You are on page 1of 11

Model Pengelolaan Kelas…

Hisbollah, Budiyanto, Mudjito

MODEL PENGELOLAAN KELAS DI SEKOLAH DASAR INKLUSI


KABUPATEN BOJONEGORO

Hisbollah
Pendidikan Luar Biasa, Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya
hisbollah.19002@mhs.unesa.ac.id

Budiyanto, Mudjito
Pendidikan Luar Biasa, Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya
budiyanto@unesa.ac.id, mudjitomudjito@unesa.ac.id

Abstract
The management of the learning process in inclusive schools is different from regular schools in
general. This is because the presence of students with special needs in inclusive schools causes
learning in the classroom to be managed specifically. This study aims to describe classroom
management for students with special needs, as well as aspects of the support system in managing
inclusive classes at SD Muhammadiyah 3 ICP and SD Islam Terpadu Bojonegoro. This study uses
a descriptive qualitative self-report research method. The results showed that classroom
management in inclusive schools at SD Muhammadiyah 3 ICP and SD Islam Terpa in the
interaction aspect of regular students and special needs all teachers were able to interact in
speaking, listening, and non-verbally, while in writing it was not applied. Meanwhile, in terms of
setting the physical condition of the class, it is adequate, although in terms of infrastructure there
are still many things that need to be improved, especially media for students with special needs,
the unavailability of resource rooms, and the unavailability of high and low-stimulus spaces.

Keywords: classroom management, inclusive schools, primary schools

Abstrak
Pengelolaan proses pembelajaran di sekolah inklusi berbeda dengan sekolah reguler pada
umumnya. Hal ini dikarenakan keberadaan peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah inklusi
menyebabkan pembelajaran di dalam kelas harus dikelola secara khusus. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan pengelolaan kelas pada peserta didik berkebutuhan khusus, serta aspek
sistem dukungan dalam pengelolaan kelas inklusi di SD Muhammadiyah 3 ICP dan SD Islam
Terpadu Bojonegoro. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif self-
report. Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan kelas di sekolah inklusi SD Muhammadiyah 3
ICP dan SD Islam Terpa pada aspek interaksi peserta didik reguler dan berkebutuhan khusus
seluruh guru sudah mampu berinteraksi dalam berbicara, mendengarkan, dan non verbal,
sedangkan secara tertulis tidak diterapkan. Sedangkan dalam hal pengaturan kondisi fisik kelas
sudah memadai, meskipun dalam hal sarana prasarana masih banyak yang perlu ditingkatkan
khususnya media untuk peserta didik berkebutuhan khusus, belum tersedianya ruang sumber,
serta belum tersedianya ruang berstimulus tinggi dan rendah.

Kata kunci: pengelolaan kelas, sekolah inklusif, sekolah dasar

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu upaya penting bagi semua anak, termasuk juga pada anak
yang direncanakan guna meningkatkan kualitas berkebutuhan khusus. Upaya yang dilakukan oleh
sumber daya manusia bangsa Indonesia agar dapat pemerintah sebagai salah satu langkah pemerataan
menjadi pribadi yang mandiri. Pendidikan menjadi dan peningkatan kualitas pendidikan bagi semua
salah satu upaya yang dilakukan untuk mendidik dan anak adalah dengan mengadakan program
mengarahkan anak bangsa menjadi lebih berkualitas. pendidikan inklusif. Sekolah inklusif menerima
Di Indonesia pendidikan diberikan secara merata siswa berkebutuhan khusus untuk belajar dalam

10
GRAB KIDS: Journal of Special Education Need Volume 2 Nomor 1 Tahun 2022
e-ISSN: 2776-8767 Halaman: 010-020

setting kelas yang sama dengan siswa lain pada kebutuhan pendidikan khusus, kita berbicara tentang
sekolah reguler. Upaya ini dilakukan agar siswa kelas inklusif yang mewakili lingkungan pendidikan
berkebutuhan khusus dapat belajar dan berinteraksi yang terbuka untuk semua tanpa diskriminasi dan
bersama-sama dengan siswa lain seusianyaa. prasangka (yaitu untuk anak-anak dengan kebutuhan
Salah satu tujuan pengadaan pendidikan inklusif pendidikan khusus serta anak-anak yang kurang
adalah untuk memberikan akomodasi pada setiap beruntung secara sosial, orang asing, dll).
perbedaan yang dimiliki oleh siswa, baik siswa Pendidikan inklusif merupakan sistem yang
reguler maupun siswa berkebutuhan khusus. Ilahi dibentuk sebagai upaya untuk memberikan hak dasar
(2013), menjelaskan bahwasanya pendidikan inklusi bagi setiap anak sebagai warga negara berupa
merupakan layanan pendidikan yang menfasilitasi pendidikan. Konsep dari pendidikan inklusif pada
dan memberikan layanan pada anak berkebutuhan dasarnya yaitu dilaksanakan secara terbuka dan
khusus agar dapat belajar dan berinterakdi dengan menerima siswa. Konsep ini menjadi salah satu
siswa seusianya pada sekolah-sekolah terdekat. gagasan implementasi dari pendidikan universal
Dengan adanya sistem pendidikan inklusif sehingga dapat mewujudkan sekolah yang responsif
harapannya dapat memberikan kesempatan bagi anak terhadap keberagaman dan kebutuhan yang dimiliki
berkebutuhan khusus untuk mengoptimalkan setiap oleh siswanya. Oleh karena itu, pendidikan inklusif
potensi yang dimilikinya. Adapun Landasan menjamin keterlibatan peserta didik berkebutuhan
pendidikan inklusif di Indonesia diatur dalam khusus dalam kehidupan sekolah secara menyeluruh.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Terdapat beberapa hal yang menjadi pedoman
Indonesia No. 70 tahun 2009 pasal 3 ayat 1 yang wajib bagi setiap sekolah penyelenggara pendidikan
berbunyi “Setiap peserta didik yang memiliki inklusif berdasarkan Permendiknas No.70 tahun
kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau 2009. Aturan tersebut berisi tentang beberapa
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa komponen yang harus ada pada sistem pendidikan
berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada inklusif diantaranya adalah peserta didik, identifikasi
satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan asesmen, kurikulum, ketenagaan, kegiatan
dan kemampuannya”. pembelajaran, sistem kenaikan kelas, sarana dan
Upaya nyata yang telah dilakukan oleh prasarana, manajemen sekolah, pembiayaan,
Direktoran PKLK diantaranya adalah menyalurkan penghargaan dan sanksi serta pemberdayaan
Banper (bantuan pemerintah) pada Pokja (kelompok masyarakat.
kerja) pelaksana pendidikan inklusif di wilayan Selain itu, beberapa hal penting yang harus
kabupaten/kota dan provinsi. Sebagai tindak lanjut diperhatikan dalam pelaksanaan pendidikan inklusif
dari penyaluran dana tersebut, Pokja penerima dana adalah adanya sistem pengelolaan kelas. Hal ini
wajib melakukan gerakan untuk menggencarkan dikarenakan sangat berpengaruh pada proses
sistem pendidikan inkusif di masyarakat dan lembaga pembelajaran yang diberikan pada anak
pemerintahan. Hasil kinerja yang telah dilakukan, berkebutuhan khusus. Tujuan dibentuknya
hingga saat ini telah tercatat sebanyak 113 pengelolaan kelas adalah untuk mempermudah guru
kabupaten/kota dan 12 provinsi telah menyatakan dalam melaksanakan dan mengatur pelaksanaan
diri sebagai kota/kabupaten dan provinsi inklusif. pembelajaran di kelas secara efektif dan efisien.
Pendidikan inklusif berupaya memberikan Sebenarnya pengelolaan kelas pada setting
pelayanan terbaik sebagai upaya mengakomodasi pendidikan inklusif sudah diatur dalam pedoman
kebutuhan pada anak berkebutuhan khusus. Umum Penyelenggaraan pendidikan inklusif tahun
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh oleh 2011. Berdasarkan pedoman tersebut menjelaskan
Garnida (2015), yang menjelaskan bahwa dalam bahwa pengelolaan pembelajaran pada pendidikan
sistem pendidikan inklusif, sekolah harus siap inklusif diantaranya terdiri dari pelaksanaan dalam
menerima bagaimanapun kondisi siswa dan dapat kelas reguler dengan pendampingan GPK (Guru
memberikan fasilitas serta memenuhi kebutuhan Pendamping Khusus), kelas reguler penuh, dan kelas
pembelajarannya. Bendová in Skutil, Zikl et al., khusus. Hermanto (2010), menjelaskan bahwa
(2011), dalam konteks mendidik anak-anak dengan pengelolaan kelas inklusif penting bagi siswa

11
Model Pengelolaan Kelas…
Hisbollah, Budiyanto, Mudjito

berkebutuhan khusus agar pembelajaran dapat lebih Pembelajaran yang dilaksanakan setiap hari
nyaman dan bermakna. pada satu ruang kelas yang sama antara anak normal
Implementasi penyelenggaraan pendidikan dengan anak berkebutuhan khusus dalam satu ruang
inklusif sudah marak di seluruh Indonesia, salah kelas yang sama. Namun bagi beberapa anak yang
satunya di Kabupaten Bojonegoro. Kabupaten mengalami lambat belajar diberikan adanya
Bojonegoro adalah salah satu kabupaten di Jawa pendampingan dan berbagai optimalisasi
Timur yang menjadi kabupaten yang mendukung kemampuan belajarnya, salah satunya dalam bentuk
program penyelenggaraan pendidikan inklusif. Hal mengadakan remidi. Berdasarkan pengamatan awal
ini didasarkan pada Surat Keputusan Bupati yang telah dilakukan guru kelas mengalami kesulitan
Bojonegoro tentang Penyelenggaraan Pendidikan dalam melibatkan siswa berkebutuhan khusus secara
Inklusif di Kabupaten Bojonegoro No. 38 tahun aktif dalam pembelajaran. Kesulitan yang ditemui
2013. Data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan diantaranya pada aspek pemilihan teknis dan metode
Bojonegoro tahun 2018 menyebutkan bahwa pengajaran yang sesuai pada setiap siswa
terdapat 1.090 anak berkebutuhan khusus yang berdasarkan dengan kondisinya.
bersekolah di sekolah pendidikan inklusif dengan Kemudian yang kedua yaitu Sekolah Dasar
jumlah 1.239 sekolah penyelanggara pendidikan Islam Terpadu Bojonegoro sebagai penyelenggara
inklusif. Adapun rincian dari sekolah inklusif pendidikan inklusif sejak tahun pelajaran 2014/2015.
tersebut yaitu jenjang TK sebanyak 312 lembaga, SD Sesuai dengan hasil observasi awal kami di SD Islam
sebanyak 737 lembaga, SMP sebanyak 84 lembaga Terpadu. Hasil wawancara dengan kepala sekolah
dan masing-masing 53 lembaga untuk SMA dan bahwa sebenarnya problematika yang dialami
SMK. Sekolah-sekolah tersebut sudah mempunyai sekolah penyelenggara inklusif hampir sama dengan
SK sebagai penyelenggara pendidikan inklusif. SD Muhammadiyah 3 ICP Sumberrejo yaitu tidak
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di ada guru pengajar yang berlatar belakang pendidikan
Kabupaten Bojonegoro, terdapat dua sekolah luar biasa sebagai guru pendamping khusus sehingga
penyelenggara pendidikan inklusif antara lain, SD pihak sekolah menunjuk guru lulusan PGSD sebagai
Muhammadiyah 3 ICP Kecamatan Sumberrejo, dan pengajar anak berkebutuhan khusus. Karakteristik
SD Islam Terpadu Bojonegoro. SD Muhammadiyah anak berkebutuhan khusus yang bermacam-macam
3 ICP Kecamatan Sumberrejo sudah sehingga guru merasa kesulitan dalam pengelolaan
menyelenggarakan pendidikan inklusif semenjak kelas saat pembelajaran. Belum lagi pada saat
tahun ajaran 2013-2014 yang sudah terhitung selama pembelajaran berlangsug siswa reguler juga sering
7 tahun menerima anak berkebutuhan khusus belajar membuly siswa siswi berkebutuhan khusus pada saat
bersama anak reguler. Pada saat ini memiliki peserta pembelajaran berlangsung sehingga proses
didik berkebutuhan khusus, lamban bicara, anak autis pembelajaran tidak kondusif dan pembelajaran tidak
dan lamban belajar. terlaksana secara optimal. Selain itu kurangnya
Observasi awal hasil wawancara dengan kepala sarana prasarana penunjang pembelajaran ABK
sekolah di SD Muhammadiyah 3 ICP Sumberrejo seperti ruang sumber,media-media pembelajaran
pembelajaran di sekolah ini menggunakan kurikulum yang terbatas serta aksesbilitas di sekolah yang
sekolah reguler umum. Guru yang ada di sekolah belum ada juga sebagai problematika di SD
tersebut juga beragam yang terdiri dari guru kelas Muhammadiyah 3 dam ICP Sumberrejo
umum yang berlatar belakang pendidikan sekolah Berdasarkan hasil observasi awal yang telah
umum non PLB, guru pembimbing khusus (GPK), saya laksanakan dapat disimpulkan bahwa terdapat
guru pendamping, dan juga guru kunjung yang beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
memiliki keterampilan kerumahtanggaan, pengelolaan kelas pada peserta didik berkebutuhan
keterampilan, dan juga kesenian. Proses khusus. Salah satu masalah utama yang ada adalah
pembelajaran yang dilakukan pada sekolah tersebut adanya perbedaan kemampuan yang dimiliki siswa
setiap hari dilakukan secara bersama antara siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus, sehingga
reguler dan siswa berkebutuhan khusus dalam satu pengelolaan pembelajaran juga harus dilakukan
ruang kelas yang sama. secara berbeda disesuaikan dengan kebutuhan dan

12
GRAB KIDS: Journal of Special Education Need Volume 2 Nomor 1 Tahun 2022
e-ISSN: 2776-8767 Halaman: 010-020

kondisi yang ada. Pembelajaran bagi anak Manajemen Kelas Proaktif. Dengan demikian dalam
berkebutuhan khusus harus lebih disederhanakan penelitian ini, peneliti tertarik untuk melakukan
agar lebih bermakna dan dapat dipahami dengan baik penelitian mengenai model pengelolaan kelas di
oleh anak. Berkaitan dengan hal tersebut, setiap sekolah dasar inklusif Kabupaten Bojonegoro.
elemen yang ada di sekolah, baik tenaga pendidik
maupun kependidikan harus bekerja sama dan METODE
berkolaborasi untuk menerapkan sistem pendidikan Penelitian ini menggunakan pendekatan
inklusif secara menyeluruh. penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif
Jumlah siswa di kelas reguler berjumlah 40-50 kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan
anak. Hal ini tentu menyebabkan masalah dalam suatu penelitian yang menggunakan data deskriptif
pembelajaran apabila tidak dilakukan pengelolaan berupa kata-kata tertulis atau lisan yang diperoleh
secara efektif pada pembelajaran bagi anak dari narasumber dan perilaku yang dapat diamati.
berkebutuhan khusus. Maka dari itu diperlukan Moleong (2013), menyatakan bahwa penelitian
adanya berbagai penyesuaian terhadap layanan kualitatif adalah suatu penelitian yang memahami
pendidikan dengan melakukan penyesuaian terhadap fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
berbagai keberagaman/kebutuhan khusus siswa. penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
Diantara hal yang harus dilakukan penyesuaian juga kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
yaitu diantaranya pada aspek kurikulum. penataan alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai sumber
kelas, sarana prasarana, dan kemampuan interaksi metode alamiah. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
sosial yang antar siswa dalam kelas tersebut. Selain sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
itu, pemahaman guru terkait kondisi anak dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
berkebutuhan khusus juga merupakan suatu hal yang bersifat insuktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
penting. Hal ini karena pengetahuan guru menemukan makna dari pada generalisasi,
berhubungan dengan pengelolaan dan pelayanan (Sugiyono, 2014).
kelas terhadap anak berkebutuhan khusus secara Penelitian ini menggunakan pendekatan
optimal. Jika semua hal yang berhubungan dengan kualitatif karena pada penelitian ini berusaha untuk
pengelolaan kelas inklusif sudah diimplementasikan menyajikan langsung hakikat hubungan antara
maka akan tercipta pembelajaran yang berkualitas. peneliti dan responden. Tujuannya supaya lebih peka
Indikator dari kualitas pembelajaran yakni dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola nilai
terwujudnya iklim kelas yang efektif, kreatif, aktif, yang dihadapi ketika di lapangan.
serta menyenangkan bagi semua anak. Selain itu Berdasarkan hal tersebut penelitian kualitatif
adanya hubungan individu yang sehat sehingga pada penelitian ini merupakan rangkaian kegiatan
mendorong munculnya perilaku siswa yang dengan tujuan mendapatkan data atau informasi yang
diharapkan. Maka dari itu, peran guru dalam bersifat sebenar-benarnya, serta memberikan
melakukan pengelolaan kelas merupakan suatu hal pemahaman secara menyeluruh dan mendalam
yang penting. mengenai model pengelolaan kelas di sekolah dasar
Pada penelitian sebelumnya dilakukan oleh inklusi Kabupaten Bojonegoro.
Sucuoglu, Bulbin., dkk., menunjukkan bahwa ikatan
antara sekolah dan peserta didik terbentuk karena HASIL DAN PEMBAHASAN
adanya pengelolaan kelas yang baik. Maksud dari hal Aspek Pengelolaan Kelas
ini adalah pengelolaan kelas yang dilakukan secara Pengelolaan kelas merupakan salah satu aspek
efektif akan berdampak positif pada siswa, baik pada penting yang menjadi dasar dalam proses
aspek kemampuan akademik, pemahaman, pembelajaran. Tujuan dilakukannya pengelolaan
perkembangan emosi, termasuk juga motivasi penelitian adalah untuk mengoptimalkan
akademik pada siswa. Metode yang digunakan pada terwujudnya pembelajaran secara efektif dan efisien.
penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan Pengelolaan kelas berhubungan erat dengan
mengamati strategi pengelolaan kelas dari 44 guru kemampuan guru dalam mengelola kelas sehingga
dinilai dengan menggunakan Formulir Pengamatan dapat meningkatkan disiplin belajar yang sehat, serta

13
Model Pengelolaan Kelas…
Hisbollah, Budiyanto, Mudjito

menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan Terpadu Bojonegoro menggunakan pendekatan


dan menguntungkan. pengubahan tingkah laku (Behavior Modification)
Kedua sekolah penyelenggara pendidikan yaitu pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai suatu
inklusif di Kabupaten Bojonegoro telah menerapkan proses untuk mengubah tingkah laku peserta didik.
pengelolaan kelas sesuai dengan pernyataan Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku
Santrock (2005), aspek pengelolaan kelas dibagi peserta didik yang baik serta mencegah tingkah laku
menjadi empat yang meliputi penerapan pemberian yang kurang baik. Dari kedua pendekatan tersebut
umpan balik kepada siswa berupa penghargaan dan bertujuan menciptakan lingkungan positif untuk
hukuman, menerapkan aturan dan prosedur di dalam pembelajaran.
kelas, membangun atmosfer belajar yang positif, Aspek pengelolaan kelas yang kedua yaitu
serta meningkatkan interaksi antara guru dan siswa penerapan aturan dan prosedur dalam pembelajaran
saat di dalam kelas. di kelas. Menurut Muijs dan Reynolds (2008), yaitu
Hasil penelitian menemukan bahwa SD Rules (aturan) merupakan suatu hal yang
Muhammadiyah 3 ICP telah menerapkan gaya menjelaskan boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
pengelolaan kelas dan pendekatan pembelajaran murid, dan dinyatakan secara tertulis. Sedangkan
sehingga dapat menciptakan lingkungan yang baik LouAnne Johnson (2008), menambahkan
dan positif bagi siswa. Pendekatan pengelolaan yang bahwasanya aturan dan prosedur dalam
digunakan yaitu merujuk pada gabungan antara pembelajaran merupakan suatu upaya yang
pendekatan kebebasan dan kekuasaan. Pendekatan dilakukan untuk memberikan petunjuk kepada siswa
kekuasaan diartikan sebagai upaya yang dilakukan secara jelas mengenai perilaku murid dan juga
untuk melakukan kontrol terhadap perilaku siswa. memberikan lebih banyak pilihan pada guru.
Pada pendekatan ini guru berperan dalam Upaya pertama yang dilakukan oleh SD
menciptakan dan mempertahankan kedisiplinan di Muhammadiyah 3 ICP dan SD Islam Terpadu
dalam kelas. Pada sisi yang lain, pendekatan Bojonegoro yaitu pendekatan prosedur dan aturan.
kebebasan diartikan sebagai upaya yang dilakukan Prosedur dan aturan yang diterapkan oleh SD
untuk membantu siswa untuk bebas belajar dengan Muhammadiyah 3 ICP dan SD Islam Terpadu
tidak terbatas tempat dan waktu. Berkaitan dengan Bojonegoro yakni dengan cara menyampaikan aturan
hal tersebut, peran guru sangatlah penting dalam tersebut secara tertulis. Prosedur dan aturan tersebut
upaya implementasi pendekatan ini secara optimal dilakukan secara terstruktur dan konsisten sehingga
pada siswa. dapat mempersiapkan peserta didik untuk mencapai
Pengelolaan pembelajaran memang suatu unsur perubahan. Realisasi aturan dan prosedur yang
penting yang harus dilakukan oleh guru pada setting dilakukan yakni dengan menyediakan jadwal harian
kelas inklusi. Sama halnya dengan yang visual dalam bentuk tabel waktu. Selain menerapkan
diimplementasikan oleh SD Muhammadiyah 3 ICP, pendekatan prosedur dan aturan, sekolah tersebut
SD Islam Terpadu Bojonegoro juga menerapkan juga menerapkan metode khusus seperti social story
pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan untuk menunjang kesuksesan pada proses
pengajaran dan pendekatan pengubahan tingkah pembelajaran.
laku. Pendekatan Pengajaran adalah pendekatan yang Aspek pengelolaan kelas yang ketiga yaitu
didasarkan pada anggapan bahwa pengajaran yang interaksi guru dengan siswa. Interaksi merupakan
baik mampu mencegah munculnya masalah oleh aspek penting karena terkait dengan pengaturan
peserta didik, serta mampu mendeteksi masalah. tingkah laku, dinamika kelompok, minat/perhatian,
Fokus utama yang dilakukan pada pendekatan ini kedisiplinan, dan motivasi siswa dalam belajar.
adalah melakukan perbaikan dan pencegahan Interaksi sosial seringkali berdampak positif
terhadap perilaku menyimpang yang dilakukan oleh terhadap pengelolaan kelas. Hal ini merupakan hasil
peserta didik. positif terbangunnya interaksi sosial antara siswa
Peranan guru adalah merencanakan dan dengan guru. Interaksi guru dengan siswa terdiri dari
mengimplementasikan pengajaran yang baik. Selain beberapa aspek yang meliputi kemampuan
menggunakan pendekatan pengajaran SD Islam berkomunikasi, menulis, mendengarkan, dan cara

14
GRAB KIDS: Journal of Special Education Need Volume 2 Nomor 1 Tahun 2022
e-ISSN: 2776-8767 Halaman: 010-020

berperilaku yang benar bagi anak berkebutuhan gairah belajar, dan dinamika kelompok. Pemberian
khusus dalam menghadapi suatu masalah. penghargaan serta hukuman dalam penerapannya
Salah satu cara yang sudah diterapkan pada SD akan lebih baik apabila melibatkan peserta didik
Muhammadiyah 3 ICP dan SD Islam Terpadu dalam pembuatan dan penerapannya.
Bojonegoro berkaitan dengan interaksi guru dengan Guru dapat membuat kontrak belajar dengan
siswa dalam hal keterampilan berkomunikasi yakni peserta didik, ataupun menggunakan papan
penggunaan bahasa yang sederhana pada anak penghargaan dan hukuman yang dapat diamati
berkebutuhan khusus. Instruksi yang diberikan oleh peserta didik setiap hari. Secara umum pemberian
guru disederhanakan dan penyampaian kalimat penghargaan dapat berupa pujian,maupun
dilakukan secara jelas. Selain itu, guru juga telah hadiah.Pujian dapat berupa verbal maupun non
menghindari penggunaan kalimat kompleks dan sulit verbal. Sedangkan hadiah merupakan pemberian
dipahami oleh siswa berkebutuhan khusus, misalnya berupa benda yang dapat memotivasi peserta didik.
kalimat sarkasme, kiasan, serta kalimat ambigu dan Hal-hal yang sering dilakukan oleh SD
abstrak. Pilihan kata diberikan disesuaikan dengan Muhammadiyah 3 ICP dan SD Islam Terpadu
kata yang lazim didengar peserta didik dan sesuai Bojonegoro dalam aspek penerapan kebijakan
kontek. Serta guru memberikan siswa penawaran. penghargaan yaitu guru menyediakan penghargaan
Kemudian pada aspek keterampilan menulis guru yang ditunjukkan pada peserta didik tetapi tidak
menulis pesan/informasi dengan jelas dan dapat mudah dijangkau peserta didik, penghargaan dapat
terbaca, guru menyiapkan media untuk berupa makanan/minuman, kegiatan, sosial, atau
menyampaikan pesan tertulis, guru memahami pesan token. Dalam hal penerapan kebijakan hukuman
tertulis yang disampaikan peserta didik. Pada aspek yang digunakan oleh SD Muhammadiyah 3 ICP dan
keterampilan mendengarkan guru menunggu respon SD Islam Terpadu Bojonegoro yaitu Guru
siswa paling tidak 10 detik. Sedangkan berkaitan memberikan hukuman secara edukatif, dan guru
dengan aspek keterampilan non verbal guru memberikan hukuman pada peserta didik hanya
menerapkan ekspresi dan komunikasi mata, guru sebatas verbal (ucapan).
menerapkan sentuhan, guru menggunaan komunikasi Pengaturan Kondisi Fisik Kelas
diam, guru menggunaan komunikasi diam. Aspek pengaturan kondisi fisik kelas adalah
Pada aspek menghadapi perilaku bermasalah terkait erat dengan segala benda mati yang ada
guru mengenal pemicu perilaku bermasalah, Guru lingkungan kelas. Adapun aspek pengaturan kondisi
menerapkan intervensi minor dengan pengalihan fisik kelas terbagi atas beberapa aspek yang meliputi
perhatian dan melatih kemampuan komunikasi keindahan, kenyamanan, sarana dan prasarana,
pengganti, Guru menerapkan intervensi moderat aksesibilitas dan visibilitas. Carolyn & Edmund
dengan bersikap tenang dan mengajak peserta didik (2015), menyebutkan terdapat empat kunci bagi guru
ke ruang lain, Guru melibatkan orang tua dan pihak dalam melakukan pengaturan kelas secara efektif dan
lain dalam pencegahan dan penanganan perilaku efisien. Pertama, berikan kebebasan mobilitas pada
bermasalah, serta Guru menghindarkan peserta didik siswa; kedua, pastikan semua siswa masuk dalam
dari bahaya. pantauan guru; ketiga, berikan perlengkapan belajar
Aspek pengelolaan kelas yang keempat yaitu yang mudah diakses siswa dan tetapkan instrumen
Penerapan Kebijakan Penghargaan dan Hukuman. belajar; keempat, kondisikan tampilan ruang kelas
Menurut Karwati dan Priansa (2014), Dalam dan presentasi dapat dengan mudah dijangkau dan
mengelola kelas tidak jarang aturan dan prosedur terlihat oleh siswa.
yang sudah dibuat tidak dilaksanakan dengan baik Aspek pengaturan kondisi fisik kelas yang
oleh peserta didik yang tidak jarang juga pertama adalah sarana prasarana. Kedua sekolah
memunculkan perilaku bermasalah pada peserta penyelenggara pendidikan inklusif di Kabupaten
didik. Mengatasi hal ini penerapan penghargaan dan Bojonegoro SD Muhammadiyah 3 ICP dan SD Islam
hukuman dapat menjadi solusi yang efektif. Terpadu Bojonegoro menyediakan sarana dan
Penerapkan kebijakan penghargaan dan hukuman prasarana pendidikan yang memadai dan menjamin
terkait dengan pengaturan tingkah laku, kedisiplinan, kelancaran program pendidikan. Sarana dan

15
Model Pengelolaan Kelas…
Hisbollah, Budiyanto, Mudjito

prasarana di kedua sekolah pendidikan inklusif dapat perlengkapan tulis untuk guru dan peserta didik,
dikatakan cukup memadai. Hal ini tidak selaras kelas memiliki jadwal harian visual, kelas memiliki
dengan hasil temuan penelitian Keitaro (2017), wadah perlengkapan dan hasil kerja peserta didik
bahwa beberapa sekolah inklusif di Jepang tidak berkebutuhan khusus yang sudah diberi label yang
memiliki jumlah ruang kelas yang cukup. Jumlah sesuai, serta tersedia media untuk program
ruang kelas di sekolah kebutuhan khusus belum pengembangan kekhususan.
sejalan dengan meningkatnya jumlah siswa. Di Aspek pengaturan kondisi fisik kelas yang
beberapa sekolah, ruang kelas dibagi dengan partisi kedua adalah visibilitas. Menurut Karwati dan
menjadi dua kompartemen, yang masing-masing Priansa (2014), visibilitas atau keleluasaan pandang
memegang pelajaran yang terpisah. Dalam kasus terkait dengan penempatan maupun penataan kelas
lain, fasilitas non-kelas dikonversi ke ruang kelas sehingga tidak mengganggu pandangan peserta. SD
sementara. Muhammadiyah 3 ICP dan SD Islam Terpadu
Situasi ini dianggap memburuk kualitas Bojonegoro menerapkan pengaturan kondisi fisik
pengalaman siswa di sekolah kebutuhan khusus. kelas dalam aspek visibilitas dengan melakukan hal-
Karena kurangnya infrastruktur dan fasilitas dalam hal sebagai berikut: Guru menempatkan peserta didik
bidang pendidikan khusus, pemerintah meminta berkebutuhan khusus di posisi yang mudah
masing-masing sekolah inklusif untuk membangun dijangkau, guru menata rapi dan menghindarkan
fasilitas yang memadai bagi peserta didik bangku peserta didik berkebutuhan khusus dari
berkebutuhan khusus dengan memanfaatkan subsidi distraksi, guru menggunakan gaya penataan kelas
untuk membangun kontruksi bangunan tersebut, klaster.
subsidi diberikan dari sepertiga sampai setengah dari Aspek pengaturan kondisi fisik kelas yang
biaya konsruksi. Dukungan Pemerintah Pusat ketiga adalah aksesibilitas. Aksesibilitas adalah
maupun Daerah menjadi salah satu penguat adanya kemudahan yang disediakan dalam segala aspek
kebijakan pendidikan inklusif di Jepang, sedangkan kehidupan. Adanya aksesibilitas bertujuan untuk
di Indonesia khususnya di Kabupaten Bojonegoro meningkatkan kemandirian bagi individu dengan
masih belum ada dukungan penuh, termasuk hambatan fisik agar dapat melakukan mobilitas tanpa
anggaran khusus untuk pendidikan inklusif. Di hambatan. Aksesibilitas terbagi menjadi dua, yaitu
jepang pemerintah memanfaatkan dana subsidi yang aksesibilitas fisik dan non fisik. Aksesibilitas fisik
mereka dapatkan diperhitungkan untuk alokasi merupakan kemudahan yang diberikan pada anak
insentif bagi staf onn pengajar yang menangani untuk dapat menjangkau lingkungannya dengan
peserta didik berkebutuhan khusus dan pemenuhan mudah. Contoh dari aksesibilitas fisik yaitu meliputi
fasilitas pendidikan inklusif. jalan, area, lahan, dan lingkungan tempat mobilitas
Sarana dan prasarana yang sudah ada di SD anak. Sedangkan aksesibilitas non fisik merupakan
Muhammadiyah 3 ICP dan SD Islam Terpadu akses yang diberikan berkaitan dengan program atau
Bojonegoro yaitu ruang kelas yang sudah memadai sistem yang bertujuan untuk mempermudah suatu
berukuran sesuai dengan standart yang telah permasalahan dengan bantuan program atau sistem
ditentukan Dinas Pendidikan yaitu minimal tersebut.
berukuran 2𝑚2 per peserta didik, kelas memiliki Aksesibilitas untuk peserta didik berkebutuhan
pintu dan pencahayaan memadai, Kelas memiliki khusus di SD Muhammadiyah 3 ICP dan SD Islam
kursi dan meja peserta didik yang memadai, kelas Terpadu masih sangat minim, karena bangunan
memiliki kursi dan meja guru yang memadai, kelas masih naik turun berupa tanjakan dan tangga, belum
memiliki lemari penyimpanan, kelas memiliki papan ada toilet khusus untuk PDBK, lantai yang belum
panjang ukuran minimal 60cmx120 cm, kelas didesain untuk siswa tunanetra, di dalam ruang kelas
memiliki papan tulis dengan ukuran minimal 90 cm yang masih belum aksesibilitas karena masih ada
x 200 cm, kelas memiliki media pendidikan, kelas tangga untuk naik menuju papan tulis serta masih
memiliki tempat sampah, kelas memiliki banyak selokan di depan ruang kelas yang belum
wastafel/tempat cuci tangan, kelas memiliki jam didesain untuk keamanan PDBK. Selain itu SD
dinding, kelas memiliki soket listrik, kelas memliki Muhammadiyah 3 ICP dan SD Islam Terpadu belum

16
GRAB KIDS: Journal of Special Education Need Volume 2 Nomor 1 Tahun 2022
e-ISSN: 2776-8767 Halaman: 010-020

memiliki alat asesmen khusus yang tersedia seperti Aspek pengaturan kondisi fisik kelas yang
audiometer asesmen untuk tunarungu dan snellen kelima adalah kenyamanan. Menurut Karwati dan
chart asesmen untuk tunanetra. Priansa (2014), Kenyamanan meliputi: pencahayaan,
Hal ini bertolak belakang dengan pedoman penghawaan/suhu udara, akustik, serta kepadatan
penyelenggaraan pendidikan inklusif yang kelas. Pencahayaan dapat mempengaruhi keadaan
menjelaskan bahwa setiap sekolah yang ramah anak fisik, psikologis, dan keindahan ruang. Pencahayaan
juga hari memiliki aksesibilitas yang tepat. Adanya haruslah tepat melalui mekanisme penggunaan
aksesibilitas sangat penting bagi anak dikarenakan jendela dan ventilasi. Pencahayaan kurang
untuk menunjang kemudahannya dalam beraktivitas menyebabkan kelelahan mata dan sakit kepala.
di lingkungan sekolah. Aksesibilitas juga akan Sedangkan pencahayaan berlebihan juga akan
menunjang pemberian kesempatan yang sama bagi mengganggu penglihatan.
setiap anak untuk mengakses lingkungan dengan SD Muhammadiyah 3 ICP dan SD Islam
aman, mandiri, dan mudah dalam setiap kegiatan. Terpadu menerapkan pengaturan kondisi fisik kelas
Penelitian yang dilakukan oleh Kietaro (2017), dalam aspek kenyamanan dengan indikator
menyatakan bahwa aksesibilitas bagi penyandang pencahayaan dengan cara peserta didik berkebutuhan
cacat di Jepang sangat diperhatikan oleh pemerintah, khusus tidak ditempatkan di daerah paparan cahaya
pengusaha, serta pelaku ekonomi. Diantara berlebihan, Kelas tidak menggunakan lampu TL,
aksesibilitas yang difasilitasi yakni pada sekolah, Serta kelas mempergunakan tirai untuk pengaturan
universitas, mall, alat transportasi, toilet umum dan cahaya.
telepon umum. Berkaitan dengan perencanaan Penghawaan/Suhu Udara Suhu udara dapat
ukuran, standar, kualitas, dan desain aksesibilitas di mempengaruhi konsentrasi peserta didik. Sirkulasi
Jepang sangat akses bagi para penyandang disabilitas udara melalui jendela dan ventilasi penting untuk
semua usia. Berkaitan dengan hal tersebut, sudah diatur dengan baik, sehingga peserta didik dapat
selayaknya pemerintah dan masyarakat Indonesia berkonsetrasi dan terhindar dari ketidaknyamanan
dapat lebih inklusif dan sadar terhadap kesetaraan fisik. SD Muhammadiyah 3 ICP dan SD Islam
HAM. Terpadu pada indikator penghawaan guru melakukan
Selama ini, kebijakan yang berkaitan dengan pengaturan suhu udara dengan baik.
aksesibilitas bagi para penyandang disabilitas pada Akustik adalah terkait dengan lingkungan
kota besar di Indonesia masih belum direalisasikan belajar yang tenang. Ruang kelas yang bising
secara optimal dan hanya terbatas pada wacana. menyebabkan peserta didik mudah lelah dan sulit
Berkaitan dengan hal tersebut, baik pemerintah untuk berkonsentrasi. SD Muhammadiyah 3 ICP dan
maupun swasta harus pentingnya menyediakan SD Islam Terpadu pada indikator akustik Peserta
sarana prasarana bagi para penyandang cacat fisik didik berkebutuhan khusus ditempatkan jauh dari
pada seluruh wilayah di Indonesia. sumber bunyi berlebihan, serta guru mengontrol
Aspek pengaturan kondisi fisik kelas yang keramaian di kelas
keempat adalah fleksibilitas. Menurut Karwati dan Kepadatan Kelas Kepadatan kelas berkaitan
Priansa (2014), Fleksibilitas atau keluwesan adalah dengan jumlah peserta didik dalam kelas. Jumlah
mencakup beberapa hal sebagai berikut : (1) Barang peserta didik yang melebihi kapasitas dapat membuat
– barang di kelas mudah untuk ditata dan kelas menjadi padat. SD Muhammadiyah 3 ICP dan
dipindahkan, (2) Penataan tempat duduk peserta SD Islam Terpadu pada indikator kepadatan
didik juga mudah untuk diatur. SD Muhammadiyah menerapkan jumlah peserta didik tidak tidak
3 ICP dan SD Islam Terpadu menerapkan melebihi ukuran standar rumus hitung (luas
fleksibilitas dengan cara penataan kelas yang total/jumlah peserta didik, tidak melebihi 2 m2 ).
bertujuan memudahkan pengaturan untuk setting Aspek pengaturan kondisi fisik kelas yang
pembelajaran individual, kelompok dan keenam adalah keindahan. Menurut Karwati dan
memudahkan pengaturan peserta didik berkebutuhan Priansa (2014), Keindahan berkenaan dengan upaya
khusus yang dilakukan guru dalam menata kelas. Kelas yang
ditata dengan indah dan menyenangkan berpengaruh

17
Model Pengelolaan Kelas…
Hisbollah, Budiyanto, Mudjito

positif pada sikap dan tingkah laku peserta didik. SD Muhammadiyah 3 ICP dan SD Islam Terpadu
Peserta didik juga dapat belajar secara optimal Bojonegoro mencakup keterbatasan pengetahuan
dengan kondisi kelas yang indah. SD guru yang tidak berlatar belakang Pendidikan Luar
Muhammadiyah 3 ICP dan SD Islam Terpadu Biasa sehingga guru kelas dan GPK harus belajar
menerapkan pengaturan kondisi fisik kelas pada kembali tentang hal-hal yang berhubungan dengan
aspek keindahan dengan melakukan Pengaturan anak-anak berkebutuhan khusus, kurangnya media
kelas tidak menimbulkan distraksi/pemecahan pembelajaran untuk menunjang pembelajaran bagi
perhatian, serta Kelas tertata rapi dan tidak anak berkebutuhan khusus, kurangnya keindahan
menimbulkan efek berlebihan. ruang khusus, dan belum tepatnya prinsip
penanganan perilaku, aturan, dan prosedur dalam
PENUTUP pembelajaran.
Simpulan Saran sesuai hasil penelitian disampaikan
Aspek pengaturan peserta didik pada kedua sebagai berikut :
sekolah sudah berjalan cukup baik. Dalam hal Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan lingkungan yang memadahi untuk menyelesaikan faktor penghambat siswa
pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berkebutuhan khusus di kedua sekolah SD
rata-rata guru kelas masih belum sepenuhnya Muhammadiyah 3 ICP dan SD Islam Terpadu
menerapkan prinsip, aturan, dan prosedur diantaranya adalah sebagai berikut :
pembelajaran pada kelas inklusi. Meski demikian, 1. Membangun kerjasama dengan berbagai pihak
pada aspek interaksi sosial pada siswa berkebutuhan misalnya dengan badan pemerintahan, dinas
khusus sudah dirasa baik dengan berkomunikasi serta pendidikan, lembaga swasta, orangtua, serta
berinteraksi secara verbal maupun non verbal dengan berbagai lembaga terkait.
siswa berkebutuhan khusus. Pada aspek penanganan 2. Mengikutsertakan GPK dalam pelatihan
masalah perilaku pada anak berkebutuhan khusus, tentang pendidikan bagi peserta didik
sebagian besar guru belum menerapkan secara tepat berkebutuhan khusus, dan atau mendatankan
terkait intervensi minor. kBentu umpan balik yang ahli untuk memberikan pemahaman dan
diberikan yakni berupa pujian, motivasi, dan ucapan pelatihan keterampilan menangani peserta didik
positif yang mendukung anak. berkebutuhan khusus.
Secara umum kondisi fisik kelas di SD 3. Membuat jadwal khusus layanan program
Muhammadiyah 3 ICP sudah memadai, meskipun pengembangan kekhususan bagi setiap peserta
dalam hal sarana prasarana masih banyak yang perlu didik berkebutuhan khusus secara terstruktur.
ditingkatkan khususnya media untuk peserta didik
berkebutuhan khusus, belum tersedianya ruang DAFTAR PUSTAKA
sumber, serta belum tersedianya ruang berstimulus Akalin, S., & Sucuoglu, B. (2015). Effect of
tinggi dan rendah. Adapun berkaitan dengan aspek Classroom Management Intervention Based on
keindahan, SD Muhammadiyah 3 ICP sudah cukup Teacher Training and Performance Feedback
indah dan nyaman dalam dalam kepadatan, on Outcomes of Teacher Student Dyads in
pencahayaan, akustik, dan penghawaan juga sudah Inclusive Classroom. Journal of Educational
cukup baik. Sciences: Theory & Practice. 15(3).
Faktor pendukung pengelolaan kelas bagi DOI: 10.12738/estp.2015.3.2543
peserta didik berkebutuhan khusus di kedua sekolah Anjarsari & Dyah, A. (2018). Penyelenggaraan
mencakup tiga aspek utama yaitu kodisi Pendidikan Inklusi pada Jenjang SD, SMP, dan
organisasional, lingkungan fisik, dan kondisi sosio- SMA di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal
emosional, dan kondisi organisasional. Ketiga aspek Pendidikan Inklusi. 1(2).
tersebut dapat berjalan baik secara sinergis dan DOI: 10.26740/inklusi.v1n2.p91-104
beriringan. Ashraf, A., Zhu, X., & Rauf, Q. (2010). Developing
Faktor penghambat pengelolaan kelas bagi inclusive schools: The pivotal role of teaching
peserta didik berkebutuhan khusus di kedua sekolah assistants in promoting inclusion in special and

18
GRAB KIDS: Journal of Special Education Need Volume 2 Nomor 1 Tahun 2022
e-ISSN: 2776-8767 Halaman: 010-020

mainstream schools in Northern Ireland. Karwati, Euis dan Priansa, Donni Juni. (2014).
International Conference on Education Manajemen Kelas (Classroom Management).
Technology Management. Bandung : Penerbit Alfabeta.
Doi.org/10.1145/3300942.3300946 Mansor, et al. (2012). Effective Classroom
Budiyanto. (2017). Pengantar Pendidikan Inklusif. Management. International Education Studies
Jakarta: Prenadamedia Group Journal. 5(5).
Daryanto. (2013). Inovasi Pembelajaran Efektif. Miles, Metthew B, A, et al. 2014. Qualitative Data
Bandung: Yrma Widya. Analysis, A Methods Sourcebook. Third
Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Dirjen Pendidikan Edition. United States of America : Sage
Dasar Dan Menengah Depdiknas. (2007). Publications, Inc.
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Moleong, L. J. (2013). Metode Penelititan Kualitatif.
Terpadu/ Inklusi, Alat Identifikasi Anak Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas Muijs, Daniel dan David (2008). Effective Teaching.
Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Peraturan Yogyakarta: Pustaka Belajar
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun Nurfitriani, Rahmah. (2016). Model Pengelolaan
2009. Jakarta. Kelas Inklusi dalam Pembelajaran Pendidikan
Depdiknas. (2006). Program Direktorat Pembinaan Agama Islam. (Tesis). Diunduh dari
Sekolah Luar Biasa 2007. Jakarta : Direktorat http://etheses.uinmalang.ac.id/11720/1/147600
PSLB. 17.pdf
Fitriani. (2016). Model Pengelolaan Kelas Inklusi Peeters, Theo. (2009). Panduan Autisme Terlengkap
dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Hubungan Penggetahuan Teoritis Dan
Malang: Universitas Islam Negeri Malang Intervensi Pendidikan Bagi Penyandang Autis.
Gargiulo, Richard M. (2012). Special Education in Terjemahan Oscar H. Simbolon & Yayasan
Contemporary Society:An Introduction to Suryakanti. Jakarta: Dian Rakyat.
Exceptionality. 4th Edition. USA: Sage PKLK. (2011). Pedoman Umum Penyelengaraan
Publication. Pendidikan Inklusif. Jakarta: Kementrian
Garnida, Dadang. (2015). Pengantar Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan.
Inklusif. Bandung : Refika Aditama. Rahardja, Djaja & Sujarwanto. (2010). Pengantar
Glazzard, Jonathan. dkk. (2016). Asih Asah Asuh Pendidikan Luar Biasa (Orthopedagogik).
Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Terjemahan Ony Suryaman. Yogyakarta : PT Santrock, John W. (2015). Psikologi Pendidikan.
Kansius. Edisi Kedua. Terjemahan Tri Wibowo BS.
Hermanto. 2010. Penyelenggaraan Pendidikan Jakarta : Prenadamedia Group.
Inklusif Membutuhkan Keseriusan Manajemen Sartica, Dwi & Ismanto, Bambang. (2016). Evaluasi
Sekolah. Jurnal Pendidikan Khusus. 6(2). Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di
DOI: https://doi.org/10.21831/jpk.v6i2.6737 Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal
Ilahi, Mohammad Takdir. (2013). Pendidikan Manajemen Pendidikan. 3(1), 49-66.
Inklusi: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar- Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa.
Ruzz Media Bandung: PT. Refika Aditama.
Isabella, P., Emosda., & Suratno. (2014). Evaluasi Smith, J David. (2015). Inklusi Sekolah Ramah untuk
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi bagi Semua. Terjemahan Enrica Denis. Bandung :
Peserta Didik Berkebutuhan Khusus di SDN Penerbit Nuansa
131/IV Kota Jambi. Jurnal Teknologi Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan
Pendidikan 4(2), 45-49. Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D.
Johnson, Louanne. (2008). Pengajaran yang Kreatif Bandung: Alfabeta.
dan Menarik: Cara Membangkitkan Minat Sunhaji, (2014). Konsep Manajemen Kelas dan
Siswa melalui Pemikiran. Terjemahan oleh Implikasinya dalam Pembelajaran. Jurnal
Dani Dharyani. 2009. Jakarta: PT Indeks Kependidikan, 2(2), 1-17.

19
Model Pengelolaan Kelas…
Hisbollah, Budiyanto, Mudjito

Suparno. (2001). Buku Pegangan Kuliah Pendidikan Winarsih, Murni. (2007). Intervensi Dini bagi Anak
Anak Tunarungu (Pendekatan Orthodidaktik). Tunarungu dalaam Pemerolehan Bahasa.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Jakarta: Depdiknas

20

You might also like