You are on page 1of 11

Jurnal Flourishing, xxx(xxx), xxx, xx–xx

ISSN: 2797-9865 (online)


DOI: 10.17977/10.17977/um070vxix20xxpxxx-xxx

Psikoedukasi Strategi Coping Stres pada Mahasiswa yang


Bekerja di Universitas Negeri Malang
Bintang Mareta Hari Pratiwi, Dimas Anggi Setyawan, Devita Hardiyanti, Firsthiansyah
Ardan Virgianto, Yaumul Rahmi S. Psi, M. Psi.
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia
bintang.mareta.1908116@students.um.ac.id

Abstract
The phenomenon of students studying in higher education while working in Indonesia is not a
new thing to encounter. State University of Malang, which is one of the universities in East
Java, of course, also has students who work in the midst of their busy studies. The type of
research used in this study is quantitative research using Michael Via's work stress
measurement scale via charisma in a thesis publication journal compiled based on Abraham's
theory (1990) which contains four aspects, namely emotional, intellectual and interpersonal
physiological which has been valid with a correlation value of 0.3117 and reliable with alpha a
= 0.7514 procedure. The scale is created using a modification of the Likert Scale of the
summed rating method (method of summated ratings). The subject of scale measurement in
this study is UM students who work. Based on the results of measuring work stress in 50
working State University of Malang students, 21 people (42%) were in the moderate stress
level category and two of them (4%) were close to high stress, and 29 people (58%) were
included in the low stress level category. As an effort to minimize work stress in students who
are working, researchers designed a psychoeducational program for coping stress strategies for
working students of State University of Malang.

Keywords: Psychoeducation; Coping Stress; Student; Work

Abstrak
Fenomena mahasiswa yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi sambil bekerja di
Indonesia bukan menjadi hal yang baru dijumpai. Universitas Negeri Malang yang merupakan
salah satu universitas di Jawa Timur tentunya juga memiliki mahasiswa yang bekerja di tengah
kesibukan kuliahnya. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian
kuantitatif menggunakan skala pengukuran Stress kerja milik Michael Via karisma pada jurnal
publikasi skripsi yang disusun berdasarkan teori Abraham (1990) yang memuat empat aspek
yaitu fisiologis emosional, intelektual dan juga interpersonal yang telah valid dengan nilai
korelasi 0,3117 dan reliabel dengan prosedur alpha a = 0,7514. Skala tersebut dibuat dengan
menggunakan modifikasi Skala Likert metode rating yang dijumlahkan (metode of summated
ratings). Subjek Pengukuran skala dalam penelitian ini adalah mahasiswa UM yang bekerja.
Berdasarkan hasil pengukuran stress kerja pada 50 Mahasiswa Universitas Negeri Malang
yang bekerja diperoleh hasi secara keseluruhan 21 orang (42 %) termasuk dalam kategori
tingkat stres sedang dan dua diantaranya (4%) mendekati anggka stress tinggi, dan 29 orang
(58 %) termasuk dalam kategori tingkat stres rendah. Sebagai upaya meminimalisir adanya
stress kerja pada mahasiswa yang sedang bekerja, peneliti membuat suatu rancangan program
psikoedukasi strategi coping stress pada mahasiswa Universitas Negeri Malang yang bekerja.

Kata kunci: Psikoedukasi; Coping Stress; Mahasiswa; Bekerja

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Jurnal Flourishing, xxx(xxx), xxx, xx–xx

1. Pendahuluan

Fenomena mahasiswa yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi sambil


bekerja di Indonesia bukan menjadi hal yang baru dijumpai. berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) mencatat terdapat 6,98% siswa berusia 10 hingga 24 tahun yang
sekolah sambil bekerja pada 2020. Sektor pertanian memiliki proporsi mahasiswa yang
bekerja di pedesaan cukup besar yaitu 44,06% pada tahun 2020. Sektor lain
menyumbang 39,9% jasa dan 16,04% industri. Berbeda dengan di kota yang mayoritas
bekerja di sektor jasa yaitu 72,61% siswa. Di industri manufaktur 22,78% dan di
pertanian 4,61%. Alasan dari mahasiswa memutuskan untuk bekerja dikarenakan
faktor ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang cenderung lebih mahal ketika
hidup di kota besar, alasan lain adalah beberapa mahasiswa memutuskan untuk bekerja
sambil kuliah dikarenakan ingin menambah pengalaman bekerja. Universitas Negeri
Malang yang merupakan salah satu universitas di Jawa Timur tentunya juga memiliki
mahasiswa yang bekerja di tengah kesibukan kuliahnya.

Berbagai permasalahan yang muncul di tempat kerja dapat mempengaruhi proses


belajar pada mahasiswa yang bekerja. Masalah yang biasa dihadapi di tempat kerja
antara lain rutinitas kerja yang monoton, konflik dengan rekan kerja dan atasan,
persaingan yang ketat, upah yang tidak memadai, dan pekerjaan yang
menumpuk.(Butler, dalam Felix 2019). Konflik yang dialami mahasiswa berkuliah dan
bekerja dapat merusak kesehatan fisik dan menyebabkan stres. Stres yang
ditimbulkannya mempengaruhi keadaan psikologis seseorang bahkan harga diri
(Lingard, dalam felix 2019).

Berdasarkan hasil pengukuran stress kerja pada 50 Mahasiswa Universitas


Negeri Malang yang bekerja diperoleh hasi secara keseluruhan 21 orang (42 %)
termasuk dalam kategori tingkat stres sedang dan dua diantaranya (4%) mendekati
anggka stress tinggi, dan 29 orang (58 %) termasuk dalam kategori tingkat stres
rendah.

Stress merupakan kondisi ketidaksesuaian individu dengan keadaan biologis,


psikologis, atau sosial (Safarino, 2006). Menurut (Santrock, 2003) stress merupakan
respon individu terhadap keadaan yang memicu stress sehingga berdampak
mengganggu kemampuan individu untuk menanganinya (coping). Stress dikategorikan
menjadi dua, yakni distress atau stress negatif dan eustress atau stress positif (Rice,
1992). Distress merupakan kondisi stress yang bersifat tidak menyenangkan yang
menyebabkan individu merasa gelisah, takut, dan khawatir. Sedangkan eustress
merupakan kondisi stress yang bersifat menyenangkan sehingga berdampak positif
bagi individu. Merurut (Asih, dkk 2018) stress akan menyebabkan konsekuensi berupa
meningkatnya kecemasan, frustasi, menurunya gairah kerja serta mengganggu
kesehatan psikologis, fisik performa kerja dan mempengaruhi pengambilan keputusan
pada karyawan.

2
Jurnal Flourishing, xxx(xxx), xxx, xx–xx

Strategi manajemen stress kerja terbagi menjadi dua menurut (Asih, dkk, 2018)
yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasional. Menurut Sujono (2015)
strategi pengelolaan stress secara mandiri dapat dilakukan dengan cara: psikologis dan
latihan fisiologis. Pendekatan organisasional dapat dilakukan dengan melakukan
peningkatan seleksi karyawan, penempatan kerja, pelatihan, peningkatan komunikasi
organisasi cuti panjang, cuti panjang, dan juga program kesehatan (wellnes program)
yang menitikberatkan pada kondisi total fisik.Salah satu program Wellnes Program
yang bisa dilakukan secara organisasional adalah Psikoedukasi. Psikoedukasi salah
satu program kesehatan (wellnes program) yang menitik beratkan pada kondisi
psikologis karyawan, Menurut Ahmad (2021), Psikoedukasi dapat meningkatkan
pemahaman subjek secara signifikan terkait bagaimana cara mengatasi stress yaitu
sebesar 38%. Psikoedukasi coping stress yang dilakukan dapat menjadi langkah yang
efektif sebagai pengenalan coping stress bagi karyawan sehingga dapat menjadi upaya
yang tepat secara preventif menghadapi stress kerja.

Coping stress merupakan upaya dari individu baik secara kognitif maupun
perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal atau internal individu yang dianggap
sebagai sebuah beban atau tekanan (Lazarus & Folkman, 1984). Lazarus & Folkman
mengungkapkan bahwa Coping adalah suatu proses di mana individu mencoba untuk
mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan dengan sumber daya yang mereka
gunakan dalam menghadapi situasi yang stressfull. Dalam kondisi yang dapat memicu
munculnya stress, individu akan beradaptasi dan mekanisme coping dalam diri akan
bekerja. Pada strategi coping stress terdiri atas beberapa tahap yaitu individu
memperkirakan kemungkinan masalah yang ada, membuat strategi pemecahan
masalah yang bersifat positif, dan melakukan tindakan dengan menghadapi masalah
tersebut (Lazarus, 2006).   strategi coping stress yang buruk cenderung memiliki
tingkat stress yang tinggi, sedangkan strategi coping stress yang baik maka akan
cenderung memiliki tingkat stress yang rendah. 

Lazarus & Folkman mengungkapkan bahwa terdapat dua cara dalam melakukan
strategi coping yaitu problem focused coping dan emotional focused coping.  Problem
focus coping merupakan upaya individu dengan mengubah masalah yang dapat memicu
timbulnya stress, sedangkan emotional  problem coping merupakan cara individu dalam
mengelola reaksi emosional yang disebabkan oleh suatu masalah. Pada kategori
problem focus coping individu akan berusaha mengatasi stress dengan cara mengubah
situasi. Problem focus coping bertujuan menurunkan stressor dan meningkatkan
kemampuan dalam menghadapi stress. Problem focused coping terbagi menjadi tiga
yaitu : (1) Planful problem solving, usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap
menekan dengan hati – hati dan disertai dengan pendekatan analisis untuk pemecahan
masalah; (2) Confrontive coping, usaha untuk mengubah keadaan dengan cara yang
agresif dan pengambilan resiko; (3) Seeking social support, usaha untuk mencari
informasi, dukungan sosial dan dukungan emosional (Folkman & Lazarus, 1984). 

3
Jurnal Flourishing, xxx(xxx), xxx, xx–xx

Strategi coping emotional focused coping merupakan upaya individu dalam


menekan kecemasan yang muncul dengan melakukan penarikan diri baik mental dan
fisik untuk menghindari masalah. Strategi coping ini mendorong individu untuk melihat
sisi positif dari sebuah kejadian, mengharapkan simpati dari orang lain, dan berupaya
melupakan hal yang telah menekan emosi. Emotional focus coping bertujuan untuk
mengontrol respon emosi dalam mengelola stress. Emotional focus coping terbagi
menjadi lima yaitu : (1) Distancing, usaha individu untuk tidak terlibat pada sebuah
permasalahan  dan menciptakan pandangan- pandangan positif; (2) Self control, usaha
individu untuk mengatur tindakan dan perasaan dalam situasi yang menekan; (3)
Accepting responsibility, usaha untuk menyadari peran dan  tanggung jawab dari dalam
diri individu ketika menghadapi permasalahan; (4) Escape Avoidance, usaha untuk
mengatasi situasi menekan dengan menghindar dan melarikan diri; dan (5) Positive
Reappraisal, usaha individu untuk menciptakan makna positif dari permasalahan dengan
berfokus pada perkembangan diri dan melibatkan hal-hal yang bersifat religius.
Penelitian yang membahas mengenai stress kerja pada mahasiswa yang bekerja
pernah dilakukan oleh Felix (2019) kepada 105 mahasiswa program studi Teknik
Informatika STMIK Mikroskil Medan yang bekerja. Dari penelitian tersebut didapatkan
hasil yang menunjukkan adanya hubungan positif antara kecerdasan emosional dan
strategi coping. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ferdiawan, Raharjo, & Rachim
(2020) menunjukkan Coping yang efektif adalah coping yang dapat membuat individu
dapat menjalankan peran gandanya dengan lebih baik sebagai mahasiswa maupun
pekerja.
Berdasarkan paparan tersebut peneliti tertarik untuk membuat rancangan
program Psikoedukasi Strategi Coping Stress kepada Mahasiswa Universitas Negeri
Malang yang Bekerja dengan agar mahasiswa dapat mengatasi stress ataupun stress
kerja yang dialami secara mandiri sehingga dapat membantu memberikan upaya
preventif menghadapi stres ataupun stress kerja. Selain itu, rancangan psikoedukasi
yang dilakukan juga akan memberikan pemahaman kepada mahasiswa kapan sekiranya
membutuhkan bantuan profesional seperti psikolog ketika sudah merasakan stress yang
berkepanjangan atau burnout. Manfaat teoritis yang diharapkan dari hasil dari penelitian
ini dapat menjadi landasan yang informatif untuk pengembangan ilmu psikologi
selanjutnya.

2. Metode Analisis Kebutuhan


Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian
kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang
menitikberatkan pada analisis data yang berupa angka-angka yang telah diolah
berdasarkan prosedur statistik (Sugiyono,2013). Jenis penelitian ini dipilih karena

4
Jurnal Flourishing, xxx(xxx), xxx, xx–xx

dapat mengukur tingkat stress yang dialami oleh mahasiswa yang bekerja. Subjek
Pengukuran skala dalam penelitian ini adalah mahasiswa UM yang bekerja. Skala
yang digunakan adalah skala pengukuran Stress kerja milik Michael Via karisma
pada jurnal publikasi skripsi yang disusun berdasarkan teori Abraham (1990) yang
memuat empat aspek yaitu fisiologis emosional, intelektual dan juga interpersonal
yang telah valid dengan nilai korelasi 0,3117 dan reliabel dengan prosedur alpha a =
0,7514. Skala tersebut dibuat dengan menggunakan modifikasi Skala Likert metode
rating yang dijumlahkan (metode of summated ratings). Pernyataan-pernyataan
yang akan disajikan mendapatkan skor dari 1 sampai 4, berdasarkan kategori
pernyataan favorable dan unfavorable. Ada empat alternatif jawaban yang disajikan
dalam penelitian ini, yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju dan Sangat Tidak
Setuju. Masing- masing kategori memiliki skor yang berbeda-beda. Skor untuk
masing-masing item nantina dijumlah untuk mengetahui skor total. Skor tes akan
berbanding lurus dengan tingkatan stress.

Jawaban Favorabel Unvavorabel

Sangat Setuju 4 4

Setuju 3 3

Tidak Setuju 2 2

Sangat Tidak Setuju 1 1

Skala stress kerja dapat mengukur tingkatan stress pada subyek. Secara
keseluruhan, skala ini terdiri dari 74 item, dimana 36 item favourable dan 38 item
unfavourable.

3. Rancangan Intervensi

Berdasarkan Hasil Pengukuran yang dilakukan pengukuran dilakukan kepada 50


Mahasiswa UM yang bekerja dengan hasil analisis data menggunakan metode statistik
deskriptif dengan kategorisasi berdasarkan azwar, 1999 yang membagi dalam kategori

5
Jurnal Flourishing, xxx(xxx), xxx, xx–xx

jenjang menjadi tiga bagian yaitu, tingkat stress tinggi, tingkat sedang, tingkat rendah.
Secara keseluruhan 21 orang (42 %) termasuk dalam kategori tingkat stres sedang dan
dua diantaranya (4%) mendekati angka stress tinggi, dan 29 orang (58 %) termasuk
dalam kategori tingkat stres rendah. Sebagai upaya meminimalisir adanya stress kerja
pada mahasiswa yang sedang bekerja, peneliti membuat suatu rancangan program
psikoedukasi strategi coping stress pada mahasiswa Universitas Negeri Malang yang
bekerja.
Strategi manajemen stress kerja terbagi menjadi dua menurut (Asih, dkk, 2018)
yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasional. Menurut Sujono (2015)
strategi pengelolaan stress secara mandiri dapat dilakukan dengan cara: psikologis dan
latihan fisiologis. Pendekatan organisasional dapat dilakukan dengan melakukan
peningkatan seleksi karyawan, penempatan kerja, pelatihan, peningkatan komunikasi
organisasi cuti panjang, cuti panjang, dan juga program kesehatan (wellnes program)
yang menitikberatkan pada kondisi total fisik.
Salah satu program Wellnes Program yang bisa dilakukan secara organisasional
adalah Psikoedukasi. Psikoedukasi salah satu program kesehatan (wellnes program)
yang menitik beratkan pada kondisi psikologis karyawan, berdasarkan (HIMPSI, 2010)
Psikoedukasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman serta
keterampilan sebagai usaha untuk munculnya gangguan psikologis, psikoedukasi juga
berfungsi untuk meningkatkan pemahaman bagi masyarakat terutama keluarga tentang
gangguan psikologis.
Menurut Ahmad (2021), Psikoedukasi dapat meningkatkan pemahaman subjek
secara signifikan terkait bagaimana cara mengatasi stress yaitu sebesar 38%.
Psikoedukasi coping stress yang dilakukan dapat menjadi langkah yang efektif sebagai
pengenalan coping stress mahasiswa yang sedang bekerja sehingga dapat menjadi
upaya yang tepat secara preventif menghadapi stress kerja.

a. Nama Program
“Psikoedukasi : Pengenalan Strategi Coping Stress pada Mahasiswa yang
Bekerja”
b. Bentuk Kegiatan

6
Jurnal Flourishing, xxx(xxx), xxx, xx–xx

Kegiatan yang diberikan merupakan kegiatan psikoedukasi pada mahasiswa


Universitas Negeri Malang yang juga bekerja di kota malang terkait bagaimana
strategi coping stress yang bisa dilakukan mandiri oleh mahasiswa
c. Tujuan
Psikoedukasi ini bertujuan memberikan pemahaman terkait stress kerja dan
bagaimana strategi coping stress yang dapat dilakukan secara mandiri oleh
mahasiswa UM yang bekerja di kota malang.
d. Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan psikoedukasi ini menggunakan metode ceramah dimana pemateri
akan menyampaikan informasi terkait stress kerja melalui power point serta
mempraktekkan secara langsung metode yang dikenalkan, sebelum
melaksanakan kegiatan psikoedukasi peserta mengisi pre-tes terlebih dahulu dan
juga mengisi post -tes ketika kegiatan psikoedukasi telah dilaksanakan.

e. Materi yang diberikan


Materi yang diberikan menjelaskan definisi stress dan gejala stress
menurut Braham (1990), serta penanganan coping stress menurut Taylor (dalam
Smet, 1994), dijelaskan pula apa dampak stress bagi karyawan dan perusahaan
serta faktor apa saja yang mempengaruhi stress kerja sebagaimana menurut
(Sujono, 2015).

f. Tahapan Pelaksanaan

Waktu Kegiatan Rincian Kegiatan Hasil yang diharapkan

● Salam pembuka
14.45-14.50 Pembukaan ● Building Rapport Diharapakan subjek dapat
memahami tujuan dari
psikoedukasi dan merasa
nyaman dan tidak ada rasa
keberatan untuk mengikuti
psikoeduk

7
Jurnal Flourishing, xxx(xxx), xxx, xx–xx

● Praktik pemberian
14.51-14.53 Praktik afirmasi positif dan Peserta diharapkan mampu
katarsis melepas emosi yang selama
Emotional ini dipendam melalui teknik
katarsis dan merasa lebih
Focused
baik dengan pemberian
coping afirmasi positif

● Peserta mengisi
14.54-14.58 Pre-Test pre-test mengetahu pemahaman awal
peserta psikoedukasi terkait
materi yang diberikan

● Definisi stress
14.59-15.09 Penyampaia kerja, jenis, gejala, Meningkatkan pemahaman
n dampak dan faktor terkait stress kerja dan
Mate yang terutama strategi coping
ri mempengaruhi stress diharapkan peserta
stress kerja psikoedukasi menghadapi
● materi coping tekanan yang menyebabkan
stress stress kerja menggunakan
strategi coping stress yang
nantinya dapat dilakukan
secara mandiri

8
Jurnal Flourishing, xxx(xxx), xxx, xx–xx

● katarsis dan
15.10-15.12 Praktik emotional problem Peserta diharapkan mampu
focused coping melepas emosi yang selama
Emotional ini dipendam dengan
mengakui bahwa emosi
Focused
tersebut ada dan mencoba
coping mencari pemecahan
masalahnya.

● Subjek
15.13-15.15 Tanya Jawab menanyakan terkait diharapkan dapat menjawab
materi atau kebingunan dari materi
informasi yang sehingga dapat diatasi
belum dipahami

● Post Test
15.16-15.18 Penutup ● Salam Penutup

C. Metode Evaluasi
Metode evaluasi yang dilakukan oleh peneliti adalah menggunakan pretest
dan posttest. Pretest diberikan di awal sesi psikoedukasi sebelum memasuki
penyampaian materi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman yang dimiliki
subjek terkait topic yang diangkat dalam psikoedukasi. Selanjutnya diberikan
posttest setelah psikoedukasi selesai, untuk mengetahui pemahaman setelah
penyampaian materi. Metode evaluasi ini juga bertujuan sebagai tolak ukur
keberhasilan psikoedukasi yang telah dilakukan. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan membandingkan hasil pretest dan posttest, serta diharapkan adanya
peningkatan pemahaman subjek terkait materi yang disampaikan.

4. Simpulan
Psikoedukasi pengenalan coping stress telah disusun berdasarkan identifikasi
kasus yang ada pada mahasiswa UM yang bekerja dengan menggunakan skala
pengukuran stress kerja, hasil yang didapat menunjukkan 21 orang (42 %) termasuk
dalam kategori tingkat stres sedang dan dua diantaranya (4%) mendekati anggka stress
tinggi, dan 29 orang (58 %) termasuk dalam kategori tingkat stres rendah. Stress kerja

9
Jurnal Flourishing, xxx(xxx), xxx, xx–xx

dapat berdampak pada kondisi fisik, emosi dan juga kinerja, untuk meminimalisir hal
tersebut dapat dilakukan psikoedukasi dengan Rancangan Program Psikoedukasi
strategi coping stress pada mahasiswa yang bekerja.

Ucapan Terima Kasih

Dalam kepenulisan artikel ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada


pihak-pihak yang telah membantu selama penyusunan. Penulis menyadari bahwa
Artikel ini jauh dari kata sempurna, Oleh karena itu, penulis memohon maaf dan
mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini. Penulis berharap laporan
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

Daftar Rujukan

Asih, Gusti Y., Widhiastuti, H., dan Rusmalia Dewi . (2018). Stress Kerja. Semarang:
Semarang Univerisity Press
Felix, T., Marpaung, W., & El Akmal, M. (2019). Peranan kecerdasan emosional pada
pemilihan strategi coping pada mahasiswa yang bekerja. Persona: Jurnal
Psikologi Indonesia, 8(1), 39-56.
Ferdiawan, R. P., Raharjo, S. T., & Rachim, H. A. (2020). Coping Strategi Pada
Mahasiswa Yang Bekerja. Jurnal Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, 7(1), 199-207.
Folkman, S., & Lazarus, R, S. (1986). Dynamics of a stressful encounter: cognitive
appraisal, coping, and encounter outcomes. Journal of Personality and Social
Psychology, 50,992-1003. doi:10.1037//0022-3514.50.5.992.
Jayani Dwi H. (2021). diakses dari
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/05/03/sebanyak-698-pelajar-di-
indonesia-sekolah-sambil-kerja
Lazarus, R. S. (2006). Stress and emotion. New York: Springer.
Lazarus, R, S., & Folkman, S. (1984). Stress, appraisal, and coping. New York: Springer
Publishing Company.
Matheny, K. B., Aycock, D. W., Curlette, W. L., & Junker, G. N. (1993). The coping
resources inventory for stress: A measure of perceived resourcefulness. Journal of
Clinical psychology, 49(6), 815-830.
Rasmun. (2004). Stress Koping dan Adaptasi. Jakarta :CV.Sagung Seto
Rice , P.L (1992). Stress and health (Ed. 2). California: Brooks & Cole Publishing
Company.

10
Jurnal Flourishing, xxx(xxx), xxx, xx–xx

Safaria,Triantoro dan Nofrans Eka Saputra. (2012). Manajemen Emosi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Santrock J. W. (2003). Adolescence: perkembangan remaja (Edisi Keenam). Jakarta:
PenerbitErlangga.
Sarafino, E.P. (2006). Health psychology biopsychosocial interactions (5th ed). USA:
John Willey & Sons Inc.

11

You might also like