You are on page 1of 2

A Reason for being

A puppet. When that crosses one's mind, one would think of a mere doll to be controlled. However, what if a
puppet was blessed with free will? What would it find in it's journey?

Sebuah boneka. Ketika kata itu melintasi pikiran seseorang, ia mungkin akan berpikir tentang sebuah benda
untuk dikendalikan. Namun, bagaimana jika sebuah boneka diberi kehendak bebas? Apa yang akan ia temukan
pada perjalanannya?

Inilah sebuah cerita tentang mencari arti dari kehidupan.

This is a story of searching for the meaning to exist.

In the midst of a forest, a girl was picking up berries from the bushes. She has pure white long hair, silky
porcelain-like skin, and eyes akin to the sun. She wore nothing and only hid herself with blanket of snow. She
knew nothing, and hardly taste the sweetness of berries. Why did she do this? Perhaps, it's her conscience telling
her to do so.

Di tengah sebuah hutan, seorang gadis sedang memetik buah beri dari semak-semak belukar. Ia memiliki rambut
seputih salju yang amat panjang, kulit selembut sutra seperti porselen, dan mata seperti matahari. Ia tidak
mengetahui apapun, dan tak dapat merasakan manisnya buah beri. Lalu mengapa ia melakukannya? Mungkin,
itu nalurinya yang menyuruhnya.

She never dared to go outside of the forest. She once did, and was cursed as a witch. Cut off from the outside
world, her appearance would give off the impression of a spirit of the forest. She lived without a care in the
world, learning by herself. How long has it been since she was brought to this world? Suddenly, she thought to
herself; "Why do I exist?" Then, she heard rustling from within the bushes. Alerted, she readied herself similar
to a beast, ready to pounce on her target.

Ia tidak berani untuk menjelajah luar hutan. Ia pernah mencoba, namun dikutuk oleh orang-orang sebagai
penyihir. Terlepas dari dunia luar, tampangnya memberi kesan sebagai seorang peri hutan. Ia hidup tanpa
mempedulikan apapun, mempelajari segalanya sendirian. Sudah berapa lama sejak ia datang pada dunia ini?
Tiba-tiba, sebuah pertanyaan muncul dalam benak pikirannya; "Mengapa aku hidup?" Lalu, ia mendengar suara
dari semak-semak. Terkejut, ia segera mengambil posisi seakan sebuah binatang buas, siap untuk menerkam
mangsanya.

There appeared a man in an adventurer's attire. Just a glance to the girl, she immediately launched herself
forward. He moved reflexively and swung his sword in defense. The girl didn't anticipate such weapon, and so
she was taken aback by the slash. When the man had realized that his enemy is a mere girl, he withdrew his
sword. "Forgive me, are you alright?" He went to check on her condition. She sustained a light injury, but
strangely enough there is no blood.

Di sana muncullah seorang pria mengenakan seragam petualang. Melihat gadis itu sejenak saja ia diserang
olehnya. Reflek, ia menebasnya dengan pedangnya. Gadis itu tidak mengantisipasi senjata seperti itu, ia pun
terdorong mundur. Ketika pria itu sadar bahwa musuhnya hanyalah seorang gadis, ia segera melepaskan
pedangnya. "Maafkan aku! Apakah engkau tidak apa-apa?" Pria itu menghampirinya dan melihat kondisinya.
Ada sebuah luka, namun ia tidak mengeluarkan darah setetes pun.
Confused by his unfamiliar gesture, she remained quiet. Taking a closer look at her, he realized how pitiful her
state is. "Come with me. There's a village nearby." She only stared at the man, nothing to be said. But as the man
began to walk, she followed him silently, devoid of any sound. If one were to get distracted, it's as if she wasn't
there.

Gesturnya yang asing membuatnya kebingungan, namun ia tetap diam. Melihat gadis itu lebih dekat, pria itu
mengasihani keadaannya yang sangat mengenaskan. "Ikutlah bersamaku, ada sebuah desa dekat sini." Gadis itu
hanya menatap matanya, tanpa mengatakan apapun. Ketika pria itu mulai berjalan, ia mengikutinya
perlahan-lahan, bahkan tanpa suara. Jika tidak fokus, seakan-akan gadis itu tidak ada.

Seiring waktu pun berjalan, pepohonan tampak lebih kecil dari sebelumnya. Lalu, sampailah mereka pada
padang rumput. Tak jauh, tampak sebuah pedesaan. Gadis itu tidak mau melanjutkan perjalanan. Karena ia tahu,
para orang desa tak mungkin akan menerimanya. "Ada apa?" Pria itu menatapnya. Ia hanya menggelengkan
kepala, dan terdiam di tempat. Menghela nafas, pria itu mengambil tangannya dan menggiringnya

You might also like