You are on page 1of 11

UAS Program Studi Magister Kajian Pariwisata, UNUD

Mata Kuliah: Kapita selekta Pariwisata


Pengampu: DR. I Nyoman Sunarta, MSi.
Hari/tanggal : Senin, 27 Mei 2019
________________________________________________________________

Soal:

Berikut adalah sebagian materi yang dipelajari dalam kapita selekta.


Jelaskan poin-poin yang dimaksud menurut pengertian anda dengan didukung oleh
refrensi-referensi yang uptodate bila perlu ditambahkan dengan contoh-contoh berupa data-
data, gambar yang diperlukan.

Perhatian!
1. Mahasiswa dengan NIM ganjil menjawab soal genap dan mahasiswa NIM
Genap menjawab soal no ganjil.
2. jawaban dikumpul paling lambat tgl 31 Mei, jam 16.00 ke alamat email
secretariat S2 Pariwisata (ida Ayu Ari pradnyani)

Soal Genap :

2. Tourism: The World’s Largest Economic Sector,


the complexity of tourism

A. Tourism: The World’s Largest Economic Sector


 US$2.9 T or 12.3% of world’s aggregate consumer spending by 1991
 25% of all international trade in service by 1990
 112 M employees or 6.5% of global workforce by 1991
 US$350 B/year in new facilities and capital equipment or 7.3% of world capital
investment by 1991
B. The Complexity of Tourism (1)
 Anticipation and preparation as alternative routes, destinations, and activities are
examined and weighed by potential tourist
 Involvement of intermediaries (national travel organizations, travel agents, multinational
airlines and hotel companies, etc)
 Choices about travel times, dates, locations, activities, etc
 The movement of tourist (guests) from an origin (usually their permanent homes)

C.. The Complexity of Tourism (2)


 Various forms of transportation (car, plane, ship, etc)
 Various routes (highways, air, sea, etc)
 A destination (a temporary residence) or destinations (e.g., enclave beach resort on a
tropical island, five-star hotel in a major city, campground in a desert or mountain
national park)
 Interaction economically and socially with local people (host)

4. Tourism development, policy and planning

A. Tourism Development
 Narrowly defined as the provision or enhancement of facilities and services to meet the
needs of tourists
 But tourism can also be seen as a means of development in a much broader sense, the
path to achieve some end state or condition
 It is in this light that the impacts of tourism are examined
 To what extent do these impact contribute to the development of the destination?
 To what extent does tourism’s contribution to the state of development depend on the
way tourism there has developed?
 There is never a single, right answer about the desirable level of tourism development or
the capacity of a destination region to host tourists
 Limits and capacities are best determined by evaluation and policy reviews while
development is allowed to proceed slowly and incrementally
 Only cautions, deliberate evaluation of on-going development and policy applications can
intelligent decisions be made regarding what is best host and guest

B. Policy and Planning


 Policy: a course of action adopted and pursued by a government
 Policy research: analysis of overall organizational situation with a view to formulating
major policy proposals and establishing their priorities
 Tourism policy: the complex of tourism related decisions which, integrated with national
development policy, determines the orientation of the sector and the action to be taken
 Themes in tourism policy analysis:
 Marketing and tourist-demand question
 Identification of opportunities for development, especially site selection and regional
development priorities
 Geographic structure
 Description and evaluation of destinations
 Determination of the value of public resources used in tourism
 Economic magnitude

Jawaban Soal Genap :

2. A,B,dan C
Penting bagi industri pariwisata Indonesia untuk meningkatkan kontribusinya
pada produk domestik bruto (PDB) karena hal ini akan memicu lebih banyak pendapatan devisa
(karena setiap turis asing menghabiskan rata-rata antara 1.100 dollar AS sampai 1.200 dollar AS
per kunjungan) dan juga menyediakan kesempatan kerja untuk masyarakat Indonesia
(berdasarkan data terakhir dari Badan Pusat Statistik, tingkat pengangguran di negara ini
mencapai 5,81% di Februari 2015). Diperkirakan bahwa hampir 9% dari total angkatan kerja
nasional dipekerjakan di sektor pariwisata.
Saat ini, sektor pariwisata Indonesia berkontribusi untuk kira-kira 4% dari total perekonomian.
Pada tahun 2019, Pemerintah Indonesia ingin meningkatkan angka ini dua kali lipat menjadi 8%
dari PDB, sebuah target yang ambisius (mungkin terlalu ambisius) yang mengimplikasikan
bahwa dalam waktu 4 tahun mendatang, jumlah pengunjung perlu ditingkatkan dua kali lipat
menjadi kira-kira 20 juta. Dalam rangka mencapai target ini, Pemerintah akan berfokus pada
memperbaiki infrastruktur Indonesia (termasuk infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi), akses, kesehatan & kebersihan dan juga meningkatkan kampanye promosi online
(marketing) di luar negeri. Pemerintah juga merevisi kebijakan akses visa gratis di 2015 (untuk
penjelasan lebih lanjut, lihat di bawah) untuk menarik lebih banyak turis asing.

Di bawah ini kami menyajikan data kunjungan wisatawan asing ke Indonesia dalam beberapa
tahun terakhir. Harap dicatat bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) mengubahkan definisi
kunjungan wisatawan asing per Januari 2016. Maka terjadi peningkatan tajam antara tahun 2016
dan 2015.

Kunjungan Wisatawan Asing di Indonesia, 2013-2016:

Tourist Arrivals Tourist Arrivals Tourist Arrivals Tourist Arrivals


Bulan
2013 2014 2015 2016
Januari 614,328 753,079 723,039 814,303
Februari 678,415 702,666 786,653 888,309
Maret 725,316 765,607 789,596 915,019
April 646,117 726,332 749,882 901,095
Mei 700,708 752,363 793,499 915,206
Juni 789,594 851,475 815,148 857,651
Juli 717,784 777,210 814,233 1,032,741
Augustus 771,009 826,821 850,542 1,031,986
September 770,878 791,296 869,179 1,006,653
Oktober 719,900 808,767 825,818 1,040,651
November 807,422 764,461 777,976
Desember 766,966 915,334 913,828
Total 8,802,129 9,435,411 9,729,350

Kendati begitu, laporan itu juga menyatakan bahwa Indonesia tidak memberikan cukup
penekanan pada keberlanjutan lingkungan hidup (mengakibatkan penggundulan hutang dan
membayakan spesies-spesies langka, sementara hanya sedikit dari limbah air yang diolah).
Laporan ini juga menyebutkan kekuatiran-kekuatiran tentang keselamatan dan keamanan,
terutama kerugian bisnis karena terorisme. Kekuatiran lain adalah karena Indonesia tertinggal di
belakang dibandingkan Singapura (peringkat 11), Malaysia (peringkat 25) dan Thailand
(peringkat 35) dalam pemeringkatan Travel & Tourism Competitiveness Report 2015.

Kurangnya infrastruktur yang layak di Indonesia adalah masalah yang berkelanjutan, bukan
hanya karena hal ini sangat meningkatkan biaya-biaya logistik sehingga membuat iklim investasi
kurang menarik namun juga mengurangi kelancaran perjalanan untuk pariwisata. Infrastruktur di
Bali luar biasa dan di Jakarta cukup layak (kecuali untuk kemacetan lalu lintas yang sangat
besar) namun di luar Bali dan Jakarta kebanyakan infrastruktur di negara ini kurang layak,
terutama di wilayah Timur Indonesia karena kurangnya bandara, pelabuhan, jalan, dan hotel.
Kurangnya konektivitas di dalam dan antar pulau berarti ada sejumlah besar wilayah di
Indonesia dengan potensi pariwisata yang tidak bisa didatangi dengan mudah.

Selain infrastruktur, pendidikan juga menjadi halangan. Meskipun di Pulau Bali dan hotel-hotel
mewah di Jakarta kebanyakan penduduk asli yang bekerja di sektor pariwisata cukup fasih
berbahasa Inggris (dan bahkan bahasa-bahasa asing lainnya), di wilayah-wilayah yang lebih
terpencil penduduk asli kesulitan untuk berkomunikasi dengan para turis. Oleh karena itu, fokus
pada mempelajari Bahasa Inggris akan membantu mengatasi keadaan ini. Halangan bahasa ini
adalah alasan mengapa sejumlah warga Singapura lebih memilih Malaysia ketimbang Indonesia
sebagai tempat tujuan wisata mereka. Kebanyakan turis asing yang datang ke Indonesia berasal
dari Singapura, diikuti oleh Malaysia dan Australia.
Titik-Titik Kedatangan

Kebanyakan orang Indonesia memasuki Indonesia melalui Bandara Internasional Ngurah


Rai di Bali, pulau yang paling populer sebagai tempat berlibur untuk turis asing di Indonesia.
Pulau ini adalah tempat tinggal dari sebagian besar masyarakat minoritas Hindu Indonesia dan
menwarkan berbagai jenis pariwisata Hindu Bali yang berkaitan dengan seni dan budaya dan
juga kehidupan malam yang semarak serta wilayah pedesaan yang cantik.

Titik kedatang kedua adalah Bandara Internasional Soekarno-Hatta, terletak dekat dengan
Ibukota Jakarta. Banyak turis memulai liburan mereka dengan tinggal beberapa hari di Jakarta
sebelum berkunjung ke wilayah-wilayah lain dari Indonesia. Jakarta juga merupakan pusat
ekonomi dari Indonesia dan, walaupun dilarang oleh hukum, banyak pengunjung asing yang
menggunakan visa turis (berlaku untuk 30 hari) untuk berpartisipasi dalam pertemuan ataupun
even bisnis di Jakarta.

Titik masuk ketiga yang paling banyak digunakan adalah Batam, kota terbesar di Provinsi
Kepulauan Riau, di seberang Selat Singapura. Batam telah berkembang cepat menjadi sebuah
kota dengan industri yang berkembang sangat cepat dan juga pusat transport. Kota ini adalah
bagian dari zona perdagangan bebas dari Segitiga Indonesia-Malaysia-Singapura. Sejak 2006,
Batam (bersama-sama dengan Bintan dan Karimun) menjadi bagian dari Zona Ekonomi Khusus
yang bekerja sama dengan Singapura, mengimplikasikan bahwa tarif perdagangan dan pajak
pertambahan nilai untuk barang-barang yang dikirimkan antara Batam dan Singapura
dihapuskan.

Titik Kedatangan Utama Wisatawan Asing di Indonesia:

Lokasi 2013 2014 2015


Ngurah Rai Airport (Bali) 3,241,889 3,731,735 3,923,970
Soekarno-Hatta Airport (Jakarta) 2,240,502 2,246,437 2,304,275
Batam 1,336,340 1,454,110 1,545,818

Peningkatan kualitas dan akses menuju destinasi, penguatan data dan informasi serta
peningkatan atraksi yang terintegrasi bisa menjadi alternatif untuk meningkatkan devisa
pariwisata. Neraca perdagangan dan transaksi berjalan Indonesia yang mengalami defisit
membuat pemerintah melakukan kebijakan untuk meningkatkan pendapatan devisa dari
pariwisata. Destinasi wisata domestik yang sudah dikenal oleh wisatawan mancanegara
(wisman) seperti Pulau Bali, Bunaken serta Raja Ampat menjadi salah satu keunggulan obyek
wisata nasional. Peningkatan kualitas dan akses menuju destinasi, penguatan data dan informasi
serta peningkatan atraksi yang terintegrasi bisa menjadi alternatif untuk meningkatkan devisa
pariwisata nasional. Berdasarkan data Kementerian Pariwisata pendapatan devisa dari sektor
pariwisata pada 2015 mencapai US$ 12,23 miliar atau setara Rp 169 triliun. Jumlah tersebut
berada di urutan ke empat sebagai penyumbang devisa terbesar pada 2015, di bawah migas, batu
bara dan kelapa sawit. Kemudian pada 2019, pendapatan devisa dari pariwisata ditargetkan
sebesar US$ 20 miliar dan menjadi yang terbesar mengalahkan hasil ekspor sawit maupun migas.
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah menargetkan 20 juta kunjungan wisman pada 2019.
Sebagai informasi, wisman yang datang ke tanah air pada 2017 mencapai 14,1 juta kunjungan.
Kemudian periode Januari-Juli 2018 kunjungan wisman mencapai 9,06 juta, meningkat 12,92%
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Terjadinya bencana alam seperti letusan
Gunung Agung di Bali dan gempa bumi di Lombok dapat membebani target kunjungan turis
asing ke Indonesia.
4. A. PENGEMBANGAN PARIWISATA

Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial memberikan pemasukan bagi


Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) serta mampu memberikan multiplier effect bagi
berkembangnya sektor-sektor lain yang terkait, seperti pertanian ( bunga, buah, perikanan ),
industri kerajinan, perdagangan (misalnya rumah makan), dan jasa (penginapan, pemandu
wisata, transportasi, dan sebagainya). Sehingga melalui berkembangnya sektor ini, diharapkan
pendapatan ekonomi masyarakat terutama yang tinggal di sekitar kawasan wisata dapat
meningkat.
B,C. PERENCANAAN PARIWISATA

Sebagian besar kawasan atau kota-kota belum memiliki kebijakan, visi dan misi, arah atau
tindakan praktis lainnya sebagai upaya pengembangan wisata atas potensi wisata yang dimiliki
kawasan tersebut. Akibatnya peran wisata tidak berkembang di kawasan tersebut baik di segi
ekonomi dan sosial masyarakatnya. Padahal sektor pariwisata merupakan sumber pendapatan
wilayah atau kawasan serta mampu mendorong perkembangan kawasan atau wilayah yang
memiliki suatu potensi wisata. Oleh karena itu, wisata begitu besar manfaatnya jika mampu
dikembangkan dan dikelola dengan baik. Pariwisata dianggap perlu direncanakan dengan baik
agar mampu menghasilkan manfaat yang maksimal bagi kawasan tersebut serta bagi negara.

Mengapa pariwisata perlu direncanakan dengan baik? Berikut adalah penjelasannya :


1. Fenomena pariwisata makin kompleks dari yg pernah terfikir sebelumnya karena
pariwisata melingkupi seluruh sektor kehidupan masyarakat.
2. Pariwisata berdampak positif dan negatif
3. Pariwisata makin kompetitif dan promosi destinasi wisata makin gencar
4. Pariwisata bisa berakibat buruk pada sumberdaya alam dan budaya jika kurang
tepat pengelolaannya
5. Pariwisata mempengaruhi semua orang dalam komunitas tertentu dan semua yang
terlibat dalam pariwisata perlu berpartisipasi dalam proses perencanaan pariwisata.

Jika pariwisata tidak direncanakan dengan baik akan menimbulkan berbagai dampak bagi
kawasan wisata itu sendiri dan masyarakat sekitarnya. Berikut adalah dampak kawasan wisata
tanpa perencanaan :
1. Dampak fisik kawasan menjadi tidak tertata dan seringkali banyak bangunan
terlantar serta kekumuhan yang muncul sehingga mengurangi daya tarik kawasan wisata
tersebut.
2. Dampak sosial budaya yaitu hilangnya keaslinya budaya lokal akibat kulturalisasi
yang berlebihan dan tanpa kontrol.
3. Dampak pemasaran yang berlebihan yaitu terjadinya ketidakefisiensian
pemasaran yang dilakukan oleh berbagai pihak tanpa koordinasi yang baik.
4. Dampak pengorganisasian yang kurang serta dampak lainnya.
Tujuan Perencanaan Pariwisata

1. Identifikasi pendekatan alternatif


2. Adaptasi dengan hal-hal yang tidak diinginkan
3. Mempertahankan keunikan
4. Menciptakan hal-hal yang diinginkan
5. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
Stakeholder dalam Perencanaan Pariwisata

Pihak-pihak yang harus terlibat dalam perencanaan pariwisata antara lain :


1. Pemerintah (Pusat & Daerah)
2. Komunitas lokal
3. LSM – lembaga swadaya masyarakat
4. Organisasi-organisasi pariwisata
5. Operator bisnis pariwisata
6. Konsultan pariwisata

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/09/10/berapa-pendapatan-devisa-dari-
sektor-pariwisata-indonesia
https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/industri-sektor/pariwisata/item6051?
http://www.radarplanologi.com/2015/11/konsep-dasar-perencanaan-pariwisata.html

You might also like