Professional Documents
Culture Documents
Laporan Amira Nur Fadiyah 195100907111047 Y5 Integrasi Ganda
Laporan Amira Nur Fadiyah 195100907111047 Y5 Integrasi Ganda
MEKANIKA STRUKTUR
Asisten:
1. Amelia Puspita Mega Pratiwi
2. Lutvia Nurlatipah
3. Muhammad Nur Solehuddin Wahid
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
• Dapat menganalisa defleksi balok dengan metode integrasi ganda
• Mengetahui dan memahami konsep defleksi pada pembebanan sederhana dan
cantilever
• Menerapkan free body diagram pada sketsa sistem pembebanan
BAB 2 DASAR TEORI
Disiapkan
Beban 1 dan 2
Ditimbang
Dimensi plat
Diukur
Diletakkan
beban pada titik
Hasil
Disiapkan
Beban 1 dan 2
Ditimbang
Dimensi plat
Diukur
Ditentukan titik
pembebanan
(1/3L, 2/3L, L)
Diukur
Diukur perubahan
tinggi (H1) dan
sudut
Hasil
2. Pembebanan sederhana
3. Beban
4. Timbangan digital
5. Penggaris
6. Busur
7. Jangka sorong
8. Statif
9. Plat
BAB 4 PEMBAHASAN
g = 9,81 m/s2
E = 7. 1010 N/m2
L (panjang) = 30 cm = 0,3 m
SUDUT DEFLEKSI
DEFLEKSI
MOMEN
SUDUT DEFLEKSI
DEFLEKSI
MOMEN
L (panjang) = 59 cm = 0,59 m
h (tebal) = 0,08 cm = 0,0008 m
SUDUT DEFLEKSI
𝑊𝑎𝑏 (𝑏+𝐿) 1,9031 (0,1475)(0,59−0,1475)(0,4425+0,59)
θ (1/4 L) = 6𝐿.𝐸𝐼
= 6 . 0,59 . 7.1010 . 1,4933.10−12
= 0,3466o
𝑊𝐿2 1,9031.(0,59)2
θ (1/2 L) = = = 0,3961o =
16𝐸𝐼 16 .7.1010 . 1,4933.10−12
DEFLEKSI
MOMEN
𝑊𝑎𝑏 1,9031 (0,1475)(0,4425)
M (1/4 L) = 𝐿
= 0,59
= 0,2105304 Nm
𝑊𝐿 1,9031 (0,59)
M (1/2 L) = 4
= 4
= 0,280707 Nm
DEFLEKSI
MOMEN
𝑊𝑎𝑏 2,119 (0,1475)(0,4425)
M (1/4 L) = 𝐿
= 0,59
= 0,2344 Nm
𝑊𝐿 2,119 (0,59)
M (1/2 L) = = = 0,3126 Nm
4 4
4.3 Momen yang Dihasilkan dari Perhitungan Sistem Pembebanan Cantilever dan
Pembebanan Sederhana
Pada perhitungan sistem pembebanan kantilever didapatkan nilai momen untuk beban 1
dan 2. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai momen adalah M = W x Ln, dimana W
adalah nilai massa beban 1 dan Ln adalah panjang dari perlakuan untuk beban 1. Pada
pembebanan kantilever terdapat tiga macam perlakuan yaitu 1/3L, 2/3L, dan L. Untuk
perlakuan pada 1/3L didapatkan nilai momen sebesar 0,19031 Nm. Untuk perlakuan pada
2/3L didapatkan nilai momen sebesar 0,38062 Nm. Untuk perlakuan pada L didapatkan nilai
momen sebesar 0,57093 Nm. Kemudian untuk beban ke 2 pada pembebanan kantilever
didapatkan tiga macam perlakuan yang sama. Untuk perlakuan pada 1/3L didapatkan nilai
momen sebesar 0,2119 Nm. Untuk perlakuan pada 2/3L didapatkan nilai momen sebesar
0,4238 Nm. Untuk perlakuan pada L didapatkan nilai momen sebesar 0,6357 Nm.
Terdapat juga perhitungan nilai momen pada sistem pembebanan sederhana yang
menggunakan rumus M = Wab/L, dimana W adalah nilai massa beban, a adalah panjang
dari letak beban terhadap penyangga, b adalah nilai panjang plat dikurangi dengan nilai a,
dan L adalah panjang dari plat. Pada perhitungan momen untuk pembebanan sederhana
dilakukan untuk masing-masing beban 1 dan 2 dengan tiga macam perlakuan yang sama
yaitu 1/4L, 1/2L, dan 3/4L. Pada beban 1 untuk perlakuan 1/4L didapatkan nilai momen
sebesar 0,2105304 Nm. Untuk perlakuan 1/2L didapatkan nilai momen sebesar 0,280707
Nm. Untuk perlakuan 3/4L didapatkan nilai momen sebesar 0,2105304 Nm. Pada beban 2
untuk perlakuan 1/4L didapatkan nilai momen sebesar 0,2344 Nm. Untuk perlakuan 1/2L
didapatkan nilai momen sebesar 0,3126 Nm. Untuk perlakuan 3/4L didapatkan nilai momen
sebesar 0,2344 Nm.
4.4 Perbandingan Defleksi yang Diperoleh dari Hasil Praktikum dengan Teoritis (Y
hitung) pada Sistem Pembebanan Cantilever dan Pembebanan Sederhana
Pada praktikum ini didapatkan nilai defleksi dari pembebanan kantilever dan
pembebanan sederhana untuk masing-masing beban dan setiap perlakuan. Nilai defleksi
yang didapatkan berupa nilai defleksi hasil praktikum dan nilai defleksi hasil perhitungan.
Pada pembebanan kantilever terdapat tiga macam perlakuan yaitu 1/3L, 2/3L, dan L. Untuk
beban 1, nilai defleksi yang diperoleh dari hasil praktikum yaitu 1/3L = 0,006, 2/3L = 0,042,
dan L = 0,117. Sedangkan untuk beban 2 nilai defleksi yang diperoleh dari hasil praktikum
yaitu 1/3L = 0,008, 2/3L = 0,05, dan L = 0,216. Kemudian terdapat nilai defleksi dari hasil
perhitungan yang menggunakan rumus y = WL3/3EI, dimana W adalah massa beban, L
adalah panjang dari letak beban terhadap penyangga, E adalah nilai modulus elastisitas, dan
I adalah nilai perhitungan dari dimensi plat. Pada beban 1 untuk perlakuan 1/3L didapatkan
nilai defleksi sebesar 0,00685. Untuk perlakuan 2/3L didapatkan nilai defleksi sebesar
0,0548. Untuk perlakuan L didapatkan nilai defleksi sebesar 0,185. Sedangakan untuk beban
2 didapatkan perhitungan nilai defleksi untuk perlakuan 1/3L sebesar 0,00763, untuk
perlakuan 2/3L sebesar 0,06103, dan untuk perlakuan L sebesar 0,20597.
Pada pembebanan sederhana juga didapatkan hasil nilai defleksi dari praktikum dan
perhitungan. Pada pembebanan sederhana terdapat tiga macam perlakuan yang terdiri dari
1/4L, 1/2L dan 3/4L. Untuk beban 1 nilai defleksi hasil praktikum didapatkan 1/4L = 0,007,
1/2L = 0,009, dan 3/4L = 0,005. Sedangkan untuk beban 2 didapatkan nilai defleksi hasil
praktikum yaitu 1/4L = 0,007, 1/2L = 0,01, dan 3/4L = 0,006. Kemudian untuk nilai defleksi
hasil perhitungan digunakan rumus y = Wa2b2/3EIL, dimana W adalah nilai massa beban, a
adalah adalah panjang dari letak beban terhadap penyangga, b adalah nilai panjang plat
dikurangi dengan nilai a, E adalah nilai modulus elastisitas, dan I adalah nilai perhitungan
dari dimensi plat, dan L adalah panjang dari plat. Pada beban 1 nilai defleksi perhitungan
yang didapatkan untuk 1/4L sebesar 0,0438, untuk 1/2L sebesar 0,0778, dan untuk 3/4L
sebesar 0,0438. Sedangkan pada beban 2 nilai defleksi perhitungan yang didapatkan untuk
1/4L sebesar 0,0488, untuk 1/2L sebesar 0,086, dan untuk 3/4L sebesar 0,0488.
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
Jarak
Beban 2 Beban 1
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Jarak dengan Momen pada Pembebanan Kantilever
Sumber: Data diolah, 2021
Pada gambar 4.3 menggambarkan tentang grafik hubungan jarak dengan momen
pada pembebanan kantilever. Terlihat bahwa pada grafik terdapat suatu hubungan yang
berbanding lurus, dimana semakin jauh jarak letak beban di plat dengan penyangganya
maka nilai momen yang dihasilkan juga semakin besar. Apabila hasil grafik dibandingkan
dengan literatur dapat diketahui bahwa kesimpulan yang didapatkan yaitu hubungan
antara jarak dengan momen pada pembebanan kantilever berbanding lurus (Mufid,
2015).
0,2
0,15 Beban 1
0,1 Beban 2
0,05
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
Jarak
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Jarak dengan Momen pada Pembebanan Sederhana
Sumber: Data diolah, 2021
Pada gambar 4.4 menggambarkan tentang grafik hubungan jarak dengan momen
pada pembebanan sederhana. Terlihat bahwa pada grafik terdapat suatu hubungan yang
berbanding lurus, dimana semakin jauh jarak letak beban di plat dari penyangganya
maka nilai momen yang dihasilkan juga semakin besar. Pada grafik tersebut untuk titik
kedua pada beban 1 dan 2 memiliki nilai momen yang terbesar karena titik tersebut
adalah titik yang paling jauh dari kedua penyangga pada pembebanan sederhana.
Apabila hasil grafik dibandingkan dengan literatur dapat diketahui bahwa kesimpulan
yang didapatkan yaitu hubungan antara jarak dengan momen pada pembebanan
sederhana berbanding lurus (Mufid, 2015).
0,6
0,5
0,4
BEBAN 1
0,3
BEBAN 2
0,2
0,1
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Jarak dengan Defleksi pada Pembebanan Kantilever
Sumber: Data diolah, 2021
Pada gambar 4.5 menunjukkan tentang grafik hubungan jarak dengan defleksi
pada pembebanan kantilever. Terlihat bahwa pada grafik terdapat suatu hubungan yang
berbanding lurus, dimana semakin jauh jarak letak beban di plat dengan penyangganya
maka nilai defleksi yang dihasilkan juga semakin besar. Apabila hasil grafik dibandingkan
dengan literatur dapat diketahui bahwa kesimpulan yang didapatkan yaitu hubungan
antara jarak dengan defleksi pada pembebanan kantilever berbanding lurus (Mufid,
2015).
0,3
0,25
0,2
BEBAN 1
0,15
BEBAN 2
0,1
0,05
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Jarak dengan Defleksi pada Pembebanan Sederhana
Sumber: Data diolah, 2021
Pada gambar 4.6 menggambarkan tentang grafik hubungan jarak dengan defleksi
pada pembebanan sederhana. Terlihat bahwa pada grafik terdapat suatu hubungan yang
berbanding lurus, dimana semakin jauh jarak letak beban di plat dari kedua penyangga,
maka nilai defleksi yang dihasilkan juga semakin besar. Pada grafik tersebut untuk titik
kedua pada beban 1 dan 2 memiliki nilai defleksi yang terbesar karena pada titik tersebut
memiliki jarak yang paling jauh dari kedua penyangga pada pembebanan sederhana.
Apabila hasil grafik dibandingkan dengan literatur dapat diketahui bahwa kesimpulan
yang didapatkan yaitu hubungan antara momen dengan defleksi pada pembebanan
sederhana berbanding lurus (Mufid, 2015).
Gambar 4.7 Grafik Hubungan Momen dengan Defleksi pada Pembebanan Kantilever
Sumber: Data diolah, 2021
Pada gambar 4.7 menunjukkan tentang grafik hubungan momen dengan defleksi
pada pembebanan kantilever. Terlihat bahwa pada grafik terdapat suatu hubungan yang
berbanding lurus, dimana semakin besar nilai momen yang dihasilkan, maka nilai
defleksi juga semakin besar. Apabila hasil grafik dibandingkan dengan literatur dapat
diketahui bahwa kesimpulan yang didapatkan yaitu hubungan antara momen dengan
defleksi pada pembebanan kantilever berbanding lurus (Mufid, 2015).
Gambar 4.8 Grafik Hubungan Momen dengan Defleksi pada Pembebanan Sederhana
Sumber: Data diolah, 2021
Pada gambar 4.8 menggambarkan tentang grafik hubungan momen dengan
defleksi pada pembebanan sederhana. Terlihat bahwa pada grafik terdapat suatu
hubungan yang berbanding lurus, dimana semakin besar nilai momen yang didapatkan,
nilai defleksi juga semakin besar dan begitu pula sebaliknya. Apabila hasil grafik
dibandingkan dengan literatur dapat diketahui bahwa kesimpulan yang didapatkan yaitu
hubungan antara momen dengan defleksi pada pembebanan sederhana berbanding
lurus (Mufid, 2015).
4.7 Hubungan Antara Beban dengan Defleksi pada Sistem Pembebanan Cantilever dan
Pembebanan Sederhana
Didapatkan suatu hubungan antara beban dengan defleksi pada sistem pembebanan
kantilever dan pembebanan sederhana, dimana semakin besar suatu massa beban maka
nilai defleksi yang dihasilkan juga semakin besar. Namun didapatkan perbedaan antara
sistem pembebanan kantilever dan pembebanan sederhana. Untuk pembebanan kantilever
penyangga yang digunakan untuk menopang plat hanya satu. Hal tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya suatu defleksi yang sangat besar apabila beban diletakkan pada
ujung plat tanpa penyangga. Berbeda halnya dengan sistem pembebanan sederhana,
dimana terdapat dua penyangga yang menopang plat. Untuk nilai defleksi yang dihasilkan
tidak mungkin lebih besar daripada pembebanan kantilever dikarenakan terdapat penyangga
pada kedua ujung plat yang menyangganya. Semakin jauh letak beban dengan suatu
penyangga plat maka nilai defleksi yang dihasilkanpun juga semakin besar. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa hubungan antara beban dengan defleksi adalah berbanding lurus,
dimana semakin besar massa beban maka semakin besar pula nilai defleksi dan begitu pula
sebaliknya (Mufid, 2015).
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum dengan judul materi metode integrasi ganda untuk analisa defleksi balok
dilakukan suntuk memahami konsep defleksi pada pembebanan sederhana dan kantilever,
memahami cara menganalisa defleksi balok dengan metode integrasi ganda, dan
menerapkan free body diagram untuk sketsa hasil sistem pembebanan. Untuk praktikum ini
dilakukan 2 sistem pembebanan yaitu kantilever dan sederhana dengan masing-masing
sistem pembebanan terdapat 3 perlakuan yang berbeda pada letak titik beban. Dilakukan
praktikum dan perhitungan pada masing-masing perlakuan dan sistem pembebanan untuk
kedua macam beban, yaitu beban 1 dan 2. Dari hasil praktikum tersebut didapatkan hasil
praktikum, hasil perhitungan, free body diagram, dan grafik hubungan. Pada free body
diagram diperoleh sketsa perlakuan untuk masing-masing beban pada setiap pembebanan,
dimana dapat disimpulkan bahwa semakin jauh letak posisi beban dari penyangga akan
menghasilkan nilai defleksi yang besar pula dan begitu pula sebaliknya. Untuk grafik
hubungan sendiri diperoleh tiga macam hubungan yaitu hubungan antara jarak dengan
momen, jarak dengan defleksi, dan momen dengan defleksi. Pada setiap grafik hubungan
tersebut didapatkan juga grafik untuk setiap sistem pembebanan. Dari semua hasil grafik
yang didapatkan untuk masing-masing beban dan sistem pembebanan dapat ditarik
kesimpulan bahwa hubungan yang didapatkan berupa berbanding lurus. Hal tersebut
dikarenakan hasil yang didapatkan dari perhitungan menampilkan bahwa semakin jauh jarak
suatu letak beban di plat dari penyangga maka nilai momen dan defleksi juga akan semakin
besar dan begitu pula sebaliknya.
Akbar, A., dan Isworo, H. 2018. Analisis Defleksi Engine Stand Suzuki Vitara Dengan
Metode Simulasi. Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur. 6(1): 13-16.
Aviani, I., Erceg, N., dan Mešić, V. 2015. Drawing and using free body diagrams: Why it may
be better not to decompose forces. Physical Review Physics Education Research.
11(2): 1-14.
Fiqih, A. Z. 2019. Analisa Lendutan Balok Wide Flange Dengan Metode Analitis Dan Fem
[Skripsi] .Gowa: Universitas Hasanuddin.
Jasron, J. U. 2015. Analisis Pengaruh Letak Beban Terhadap Defleksi Balok Segi Empat
Dengan Tumpuan Engsel - Roll - Roll. Jurnal rekayasa Mesin. 6(3): 167-170.
Kanira, W., Noviani, E., dan Satyahadewi, N. 2015. Pemodelan Matematika Dari
Perambatan Retak Pemodelan Matematika Dari Perambatan Retak. Buletin Ilmiah
Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster). 4(1): 77-84.
Koten, V. K., dan Hasan, D. 2014. Penentuan Hubungan Antara Defleksi Lateral dan Radial
Poros Baja Pada Berbagai Jenis Tumpuan Secara Teoritik. Jurnal Ilmiah Teknik
Mesin Cylinder. 1(1): 57-63.
Mardini, A., Djamas, D., dan Putra, A. 2018. Dampak Penerapan Free Body Diagram
Terhadap kemampuan Peserta Didik Menyelesaikan Soal-Soal Hukum Newton
Dalam Pembelajaran Fisika SMA. Pillar of Physics Education. 11(2): 65-72.
Mufid, I. 2015. Analisis Dinamik Sudut Defleksi Pada Model Vibrasi Dawai [Skripsi]. Malang:
Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Selleng, k. 2018. Analisis Defleksi Pada Material Baja Ringan Dengan Menggunakan Plat
Penguat. Jurnal Mekanikal. 9(1): 830-838.
Tuwanakotta, E. 2017. The Effect of Cyclic Load on Steel Cantilever. Jurnal Karkasa. 3(1): 7-
19.
Wiyono, D. R., dan Trisina, W. 2013. Analisis Lendutan Seketika Dan Lendutan Jangka
Panjang Pada Struktur Balok. Jurnal Teknik Sipil. 9(1): 1-83.
LAMPIRAN
DATA HASIL PRAKTIKUM
g = 9,81 m/s2
E = 7. 1010 N/m2
L (panjang) = 30 cm = 0,3 m
SUDUT DEFLEKSI
DEFLEKSI
SUDUT DEFLEKSI
DEFLEKSI
MOMEN
L (panjang) = 59 cm = 0,59 m
SUDUT DEFLEKSI
𝑊𝑎𝑏 (𝑏+𝐿) 1,9031 (0,1475)(0,59−0,1475)(0,4425+0,59)
θ (1/4 L) = 6𝐿.𝐸𝐼
= 6 . 0,59 . 7.1010 . 1,4933.10−12
= 0,3466o
𝑊𝐿2 1,9031.(0,59)2
θ (1/2 L) = 16𝐸𝐼 = 16 .7.1010 . 1,4933.10−12
= 0,3961o =
DEFLEKSI
MOMEN
𝑊𝑎𝑏 1,9031 (0,1475)(0,4425)
M (1/4 L) = 𝐿
= 0,59
= 0,2105304 Nm
𝑊𝐿 1,9031 (0,59)
M (1/2 L) = 4
= 4
= 0,280707 Nm
SUDUT DEFLEKSI
𝑊𝑎𝑏 (𝑏+𝐿) 2,119 (0,1475)(0,59−0,1475)(0,4425+0,59) 0,142799
θ (1/4 L) = = = = 0,3859o
6𝐿.𝐸𝐼 6 . 0,59 . 7.1010 . 1,4933.10−12 0,3700397
𝑊𝐿2 2,119.(0,59)2 0,7376739
θ (1/2 L) = = = = 0,441o
16𝐸𝐼 16 .7.1010 . 1,4933.10−12 1,672496
DEFLEKSI
MOMEN
𝑊𝑎𝑏 2,119 (0,1475)(0,4425)
M (1/4 L) = 𝐿
= 0,59
= 0,2344 Nm
𝑊𝐿 2,119 (0,59)
M (1/2 L) = 4
= 4
= 0,3126 Nm
PEMBEBANAN CANTILEVER
PEMBEBANAN SEDERHANA
JARAK-MOMEN
MOMEN DEFLEKSI
JARAK-DEFLEKSI
0,6
0,5
0,4
BEBAN 1
0,3
BEBAN 2
0,2
0,1
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
GRAFIK HUBUNGAN JARAK DAN DEFLEKSI SISTEM
PEMBEBANAN SEDERHANA
0,35
0,3
0,25
0,2
BEBAN 1
0,15
BEBAN 2
0,1
0,05
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5