You are on page 1of 14

YUSTITIA, Vol. 15 No.

2 Desember 2021 : 45-58 ISSN : 1907 - 8188

PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS DAN KEPASTIAN HUKUM


PENYELESAIAN SENGKETA KEPEMILIKAN HAK ATAS
TANAH OLEH ORANG ASING AKIBAT PERJANJIAN NOMINEE

Kadek Mery Herawati


Fakultas Hukum Universitas Mahendradatta
e-mail: kadekmeryherawati@gmail.com

Abstract

Nominee agreements are categorized as agreements that indicate creating legal


smuggling. The Nominee Agreement has not yet been regulated in the Civil Code. The Nominee
Agreement was made to provide an opportunity / gap for foreigners to control and own
parcels of land in Indonesia. Nominee agreements between foreigners and Indonesian citizens
relating to land ownership, cannot be separated from the role of a notary / PPAT. In practice,
most foreigners and citizens use the services of a notary / PPAT to legalize the Nominee
agreement. The objective to be achieved in this study is to provide legal understanding to
the public regarding the Notary’s Liability for the Nominee Agreement Making and the legal
certainty of resolving disputes over land rights under the Nominee Agreement. Legal issues
studied, namely: reviewing the Notary Liability arrangements in the Law of the Republic of
Indonesia Number 2 of 2014 concerning Amendments to Law Number 30 of 2004 concerning
Notary Position (UUJN), was assessed using the Juridical-Normative research method. The
results of this study indicate that: the responsibility of a Notary who acts against the Law
through a Nominee agreement, does not set clear and strict sanctions in the form of civil
sanctions or criminal sanctions in the UUJN. Settlement of disputes over nominee agreement
matters is generally resolved through legal channels, namely through court proceedings
because it involves contractual legal issues. However, other than through the Court
(Litigation) and Non-Litigation (Non Litigation).

Keywords: Nominee Agreement, Foreign, Notary.

Abstrak

Perjanjian Nominee dikategorikan sebagai perjanjian yang berindikasi menciptakan


penyelundupan hukum. Perjanjian Nominee belum diatur dalam KUHPerdata. Perjanjian Nominee
dibuat untuk memberi kesempatan/celah kepada WNA untuk menguasai dan memiliki bidang tanah
hak milik di Indonesia. Perjanjian Nominee antara WNA dan WNI terkait kepemilikan tanah, tidak
dapat dipisahkan dari peran seorang Notaris/PPAT. Dalam prakteknya, kebanyakan WNA dan
WNI menggunakan jasa seorang Notaris/PPAT untuk melegalkan perjanjian Nominee. Tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah memberikan pemahaman hukum kepada masyarakat
tentang Pertanggungjawaban Notaris terhadap Pembuatan Perjanjian Nominee serta kepastian
hukum penyeleseian sengketa kepemilikan hak atas tanah berdasarkan Perjanjian Nominee. Masalah
hukum yang dikaji, yaitu : mengkaji pengaturan Pertanggung jawaban Notaris dalam Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor

45
ISSN : 1907 - 8188

30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN), dikaji dengan menggunakan metode penelitian
Yuridis-Normatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : pertanggungjawaban Notaris yang
melakukan Perbuatan melawan Hukum melalui perjanjian Nominee, tidak diatur sanksi yang jelas
dan tegas baik berupa sanksi perdata maupun sanksi pidana di dalam UUJN. Penyelesaian sengketa
terhadap masalah perjanjian Nominee umumnya diselesaikan melalui jalur hukum yaitu melalui
jalur pengadilan karena menyangkut masalah hukum perjanjian. Namun demikian selain melalui
jalur Pengadilan (Litigasi) dan jalur di Luar Pengadilan (Non Litigasi).

Kata Kunci : Perjanjian Nomine, Orang Asing, Notaris.

I PENDAHULUAN Perjanjian Nominee dalam hukum


Dalam tatanan Hukum Pertanahan perjanjian di Indonesia dikategorikan sebagai
Nasional, hubungan hukum antara orang, baik perjanjian yang berindikasi menciptakan
Warga Negara Indonesia (Selanjutnya disebut penyelundupan hukum. Perjanjian ini belum
WNI) maupun Warga Warga Negara Asing diatur dalam KUHPerdata namun dalam
(selanjutnya disebut WNA) serta perbuatan kenyataannya tumbuh dan berkembang dalam
hukumnya terkait dengan tanah telah diatur masyarakat, perjanjian ini juga masuk dalam
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 kategori jenis perjanjian tidak bernama.
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Perjanjian Pinjam Nama (Nominee) dibuat
(selanjutnya disebut UUPA). Hubungan yang dimaksudkan untuk memberi kesempatan/celah
dimaksud dalam asas nasionalitas tersebut kepada WNA menguasai dan memiliki bidang
adalah dalam wujud hak milik sedangkan bagi tanah hak milik di Indonesia. Perjanjian
WNA yang berkedudukan di Indonesia dapat Nominee untuk kepemilikan hak milik atas
diberikan Hak Pakai.1 tanah merupakan perjanjian yang dibuat antara
Hukum tanah nasional tidak mengijinkan seseorang yang menurut hukum tidak dapat
WNA untuk memiliki hak atas tanah di menjadi subyek hak atas tanah tertentu (hak
Indonesia. Hanya WNI sajalah yang berhak milik), dalam hal ini yakni Orang Asing dengan
untuk memiliki hak milik atas tanah di Indonesia. WNI, dengan maksud agar orang asing tersebut
Pasal 21 Ayat (1) UUPA menegaskan bahwa dapat menguasai (memiliki) tanah hak milik
“Hanya warga negara Indonesia dapat secara de facto, namun secara legal-formal
mempunyai hak milik”. Kondisi tersebut (dejure) tanah hak milik tersebut di atas
membuat para pihak investor berkepentingan namakan WNI. Perjanjian Nominee dengan
untuk mencari jalan lain untuk menyiasati hal perkataan lain, WNI dipinjam namanya oleh
tersebut. Cara yang kemudian digunakan untuk Orang asing.
memenuhi kebutuhan usaha investor asing yaitu Perjanjian Nominee antara WNA dan
dengan melakukan pembuatan Akta Nominee WNI terkait kepemilikan tanah, tidak dapat
antara Orang Asing dengan WNI, yaitu dengan dipisahkan dari peran seorang Notaris/PPAT.
mempergunakan nama orang lain yang Dalam prakteknya, kebanyakan WNA dan
merupakan WNI sebagaimana ditunjuk sebagai WNI menggunakan jasa seorang Notaris/PPAT
Nominee untuk didaftarkan sebagai pemilik untuk melegalkan perjanjian Nominee. Banyak
atas tanah tersebut. sekali kasus yang mengakibatkan Notaris

1
Maria S.W. Sumardjono, 2008, Alternatif Kebijakan Pengaturan Hak Atas Tanah Beserta
Bangunan Bagi Warga Negara Asing dan Badan Hukum Asing, Kompas, Jakarta, h. 1.

46
ISSN : 1907 - 8188

dilaporkan atas dugaan keterlibatan Notaris berfungsi dalam peradilan harus berperan dan
dalam Akta Nomine. Dalam hal penguasaan bertindak sebagai wali yang berbudi luhur
hak milik atas tanah oleh WNA, ketika terjadi kepada setiap anggota masyarakat pencari
sengketa maka ada salah satu pihak yang keadilan. Setiap anggota masyarakat yang
dirugikan. Oleh karena itu, pihak yang merasa merasa hak dan kepentingannya dirugikan oleh
dirugikan, dapat meminta pertanggungjawaban pihak lain, pengadilan melalui tangan hakim
dari Notaris/PPAT yang mengeluarkan akta. harus mampu menerapkan hukum serta
Pembuatan akta perjanjian Nominee memberi perlindungan sesuai dengan ketentuan
dapat menimbulkan kerugian bagi pihak-pihak/ hukum dan rasa keadilan yang berlaku.2
penghadap sebagai akibat dari dapat terjadinya Dalam perkara perdata, hakim harus
kebatalan demi hukum sehingga akan membantu para pencari keadilan dan berusaha
membawa Notaris ke dalam pertang- sekeras-kerasnya mengatasi segala hambatan
gungjawaban berupa sanksi perdata yaitu dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan
penggantian biaya, ganti rugi dan bunga. Selain yang sederhana, cepat dan biaya ringan. Hakim
itu, dengan melaksanakan pembuatan perjanjian tidak boleh menolak untuk memerikasa dan
Nominee maka Notaris telah melakukan mengadili suatu perkara yang diajukan dengan
perbuatan melawan hukum dalam ranah dalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas,
administrasi maka telah melanggar kode etik melainkan wajib untuk memerikasa dan
jabatan notaris sehingga membawa mengadilinya.3
pertanggungjawaban atas sanksi berupa Hakim dalam membuat putusan tidak
teguran, peringatan, skorsing dari keanggotaan hanya melihat kepada hukum saja tetapi juga
Perkumpulan, pemecatan dari keanggotaan harus bertanya pada hati nuraini dengan cara
Perkumpulan, dan pemberhentian dengan tidak memperhatikan keadilan dan kemanfaatan
hormat dari keanggotaan Perkumpulan. Akibat ketika putusan itu telah dijatuhkan. Akibat
hukum akta perjanjian Nominee adalah dapat putusan hakim yang hanya menerapkan pada
terjadi kebatalan karena hukum, dan akta hukum tanpa menggunakan hati nuraininya akan
perjanjian yang disepakati kedua belah pihak berakibat pada kegagalan menghadirkan
dapat dengan sendirinya batal demi hukum keadilan dan kemanfaatan, meskipun putusan
sehingga hak dan kewajibannya yang timbul dari hakim (vonnis) sejatinya diadakan untuk
perjanjian tersebut juga dianggap tidak ada. menyelesaikan suatu perkara atau sengketa
Berkaitan dengan sengketa kepemilikan dalam bingkai tegaknya hukum dan keadilan.
tanah akibat perjanjian Nominee, kehadiran Kepastian hukum sangat penting bagi Orang
lembaga peradilan dalam kehidupan Asing dan Pemerintah dalam pengambilan
masyarakat diharapkan tidak hanya sekedar keputusan. Adanya aturan yang tidak secara
menerima dan menyelesaikan sengketa, akan tegas mengaturnya tentunya akan terjadi
tetapi mengandung makna yang lebih dalam keragu-raguan dan mungkin terjadi
yakni pengadilan bertindak sebagai wali penyeludupan hukum.
masyarakat. Oleh karena itu, hakim yang

2
M.Yahya Harahap, 2013, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan,
Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta, h.855.
3
Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari, 2005, Aspek-Aspek Perkembangan
Kekuasaan Kehakiman di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, h. 126.

47
ISSN : 1907 - 8188

Penelitian ini bermaksud untuk mengiden- membawa akibat kerugian pada pihak lain
tifikasi segala permasalahan yang berhubungan dapat dimintakan Pertanggungjawaban baik
dengan Pertanggungjawaban Notaris dalam pertanggung jawaban Pidana, Perdata dan
pembuatan Perjanjian Nominee serta kepastian Administrative, hal ini penting demi memberi
hukum dalam penerapan serta pertimbangan efek jera bagi Notaris lain serta demi
hakim dalam memberikan putusan terhadap menegakkan keadilan dan memberi Kepastian
Penyelesaian Perkara sengketa pemilikan tanah Hukum pada masyarakat.
dan bangunan oleh Orang Asing akibat
Perjanjian Nominee, dengan mengambil contoh II METODE PENELITIAN
Kasus Gugatan Perbuatan Melawan Hukum Metode penelitian yang digunakan dalam
(PMH) antara Karpika Wati selaku Penggugat penelitian ini adalah metode penelitian Yuridis-
(Nominee) melawan Alain Maurice Pons Normative. Pendekatan Penelitian yang
selaku Tergugat I (Pemilik Modal) dan Eddy digunakan oleh penulis adalah pendekatan
Nyoman Winarta,S.H. selaku Tergugat II undang-undang, pendekatan konsep,
(Notaris/PPAT) yang telah memiliki kekuatan pendekatan kasus, pendekatan analitis, dan
hukum tetap (inkracht van gewijsde) pendekatan filosofis. Teknik yang digunakan
berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri yaitu studi dokumen atau studi kepustakaan.
Denpasar Nomor: 787/Pdt.G/2014/PN Dps, Teknik pengumpulan bahan hukum dilakukan
dikaji dengan menggunakan metode Penelitian dengan prosedur inventarisasi dengan cara
Yuridis-Normatif. mempelajari dan mendalami bahan-bahan
Pertanggungjawaban Notaris yang hukum primer, sekunder dan tersier yang
melakukan perbuatan melawan hukum yaitu berkaitan dengan penelitian ini.
membuat perjanjian Nominee yang Penelitian ini difokuskan untuk mencermati
mengandung indikasi penyelundupan hukum Penormaan Hukum Yang Kabur (Unclear
belum secara tegas diatur di dalam Undang- Norm Of Law), yaitu Perumusan Pasal 17 Ayat
undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun (1) dan Ayat (2) Undang-undang Republik
2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris Perubahan Atas Undang-undang Nomor 30
(UUJN). Rumusan Pasal 17 Ayat 1 huruf i Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Jika
UUJN tidak jelas, kabur, dan dapat dikaitkan dengan kasus yang sedang diteliti,
menimbulkan Multitafsir, karena di dalam kekaburan norma hukum tersebut menimbulkan
penjelasan Pasal juga tidak dijelaskan kategori ketidakadilan dan ketidakpastian hukum bagi
“pekerjaan lain” yang dimaksud. Serta terhadap masyarakat.
pelanggaran Pasal 17 Ayat (1) UUJN hanya
dikenakan sanksi administrative saja. Dalam hal III PEMBAHASAN
Notaris melakukan Perbuatan melawan
Hukum, tidak diatur sanksi yang jelas dan tegas 3.1 Pertanggungjawaban Notaris Terha-
baik berupa sanksi perdata maupun sanksi dap Pembuatan Perjanjian Nominee
pidana. Sanksi terhadap Notaris yang Untuk Kepemilikan Hak Atas Tanah
melakukan Perbuatan melawan hukum hanya Orang Asing
sebatas sanksi Administrative saja (Pasal 84
dan Pasal 85 UUJN), sedangkan sanksi 3.1.1 Perjanjian Nominee Sebagai Sarana
perdata dapat dikenakan dengan merujuk Penguasaan Hak Milik Atas Tanah
ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata. Warga Negara Asing yang masuk ke
Seharusnya Notaris yang melakukan Indonesia, selain mempunyai tujuan wisata,
perbuatan yang melawan hukum yang juga berupaya menanamkan modal untuk usaha

48
ISSN : 1907 - 8188

dengan menguasai tanah. Hal ini terindikasi bertentangan dengan UUPA. Menurut Maria
dengan banyaknya WNA yang menguasai tanah Sw. Sumardjono, menyebutkan bahwa :
di beberapa tempat di Indonesia, diantaranya “Perjanjian pokok yang diikuti dengan
di Provinsi Bali sebagai daerah tujuan wisata di perjanjian lain terkait dengan penguasaan hak
Indonesia. Cara yang sering digunakan oleh atas tanah oleh warga negara asing
WNA adalah dengan kedok melakukan jual menunjukkan bahwa
beli tanah dengan perantaraan Warga Negara secara tidak langsung melalui perjanjian
Indonesia (selanjutnya disingkat WNI) atau Notariil, adalah merupakan Penyelundupan
dengan kata lain atas nama WNI agar tidak Hukum”.6
menyalahi ketentuan hukum yang berlaku dalam Perwujudan Nominee ini ada pada surat
UUPA. Tindakan ini yang dikenal sebagai perjanjian yang dibuat oleh para pihak, yaitu
Nominee dengan maksud agar WNA dapat antara Warga Negara Asing dan Warga Negara
memiliki tanah secara absolut. Cara ini dikenal Indonesia sebagai pemberi kuasa (Nominee)
dengan sebutan Nominee.4 yang diciptakan melalui satu paket perjanjian
Perjanjian Nominee antara WNA dan itu pada hakikatnya bermaksud untuk
WNI terkait kepemilikan tanah, tidak dapat memberikan segala kewenangan yang mungkin
dilepaskan dari peran seorang Notaris/PPAT. timbul dalam hubungan hukum antara seseorang
Dalam prakteknya, kebanyakan WNA dan dengan tanahnya kepada Warga Negara Asing
WNI menggunakan jasa seorang Notaris/PPAT selaku penerima kuasa untuk bertindak
untuk melegalkan perjanjian Nominee dan layaknya seorang pemilik yang sebenarnya dari
membuat akta-akta yang dikehendaki oleh sebidang tanah yang menurut hukum tidak dapat
kedua belah pihak. Akta-akta yang dibuat oleh dimilikinya (Hak Milik atau Hak Guna
Notaris/PPAT tergantung kepada kesepakatan Bangunan). Perjanjian dengan menggunakan
bersama dengan pertimbangan-pertimbangan kuasa semacam itu, dengan menggunakan pihak
yang disampaikan oleh Notaris/PPAT untuk Warga Negara Indonesia sebagai Nominee
memperkuat dan mengikat kedua belah pihak.5 merupakan penyelundupan hukum karena
Terhadap Notaris yang membuat Akta substansinya bertentangan dengan Undang-
Notaris/perjanjian notariil atas tanah dimana undang Pokok Agraria (UUPA).7
materi dalam Akta Notaris/perjanjian notariil
tidak sesuai dengan fakta hanya sebagai 3.1.2 Keabsahan Perjanjian Nominee
“kedok” Warga Negara Asing (WNA) agar Menurut KUHPerdata
dapat memiliki hak milik secara tidak langsung, Perjanjian merupakan sumber hukum tanah
dengan tujuan memiliki aset-aset tanah / nasional selain Peraturan Perundang-Undangan
property di Indonesia, khususnya di Bali adalah dan hukum adat serta hukum kebiasaan. Dalam
bertentangan dengan asas-asas perjanjian dan menyelesaikan kasus-kasus konkret, sudah

4
Yosia Hetharief, 2019, Perjanjian Nominee sebagai Sarana Penguasaan Hak Milik
atas Tanah oleh Warga Negara Asing (WNA) Menurut Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, Tesis, Fakultas Hukum Universitas Pattimura, Ambon, h.29.
5
Ibid
6
Maria Sw. Sumardjono, 2006, Kebijakan Pertanahan antara Regulasi dan Implementasi,
Kompas, Jakarta, h.16.
7
Maria Sw. Sumardjono, 2007, Alternatif Kebijakan Pengaturan Hak Atas Tanah Beserta
Bangunan Bagi Warga Negara Asing dan Badan Hukum Asing, Kompas, Jakarta, h.18.

49
ISSN : 1907 - 8188

barang tentu perjanjian yang diadakan oleh para ataupun akta dibawah tangan. Terjadi
pihak merupakan juga hukum bagi hubungan kesepakatan berarti adanya
konkret yang bersangkutan (KUHPerdata kesesuaian, kecocokan, pertemuan
Pasal 1338). Tetapi ada pembatasanya, yaitu kehendak dari yang mengadakan
khusus di bidang hukum tanah, sepanjang perjanjian atau pernyataan kehendak
perjanjian yang diadakan itu tidak melanggar yangdisetujui antara pihak-pihak.
atau bertentangan dengan ketentuan UUPA. Unsur kesepakatan yaitu penawaran
Perjanjian merupakan sumber terpenting yang (offerte) adalah pernyataan pihak yang
melahirkan perikatan karena perikatan paling menawarkan dan penerimaan
banyak diterbitkan oleh suatu perjanjian.8 (acceptasi) adalah pernyataan pihak
Syarat sahnya suatu perjanjian diatur dalam yang menerima penawaran. Jadi
Pasal 1320 KUHPerdata : kesepakatan itu penting diketahui
1. Sepakat mereka yang mengikatkan karena merupakan awal terjadinya
dirinya. perjanjiaan. :9
2. Kecakapan untuk membuat suatu b. Kecakapan Untuk Membuat Suatu
perikatan. Perikatan
3. Suatu hal tertentu Dalam dunia hukum perkataan orang
4. Suatu sebab yang halal (person) berarti pendukung hak dan
kewajiban yang juga disebut subyek
Dari 4 syarat tersebut, dapat dibedakan hukum. Dengan demikian, maka dapat
menjadi 2 (dua) yaitu syarat yaitu : dikatakan bahwa setiap manusia baik
1. Syarat Subjektif, apabila dilanggar maka WNI maupun WNAadalah pembawa
perjanjian dapat dibatalkan, meliputi : hak (subyek hukum) yang memiliki hak
a. Kesepakatan Mereka Yang dan kewajiban untuk melakukan
Mengikatkan Dirinya perbuatan hukum. Meskipun setiap
Kesepakatan ini diatur dalam Pasal subyek hukum mempunyai hak dan
1320 Ayat (1) KUHPerdata. Yang kewajiban untuk melakukan
dimaksud dengan kesepakatan adalah perbuatan hukum, namun harus
persesuaian pernyataan kehendak didukung oleh kecakapan dan
antara satu orang atau lebih dengan kewenangan hukum. Kewenangan
pihak lainnya. Yang sesuai itu adalah memiliki/ menyandang hak dan
pernyataan karena kehendak itu tidak kewajiban tersebut disebut
dapat dilihat/diketahui orang lain. kewenangan hukum atau kewenangan
Sepakat yang merupakan salah satu berhak, karena sejak lahir tidak semua
syarat yang amat penting yang dapat subyek hukum (orang/person) yang
ditandai oleh penawaran dan ada pada umumnya memiliki
penerimaan dengan cara : tertulis, kewenangan hukum itu, cakap atau
lisan, diam-diam, dan simbol simbol dapat bertindak sendiri (bekwa-
tertentu. Kesepakatan dengan tertulis, amheid). Kecakapan berbuat adalah
dapat dilakukan dengan akta otentik kewenangan untuk melakukan

8
Sutarno, 2003, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Bandung, h.74.
9
Salim, Abdul, 2005, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Prenada Media, Jakarta, h.42.

50
ISSN : 1907 - 8188

perbuatan-perbuatan hukum sendiri. Tetapi ada pembatasan terhadap asas


Perbedaan antara kewenangan kebebasan berkontrak tersebut. Salah satu
dengan kecakapan berbuat adalah bila pembatasan terhadap asas kebebasan
kewenangan hukum maka subyek berkontrak dapat dilihat dalam Pasal 1338 Ayat
hukum dalam hal pasif sedang pada (3) KUHPerdata yang menyatakan bahwa
kecakapan berbuat maka subyek suatu perjanjian hanya dilaksanakan dengan
hukumnya pasif. itikad baik. Oleh karena itu para pihak tidak
2. Syarat Objektif, apabila dilanggar maka dapat menentukan sekehendak hatinya klausul-
perjanjian batal demi hukum, meliputi : klausul yang terdapat dalam perjanjiian tetapi
a. Suatu Hal Tertentu harus didasarkan dan dilaksanakan dengan
Objek perjanjian adalah prestasi itikad baik. Perjanjian yang didasarkan pada
(pokok perjanjian), yaitu apa yang itikad buruk misalnya penipuan mempunyai
menjadi kewajiban debitur dan apa akibat hukum perjanjian tersebut dapat
yang menjadi hak kreditur. Prestasi ini dibatalkan.
terdiri dari perbuatan positif dan Perjanjian Nominee ini, antara WNA dan
negatif. Prestasi terdiri dari WNI sejak awal disepakatinya perjanjian ada
memberikan sesuatu berbuat sesuatu, itikad buruk dari WNA untuk menyalahi
dan tidak berbuat sesuatu (Pasal 1234 ketentuan UUPA dengan maksud dapat
KUHPerdata). memiliki dan menguasai tanah di Indonesia
b. Suatu Kausa Yang Halal dengan hak milik. Itikad buruk ini muncul,
Walaupun para pihak dapat membuat ketika WNA dengan jelas mengetahui bahwa
perjanjian apa saja, namun ada penge- dalam ketentuan UUPA, ia tidak dapat memiliki
cualiannya yaitu sebuah perjanjian dan menguasai tanah di Indonesia dengan hak
tidak boleh bertentangan dengan milik, tetapi dengan cara yang tidak dibenarkan
perundang-undangan, ketertiban oleh undang-undang yaitu dengan kedok
umum, moral dan kesusilaan.10 perjanjian Nominee, WNA tersebut dapat
Sistem hukum Indonesia sama sekali tidak memiliki dan menguasai tanah di Indonesia.
dikenal mengenal perjanjian Nominee, sehingga itikad buruk dari WNA ini juga didukung oleh
dengan demikian tidak ada pengaturan secara WNI yang dipinjamkan namanya tersebut
khusus dan tegas mengenai perjanjian Nominee karena alasan rekan kerja, teman, kenalan, juga
ini. Menurut hukum perjanjian Indonesia, karena ada imbalan materi dari WNA. Selain
seseorang bebas untuk membuat perjanjian WNI, notaries/PPAT juga turut melegalkan
dengan pihak manapun yang dikehendakinya perjanjian nominee dengan akta-kata yang
sebagaimana asas kebebasan berkontrak. dikeluarkan dalam perjanjian tersebut, padahal
Undang-undang hanya mengatur orang-orang seorang notaris / PPAT tentunya mengetahui
tertentu yang tidak cakap untuk membuat hukum dengan jelas.
perjanjian, pengaturan mengenai hal ini dapat
dilihat dalam Pasal 1330 KUHPerdata. Dari 3.1.3 Pertanggungjawaban Hukum Notaris
ketentuan ini dapat disimpulkan bahwa setiap Menurut hukum perdata dasar pertang-
orang bebas untuk memilih pihak yang gungjawaban dibagi menjadi dua macam, yaitu
diinginkan untuk membuat perianjian, asalkan kesalahan dan risiko. Dengan demikian dikenal
pihak tersebut bukan pihak yang tidak cakap. dengan pertanggungjawaban atas dasar

10
Ibid

51
ISSN : 1907 - 8188

kesalahan (lilability without based on fault) permintaan para penghadap ke dalam bentuk
dan pertanggungjawaban tanpa kesalahan yang akta, seorang Notaris seharususnya tetap
dikenal (lilability without fault) yang dikenal berpijak pada aturan hukum yang berlaku. Hal
dengan tanggung jawab risiko atau tanggung ini penting untuk diingat agar jangan sampai
jawab mutlak (strick liabiliy).11 kehendak para pihak tersebut merupakan
Pasal 1 angka 1 Undang-undang Republik kehendak yang dilarang atau melanggar aturan
Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang hukum, ketertiban, maupun kesusilaan. Karena
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 30 pembuatan akta yang cacat hukum akan
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, berakibat akta tersebut batal demi hukum.
memberikan definisi Notaris sebagai “pejabat Undang-undang Republik Indonesia
umum yang berwenang membuat akta otentik Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
dan kewenangan lainnya sebagaimana Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang
dimaksud dalam undang-undang”. Berdasarkan Jabatan Notaris, tidak mengatur secara tegas
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa dan jelas bagaimana seorang Notaris selaku
wewenang Notaris sebagai pejabat umum Pejabat Umum mempertanggungjawabkan
membuat akta otentik yang secara tegas secara hukum apabila dia melakukan kesalahan
ditugaskan kepada mereka oleh undang- dalam membuat akta yang dibuatnya, hanya
undang, sedangkan wewenang pejabat lain dikatakan bahwa seorang Notaris tidak boleh
selain Notaris merupakan pengecualian. menolak untuk membuat suatu akta yang
Pemasalahan menyangkut apakah Notaris dimohon dan seorang Notaris tidak boleh
dalam hal membuat akta otentik mengerti benar membuat akta yang bertentangan dengan
akan nilai dan akibat-akibat dari pembuatan akta hukum. Masih banyak ditemukan bahwa
tersebut sebelum akhirnya akta tersebut seorang Notaris membuat surat-surat
dinyatakan cacat hukum. Seorang Notaris yang berdasarkan keterangan yang dihadapkan oleh
akan membuat akta cenderung menganggap penghadap atau pihak yang menghendaki
akta yang dibuatnya sudah sah apabila para adanya surat atau akta otentik tersebut tanpa
pihak telah sepakat, dan masing-masing pihak mengetahui kebenaran yang ada dilapangan
cakap untuk melakukan perbuatan hukum. atau bahkan Notaris keliru dalam
Namun sering tidak diperhatikan terhadap mencantumkan keterangan yang diinginkan oleh
obyek dan causa yang diperbolehkan. penghadap.
Meskipun disisi lain, Notaris/PPAT tersebut Lahirnya tanggung jawab Notaris/PPAT
memahami mengenai larangan kepemilikan terhadap akta yang batal demi hukum, dapat
tanah oleh WNA berdasarkan UUPA. Tidak digunakan teori pertanggungjawaban seperti,
ada kewajiban bagi Notaris/PPAT untuk liability dan responbility. Liability merupakan
menyelidiki secara materiil mengenai hal-hal karakter risiko atau tanggung gugat yang
yang dikemukakan oleh para penghadap. bergantung atau yang meliputi semua karakter
Namun, tidak bertanggung jawabnya hak dan kewajiban secara aktual atau potensial
seorang Notaris terhadap isi atau substansi akta seperti kerugian, ancaman, kajahatan, biaya
yang dibuat, tidak seharusnya diartikan secara atau kondisi yang menciptakan tugas untuk
mutlak. Artinya meskipun substansi atau materi melaksanakan undang-undang. Sedangkan
akta merupakan keinginan para pihak, tapi responbility berarti hal yang dapat
dalam memformulasikan keinginan atau dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban,

11
Ibid, h.49.

52
ISSN : 1907 - 8188

dan termasuk putusan, ketrampilan, tanggungjawab secara pidana apabila


kemampuan dan kecakapan meliputi juga melakukan suatu perbuatan pidana. Hal ini
kewajiban bertanggung jawab atas undang- dapat kita lihat dari rumusan Pasal 55 KUHP,
undang yang dilaksanakan. Pasal 263 KUHP, Pasal 264 KUHP, dan Pasal
Tanggung jawab hukum dikategorikan ke 266 KUHP. Dari rumusan Pasal tersebut
dalam 3 (tiga) bidang, yaitu : Penulis menyimpulkan bahwa, seorang Notaris
1. Tanggung Jawab Hukum Pidana yang melakukan suatu tindak pidana pemalsuan
Bentuk tanggung jawab yang dibebankan akta, dapat dimintakan pertanggung jawaban
kepada Pelaku yang melakukan perbuatan secara pidana. Namun sebelum seseorang
pidana yaitu penjatuhan sanksi pidana bertanggung jawab atas perbuatan yang
(Pasal 10 KUHP) dilakukannya harus melihat terlebih dahulu
2. Tanggung Jawab Hukum Perdata apakah ada alasan-alasan yang menghapuskan
Tanggung jawab hukum perdata muncul suatu tindak pidana, karena dalam hukum
karena subjek hukum tidak melakukan pidana mengenal adanya alasan pembenar dan
prestasi dan/atau melakukan perbuatan alasan pemaaf. Yang termasuk dalam kategori
melawan hukum, dan dapat dimintai aAlasan Pembenar yaitu :
pertanggung jawaban perdata (Pasal 1346 a. Perbuatan Yang Dilakukan Dalam
KUH Perdata). “Keadaan Darurat” (Pasal 48 KUHP)
3. Tanggung Jawab Hukum Administrasi b. Perbuatan Yang Dilakukan Karena
Bentuk tanggung jawab dibebankan Pembelaan Terpaksa (Pasal 49 Ayat (1)
kepada subjek yang melakukan kesalahan KUHP)
administratif. c. Perbuatan Untuk Menjalankan Peraturan
Perundang-Undangan” (Pasal 50 KUHP)
3.1.4 Pertanggungjawaban Notaris Secara d. Perbuatan Untuk Menjalankan Perintah
Pidana Jabatan Yang Sah (Pasal 51 KUHP)
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 Sedangkan yang termasuk Alasan Pemaaf
tentang Perubahan Atas Undang-undang yaitu :
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris a. Perbuatan Yang Dilakukan Oleh Orang
(UUJN) tidak mengatur mengenai ketentuan Yang “Tidak Mampu
pidana. UUJN hanya mengatur sanksi atas Bertanggung Jawab” (Pasal 44 KUHP)
pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris. b. Perbuatan Karena “Pembelaan Terpaksa
Penjatuhan sanksi pidana terhadap Notaris Yang Melampaui Batas” (Pasal 49 Ayat (2)
dapat dilakukan sepanjang batasan-batasan KUHP)
tersebut telah dilanggar, artinya disamping untuk
memenuhi rumusan pelanggaran tersebut dalam 3.1.5 PertanggungJawaban Notaris Secara
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perdata
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 30 Tanggung jawab Notaris sebagai profesi
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN) lahir dari adanya kewajiban dan kewenangan
dan Kode Etik Jabatan Notaris juga harus yang diberikan kepadanya, kewajiban dan
memenuhi rumusan yang tertera dalam KUHP. kewenangan tersebut secara sah dan terikat
Meskipun ketentuan pidana memang tidak mulai berlaku sejak Notaris mengucapkan
diatur di dalam Undang-undang Nomor 2 sumpah jabatannya sebagai Notaris. Sumpah
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- yang telah diucapkan tersebutlah yang
undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan seharusnya mengontrol segala tindakan Notaris
Notaris, namun Notaris dapat dikenakan dalam menjalankan jabatannya. Nico

53
ISSN : 1907 - 8188

membedakan tanggung jawab Notaris menjadi Administrasi. Menurut Philipus M. Hadjon dan
4 (empat) macam yaitu :12 H.D van Wijk Willem Konijnenbelt, sanksi
a. Tanggung jawab Notaris secara perdata administratif meliputi :14
terhadap kebenaran materiil terhadap a. Paksaan pemerintahan (bestuursdwang)
akata yang dibuatnya. b. Penarikan kembali keputusan (ketetapan)
b. Tanggungjawab Notaris secara pidana yang menguntungkan (izin, pembayaran,
terhadap kebenaran materiil dalam akta subsidi)
yang dibuatnya. c. Pengenaan denda Administratif
c. Tanggung jawab Notaris berdasarkan d. Pengenaan Uang Paksa oleh Pemerintah
Peraturan Jabatan Notaris terhadap (dwangsom)
kebenaran materiil dalam akta yang Tanggung jawab Administratif dikenakan
dibuatnya. kepada Notaris apabila terbukti melanggar
d. Tanggung jawab notaris dalam ketentuan pasal-pasal sebagai berikut :15
menjalankan tugas jabatannya berdasarkan 1. Melanggar ketentuan Pasal 7, dalam
Kode Etik Notaris. jangka waktu tiga puluh hari sejak tanggal
Sedangkan Wirjono Prodjodikoro pengambilan sumpah/ janji jabatan
mengatakan bahwa pertanggung jawaban atas 2. Melanggar larangan Pasal 17
perbuatan seseorang biasanya praktis baru ada 3. Melanggar ketentuan Pasal 20
arti apabila orang itu melakukan perbuatan- 4. Melanggar ketentuan Pasal 27
perbuatan yang tidak diperbolehkan oleh 5. Melanggar ketentuan Pasal 32
hukum dan sebagian besar perbuatan- 6. Melanggar ketentuan Pasal 54
perbuatan seperti ini merupakan suatu 7. Melanggar ketentuan Pasal 58
perbuatan yang di dalam KUH Perdata 8. Melanggar ketentuan Pasal 59
dinamakan perbuatan melawan hukum.13 Setelah berlakunya Undang-undang
Perbuatan melawan hukum “onrechtma- Nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan atas
tigedaad” (selanjutnya disebut PMH) di atur Undang-undang Nomor 30 tahun 2004 tentang
dalam Buku III yaitu Pasal 1365 s/d Pasal 1380 Jabatan Notaris, penjatuhan Sanksi
KUH Perdata. Admnistratif bagi Seorang Notaris langsung
mengacu kepada Pasal 8, 9, dan 12 UUJN,
3.1.6 Pertanggung Jawaban Notaris karena ketentuan lama yang mengatur tentang
Secara Administratif penjatuhan sanksi administrative terhadap
Selain pertanggung jawaban secara Pidana seorang Notaris (Pasal 85 Undang-undang
dan Perdata, terhadap seorang Notaris juga Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris)
dapat dijatuhkan tanggung jawab secara telah dihapus.

12
Nico, 2003, Tanggungjawab Notaris Selaku Pejabat Umum, Center for Documentation
and Studies of Business Law (CDBL), Yogyakarta, h.34.
13
Ibid
14
Habib Adjie, 2009, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat
Publik, Refika Aditama, Bandung, h. 108.
15
Sjaifurrachman, 2011, Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta,
Mandar Maju, Bandung, h. 199

54
ISSN : 1907 - 8188

3.2 Kepastian Hukum Penyeleseian Perjanjian pinjam nama (Nominee)


Sengketa Kepemilikan Hak Atas dikategorikan sebagai penyelundupan hukum,
Tanah Oleh Orang Asing Berdasarkan karena perjanjian pinjam nama (Nominee)
Perjanjian Nominee bertujuan untuk menghindari ketentuan larangan
Pertanggungjawaban atas perbuatan Warga Negara Asing memiliki hak atas tanah
seorang profesi hukum baru akan muncul sebagaimana yang diatur dalam Pasal 21 Ayat
apabila orang tersebut didalam menjalankan (1) UUPA. Cara menghindarinya adalah dengan
profesinya melakukan perbuatan yang dilarang melakukan Nominee atau pinjam nama
oleh Peraturan Perundang-Undangan dan pihak sehingga Warga Negara Asing tersebut bisa
lain yang dirugikan atas perbuatan orang memiliki tanah di Indonesia meskipun secara
tersebut dapat meminta ganti rugi (Pasal 1365 tidak langsung. Perjanjian Nominee tidak
KUH Perdata). Pihak yang merasa dirugikan mempunyai kepastian hukum karena melanggar
atas perbuatan yang dilarang oleh Peraturan ketentuan sebagaimana telah digariskan dalam
Perundang-Undangan yang dilakukan oleh ketentuan UUPA.
profesi, khususnya profesi Notaris/PPAT, dapat Akta-Akta khususnya Akta Jual Beli Hak
mengajukan tuntutan ganti rugi kepada orang Atas Tanah secara Nominee baik lisan maupun
tersebut melalui Pengadilan. Salah satu alasan tertulis ataupun melalui akta autentik itu dilarang
penggugat dapat menggugat Notaris/PPAT oleh Undang-Undang, khususnya Pasal 26
adalah karena Notaris/PPAT tersebut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
melakukan Perbuatan Melawan Hukum. Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
Penyelesaian sengketa terhadap masalah (UUPA). Apapun bentuknya dan caranya,
perjanjian Nominee umumnya diselesaikan Notaris dilarang membuat Akta Jual Beli Hak
melalui jalur hukum yaitu melalui jalur pengadilan Atas Tanah yang para pihaknya melakukan
karena menyangkut masalah hukum perjanjian. pinjam nama atau Nominee. Akibat hukum
Namun demikian selain melalui jalur Pengadilan Akta peralihan hak atas tanah yang dilakukan
(Litigasi) dapat diselesaikan pula melalui jalur berdasarkan akta Nominee, akta peralihan hak
di Luar Pengadilan (Non Litigasi) atau Alternatif atas tanah yang mengandung unsur atau
Penyelesaian Sengketa (ADR). Penyelesaian perbuatan pinjam nama atau Nominee maupun
Sengketa Alternatif (Alternative Dispute peralihan hak atas tanah tersebut dilakukan atas
Resolution) dapat dilakukan dengan berbagai dasar perjanjian Nominee yang telah dibuat
cara sebagaimana berikut ini akan diuraikan sebelumnya, maka akta yang dibuat oleh para
secara singkat masing-masing bentuknya baik pihak terkait dengan Nominee atau pinjam
yang telah disebutkan oleh Undang-Undang nama baik dibuat dibawah tangan ataupun
Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan dibuat oleh Notaris adalah Batal Demi Hukum.
AlternatifPenyelesaian Sengketa. Jika tidak bisa Dalam suatu perjanjian, terdapat prisip
diselesaikan melalui jalur negosiasi dapat bahwa perjanjian yang dibuat dengan itikad
ditingkatkan melalui penyelesaian melalui jalur baik mengikat para pembuatnya sebagaimana
Arbitrase, Mediasi atau pilihan lainnya bahkan undang-undang. Jika ada penyimpangan
dapat dilanjutkan melalui proses hukum, yaitu terhadap perjanjian yang dibuat oleh pihak yang
secara hukum perdata menyangkut wanprestasi berwenang, maka menyebabkan adanya
dalam suatu perjanjian Nominee. Ketidakpastian Hukum.16 Hukum bertujuan

16
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, h.57.

55
ISSN : 1907 - 8188

menjamin adanya kepastian hukum dalam aspek keadilan, aspek kemanfaatan, serta
masyarakat dan hukum itu harus pula aspek kepastian hukum.
bersendikan keadilan, yaitu asas-asas keadilan 1. Aspek Keadilan
masyarakat itu.17 Sedangkan menurut Satjipto Aspek Keadilan dapat dilihat dari dasar
Rahardjo, hukum bertujuan untuk mengan- pertimbangan hakim dalam menjatuhkan
tarkan manusia kepada kehidupan yang adil, Putusan, apakah sudah sesuai dengan
sejahtera, dan membuat manusia bahagia.18 ketentuan yang ada dalam Undang-undang
Hukum menurut Satjipto Rahardjo berfungsi ataukah tidak sesuai. Keadilan pada suatu
sebagai alat bagi masyarakat dalam putusan sangatlah sulit dalam mencari tolok
menyelesaikan setiap permasalahan hukum. ukurnya bagi para pihak yang bersengketa.
Oleh sebab itu, hakim dituntut agar didalam Keadilan bagi pihak yang satu belum tentu
putusannya mencapai tujuan hukum, yaitu adil bagi pihak yang lain. Adil pada
Keadilan, Kepastian, dan Kemanfaatan hakekatnya bermakna menempatkan
Hukum. sesuatu pada tempatnya dan memberikan
Hakim adalah orang yang memiliki tugas keapda siapa saja apa yang menjadi
mengadili, memutuskan suatu perkara dengan haknya, yang didasarkan pada suatu asas
memberikan vonis atau keputusan pengadilan.19 bahwa semua orang sama kedudukannya
Hakim dalam memutuskan suatu perkara harus dimuka hukum (equality before the law).
dalam keadaan merdeka, bebas dari tekanan 2. Aspek Kemanfaatan
dari legislatif, eksekutif, dan masyarakat. Kemanfaatan hukum adalah sebagai bagian dari
Walaupun hakim merdeka, namun dalam cita hukum yang merupakan pelengkap
memutuskan suatu perkara, hakim harus dari keadilan dan kepastian. Kemanfaatan
memenuhi keadilan, kepastian hukum, dan dapat diartikan sebagai ingin menjamin
kemanfaatan hukum. Tetapi dalam praktik, sulit kebahagiaan yang terbesar bagi manusia
untuk memenuhi ketiga hal tersebut. Hakim dalam jumlah yang sebanyak-
dalam memutuskan suatu lebih condong kesalah banyaknya.21 Masyarakat akan mentaati
satu dari ketiga hal yang harus ada dalam tiap hukum tanpa perlu dipaksa dengan sanksi
putusan pengadilan.20 apabila masyarakat merasakan manfaat.22
Tujuan pengaturan hukum perdata sebagai Aspek kemanfaatan dalam putusan hakim
dasar syahnya Perjanjian harus mampu dapat dilihat manakala hakim tidak saja
mewakili 3 (tiga) aspek tujuan hukum yakni, menerapkan hukum secara tekstual belaka

17
C. S. T. Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, h. 40.
18
Zulklifli Aspan, dkk, 2008, Kapita Selekta Ilmu Hukum Edisi I (Kumpulan Pidato Guru
Besar Fakultas Hukum Universitas Hassanudin), Membumi Pulishing, Makassar, h. 2.
19
Marwan dan Jimmy P, 2009, Kamus Hukum : Dictionary Of Law Complete Edition,
Reality Publisher, Surabaya, h.244.
20
Bagir Manan, 1995, Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia, Pusat Penerbitan
Universitas LPPM, Universitas Islam Bandung, Bandung, h. 2.
21
Sudikno Mertokusumo, 2010, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cahaya Atma Pustaka,
Yogyakarta, h. 80.
22
Fence M. Wantu, 2007, Anatomi dalam Penegakkan Hukum oleh Hakim, Jurnal Berkala
Mimbar Hukum, Vol. 19, Yogyakarta, h. 395.

56
ISSN : 1907 - 8188

dan hanya mengejar keadilan semata, akan ini karena pengaturan mengenai
tetapi juga mengarahkan pada kemanfaatan pertanggungjawaban Notaris yang tidak tegas
bagi kepentingan bersama dan kepentingan dan tidak jelas. Dalam hal Notaris melakukan
masyarakat pada umumnya. Putusan Perbuatan melawan Hukum, tidak diatur sanksi
hakim harus bisa memberi kemanfaatan yang jelas dan tegas baik berupa sanksi perdata
bagi semua pihak yang berperkara, serta maupun sanksi pidana di dalam Undang-undang
memberi manfaat pada masyarakat lainnya Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014
agar tidak melakukan tindakan serupa. tentang Perubahan Atas Undang-undang
Setiap putusan hakim haruslah memelihara Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
keseimbangan yang ada di masyarakat, Notaris.
setidak-tidaknya putusan hakim tersebut Penyelesaian sengketa terhadap masalah
dapat memulihkan keseimbangan dalam perjanjian Nominee umumnya diselesaikan
tatanan masyarakat, artinya pihak yang melalui jalur hukum yaitu melalui jalur pengadilan
salah diberikan sanksi, dan pihak yang karena menyangkut masalah hukum perjanjian.
dirugikan mendapatkan ganti rugi yang Namun demikian selain melalui jalur Pengadilan
sesuai ataupun mendapatkan kembali (Litigasi) dapat diselesaikan pula melalui jalur
haknya.23 di Luar Pengadilan (Non Litigasi) atau Alternatif
3. Aspek kepastian hukum dapat dilihat dari Penyelesaian Sengketa (ADR). Putusan Hakim
hasil akhir putusan hakim, hukum harus terkait sengketa pemilikan hak milik atas tanah
jelas, tidak menimbulkan multitafsir, dan yang melibatkan WBI dan WNA harus dapat
tidak menimbulkan kontradiktif, serta mewakili cita-cita dan tujuan hukum yaitu
dapat dilaksanakan, yang mampu keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.
menjamin kepastian hukum bagi
masyarakat. 4.2 Saran
Bagi Notaris/PPAT, perlunya peningkatan
IV PENUTUP kualitas khususnya peningkatan segi
profesionalismenya. Notaris/PPAT harus selalu
4.1 Simpulan mengingat sumpah jabatannya dan tidak
Notaris yang melakukan Perbuatan membuat suatu perbuatan yang dilarang oleh
Melawan Hukum yaitu melakukan hukum dengan cara melakukan penyelundupan
Penyelundupan Hukum melalui Akta/Perjanjian hukum yang bertujuan agar suatu perbuatan
Nominee yang mengakibatkan kerugian pada yang dilarang oleh hukum tersebut menjadi
pihak lain, maka terhadap Notaris tersebut dibolehkan. Jika setiap akta yang dibuat oleh
dapat dibebankan pertanggungjawaban baik Notaris/PPAT memuat kebenaran, keabsahan,
pertanggungjawaban perdata berupa kejelasan, dan kelengkapan, maka penguasaan
penggantian kerugian/ kompensasi, pertanggung Hak Milik atas tanah oleh Warga Negara Asing
jawaban Administratif berupa teguran atau secara pinjam nama atau Nominee tidak akan
pemberhentian karena melanggar kode etik terjadi.
jabatan profesi serta pertanggung jawaban Untuk para hakim, dalam memutus perkara
pidana. Namun penerapan pertanggung agar selalu mempertimbangkan aspek keadilan,
jawaban terhadap Notaris sulit dilakukan, hal kemanfaatan, dan kepastian hukum. Bagi

23
Ibid, h.486.

57
ISSN : 1907 - 8188

Pemerintah, perlu merevisi Undang-undang Marwan dan Jimmy P, 2009, Kamus Hukum
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 : Dictionary Of Law Complete Edition,
tentang Perubahan Atas Undang-undang Reality Publisher, Surabaya.
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan M.Yahya Harahap, 2013, Hukum Acara
Notaris, khususnya ketentuan Pasal 17, agar Perdata tentang Gugatan,
tidak disalahgunakan oleh Notaris dikemudian Persidangan, Pembuktian, dan Putusan
hari untuk melakukan Perbuatan Melawan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta.
Hukum.
Nico, 2003, Tanggungjawab Notaris Selaku
DAFTAR PUSTAKA Pejabat Umum, Center for
Documentation and Studies of Business
Anton M. Meoliono, Dkk, 2008, Kamus Besar Law (CDBL), Yogyakarta.
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta. Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar
Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta.
Bagir Manan, 1995, Kekuasaan Kehakiman
Republik Indonesia, Pusat Penerbitan Salim, Abdul, 2005, Hukum Bisnis Untuk
Universitas LPPM, Universitas Islam Perusahaan, Prenada Media, Jakarta.
Bandung. Sjaifurrachman, 2011, Aspek Pertanggung-
Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari, jawaban Notaris dalam Pembuatan
2005, Aspek-Aspek Perkembangan Akta, Mandar Maju, Bandung.
Kekuasaan Kehakiman di Indonesia, Sudikno Mertokusumo, 2010, Mengenal
UII Press, Yogyakarta. Hukum Suatu Pengantar, Cahaya Atma
C. S. T. Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Pustaka, Yogyakarta.
Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Sutarno, 2003, Aspek-Aspek Hukum
Balai Pustaka, Jakarta. Perkreditan Pada Bank, Alfabeta,
Habib Adjie, 2009, Sanksi Perdata dan Bandung.
Administratif Terhadap Notaris Sebagai Zulklifli Aspan, dkk, 2008, Kapita Selekta
Pejabat Publik, Refika Aditama, Ilmu Hukum Edisi I (Kumpulan Pidato
Bandung. Guru Besar Fakultas Hukum
Maria Sw. Sumardjono, 2006, Kebijakan Universitas Hassanudin), Membumi
Pertanahan antara Regulasi dan Pulishing, Makassar.
Implementasi, Kompas, Jakarta. Yosia Hetharief, 2019, Perjanjian Nominee
Maria S.W. Sumardjono, 2008, Alternatif sebagai Sarana Penguasaan Hak Milik
Kebijakan Pengaturan Hak Atas Tanah atas Tanah oleh Warga Negara Asing
Beserta Bangunan Bagi Warga Negara (WNA) Menurut Kitab Undang-
Asing dan Badan Hukum Asing, Undang Hukum Perdata, Tesis, Fakultas
Kompas, Jakarta. Hukum Universitas Pattimura, Ambon.

58

You might also like