Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Indonesia was the most important country that concern for the habitat of
water birds life. It`s about 184 species of water birds that classified in 18 family
have been found in Indonesia.One of the region water land in central java that has
a potential for diversity of water birds is Mulur reservoir in Sukoharjo. The aim of
this research were (1) To know diversity of water birds species in Mulur
reservoir, and (2) To know the “phylogenetic relationship” of water birds in
Mulur reservoir.
Method of this research is survey, it works with exploration of the route
that has been marked and make a data list from all of the bird species that present
on that route. The birds were identified based on morphologic character. The
diversity of birds species were analized with “quality descriptive method”, and to
determine the relationship among them were done by “taxonomy numeric
method” with SPSS ver. 16.
Result showed, there were 6 species of water birds (3 family, 3 orde) in
Mulur Reservoir i.e : Ixobrychus eurhytmus (Ardiedae, Ciconiformes),
Dendrocygna javanica (Dendrocygnidae, Anseriformes), Gallinula chloropus
(Rallidae, Gruiformes), Amaurornis phoenicurus (Rallidae, Gruiformes),
Porphyrio porphyrio (Rallidae, Gruiformes), Bubulcus ibis (Ardiedae,
Ciconiformes).The phylogenetic relationship that close is between Ixobrychus
eurhytmus with Bubulcus ibis with value of the distance is 1,732. The
phylogenetic relationship that distant is between Gallinula chloropus with
Dendrocygna javanica as distant as Dendrocygna javanica with Amaurornis
phoenicurus with value of the distance is 4,690.
PENDAHULUAN
n 2
Δ jk = i =1
(X i j - X ik)
n
Keterangan :
∆jk = jarak taksonomi antara dua individu j dan individu k
Xij = nilai karakter taksonomik ke-i pada individu j
Xik = nilai karakter taksonomi ke-i pada individu k
n = jumlah karakter yang dipakai
d. Dari perhitungan jarak taksonomi, famili-famili kemudian dikelompokkan
dengan metode cluster. Hasil pengelompokan kemudian digambarkan
sebagai sebuah dendogram jarak taksonomi
e. Hubungan kekerabatan ditentukan berdasar nilai jarak taksonomi masing-
masing cluster yang terbentuk. Semakin kecil jarak taksonomi suatu
pasangan familia pada dendogram, maka semakin dekat hubungan
kekerabatanya dan semakin besar nilai jarak taksonomi, maka semakin jauh
hubungan kekerabatannya.
f. Data yang diperoleh dari pengamatan karakter avifauna air ditabulasikan,
dianalisis dengan metode cluster menggunakan jarak Euclidean dan dibuat
dendogram untuk hubungan kekerabatannya menggunakan program SPSS
versi 16 (Fry, 1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Waduk Mulur dibangun oleh pemerintahan Hindia Belanda pada tahun
1926, dan dilakukan perluasan oleh Sri Susuhan Pakubuwono X pada tahun 1940.
Waduk yang terletak di desa Mulur kecamatan Bendosari Sukoharjo mendapatkan
suplai air dari Kali Jlantah melalui Bendungan Pepen. Waduk ini dibangun di atas
5
tanah negara seluas ± 151 Ha, dengan luas DAS 7,89 km 2 dan luas daerah
genangan 119,59 Ha. Oleh warga setempat, waduk dimanfaatkan untuk membuka
lahan pertanian dan sebagai tempat pemeliharaan ikan (karamba). (BPSDA,
2002).
Penelitian dilakukan dengan mengelilingi waduk melewati tepian di
sekelilingnya. Saat pengamatan ditemui beberapa pemanfaatan lahan oleh warga
sekitar waduk, yaitu areal persawahan dan karamba. Area karamba ditemukan di
sekitar perairan yang banyak ditumbuhi tanaman air, terletak di dekat tanggul
sebelah barat. Bagian utara waduk jarang sekali ditemukan tanaman air, sehingga
jarang ditemui aktifitas burung air dikawasan ini. Bagian selatan ke timur terdapat
area persawahan dan juga tutupan tanaman air, pada bagian ini juga sering
ditemukan aktivitas burung air. Di bawah ini (Gambar 1) dapat dilihat peta
wilayah waduk mulur, yaitu sebagai berikut ;
3
4
2
Keterangan :
1. Paruh
2. Sayap
3. Kaki
4. Jari Kaki
1
3
4
Deskripsi :
Warna dominan tubuh adalah coklat; memiliki kalung hitam di bawah
tenggorokan atau dada. Mahkota atau tudung berwarna hitam; Iris berwarna
kuning; paruh kuning kehijauan. Paruh bertipe panjang, straight dan acute.
Lubang hidung terletak pada pangkal culmen. Sayap terbang berwarna hitam,
dan bagian bawahnya berwarna abu-abu. Sayap bertipe rounded (melingkar) .
Ekor bertipe rounded. Merupakan tipe burung pejalan (wading). Kaki
berwarna kuning dan kuku jari tengahnya terdapat serrate (bergerigi). Sisik
kaki bertipe scutellate; cakar bertipe acute. Hallux bertipe incumbent. Panjang
total tubuh mencapai 34,5 cm; panjang sayap 13,2 cm; panjang tungkai 5,6
cm; panjang paruh 5,5 cm; panjang ekor 4,9 cm.
2. Belibis batu (Dendrocygna javanica) (Gambar 3)
Klasifikasi
Domain : Eukaryota
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Anseriformes
Family : Dendrocygnidae
Genus : Dendrocygna
Spesies : Dendrocygna javanica
Keterangan :
1. Paruh
2. Sayap
2
3. Kaki
4. Jari Kaki
5. Selaput renang
5 3
4
Deskripsi :
Tubuh berwarna coklat kemerahan dengan mahkota yang berwarna hitam.
Bulu mahkota berwarna hitam tidak menutupi sampai bagian mata. Paruh
bertipe depressed, dan memiliki struktur khusus berupa lamella. Warna paruh
hitam, dengan ujung seperti kait; iris berwarna coklat. Lubang hidung terletak
pada pangkal culmen. Sayap bertipe rounded. Tungging dan ekor bawah
berwarna merah, dengan penutup ekor atas berwarna merah karat. Ekor betipe
rounded. Merupakan burung air tipe perenang. Kaki berwarna hitam, dengan
hallux bertipe elevated. Sisik kaki bertipe reticullate; cakar bertipe obtuse.
Jari-jari kakinya bertipe palmate. Memiliki kebiasaan terbang dan mencari
makan secara berkelompok. Panjang total tubuh mencapai 40 cm; panjang
sayap 23,4 cm; panjang tungkai 5,3 cm; panjang paruh 4,7 cm; panjang ekor
7,4 cm.
3. Mandar Batu (Gallinula chloropus) (Gambar 4)
Klasifikasi
Domain : Eukaryota
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Gruiformes
Family : Rallidae
Genus : Gallinula
Spesies : Gallinula chloropus
1 Keterangan :
1. Sayap
2. Perisai
2
3 3. Paruh
4
4. Mata
5. Kaki
Deskripsi :
Bulu tubuh seluruhnya hitam suram, kecuali coretan garis putih pada
sepanjang bagian sisi dan dua bercak putih pada bagian bawah ekor. Paruh
pendek, berwarna merah dengan ujung paruh hijau kekuningan; iris berwarna
merah. Terdapat perisai berwarna merah terang pada bagian dahi, perisai
hanya berukuran kecil. Lubang hidung terletak pada tengah culmen. Sayap
bertipe rounded, bagian bulu sayap terluar memiliki coret putih. Ekor bertipe
rounded, dengan tungging berwarna putih. Kaki kuning kehijauan, dengan
bagian atas kaki berwarna merah. Susunan sisik yang menutupi kaki bertipe
scutellate. Cakar bertipe acute. Memiliki nama daerah yaitu pepelan.
Panjang total tubuh mencapai 29,4 cm; panjang sayap 14,8 cm; panjang
tungkai 5 cm; panjang paruh 2,8 cm; panjang ekor 7,4 cm.
4. Kareo Padi (Amaurornis phoenicurus) (Gambar 5)
Klasifikasi
Domain : Eukaryota
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Gruiformes
Family : Rallidae
Genus : Amaurornis
Spesies : Amaurornis phoenicurus
1
2 Keterangan :
1. Paruh
3
2. Sayap
4
3. Kaki
4. Jari Kaki
5
5. Selaput renang
6
Deskripsi :
Tubuh berwarna hitam dan putih mencolok. Mahkota dan tubuh bagian atas
hitam, sedang muka, dahi, dada, dan bagian atas perut berwarna putih. Paruh
hijau kekuningan dengan pangkal merah; iris berwarna hitam. Dahi (forehead)
berwarna putih. Lubang hidung terletak pada tengah culmen. Sayap bertipe
rounded, dengan coret putih pada bagian bulu sayap terluar. Ekor bertipe
rounded, dengan tungging berwarna merah karat. Kaki berwarna kuning
kemerahan, dengan sisik kaki bertipe scutellate. Hallux bertipe incumbent;
cakar bertipe acute. Di daerah lebih dikenal dengan nama burung srimbombok.
Panjang total tubuh mencapai 27,7 cm; panjang sayap 15,2 cm; panjang
tungkai 5,6 cm; panjang paruh 3,6 cm; panjang ekor 6,5 cm.
5. Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis) (Gambar 6)
Klasifikasi
Domain : Eukaryota
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Ciconiiformes
Family : Ardeidae
Genus : Bubulcus
Spesies : Bubulcus ibis
1 Keterangan :
2 1. Paruh
2. Sayap
3. Kaki
Deskripsi :
Tubuh berwarna putih; leher berwarna putih kemerahan. Paruh bertipe
panjang, straight (lurus) dan acute, paruh berwarna kuning; iris berwarna
kuning. Bagian punggung berwarna putih kemerahan. Lubang hidung terletak
pada pangkal culmen. Sayapnya besar, bertipe rounded dan berwarna putih.
Ekor bertipe rounded. Kaki panjang dan berwarna hitam, dengan sisik kaki
bertipe scutellate. Hallux bertipe incumbent; cakar bertipe acute. Kuku jari
tengah bertipe pectinate. Ukuran tubuh umumnya melebihi 40 cm. Di
beberapa daerah ada yang menyebut burung ini sebagai blekok sawah.
Panjang total tubuh mencapai 51 cm; panjang sayap 24 cm; panjang tungkai
10,4 cm; panjang paruh 6,4 cm; panjang ekor 9,3 cm.
6. Mandar Besar (Porphyrio porphyrio) (Gambar 7)
Klasifikasi
Domain : Eukaryota
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Gruiformes
Family : Rallidae
Genus : Porphyrio
Spesies : Porphyrio porphyrio
2 3 Keterangan :
1
1. Paruh
2. Perisai
3. Sayap
4. Kaki
Deskripsi :
Tubuh berwarna hitam kebiruan mencolok. Bagian dada perut dan sayap berwarna
biru kehjauan. Memiliki perisai dikepala yang menutupi sampai ke bagian
mahkota, perisai berwarna merah (ukuran besar). Paruh bertipe compressed,
kokoh, dan berwarna merah; iris berwarna merah. Lubang hidung terletak pada
tengah culmen. Sayap bertipe rounded, berwarna biru kehijauan. Ekor bertipe
rounded, dengan tungging (crissum) berwarna putih. Kaki berwarna merah,
dengan jari-jari kaki yang panjang. Sisik kaki bertipe scutellate; hallux incumbent;
cakar bertipe acute. Memiliki kebiasaan menjentikan ekor pada waktu berjalan. Di
daerah lebih dikenal dengan nama burung biron. Panjang total tubuh mencapai
41,2 cm; panjang sayap 24 cm; panjang tungkai 8,8 cm; panjang paruh 3,7 cm;
panjang ekor 10 cm.
C. Analisis Kekerabatan Fenetik Jenis-jenis Burung Air di Waduk Mulur
Keanekaragaman dapat diukur jika terdapat beberapa nilai kuantitatif yang
mewakili mereka dan nilai-nilai tersebut dapat dibandingkan (Goombridge, 1992).
Keanekaragaman tidak hanya mewakili presentase spesies yang ada di suatu
wilayah, tetapi meliputi perbedaan dan keunikan antar spesies. Perbedaan dan
keunikan tersebut dapat diketahui dengan mempelajari sifat dari suatu spesies dan
mengetahui hubungan kekerabatan antar spesies yang satu dengan spesies yang
lainnya dan hal ini dilakukan dengan studi taksonomik (Setyawan, 1999).
Keanekaragaman spesies juga meliputi hubungan kekerabatan antara spesies satu
dengan lainnya yang ditemukan di dalam satu wilayah.
Semua spesies sampel dianalisis hubungan kekerabatannya dengan metode
taksonomi numerik yang berdasar pada sebanyak 34 karakter morfologinya. Mayr
dan Ashlock (1991) mendefinisikan bahwa karakter taksonomik adalah tiap ciri-
ciri yang dapat membedakan anggota suatu takson dengan anggota takson lainnya.
Karakter taksonomik dapat membuktikan asal mula diperolehnya hubungan
kekerabatan antar takson. Semakin banyak kesamaan karakter antara 2 spesies,
maka semakin dekat hubungan kekerabatannya. Dalam penelitian ini, diamati 34
karakter taksonomik.
13
A B C D E F
A X 19 19 13 3 16
B X 22 22 20 21
C X 6 18 5
D X 12 7
E X 15
F X
Keterangan :
A : Ixobrychus eurhythmus
B : Dendrocygna javanica
C : Gallinula chloropus
D : Amaurornis phoenicurus
E : Bubulcus ibis
F : Porphyrio porphyrio
14
D X 3.464 2.646
E X 3.873
F X
Keterangan :
A : Ixobrychus eurhythmus
B : Dendrocygna javanica
C : Gallinula chloropus
D : Amaurornis phoenicurus
E : Bubulcus ibis
F : Porphyrio porphyrio
15
Kombinasi Klaster
Tahapan Klastering Jarak Taksonomi
Klaster 1 Klaster 2
1 A E 1.732
2 C F 2.236
3 CF D 2.444
4 AE CFD 3.261
5 AECFD B 3.693
16
Keterangan :
A : Ixobrychus eurhythmus
B : Dendrocygna javanica
C : Tachybaptus ruficollis
D : Gallinula chloropus
E : Amaurornis phoenicurus
F : Bubulcus ibis
Analisis cluster data yang bersifat kuantitatif maupun deskriptif dengan
metode Agglomerative untuk mengidentifikasi sekelompok obyek yang
mempunyai kemiripan karakteristik tertentu yang dapat dilihat dengan jelas. Dasar
dari analisis cluster yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan
pengukuran jarak atau ketidaksamaan (Purwantoro et al. 2005).
Nilai-nilai yang diperoleh dari perhitungan jarak Euclidean selanjutnya
disusun dalam matriks berukuran p x p. Nilai terkecil yang ada dalam matriks p x
p tersebut menunjukkan nilai jarak atau ketidaksamaannya kecil. Hal ini berarti
obyek yang bersangkutan memiliki kesamaan yang besar sehingga memiliki
hubungan kekerabatan yang lebih dekat. Kedua obyek yang memiliki nilai jarak
Euclidean terkecil selanjutnya bergabung menjadi satu cluster yang pertama
(Purwantoro et al. 2005).
Langkah berikutnya adalah menghitung jarak antara cluster pertama
dengan obyek-obyek lainnya. Langkah tersebut dikerjakan seterusnya hingga
diperoleh satu cluster yang memuat seluruh obyek yang dipergunakan dalam
penelitian ini. Klasifikasi bertingkat hasil analisis ini selanjutnya dapat disajikan
dalam diagram dua dimensi, yang dikenal dengan dendrogram, yang
menggambarkan penggabungan yang dibuat bertahap (Purwantoro et al. 2005)
Berdasar rekapitulasi jarak taksonomi terkecil pada tabel tabel 3 maka dapat
dibuat dendogramnya,yaitu pada gambar 8 berikut ini :
17
25 20 15 10 5 0
Ixobrychus eurhythmus
1,732
Bubulcus ibis
3,261
Gallinula chloropus
2,236
Porphyrio porphyrio
2,444
3,693
Amaurornis phoenicurus
Dendrocygna javanica
karakter. Gallinula chloropus memiliki tipe paruh straight dan acute; sisik kaki
bertipe scutellate-reticullate; adanya coret putih pada bulu sayap terluarnya. Pada
Porphyrio porphyrio memiliki tipe paruh compressed dan sisik kakinya bertipe
scutellate.
Pada Bubulcus ibis dan Amaurornis phoenicurus memiliki jarak
taksonomi sebesar 3,873, dengan 15 perbedaan karakter. Beberapa diantaranya
yaitu Bubulcus ibis memiliki paruh bertipe panjang, straight dan acute, kuku jari
tengah bertipe pectinate. Amaurornis phoenicurus memilki ciri pangkal paruh
berwarna merah, hallux lebih panjang dibanding kuku jari tengah, serta paruh
bertipe straight dan acute.
Dari pengukuran jarak taksonomi keenam spesies burung air yang
ditemukan di Waduk Mulur kekerabatan paling dekat dijumpai pada spesies
Ixobrychus eurhythmus dengan Bubulcus ibis. Jarak taksonomi terdekat juga
dijumpai antara Gallinula chloropus dengan Amaurornis phoenicurus. Untuk
kekerabatan terjauh dijumpai antara Gallinula chloropus dengan Dendrocygna
javanica. Hasil analisis jarak taksonomi ini tidak berbeda dengan analisis secara
deskriptif yang dilakukan oleh peneliti. Dari analisis deskriptif ditemukan 3 ordo
yang membedakan diantara 6 spesies burung air di Waduk Mulur. Ketiga ordo
tersebut adalah Ciconiiformes, Anseriformes, Gruiformes.
Ditemukan 2 spesies yang masuk dalam ordo Ciconiiiformes yaitu
Ixobrychus eurhythmus dan Bubulcus ibis. Analisis jarak taksonomi menyatakan
kedua spesies ini memiliki kekerabatan yang dekat, dan menurut analisis
deskriptif kedua spesies masuk dalam satu ordo yang sama. Sehingga kedua
spesies ini memiliki sedikit perbedaan karakter antara satu dengan lainnya. Hal
yang sama ditemui pada Gallinula chloropus Amaurornis phoenicurus dan
Porphyrio porphyrio, ketiga spesies ini masuk dalam satu ordo yang sama yaitu
Gruiformes. Ordo Anseriformes hanya ditemui satu spesies yaitu Dendrocygna
javanica.
21
Kesimpulan
Terdapat 6 spesies (3, famili, 3 ordo) burung air di Waduk Mulur
Sukoharjo yaitu Ixobrychus eurhytmus (Ardiedae, Ciconiformes), Dendrocygna
javanica (Dendrocygnidae, Anseriformes), Gallinula chloropus (Rallidae,
Gruiformes), Amurornis phoenicurus (Rallidae, Gruiformes), Bubulcus ibis
(Ardeidae, Ciconiformes), Porphyrio porphyrio (Rallidae, Gruiformes). Dari
keenam spesies tersebut hubungan kekerabatan paling dekat yaitu Ixobrychus
eurhytmus dengan Bubulcus ibis sebesar 1,732. Kekerabatan paling jauh yaitu
Dendrocygna javanica dan Gallinula chloropus, sebesar 4,690,serta antara
Dendrocygna javanica dan Amurornis phoenicurus dengan jarak yang sama
(4,690).
22
DAFTAR PUSTAKA
Peterson, R. T. 1971. The Birds. New York : Time Life Nature Library.
Sokal, R.R, and P.H.A. Sneath. 1963. Principles of Numerical Taxonomy. San
Francisco : W.H. Freeman.
23
Zakaria, M., Rajpar, M. N., and Sajap, A. S. 2009. Spesies Diversity and Feeding
Guilds of Birds in Paya IndahWetland Reserve, Peninsular Malaysia.
Zoological Research 5 (3) : 86-100.