Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
The problem in this study is the measurement of the performance of the village
government's financial statements in Kedungwaru Tulungagung in managing the
village income and expenditure budget by focusing on financial performance analysis
based on Permendagri No. 113 of 2014. This study uses a qualitative descriptive
approach, using primary data sourced from APBDes from the period 2019-2021. The
data analysis technique in this research is using trend analysis. The results of this
study explain that financial reporting performance in terms of independence is in the
constructive category, meaning that the intervention of the central, provincial and
district governments has decreased because the village government is quite capable
of managing its local autonomy. The results obtained from the effectiveness of village
finances that meet the criteria required by Permendagri No. 113 of 2014. Financial
efficiency in the inefficient category exceeds the standard provisions of above 60%.
Operational expenditure obtained by the average operating expenditure issued by the
Village Government is appropriate. The growth of financial income obtained on
average has fulfilled the element of financial performance accountability, because it
has been able to maintain and increase its growth from one period to the next.
ABSTRAK
A. Pendahuluan
Berdasarkan Permendagri No. 113 Tahun 2014 menyebutkan bahwa desa
merupakan kesatuan masyarakat yang tertib hukum dengan batas wilayah yang
wewenangnya untuk mengatur dan menjalankan urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
secara tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Secara praktis, kinerja otonomi desa sangat diatur oleh
peraturan sebagai bentuk menjalankan kegiatan pengelolaan keuangan setiap desa.
Ketentuan Permendagri nomor 113 Tahun 2014 disampaikan bahwa pengelolaan
keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi : perencanaan,
penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan
keuangan desa sehingga dengan hak otonom tersebut diharapkan desa dapat
mengelola keuangannya tersebut secara mandiri, baik mengelola pendapatan dan
mengelola pembelanjaan anggaran (Permendagri No. 113, 2014).
Pengelolaan keuangan desa diturunkan dalam bentuk kebijakan desa berupa
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Sebagai daerah otonom terendah
dalam sistem pemerintahan Indonesia, desa memiliki keterbatasan dalam hal
pembiayaan segala urusan pemerintahannya. Hal tersebut kemudian terjawab melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa pasal 68 bahwa sumber
pendapatan desa selain diperoleh dari pendapatan asli desa juga dapat diperoleh dari
dana bagi hasil pajak daerah kabupaten atau kota, dana perimbangan keuangan pusat
dan daerah, bantuan keuangan dari pemerintah, dan hibah serta sumbangan dari pihak
ketiga (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2017)
Menurut Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
menyebutkan bahwa telah ditemukan 15.100 kelemahan yang terjadi dalam
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa pada tahun 2021 (Munti dan Fahlevi, 2017).
Padahal, tercapainya pembangunan desa yang menjadi tujuan utama dari dana desa
sangat ditentukan dari kinerja pengelolaan keuangan oleh aparatur desanya. Kinerja
pengelolaan keuangan desa harus terus mendapatkan pengawasan yang optimal, agar
aspek akuntabilitas dan transparansi keuangan desa dapat dilaksanakan dengan baik
(Jatmiko et al., 2021). Jumlah dana yang dikucurkan langsung ke desa dari
pemerintah pusat cukup besar, hal tersebut mengakibatkan rawan terjadinya
penyelewengan anggaran dari kepentingan pribadi aparatur desa (Lestari et al., 2020).
Keadaan ini menggambarkan kinerja pengelolaan keuangan pemerintah desa dalam
hal menjaga akuntabilitasnya harus tetap dikontrol dan dikendalikan dalam
pendistribusiannya. Akuntabilitas akan semakin baik jika didukung oleh suatu sistem
akuntansi yang menghasilkan informasi yang akurat, handal, tepat waktu, serta dapat
dipertanggungjawabkan (Machfiroh, 2019). Akuntabilitas dalam pemerintah desa
melibatkan kemampuan pemerintah desa untuk mempertanggungjawabkan kegiatan
yang dilaksanakan dalam kaitannya dengan masalah pembangunan dan pemerintahan
desa (Sari, 2017).
Observasi awal yang telah dilakukan peneliti mengenai tahap perencanaan
hingga pertanggungjawaban pelaporan keuangan desa yang dilakukan terlihat masih
belum optimal dan tidak berjalan sesuai prosedur yang ditentukan oleh pemerintah
Daerah khususnya pelaporan keuangan desa melalui sistem keuangan desa terpadu
(Siskeudes). Hasil wawancara yang dilakukan dengan Bendahara Pemerintah
Kedungwaru mengemukakan bahwa sering terjadi keterlambatan pelaporan
pertanggungjawaban keuangan Desa, hal ini terjadi karena adanya indikasi kinerja
sumber daya manusia di internal pemerintah desa yang kurang akuntabel. Kinerja
Kaur keuangan dan Bendahara desa yang kurang administratif dalam mengumpulkan
bukti-bukti penggunaan dana menjadi indikator lambannya penyusunan laporan
keuangan sehingga ketidaksesuaian data belanja operasional dan realisasi penggunaan
dana tidak seimbang. Problematika lain yang dapat mempengaruhi tata kelola
keuangan desa adalah banyaknya kegiatan-kegiatan yang direncanakan tidak sesuai
target, sehingga waktu penyelesaian laporan keuangan juga mengalami kemunduran.
Permasalahan di atas semakin menunjukkan kurang maksimalnya kinerja Pemerintah
Kedungwaru Tulungagung apabila ditinjau dari efektivitas dan efisiensi pelaporan
keuangan desa tersebut. Hasil pengamatan dari laporan penyaluran dan realisasi
penggunaan keuangan desa tahun 2020/2021, rata-rata realisasi penggunaan keuangan
desa hanya mencapai 40% realisasi anggaran pendapatan dan belanja desa. Hal ini
yang mengindikasikan bahwa proporsi penggunaan anggaran dana desa tidak sesuai
ketentuan dimana 30% digunakan untuk operasional dan 70% digunakan untuk
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Masalah ini disebabkan karena
sejumlah rencana pengeleloaan keuangan yang ada belum dapat terealisasikan sesuai
target, sehingga pelaporannya juga tidak sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan, sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan pendapatan asli desa.
Anggaran pendapatan asli desa dapat dikatakan efektif dan efisien apabila
setiap pemerintah desa mampu merealisasikan pendapatan asli desa dalam hal
operasional, pembangunan dan pemberdayaan. Akan tetapi, ketika realisasi belanja
dengan anggaran kurang efektif dalam pengelolaannya akan mengakibatkan
ketidakseimbangan pegelelolaan keuangan (Lestari et al., 2020). Hal ini berbeda
dengan argumentasi lain yang menjelaskan bahwa secara keseluruhan dari aspek
belanja operasi, aspek kemandirian, efektivitas dan efisiensi sudah sangat baik sesuai
dengan realisasi anggaran pendapatan dan belanja desa (Sunarya dan Lamaya, 2017).
Hasil penelitian meyebutkan bahwa dilihat dari aspek rasio kemandirian dan
keserasian kurang optimal pengelolaan keuangan desa, hal ini disebabkan banyaknya
pemborosan dalam alokasi dana pada anggaran desa yang tidak relevan sehingga
menyebabkan pembelanjaan desa tidak dapat dikatakan efektif (Ramadhani et. al.,
2020).
Untuk memahami implementasi da akuntabilitas pengelolaan keuangan ini
maka pada penelitian ini disampaikan batasan mengenai aspek akuntabilitas
pengelolaan keuangan Pemerintah desa ditinjau dari Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 113 Tahun 2014 yang bersumber pada Laporan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa Periode 2019-2021 di Kedungwaru Tulungagung. Rumusan masalah
penelitian ini disampaikan bahwa : 1) Bagaimanakah implementasi Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 untuk mengukur akuntabilitas kinerja
keuangan di Kedungwaru Tulungagung? 2) Bagaimanakah kinerja pelaporan
keuangan Pemerintah Desa Kedungwaru Tulungagung ditinjau dari aspek
kemandirian, efektivitas, efisiensi, belanja operasi dan pertumbuhan keuangan?
Berdasarkan problematika yang telah diuraikan melalui fenomena dan gap
penelitian yang ada, maka sangat menarik ketika pembahasan difokuskan kepada
trend perkembangan terkait kinerja Pemerintah Desa Kedungwaru dalam mengelola
keuangan ditinjau dari aspek kemandirian, efektivitas, efisiensi, belanja operasi dan
pertumbuhan pendapatan sehingga dapat diketahui akuntabilitas pengelolaan
keuangannya. Tujuan penelitian ini juga dimaksudkan untuk menggambarkan sejauh
mana aspek akuntabilitas kinerja para Pemerintah Desa yang bertanggungjawab atas
pengelolaan keuangan desa dalam mendistribusikan dana untuk kepentingan
pembangungan dan pemberdayaan masyarakat desa yang dikelola secara transparan
sehingga memiliki aksesbilitas yang relevan kepada para pengguna informasi
keuangan tersebut.
B. Research Methodology
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono, 2018). Objek penelitian ini
difokuskan pada analisis dan implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan Desa. Kinerja keuangan tersebut
diproksikan dalam rasio kemandirian desa, rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio
belanja operasi dan rasio pertumbuhan. Adapun yang menjadi alasan pengambilan
objek penelitian tersebut dikarenakan adanya permasalahan dan indikasi kurang
optimalnya kinerja keuangan Pemerintah Kedungwaru dalam mengeloa APBDes
serta pengalokasiannya secara akuntabel. Metode pengumpulan data bersumber pada
data primer meliputi data laporan APBdes, data laporan PADes, data belanja operasi,
data anggaran desa periode 2019-2021 yang menguatkan penelitian ini. Teknik
analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis trend dengan
pendekatan deskriptif yaitu metode analisis data yang bertujuan melakukan estimasi
pada masa mendatang untuk melihat kecenderungan meningkat atau menurun pada
suatu variabel, pada kurun waktu tertentu (Moleong, 2019). Metode analisis data
dilakukan dengan menghitung kinerja keuangan melalui aspek kemandirian,
efektivitas, efisiensi, belanja operasi dan pertumbuhan pendapatan, kemudian
dilanjutkan dengan analisis trend terkait pengelolaan keuangan desa melalui proses
analisis bahasan serta ditarik sebuah kesimpulannya.
30,00%
Rasio KD
28,70%
28,00%
26,00%
25,40%
24,00% 24,20%
22,00%
20,00%
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021
Rasio KD
Rasio Efektivitas
Rasio Efisiensi
106,00%
104,80%
104,00% 103,80%
102,00%
101,20%
100,00%
98,00%
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021
Rasio Efisiensi
Belanja Operasi
69,00%
68,00% 68,10%
67,00%
66,00% 66,00% 66,20%
65,00%
64,00%
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021
Belanja Operasi
Pertumbuhan Pendapatan
20,00%
17,60%
15,00%
10,00% 11,30%
5,00%
0,00%
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021
-5,00% -4,80%
-10,00%
Series 1
D. Conclussion
Merujuk pada kajian hasil analisis dan pembahasan yang telah dijabarkan, maka
dapat disampaikan mengenai trend kinerja pengelolaan keuangan yang dilakukan
Pemerintah Desa Kedungwaru Tulungagung ditinjau dari Permendagri No 113 Tahun
2014. Aspek kemandirian desa dalam mengelola keuangannya pada tahun 2019-2021
mengalami trend fluktuasi yang signifikan, sehingga kinerja Pemerintah Desa
kedungwaru Tulungagung masih tergolong dalam pola instruktif yaitu
ketergantungan pemerintah desa terhadap campur tangan pemerintah baik provinsi
maupun pusat masih tinggi dalam hal pengelolaan dan akuntabilitas keuangan desa.
Kinerja keuangan pemerintah Kedungwaru Tulungagung ditnjau dari aspek
efektivitas tata kelola keuangan desa menunjukkan bahwa sudah baik dalam
merealisasikan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (APBDes) yang telah
direncanakan. Aspek efisiensi keuangan desa menunjukkan bahwa akuntabilitas
Pemerintah Kedungwaru Tulungagung dalam mengelola Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Desa (APBDes) rata-rata masih dalam kategori tidak efisien. Ditinjau dari
Rasio Belanja Operasi Desa, akuntabilitas Pemerintah Kedungwaru Tulungagung
berdasarkan Permendagri No 13 tahun 2014 menunjukkan rata-rata dalam kategori
sangat proporsional atau sesuai dengan rencana kerja. Ditinjau dari sudut analisis
rasio pertumbuhan pendapatan, akuntabilitas Pemerintah Kedungwaru Tulungagung
menunjukkan rata-rata pertumbuhan dalam kategori yang positif, hal ini
menunjukkan bahwa pendapatan desa mampu berkembang yang mengindikasikan
adanya sinyal bahwa beban operasional yang dikeluarkan pihak pemerintah Desa
lebih kecil, sehingga mampu mempengaruhi tingkat pendapatan. Hasil penelitian
yang telah dilakukan ini diharapkan dapat menjadikan sebuah bahan kajian dan
tambahan khasanah literasi dalam melakukan pengamatan yang lebih mendalam
mengenai kinerja para aparatur desa dalam mengelola keuangan secara akuntabel dan
transparan.
E. Reference
Ayu Lestari, D. D., Bunga Pertiwi, I., Muchlisun, M., Kabib, N., & Anwar, S. (2020).
Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Desa Bejalen Kecamatan Ambarawa,
Kabupaten Semarang Tahun 2017-2018. Intelektiva: Jurnal Ekonomi, Sosial &
Humaniora, 1(9).
Kartika, D., AB Setiawan, dan I. K. (2016). Analisis Rasio Kemandirian, Rasio
Efektivitas PAD, dan Rasio Efisiensi PAD Pada Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Sukabumi. Jurnal Sosial
Humaniora, 7(2).
Jatmiko, U. (2020). Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Kearifan Lokal Sebelum dan
Sesudah Pengalokasian Dana Desa. JMK (Jurnal Manajemen Dan
Kewirausahaan), 5(2). https://doi.org/10.32503/jmk.v5i2.1007
Jatmiko, U., Munir, M., & Jauhari, A. (2021). Disparitas Kesejahteraan Masyarakat
Terdampak Covid 19 Sebelum dan Sesudah Adanya Program Keluarga Harapan
(PKH). SEIKO : Journal of Management & Business, 4(1).
https://doi.org/10.37531/sejaman.v4i1.929
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2017). Buku Pintar Dana Desa.
Kholmi, M. (2017). Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Studi Di Desa
Kedungbetik Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang). Journal of Innovation
in Business and Economics. https://doi.org/10.22219/jibe.vol7.no2.143-152
Lexy J. Moleong, D. M. A. (2019). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi).
PT. Remaja Rosda Karya. https://doi.org/10.1016/j.carbpol.2013.02.055
Machfiroh, I. S. (2019). Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa Di Desa Benua
Tengah. Jurnal Riset Akuntansi Politala, 1(1).
https://doi.org/10.34128/jra.v1i1.5
Mamuaya, J. V., Sabijono, H., & Gamaliel, H. (2017). Analisis Pengelolaan
Keuangan Desa Berdasarkan Permendagri No. 113 Tahun 2014 (Studi Kasus di
Desa Adow Kecamatan Pinolosian Tengah Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan). Analisis Pengelolaan Keuangan Desa Berdasarkan Permendagri No.
113 Tahun 2014 (Studi Kasus Di Desa Adow Kecamatan Pinolosian Tengah
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan), Universitas Sam Ratulangi, Manado,
5(2).
Maulana, S. W., & Napisah, L. S. (2021). Pengaruh kompetensi aparatur pemerintah
desa dan pengendalian internal terhadap pengelolaan keuangan desa. Jurnal
Riset Akuntansi Dan Perbankan, 15(1).
Munti, F., & Fahlevi, H. (2017). Determinan Kinerja Pengelolaan Keuangan Desa:
Studi pada Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen Aceh. Jurnal Akuntansi
Dan Investasi, 18(2). https://doi.org/10.18196/jai.180281
Ngakil, I., & Kaukab, M. E. (2020). Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa di Kabupaten Wonosobo. Journal of Economic, Management,
Accounting and Technology, 3(2). https://doi.org/10.32500/jematech.v3i2.1283
Ningrum, D. K. (2018). Analisis pengaruh inklusi keuangan terhadap pertumbuhan
ekonomi, kemiskinan dan ketimpangan di jawa timur periode tahun 2011-2015.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya, 6(1).
Permendagri No 113. (2014). Peraturan Kementerian Dalam Negeri (Permendagri)
Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Republik
Indonesia, 51(1).
Puspayanthi, N. L. P. A. D., Prayudi, M. A., & Wahyuni, M. A. (2017). Penguatan
pengelolaan keuangan desa dan optimalisasi peran bumdes untuk kemandirian
desa pada desa di Kabupaten Jembrana. E-Journal Akuntansi Undiksha, 8(2).
Ramadhani, D. A. S., Hisamuddin, N., & Shulthoni, M. (2020). Analisis Rasio
Keuangan Untuk Menilai Kinerja Apbdesa (Studi Kasus Desa Bulak Kecamatan
Bendo Kabupaten Magetan). JURNAL AKUNTANSI UNIVERSITAS JEMBER,
17(1). https://doi.org/10.19184/jauj.v17i1.10687
Riyanto, A., Suherman, A., & Prayudi, D. (2016). Akuntansi Dalam Perspektif
Pengelolaan Keuangan Desa. Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi Komputer.
Sari, Y. (2017). Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Nagari di Nagari Cubadak
Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar Tahun 2016. Jurnal
Administrasi Dan Kebijakan Publik, 3(2). https://doi.org/10.25077/jakp.2.3.241-
254.2017
Sugiyono. (2018). Metode Peneiltian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta Bandung.
Sukmawati, F., & Nurfitriani, A. (2019). Pengaruh Transparansi dan Akuntabilitas
terhadap Pengelolaan Keuangan Desa ( Studi pada Pemerintah Desa di
Kabupaten Garut ). Jurnal Ilmiah Bisnis, Pasar Modal, Dan UMKM, 2(1).
Sunarya, H., & Lamaya, F. (2017). Analisis kinerja keuangan desa dengan
pendekatan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113
Tahun 2014 di Desa Aeramo Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo-NTT.
Jurnal Akuntansi, 4(3).
Thoyib, M., Satria, C., Septiana, S., & Amri, D. (2020). Analisis Kinerja Pengelolaan
Keuangan Desa (Studi Pada Kecamatan Betung Kabupaten Banyuasin).
Ekonomica Sharia: Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Perbankan Syariah,
5(2). https://doi.org/10.36908/esha.v5i2.122
Wahyuddin. (2016). Implementasi kebijakan alokasi dana desa di desa ako kecamatan
pasangkayu kabupaten mamuju utara. E Jurnal Katalogis, 4(5), 141–149.
Yulianto, A., & Widiasmara, A., (2021). Good Governance Akuntansi Dana desa
pada Pemerintahan Desa Dalam Membangun Public Trust. SIMBA: Seminar
Inovasi