You are on page 1of 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu kebutuhan yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal tersebut dapat dilihat dari terus

berkembangnya industri pariwisata di berbagai negara di dunia. Berdasarkan

United Nation World Tourist Organization (UNWTO) kedatangan wisatawan

internasional tumbuh sebesar 5% selama semester pertama tahun 2013, jika

dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2012 mencapai hampir 500

juta. Pertumbuhan ini diperkirakan akan terus berlanjut di tahun yang akan

datang. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa pariwisata internasional terus

mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan meskipun berada ditengah tantangan

kondisi ekonomi yang melanda Eropa dan Amerika Utara.

Sektor pariwisata merupakan salah satu pilar yang harus didukung oleh

pemerintah di seluruh dunia sebagai bagian dari solusi untuk merangsang

pertumbuhan ekonomi. Pariwisata telah menunjukkan kapasitasnya untuk

menyesuaikan diri dengan kondisi pasar yang terus berubah meskipun pada

tingkat yang sedikit lebih sederhana, diperkirakan akan terus berkembang pada

tahun 2013. UNWTO memprediksikan bahwa pada tahun 2013 wisatawan

mancanegara akan lebih besar berkunjung ke negara di Kawasan Asia Tenggara.

Salah satu negara di Asia Tenggara yang mengalami kenaikan tersebut

adalah Indonesia. Indonesia berada di urutan ke empat dari lima negara ASEAN

yang memiliki tingkat kunjungan terbesar. Kini sektor pariwisata di Indonesia


2

tumbuh dan berkembang menjadi suatu industri yang penting dan dapat

diandalkan guna menambah devisa negara.

Secara keseluruhan Indonesia merupakan salah satu Negara Asia yang

diharapkan dapat meningkatkan pemasukan devisanya melalui sektor pariwisata

melalui potensi yang dimilikinya. Pariwisata juga memberikan dampak yang

positif terhadap kenaikan serapan tenaga kerja, pajak tak langsung, PDB, hingga

investasi. Hal ini tidak terlepas dari tingginya tingkat kunjungan wisatawan baik

mancanegara maupun nusantara. Berikut ini data kunjungan wisatawan

mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia hingga tahun 2013.

TABEL 1.1
PERKEMBANGAN WISATAWAN MANCANEGARA
TAHUN 2007-2013
Rata-rata
Wisatawan Pengeluaran Per
Penerimaan Devisa
Mancanegara Lama Orang
Tahun Tinggal (USD)
Pertumb (Hari) Per Jumlah Pertu
Per
Jumlah uhan Kunjung (Juta mbuha
Hari
(%) an SD) n (%)
2007 5,505,759 13.02 9.02 107.70 970.98 5,345.98 20.19
2008 6,234,497 13.24 8.58 137.38 1,178.54 7,347.60 37.44
2009 6,323,730 1.43 7.69 129.57 995.93 6,297.99 -14.29
2010 7,002,944 10.74 8.04 135.01 1,085.75 7,603.45 20.73
2011 7,649,731 9.24 7.84 142.69 1,118.26 8,554.39 12.51
2012 8,044,462 5.16 7.70 147.22 1,133,81 9,120,85 6.62
2013 7.941.494*) Data belum Tersedia
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013
*) Data sementara hingga Bulan November 2013

Berdasarkan Tabel 1.1 Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 5,16%

pada tahun 2012, dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke

Indonesia mencapai angka 8.044.462 wisatawan. Pada November 2013 jumlah

kunjungan wisman sebesar 7.941.494 ribu, hal tersebut mengalami penurunan

sebesar 8,36% dibanding jumlah wisman pada bulan yang sama ditahun 2012.
3

Sementara itu jika dibanding Desember 2012, jumlah kunjungan wisman Januari

2013 juga mengalami penurunan sebesar 19,90%. Meskipun demikian,

Kementrian Pariwisata Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah menetapkan

target sebanyak 9 juta kunjungan wisman di akhir tahun 2013 dan 10 juta

wisatawan di tahun 2014.

Selain perkembangan wisman, perjalanan wisatawan nusantara (wisnus)

pun mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi pertumbuhan ekonomi

Indonesia. Kegiatan wisata dalam negeri ini memberikan efek ekonomi yang lebih

besar dibandingkan perjalanan wisman ke Indonesia. Hal ini diperlihatkan dari

pengeluaran wisnus yang lebih tinggi sehingga menggerakkan perekonomian

daerah di berbagai sektor tidak hanya sektor pariwisata. Berikut data tingkat

perkembangan wisnus di Indonesia pada tahun 2007 hingga 2012.

TABEL 1.2
PERKEMBANGAN WISAWATAN NUSANTARA (WISNUS)
TAHUN 2007-2012
Rata-rata Pengeluaran Per- Rata-rata
Total
Wisatawan orang Lama
Tahun Pengeluaran
Nusantara (USD) Tinggal
(juta USD)
Perkunjungan Perhari (Hari)
2007 5,158,441 839.64 88.79 9.24 4,331.23
2008 4,996,594 1,049.72 96.69 10.62 5,245.02
2009 5,053,269 977.39 109.80 8.81 4,919.01
2010 6,235,606 976.65 117.59 8.20 6,090.00
2011 6,750,231 934.50 121.53 7.67 6,308.26
2012 7,310,531 981.22*) 127.00*) 7.67*) 7,173.24*)
Sumber : Pusdatin Kemenparekraf & BPS, 2012
*) Angka estimasi

Data statistik tingkat kunjungan wisnus seperti yang disajikan pada Tabel

1.2 menunjukkan perjalanan wisnus yang mengalami peningkatan signifikan pada

tahun 2012 dengan jumlah wisnus mencapai angka 7.310.531. Sesuai dalam

Renstra (Rencana Strategis), Kemenparekraf menargetkan terjadi peningkatan


4

jumlah wisnus di dalam negeri yang cukup signifikan pada tahun 2012 hingga

akhir tahun 2014.

Pada era globalisasi ini banyak perusahaan khususnya di industri

pariwisata berjuang menghadapi persaingan global yang semakin ketat dengan

segala permasalahan yang ada seperti perusakan lingkungan, kurangnya

prasarana, krisis ekonomi, keterampilan buruh yang rendah, serta pengaruh dari

kondisi politik dan sosial. Hal-hal tersebut merupakan tantangan sekaligus

peluang dalam dunia bisnis.

Kepedulian terhadap lingkungan menjadi salah satu perhatian utama bagi

pariwisata global, dimana lingkungan merupakan bagian tak terpisahkan dari

kegiatan pariwisata. Kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup meningkat

setelah melihat banyaknya kerusakan lingkungan yang terjadi. Hal ini

mempengaruhi konsumen sehingga mereka mulai menaruh perhatian pada isu

perusakan lingkungan hidup, keterbatasan sumber daya yang ada di bumi,

sehingga konsumen mulai melirik produk yang lebih bersahabat dengan

lingkungan. Untuk itu kondisi lingkungan tersebut dapat dijadikan sebuah

peluang agar kegiatan pariwisata dapat berkembang, tanpa mengganggu

kelestarian alam.

Perubahan paradigma tersebut telah berhasil mentransformasi pasar untuk

lebih menghargai lingkungan dan menyelamatkan bumi secara simultan dengan

keberlangsungan industri yang tanpa disadari cenderung menyebabkan degradasi

pada lingkungan. Gerakan peduli lingkungan ini turut didukung pula oleh

pemerintah dan pihak-pihak lainnya, seperti lembaga swadaya masyarakat, tenaga

kerja, pesaing dan para shareholder.


5

Perhatian terhadap isu-isu lingkungan ini ditandai dengan adanya

fenomena dimana para pelaku bisnis mulai menerapkan standar internasional atau

lebih dikenal dengan ISO-14000. ISO-14000 merupakan sistem manajemen

lingkungan yang dapat memberikan jaminan (bukti) kepada produsen dan

konsumen bahwa dengan menerapkan sistem tersebut produk yang

dihasilkan/dikonsumsi baik limbah, produk bekas pakai, ataupun layanannya

sudah melalui suatu proses yang memperhatikan kaidah-kaidah atau upaya-upaya

pengelolaan lingkungan.

Perusahaan mulai menerapkan isu-isu lingkungan sebagai salah satu

strategi pemasarannya sehingga memunculkan fenomena yang turut berkembang

di dunia pariwisata saat ini. Isu lingkungan tersebut turut diperkuat dengan

adanya komitmen dari UNWTO dimana seluruh sektor berorientasi untuk

bersikap ramah lingkungan. Hal tersebut turut memberikan dampaknya pada

industri-industri hospitality, salah satunya yakni industri perhotelan.

Industri perhotelan memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap isu

lingkungan dari sudut pandang konsumsi energi serta pengelolaan limbah. Bukti

nyata adanya dampak perkembangan isu lingkungan terhadap perhotelan dapat

dilihat dari bermunculannya hotel-hotel berbintang yang menerapkan komitmen

untuk berbasis pada lingkungan. Dimana perusahaan mulai mementingkan

keadaan lingkungan baik dalam pembangunan maupun pada operasionalisasi

hotel sehingga meminimalkan dampak yang akan ditimbulkan terhadap

lingkungan. Adanya hotel-hotel berbintang di Indonesia dengan komitmen untuk

perduli terhadap lingkungan diharapkan dapat menjadi faktor lain yang dapat

memberikan pengaruh bagi industri lainnya untuk berorientasi pada kelestarian


6

lingkungan. Berikut disajikan data nama-nama hotel yang menerapkan komitmen

berbasis lingkungan di Indonesia.

TABEL 1.3
DAFTAR NAMA GREEN HOTEL BERBINTANG DI INDONESIA
NO NAMA HOTEL NO NAMA HOTEL

1 Hotel Borobudur Jakarta 11 Bali Garden Beach Resort

2 St Regis Bali Resort 12 Novotel Bandung

3 Alila Villa Uluwatu Bali 13 Alam Kulkul Beach Resort Bali

4 Dharmawangsa Hotel Jakarta 14 Matahari Beach Resort Bali

5 Mandarin Oriental Jakarta 15 Discovery Kartika Plaza Bali

6 Grand Melia Jakarta 16 Novotel Manado Hotel

7 Nusa Dua Beach Hotel Bali 17 Yogyakarta Plasa Hotel

8 Hyatt Regency Yogyakarta 18 Pullman Hotel Central Park Jakarta

9 Novotel Palembang 19 Mercure Grand Mirama Hotel Surabaya

10 Novotel Lampung Hotel 20 Santika Hotel Yogyakarta

Sumber: Kemenparekraf, 2013

Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat banyaknya hotel-hotel yang kini mulai

menjalankan konsep sebagai hotel yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Hal tersebut merupakan sebuah tantangan bagi setiap hotel untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan tamu yang memang saat ini semakin menyadari akan

pentingnya isu lingkungan dan telah menjadi sebuah ukuran kinerja bagi industri

perhotelan. Ketatnya persaingan antar hotel-hotel yang memiliki komitmen

terhadap lingkungan, telah mendorong terciptanya kerjasama dengan berbagai

lembaga Internasional untuk penerapan dan sertifikasi sistem manajemen

lingkungan Eco Hotel Standard atau hotel berwawasan lingkungan. Salah satu
7

lembaga Internasional yang bekerjasama dengan memberikan sertifikasi eco hotel

kepada hotel-hotel yang menerapkan sistem berbasis lingkungan yaitu TUV

Rheinland Group.

TUV Rheinland Group merupakan lembaga nirlaba pemerintah Jerman

yang bergerak dalam pengembangan ekonomi dan pembangunan, melakukan

inisiatif kerjasama dalam suatu proyek public, private, partnership (PPP) di

bidang pemeliharaan dan perbaikan lingkungan dengan melakukan upaya

efisiensi energi dan pengelolaan air dan limbah yang efektif di sektor pariwisata

dan industri perhotelan melalui implementasi dan sertifikasi standard eco-hotel.

Sertifikasi eco hotel menjadi salah satu bentuk penghargaan sekaligus

pengakuan secara internasional yang ditujukan kepada industri perhotelan di

Indonesia yang telah menerapkan standar dan kriteria berwawasan lingkungan,

demi mendorong pengelola hotel aga meningkatkan pengelolaan yang

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Eco hotel merupakan hotel yang

menerapkan sistem kerja yang melingkupi penerapan efisiensi energi, konsumsi

air, pengolahan air limbah, pengelolaan limbah padat, penanganan bahan-bahan

kimia dan berbahaya, serta penanganan aspek keselamatan dan kesehatan kerja di

hotel. Sertifikat eco hotel diberikan kepada hotel-hotel berbintang empat dan lima

yang memiliki kriteria eco hotel tersebut (sumber: TUV Rheinland Group).

Salah satu hotel berbintang lima di Kota Bandung yang pertama

memperoleh sertifikat eco hotel adalah Aerowisata Grand Hotel Preanger.

Sebagai anak perusahaan Garuda Indonesia, Aerowisata Grand Hotel Preanger

telah menunjukkan bahwa mereka mampu mengikuti fenomena lingkungan yang

sedang menjadi perhatian pariwiata Internasional. Meningkatnya persaingan


8

diantara competitor membuat Aerowisata Grand Hotel Preanger dituntut untuk

terus berinovasi dengan mengikuti fenomena tersebut. Tingginya persaingan

tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1.4 berikut ini mengenai data statistik market

share hotel bintang lima di Kota Bandung pada tahun 2013.

TABEL 1.4
MARKET SHARE HOTEL BINTANG 5
DI BANDUNG TAHUN 2013
Hotel Demand Share % Rank
Panghegar 30,27 1
Horison 16,11 2
Savoy Homan 14,74 3
Aston Braga 14,13 4
Preanger 13,50 5
Aquila 11,26 6
Sumber: Front Office Department Grand Hotel Preanger, 2014

Berdasarkan Tabel 1.4 data statistik menunjukkan bahwa Aerowisata

Grand Hotel Preanger memperoleh market share pada tahun 2013 sebesar 13,50%

dan berada pada peringkat ke lima jika dibandingkan dengan kompetitor lainnya.

Namun kecilnya perolehan market share tersebut tidak berdampak pada jumlah

occupancy, dimana data statistik mengenai room occupancy dan room revenue

dalam tiga tahun terakhir, menunjukkan Aerowisata Grand Hotel Preanger

mengalami peningkatan yang cukup signifikan di tahun 2013 seperti terlihat pada

Tabel 1.5 berikut.

TABEL 1.5
ROOM OCCUPANCY & REVENUE
AEROWISATA GRAND HOTEL PREANGER TAHUN 2011-2013
Year
Description
2011 2012 2013
Rooms Occupied 67,43% 65,20% 74,82%
Rooms Revenue 21.513.112.897 22.599.244.285 25.926.718.830
Total Guest 32.910 29.437 34.470
FIT 12.960 12.879 11.827
GIT 19.950 16.558 22.646
Sumber: Accounting Department Aerowisata Grand Hotel Preanger, 2014
9

Berdasarkan Tabel 1.5 dapat dilihat bahwa jumlah occupancy Aerowisata

Grand Hotel Preanger mengalami fluktuasi dengan terjadinya penurunan jumlah

occupancy pada tahun 2012 namun kembali mengalami peningkatan signifikan di

tahun 2013. Dimana menurut pihak Sales & Marketing Aerowisata Grand Hotel

Preanger penurunan tersebut diakibatkan oleh adanya perenovasian yang

dilakukan Aerowisata Grand Hotel Preanger pada Grand Ballroom serta

Executive room di Naripan Wing berubah menjadi Naripan Suite di tahun 2012

tersebut. Sebab dapat dilihat setelah renovasi selesai dilakukan, jumlah penurunan

tidak terjadi lagi di tahun 2013, baik pendapatan room occupied maupun room

revenue Aerowisata Grand Hotel Preanger mengalami peningkatan. Untuk itu

ketidaktetapan yang terjadi pada room occupied menjadi hal yang harus

diperhatikan agar peningkatan yang terjadi di tahun 2013 tetap stabil atau bahkan

terus meningkat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Marketing Communication,

Aerowisata Grand Hotel Preanger yang semula memiliki citra sebagai salah satu

hotel bisnis terbaik di Kota Bandung, kini memiliki target untuk menciptakan

citranya sebagai eco hotel. Penciptaan citra eco hotel tersebut diyakini sebagai

bagian dari upaya yang dapat dilakukan untuk terus menjaga kinerja yang dimiliki

Aerowisata Grand Hotel Preanger disetiap tahunnya, termasuk memenuhi

tuntutan dari fenomena pariwisata di Internasional yang meminta seluruh industri

perhotelan agar berbasis pada lingkungan. Sesuai dengan penciptaan citra baru

yang telah ditargetkan pihak Aerowisata Grand Hotel Preanger sebagai eco hotel

tersebut, tentu menjadi suatu permasalahan baru yang harus diperhatikan.


10

Gambar 1.1 berikut merupakan hasil pra penelitian mengenai citra

Aerowisata Grand Hotel Preanger sebagai eco hotel. Pra penelitian ini dilakukan

pada bulan Agustus tahun 2013 terhadap 30 responden yang merupakan tamu

hotel, untuk mengetahui sejauh mana citra Aerowisata Grand Hotel Preanger

sebagai eco hotel diketauhi oleh tamu hotel.

25 23
Apakah Anda mengetahui apa
20 itu eco-hotel
20 16
14
15 Apakah Anda mengetahui
10 bahwa Aerowisata Grand Hotel
Preanger merupakan salah satu
10 7
eco-hotel di Kota Bandung

5 Apakah eco-hotel di
Aerowisata Grand Hotel
Preanger sudah secara efektif
0
diterapkan

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013

GAMBAR 1.1
CITRA AEROWISATA GRAND HOTEL PREANGER BANDUNG
SEBAGAI ECO HOTEL

Berdasarkan Gambar 1.1 diperoleh temuan dari hasil pra penelitian yang

telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa adanya ketidaktahuan tamu hotel

terhadap citra yang dimiliki Aerowisata Grand Hotel Preanger atas sertifikasi eco

hotel yang diberikan oleh TUV Rheinland Group pada akhir tahun 2011. Sebesar

23% dari total 30 responden yang disurvei mengaku mengetahui bahwa

Aerowisata Grand Hotel Preanger merupakan eco hotel di Kota Bandung,

sedangkan 76% tamu hotel lainnya belum mengetahui hal tersebut. Dari adanya
11

hasil temuan pra penelitian, tentu menjadi suatu permasalahan baru yang harus

diperhatikan Aerowisata Grand Hotel Preanger.

Citra sebagai hotel yang berwawasan lingkungan dapat membantu

promosi Aerowisata Grand Hotel Preanger dalam memperoleh konsumen yang

saat ini kian peduli terhadap isu lingkungan. Ini tentunya akan memberikan

dampak kepada tamu hotel secara langsung. Tamu hotel akan merasa bahwa

Aerowisata Grand Hotel Preanger bukan saja tempat akomodasi berbintang 5,

namun lebih dari itu tamu hotel memiliki kepuasan dalam dirinya bahwa mereka

telah terlibat dalam upaya menyelamatkan bumi.

Menurut Chattananon, Lawley (2007) dalam Regina dan Ugne (2001:537)

“Corporate image is formed by corporate marketing communication, corporate

social responsibility, and consumer demographic” Dimana corporate marketing

communication sebagai strategi pemasaran terdiri dari beberapa kegiatan

pemasaran lainnya seperti advertising, public relation, sales promotion, word of

mouth, termasuk green marketing. Untuk itu Aerowisata Grand Hotel Preanger

menggunakan strategi green marketing sebagai salah satu upaya untuk

menciptakan citra yang memenuhi komitmen lingkungan sebagai eco hotel.

Menurut Robert Dahlstrom (2011:5) “Green marketing is the development and

marketing of products designed to minimize negative effects on the physical

environment”. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa strategi green

marketing ini merupakan bagian dari pengembangan dan pemasaran produk-

produk yang dirancang untuk meminimalkan dampak negatif terhadap

lingkungan.
12

Sebagai salah satu bentuk dari tanggung jawab lingkungan, Aerowisata

Grand Hotel Preanger melihat bahwa kinerja dari strategi green marketing dapat

digunakan untuk membuat bisnis semakin kuat dalam menjalankan pelayanan dan

mekanisme kerja yang sesuai dengan standar internasional sehingga secara

keseluruhan akan berdampak kepada citra perusahaan. Setiap elemen dalam

sistem green marketing harus disiapkan, dioperasikan, dan dievaluasi secara detil.

Hal tersebut akan berdampak kepada tujuan Aerowisata Grand Hotel Preanger

dalam upaya meningkatkan room occupancy, serta menciptakan citra yang baik

sebagai eco hotel. Chinander (2001:8) mengungkapkan bahwa “Sertifikasi sistem

organisasi menunjukkan bahwa suatu perusahaan bertanggung jawab secara

sosial, sehingga meningkatkan citra perusahaan”.

Bentuk sosialisasi yang dilakukan Aerowisata Grand Hotel Preanger

kepada tamu hotel melalui strategi green marketing ini dilakukan dengan

pencantuman label sebagai “eco hotel” pada setiap ruangan baik itu dalam kamar

maupun public area termasuk pada amunitis hotel yang tersedia seperti

pemakaian pin eco hotel pada seragam karyawan, “save environment card” yang

diletakkan disetiap kamar, hingga himbauan untuk tamu hotel agar turut

berkontribusi dalam memelihara lingkungan yakni dengan meletakkan kartu

“save environment card” di atas tempat tidur jika ingin tempat tidur di tata ulang

tanpa penggantian sprei, serta penggantian handuk yang dilakukan hanya jika

tamu hotel meletakkan handuk di lantai atau bathtub.

Green marketing diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang

peduli terhadap keadaan lingkungan yang semakin hari kian mengkhawatirkan,

sehingga harapan-harapan tersebut dapat dipenuhi dengan baik dan menciptakan


13

kepercayaan terhadap kinerja serta image Aerowisata Grand Hotel Preanger itu

sendiri. Seperti yang dinyatakan oleh Chan (2001:145) bahwa “Environmental

protection is a vital management function, it is perceived as being instrumental in

the development of a positive corporate image and an important element to the

success of a business enterprise”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa, adanya kepedulian terhadap lingkungan merupakan suatu instrumental

dalam pengembangan citra perusahaan yang positif dan merupakan elemen

penting untuk keberhasilan perusahaan.

Pada umumnya penelitian di industri perhotelan mengenai strategi green

marketing belum banyak dilakukan. Adanya anggapan bahwa sebuah strategi

dilakukan hanya sebagai solusi atas permasalahan peningkatan jumlah occupancy

atau costumer satisfaction, sedangkan jika dilihat berdasarkan fenomena yang

sedang berkembang saat ini belum diketahui dengan baik bahwa strategi green

marketing memiliki pengaruh khususnya terhadap penciptaan corporate image.

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan, untuk

mengetahui pengaruh strategi green marketing dalam upaya menciptakan

corporate image di Aerowisata Grand Hotel Preanger Bandung sebagai eco hotel,

maka perlu diadakan penelitian tentang “PENCIPTAAN CORPORATE IMAGE

AEROWISATA GRAND HOTEL PREANGER BANDUNG SEBAGAI

ECO HOTEL MELALUI STRATEGI GREEN MARKETING” (survei pada

tamu yang menginap di Aerowisata Grand Hotel Preanger Bandung).


14

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran green marketing di Aerowisata Grand Hotel Preanger?

2. Bagaimana gambaran corporate image di Aerowisata Grand Hotel Preanger?

3. Bagaimana pengaruh strategi green marketing terhadap penciptaan corporate

image Aerowisata Grand Hotel Preanger sebagai eco hotel?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk memperoleh temuan mengenai:

1. Strategi green marketing di Aerowisata Grand Hotel Preanger Bandung

2. Corporate image di Aerowisata Grand Hotel Preanger Bandung sebagai eco

hotel

3. Sejauh mana pengaruh strategi green marketing dapat menciptakan corporate

image Aerowisata Grand Hotel Preanger Bandung sebagai eco hotel

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini terdiri dari dua jenis, antara lain:

1. Kegunaan Teoritis

Green marketing merupakan salah satu strategi pemasaran yang bisa

meningkatkan citra dari suatu perusahaan yang menjalankannya. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan dan masukan pada

pengembangan Ilmu Manajemen Pemasaran Pariwisata.


15

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini berguna sebagai bahan pertimbangan dan masukan yang dapat

memberikan manfaat dalam menyusun strategi pemasaran bagi pihak

manajemen Aerowisata Grand Hotel Preanger untuk mengambil kebijakan

yang berkaitan dengan strategi green marketing dalam meningkatkan citra

perusahaan.

You might also like