium yang akan ke IGD untuk pengambilan sample, Kemudian jika memerlukan penanganan lebih lanjut akan dikonsulkan ke dokter spesialis sesuai penyakit Konsultasi bisa di lakukan melalui IGD atau di arahkan ke praktek di poliklinik 43 KRITERIA PASIEN MASUK DAN KELUAR RUANG INTENSIVE CARE UNIT acu) A. PENGERTIAN Ruang Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu unit yang merupakan bagian dari unit pelayanan di RS Citra Sari Husada. Ruang lingkup pelayanannya meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang mengancam ‘nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa hai. 2. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan Penatalaksanaan spesifik problema dasar. 3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang 150 kali/menit b, Tekanan darah sistolik arteri < 80 mmHg atau 20 mmHg dibawah tekanan darah pasien schari-hari . Mean arterial pressure < 60 mmHg 4, Tekanan darah diastolik arteri > 120 mmHg e. Frekuensi napas > 35 kali/menit . Nilai laboratorium, a, Natrium serum < 110 mEq/L atau > 170 mEq/L Kalium serum « 2.0 mEq/L atau > 7.0 mEq/L PaO2 < 50 mmHg pH<7.1 atau>7,7 Glukosa serum > 800 mg/dl Kalsium serum > 15 mg/dl g. Kadar toksik obat atau bahan kimia lain dengan gangguan hemodinamik dan neurologis }. Radiografi/Ultrasonografi/Tomografi a. Perdarahan vaskular otak, kontusio atau perdarahan subarachnoid dengan penurunan kesadaran atau tanda defisit neurologis fokal b. Ruptur organ dalam, kandung kemih, hepar, varises esophagus atau uterus dengan hhemodinamik tidak stabil .Discksi ancurisma aorta Elektrokardiogram. a. Infark miokard dengan aritmia kompleks, hemodinamik tidak stabil atau gagal jantung kongestif b. Ventrikel takikardi menetap atau fibrlasi ¢. Blokade jantung komplit dengan hemodinamik tidak stabil 5. Pemeriksaan Fisik (onset akut). Pupil anisokor pada pasien tidak sadar Luka bakar > 10% BSA Anuria Obstruksi jalan napas Koma Kejang berlanjut Bes Pe Bog a7 &. Sianosis hh. Tamponade jantung. Jika pasien yang memenuhi kriteria masuk jumlahnya cukup banyak sedangkan kapasitas ruang ICU terbatas, maka harus ditentukan prioritas pasien masuk berdasarkan beratnya penyakit dan prognosis. Penilaian objektif hendaknya digunakan untuk menentukan prioritas masuk ke ICU. Pasien yang memerlukan terapi intensif (prioritas 1) didahulukan ibandingkan pasien yang memerlukan pemantauan intensif (priortas 3). Kriteria prioritas pasien masuk ruang ICU adalah sebagai berikut: 1. Pasien prioritas 1 (satu). Pasien sakit kriti, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan terttrasi, seperti: 60 atau < 100 kali/menit 49 b, Moan arterial pressure > 65 mmHg ¢. Tekanan darah diastolik < 110 mmHg 4d. Frekuensi napas 8 - 30 kali/menit e. Diuresis > 0,5 mV/kgBB/jam £. Sp02 >93% dengan nasal kanul &. Pasien sadar/ tidak sadar sudah terpasang Tracheostomi tube 3. Nilai laboratorium a, Natrium serum 125-150 mEq/L b, Kalium serum 3 - 5,5 mEq/L ©. PaO2 > 60 mmHg 4. pH7,3-7.5 ‘@. Glukosa serum 80 - 180 mg/dl £ Kalsium serum 2 - 2,5 mmol/L g. Laktat plasma perbaikan (kurang dari 2) KRITERIA MASUK DAN KELUAR RUANG NEONATAL INTENSIVE C: (NICU) UNIT A. PENGERTIAN Neonatal Intensive Care Unit (NICU) adalah fasilitas atau unit yang terpisah, yang dirancang untuk penanganan pasien neonatus yang mengalami gangguan medis, bedah dan trauma, atau kondisi yang mengancam nyawa lainnya, yang memerlukan perawatan intensif, observasi yang bersifat komprehensif dan perawatan khusus, Pasien neonatus adalah pasien yang berumur 0 + 28 hari B. KRITERIA MASUK BERDASARKAN DIAGNOSIS. 1. Sistem Kardovaskuler a. Syok kardiogenik. ’. Gagal jantung dengan gagal nafas dan/atau membutuhkan bantuan hemodinamik 2, Sistem Pemnapasan . Gagal napas dan/atau gangguan napas berat yang membutuhkan bantuan ventilator ’. Bayi dalam perawatan level 2 (bayi risiko tinggi) yang mengalami perburukan fungsi pemapasan. 50 c. Membutuhkan perawatan pernapasan yang tidak tersedia di unit perawatan yang lebih rendah (level 1 dan level 2) 3. Sistem Neurologis ‘&. Koma : metabolik, toksik atau anoksia b, Perdarahan intrakranial c. Kejang refrakter d. Kem icterus 4. Bedah @. Bayi pasca operasi_ yang membutuhkan monitoring hemodinamik/ bantuan ventilator atau perawatan pasca operasi yang ekstensif’ 5. Lain— lain a. Syok sepsis dengan hemodinamik tidak stabil b. Kondisi klinis yang memerlukan perawatan setingkat NICU . KRITERIA MASUK BERDASARKAN PARAMETER OBJEKTIF 1, Tanda vital a, Nadi < 80 atau > 180 kali/menit . Tekanan darah sistolik arteri < 50 mmHg atau 20 mmHg di bawah tekanan darah normal bayi menurut masa gestasi c. Frekuensi napas < 30 atau > 90 kali/menit 2. Nilai laboratorium a, PaO2 < 50 mmHg b. pH<7,2atau>76 3. Pemeriksaan radiografi 4. Perdarahan intrakranial dengan penurunan kesadaran atau tanda deficit neurologis ‘b. Hemia diafragmatika ._KRITERIA KELUAR 1. Kriteria Umum a. Bila kondisi fisiologis bayi stabil dan kebutuhan akan monitor serta perawatan ‘NICU sudah tidak diperlukan lagi 51 ». Bila kondisi fisiologis bayi memburuk dan tidak ada lagi rencana intervensi aktif 2. Tanda Vital a, Nadi > 80 atau < 180 kali/menit b, Frekuensi napas 40 — 60 kali/menit ©. Diuresis > 0,5 mL/kgBB/jam 4. Sp02> 93% dengan nasal kanul 3. Nilai laboratorium a, PaQ2 > 60 mmHg b. pH73-7,5 TATA LAKSANA PENUNDAAN PELAYANAN DOKTER Penundaan pelayanan dokter dapat dibagi dua yaitu; a. Penundaan pelayanan dokter dengan pemberitahuan. i, Bagian Rawat Jalan : a) Dokter yang bersangkutan sudah menyampaikan informasi bahwa : i) Terlambat datang untuk praktik sesuai jadwal praktik, disertai alasan dan jam Duka praktiknya. ii) Berhalangan tidak dapat praktik karena alasan tertentu, disertai Surat izin dan surat pelimpahan tugas (dokter pengganti) yang disampaikan kepada Direksi b) Wadir pelayanan Klinik menyampaikan kepada bagian/unit terkait. Bagian/unit tersebut: rekam medis, rawat inap, rawat jalan, Unit Gawat Darurat (IGD), Bagian Pelayanan medis khusus (ICU, NICU) pemasaran melalui surat edaran, ©) Jika dokter yang bersangkutan terlambat datang : 4) Untuk pasien yang daftar via telepon dan belum datang ke rumah sakit maka Petugas bagian pendaftaran rawat jalan segera menginformasikan kepada pasien yang mendaftar melalui telepon bahwa jam praktik dokter yang bersangkutan ada Perubahan (sebutkan jam praktiknya) dan permohonan maf atas. kketidaknyamanan tersebut. ii) Untuk pasien yang sudah datang di poliklinik, maka petugas bagian pendaftaran ‘menginformasikan bahwa jam praktik dokter yang bersangkutan ada perubahan (Sebutkan jam praktiknya) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut 52 {ii) Pemberitahuan dari manager rawat jalan dalam bentuk tulisan yang ditempelkan i poli tersebut iv) Sarankan Jika pasien dalam kondisi lemah dan hasil evaluasi visual atau Pengamatan bahwa pasien membutubkan perawatan di IGD maka informasikan ke pasien dan keluarga pasien, komunikasikan ke petugas IGD, dan pasien segera ditransfer ke IGD. ¥) Jika pasien waktunya terbatas, maka dapat disarankan untuk periksa ke dokter yang lain sesuai kebutuhan pasien tersebut Vi) Jika pasien tidak mau ke dokter yang lain, maka dapat disarankan untuk bersabar menunggu. 4) Jika dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat praktik, (tidak terencana) maka: 4) Petugas bagian pendaftaran rawat jalan segera menginformasikan kepada pasien yang mendaftar melalui telepon bahwa dokter yang bersangkutan berhalangan sehingga tidak dapat praktik, menginformasikan dokter pengganti, dan ermohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. {i) Untuk pasien yang sudah datang di potiklinik, maka petugas bagian pendaftaran ‘menginformasikan bahwa dokter yang bersangkutan berhalangan sehingga tidak dapat praktik, menginformasikan dokter pengganti, dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. ii) Pemberitahuan dari manajer rawat jalan dalam bentuk tulisan yang ditempelkan i poli tersebut. iv) Sarankan : ‘* Jika pasien dalam kondisi lemah dan hasil evaluasi visual atau pengamatan bahwa pasien membutubkan perawatan di IGD maka informasikan ke pasien dan keluarga pasien, komunikasikan ke petugas IGD, dan pasien segera ditransfer ke IGD. © Jika pasien waktunya terbatas, maka dapat disarankan untuk periksa ke dokter pengganti. ‘© Jka pasien tidak mau ke dokter pengganti, maka petugas bagian pendaftaran rawat jalan menawarkan penjadwalan ulang, © Tika dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat praktik, (terencana) maka : 83 i) Petugas bagian pendaftaran rawat jalan sogera menginformasikan kepada pasien yang mendaftar melalui telepon bahwa dokter yang bersangkutan berhalangan sehingga tidak dapat _praktik, menginformasikan dokter pengganti, dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut, ii) Untuk pasien yang sudah datang di poliklinik, maka petugas bagian pendaftaran menginformasikan bahwa dokter yang bersangkutan berhalangan sehingga tidak dapat praktik, menginformasikan dokter pengganti, dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut ¥) Pemberitahuan dari manajer rawat jalan dalam bentuk tulisan yang ditempelkan dibagian pendaftaran, vi) Sarankan : ‘© Jka pasien dalam kondisi lemah dan hasil evaluasi visual atau pengamatan bahwa pasien membutuhkan perawatan di IGD maka informasikan ke pasien dan keluarga pasien, komunikasikan ke petugas IGD, dan pasien segera ditransfer ke IGD. ii, Bagian Rawat Inap : 4) Dokter yang bersangkutan sudah menyampaikan informasi bahwa : 4) Terlambat datang untuk visite sesuai jadwal visite, disertai alasan dan jam datang untuk visite ii) Berhalangan tidak dapat visite karena alasan tertentu, disertai surat ijin dan surat pelimpahan tugas (dokter pengganti) yang disampaikan kepada Direksi, a) Direktur pelayanan Klinik menyampaikan kepada bagian/unit terkait. Bagian/unit tersebut: rekam medis, rawat inap, rawat jalan, IGD, Bagian Pelayanan Medis Khusus (ICU, NICU) , pemasaran melalui surat edaran, b) Jika dokter yang bersangkutan terlambat datang untuk visite i) Perawat ruangan rawat inap segera menginformasikan kepada pasien dan kkeluarga pasien bahwa dokter yang bersangkutan terlambat datang untuk visite dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. fi) Sarankan : Jka pasien dalam kondisi menurun, maka dapat disarankan untuk divisite dokter jaga ruangan. 54 ‘Jika pasien tidak mau ke dokter yang lain, maka dapat disarankan untuk bersabar menunggu. ) Jika dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat visite, maka : (@) Perawat ruangan rawat inap segera menginformasikan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat visite, menginformasikan juga dokter pengganti yang akan visite, dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. b. Penundaan pelayanan dokter tanpa pemberitahuan : i, Bagian Rawat Jalan: a) b) ©) Perawat menghubungi Dokter 30 menit sebelum jam praktik dimulai untuk antisipasi complain, Ketika menghubungi dokter yang bersangkutan, maka ditanyakan apakah dokter tersebut dapat praktik, informasikan jumlah pasien, Jika iya, maka jam berapa dapat melayani pasien. Jika tidak dapat praktik, maka siapa dokter penggantinya. Jika dokter yang bersangkutan terlambat datang : i) Petugas bagian pendaftaran rawat jalan segera menginformasikan kepada pasien yang mendaftar melalui telepon bahwa jam praktik dokter yang bersangkutan ada perubahan (sebutkan jam praktiknya)dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. fi) Untuk pasien yang sudah datang di poliklinik, maka petugas bagian pendaftaran menginformasikan bahwa jam praktik dokter yang bersangkutan ada perubahan (sebutkan jam praktiknya) dan permohonan maf atas ketidaknyamanan tersebut. fii) Sarankan (a) Jika pasien dalam Kondisi lomah dan hasil ovaluasi visual atau Pengamatan bahwa pasien membutuhkan perawatan di IGD maka informasikan ke pasien dan keluarga pasien, komunikasikan ke petugas IGD, dan pasien segera ditransfer ke UnitIGD. (b) Jika pasion waktunya terbatas, maka dapat disarankan untuk periksa ke dokter yang lain sesuai kebutuhan pasien tersebut. (C) Jka pasien tidak mau ke dokter yang lain, maka dapat disarankan untuk bersabar menunggu. (@)_Jika dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat praktik, maka : 55. 4) Petugas bagian pendaftaran rawat jalan segera menginformasikan kepada pasien yang mendaftar melalui telepon bahwa dokter yang bersangkutan berhalangan sehingga tidak dapat _praktik, ‘menginformasikan juga dokter pengganti, dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut, fi) Untuk pasien yang sudah datang di poliklinik, maka petugas bagian pendaftaran menginformasikan bahwa dokter yang bersangkutan berhalangan sehingga tidak dapat praktik, menginformasikan juga dokter pengganti, dan permohonan maaf atas_ ketidaknyamanan tersebut. fii) Sarankan ; (a) Jika pasien dalam kondisi lemah dan hasil evaluasi visual atau Pengamatan bahwa pasien membutuhkan perawatan di IGD maka informasikan ke pasien dan keluarga _pasein, Komunikasikan ke petugas IGD, dan pasien segera ditransfer ke IoD. (b) Jika pasion waktunya terbatas, maka dapat disarankan untuk periksa ke dokter pengganti (C) Jika pasien tidak mau ke dokter pengganti, maka petugas bagian pendaftaran rawat jalan menawarkan penjadwalan ulang. ii, Bagian Rawat Inap: a) Jika dokter belum datang visite sesuai dengan sasaran mutu kehadiran visite dokter setiap hari, maka perawat ruangan rawat inap segera menghubungi dokter yang bersangkutan, b) Ketika menghubungi dokter yang bersangkutan, maka ditanyakan apakah dokter tersebut dapat visit, jika iya : maka jam berapa dapat visite pasien, Jika tidak : maka siapa dokter pengganti visite Cc) Jka dokter yang bersangkutan terlambat datang untuk visite : i) Perawat ruangan rawat inap segera menginformasikan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa dokter yang bersangkutan terlambat datang untuk visite, dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut, ii) Sarankan : 56 (@) Jika pasien dalam kondisi menurun, maka dapat disarankan untuk divisite dokter jaga ruangan. ) Jika dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat visite, maka : 1) Perawat ruangan rawat inap segera menginformasikan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat visite, menginformasikan juga dokter pengganti yang akan visite , dan permohonan ‘maf atas ketidaknyamanan tersebut it) Sarankan : * Jika pasien dalam kondisi menurun, maka dapat disarankan untuk di visite dokter jaga / dokter ruangan ‘TATALAKSANA PENUNDAAN PELAYANAN REHABILITASI MEDIK Penundaan pelayanan Rehabilitasi Medik meliputi penundaan pelayanan Rehabilitasi Medik i Bagian Rawat Jalan dan PelayananRehabilitasi Medik diBagian Rawat Inap a. Penundaan pelayanan Rehabilitasi Medik dapat disebabkan beberapa hal ; i, Pasien banyak ,petugas ada yang tidak masuk mendadak ii, Alat fisiotherapi ada yang eror ii, Dokter datang terlambat b. Tatalaksana di Bagian Rawat Jalan : 4, Fisioterapis menyampaikan informasi pada bagian pendaftaran bahwa ada perubahan jadwal praktik fisioterapi fi, Petugas bagian pendaftaran rawat jalan segera menginformasikan : a) Untuk pasien yang mendaftar melalui telepon bahwa ada perubahan jadwal praktik Rehabilitasi Medik (sebutkan jam praktiknya) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut b) Untuk pasien yang sudah datang di poliklinik, maka petugas bagian pendaftaran menginformasikan bahwa ada perubahan jadwal praktik fisioterapi (sebutkan jam praktiknya) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. ©) Sarankan (a) _Jika pasien waktunya terbatas, maka dapat disarankan untuk periksa di hari -yang lain, (b) Jka pasien tidak mau periksa di hari yang lain, maka dapat disarankan untuk bersabar menunggu. 57 ©. Tatalaksana di Bagian Rawat Inap : i. ‘Terapis menyampaikan informasi bahwa ada perubahan jadwal Rehabilitasi Mediki untuk pasien rawat inap Perawat ruangan rawat inap segera menginformasikan kepada Dokter Penanggungjawab Pelayanan (DPJP) serta pasien dan Keluarga pasien tentang penundaan layanan Rehabilitasi Medik, menginformasikan kapan layanan fisioterapi dapat dilaksanakan, dan permohonan maf atas ketidaknyamanan tersebut. TATA LAKSANA PENUNDAAN PELAYANAN GIZI Penundaan pelayanan gizi meliputi penundaan pelayanan gizi di bagian Rawat Jalan yaitu poli gizi dan bagian Rawat Inap yaitu layanan asuban gizi/konsultasi giz Penyebab penudaan pelayanan gizi dipoliklinik rawat jalan disebabkan oleh petugas sedang ‘melakukan pelayanan di rawat inap Penyebab penundaan pelayanan gizi di bagian rawat inap adalah petugas gizi sedang melakukan konseling gizi diruang perawatan a. Tatalaksana di Bagian Rawat Jalan : Petugas gizi menginformasikan keterlambatan pelayanan gizi ke Bagian pendaftaran rawat jalan oleh karena petugas gizi sedang melakukan pelayanan di rawat inap pada waktu yang sama Petugas bagian pendaftaran rawat jalan segera menginformasikan : a) Untuk pasion yang mendaftar melalui telepon bahwa ada perubahan jadwal praktik gizi(sebutkan jam praktiknya) dan penmohonan maf atas ketidaknyamanan tersebut. b) Untuk pasien yang sudah datang di poliklinik, maka petugas bagian pendaftaran menginformasikan bahwa ada perubahan jadwal praktikgizi (sebutkan jam praktiknya) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. c) Pemberitahuan dari manajer rawat jalan dalam bentuk tulisan yang ditempetkan di poli tersebut 4) Sarankan Jika pasien waktunya terbatas, maka dapat disarankan untuk periksa di bari yang lain, €) Jka pasien tidak mau periksa di hari yang lain, maka dapat disarankan untuk bersabar menunggu. 58 b. Tatalaksana di Bagian Rawat Inap : i. Petugas gizi menyampaikan informasi kepada perawat ruangan bahwa pelayanan ‘erfunda kama petugas sedang berada di ruang perawatan lain fi, Perawat ruangan rawat inap segera menginformasikan kepada DPJP serta pasien dan kkeluarga pasien tentang penundaan layanan asuhan gizi/konsultasi _gizi, ‘menginformasikan kapan layanan asuban gizi/konsultasi gizi dapat dilaksanakan dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. ‘TATALAKSANA PENUNDAAN PELAYANAN BAGIAN RADIOLOGI @, Penundaan pelayanan bagian radiologi, dapat disebabkan : i. Waktu tunggu untuk pemeriksaan radiologi konfensional (thorax) di bagian rawat Jalan melebihi waktu yang seharusnya ( 30 menit ) dikarenakan pasien overlood , petugas ada yang berhalangan hadir mendadak fi, waktu tunggu untuk pemeriksaan khusus (USG ) untuk pasien rawat jalan melebibi waktu yang seharusnya ( 1-2 jam ) dikarenakan dokter yang datang terlambat b. Hasil foto rontgen {. Penundaan Hasil foto rontgen dapat disebabkan karena kondisi pasien yang ramai petugas yang berhalangan hadir mendadak , pasien yang alergi kontras atau kondisi pasien yang mendadak menurun , dokter yang datang terlambat Hasil bacaan radiologi ( expertise ) a) Hasil expertise radiologi terlambat melebihi batas waktu yang seharusnya ddisebabkan oleh kama dokter radiologi yang tidak ada ditempat atau datang terlambat (batas waktu hasil expertise untuk bagian ranap yang dilakukan tindakan pagi dan sore 6-8 jam,IGD 2 jam, rajal 24 jam atau keesokan harinya b) Pasien belum dapat terlayani, misal : dikarenakan alat radiologi mendadak error atau dalam kondisi perbaikan, logistik (bahan kontrasfilm habis), listrik PLN adam pemeriksan radiologi tertentu belum tersedia di RS Citra Sari Husada. Tatalaksana 4, Jika penundaan tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama, maka : 4) Untuk pasien yang sudah datang di bagian Radiologi -petugas radiologi menyampaikan kepada pasien dan keluarga pasien tentang penundaan pelayanan radiologi (sebutkan alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan radiologi tersebut) dan permobonan maaf atas ketidaknyamanan tersebu. 59

You might also like