You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program pengelolaan penyakit kronis merupakan salah satu

sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang

dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas

kesehatan dan BPJS kesehatan dalam rangka pemeliharaan

kesehatan bagi peserta BPJS kesehatan yang menderita penyakit

kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya

pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Sasaran dari

program ini adalah peserta BPJS yang menderita penyakit kronis

salah satunya adalah hipertensi sehingga mencegah timbulnya

komplikasi penyakit (BPJS, 2014).

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang

akan memberi gejala lanjut ke suatu organ target seperti stroke

(untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah

jantung) dan hipertropi ventrikel kiri/ left ventrile hypertrophy (untuk

otot jantung). Penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan

sebesar 15 juta tetapi hanya 4% yang mampu mengendalikan

hipertensi. Hipertensi terkendali (controlled hypertension) adalah

mereka yang menderita hipetensi dan menyadari bahwa mereka

menderita hipertensi dan sedang berobat sehingga terkendali dari

kemungkinan serangan kenaikan tekanan darah yang berlebih.

1
2

Tingkat prevalensi sebesar 6-15% pada orang dewasa, sebesar

50% penderita tidak menyadari diri sebagai penderita hipertensi,

sebanyak 70% penderita hipertensi ringan sehingga diacuhkan

atau terabaikan, dan sebanyak 90% penderita hipertensi esensil

yaitu mereka dengan hipertensi yang tidak diketahui seluk beluk

penyebabnya, dengan demikian hipertensi disebut juga “Silent

killer” karena tidak mempunyai atau disadari akan keberadaanya

(Bustan, 2015).

Adapun gejala yang mengindikasikan terjadinya hipertensi

yaitu pusing, telinga berdengung, sulit tidur, sesak nafas, rasa berat

(kaku) ditenguk, mudah lelah, mata berkunang, dan mimisan

meskipun jarang dilaporkan. Pada umumnya tekanan darah akan

naik dengan bertambahnya umur terutama setelah umur 40 tahun.

Hal ini disebabkan oleh kaku dan menebalnya arteri karena

arteriosclerosis sehingga tidak dapat mengembang pada saat

jantung memompa darah melalui arteri tersebut (Faisalado

C.W&Cecep.T, 2013)

Hipertensi masih menjadi masalah utama di negara maju

maupun berkembang. Data WHO 2015 menunjukan sekitar 1,13

miliyar orang di dunia menderita hipertensi, artinya ada 1 dari 3

orang di dunia terdiagnosis menderita hipertensi, hanya 36,8% di

antaranya minum obat. Pusat data dan informasi Kementrian

Kesehatan RI tahun 2018 menyatakan alasan penderita hipertensi

2
3

tidak mengkonsumsi obat antihipertensi secara rutin adalah merasa

sudah sehat (59,8%), tidak rutin ke fasilitas pelayanan kesehatan

(31,3%), dan sisanya menjadi alasan lain seperti sering lupa, tidak

mampu membeli obat, dll. Sehingga, jumlah penderita hipertensi di

dunia terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan tahun 2025

akan ada 1,5 miliyar orang yang terkena hipertensi dan

diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat

hipertensi dan komplikasi (Kemenkes, 2018).

Pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan RI tahun

2018 menyatakan adanya penurunan rata-rata prevalensi

hipertensi berdasarkan hasil diagnosis dokter sebesar 9,4% pada

tahun 2013 menjadi 8,8% pada tahun 2018 dan penurunan pada

diagnosis menurut minum obat anti hipertensi yakni 9,5% pada

tahun 2013 menjadi 8,8% pada tahun 2019. Namun, pusat data

dan informasi Kementrian Kesehatan RI tahun 2018 menyatakan

pula adanya kenaikan rata-rata prevalensi hipertensi berdasarkan

pengukuran pada penduduk umur ≥18 tahun yakni sebesar 25,8%

pada tahun 2013 menjadi 34,1% pada tahun 2018. Prevalensi

hipertensi berdasarkan diagnosis dokter atau minum obat

antihipertensi pada penduduk ≥18 tahun Provinsi Jawa Barat

menduduki peringkat ke 9 sementara prevalensi hipertensi

berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk ≥18 tahun provinsi

3
4

Jawa barat menduduki peringkat ke 2 (Kementrian Kesehatan RI,

2018).

Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2017

mencatat prevalensi penderita hipertensi di kota Cimahi sebesar

8,70% (Dinas Kesehatan Jawabarat, 2017). Selanjutnya, profil

kesehatan Kota Cimahi 2018 mencatat kasus hipertensi sebanyak

34.872 orang dengan prevalensi pada perempuan sebanyak

25.559 dan laki-laki sebanyak 9.271 orang, data Dinas kesehatan

Kota Cimahi tahun 2018 dari 13 Puskesmas yang tercatat di Kota

Cimahi, Puskesmas Cigugur menduduki peringkat ke sembilan dan

memiliki angka kejadian hipertensi sebesar 6,72% (Dinkes Kota

Cimahi,2018). Puskesmas Cigugur dengan jumlah penduduk

75.259 jiwa, mempunyai catatan jumlah penderita hipertensi setiap

tahunnya, berdasarkan data Puskesmas Cigugur pada tahun 2018

hipertensi menduduki peringkat ke dua penyakit tidak menular

(Puskesmas Cigugur, 2018).

Berdasarkan hasil pengamatan indikator keberhasilan

PROLANIS tahun 2018 dan wawancara dengan pemegang

PROLANIS Puskesmas Cigugur memiliki beberapa cakupan yang

belum tercapai baik dari bidang internal maupun eksternal, selain

itu jumlah hipertensi yang semakin meningkat setiap tahunnya.

Dengan demikian, maka penulis mengemukakan laporan dengan

judul “Gambaran penatalaksanaan Program Pengelolaan Penyakit

4
5

Kronis (PROLANIS) terhadap penyakit hipertensi di Puskesmas

Cigugur tahun 2018”?

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui pelaksanaan PROLANIS hipertensi di Puskesmas

Cigugur tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam

pelaksanaan PROLANIS hipertensi di Puskesmas Cigugur.

b. Mampu menetapkan prioritas masalah utama dalam

pelaksanaan PROLANIS hipertensi di Puskesmas Cigugur.

c. Mampu menganalisis penyebab masalah dalam

pelaksanaan PROLANIS hipertensi di Puskesmas Cigugur.

d. Mampu mengajukan alternatif pemecahan masalah dalam

pelaksanaan PROLANIS hipertensi di Puskesmas Cigugur.

C. Manfaat Praktek Kesehatan Masyarakat

1. Bagi Mahasiswa

Mengaplikasikan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) di

Puskesmas Cigugur.

2. Bagi Puskesmas

5
6

Mengidentifikasi permasalahan kurangnya pencapaian program

yang belum mencapai target serta menemukan alternatif

pemecahan masalahnya.

3. Bagi Masyarakat

Dapat dijadikan sebagai salah satu sarana peningkatan

kesehatan masyarakat khususnya penderita hipertensi untuk

mencapai masyarakat yang sehat.

D. Waktu Pelaksanaan

Kegiatan Praktik Kesehatan Masyarakat (PKM) dilaksanakan

di Puskesmas Cigugur mulai tanggal 07 Januari sampai dengan 30

Januari 2018 selama 21 (dua puluh satu) hari kerja dengan 6

(enam) hari kerja setiap minggunya dan selama 8 jam per hari,

dengan mengikuti hari kerja Puskesmas Cigugur.

You might also like