You are on page 1of 14

TUGAS AGENDA 3

KEDISIPLINAN ASN

DISUSUN OLEH :

NAMA : NS. VERALIA, S.KEP


NIP : 199212112020122014

PENGAMPU MATERI :

Drs. MUHAMMAD KAHFI, M.Si

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


REGIONAL SUMATERA UTARA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2022
A. PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 dengan sistem merit adalah,
kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi dan
kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras,
warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur atau
kondisikecacatan.Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka ASN berfungsi
sebagai: 1) Pelaksana kebijakan publik yg dibuat pejabat pembina ; 2) Pelayan Publik
yang berkualitas dan profesional; 3) Perekat dan pemersatu Bangsa
Pada instansi pemerintah disiplin kerja merupakan modal yang penting yang
harus dimiliki oleh Apatarur Sipil Negara (ASN), sebab menyangkut pemberian
pelayanan publik. ASN merupakan unsur utama sumber daya manusia aparatur negara
yang mempunyai peranan dalam menentukan keberhasilan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan. ASN harus mempunyai sikap disiplin yang tinggi,
kinerja yang baik serta sikap dan perilakunya yang penuh dengan kesetiaan dan ketaatan
kepada negara, bermoral dan bermental baik, profesional, sadar akan tanggung
jawabnya sebagai pelayan publik serta mampu menjadi perekat persatuan dan kesatuan
bangsa.
ASN sebagai unsur Aparatur Negara dalam menjalankan roda pemerintahan
dituntut untuk melaksanakan tugas, pokok dan fungsinya, serta menjunjung tinggi
martabat dan citra kepegawaian demi kepentingan bangsa dan negara. Agar menjadi
pegawai yang handal, profesional, dan bermoral, seorang ASN harus mampu
memperbaiki sikap mental disiplin kerja dan termotivasi untuk meningkatan efektifitas
kinerja. Beberapa indikator yang harus ditingkatkan antara lain meliputi pelaksanaan
disiplin kerja dengan mematuhi dan menaati peraturan disiplin dan disiplin kerja, rasa
tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan, serta produktivitas kerja yang berdaya
guna.
Disiplin sangat diperlukan dalam mendukung lancarnya pelaksanaan pekerjaan
pada suatu organisasi. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggungjawab
seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah
kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan organisasi. Guna mewujudkan tujuan

1
organisasi yang harus segera dibangun dan ditegakkan adalah kedisiplinan pegawainya.
Jadi, kedisiplinan merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai
tujuan.

B. PEMBAHASAN
Pegawai Negeri Sipil (PNS) kini memiliki regulasi terbaru mengenai disiplin
PNS. Ketentuan mengenai larangan, kewajiban, serta hukuman disiplin bagi PNS
termuat dalam PP No. 94/2021 tentang Disiplin PNS. PP ini menegaskan bahwa PNS
diharuskan menaati kewajiban serta tidak melakukan larangan sebagaimana tercantum
dalam peraturan ini. Adapun kewajiban bagi PNS tersebut disebutkan dalam Pasal 3
sebanyak delapan kewajiban dan sembilan kewajiban yang terdapat pada Pasal 4.
Sedangkan, terdapat 14 larangan yang harus dihindari oleh PNS sebagaimana tercantum
dalam Pasal 5. “Bagi PNS yang tidak menaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 sampai dengan Pasal 5 dijatuhi hukuman disiplin,” bunyi Pasal 7 dalam
kebijakan ini.
Gagalnya PNS dalam menjalani kewajiban serta melanggar larangan yang telah
diatur tersebut akan menyebabkan yang bersangkutan menerima hukuman disiplin.
Adapun tingkatan dan jenis hukuman disiplin disebutkan dalam Pasal 8. Tingkat
hukuman disiplin terbagi menjadi tiga, yakni hukuman disiplin ringan, sedang, hingga
berat. Untuk jenis hukuman disiplin, terbagi berdasarkan tingkatan.
Bagi hukuman disiplin ringan, jenis hukumannya terdiri atas teguran lisan,
teguran tertulis, serta pernyataan tidak puas secara tertulis. Untuk tingkat hukuman
disiplin sedang, hukuman yang diberikan adalah pemotongan tunjangan kinerja sebesar
25 persen yang terbagi menjadi tiga kurun waktu, yakni selama 6 bulan, 9 bulan, dan 12
bulan.
Hukuman disiplin berat juga terbagi tiga. Pertama, penurunan jabatan setingkat
lebih rendah selama 12 bulan. Kedua, pembebasan dari jabatannya menjadi jabatan
pelaksana selama 12 bulan. Ketiga, pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri sebagai PNS. Kebijakan ini salah satunya mengatur PNS terkait dengan disiplin
masuk kerja dan juga jam kerja. Pelanggaran atas kewajiban yang tercantum dalam Pasal

2
4 huruf f ini dapat dikenakan tiga tingkatan hukuman disiplin. PNS yang tidak masuk
kerja tanpa alasan selama tiga hingga sepuluh hari termasuk pelanggaran tingkat ringan.
Hukuman yang dijatuhkan berupa:
1. teguran lisan bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah secara
kumulatif selama tiga hari kerja dalam satu tahun;
2. teguran tertulis bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah secara
kumulatif selama 4-6 hari kerja dalam satu tahun; dan
3. pernyataan tidak puas secara tertulis bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan
yang sah secara kumulatif selama 7-10 hari kerja dalam satu tahun.

Sementara PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan selama sebelas hingga 20 hari
termasuk pelanggaran tingkat sedang, maka PNS bersangkutan dapat menerima
hukuman disiplin sebagai berikut:
1. pemotongan tukin sebesar 25 persen selama 6 bulan bagi PNS yang tidak masuk
kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 11-13 hari kerja dalam satu
tahun;
2. pemotongan tukin sebesar 25 persen selama 9 bulan bagi PNS yang tidak masuk
kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 14-16 hari kerja dalam satu
tahun; dan
3. pemotongan tukin sebesar 25 persen selama 12 bulan bagi PNS yang tidak masuk
kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 17-20 (dua puluh) hari kerja
dalam satu tahun.

Sedangkan, apabila pelanggarannya termasuk kategori berat, hukumannya berupa:

1. penurunan jabatan setingkat lebih rendah selama 12 bulan bagi PNS yang tidak
masuk kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 21-24 hari kerja dalam
satu tahun;
2. pembebasan dari jabatannya menjadi jabatan pelaksana selama 12 bulan bagi PNS
yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 25- 27 hari
kerja dalam satu tahun;

3
3. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS bagi PNS
yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 28 hari kerja
atau lebih dalam satu tahun; dan
4. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS bagi PNS
yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah secara terus menerus selama 10 hari
kerja dan diberhentikan pembayaran gajinya sejak bulan berikutnya.

Di dalam PP No. 94/2021 ini juga mengatur hukuman disiplin atas pelanggaran
netralitas, dimana dalam Pasal 5 huruf n, PNS dilarang memberikan dukungan kepada
peserta pemilu dan pilkada. Pelanggaran akan larangan tersebut akan diberikan hukuman
disiplin sedang hingga berat.
Hukuman disiplin sedang akan diberikan bagi PNS yang memberikan dukungan
dengan mengikuti kampanye dan dengan menggunakan atribut partai atau PNS.
Sedangkan hukuman disiplin diberikan bagi PNS yang memberikan dukungan sesuai
yang disebutkan pada Pasal 5 huruf n angka 3-7.
Selain itu, salah satu yang juga diatur dalam kebijakan ini adalah terkait dengan
pemberian layanan kepada masyarakat dimana PNS dilarang untuk melakukan pungutan
di luar ketentuan, sebagaimana tercantum dalam Pasal 5 huruf g. Bagi PNS yang
melakukan pungutan diluar ketentuan yang berlaku, akan mendapatkan hukuman
disiplin sedang jika berdampak negatif pada unit kerja dan/atau instansi yang
bersangkutan, serta hukuman disiplin berat juga berdampak negatif negara dan/atau
pemerintah.
PP yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo ini juga memuat ketentuan
mengenai pejabat yang berwenang memberikan hukuman disiplin kepada PNS yang
melanggar kewajiban dan larangan. Kemudian, juga memuat secara rinci mengenai tata
cara pemeriksaan, penjatuhan, dan penyampaian keputusan hukuman disiplin. Selain itu,
termaktub dalam PP ini adalah mengenai berlakunya hukuman disiplin serta
pendokumentasian keputusan hukuman disiplin.Bukan hanya bagi PNS, ketentuan yang
dimuat dalam PP ini juga berlaku secara mutatis mutandis bagi CPNS. Disebutkan juga

4
bahwa ketentuan pelaksanaan dari PP ini akan diatur lebih lanjut oleh Peraturan Badan
Kepegawaian Negara.

C. PENUTUPAN
Kebijakan mengenai disiplin PNS ini mulai berlaku sejak diundangkan pada 31
Agustus 2021. Dengan keluarnya kebijakan ini maka PP No. 53/2010 tentang Disiplin
PNS dinyatakan dicabut, namun ketentuan mengenai jenis hukuman disiplin sedang
dalam PP tersebut masih dinyatakan berlaku hingga PP mengenai Gaji dan Tunjangan
berlaku, sebagaimana tertera di Pasal 42.
Adapun PP ini diterbitkan dalam rangka melaksanakan ketentuan dalam UU No.
5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara mengenai PNS wajib mematuhi ketentuan disiplin
PNS untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran pelaksanaan tugas.
Selain itu, juga untuk mewujudkan PNS yang berintegritas moral, profesional, dan
akuntabel serta mendorong PNS lebih produktif, maka diperlukan peraturan disiplin
PNS sebagai pedoman.

5
TUGAS AGENDA 3
MANAJEMAN ASN

DISUSUN OLEH :

NAMA : NS. VERALIA, S.KEP


NIP : 199212112020122014

PENGAMPU MATERI :

Drs. MUHAMMAD KAHFI, M.Si

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


REGIONAL SUMATERA UTARA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2022
A. PENDAHULUAN
Aparatur Sipil Negara mempunyai peran yang amat penting dalam rangka
menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis,
makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam menyelenggarakan pelayanan kepada
masyarakat secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan
penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar Tahun 1945. Kesemuanya
itu dalam rangka mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.
Pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
telah bertekad untuk mengelola aparatur sipil negara menjadi semakin professional.
Undang-undang ini merupakan dasar dalam manajemen aparatur sipil negara yang
bertujuan untuk membangun aparat sipil negara yang memiliki integritas, profesional
dan netral serta bebas dari intervensi politik, juga bebas dari praktek KKN, serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat.
UU ASN mencoba meletakkan beberapa perubahan dasar dalam manajemen
SDM. Pertama, perubahan dari pendekatan personel administration yang hanya berupa
pencatatan administratif kepegawaian kepada human resource management yang
menganggap adalah sumber daya manusia dan sebagai aset negara yang harus dikelola,
dihargai, dan dikembangkan dengan baik. Kedua, perubahan dari pendekatan closed
career system yang sangat berorientasi kepada senioritas dan kepangkatan, kepada open
career system yang mengedepankan kompetisi dan kompetensi ASN dalam promosi dan
pengisian jabatan. UU ASN juga menempatkan pegawai ASN sebagai sebuah profesi
yang harus memiliki standar pelayanan profesi, nilai dasar, kode etik dan kode perilaku
profesi, pendidikan dan pengembangan profesi, serta memiliki organisasi profesi yang
dapat menjaga nilai-nilai dasar profesi.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih

1
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan
kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber
daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
2. Kedudukan ASN
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi selama ini dianggap
belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang professional. Untuk dapat
membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam UU ASN
tersebut harus jelas. Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
b. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat
sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
Sedangkan PPPK adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja
sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam
rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
3. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka
Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:
a. Pelaksana kebijakan publik;
b. Pelayan publik; dan
c. Perekat dan pemersatu bangsa
Selanjutnya Pegawai ASN bertugas:
a. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas, dan
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia

2
Selanjutnya peran dari Pegawai ASN: perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang professional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
4. Hak dan Kewajiban ASN
Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum, suatu
kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Dapat
diartikan bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Agar dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat meningkatkan
produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN
diberikan hak. Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut PNS
berhak memperoleh:
a. gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b. cuti;
c. jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
d. perlindungan; dan
e. pengembangan kompetensi
Sedangkan PPPK berhak memperoleh:
a. gaji dan tunjangan;
b. cuti;
c. perlindungan; dan
d. pengembangan kompetensi
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU ASN
disebutkan bahwa Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk
mengembangkan kompetensi. Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga
wajib memberikan perlindungan berupa:
a. jaminan kesehatan;
b. jaminan kecelakaan kerja;
c. jaminan kematian; dan
d. bantuan hukum.

3
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat
kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan.
Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
a. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah
yang sah;
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab;
f. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Konsep Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN
Sistem merit pada dasarnya adalah konsepsi dalam manajemen SDM yang
menggambarkan diterapkannya obyektifitas dalam keseluruhan semua proses dalam
pengelolaan ASN yakni pada pertimbangan kemampuan dan prestasi individu untuk
melaksanakan pekerjaanya (kompetensi dan kinerja). Pengambilan keputusan dalam
pengelolaan SDM didasarkan pada kemampuan dan kualifikasi seseorang dalam atau
untuk melaksanakan pekerjaan dan tidak berdasarkan pertimbangan subyektif seperti
afiliasi politik, etnis, dan gender. Obyektifitas dilaksanakan pada semua tahapan
dalam pengelolaan SDM (rekruitmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi).
Sistem ini biasanya disandingkan dengan spoil sistem, dimana dalam penerapan
manajemen SDM-nya lebih mengutamakan pertimbangan subyektif.
Undang-undang ASN memandang bahwa sumber daya manusia (SDM)
adalah aset yang harus dikembangkan. Dengan dasar tersebut maka setiap ASN

4
memiliki kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas diri masing-masing.
Oleh karenanya setiap ASN dimotivasi untuk memberikan yang terbaik. Sistem merit
merupakan salah satu bentuk motivasi bagi ASN yang ingin meningkatkan kualitas
dirinya.
Peningkatan kualitas ASN ini akan mendukung upaya peningkatan kualitas
pelayanan publik menjadi tanggung jawab sektor publik. Langkah awal dalam
memperbaiki kinerja pelayan publik harus dimulai dari memperbaiki kinerja ASN
secara individual. Manajemen yang baik bagi ASN adalah kunci untuk memulai
perubahan ke arah yang lebih baik dan diharapkan mampu menciptakan suatu tata
kelola pemerintahan yang baik pula. Melalui merit sistem, ASN akan mendapatkan
bentuk rewards dan punishment sebagai dampak dari produktivitas kerjanya dan
diharapkan mampu memenuhi aspek equity dikalangan ASN.
6. Mekanisme Pengelolaan ASN
a. Manajemen ASN
Meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan
pensisun dan hari tua, dan perlindungan. Manajemen PNS pada Instansi Pusat
dilaksanakan oleh pemerintah pusat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Manajemen PNS pada Instansi Daerah dilaksanakan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis
jabatan PNS berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja. Manajemen
ASN kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS dilakukan untuk jangka waktu 5
(lima) tahun yang diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan.
Berdasarkan penyusunan kebutuhan tersebut, Menteri menetapkan kebutuhan
jumlah dan jenis jabatan PNS secara nasional.
Pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi,
penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah. Pengembangan karier PNS
dilakukan dengan mempertimbangkan integritas dan moralitas. Kompetensi

5
meliputi: (1) kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi
pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis;
(2) kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan
struktural atau manajemen, dan pengalaman kepemimpinan; dan (3) kompetensi
sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat
majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan
kebangsaan.
b. Manajemen PPPK
Jenis jabatan yang dapat diisi oleh PPPK diatur dengan Peraturan Presiden.
Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan
PPPK berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja. Penyusunan
kebutuhan jumlah PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan
prioritas kebutuhan. Kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK ditetapkan
dengan Keputusan Menteri.
Setiap warga negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk
melamar menjadi calon PPPK setelah memenuhi persyaratan. Pengadaan calon
PPPK merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pada Instansi
Pemerintah. Pengadaan calon PPPK dilakukan melalui tahapan perencanaan,
pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil seleksi, dan
pengangkatan menjadi PPPK. Penerimaan calon PPPK dilaksanakan oleh
Instansi Pemerintah melalui penilaian secara objektif berdasarkan kompetensi,
kualifikasi, kebutuhan Instansi Pemerintah, dan persyaratan lain yang dibutuhkan
dalam jabatan. Pengangkatan calon PPPK ditetapkan dengan keputusan Pejabat
Pembina Kepegawaian. Masa perjanjian kerja paling singkat 1 (satu) tahun dan
dapat diperpanjang sesuai kebutuhan dan berdasarkan penilaian kinerja. PPPK
tidak dapat diangkat secara otomatis menjadi calon PNS. Untuk diangkat menjadi
calon PNS, PPPK harus mengikuti semua proses seleksi yang dilaksanakan bagi
calon PNS dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6
C. PENUTUPAN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya
aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman. Untuk
menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut: a)
Pelaksana kebijakan public; b) Pelayan public; dan c) Perekat dan pemersatu bangsa.
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap
ASN diberikan hak. Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga berkewajiban sesuai
dengan tugas dan tanggungjawabnya. ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik
dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat
dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi
acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah.

You might also like