You are on page 1of 16

TUGAS MAKALAH

PRODUKTIFITAS KOMUNITAS TUMBUHAN


MATAKULIAH EKOLOGI TUMBUHAN

Oleh:
AULIYAH RAMADHANI (210107502036)
INDAH NURUL IZZAH (210107500005)
HESTI EKA SAPUTRI (210107500011)
ANDI NURKANIA (210107502024)
GWYNETH OCTACLARISSA DIAN CRISTY (210107502033)
PENDIDIKAN BIOLOGI B 2021
DOSEN PENGAMPUH : Dr. Evi Restiana

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Produktivitas adalah laju produksi makhluk hidup dalam ekosistem.
Produktivitas ekosistem merupakan suatu indeks yang mengintegrasikan pengaruh
kumulatif dari banyak proses dan interaksi yang berlangsung simultan di dalam
ekosistem. Jika produktivitas pada suatu ekosistem hanya berubah sedikit dalam
jangka waktu yang lama maka hal ini menandakan kondisi lingkungan yang stabil,
tetapi jika terjadi perubahan yang dramatis, maka menunjukkan telah terjadi
perubahan lingkungan yang nyata atau terjadi perubahan yang penting dalam
interaksi di antara organisme-organisme yang menyusun ekosistem (Jordan, 1985).
Produktivitas adalah laju penambatan atau penyimpanan energi oleh suatu
komunitas atau ekosistem. Di dalam suatu ekosistem terdapat produsen dan
konsumen, sehingga dalam ekosistem juga ditemukan aspek produktivitas baik oleh
produsen (produktivitas produsen) maupun produktivitas konsumen. Produktivitas
pada arus produsen disebut produktivitas primer (dasar) sedangkan pada arus
konsu¬men disebut produktivitas sekunder.
1. Produktivitas Primer
Produktivitas primer adalah jumlah energi cahaya yang diubah menjadi
energi kimia (senyawa organik) oleh autotrof suatu ekosistem selama suatu
periode waktu tertentu. (campbell, 2004). Produktivitas primer dibedakan
atas produktivitas primer kasar (bruto) yang merupakan hasil asimilasi total,
dan produktivitas primer bersih (neto) yang merupakan penyimpanan energi
di dalam jaringan tubuh tumbuhan.

2. Produktivitas sekunder
Produktivitas sekunder adalah penggunaan energi pada hewan dan
mikroba (heterotrof). Produktivitas sekunder merupakan laju penambatan
energi yang dilakukan oleh konsumen. Pada produktivitas sekunder ini tidak
dibedakan atas produktivitas kasar dan bersih. Produktivitas sekunder pada
dasamya adalah asimilasi pada tingkatan konsumen.
Jika produktivitas suatu ekosistem hanya berubah sedikit dalam jangka
waktu yang lama maka hal itu menandakan kondisi lingkungan yang stabil, tetapi
jika perubahan yang dramatis maka menunjukkan telah terjadi perubahan
lingkungan yang nyata atau terjadi perubahan yang penting dalam interaksi di
antara organisme penyusun eksosistem. terjadinya perbedaan produktivitas pada
berbagai ekosistem dalam biosfer disebabkan oleh adanya faktor pembatas dalam
setiap ekosistem. Faktor yang paling penting dalam pembatasan produktivitas
bergantung pada jenis ekosistem dan perubahan musim dalam lingkungan.
Aliran energi di dalam ekosistem berhubungan dengan konsep produktivitas.
Tumbuh-tumbuhan berklorofil mampu menangkap energi cahaya dan mengolah
serta menyimpannya menjadi energi kimia berupa bahan organik. Energi kimia
yang disimpan oleh tumbuh-tumbuhan (produsen) disebut produksi atau lebih
khusus lagi produksi primer. Energi kimia ini merupakan energi pertama dari
bentuk penyimpanan energi. Kecepatan akumulasi energi pada produsen (autotrof)
dikenal sebagai produktivitas primer. Produktivitas primer adalah jumlah total
energi kimia berupa bahan organik yang dibentuk oleh tumbuh-tumbuhan per
satuan luas, per satuan waktu, sering ditulis dengan calori/cm2/tahun atau bahan
organik kering dalam gram/m2/tahun .
Metode ini merupakan metode paling awal dalam mengukur produktivitas
primer. Caranya adalah dengan memotong bagian tanaman yang berada di atas
permukaan tanah, baik pada tumbuhan yang tumbuh di tanah maupun yang tumbuh
di dalam air. Bagian tanaman yang dipotong selanjutnya dipanaskan sampai seluruh
airnya hilang atau beratnya konstan. Materi tersebut ditimbang, dan produktivitas
primer dinyatakan dalam biomassa per unit area per unit waktu, misalnya sebagai
gram berat kering/m2/tahun. Metode ini menunjukan perubahan berat kering
selama periode waktu tertentu. Metode ini memang tidak cocok untuk mengukur
produktivitas primer fitoplankton, karena ada beberapa kesalahan, misalnya
perubahan biomassa yang terjadi tidak hanya diakibatkan oleh produktivitas tetapi
juga berkurangnya fitoplankton karena pemangsaan oleh hewan-hewan pada trofik
di atasnya, atau mungkin jumlah fitoplankton berubah karena gerakan air dan
pengadukan. Metode ini umum dilakukan untuk lingkungan terestrial.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian produktivitas komunitas tumbuhan ?
2. Metode pengukuran produktivitas primer pada komunitas tumbuhan ?
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas komunitas tumbuhan ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui produktivitas komunitas tumbuhan
2. Memahami metode pengukuran produktivitas primer komunitas tumbuhan
3. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas komunitas
tumbuhan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian produktivitas komunitas tumbuhan


Produktifitas komunitas ttumbuhan adalah laju produksi suatu makhluk hidup
dalam ekosistem perairan. Produktivitas suatu ekosistem hanya berubah sedikit
dalam jangka waktu yang lama maka hal itu menandakan kondisi lingkungan yang
stabil, tetapi jika perubahan yang dramatis maka menunjukkan telah terjadi
perubahan lingkungan yang nyata atau terjadi perubahan yang penting dalam
interaksi di antara organisme penyusun eksosistem. Terjadinya perbedaan
produktivitas pada berbagai ekosistem dalam biosfer disebabkan oleh adanya faktor
pembatas dalam setiap ekosistem. Faktor yang paling penting dalam pembatasan
produktivitas bergantung pada jenis ekosistem dan perubahan musim dalam
lingkungan.
Produktivitas adalah laju penambatan atau penyimpanan energi oleh suatu
komunitas atau ekosistem. Di dalam suatu ekosistem terdapat produsen dan
konsumen, sehingga dalam ekosistem juga ditemukan aspek produktivitas baik oleh
produsen (produktivitas produsen) maupun produktivitas konsumen. Produktivitas
pada arus produsen disebut produktivitas primer (dasar) sedangkan pada arus
konsu¬men disebut produktivitas sekunder.
Produktivitas harus diukur selama waktu yang tepat, karena terdapat perbedaan
metabolisme selama siang dan malam hari. Perbedaan metabolisme juga terjadi
antar musim, oleh sebab itu pengukuran energi dalam skala tahunan. Berbagai
metode dilakukan untuk mengukur produktivitas primer, setiap prosedur memiliki
keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri. Salah satu metode dalam pengukuran
produktivitas primer yang biasa digunakan adalah metode pemanenan.
Menurut Jordan (1985) dalam Wiharto (2007) yaitu jika produktivitas suatu
ekosistem hanya berubah sedikit dalam jangka waktu yang lama maka hal itu
menandakan kondisi lingkungan yang stabil, tetapi jika perubahan yang dramatis
maka menunjukkan telah terjadi perubahan lingkungan yang nyata atau terjadi
perubahan yang penting dalam interaksi di antara organisme penyusun eksosistem.
Sedangkan menurut Campbell (2002) terjadinya perbedaan produktivitas pada
berbagai ekosistem dalam biosfer disebabkan oleh adanya faktor pembatas dalam
setiap ekosistem. Faktor yang paling penting dalam pembatasan produktivitas
bergantung pada jenis ekosistem dan perubahan musim dalam lingkungan. Hal ini
diperjelas dengan keadaan cuaca plot yang tidak menentu yaitu terkadang hujan dan
terkadang panas bahkan dalam satu hari bisa mengalami kedua cuaca tersebut.
Terjadinya hujan menyebabkan banyaknya nitrogen yang terfiksasi di udara, dan
turun ke bumi bersama air hujan sehingga membuat lahan menjadi subur.
Kelembaban pada plot yang diamati cukup tinggi dan merupakan faktor yang
mempengaruhi besarnya jumlah produktivitas. Hal ini diperkuat dengan teori
menurut Jordan (1995) dalam Wiharto (2007), tingginya kelembaban pada
gilirannya akan meningkatkan produktivitas mikroorganisme. Selain itu, proses lain
yang sangat dipengaruhi proses ini adalah pelapukan tanah yang berlangsung cepat
yang menyebabkan lepasnya unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Suhu
secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh pada produktivitas. Secara
langsung suhu berperan dalam mengontrol reaksi enzimatik dalam proses
fotosintetis, sehingga tingginya suhu dapat meningkatkan laju maksimum
fotosintesis.
Berbeda dengan kelompok lain, jumlah produktivitasnya lebih sedikit dari yang
praktikan dapatkan. Perbedaan ini disebabkan karena letak plot yang diamati
berbeda. Plot kelompok lain terletak di daerah yang menjadi jalan protokol orang-
orang dan daerah tersebut tidak terdapat tumbuhan lain disekitarnya. Plot praktikan
terletak di daerah yang bukan merupakan jalan protokol orang-orang dan terdapat
banyak tumbuhan lain disekitarnya. Daerah pengamatan praktikan juga merupakan
daerah yang terawat sehingga mendapat banyak nutrisi yang membuat rumput di
plot praktikan tummbuh dengan subur. Tetapi secara umum, jumlah produktivitas
kedua kelompok mengalami penurunan juga.
B. Metode Pengukuran Produktivitas Primer
Beberapa cara penentuan produktivitas primer adalah sebagai berikut:
1. Metode penuaian
Cara ini ditentukan berdasarkan berat pertumbuhan dari tumbuhan.
Dapat dinyatakan secara langsung berat keringnya atau kalori yang
terkandung, tetapi keduanya dinyatakan dalam luas dan priode waktu
tertentu. Metode ini mengukur produktivitas primer bersih. Metode
penuaian ini sangat cocok dan baik pada ekosistem daratan, dan biasanya
untuk vegetasi yang sederhana. Tetapi dapat pula di gunakan untuk
ekosistem lainya dengan syarat tumbuhan tahunan predominan dan tidak
terdapat rerumputan. Metode ini merupakan metode paling awal dalam
mengukur produktivitas primer.
Caranya adalah dengan memotong bagian tanaman yang berada diatas
permukaan tanah, baik pada tumbuhan yang tumbuh di tanah maupun yang
didalam air. Bagian yang di potong selanjutnya dipanaskan sampai seluruh
airnya hilang atau beratnya konstan. Materi tersebut ditimbang, dan
prodiktivitas primer di nyatakan dalam biomassa per unit area per unit waktu,
misalnya sebagai gram berat kering/ m2 /tahun.metode ini menunjukkan
perubahan berat kering selama priode waktu tertentu.
Metode penuaian memang tidak cocok untuk mengukur produktivitas
primer fitoplankton, karena ada beberapa kesalahan misalnya perubahan
biomasa yang terjadi tidak hanya diakibatkan oleh produktivitas tetapi juga
berkurangnya fitoplankton oleh hewan – hewan pada tropik diatasnya, atau
mungkin jumlah fitoplankton berubah karena gerakan air dan pengadukan.
Metode penuaian ini sangat sederhana, meskipun memiliki potensi – potensi
kesalahan- kesalahan : sistem akar kadang termasuk dalam perhitungan, dan
adanya hewan herbivora.
2. Metode penentuan oksigen
Oksigen merupakan hasil sampingan dari fotosintesis, sehingga ada
hubungan erat antara produktivitas dengan oksigan yang di hasilkan oleh
tumbuhan. Tetapi harus di ingat sebagian oksigen di manfaatkan oleh tumbuhan
tersebut dalam proses respirasi, dan harus di perhitungkan dalam penentuan
produktivitas. Metode ini sangat cocok dalam menentukan produktivitas primer
ekosistem perairan, dengan fitoplankton sebagai produsennya.
Caranya, dua contoh air yang mengandung ganggang di ambil pada
kedalaman yang relatif sama. Satu contoh di simpan di dalam botol bening dan
satunya lagi pada botol yang di cat hitam. Kandungan oksigen dari kedua botol
tadi sebelumnya ditentukan, kemudian di simpan dalam air yang sesuai dengan
kedalaman dan tempat pengambilan air tadi. Kedua botol tadi di biarkan selama
satu sampai 12 jam. Selama itu akan terjadi perubahan kandungan oksigen di
kedua botol tadi. Pada botol yang hitam terjadi proses respirasi yang
menggunakan oksigen, sedangkan pada botol yang bening akan terjadi baik
fotosintesis maupun respirasi.
Diasumsikan respirasi pada kedua botol relatif sama. Dengan demikian
produktivitas pada ganggang dapat di tentukan. Cara ini dinamakan juga dengan
metode ”botol terang dan gelap”. Metode-metode ini memiliki kelemahan-
kelemahan, yaitu hanya dapat di lakukan pada produsen mikro dan asumsi
respirasi pada kedua botol tadi sama adalah kurang tepat.
3. Metode pengukuran karbondioksida
Karbondioksida yang di pakai dalam fotosintesis oleh tumbuhan dapat di
pergunakan sebagai indikasi untuk produktivitas primer. Dalam hal ini seperti
juga pada metode penentuan oksigen proses respirasi harus di perhitungkan.
Metode ini cocok untuk tumbuhan darat dan dapat di pakai pada suatu organ
daun, seluruh bagian tumbuhan dan bahkan satu komunitas tumbuhan.
Seperti halnya metode botol gelap dan terang, metode CO2 ini juga
berdasarkan reaksi fotosintesis. Metode ini menggunakan pengukuran jumlah
CO2 yang digunakan untuk proses fotosinte¬sis. Metode ini sangat cocok untuk
ekosistem terestrial (daratan). Metode seperti ini telah lama digunakan oleh
para pakar fisiologi tumbuhan untuk mengukur laju fotosintesis. Biasanya
untuk metode CO2 ini diupayakan untuk dapat menutup seluruh komunitas
dengan penutup yang transparan (bening). Dengan penutup yang transparan
tersebut cahaya matahari masih dapat masuk sehingga fotosintesis dapat
berlangsung. Kemudian udara dialirkan kedalam ruangan tersebut, dan
kandungan CO2 dalam udara yang masuk dan keluar diukur. Dengan demikian
dapat diketahui banyaknya CO2 yang hilang karena digunakan untuk
fotosintesis. Sekarang telah ada alat khusus untuk metode ini. Dengan alat
tersebut, pekerjaan dapat lebih mudah dan lebih cepat dilaksanakan.
4. Metode radioaktif
Materi aktif yang dapat di identifikasi radiasinya di masukkan dalam sistem.
Misalnya karbon aktif (C14) dapat di introduksi melalui suplai karbondioksida
yang nantinya di asimilasikan oleh tumbuhan dan di pantau untuk mendapatkan
perkiraan produktivitas.
Teknik ini sangat mahal dan memerlukan peralatan yang canggih, tetapi
memiliki kelebihan dari metode lainya, yaitu dapat di pakai dalam berbagai tipe
ekosistem tanpa melakukan penghancuran terhadap ekosistem.
5. Metode penentuan klorofil
Metode ini pada dasarnya menggunakan kandungan klorofil dalam
komunitas sebagai indeks produktivitas. Mula-mula metode ini digunakan
untuk ekosistem perairan, tetapi dalam perkemban¬gannya juga dapat
digunakan untuk ekosistem daratan. Untuk ekosistem daratan jumlah klorofil
dinyatakan dalam setiap meter persegi, se-dangkan untuk ekosistem perairan
dinyatakan dalam satuan volume (liter).
Sekarang telah dikenal adanya alat-alat yang cukup canggih sehingga
pengukuran kandungan klorofil dapat dilakukan dengan mudah. Di perairan
(tawar maupun laut), hanya dengan memasuk¬kan alat tersebut pada kedalaman
tertentu, dapat dicatat kadar klorofil perairan pada berbagai kedalaman.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas komunitas
tumbuhan
Faktor yang paling penting dalam pembatasan produktivitas bergantung
pada jenis ekosistem dan pada perubahan musim pada lingkungan.
Produktivitas dalam ekosistem terrestrial umumnya berkolerasi dengan
presipitasi (curah hujan), suhu, dan intensitas cahaya. Misalnya, para petani
seringkali mengairin ladangnya, untuk meningkatkan produktivitas dalam
habitat di mana ketersediaan air membatasi aktivitas fotosintetik; panas dan
cahaya, serta air, disediakan bagi tumbuhan yang ditanam di rumah kaca.
Umumnya produktivitas semakin mendekati ekuator (katulistiwa) semakin
meningkat karena air, panas, dan cahaya lebih mudah tersedia di daerah tropis.
Beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah:
1. Cahaya
Cahaya merupakan sumber energi primer bagi ekosistem. Cahaya memiliki
peran yang sangat vital dalam produktivitas primer. Oleh karena hanya dengan
energi cahaya tumbuhan dan fitoplankton dapat menggerakkan mesin
fotosintesis dalam tubuhnya. Hal ini berarti bahwa wilayah yang menerima
lebih banyak dan lebih lama penyinaran cahaya matahari tahunan akan memiliki
kesempatan berfotosintesis yang lebih panjang sehingga mendukung
peningkatan produktivitas primer.
Pada ekosistem terestrial seperti hutan hujan tropis memilik produktivitas
primer yang paling tinggi karena wilayah hutan hujan tropis menerima lebih
banyak sinar matahari tahunan yang tersedia bagi fotosintesis dibanding dengan
iklim sedang . Sedangkan pada eksosistem perairan, laju pertumbuhan
fitoplankton sangat tergantung pada ketersediaan cahaya dalam perairan. Laju
pertumbuhan maksimum fitoplankton akan mengalami penurunan jika perairan
berada pada kondisi ketersediaan cahaya yang rendah.
2. Air, curah hujan dan kelembaban
Jumlah air yang tidak memadai menghambat semua proses metabolisme
termasuk fotosintesis karena stomata tertutup dan tumbuhan menjadi layu. Air
merupakan bahan dasar dalam proses fotosintesis, sehingga ketersediaan air
merupakan faktor pembatas terhadap aktivitas fotosintetik. Secara kimiawi, air
berperan sebagai pelarut universal, keberadaan air memungkinkan membawa
serta nutrien yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Air memiliki siklus dalam
ekosistem. Keberadaan air dalam ekosistem dalam bentuk air tanah, air
sungai/perairan, dan air di atmosfer dalam bentuk uap. Uap di atmosfer dapat
mengalami kondensasi lalu jatuh sebagai air hujan. Interaksi antara suhu dan air
hujan yang banyak yang berlangsung sepanjang tahun menghasilkan kondisi
kelembaban yang sangat ideal tumbuhan terutama pada hutan hujan tropis untuk
meningkatkan produktivitas.
Tingginya kelembaban pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas
mikroorganisme. Selain itu, proses lain yang sangat dipengaruhi proses ini
adalah pelapukan tanah yang berlangsung cepat yang menyebabkan lepasnya
unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Terjadinya petir dan badai selama
hujan menyebabkan banyaknya nitrogen yang terfiksasi di udara, dan turun ke
bumi bersama air hujan. Namun demikian, air yang jatuh sebagai hujan akan
menyebabkan tanah-tanah yang tidak tertutupi vegetasi rentan mengalami
pencucian yang akan mengurangi kesuburan tanah. Pencucian adalah penyebab
utama hilangnya zat hara dalam ekosistem.
3. Gas Karbondioksida
Karbondioksida diambil oleh tumbuhan dari udara melalui proses difusi,
dan pada kebanyakan tumbuhan, difusi ini terjadi melalui mulut daun (stomata)
yang biasanya terbuka pada waktu siang hari dan menutup pada waktu malam
hari. Karbondioksida diambil secara pasif dan dipengaruhi terutama oleh kadar
karbondioksida yang ada diluar dan dalam tumbuhan.
4. Nutrien
Tumbuhan membutuhkan berbagai ragam nutrient anorganik, beberapa
dalam jumlah yang relatif besar dan yang lainnya dalam jumlah sedikit. Pada
beberapa ekosistem terrestrial, nutrient organic merupakan faktor pembatas
yang penting bagi produktivitas. Produktivitas dapat menurun bahkan berhenti
jika suatu nutrient spesifik atau nutrient tunggal tidak lagi terdapat dalam
jumlah yang mencukupi. Nutrient spesifik yang demikian disebut nutrient
pembatas (limiting nutrient). Pada banyak ekosistem, nitrogen dan fosfor
merupakan nutrient pembatas utama, beberapa bukti juga menyatakan bahwa
CO2 kadang-kadang membatasi produktivitas.
5. Tanah
Potensi ketersedian hidrogen yang tinggi pada tanah-tanah tropis
disebabkan oleh diproduksinya asam organik secara kontinu melalui respirasi
yang dilangsungkan oleh mikroorganisme tanah dan akar (respirasi tanah). Jika
tanah dalam keadaan basah, maka karbon dioksida (CO2) dari respirasi tanah
beserta air (H2O) akan membentuk asam karbonat (H2CO3 ) yang kemudian
akan mengalami disosiasi menjadi bikarbonat (HCO3-) dan sebuah ion
hidrogen bermuatan positif (H+). Ion hidrogen selanjutnya dapat menggantikan
kation hara yang ada pada koloid tanah, kemudian bikarbonat bereaksi dengan
kation yang dilepaskan oleh koloid, dan hasil reaksi ini dapat tercuci ke bawah
melalui profil tanah.
Hidrogen yang dibebaskan ke tanah sebagai hasil aktivitas biologi, akan
bereaksi dengan liat silikat dan membebaskan aluminium. Karena aluminium
merupakan unsur yang terdapat dimana-mana di daerah hutan hujan tropis,
maka almuniumlah yang lebih dominan berasosiasi dengan tanah asam di
daerah ini. Sulfat juga dapat menjadi sumber pembentuk asam di tanah. Sulfat
ini dapat masuk ke ekosistem melalui hujan maupun jatuhan kering, juga
melalui aktivitas organisme mikro yang melepaskan senyawa gas sulfur. Asam
organik juga dapat dilepaskan dari aktivitas penguraian serasah.
6. Suhu
Laju proses kimia sangat ditentukan oleh keadaan suhu yang mana laju akan
maksimal pada temperature optimum. Suhu secara langsung ataupun tidak
langsung berpengaruh pada produktivitas. Secara langsung suhu berperan
dalam mengontrol reaksi enzimatik dalam proses fotosintetis, sehingga
tingginya suhu dapat meningkatkan laju maksimum fotosintesis. Suhu yang
optimum bagi tumbuhan adalah antara 220C sampai 370C. Temperatur yang
lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan
yang lambat atau berhenti. ( Sanjaya, 2012).
7. Jenis dan Umur Tumbuhan
Perbedaan laju pertumbuhan diantara jenis-jenis yang berkompetisi dalam
suatu ekosistem merupakan kejadian yang alami, dengan demikian akan terjadi
pula perbedaan produktivitas pada fase pertumbuhan yang berbeda atau pada
umur yang berbeda dari suatu jenis yang sama. Tumbuhan akan mencapai
produktivitas maksimal pada fase muda. Ketika tubuh tumbuhan meningkat,
energi yang difiksasi lebih banyak digunakan untuk mengelola tubuhnya.
Produktivitas yang berlebih digunakan untuk membentuk produktivitas bersih
yang secara teratur menurun dalam masa pemasakan.
8. Herbivora
Sekitar 10 % dari produktivitas vegetasi darat dunia dikonsumsi oleh
herbivora biofag. Persentase ini bervariasi menurut tipe ekosistem darat. Namun
demikian, bahwa akibat yang ditimbulkan oleh herbivore pada produktivitas
primer sangat sedikit sekali diketahui. Bahkan hubunga antar herbivore dan
produktivitas primer bersih kemungkinan bersifat kompleks, di mana konsumsi
sering menstimulasi produktivitas tumbuhan sehingga meningkat mencapai
tingkat tertentu yang kemudian dapat menurun jika intensitasnya optimum.
Walaupun defoliasi pada individu pohon secara menyeluruh sering sekali
terjadi, hal ini disebabkan oleh tingginya keanekaragaman di daerah hutan hujan
tropis. Selain itu, banyak pohon mengembangkan alat pelindung terhadap
herbivora melalui produksi bahan kimia tertentu yang jikadikonsumsi oleh
herbivora memberi efek yang kurang baik bagi herbivora.
9. Struktur dan Komposisi Komunitas
Struktur dan komposisi komunitas sangat menentukan produktivitas. bentuk
pohon, perdu dan herba yang hidup pada habitat yang sama, akan menghasilkan
produktivitas yang berbeda.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Produktivitas adalah laju penambatan atau penyimpanan energi oleh suatu
komunitas atau ekosistem. Di dalam suatu ekosistem terdapat produsen dan
konsumen, sehingga dalam ekosistem juga ditemukan aspek produktivitas
baik oleh produsen (produktivitas produsen) maupun produktivitas
konsumen. Produktivitas pada arus produsen disebut produktivitas primer
(dasar) sedangkan pada arus konsu¬men disebut produktivitas sekunder.
2. Beberapa cara penentuan produktivitas primer adalah sebagai berikut:
a. Metode penuaian
Cara ini ditentukan berdasarkan berat pertumbuhan dari tumbuhan.
Dapat dinyatakan secara langsung berat keringnya atau kalori yang
terkandung, tetapi keduanya dinyatakan dalam luas dan priode waktu
tertentu. Metode penentuan oksigen
b. Metode penentuan oksigen
Oksigen merupakan hasil sampingan dari fotosintesis, sehingga ada
hubungan erat antara produktivitas dengan oksigan yang di hasilkan
oleh tumbuhan.
c. Metode radioaktif
Materi aktif yang dapat di identifikasi radiasinya di masukkan dalam
sistem. Misalnya karbon aktif (C14) dapat di introduksi melalui suplai
karbondioksida yang nantinya di asimilasikan oleh tumbuhan dan di
pantau untuk mendapatkan perkiraan produktivitas.
d. Metode pengukuran karbondioksida
Karbondioksida yang di pakai dalam fotosintesis oleh tumbuhan
dapat di pergunakan sebagai indikasi untuk produktivitas primer. Dalam
hal ini seperti juga pada metode penentuan oksigen proses respirasi
harus di perhitungkan.
e. Metode penentuan klorofil
Metode ini pada dasarnya menggunakan kandungan klorofil dalam
komunitas sebagai indeks produktivitas.
10. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas komunitas tumbuhan
yaitu: Cahaya, Air, curah hujan dan kelembaban, Gas Karbondioksida,
Nutrien, Tanah, Suhu, Jenis dan Umur Tumbuhan, Struktur dan Komposisi
Komunitas
DAFTAR PUSTAKA

Dharmawan, Agus. 2005. Ekologi Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang.


Djamal,irwan.2007. Prinsip-prinsip Ekologi Ekosistem, Llingkungan dan
Pelestariannya. Jakarta:PT Bumi Aksara
Hadisubroto, Tisno. 1989. Ekologi Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Lumowa,V.T,Sonja.2012. Ekologi tumbuhan. Universitas Mulawarman:Samarinda
Odum, E. P., 1996. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM Press

You might also like