You are on page 1of 9

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Vol. 2, No.1, 2019, hal. 412-420 p-ISSN 2620-9047, e-ISSN 2620-9071

TRANSISI PAUD KE JENJANG SD: DITINJAU DARI MUATAN KURIKULUM


DALAM MEMFASILITASI PROSES KESIAPAN BELAJAR BERSEKOLAH

Regita Musfita

Pendidikan Anak Usia Dini, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
regitamusfita@student.upi.edu

Abstract

Transition is an important issue to be discussed. This is because it is very closely related to the child's
environment, especially in early childhood. Early childhood focuses on child development and fun
learning, while elementary school focuses clearly on the subject area, especially on literacy and
mathematics goals. However, often the issue of transition has not been fully realized by parents and
the early childhood and primary school environment. From the studies it turns out that there are still
various problems and creates a different identity for early childhood when moving to the next school
level and making its status as a student, thus creating more hopes and something that is frightening
for most parents and teachers to children. Where most early chilhood has been focused and cramming
on mastery of academic cognitive, while affective and psychomotor seems to be in number two. This
might get rid of the learning experience that helps develop a child's developmental period that plays
an important role in the child for the long term. This literature study aims to gain a comprehensive
understanding of the views of children, parents, and teachers regarding the transition to school and
readiness to attend school and gain an understanding that is viewed from the early childhood and
primary school curriculum. The discussion ofliterature study thisshows that the concept of transition
perception is viewed from the curriculum in facilitating the transition process, parents, teachers and
policy makers in the educational environment.

Keywords: Transition, Curriculum, School Readlness, Preschool, Primary School

Abstrak

Transisi merupakan isu yang penting untuk dibahas. Hal ini karena sangat berkaitan erat dengan
lingkungan anak khususnya di PAUD. PAUD berfokus pada perkembangan anak dan pembelajaran
yang menyenangkan, sedangkan SD berfokus dengan jelas pada bidang pelajaran, terutama pada
tujuan literasi dan matematika. Namun, seringkali isu transisi ini belum sepenuhnya disadari oleh
orangtua dan lingkungan PAUD maupun SD. Dari penelitian-penelitian ternyata masih dihadapi
berbagai masalah dan menciptakan identitas yang berbeda untuk PAUD ketika berpindah ke jenjang
sekolah selanjutnya dan menjadikan statusnya sebagai siswa, sehingga menciptakan harapan-harapan
lebih dan sesuatu yang menakutkan bagi sebagian besar orang tua dan guru kepada anak. Dimana
sebagian besar PAUD selama ini lebih menitikberatkan dan menjejalkan pada penguasaan kognitif
akademis, sementara afektif dan psikomotori seolah di nomor duakan. Hal ini mungkin akan
menyingkirkan pengalaman belajar yang membantu mengembangkan masa perkembangan anak yang
berperan penting bagi anak untuk jangka panjang. Studi literatur ini bertujuan mendapatkan
pemahaman secara menyeluruh dari pandangan anak, orang tua, dan guru mengenai transisi ke
sekolah dan kesiapan bersekolah dan mendapatkan pemahaman yang ditinjau dari kurikulum PAUD
dan SD. Pembahasan studi literature ini menunjukkan bahwa konsep presepsi transisi ditinjau dari
kurikulum dalam memfasilitasi proses transisi, pihak orangtua, guru dan pengambil kebijakan di
lingkungan pendidikan.

Kata Kunci : Transisi, Kesiapan bersekolah, Kurikulum, PAUD, SD

412
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Vol. 2, No.1, 2019, hal. 412-420 p-ISSN 2620-9047, e-ISSN 2620-9071

PENDAHULUAN kesiapan pada saat di PAUD (Walsh, 2003).


Transisi merupakan isu yang penting Hal ini diperkirakan bahwa anak yang tidak
untuk dibahas. Hal ini karena sangat berkaitan masuk PAUD sebelum masuk SD
erat dengan lingkungan anak khususnya di dikatagorikan anak yang belum siap dan tidak
PAUD. (Peters, 2010) menjelaskan bahwa dipersiapkan oleh orangtuanya memasuki SD.
PAUD berfokus pada perkembangan anak dan Sebenarnya sebagian para guru anak usia dini
pembelajaran yang menyenangkan, sedangkan sepakat bahwa transisi meliputi:
pendidikan SD yang berfokus dengan jelas menumbuhkan rasa ingin tahu, perkembangan
pada bidang pelajaran, terutama pada tujuan emosional, peggunaan bahasa, perkembangan
literasi dan matematika. Namun, seringkali isu kognitif dan pengetahuan umum
transisi ini belum sepenuhnya disadari oleh (Rosenkoetter, Whaley, Hill, & Hains, 1991).
orangtua dan lingkungan PAUD maupun SD. Berdasarkan pendapat tersebut artinya penting
(Mwangi, 2016) mengungkapkan bahwa upaya pengembangan seluruh potensi sejak
pembelajaran anak usia dini saling terkait dan dini di PAUD sebelum memasuki kelas awal
saling tergantung pada semua aspek SD, utamanya dalam transisi (Ramli, 2003).
perkembangan. Sebagian besar selama ini (Peters, 2010) juga menambahkan bahwa
PAUD lebih menitikberatkan dan menjejalkan keberhasilan anak tidak dapat didasarkan
pada penguasaan kognitif akademis, sementara hanya pada perilaku eksternal dan perilaku
afektif dan psikomotori seolah di nomor yang dapat diamati saja.
duakan. Sehingga fenomena ini menciptakan Sehubungan dengan pendapat diatas,
ketatnya persaingan untuk masuk SD favorit luputnya isu transisi juga sering diabaikan oleh
yang meyebabkan orangtua berupaya keluarga terutama orangtua seringkali
meningkatkan kompetensi anak sedini dan berfokus pada sisi akademik yang baik saja.
semaksimal mungkin. Lebih jauh fenomena ini (Wu & Chiang, 2014) menambahkan bahwa
mungkin akan menyingkirkan pengalaman keluarga merupakan konteks yang paling luas
belajar yang seharusnya membantu dan sangat erat berpengaruh terhadap
mengembangkan masa perkembangan anak sosialisasi. Beberapa penelitian yang
yang berperan penting bagi anak untuk jangka menyuarakan keprihatinan terhadap transisi
panjang. yang disebabkan oleh keluarga. Penelitian-
Alasan lain mengapa transisi dianggap penelitian yang dilakukan di luar negri seperti
penting dimana transisi akan menghambat di Amerika Serikat, Inggris dan Irlandia telah
kesuksesan akademik anak kelas awal SD. menyuarakan keprihatinan yang signifikan
Beberapa penelitian menjelaskan bahwa atas perubahan yang lebih rumit yang terjadi
kesuksesan akademik yang ingin dicapai anak dalam situasi keluarga, seperti peningkatan
dapat terhalang ketika tidak disertai dengan kelahiran di luar nikah dan sejauh mana
413
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Vol. 2, No.1, 2019, hal. 412-420 p-ISSN 2620-9047, e-ISSN 2620-9071

pengetahuan tentang transisi (Canavan, 2014; anak harus berpakaian, berbicara, bermain dan
Panico, 2012). Ditemukan dan dibandingkan berprilaku yang baik dan sesuai aturan di
dengan orang tua yang utuh dengan orang tua sekolah.(Bitterberg, 2013) menjelaskan
tunggal atau mengalami perceraian, pendapat yang berbeda, bahwa rasa memiliki
mengakibatkan perkembangan kognitif dan lebih berkaitan dengan mengetahui diri sendiri
social emosional anak akan terganggu, begitu sehingga orang lain menerima dan menghargai
juga akan mental orang tua menjadi terganggu. setiap individu siswa.
Perbedaan tersebut mungkin dikarenakan
Sehubungan dengan pendapat diatas,
faktor kemiskinan dalam pendapatan
lebih lanjut hubungan dalam pembelajaran
keluargalitas pengasuhan anak. Semua factor
juga berperan dalam transisi, terutama jika
ini dapat merusak kapasitas dan kualitas
guru ingin mengenal anak dengan cukup baik
pengasuhan anak (Berger, 2012; Hall &
untuk menemukan topik pembelajaran dan
Monica, 2009).
tantangan yang menarik. Hal ini diungkapkan
Faktor lainnya selain kesuksesaan
oleh (Beck, 2018) bahwa jika digambarkan
akademik dan keluarga, transisi juga memiliki
keadaan pembelajaran yang diberikan guru
keterkaitan erat dengan kesejahteraan di
dianggap sebagai menyenangkan akan menjadi
sekolah, keterlibatan dalam belajar, dan
tantangan besar yang menciptakan frustasi,
identitas sebagai pelajar. Salah satunya anak
kekhawatiran dan kecemasan pada anak,
harus mengembangkan rasa memiliki di
sementara tantangan yang terlalu sedikit dapat
lingkungan sekolah mereka. Penelitian di
menyebabkan kebosanan. Sehingga, dalam
Inggris yang dilakukan oleh (Bulkeley &
transisi hal ini menjadi penting untuk
Fabian, 2014) membuktikan bahwa pentingnya
dipelajari untuk dapat terus mengalami
sosial emosional dalam memberikan dasar
keadaan yang akan memberi penghargaan dan
yang kuat, dimana anak dapat mengeksplorasi
dengan adanya tantangan yang semakin
dan menjadi pembelajar aktif di jenjang SD.
kompleks (Nakamura & Csikszentmihalyi,
Sehingga rasa memiliki tidak hanya dengan
2009). Sehingga mungkin akan ada
keberhasilan sekolah, tetapi juga dengan
ketidakcocokan antara tantangan dan anak
kesuksesan dikemudian hari. Merasa
yang mengalami permasalahan di sekolah.
kecocokan dalam belajar di sekolah menjadi
Anak-anak tampaknya memerlukan
hal yang penting dalam transisi. (Peters &
keterlibatan pembelajaran sebagai bagian dari
Education, 2010) berpendapat bahwa anak
transisi yang sukses (Roseline, 2013)
diperbolehkan menegakan haknya untuk tidak
memberikan bukti keterlibatan mendalam di
dibeda-bedakan dalam keberhasilan sekolah,
dalam kelas satu SD yang menjadi peristiwa
tetapi lebih kepada menyoroti nilai dalam
keseimbangan antara kemampuan dan
proses yang ada disetiap diri individu anak.
tantangan (Mwangi, 2016) menambahkan
Berdasarkan pendapat tersebut jelas bahwa
kebalikannya dari pendapat (Nyland &
414
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Vol. 2, No.1, 2019, hal. 412-420 p-ISSN 2620-9047, e-ISSN 2620-9071

Alfayez, 2012) bahwa pembelajaran yang Berdasarkan latar belakang masalah


terlalu mudah telah terbukti juga bermasalah, yang sudah diuraikan diatas, transisi pada anak
terutama untuk siswa yang berbakat. usia dini yang dipersiapkan untuk menjadi
Meskipun keterlibatan dalam pembelajaran siswa SD dapat dilakukan apabila selama
dipandang sebagai aspek kunci dari transisi semua pihak yang terlibat pada transisi untuk
yang sukses, (Broekhuizen, Mokrova, di pahami. Lebih lanjut rumusan maslah
Burchinal, & Garrett-Peters, 2016) dalam studi penelitian dirinci kedalam beberapa
kasus kecilnya menjelaskan bahwa kurikulum pertanyaan penelitian dibawah ini:
sekolah mencerminkan frustrasi beberapa guru 1. Bagaimana presepsi transisi ditinjau dari
dengan tuntutan sekolah dan pendekatan kurikulum PAUD dan SD dalam
belajar yang tampaknya bagi para guru yang memfasilitasinya?
terlibat sebagai tidak pantas, karena mereka 2. Bagaimana presepsi transisi ditinjau dari
menemukan bahwa mereka bekerja menentang pihak orangtua, guru?
perkembangan keterlibatan anak dalam belajar
PEMBAHASAN
(Kelly & White, 2013)
1. Presepsi Transisi ditinjau dari Kurikulum
Berdasarkan pemaparan di atas,
PAUD dan SD dalam memfasilitasinya
penelitian-penelitian tersebut membahas pada
Sistem pendidikan anak usia dini
peran guru, keluarga dan keterlibatan
yang tidak menonjolkan ketaatan terhadap
pembelajaran dalam proses transisi. Lebih
peraturan sekolah, memperkuat pemahaman
lanjut bahwa belum adanya kesadaran akan
bahwa PAUD adalah tempat bermain sambil
adanya transisi ini, sehingga kurikulum
belajar dan sehingga meskipun PAUD
memiliki pengaruh yang besar terhadap proses
dianggap sebagai tempat bersekolah,
transisi. Namun yang membahas mengenai
kebijakan kebijakan aturan tidak terlalu
bagaimana kurikulum dalam memfasilitasi
mengikat berbeda dengan Sekolah dasar,
terkait transisi masih terbatas. Dengan
dimana anak mulai belajar menaati
demikian studi literature ini berjudul “Transisi
peraturan, mengikuti perintah guru,
PAUD Ke Jenjang SD: Ditinjau Dari Muatan
membentuk tanggung jawab dalam
Kurikulum Dalam Memfasititasi Proses
mengerjakan tugas dan lain sebagainya.
Kesiapan Belajar Bersekolah”. Pembahasan ini
Seperti sudah diungkapkan sebelumnya
akan menggambarkan presepsi transisi ditinjau
bahwa memahami makna kesiapan
dari kurikulum, pihak orangtua, guru dan
bersekolah tidak hanya terbatas pada
pengambil kebijakan di lingkungan
kesiapan secara akademik saja. Anak yang
pendidikan.
sudah mampu membaca, berhitung dan
menulis dianggap sebagai anak yang sudah
1.1 Rumusan Masalah Penelitian
siap memasuki dunia sekolah, padahal jika
dilihat dalam bingkai yang lebih luas,
415
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Vol. 2, No.1, 2019, hal. 412-420 p-ISSN 2620-9047, e-ISSN 2620-9071

kesiapan akademik bukanlah satu satunya fisik, dan kognisi yang memadai sehingga
faktor penentu kesiapan anak untuk anak mampu atau berhasil dengan baik di
bersekolah. Kesiapan pada aspek-aspek lain sekolah. Sementara menurut Brenner, kesiapan
juga penting diperhatikan. Dengan demikian anak untuk bersekolah adalah kematangan
maka harus ditinjau kembali bagaimana dalam mempersepsi dan kemampuan untuk
kurikulum yang ada di lapangan, sehingga menganalisis serta mengintegrasikan apa yang
mengetahui bagaimana transisi kesiapan telah diterimanya. Menurut Papalia dkk
bersekolah ini dilaksanakan atau justru rentang usia sekolah adalah 7-12 tahun. Saat
diabaikan. The National Education Goals memulai bersekolah, sebagian anak merasakan
Panel (NEGP, 1995), menyatakan 5 dimensi ketidaknyamanan, mereka mengalami
yang berperan dalam kesiapan bersekolah, ketegangan dan kecemasan untuk bersekolah.
meliputi kesehatan fisik dan perkembangan Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan
motorik, perkembangan sosial-emosional, sistem lingkungan sosial yang cukup
perkembangan kognitif, perkembangan signifikan bagi anak.
bahasa, serta motivasi dan sikap kerja anak.
Hal inilah yang seringkali menjadi
Di sisi lain, Kementerian Pendidikan dan
titik tekan orang tua dalam menentukan
Kebudayaan bekerja sama dengan UNICEF
kesiapan anak memasuki sekolah. Selain
dan World Bank telah mengevaluasi program
kemampuan akademik, kemampuan kognitif
Pendidikan Anak Usia Dini di 33 provinsi di
lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
Indonesia dan menemukan bahwa para guru
kemampuan ketajamaan penglihatan anak,
mengajari anak-anak untuk menghafal angka
kemampuan membedakan benda benda,
dan huruf agar lulus tes Kesiapan Bersekolah
kemampuan membedakan mana figure (fokus)
untuk masuk Sekolah Dasar favorit (Hasan,
dan mana ground (latar belakang), dapat
Hyson, & Chang, 2013; UNESCO, 2005).
mengikuti instruksi, tenang dan dapat
Para peneliti merekomendasikan penelitian
memusatkan perhatian. Kesiapan emosi dapat
lebih lanjut untuk meneliti kesiapan
dilihat dari sikap anak yang dapat mengerti
bersekolah dan transisi ke sekolah dengan
perasaan orang lain, sabar dalam menunggu
melibatkan persepsi orang tua, anak, dan
giliran, menujukkan sikap yang mudah diatur
guru.
guru, berani dan merasa nyaman saat ditinggal
2. Presepsi transisi ditinjau dari pihak orang tuanya, tidak mudah marah, dapat
orangtua dan guru mendengarkan pembicaraan orang lain, tidak
egosentris, mampu meregulasi diri secara baik,
Kesiapan bersekolah diartikan oleh menerima guru sebagai pelindungnya di
Fitzgerald & Stommen sebagai kemampuan sekolah, memahami tanggung jawab pribadi,
anak mencapai tingkat perkembangan emosi, melakukan aktivitas secara mandiri.

416
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Vol. 2, No.1, 2019, hal. 412-420 p-ISSN 2620-9047, e-ISSN 2620-9071

Kesiapan secara sosial juga dapat kemampuan membedakan; (2) motorik halus;
dilihat dari kemampuan anak dalam (3) pengertian tentang besar, jumlah dan
menyesuaikan diri kepada guru dan teman- perbandingan; (4) ketajaman pengamatan; (5)
temannya. Anak dapat bekerja sama di dalam pengamatan kritis; (6) konsentrasi; (7) daya
kelompok, mau membantu dan berbagi kepada ingat; (8) pengertian tentang objek dan
teman, mengontrol perilaku saat berinteraksi penilaian terhadap situasi; (9) memahami
kepada orang lain. berteman dan berinteraksi cerita dan (10) gambar orang, yaitu mengerti
dg teman sebaya atau orang dewasa serta bagian bagian tubuh dipergunakan untuk apa.
mampu menerima dan mengekspresikan Prosedur dari tes ini dengan cara anak diminta
dengan bahasa aktif. mengerjakan semua tes, kemudian diskoring
Dukungan beberapa faktor psikologis dan dikonsult Hasil-hasil penelitian terdahulu
terhadap kesiapan anak bersekolah merupakan menunjukkan adanya perbedaan pemahaman
faktor kontributif terhadap suksesnya anak di antara orang tua, anak dan guru mengenai
sekolah. Anak dapat menyesuaikan diri konsep kesiapan bersekolah dan transisi positif
dengan aturan yang diterapkan, memahami ke sekolah (Brandt & Grace, 2005; Mollborn
perintah guru serta mampu mengikuti & Dennis, 2012; Scott- dkk., 2006; Winter,
pembelajaran tentang pengetahuan maupun dkk., 2007). Banyak orang tua cenderung
keterampilan yang diberikan guru secara baik menganggap transisi ke sekolah akan berjalan
sampai waktu pulang tiba. Demikian indikasi mulus bila didukung dengan kesiapan
kesiapan yang dapat dijadikan patokan bagi kemampuan anak yang berkaitan dengan
orang tua. Selain indikator perilaku seperti kesiapan sosio-emosi, motorik dan bahasa
telah dipaparkan, terdapat tes khusus yang (Barbarin et al., 2008; Puccioni, 2015; Smith,
digunakan untuk mengetahui kesiapan anak 2012). Di sisi lain, Kementerian Pendidikan
bersekolah secara lebih konkret, dikenal dan Kebudayaan bekerja sama dengan
dengan NST. (NST) merupakan suatu alat tes UNICEF dan World Bank telah mengevaluasi
yang digunakan untuk mengungkap kesiapan program Pendidikan Anak Usia Dini di 33
anak saat akan masuk sekolah dasar, meliputi provinsi di Indonesia dan menemukan bahwa
kesiapan fisik dan kesiapan psikis. Kesiapan para guru mengajari anak-anak untuk
psikis ini terdiri dari kemasakan emosi, sosial, menghafal angka dan huruf agar lulus tes
dan mental. Tes kesiapan bersekolah (NST) Kesiapan Bersekolah untuk masuk Sekolah
bersifat non verbal, dan disajikan secara Dasar favorit (Hasan, Hyson, & Chang, 2013;
individual. Tes ini terdiri dari 10 sub tes yang UNESCO, 2005). Para peneliti
berisi gambar-gambar atau melengkapi merekomendasikan penelitian lebih lanjut
gambar sekaligus jawabannya, yang masing- untuk meneliti kesiapan bersekolah dan
masing mengungkap kemampuan yang transisi ke sekolah dengan melibatkan persepsi
berbeda, yaitu; (1) Pengamatan dan orang tua, anak, dan guru. Teori Bio-ekologi
417
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Vol. 2, No.1, 2019, hal. 412-420 p-ISSN 2620-9047, e-ISSN 2620-9071

dari Bronfenbrenner, menyatakan bahwa tindak lanjut yang spesifik akan hal transisi
transisi ke sekolah merupakan peristiwa yang ini.
berkelanjutan, melibatkan perubahan
UCAPAN TERIMAKASIH
lingkungan serta membutuhkan penyesuaian
secara kognitif, sosial dan emosional (Vogler, Segala puji bagi Allah SWT atas segala
Crivello, & Woodhead, 2008). Transisi ke anugrah yang telah diberikan kepada penulis.
sekolah tidak hanya melibatkan anak, namun Dari lubuk hati yang paling dalam, penulis
juga keluarga, sekolah, dan masyarakat. mengucapkan terimakasih yang sebesar-
Transisi dari Taman Kanak-kanak ke Sekolah besarnya kepada semua pihak yang telah
Dasar merupakan suatu bentuk transisi memberikan izin, memberikan motivasi,
vertikal, dimana anak berubah status dari memberikan semangat, memberikan dukungan
jenjang pendidikan non formal, menuju baik secara moral maupun materiil, dari
jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi sebelum sampai saat berlangsungnya
tingkatannya. Selama fase transisi ini seorang penelitian hingga selesainya studi literature
anak harus menyesuaikan diri dengan ini. Ucapan terimakasih sebagai apresiasi
perubahan lingkungan, identitas sosial, penulis disampaikan kepada :
jaringan sosial, serta metode belajar
1. Kedua orangtua tercinta penulis, Bapak
mengajar.asikan dengan tabel.
Sutasman dan Mama Euis Kartini atas
KESIMPULAN dukungan, pengorbanan, doa, dan segala
Dalam proses transisi diperlukan kasih sayang yang tulus ikhlas diberikan
adanya keterlibatan, kerjasama dan yang begitu besar dan sangat berarti bagi
komunikasi antara anak-anak, keluarga, penulis. Semoga tiap tetes keringat dan air
sekolah, dan masyarakat yang merupakan mata yang dicurahkan oleh keduanya
faktor penting dalam mempromosikan dan dibalas dengan nikmatnya naungan ridho
mendukung kesiapan sekolah dan transisi Allah SWT. Pencapaian ini
positif ke sekolah. Selain itu, dibutuhkan dipersersembahkan untuk kalian.
kebijakan pemerintah dalam pendidikan anak 2. Terakhir, penulis hendak menyapa setiap
usia dini, seperti kurikulum Taman Kanak- nama yang tidak dapat penulis cantumkan
kanak dan Sekolah Dasar yang mendukung satu per satu, terima kasih atas doa yang
proses transisi yang positif, terutama senantiasa mengalir tanpa sepengetahuan
memberikan panduan untuk kesiapan sekolah penulis. Terima kasih sebanyak-banyaknya
dan praktik transisi ke sekolah. Karena hingga kepada orang-orang yang turut bersuka cita
saat ini belum ada program khusus dari atas keberhasilan penulis untuk
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelesaikannya.
berkaitan dengan transisi ke sekolah dan
kesiapan bersekolah. Sehingga perlu adanya
418
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Vol. 2, No.1, 2019, hal. 412-420 p-ISSN 2620-9047, e-ISSN 2620-9071

Semoga Allah Subhanahu wata’ala https://doi.org/10.1016/j.ecresq.2016.01.


memberikan balasan yang berlipat atas 005
Bulkeley, J., & Fabian, H. (2014). Wellbeing
kebaikan dan bantuan yang telah diberikan
and Belonging during Early Educational
kepada penulis. Hanya kepada Allah SWT Transitions Well-Being And Belonging
penulis berharap agar perjalanan pendidikan During Early Educational, (December
2006), 17–31.
yang telah dilalui oleh penulis ini bisa
Canavan, J. (2014). of Family Issues Family
bermanfaaat dikemudian hari, dan bisa bernilai and Family Change in Ireland : An
Ibadah. Bisa menjawab semua keraguan dan Overview, (January 2012).
https://doi.org/10.1177/0192513X114209
pertanyaan yang mengandung harapan. Penulis
56
menyadari sepenuhnya bahwa ini masih jauh Hall, W., & Monica, S. (2009). Family
dari kesempurnaan. Besar harapan penulis, Structure Transitions and Maternal
semoga studi literature ini dapat bermanfaat Parenting Stress, 71(August), 558–574.
Kelly, J., & White, E. J. (2013). The Ngahere
dan dapat bernilai positif bagi semua pihak Project : Teaching and learning
yang membutuhkan. possibilities in nature settings.
Mwangi, M. W. (2016). Parental Involvement
DAFTAR PUSTAKA And Strategies Used By Teachers In
Supporting Children’s Transition From
Beck, L. A. (2018). Csikszentmihalyi , Mihaly Pre-Primary To Primary School In
. ( 1990 ). Flow : The Psychology of Kiambu County, Kenya.
Optimal Experience Book Reviews, Nakamura, J., & Csikszentmihalyi, M. (2009).
2216(1990). The Concept of Flow, 89–105.
https://doi.org/10.1080/00222216.1992.1 Nyland, B., & Alfayez, S. (2012).
1969876 International Journal of Early Years
Berger, L. M. (2012). Family Structure Learning Stories – crossing borders :
Transitions and Changes in Maternal introducing qualitative early childhood
Resources and Well- Being Maternal observation techniques to early
Resources and Well-being University of childhood practitioners in Saudi Arabia,
Texas-Austin University of Wisconsin- (December 2014), 37–41.
Madison May 2009 Draft : Work in https://doi.org/10.1080/09669760.2012.7
Progress, (June 2014). 43097
https://doi.org/10.1007/s13524-011- Panico, L. (2012). Family structure and child
0080-x health, (January).
Bitterberg, A. (2013). Feeling a Sense of Peters, S., & Education, M. of. (2010).
Belonging in the Early Childhood Literature Review: Transition from Early
Centre : An Exploration into a Childhood Education to School.
Community of Practice. Ramli, M. (2003). Transisi Konsep Pendidikan
Broekhuizen, M. L., Mokrova, I. L., Dasar Dan Wajib Belajar : Analisis
Burchinal, M. R., & Garrett-Peters, P. T. Terhadap Uu Sistem Pendidikan
(2016). Classroom quality at pre- Nasional ( 1950--2003 ), (1985), 1–11.
kindergarten and kindergarten and Roseline, L. (2013). Transition to School – t
children’s social skills and behavior he next phase of the child ’ s learning and
problems. Early Childhood Research development. School of Education, Vol 1,
Quarterly. 30–41.
419
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Vol. 2, No.1, 2019, hal. 412-420 p-ISSN 2620-9047, e-ISSN 2620-9071

Rosenkoetter, S. E., Whaley, K. T., Hill, C., &


Hains, A. H. (1991). The Evolution of
Transition Policy for Young Children
with Special Needs and Their Families :
Walsh, M. (2003). School Readiness To Learn
And Neighbourhood Characteristics, 1–
10.
Wu, J. C., & Chiang, T. (2014). Family
structure transitions and early childhood
development in Taiwan : Evidence from
a population-based birth cohort study.
https://doi.org/10.1177/01650254145442
30

420

You might also like