You are on page 1of 10

JURNAL IMTIYAZ Vol 5 No 02 , September 2021 2021

POLIGAMI PERSPEKTIF MUHAMMAD ABDUH DAN


MUHAMMAD SYAHRUR

Nur khosiah1, Reza Hilmy Luayyin 2, David Prabowo3


STAI Muhammadiyah Probolinggo
1Email: nurkhosiah944@gmail.com 2 nurkhosiah944@gmail.com

ABSTRACT
This research is library research that uses qualitative descriptive methods. This study
reviewed Muhammad Abduh and Muhammad Syarhrur thought. Both of them
contemporary scholars whose work is well known to the world. The Researcher is interest
in studying the thinking of their both about polygamy because there are significant has
similarities and differences from the perspective in interpreting polygamy verses in the
Qur'an, surah An-Nisa verses 3 and 129. Both of them have different conditions when it
comes to polygamy. Abduh banned polygamy on the grounds of justice and Syahrur vowed
in terms of quality. But in terms of quantity there is no difference between them. The result
of this study showed that Muhammad Abduh allowed polygamy by using conditions in an
emergency. The conditions that allow among the first wife there are indications of
barrenness, no doubt in doing justice, or no fear of a dispute after marriage. Abduh did not
think too much in terms of the quality of the wife who would be polygamy. While Syahrur
allows polygamy with qualification conditions in terms of quality where the status of
widows of wives who have children applies to the second, third or fourth wives. There is no
difference between the two in terms of quantity.
Keywords : Polygamy, Muhammad Abduh, Muhammad Syahrur

ABSTRAK
Penelitian ini termasuk jenis penelitian pustaka yang menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Penelitian ini mengulas pemikiran Muhammad Abduh dan Muhammad Syarhrur.
Mereka berdua merupakan ulama kontemporer yang karyannya sudah dikenal dunia.
Peniliti tertarik untuk mengkaji pemikiran keduanya tentang poligami karena terdapat
persamaan dan perbedaan yang signifikan dari cara pandang keduanya dalam menafsirkan
ayat poligami dalam Al-Qur'an yaitu surah surat An-Nisa ayat 3 dan 129. Keduanya
memiliki syarat yang berbeda dalam hal poligami. Abduh melarang poligami dengan alasan
keadilan dan Syahrur mensraratkan dari segi kualitas. Akan tetapi dalam hal kuantitas
tidak ada perbedaan diantara keduanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Muhammad Abduh membolehkan poligami dengan memakai syarat dalam keadaan
darurat. Syarat yang membolehkan diantaranya istri pertama terdapat indikasi mandul,
tiada keraguan dalam berbuat adil, ataupun tidak ada kekhawatiran terjadinya pertikaian
setelah pernikahan. Abduh tidak terlalu memikirkan dari segi kualitas istri yang akan
dipoligami. Sedangkan Syahrur membolehkan poligami dengan syarat kualifikasi dari segi
kualitas yang mana status janda istri yang memiliki anak berlaku bagi istri kedua, ketiga
ataupun keempat. Tidak ada perbedaan bagi keduanya dari segi kuantitas.

Poligami perspektif muhammad abduh dan Muhammad syahrur..... (Luayyin, etc) | 77


JURNAL IMTIYAZ Vol 5 No 02 , September 2021 2021

Kata Kunci: Poligami, Muhammad abduh, Muhammad Syahrur


Pendahuluan

Poligami merupakan pernikahan yang dilakukan antara seorang pria dengan dua
orang wanita atau lebih. Poligami salah satu isu dalam masyarakat baik di perkotaan
maupun di pedesaan yang menjadi berbincangan di kalangan kaum adam dan kaum hawa.
Sebab jika poligami itu diperbolehkan kaum adam merasa mendapat legitimasi syari’ah
sedang bagi kaum wanita pada umumnya menjadi persoalan yang pantang bagi mereka
karena secara manusiawi tidak ada wanita yang mau suaminya beristri lebih dari satu
(Auly Naimul Umam, 2019). Karena banyak realita yang ada, seorang yang menikah lebih
dari satu tidak dapat membahagiakan istri dan keluarganya atau tidak dapat bersikap adil
dalam keluarganya. Akan tetapi dalam ajaran agama Islam menikah lebih dari satu itu
diperbolehkan. Hal ini terdapat dalam Q.S. al-Nisā’: 3 yang berbunyi:

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang
saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih
dekat kepada tidak berbuat aniaya. (QS. al- Nisā’ [4]: 3).

Dari ayat di atas menjelaskan bahwa diperbolehkan seorang pria menikah lebih dari
satu asalkan ada beberapa alasan yang menjadi dasar seorang pria menikah lagi dan tidak
hanya sekedar seorang pria itu cukup hartanya untuk menafkahi beberapa istri. Karena
pernikahan adalah hal yang sangat sakral dilakukan, beberapa orang berprinsip
pernikahan hanya dilakukan sekali dalam hidupnya karena khawatir tidak dapat
membahagiakan antara satu dengan yang lain. Suami khawatir tidak dapat
membahagiakan istrinya dan istripun juga khawatir tidak dapat membahagiakan suaminya.
Meski dalam ajaran Islam seorang pria boleh menikah lebih dari satu dan telah di sebutkan
memberi batasan sampai empat istri (Ulfah, 2011)
Pernikahan merupakan akad suci antara laki-laki dan perempuan sehingga status
keduanya berubah menjadi suami sebutan bagi laki-laki dan istri sebutan bagi perempuan.
Dari setiap pernikahan tentunya setiap pasangan yang akan menikah mempunyai tujuan
masing-masing akan tetapi secara umum yaitu menjadi keluarga sakinah, mawaddah,
warahmah. Pernikahan menurut ajaran Islam haruslah ada syarat-syarat dan rukun

78 | Poligami perspektif muhammad abduh dan Muhammad syahrur..... (Luayyin, etc)


JURNAL IMTIYAZ Vol 5 No 02 , September 2021 2021

tertentu yang menjadikan sahnya sebuah akad dalam pernikahan, sebaliknya ada juga
pernikahan yang tidak sah karena tidak sesuai dengan ajaran Islam (Muslihin, 1979)
Hasbi (1980) mengatakan pernikahan yang di atur dalam ajaran Islam membolehkan
poligami akan tetapi Islam juga memberikan aturan jumlah wanita yang dinikahi dan siapa
wanita yang harus di nikahi. Islam juga mengatur laki-laki yang yang diperbolehkan
menikah dengan lebih dari satu istri. Dalam realita yang ada praktek poligami yang di
lakukan sering terjadi hal yang tidak sesuai dengan apa yang telah di syari’atkan oleh
agama Islam. Ada banyak contoh buruk dalam poligami dan pada kenyataannya juga
banyak terjadi dalam masyarakat di era modern ini. Permasalahan poligami muncul
dimana-mana karena poligami tidak dilakukan dengan penuh tanggungjawab dan tidak
sesuai dengan apa yang telah di ajarkan dalam agama Islam. Misalkan tidak menafkahi istri
baik istri yang pertama maupun istri kedua, tidak bersikap adil, kekerasan dalam rumah
tangga, terganggunya psikologi anak, dan masih banyak persoalan yang di alami terutama
keluaga poligami dari pihak si istri (Gitleman, 2014). Banyak realitasnya yang terjadi
seseorang yang berpoligami menunjukkan banyaknya kehancuran dalam ruimah
tangganya, kesengsaraan dalam hidupnya, kemelaratan kondisinya dan penghancuran
keluarga hanya karena poligami (Makrum, 2016).

Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian library research (penelitian perpustakaan)


(Sutrisno, 1999) merupakan penelitian yang dilakukan yang bersumber pada buku dan di
arahkan serta difokuskan untuk menelaah bahan pustaka baik berupa buku, kitab ,dan
jurnal tentang konsep poligami yang mengambil pendapat Muhammad Abduh dan
Muhammad Syahrur. Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik-komparatif-kualitatif yang
bertujuan memaparkan dan menganalisa paradigma antara Muhammad abduh dan
Muhammad syahrur dalam menetapkan hukum poligami berdasarkan dalil yg digunakan
untuk ditarik kesimpulan yang pragmatis bagi keberadaan hukum poligami. Penulis
tertarik untuk mengkaji pendapat Muhammad Abduh dan Muhammad Syahrur karena
keduanya termasuk ulama kontemporer dan karya-karyanya sudah dikenal di seluruh
dunia serta banyak dikutip oleh banyak .
Data yang diperoleh akan dianalisis, penelitian ini termasuk library research, maka
penyusun menggunakan metode deduktif yang mana melihat norma yang ada dalam
alquran tentang hukum poligami yang secara spesifik menurut Muhammad Abduh dan
Muhammad Syahrur. Penulis juga menggunakan metode induktif, yaitu merelevansikan
pendapat Muhammad Abduh dan Muhammad Syahruh dalam kehidupan masyarakat
kontemporer. Pengumpulan data diperoleh melalui metode observasi dan dokumentasi.

Hasil Dan Pembahasan


Poligami Menurut Muhammad Abduh
Pendapat Muhammad Abduh poligami merupakan tradisi lampau pra Islam. Poligami
merupakan salah satu bentuk pelecehan pada wanita, menurut Muhammad Abduh tidak
ada satupun istri yang merelakan suaminya menjadi milik orang lain dan juga sebaliknya
tidak ada satupun suami yang rela istrinya menjadi milik laki-laki lain sebab itu akan
menjadikan sakit hati yang mendalam mengalahkan panasnya api yang berkobar, itulah

Poligami perspektif muhammad abduh dan Muhammad syahrur..... (Luayyin, etc) | 79


JURNAL IMTIYAZ Vol 5 No 02 , September 2021 2021

fitra manusia, apabila ada suami/ istri merelakan pasangannya berbagi cinta dengan yang
lain berarti itu tidak sewajarnya (Rofiq, 2018)
Berpoligami dalam ukuran manusia normal memang tidak akan pernah merelakan
apa yang sudah jadi miliknya di ambil oleh orang lain. Contoh ada orang memiliki sepasang
sandal lalu sandal satunya diambil orang bagaimana perasaannya, tentu orang tersebut
akan mencarinya sampai ketemu dan akan marah jika ada yang mengambilnya. Apalagi
sebuah pernikahan yang sudah berdasarkan akad suci dan mahar yang mahal tentu
bagaimanapun akan berusaha mempertahankan apa yang menjadi miliknya.
Muhammad Abduh mengibaratkan orang yang hidup dengan praktek poligami
seperti seekor ayam jantan dengan beberapa ayam betina, dan si jantan tidak dapat berbagi
cinta secara adil dari beberapa betina tersebut, ini berarti mesti ada yang berlebih dari
sekian betina. Apabila ada yang mengatakan bahwa berdasarkan pengalama, ada istri
pertama rela di madu, ini di lihat dari dua sisi: 1) jikalau ada, hal demikian jarang (seribu
banding satu) Maka yang jarang itu tidak bisa dijadikan patokan dikalangan umat. Meski
banyak fenomena poligami di kalangan masyarakat. Jika ada orang mengatakan kerelaan
istri-istri itu dengan satu suami berarti ada yang tidak wajar. 2) kerelaan istri-istri jarang
dan hampir tidak terjadi, akan tetapi pada wanita tuna susila berganti-ganti laki-laki,
perasaan suka rela sudah biasa (Rofiq, 2018).
Fatwa kontroversi yang dikeluarkan abduh bukan tanpa sebab atau kegelisahan,
poligami menyebabkan pemusuhan dan pertengkaran ataupun perang dingin di antara
para istri, kepuasan dari pihak suami saja dan yang paling fatal adalah anak yang menjadi
korbannya. Dengan demikian abduh berkesimpulan tentang poligami bahwa Poligami
diperbolehkan jika dalam kondisi darurat untuk menghindari perzinahan dengan catatan
tidak menimbulkan kerusakan dan kedzaliman.
a. Poligami diperbolehkan bila istri terbukti mandul serta diperkuat adanya
persetujuan istri dan seijin hakim.
b. Poligami tidak diperbolehkan jika mucul keraguan dalam diri laki-laki akan
kemampuannya untuk bersikap adil terhadap para istrinya.
c. Poligami tidak diperbolehkan jika kekhawatiran akan terjadinya pertikaian
muncul dalam suatu perkawinan keluarga.
Konsep Poligami Muhammad Abduh syarat mutlak berpoligami adalah keadilan.
Syari’atat membatasi suami memiliki empat orang istri, jikalau mampu untuk berbuat adil
kepada para istrinya. dikalangan orang kaya dan pejabat, mereka justru menafkahkan
semua hartanya kepada istri yang di cerai dan yang masih dipertahankan dan tidak lupa
pada anak-anak mereka. Ada juga kasus dari kalangan pejabat tentang pengusiran istri dan
anak mereka demi istri barunya. Jika demikian adanya maka samalah si kaya tersebut
dengan si miskin dalam pelanggaran agama. Kasus orang kaya lebih parah ketimbang
orang-orang miskin dalam pelantaran istri dan anak-anaknya. Adapun kasus lain
dikalangan orang kaya yakni kondisi pendidikan dan pemberian perhatian serta kasih
sayang berbeda pada anak yang tumbuh di tengah kedengkian saudara tirinya dan bapak
angkatnya.
Poligami Menurut Muhammad Syahrur
Pendapat Muhammad Syahrur (2004) tentang poligami dalam penjelasannya sudah
menjadi wewenang pemerintah untuk menegaskan kepada masyarakat di suatu negara
untuk boleh atau tidak berpoligami dan harus ada aturan yang jelas dan menentukan

80 | Poligami perspektif muhammad abduh dan Muhammad syahrur..... (Luayyin, etc)


JURNAL IMTIYAZ Vol 5 No 02 , September 2021 2021

sanksi dan denda bagi yang melanggar walaupun peraturan tersebut tidak bersifat abadi
ataupun universal tapi setidaknya jelas, tegas, dan konsisten.
Disebutkan bahwa Indonesia menganut prinsip monogami, namun terdapat
peraturan yang mencantumkan syarat-syarat seorang laki-laki dapat melakukan poligami.
Dalam Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo Pasal 116 huruf (f)
Kompilasi Hukum Islam mengenai alasan terjadinya perceraian pun tidak mencantumkan
poligami padahal banyak kasus perceraian yang disebabkan oleh poligami. Poligami
menjadi pemicu utama retak dan hancurnya sebuah pernikahan (Gitleman, 2014).
Asghar Ali Engineer (1994) juga mengakui bahwa poligami memang diperbolehkan
dalam Islam. Akan tetapi prakteknya poligami sering dilakukan dengan semena-mena dan
menyalahi aturan yang sudah di tetapkan dalam ajaran Islam dan juga peraturan
pemerintah. Asghar menyebutkan bahwasannya Batasan yang perlu diperhatikan yang
berkaitan dengan poligami adalah kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, tidak
mengambil hak hartanya anak yatim dan harus bersedia menjaganya sampai anak yatim
tersebut dewasa.
Poligami jika dari sisi kemanusiaan dan social dapat juga terselesaikan, apabila
keadilan terhadap istri-istri dan anak-anak mereka terlaksana dengan baik dan benar.
Apalagi jika yang di nikahi itu janda dan mempunyai anak, harus dapat mengelola dan tidak
boleh mengambil harta warisan mereka karena ada ketentuan bahwa calon istri yang boleh
dipoligami seorang suami harus perempuan janda yang memiliki anak yatim. Syarat
poligami menurut pandangan Muhammad Syahrur dikenal dengan enam teori batas
(hudud), antara lain:
a. Batas maksimal
b. Batas minimal
c. Batas maksimal dan minimal
d. Batas maksimal dan minimal bersamaan pada posisi lurus/ posisi penetapan hukum
partikuler.
e. Posisi batas maksimum dengan satu titik yang mendekati garis lurus tanpa
bersentuhan.
f. Batas maksimum positif tidak boleh dilewati dan batas bawah negative boleh dilewati.
g. Adapun syarat poligami ini tergolong pada batas minimal dan batas maksimal hadir
secara bersamaan namun tidak menyatu dalam satu garis (Jalil, 2016).
Pandangan poligami menurut Muhammad Syahrur bahwasannya poligami harus
berpegang teguh dengan Al-quran dan As-sunah, supaya poligami tidak dianggap mudah
untuk dijalankan oleh setiap orang, karena ada syarat yang harus dijalankan oleh setiap
pelaku poligami, karna keadilan sangat di utamakan supaya tidak ada wanita-wanita yang
di perlakukan seenaknya, yang jelas tidak ada wanita yang rela berbagi cintanya dengan
wanita lain. (Muslihin, 1979)
Pendapat Muhammad Syahrur berkenaan dengan sikap pemerintah dalam persoalan
poligami, pemerintah mempunyai wewenang penuh untuk menentukan boleh tidaknya
berpoligami di suatu Negara, dan juga mengatur apabila terjadi pelanggaran ditentukan
pula hukuman atau dendanya. Peraturan ini tidak bersifat pribadi dan universal namun
peraturan yang ada di Indonesia tentang pengaturan poligami belum di bahas secara rinci
dan konsisten. Padahal poligami adalah penyebab awal pertengkaran dan berujung pada

Poligami perspektif muhammad abduh dan Muhammad syahrur..... (Luayyin, etc) | 81


JURNAL IMTIYAZ Vol 5 No 02 , September 2021 2021

sebuah perceraian dan permusuhan sehingga banyak pihak yang dapat dirugikan akibat
berpoligami.
Perbandingan antara konsep poligami menurut Muhammad Abduh dan Muhammad
Syahrur.
Poligami menurut Muhammad Abduh boleh dilakukan jika seseorang dalam keadaan
darurat bukan dalam keadaan normal, pemikiran Muhammad Abduh terkesan sangat
melarang poligami yang artinya poligami hanya boleh dilakukan jika dalam kondisi yang
bersifat darurat sehingga tanpa adanya syarat tersebut poligami tidak diperbolehkan untuk
dilakukan, dari sini lah Muhammad Abduh memandang bahwasannya poligami tidak dapat
di generalisasikan kepada semua orang maka dari itu kebolehan poligami merupakan
rukhsah bagi mereka yang berada dalam kondisi darurat, menyangkut status hukum
poligami didasarkan atas dasar hukum islam yaitu al-quran dan as-sunah.
Pendapat Muhammad Abduh memang menyelisihi dari kalangan banyak ulama. Hal
ini terlihat dari segi pelarangannya yang dikecualikan dalam kondisi darurat. Dari segi
kuantitas atau batas minimal jumlah seorang istri yang boleh dipoligami oleh laki-laki tidak
terdapat khilaf disini dengan para ulama. Penafsirannya dalam surah An-Nisa' ayat 3 dan
129 sudah sejalan dengan para ulama. Konsep keadilan Muhammad Abduh juga selaras
dengan pendapat jumhur. Hanya memang pelarangannya dalam poligami pada zaman
sekarang itulah yang sedikit bertentangan dengan kehalalan poligami yang tertera dalam
Al-Qur'an khususnya dengan surah An-Nisa ayat 3 dan 129 (Suhendra, 2019)
Sedangkan menurut Muhammad Syahrur mendefinisikan pernikahan sebagai
kesepakatan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang tujuannya adalah
hubungan lahir bathin yang saling menenangkan hati, saling bermusyawarah dan
terjalinnya hubungan baik antara dua keluarga dengan jalan pernikahan, meneruskan dan
memperbanyak keturunan yang soleh /solihah, membentuk, membina keluarga Bahagia
dan menempuh hidup baru yang penuh kebersamaan, Al-quran telah memberikan patokan
yaitu keadilan. Keadilan dalam berpoligami merupakan konsep dasar dalam berpoligami,
Al-quran tidak pernah membicarakan permasalahan poligami dalam konteks yang khusus,
jadi dari dua pendapat tokoh tersebut kita lebih paham , bahwasannya poligami harus
berpegang teguh dengan Al-quran dan As-sunah , supaya poligami tidak dianggap mudah
untuk dijalankan oleh setiap orang , karena ada syarat yang harus dijalankan oleh setiap
pelaku poligami, karna keadilan sangat di utamakan supaya tidak ada wanita-wanita yang
di perlakukan seenaknya, yang jelas tidak ada wanita yang rela berbagi cintanya dengan
wanita lain.
Tabel 1.1 Perbandingan Poligami Muhammad Abduh dan Muhammad Syahrur
Hukum Syarat Kualitas
No Kuantitas
Abduh Syahrur Abduh Syahrur Abduh Syahrur
Perawan Perawan
1 Pertama Boleh Boleh Boleh Boleh atau atau
Janda Janda
Tidak
Boleh
Boleh Perawan Janda
dalam
2 Kedua Boleh apabila Boleh atau Memiliki
keadaan
istri Janda Anak
darurat
pertama

82 | Poligami perspektif muhammad abduh dan Muhammad syahrur..... (Luayyin, etc)


JURNAL IMTIYAZ Vol 5 No 02 , September 2021 2021

terindikasi
mandul
Atau ada
keraguan
dalam
keadilan
atau
terdapat
pertikaian
Tidak
Boleh
apabila
istri
pertama
Boleh terindikasi
Perawan Janda
dalam mandul
3 Ketiga Boleh Boleh atau Memiliki
keadaan atau ada
Janda Anak
darurat keraguan
dalam
keadilan
atau
terdapat
pertikaian
Tidak
Boleh
apabila
istri
pertama
Boleh terindikasi
Perawan Janda
dalam mandul
4 Keempat Boleh Boleh atau Memiliki
keadaan atau ada
Janda Anak
darurat keraguan
dalam
keadilan
atau
terdapat
pertikaian

Dari table di atas dapat kita ketahui bahwa Muhammad Abduh membolehkan
poligami dengan memakai syarat dalam keadaan darurat. Syarat yang membolehkan
diantaranya istri pertama terdapat indikasi mandul, tiada keraguan dalam berbuat adil,
ataupun tidak ada kekhawatiran terjadinya pertikaian setelah pernikahan. Abduh tidak
terlalu memikirkan dari segi kualitas istri yang akan dipoligami. Sedangkan Syahrur
membolehkan poligami dengan syarat kualifikasi dari segi kualitas yang mana status janda

Poligami perspektif muhammad abduh dan Muhammad syahrur..... (Luayyin, etc) | 83


JURNAL IMTIYAZ Vol 5 No 02 , September 2021 2021

istri yang memiliki anak berlaku bagi istri kedua, ketiga ataupun keempat. Tidak ada
perbedaan bagi keduanya dari segi kuantitas.
Sintesa Konsep Muhammad Abduh dan Muhammad Syahrur
Abduh memahami bahwasanya bilangan istri dalam surah An-Nisa ayat 3
bahwasanya bilangan istri tersebut dengan jelas di situ. Sedangkan Syahrur memahami
bahwa bilangan istri pada surah An-Nisa ayat 3 memang dua, tiga dan empat hanya saja
dengan mensyaratkan buat istri kedua dan seterusnya harus janda yang memiliki anak
yatim (Syahrur : 2002). Tidak dapat dipungkiri bahwa berlaku untuk semua periode
perkembangan seluruh manusia dan meliputi seluruh kemuliaan insan, baik dulu maupun
sekarang.
Abduh dalam menafsirkan ayat tentang poligami tidak mengaitkan ayat poligami
dengan ayat sebelumnya. Sedangkan Syahrur memahaminya dengan mengaitkan ayat
sebelumnya yang mana dikatakan bahwa ayat sebelumnya berkaitan erat karena terdapat
kata Wa-In sebagai penghubung karena ayat sebelunnya juga membahas tentang hak anak
yatim. Jadi ayat poligami tidak hanya menjelaskan soal kuantitas tetapi juga kualitas serta
batasan minimal dan maksimal (Syahrur : 2012).
Abduh hanya menjelaskan dari segi kuantitas tanpa disertai segi kualitas. Artinya
status wanita yang dinikahi baik itu istri pertama hingga keempat tidak ada masalah baik
itu perawan ataupun janda. Ini sejalan dengan pendapat para ulama dan masyarakat pada
umumnya. Sedangkan Syahrur menganggap pemikiran tersebut kurang sejalan dengan apa
yang Allah SWT kehendaki. Karena itu Syahrur menggunakan standar kualitas serta
kunantitas secara bersama. Jadi Islam membolehkan poligami kepada laki-laki dengan
empat orang istri dengan catatan istri pertama bisa seorang janda atupun perawan akan
tetapi untuk istri kedua, istri ketiga, dan keempat harus janda dengan anak.

Penutup
Pada dasarnya Muhammad Abduh dan Muhammad Syahrur keduanya berpegang
teguh dari Al-quran dan As-sunnah dan mempunyai tujuan yang sama yaitu menegakkan
sikap keadilan terhadap wanita, supaya tidak ada orang yang menganggap remeh terkait
permasalahan poligami yang ada di dunia , setiap orang yang mau berpoligami harus
memenuhi syarat yang ada , dan dilakukan dalam keadaan darurat. Pada dasarnya
Muhammad Syahrur mengakui bahwa poligami merupakan satu diantara syariat islam
yang diturunkan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw, akan tetapi praktek dan
penerapannya harus memperhatikan beberapa persyaratan agar poligami membawa
berkah dan hikmah, bukan sebagai pelampiasan nafsu serakah (Hikmah at Tasyri'). Konsep
poligami menurut Muhammad Abduh semula hukumnya boleh, berubah hukumnya
menjadi haram secara Qath’i dikarenakan kekhawatirannya akan ketidakadilan dalam
poligami. Menurut Muhammad Abduh poligami telah menjadi kemudharatan dan sumber
penyakit sosial bagi kalangan orang tua dan anak-anaknya.
Baik Muhammad Abduh ataupun Muhammad Syahrur keduanya merupakan ulama
kontemporer yang mempunyai peran besar dalam pemikiran dunia islam. Karena karya-
karya keduanya sudah banyak dikenal di dunia termasuk pemikiran dan pendapat mereka
terhadap pologami. Poligami hendaknya mempertimbangkan terlebih dahulu baik itu dari
sisi keadilan ataupun dari sisi kuantitas maupun kualitas. Keduanya merupakan hal
penting. Dari segi kuantitas memiliki batas maksimal empat orang istri dan dari segi

84 | Poligami perspektif muhammad abduh dan Muhammad syahrur..... (Luayyin, etc)


JURNAL IMTIYAZ Vol 5 No 02 , September 2021 2021

kualitas memperhatikan status perempuan yang akan dipoligami dalam hal ini bisa juga
melibatkan anak sebagai alasan untuk melakukan poligami. Sebab upaya pengayoman
terhadap anak yatim lebih diutamakan dalam permasalahan poligami. Dari segi keadilan
juga merupakan faktor penting karena tidak ada yang menghendaki ketidakadilan dari
suatu pernikahan terjadi pada pasangan suami istri. Hendaknya masyarakat juga mengerti
dan bijaksana dalam menanggapi permasalahan poligami. Diharapkan juga bagi
masyarakat untuk tidak memandang bahwa orang yang melakukan poligami itu tidak
berlaku adil. Dalam pemerintahan hendaknya meninjau kembali undang-undang tentang
perlindungan anak dan perkawinan.

Referensi
Abu Zahra, Muhammad.1957. al-Ahwal al-Syakhsiyyah. Kairo: Dar al-fikr al-Arabi
Aibak, Kutbuddin. 2006. Kajian Fiqh Kontemporer. Surabaya : Elkaf
Auly Naimul Umam. (2019). Poligami menurut perspektif Muhammad Syahrur - tinjauan
maqāṣid al-syarī’ah.
Ash-Shiddieqi, Hasbi. 1980. Sejarah dan Pengantar Ilmu adits. Jakarta: Bulan Bintang.
Engineer, Asghar Ali. 1994. The Qur’an and Modern Society, (terj). agus nuryatno.
Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Farida, Anik. 2008.Menimbang Dalil Poligami: antara teks,konteks dan praktek. Jakarta:
balai penelitian dan pengembangan agama.
Fahyimi, Badriyah. 2002 .Isu-isu Gender Dalam Islam. Jakarta: PSW UIN Syarif hidayatullah.
Gitleman, L. (2014). Poligami Dalam Hukum Islam: Telaah Atas Pemikiran Muhammad
Syahrur. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 1, 2–3.
Imron, A. 2015. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Semarang : Karya Abadi Jaya
Jalil, A. (2016). Wanita Dalam Poligami ( Studi Pemikiran Muhammad Syahrur). CENDEKIA :
Jurnal Studi Keislaman, 2(1), ISSN 2443-2741.
Makmun, Rodli. 2009. Poligami Dalam Tafsir Muhammad Syahrur. Ponorogo: STAIN
Ponorogo Press.
Makrum, M. (2016). Poligami Dalam Perspektif Al-Qur’an. Maghza, 1(2), 35.
Muslihin. (1979). Poligami Dalam Pandangan Muhammad Syahrur. Al-Bayyinah, VII(1), 76–
99.
Nasution, Harun. 1996. Pembaharuan Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Qardhawi, Yusuf. 1993. Halal Haram Dalam Islam. singapura: bina ilmu.
Rofiq, A. (2018). Keabsahan Poligami: Perspektif Muhammad Abduh dan Mahmud Syaltut.
ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam, 3(2), 155–171.
Suhendra, E. (2019). Studi Analisis Terhadap Konsep Poligami Menurut Muhammad Abduh.
Journal of Wind Engineering and Industrial Aerodynamics, 26(3), 1–4.
Syihabuddin.1999. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir terj. Jakarta: Gema Insani Press.
Syahrur.(2004).nahw usul jadidah li al-fiqih al-islami, terj. Sahiron Syamsuddin. Yogyakarta:
elsaq press.
Syahrur. 2002. Iman dan Islam; Aturan-aturan Pokok. Al-Islam Wa al-Iman; Manzumah al-
Qiyam (terj). Yogyakarta: Jendela
Syahrur. 2012. Prinsip Dasar Hermenetika Hukum Islam Kontemporer. Yogyakarta: elsaQ
Press.

Poligami perspektif muhammad abduh dan Muhammad syahrur..... (Luayyin, etc) | 85


JURNAL IMTIYAZ Vol 5 No 02 , September 2021 2021

Tihami dan Sohari Sahrani.(2014).fikih munakahat kajian fikih nikah lengkap. Jakarta:
rajagrafindo persada.
Ulfah, M. (2011). Poligami menurut Muhammad Syahrur dalam pandangan hukum Islam.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4276/1/MARIA ULFA-
FSH.pdf
Ustad Labib MZ.(1986). pembelaan ummat muhammad terhadap para orientalis atau
sindiran golongan anti islma yang mempersoalkan Nabi Muhammad Saw beristri lebih
dari satu (rahasia poligami Rasulullah Saw). GRESIK: Bintang pelajar.

86 | Poligami perspektif muhammad abduh dan Muhammad syahrur..... (Luayyin, etc)

You might also like