You are on page 1of 12

PENYELESAIAN SENGKETA PERBUATAN MELAWAN HUKUM

PADA KASUS TUMPANG TINDIH SERTIFIKAT TANAH

(Studi Kasus Putusan No. 65/Pdt.G/2019/Pn..Plg)

Jesica Alfani Chrisin, Emmanuella, Muhamad Angga Akbari, Steven Abraham, Marius
Gabriel Banurea, Dwi Desi Yayi Tarina

Fakultas Hukum Universitas Pembangunnan Nasional Veteran Jakarta

Jl. Rs. Fatmawati, No.1, Jakarta Selatan 12540

jesicaalfanic@upnvj.ac.id, emmanuellar@upnvj.ac.id, manggaakbari@upnvj.ac.id,


stevenabraham@upnvj.ac.id, mariusgabrielb@upnvj.ac.id, dwidesiyayitarina@upnvj.ac.id

Abstract

This study aims to find out how to resolve disputes against the law in overlapping cases with
the study of decision no. 65/Pdt.G/2019/Pn.Plg. Specifically, it aims to: first, what are the
causes of PMH in the case of overlapping land certificates, secondly, the form of dispute
resolution in the PMH case in the case of overlapping land certificates. This research method
is normative juridical by using a law approach. The results showed that the factors causing
overlapping certificates that resulted in unlawful acts including incomplete/inappropriate
regulations, land officials who were less responsive to the needs and amount of available land,
erroneous and incomplete land data and the result of repeated requests from the applicant. his
own right. The dispute resolution process in legal cases in terms of overlapping with land
certificates can be achieved through several mechanisms, including checking information at
the land office, taking criminal proceedings, filing complaints from the land office, and
submitting administrative efforts to the state administrative court.

Keyword : Tort, Land Dispute, Overlapping, Land Certificate

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk penyelesaian sengketa perbuatan
melawan hukum pada kasus tumpang tindih sertifikat dengan mengkaji putusan no.
65/Pdt.G/2019/Pn.Plg. Secara khusus bertujuan untuk: pertama, apakah penyebab terjadinya
PMH dalam kasus tumpang tindih sertifikat tanah, kedua bentuk penyelesaian sengketa pada
kasus PMH dalam hal tumpang tindih sertifikat tanah. Metode penelitian ini bersifat yuridis
normative dengan menggunakan pendekatan Undang-Undang (statue approach). Hasil
penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya tumpang tindih setifikat
sehingga berdampak terjadinya adanya perbuatan melawan hukum diantaranya peraturan
belum lengkap / tidak sesuai, pejabat pertanahan yang kurang tanggap terhadap kebutuhan dan
jumlah tanah yang tersedia, data tanah yang keliru dan kurang lengkap serta akibat ulag
pemohon hak nya sendiri. Adapun proses penyelesaian sengketa pada kasus perbuatan
melawan hukum dalam hal tumpang tindih sertifikat tanah dapat ditempuh melalui beberapa
mekanisme diantaranya pemeriksaaan informasi di kantor ertanahan, menempuh jalur pidana,
melakukan pengaudan di kantor pertanahan, serta mengajukan upaya administrative ke
pengadilan tata usaha negara

Kata Kunci : Perbuatan Melawan Hukum, Sengketa Pertanahan, Tumpah Tindih, Sertifkat
Tanah

I. Pendahuluan

Untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar (Primer) dalam kehidupan manusia khususnya
kebutuhan akan papan, yaitu kebutuhan akan tempat tinggal sebagai tempat tinggal dan
berlindung dari cuaca panas, hujan, ataupun bahaya lainnya. Manusia memerlukan sebidang
tanah sebagai tempat tinggal. Tanah digunakan sebagai lahan untuk membangun fisik
bangunan sebagai tempat tinggal. Selain itu, tanah juga memegang peran penting untuk
memenuhi kebutuhan pangan manusia. Karena tanah dapat digunakan sebagai lahan
persawahan atau perkebunan yang dapat menghasilkan padi, sayuran, buah-buahan, dan aneka
kebutuhan pangan lainnya. Dapat dikatakan bahwa tanah merupakan faktor produksi utama
bagi kehidupan manusia. Tidak ada satupun manusia dapat hidup tanpa tanah yang menunjang
kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. Oleh karena pentingnya arti
tanah bagi masyarakat Indonesia, maka banyak masyarakat yang berupaya untuk memilikihak
atas tanah tersebut agar dapat dijadikan tempat mendirikan rumah kediaman, tempat bercocok
tanam, tempat berusaha dengan mendirikan bangunan rumah tempat usaha atau bahkan
melakukan pengalihan hak atas tanah tersebut. Tanah bisa dinilai sebagai suatu harta yang
mempunyai sifat tetap dan dapat dicadangkan untuk kehidupan pada masa mendatang.

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan UUD 1945 adalah negara hukum
(konstitusional) yang memberikan jaminan dan memberikan perlindungan atas hak-hak warga
negara, antara lain hak warga negara untuk mendapatkan, mempunyai, dan menikmati hak
milik.1 Status kepemilikan tanah menjadi hal penting, karena menyangkut dengan kepemilikan
seseorang, yang kita tau bersama bahwa kepemilikan tanah adalah hal penting dalam hidup
manusia, yang dimana kita hidup di atas tanah, jadi status kepemilikan tanah itu sangatlah di
butuhkan oleh tiap orang. Dengan cara kepemilikan sertifikat tanah atau memiliki sebuah bukti

1 Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah Dan Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 1
bahwa kita memiliki sebuah kekuatan hukum yang jelas. Dengan lahirnya Undang-undang
Pokok Agraria telah memberikan kejelasan untuk status kepemilikan atas tanah yang dimiliki
oleh masyarakat. Undang-Undang Pokok Agraria merupakan aturan dasar yang mengatur
mengenai pertanahan di Indonesia, namun dengan perkembangan zaman, lahirlah aturan-
aturan baru baik yang tertuang menjadi sebuah undang-undang maupun peraturan pemerintah
yang telah dirancang sedemikian rupa mengikuti kebutuhan yang berhasil menyempurnakan
aturan mengenai status kepemilikan tanah yang dapat di jalankan oleh masyarakat Indonesia.

Bukti kepemilikan atau akta kepemilikan atas tanah berupa surat keterangan atau akta
ganti rugi atau akta pelepasan hak atas tanah atau sertifikat hak milik, sangat penting untuk
menghindari terjadinya sengketa tanah. Tetapi, walaupun seseorang sudah memiliki bukti
kepemilikian atas tanah di kehidupan masyarakat sering terjadi sengketa tanah. Seperti halnya
dalam pembahasan Jurnal ini, pada putusan Pengadilan Negeri Rantau Prapat Nomor putusan
NO.65/Pdt.G/2019/PN.Plg terjadi sengketa tanah, yaitu terdapat tumpang tindih sertifikat hak
milik, dimana hal ini termaksud dalam perbuatan melawan hukum.

Perbuatan melawan hukum yang muncul akibat dari Undang-undang Perbuatan Melawan
Hukum yang tercantum dalam Pasal 1365 KUHPerdata, disebutkan bahwa “tiap perbuatan
melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena
salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. Meskipun pengaturan
perbuatan melawan hukum dalam KUHPerdata hanya dalam beberapa pasal saja, sebagaimana
juga yang terjadi di negaranegara yang menganut sistem Eropa Kontinental lainnya, tetapi
kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa gugatan perdata yang ada di pengadilan didominasi
oleh gugatan perbuatan melawan hukum, disamping tentunya gugatan wanprestasi kontrak.
Karena itu, dapat dipahami betapa pentingnya diketahui bagaimana pengaturan hukum dan
teori-teori yuridis tentang perbuatan melawan hukum ini, dan bagaimana prakteknya dalam
kenyataannya, khususnya yang terjadi di pengadilan. 2

Ketentuan mengenai perbuatan melawan hukum sering kali disebut sebagai pasal karet
karena seseorang dapat digugat atas perbuatan melawan hukum tidak hanya perbuatannya yang
melanggar perundang-undangan yang sudah ada, melainkan juga apabila perbuatan tersebut

2Munir Fuady, 2017, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kotemporer Cetakan V. Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, hlm. 1
bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku, bertentangan dengan hak subjektif orang lain,
serta bertentangan dengan kesusilaan, kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian.

II. Rumusan Masalah


1. Apa penyebab terjadinya PMH dalam kasus tumpang tindih sertifikat tanah?
2. Bagaimana bentuk penyelesaian sengketa pada kasus PMH dalam hal tumpang tindih
sertifikat tanah?
III. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum yang
bersifat kepustakaan atau dengan menggunakan metode normatif. 3 Penelitian ini mengkaji
permasalahan melalui peraturan perundang-undangan (the statute approach) yang berkaitan
dengan penyelesaian sengketa akibat perbuatan melawan hukum pada kasus tumpang tindih
sertifikat tanah dan ditinjau berdasarkan teori-teori dan ketentuan-ketentuan hukum yang
mengaturnya serta berdasarkan pengertian-pengertian dan asas-asas yang relevan dengan
permasalahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Hukum di indonesia
mewadahi dan melindungi penyelesaian sengketa pada kasus tumpang tindih sertifikat tanah
melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku, Selain itu juga ditujukan untuk
menemukan permasalahan dalam pelaksanaan dan penegakan serta juga menemukan solusi
daripada langkah preventif jika terjadi adanya permasalahan yang terjadi.

IV. Hasil Penelitian dan Pembahsan


1. Penyebab Terjadinya PMH dalam Kasus Tumpang Tindih Sertifikat Tanah

Sertifikat tanah merupakan tanda bukti hak suatu tanah milik seseorang yang telah
mengadministrasikannya. Hanya saja, dalam praktek penerbitan sertifikat tanah, masih
dipertanyakan keefektifannya dalam memberikan kepastian hukum, karena tidak sedikit
timbul permasalahan mengenai penerbiatn sertifikat ini oleh Badan Pertanahan Nasional
(BPN) yang mana berakibat terjadinya sengketa. 4

Peristiwa terjadinya tumpang tindih sertifikat tanah termasuk ke dalam salah satu
perbuatan melawan hukum yakni menghuni tanah dan bangunan secara tidak sah tanpa
seizin pemilik yang menimbulkan sengketa. Tanah sebagai barang tidak bergerak

3 Ronny Hanitijo Soemitro, 1995, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, Hal. 9.
4 Margaretha Dewi Kirana, “Sertifikat Ganda Ti - jauan Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 156/K/TUN/2005”, Tesis, Universitas Indonesiai, 2012, 4
merupakan kebutuhan mendasar dalam kehidupan masyarakat dimana tanah memiliki
peran dan fungsi yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Sebelum lebih lanjut, Sengketa ataupun gugatan perdata pada prinsipnya hanya ada dua
jenis, yaitu Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum (PMH). Perbuatan melawan
hukum diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata),
berbunyi: “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada

Menurut Rusmadi Murad sengketa tanah adalah :“Perselisihan yang terjadi antara dua
pihak atau lebih yang merasa atau dirugikan pihak-pihak tersebut untuk penggunaan dan
penguasaan hak atas tanahnya, yang diselesaikan melalui musyawarah atau melalui
pengadilan”5 dalam kasus pada putusan no .65/Pdt.G/2019/PN.Plg terjadi perbuatan
melawan hukum atas tumpang tindihnya sertifkat tanah disebabkan oleh adanya rang lain,
mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk
menggantikan kerugian tersebut.”

Dalam terjadinnya sengketa tumpang tindih tanah, yang perlu diperhatikan adalah
penyebab awal atau latar belakang terjadinya sertifikat tanah tersebut saling bertumpuk
atau digandakan, apakah ia digandakan oleh pihak luar atau karena ketidaktelitian pejabat
kantor pertanahan dalam menerbitkan sertifikat tanah.

Elsa Syarief dalam bukunya yang berjudul “Menuntaskan Sengketa Tanah”


mengemukakan pendapat bahwa, secara umum sengketa tanah timbul akibat faktor faktor
sebagai berikut:6

a. Peraturan yang belum lengkap;


b. Ketidaksesuaian peraturan;
c. Pejabat pertanahan yang kurang tanggap terhadap kebutuhan dan jumlah tanah yang
tersedia;
d. Data yang kurang akurat dan kurang lengkap;
e. Data tanah yang keliru;
f. Keterbatasn sumber daya manusia yang bertugas menyelesaikan sengketa tanah;
g. Transaksi tanah yang keliru;

5Rusmadi Murad. 1991. Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah. Bandung: Alumni, hlm 2
6Syarief, Elza. 2014. Menuntaskan Sengketa Tanah Melalui Pengadilan Khusus Pertanahan, Jakarta, PT
Gramedia, hlm 75
h. Ulah pemohon hak atau
i. Adanya penyelesaian dari instansi lain sehingga terjadi tumpang tindih kewenangan.

Adapun yang terjadi dalam kasus pada putusan no.65/Pdt.G/2019/PN.Plg yang


melibatkan Diana Astuti sebagai penggugat melawan Jeffry Sanusi Soedargo sebagai
tergugat disebabkan oleh Tanah yang menjadi sengketa dalam perkara ini terletak di
Kelurahan Sei Lincah, Kecamatan Kalidoni, Kota Palembang, tanah mana berbeda
Kelurahan dengan tanah yang didalilkan. selain itu Obyek tanah sengketa dengan
mendasarkan pada alas hak berupa Sertifikat Hak Milik No.3280/Kelurahan Kalidoni,
Surat Ukur No.05/Kalidoni/2012 atas nama Penggugat dan Sertifikat Hak Guna Bangunan
No.105, Gambar Situasi No.163/1975 atas nama PT. Prasidha; berada dalam satu bidang
tanah yang sama, sehingga untuk menentukan keabsahan dari kedua sertifikat tersebut,
maka sudah seharusnya Badan Pertanahan Nasional Kota Palembang yang telah
menerbitkan sertifikat ditarik sebagai pihak dalam perkara ini.7

2. Bentuk penyelesaian sengketa pada kasus PMH dalam hal tumpang tindih
sertifikat tanah

Adapun dalam proses penyelesaian sengketa pada kasus perbuatan melawan


hukum dalam hal tumpang tindih sertifikat tanah dapat ditempuh melalui beberapa
mekanisme sebagai berikut:

Pemeriksaan Informasi di Kantor Pertanahan

Untuk mengetahui keabsahan kedua sertifikat, dapat mendatangi Kantor


Pertanahan di mana tanah tersebut berada untuk memastikan kebenaran dari masing -
masing sertifikat. Hak atas informasi ini telah dijamin oleh Pasal 34 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah:

“Setiap orang yang berkepentingan berhak mengetahui data fisik dan data
yuridis yang tersimpan di dalam peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur dan buku
tanah.Dari informasi tersebut, dapat memastikan apakah kedua sertifikat tersebut
tercatat di Kantor Pertanahan atau tidak.”

7 Lihat Putusan No 65/Pdt.G/2019/Pn.Plg


Tindak Pidana Pemalsuan Akta Autentik

Dalam hal didapati bahwa salah satu sertifikat tidak tercatat di Kantor
Pertanahan, dapat diduga pihak pemegang sertifikat tersebut melakukan pemalsuan
atau pemakaian akta autentik palsu yang diatur dalam Pasal 264 ayat (1) angka 1 dan
ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”):

Pasal 264 ayat (1) angka 1 KUHP

Pemalsuan surat diancam dengan pidana penjara paling lama delapan tahun,
jika dilakukan terhadap: -akta-akta otentik;

Pasal 264 ayat (2) KUHP

Diancam dengan pidana yang sama barang siapa dengan sengaja memakai
surat tersebut dalam ayat pertama, yang isinya tidak sejati atau yang dipalsukan
seolah-olah benar dan tidak dipalsu, jika pemalsuan surat itu dapat menimbulkan
kerugian.

Menurut R. Soesilo dalam buku Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)


serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, surat yang dipalsu itu harus
suatu surat yang, salah satunya, dapat menerbitkan hak.

Sementara akta autentik yang dimaksud adalah akta yang dibuat di hadapan
seorang pegawai negeri umum yang berhak untuk itu, seperti notaris, pegawai pencatat
jiwa, dan sebagainya. Apabila dalam kasus tumpang tindih sertifikat hak atas tanah ada
terdapat dugaan pemalsuan sertifikat hak atas tanah, dapat dilaporkannya ke pihak
kepolisian atas dasar dugaan tindak pidana pemalsuan akta autentik.8

Penyelesaian Sengketa Melalui Kantor Pertanahan

Apabila kedua sertifikat tersebut tercatat di Kantor Pertanahan, maka Anda


dapat mengajukan pengaduan kepada Kepala Kantor Pertanahan sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 6 ayat (1) dan (2) Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala

8R. Soesilo, 1991, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal
Demi Pasal, Politeia, Bogor Hlm.195-197
Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus
Pertanahan (“Permen ATR/BPN 11/2016”).

Pengaduan paling sedikit memuat identitas pengadu dan uraian singkat kasus
serta harus dilampiri dengan fotokopi identitas pengadu, fotokopi identitas penerima
kuasa dan surat kuasa apabila dikuasakan, serta data pendukung atau bukti-bukti yang
terkait dengan pengaduan.9 Pengaduan akan diproses dengan dilakukannya
pengumpulan data, analisis, pengkajian, dan pelaporan dalam rangka menyelesaikan
sengketa dan konflik.10

Pasal 24 ayat (7) Permen ATR/BPN 11/2016 menjelaskan sebagai berikut:

“Dalam hal di atas satu bidang tanah terdapat tumpang tindih sertifikat hak
atas tanah, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional atau
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional sesuai kewenangannya
menerbitkan keputusan pembatalan sertifikat yang tumpang tindih, sehingga di atas
bidang tanah tersebut hanya ada 1 sertifikat hak atas tanah yang sah.”

Upaya Hukum terhadap Penyelesaian Sengketa

Jika ada pihak yang keberatan atas hasil penyelesaian tersebut, maka dapat
diajukan upaya administratif maupun gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara.
Menurut Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN atau Kepala Kantor Wilayah
BPN dapat diklasifikasikan sebagai pejabat tata usaha negara berdasarkan Pasal 1 angka
8 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (“UU 51/2009”)
dan keputusan pembatalan sertifikat tersebut dapat diklasifikasikan sebagai keputusan
tata usaha negara.11

Terhadap keputusan tata usaha negara, dapat dilakukan upaya administratif


yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

9 Pasal 6 ayat (4) dan (5) Peraturan Menteri ATR/BPN No 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus

Pertanahan
10 Pasal 10, Pasal 11, Pasal 16, dan Pasal 23 Peraturan Menteri ATR/BPN No 11 Tahun 2016 tentang

Penyelesaian Kasus Pertanahan


11 Pasal 1 angka 9 Undang-Undang No 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1986
Pemerintahan (“UU 30/2014”), mencakup dua jenis, yaitu upaya keberatan dan
banding.12

Pertama, Warga masyarakat dapat mengajukan keberatan kepada badan


dan/atau pejabat pemerintahan yang menetapkan keputusan dan/atau tindakan yang
dirasa merugikan tersebut.13 Dan apabila warga masyarakat tidak menerima
penyelesaian keberatan itu, maka dapat diajukan banding ke atasan pejabat terkait.14
Jika warga masyarakat tidak menerima penyelesaian banding, warga masyarakat dapat
mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara.

Maka, jika telah diajukan pengaduan terhadap permasalahan tumpang tindih


sertifikat hak atas tanah, namun jika tidak menerima penyelesaiannya, maka dapat
melakukan upaya administratif kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional atau Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional atau
atasan jabatannya atau ajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Patut
diperhatikan bahwa kini perkara perbuatan melanggar hukum oleh badan dan/atau
pejabat pemerintahan (onrechtmatige overheidsdaad) merupakan kewenangan
peradilan tata usaha negara.15

12 Pasal 75 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
13 Pasal 76 ayat (1), dan Pasal 77 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan
14 Pasal 76 ayat (2), dan Pasal 78 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan
15 Pasal 76 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
V. Penutup

1. Kesimpulan

Sertifikat tanah merupakan tanda bukti hak suatu tanah milik seseorang yang telah
mengadministrasikannya. Namun, dalam praktek penerbitan sertifikat tanah, masih
dipertanyakan kepastian hukumnya, dikarenakan tidak sedikit timbul permasalahan dan
sengketa yang timbul dari penerbitan Sertifikat Tanah oleh Badan Pertanahan Nasional
(BPN).

Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya tumpang tindih setifikat sehingga


berdampak terjadinya adanya perbuatan melawan hukum diantaranya:

a. Peraturan yang belum lengkap;

b. Ketidaksesuaian peraturan;

c. Pejabat pertanahan yang kurang tanggap terhadap kebutuhan dan jumlah tanah yang
tersedia;

d. Data yang kurang akurat dan kurang lengkap;

e. Data tanah yang keliru;

f. Keterbatasan sumber daya manusia yang bertugas menyelesaikan sengketa tanah;

g. Transaksi tanah yang keliru;

h. Ulah pemohon hak atau

i. Adanya penyelesaian dari instansi lain sehingga terjadi tumpang tindih


kewenangan.

Sedangkan dalam proses penyelesaian sengketa pada kasus perbuatan melawan


hukum dalam hal tumpang tindih sertifikat tanah dapat ditempuh melalui beberapa
mekanisme sebagai berikut:

a. Pemeriksaan informasi di kantor pertanahan

b. Menempuh jalur pidana dengan dalil tindak pidana pemalsuan akta autentik
c. Melakukan pengaduan atau penyelesaian sengketa di kantor pertanahan

d. Mengajukan upaya administratif maupun gugatan ke Pengadilan Tata Usaha


Negara

2. Saran

Dalam halnya Penerbitan Sertifikat Tanah, BPN sebagai Badan yang bertanggung
jawab penuh dalam proses pengadministrasiannya sudah sepatutnya memerhatikan
dengan jeli terhadap data-data ataupun letak tanah yang akan di terbitkan sertifkatnya.
Dan juga perlunya ada kepastian hukum baik peraturan yang tegas yang mengatur
terhadap sengketa tanah yang terjadi di Indonesia serta penyuluhan dari pejabat yang
berwenang kepada masyarakat mengenai transaksi jual beli tanah sehingga data yuridis
serta data yang ada di lapangan sesuai sehingga tidak terjadinya sengketa tumpang
tindih sertifikat tanah kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata


Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Undang-undang Nomor 51 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan

Permen ATR/BPN No 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan

BUKU
Fuady,Munir. 2017.Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kotemporer Cetakan V.
Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Kirana, Margaretha. 2012. “Sertifikat Ganda Ti - jauan Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 156/K/TUN/2005”, Tesis, Universitas Indonesia.

Murad,Rusmad. 1991. Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah. Bandung: Alumni.

R. Soesilo, 1991, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-


Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor, Politeia.

Sutedi,Adrian. 2009. Peralihan Hak Atas Tanah Dan Pendaftarannya. Jakarta:Sinar Grafika.

Syarief, Elza. 2014. Menuntaskan Sengketa Tanah Melalui Pengadilan Khusus Pertanahan,
Jakarta, PT Gramedia.

Soemitro, Ronny Hanitijo, 1995, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta, Ghalia
Indonesi

You might also like