You are on page 1of 12

SASI

Volume 25 Nomor 1, Januari - Juni 2019: hal. 1 - 12


Fakultas Hukum Universitas Pattimura
p-ISSN: 1693-0061 | e-ISSN: 2614-2961

Implementasi Kewajiban Notaris untuk Melekatkan Sidik


Jari Para Penghadap pada Minuta Akta

Rizka Rahmawati
Fakultas Hukum Universitas Udayana, Bali, Indonesia
E-mail: rizka.rahmawatii@gmail.com

Abstract: The unclear setting regarding the notary's obligation to attach the fingerprints
of the viewers influences the implementation of these provisions. There is a vagueness of
norms against the provisions of Article 16 paragraph (1) letter c UUJN-P because they
are not explained in detail. In addition, there is also a norm conflict in Article 16
paragraph (1) letter c UUJN-P with Article 38 paragraph (4) UUJN-P number 2
concerning attachment of fingerprints. The problem is whether the background of the
notary's obligation to attach fingerprints to the receipt of the deed, how is the procedure
for carrying out the obligation of the notary in attaching fingerprints to the deed of the
deed, and the legal consequences of the deed and notary the fingers of the viewers on the
minuta deed based on UUJN-P jo. UUJN. This research will be conducted using a type
of normative juridical research with a type of legislative approach (concept approach)
and a conceptual approach. The obligation of the notary to attach the fingerprint of the
face in the background with the aim of anticipating if at any time the viewers deny their
signature to the Minutes of Deed and this is an attitude of caution. In addition, regarding
the procedure of implementation, regarding the obligation of the notary to attach
fingerprints using the thumb/left thumb stamp and made on a new sheet or additional
width. Normatively not attaching fingerprints does not give effect to the position of the
certificate, the deed of the Notary is still valid and binding and has the power of proof
that is perfect. For a Notary who does not carry out the obligation to attach a fingerprint
to the Minute of Deed, the Notary may be subject to administrative sanctions.
Keywords: Obligations, Minutes of Deed, Notary, Fingerprint

A. PENDAHULUAN. melaksanakan jabatannya tentunya


memiliki kewajiban yang harus dijalankan.
Notaris sebagai pejabat umum
Jabatan notaris merupakan jabatan yang
memiliki peran sentral dalam penegakan
keberadaannya dikehendaki guna
hukum di Indonesia. Notaris dalam
mewujudkan hubungan hukum diantara

1 | S A S I Vo l . 2 5 N o . 1 , J a n u a r i - J u n i 2 0 1 9
subyek-subyek hukum yang bersifat Lembaran Negara Republik Indonesia
perdata. Notaris sebagai salah satu pejabat Nomor 4432 selanjutnya disebut dengan
umum mempunyai peranan penting yang UUJN). Unifikasi hukum di bidang
dipercaya oleh pemerintah dan kenotariatan, undang-undang jabatan
masyarakat untuk membantu pemerintah notaris ini menjadi dasar yang baru bagi
dalam melayani masyarakat dalam pelembagaan di Indonesia. Selama hampir
menjamin kepastian, ketertiban, dan 10 tahun UUJN diberlakukan sebagai
perlindungan hukum melalui akta otentik satu-satunya undang-undang yang
yang dibuat oleh atau di hadapannya, mengatur tentang jabatan notaris, akhirnya
mengingat akta otentik sebagai alat bukti pada tahun 2014 diberlakukan revisi
terkuat dan memiliki nilai yuridis yang terhadap UUJN. Revisi UUJN ini hanya
esensial dalam setiap hubungan hukum diberlakukan pada sebagian pasal yang
bila terjadi sengketa dalam kehidupan penting, yang selanjutnya selanjutnya
masyarakat. terjadi perubahan pada tahun 2014
Dalam suatu perkara perdata atau menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun
dari keseluruhan tahap persidangan dalam 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
penyelesaian perkara perdata, pembuktian Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang
memegang peranan yang sangat penting.1 Jabatan Notaris (Lembaran Negara
Apabila terjadi suatu perkara, akta Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 3,
autentik merupakan alat bukti tertulis yang Tambahan Lembaran Negara Republik
memiliki sifat terkuat dan terpenuh yang Indonesia Nomor 5491, selanjutnya
dapat membantu dalam penyelesaiaan disebut dengan UUJN-P). Berdasarkan
perkara. 2 Pada dasarnya alat bukti yang Pasal 1 angka 1 UUJN-P menentukan
kuat dan sempurna dalam suatu perbuatan pengertian notaris yaitu, “Notaris adalah
hukum merupakan satu sarana guna pejabat umum yang berwenang untuk
menjamin serta memberikan rasa aman membuat akta autentik dan memiliki
kepada para pihak. 3 Notaris sebagai kewenangan lainnya sebagaimana
salah satu penegak hukum karena notaris dimaksud dalam Undang-Undang ini atau
membuat alat bukti tertulis yang berdasarkan Undang-Undang lainnya.”
mempunyai kekuatan pembuktian. Para Munculnya lembaga notaris
ahli hukum berpendapat bahwa akta dilandasi kebutuhan akan suatu alat bukti
notaris dapat diterima dalam pengadilan yang mengikat selain alat bukti saksi.
sebagai bukti yang mutlak mengenai Adanya alat bukti lain yang mengikat,
isinya, tetapi meskipun demikian dapat mengingat alat bukti saksi kurang
diadakan penyangkalan dengan bukti memadai lagi sebab sesuai dengan
sebaliknya oleh saksi-saksi, yang dapat perkembangan masyarakat, perjanjian-
membuktikan bahwa apa yang perjanjian yang dilaksanakan anggota
diterangkan oleh notaris dalam aktanya masyarakat semakin rumit dan kompleks.
adalah benar. Notaris diberi wewenang selaku pejabat
Notaris merupakan pejabat umum Negara atau pejabat umum berdasarkan
yang keberadaannya ditentukan dalam ketentuan-ketentuan dalam UUJN untuk
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 menjalankan sebagian fungsi publik dari
(Lembaran Negara Republik Indonesia negara, di bidang hukum perdata
Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan khususnya di bidang hukum pembuktian.

1
Dinaryanti, A. R. (2013). Tinjauan Penghadap Yang Tidak Dapat Membaca dan
Yuridis Legalisasi Akta Di Bawah Tangan Oleh Menulis. Repertorium, 2 (2), h. 178.
Notaris. Legal Opinion, 1 (3), h. 4. 3
Sukisno, D. (2008). Pengambilan Foto
2
Sajadi, I., Saptanti, N., & Supanto, S. Copi Minuta Akta dan Pemanggilan
(2015). Tanggung Jawab Notaris Terhadap Notaris. Mimbar Hukum-Fakultas Hukum
Keabsahan Akta Notaris Yang Dibuatnya Atas Universitas Gadjah Mada, 20 (1), h. 1.

2 | S A S I Vo l . 2 5 N o . 1 , J a n u a r i - J u n i 2 0 1 9
Akta autentik berdasarkan Pasal 1868 berkewajiban: “melekatkan surat dan
KUHPerdata adalah “suatu akta yang dokumen serta sidik jari penghadap pada
dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh Minuta Akta”. Jika kita analisa bahwa
undang-undang, dibuat oleh atau pengertian minuta akta dalam Pasal 1
dihadapan pegawai-pegawai umum yang angka 8 UUJN-P yaitu, “Minuta Akta
berkuasa untuk itu ditempat dimana akta adalah asli akta yang mencantumkan tanda
dibuatnya.” Berdasarkan Pasal 1 angka (7) tangan para penghadap, saksi, dan Notaris,
UUJN-P bahwa, “Akta notaris adalah akta yang disimpan sebagai bagian dari
autentik yang dibuat oleh atau di hadapan Protokol Notaris”. Bahwa berdasarkan
Notaris menurut bentuk dan tata cara yang pasal tersebut hanya menentukan hal yang
ditetapkan dalam Undang-Undang ini.” harus dicantumkan dalam minuta kata
Akta autentik menjadi bukti dari adalah tanda tangan pengahadap, saksi,
setiap sahnya perjanjian maupun tindakan dan notaris dan tidak penambahan
hukum yang tercantum di dalamnya mengenai kewajiban untuk melekatkan
menjadikan produk hukum notaris sidik jari. Kemudian dalam Pasal 38 ayat
tersebut harus mengikuti tata cara (4) angka 2 UUJN-P mengenai akhir dan
pembuatannya sebagaimana telah diatur penutup akta bahwa “uraian
dalam peraturan perundang-undangan penandatanganan dan tempat
yang artinya apa yang tercantum dalam penandatanganan atau penerjemahan akta
akta tersebut harus dianggap benar adanya, apabila ada”. Dalam pasal ini pun tidak
sampai ada pihak yaitu biasanya pihak menentukan mengenai sidik jari para
lawan harus dapat membuktikan bahwa penghadap.
apa yang tercantum dalam akta tersebut Berdasarkan uraian diatas terdapat
tidak benar. Akta otentik sebagai alat bukti ketidakjelasan mengenai kewajiban
terkuat dan penuh mempunyai peranan notaris dalam melakatkan sidik jari
penting dalam setiap hubungan hukum penghadap. Karena dalam hal ini terjadi
dalam kehidupan masyarakat, Melalui kekaburan norma terhadap Pasal 16 ayat
akta otentik yang menentukan secara jelas (1) huruf c hal ini pun menjadi pertanyaan
hak dan kewajiban, menjamin kepastian sidik jari penghadap yang mana yang akan
hukum, dan sekaligus diharapkan pula dilekatkan karena dalam hal ini dalam
dapat dihindari terjadinya sengketa.4 penjelasan UUJN-P tidak dijelaskan
Pada saat menjalankan tugas dan secara detail. Selain itu juga terjadi konflik
jabatannya, Notaris berkewajiban norma dalam pasal yang ditentukan
menyimpan atau merahasiakan segala UUJN-P yaitu Pasal 16 ayat (1) huruf c
keterangan atau ucapan yang diberikan tentang kewajiban melekatkan sidik jari
dihadapannya sehubungan dengan pengahadap dan dalam Pasal 1 angka 8
pembuatan akta. Menjaga kerahasiaan itu tentang kewajiban yang harus
merupakan salah satu bentuk kewajiban dicantumkan dalam minuta akta hanya
Notaris sebagaimana ditetapkan oleh tanda tangan penghadap, saksi, dan notaris
UUJN. Di dalam menjalankan tugas dan tidak ditentukan mengenai sidik jari.
jabatannya, Notaris juga wajib: “bertindak Begitupun juga dalam Pasal 38 ayat (4)
jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, angka 2 yang tidak memuat adanya sidik
dan menjaga kepentingan pihak yang jari penghadap. Ketidakjelasan
terkait dalam perbuatan hukum”. pengaturan mengenai kewajiban notaris
Bahwa pasca UUJN-P diberlakukan dalam melekatkan sidik jari para
terdapat ketentuan terbaru mengenai penghadap berpengaruh terhadap
kewajiban Notaris, yaitu Pasal 16 ayat (1) pelaksanaan ketentuan tersebut, karena
huruf c UUJN-P, maka Notaris disatu sisi bahwa hal tersebut merupakan
4
Supriadi. (2006). Etika dan Tanggung Grafika, h. 29.
Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta: Sinar

3 | S A S I Vo l . 2 5 N o . 1 , J a n u a r i - J u n i 2 0 1 9
kewajiban notaris yang harus seperti peraturan perundang-undangan.
dilaksanakan. Adapun sumber bahan hukum primer pada
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penelitian ini meliputi: Kitab Undang-
maka terdapat beberapa hal yang menarik Undang Hukum Perdata; Undang-Undang
untuk dibahas yakni mengenai apakah Nomor 30 Tahun 2004 (Lembaran Negara
yang melatarbelakangi terhadap Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
kewajiban notaris untuk melekatkan sidik 117, Tambahan Lembaran Negara
jari pada penghadap pada minuta akta, Republik Indonesia Nomor 4432); dan
bagaimanakah prosedur pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
kewajiban notaris dalam melekatkan sidik Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
jari para penghadap pada minuta akta, dan Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Jabatan
mengenai akibat hokum terhadap Notaris (Lembaran Negara Republik
kedudukan akta dan notaris yang tidak Indonesia Tahun 2014 Nomor 3,
melakukan pembubuhan sidik jari tangan Tambahan Lembaran Negara Republik
para penghadap pada minuta akta Indonesia Nomor 5491). Sedangkan bahan
berdasarkan UUJN-P jo. UUJN. Sesuai hukum sekunder merupakan bahan hukum
dengan uraian tersebut maka penulis pendukung dari bahan hukum primer
tertarik untuk melakukan penulisan seperti, buku-buku, hasil karya ilmiah,
dengan judul, "Implementasi Kewajiban artikel internet maupun pendapat para ahli
Notaris untuk Melekatkan Sidik Jari Para yang berakitan dengan implementasi
Penghadap Pada Minuta Akta". kewajiban notaris untuk melekatkan sidik
jari para penghadap pada minuta akta.
B. METODE PENELITIAN Serta bahan hukum tersier yang
merupakan bahan yang dapat memberikan
Penelitian ini akan dilakukan
petunjuk dan/atau penjelasan mengenai
menggunakan jenis penelitian yuridis
bahan hukum primer dan juga bahan
normatif, yang artinya penelitian yang
hukum sekunder seperti, kamus hukum
dilakukan dengan meneliti bahan
dan juga ensiklopedia. Adapun teknik
kepustakaan yang ada seperti peraturan
pengumpulan bahan hukum yang
perundang-undangan, buku-buku yang
digunakan dalam penelitian ini dengan
berkaitan, serta kamus atau ensiklopedi.5
melakukan pencatatan secara sistematis
Pendekatan ini dilakukan dengan maksud
dari bahan-bahan yang mendukung
agar peneliti mendapatkan informasi dari
mengenai implementasi kewajiban notaris
berbagai aspek mengenai isu yang sedang
untuk melekatkan sidik jari para
dicoba untuk dicari jawabannya. 6 Dari
penghadap pada minuta akta yang
beberapa pendekatan yang ada, dalam
diperoleh melalui studi kepustakaan.
penelitian ini jenis pendekatan yang akan
Adapun teknik analisis bahan hukum yang
digunakan adalah pendekatan perundang-
digunakan adalah deskripsi, sistematisasi,
undangan (statue approach) dan
interprestasi, dan argumentasi.
pendekatan konseptual (conceptual
approach). Dalam melakukan penelitian
C. PEMBAHASAN
ini menggunakan 3 (tiga) sumber bahan
hukum yaitu, bahan hukum primer, bahan 1. Latar Belakang Dilakukannya
hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Kewajiban Notaris untuk
Sumber bahan hukum primer merupakan Melekatkan Sidik Jari Para
bahan hukum yang sifatnya mengikat Penghadap pada Minuta Akta.

5
Soekanto, S. & Mamudji. S. 6
Marzuki, P.M. (2013). Penelitian
(2009). Penelitian Hukum Normatif Suatu Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, h.
Tinjauan Singkat. Jakarta: RajaGrafindo Persada, h. 133.
13-14.

4 | S A S I Vo l . 2 5 N o . 1 , J a n u a r i - J u n i 2 0 1 9
KUHPerdata yang menyebutkan bahwa,
Munculnya lembaga notaris “suatu akta otentik adalah suatu akta yang
dilandasi kebutuhan akan suatu alat bukti dibuat dalam bentuk yang ditentukan
yang mengikat selain alat bukti saksi. undang-undang oleh atau di hadapan
Adanya alat bukti lain yang mengikat, pejabat umum yang berwenang untuk itu
mengingat alat bukti saksi kurang di tempat akta itu dibuat.” Pasal 1868
memadai lagi sebab sesuai dengan KUHPerdata ini telah menunjuk suatu
perkembangan masyarakat, perjanjian- pejabat umum untuk membentuk suatu
perjanjian yang dilaksanakan anggota akta otentik, dan yang dimaksud dalam
masyarakat semakin rumit dan kompleks. pejabat umum yang berwenang ini salah
Notaris sebagai pejabat publik, dalam satunya yaitu Notaris.
pengertian mempunyai wewenang dengan Menurut ketentuan dalam Pasal 1
pengecualian, dengan mengkategorikan ayat (1) UUJN-P disebutkan bahwa
notaris sebagai pejabat publik, dalam hal Notaris adalah pejabat umum yang
ini publik yang bermakna hukum. Notaris berwenang untuk membuat akta otentik
sebagai pejabat publik tidak berarti sama dan kewenangan lainnya sebagaimana
dengan pejabat publik dalam bidang dimaksud dalam undang-undang ini.
pemerintahan yang dikategorikan sebagai Kewenangan Notaris ditentukan secara
badan atau pejabat tata usaha negara, hal jelas dalam Pasal 15 UUJN-P, yang
ini dapat dibedakan dari produk masing- menentukan bahwa:
masing pejabat publik tersebut. Notaris 1. Notaris berwenang membuat akta
sebagai pejabat publik produk akhirnya otentik mengenai semua perbuatan,
yaitu akta otentik, yang terikat dalam perjanjian, dan ketetapan yang
ketentuan hukum perdata terutama dalam diharuskan oleh peraturan
hukum pembuktian. Notaris merupakan perundang-undangan dan/atau yang
pengemban profesi luhur yang memiliki 3 dikehendaki oleh yang
(tiga) ciri-ciri pokok. Pertama, bekerja berkepentingan untuk dinyatakan
secara bertanggungjawab, kedua dalam akta otentik, menjamin
menciptakan keadilan, dan ketiga bekerja kepastian tanggal pembuatan akta,
tanpa pamrih demi kepentingan klien menyimpan akta, memberikan
dengan menjunjung tinggi harkat dan grosse, salinan dan kutipan akta,
martabat sesama anggota profesi dan semuanya itu sepanjang pembuatan
organisasi profesinya. akta-akta itu tidak juga ditugaskan
Kedudukan seorang notaris sebagai atau dikecualikan kepada pejabat
suatu fungsionaris dalam masyarakat lain atau orang lain yang ditetapkan
sebagai seorang pejabat yang dapat oleh undang-undang.
diandalkan oleh masyarakat. Seorang 2. Notaris berwenang pula:
notaris biasanya dianggap sebagai seorang a. mengesahkan tanda tangan dan
pejabat tempat seseorang dapat menetapkan kepastian tanggal
memperoleh nasihat yang dapat surat di bawah tangan dengan
diandalkan. Segala sesuatu yang ditulis mendaftar dalam buku khusus;
serta ditetapkannya (konstatir) adalah b. membukukan surat-surat di
benar, notaris merupakan pembuat bawah tangan dengan mendaftar
dokumen yang kuat dalam suatu proses dalam buku khusus;
hukum. 7 Jabatan Notaris di Indonesia c. membuat copy dari asli surat-
diatur di dalam UUJN sebagai salah satu surat di bawah tangan berupa
produk hukum Nasional. UUJN ini salinan yang memuat uraian
merupakan implementasi dari Pasal 1868 sebagaimana ditulis dan
7
Kie, Than Thong. (2007). Studi Notariat, Van Hoeve, h. 444.
Serba Serbi Praktek Notaris, Jakarta: Ichtiar Baru

5 | S A S I Vo l . 2 5 N o . 1 , J a n u a r i - J u n i 2 0 1 9
digambarkan dalam surat yang yang harus ditaati oleh notaris. Kewajiban
bersangkutan; Notaris ditentukan dalam Pasal 16 UUJN-
d. melakukan pengesahan P yaitu:
kecocokan fotocopi dengan surat 1. Dalam menjalankan jabatannya,
aslinya; Notaris wajib:
e. memberikan penyuluhan hukum a. bertindak amanah, jujur,
sehubungan dengan pembuatan saksama, mandiri, tidak
akta; berpihak, dan menjaga
f. membuat akta yang berkaitan kepentingan pihak yang terkait
dengan pertanahan; atau dalam perbuatan hukum;
g. membuat akta risalah lelang. b. membuat Akta dalam bentuk
3. Selain kewenangan sebagaimana Minuta Akta dan menyimpannya
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), sebagai bagian dari Protokol
Notaris mempunyai kewenangan Notaris;
lain yang diatur dalam peraturan c. melekatkan surat dan dokumen
perundang-undangan. serta sidik jari penghadap pada
Minuta Akta;
Berdasarkan uraian diatas d. mengeluarkan Grosse Akta,
menunjukan bahwa sifat dari keotentikan Salinan Akta, atau Kutipan Akta
suatu akta tergantung dari bentuk akta berdasarkan Minuta Akta;
tersebut yang diatur dalam undang- e. memberikan pelayanan sesuai
undang serta dibuat oleh pejabat yang dengan ketentuan dalam
berwenang di wilayah hukum Undang-Undang ini, kecuali ada
kewenangannya, dalam hal ini alasan untuk menolaknya;
menunjukan kewenangan utama dari f. merahasiakan segala sesuatu
Notaris adalah untuk membuat akta mengenai Akta yang dibuatnya
otentik sehingga dengan demikian akta dan segala keterangan yang
yang dibuat oleh Notaris dalam diperoleh guna pembuatan Akta
kedudukannya tersebut memperoleh sifat sesuai dengan sumpah/janji
akta otentik, dalam menjalankan jabatan, kecuali undang-undang
kewenangan seorang Notaris tentu menentukan lain;
mempunyai kewajiban yang wajib g. menjilid Akta yang dibuatnya
dijalankannya. Kewajiban menurut dalam 1 (satu) bulan menjadi
Kamus Besar Bahasa Indonesia (yang buku yang memuat tidak lebih
selanjutnya disebut KBBI), diartikan dari 50 (lima puluh) Akta, dan
sebagai sesuatu yang diwajibkan, sesuatu jika jumlah Akta tidak dapat
yang harus dilaksanakan atau dapat dimuat dalam satu buku, Akta
diartikan juga sebagai suatu keharusan. tersebut dapat dijilid menjadi
Sehingga kewajiban notaris adalah lebih dari satu buku, dan
sesuatu yang harus dilaksanakan oleh mencatat jumlah Minuta Akta,
notaris dalam menjalankan jabatannya, bulan, dan tahun pembuatannya
karena sudah menjadi suatu keharusan pada sampul setiap buku;
yang diwajibkan oleh UUJN. h. membuat daftar dari Akta protes
Sebagai jabatan dan profesi yang terhadap tidak dibayar atau tidak
terhormat notaris mempunyai kewajiban- diterimanya surat berharga;
kewajiban yang harus dilaksanakan baik i. membuat daftar Akta yang
berdasarkan peraturan perundang- berkenaan dengan wasiat
undangan yang khusus mengatur menurut urutan waktu
mengenai notaris, yaitu UUJN maupun pembuatan Akta setiap bulan;
peraturan perundang-undangan lainnya

6 | S A S I Vo l . 2 5 N o . 1 , J a n u a r i - J u n i 2 0 1 9
j. mengirimkan daftar Akta f. Akta lainnya sesuai dengan
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-
huruf i atau daftar nihil yang undangan.
berkenaan dengan wasiat ke 4. Akta in originali sebagaimana
pusat daftar wasiat pada dimaksud pada ayat (2) dapat dibuat
kementerian yang lebih dari 1 (satu) rangkap,
menyelenggarakan urusan ditandatangani pada waktu, bentuk,
pemerintahan di bidang hukum dan isi yang sama, dengan ketentuan
dalam waktu 5 (lima) hari pada pada setiap Akta tertulis kata-kata
minggu pertama setiap bulan “BERLAKU SEBAGAI SATU
berikutnya; DAN SATU BERLAKU UNTUK
k. mencatat dalam repertorium SEMUA".
tanggal pengiriman daftar wasiat 5. Akta in originali yang berisi kuasa
pada setiap akhir bulan; yang belum diisi nama penerima
l. mempunyai cap atau stempel kuasa hanya dapat dibuat dalam 1
yang memuat lambang negara (satu) rangkap.
Republik Indonesia dan pada 6. Bentuk dan ukuran cap atau stempel
ruang yang melingkarinya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituliskan nama, jabatan, dan huruf l ditetapkan dengan Peraturan
tempat kedudukan yang Menteri.
bersangkutan; 7. Pembacaan Akta sebagaimana
m. membacakan Akta di hadapan dimaksud pada ayat (1) huruf m
penghadap dengan dihadiri oleh tidak wajib dilakukan, jika
paling sedikit 2 (dua) orang penghadap menghendaki agar Akta
saksi, atau 4 (empat) orang saksi tidak dibacakan karena penghadap
khusus untuk pembuatan Akta telah membaca sendiri, mengetahui,
wasiat di bawah tangan, dan dan memahami isinya, dengan
ditandatangani pada saat itu juga ketentuan bahwa hal tersebut
oleh penghadap, saksi, dan dinyatakan dalam penutup Akta
Notaris; dan serta pada setiap halaman Minuta
n. menerima magang calon Akta diparaf oleh penghadap, saksi,
Notaris. dan Notaris.
2. Kewajiban menyimpan Minuta Akta 8. Ketentuan sebagaimana dimaksud
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada ayat (7) dikecualikan terhadap
huruf b tidak berlaku, dalam hal pembacaan kepala Akta, komparasi,
Notaris mengeluarkan Akta in penjelasan pokok Akta secara
originali. singkat dan jelas, serta penutup
3. Akta in originali sebagaimana Akta.
dimaksud pada ayat (2) 9. Jika salah satu syarat sebagaimana
meliputi:www.hukumonline.com dimaksud pada ayat (1) huruf m dan
a. Akta pembayaran uang sewa, ayat (7) tidak dipenuhi, Akta yang
bunga, dan pensiun; bersangkutan hanya mempunyai
b. Akta penawaran pembayaran kekuatan pembuktian sebagai akta di
tunai; bawah tangan.
c. Akta protes terhadap tidak 10. Ketentuan sebagaimana dimaksud
dibayarnya atau tidak pada ayat (9) tidak berlaku untuk
diterimanya surat berharga; pembuatan Akta wasiat.
d. Akta kuasa; 11. Notaris yang melanggar ketentuan
e. Akta keterangan kepemilikan; sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan

7 | S A S I Vo l . 2 5 N o . 1 , J a n u a r i - J u n i 2 0 1 9
huruf a sampai dengan huruf l dapat dokumen sidik jari penghadap pada
dikenai sanksi berupa: Minuta Akta memang ada manfaatnya dan
a. peringatan tertulis; merupakan sikap kehati-hatian. Namun
b. pemberhentian sementara; apabila kewajiban untuk melekatkan
c. pemberhentian dengan hormat; dokumen sidik jari tersebut diwajibkan
atau kepada penghadap yang bisa
d. pemberhentian dengan tidak membubuhkan tanda tangannya,
hormat. hendaknya kewajiban tersebut
12. Selain dikenai sanksi sebagaimana diberlakukan juga terhadap para saksi,
dimaksud pada ayat (11), sebab keberadaan para saksi merupakan
pelanggaran terhadap ketentuan salah satu di antara persyaratan otensitas
Pasal 16 ayat (1) huruf j dapat suatu akta notaris
menjadi alasan bagi pihak yang
menderita kerugian untuk menuntut 2. Prosedur Pelaksanaan Terhadap
penggantian biaya, ganti rugi, dan Kewajiban Notaris Dalam
bunga kepada Notaris. Melekatkan Sidik Jari Para
13. Notaris yang melanggar ketentuan Penghadap Pada Minuta Akta.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf n dapat dikenai sanksi berupa Diwajibkannya Notaris melekatkan
peringatan tertulis.” sidik jari penghadap pada Minuta Akta
adalah untuk memberikan kepastian
Dapat ditemukan dalam Pasal 16 hukum mengenai kebenaran identitas bagi
ayat (1) huruf c bahwa notaris para penghadap di dalam akta Notaris,
berkewajiban untuk melekatkan sidik jari sehingga diharapkan tidak ada
penghadap pada minuta akta. Sidik jari penyangkalan dari masing-masing pihak
(finger print) adalah hasil reproduksi terkait keadaan berhadapan dengan
tapak jari baik yang sengaja diambil, Notaris di dalam akta autentik. Sidik jari
dicapkan dengan tinta maupun bekas yang (fingerprint) adalah hasil reproduksi tapak
ditinggalkan pada benda karena pernah jari baik yang sengaja diambil dengan
tersentuh kulit telapak tangan atau kaki. tinta, maupun bekas yang ditinggalkan
Kulit telapak adalah kulit pada bagian pada benda karena pernah tersentuh kulit
telapak tangan mulai dari pangkal telapak tangan atau kaki. Sementara bagi
pergelangan sampai kesemua ujung jari, Notaris sendiri dengan adanya sidik jari
dan kulit bagian dari telapak kaki mulai para penghadap tersebut dapat
dari tumit sampai ke ujung jari yang mana memberikan perlindungan hukum jika
pada daerah tersebut terdapat garis halus dikemudian hari timbul sengketa terkait
menonjol yang keluar satu sama lain yang keadaan berhadapan di dalam akta Notaris,
dipisahkan oleh celah atau alur yang dimana sidik jari tersebut mempunyai arti
membentuk struktur tertentu. penting sebagai back-up yang menyatakan
Kewajiban melakukan pelekatakan bahwa Notaris telah menjalankan fungsi
sidik jari para penghadap yang ditentukan jabatanya sesuai dengan ketentuan
dalam Pasal 16 ayat (1) huruf C tentunya peraturan perundang-undangan yang
muncul banyak pertanyaan, salah satunya berlaku.
mengapa dilakukan kewajiban tersebut. Terkait amanat Pasal 16 ayat (1)
Hal ini dilatarbelakangi dengan tujuan huruf c, dalam setiap pembuatan akta
untuk mengantisipasi apabila suatu saat hendaknya Notaris meminta kepada
para penghadap menyangkal penghadap untuk membubuhkan sidik jari
tandatangannya pada minuta akta, maka (ibu jari/jempol) kiri yang dilekatkan pada
sebagai bukti tambahan digunakan sidik Minuta Akta, walaupun tidak ada larangan
jari penghadap tersebut. Melekatkan apabila ada Notaris yang melekatkan sidik

8 | S A S I Vo l . 2 5 N o . 1 , J a n u a r i - J u n i 2 0 1 9
jari pada Minuta Akta dengan jari yang menyebutkan “Notaris berwenang pula
lain selain ibu jari, sebab memang tidak memberikan penyuluhan hukum
ada penjelasan lebih lanjut dalam UUJN sehubungan dengan pembuatan akta”.
mengenai sidik jari mana yang dilekatkan
pada Minuta Akta. Mengenai 3. Akibat Hukum Terhadap
permasalahan sidik jari penghadap Kedudukan Akta Dan Notaris Yang
diletakkan apakah dilakukan di lembar Tidak Melakukan Pembubuhan
terpisah atau tidak dengan minuta akta, Sidik Jari Tangan Para Penghadap
bahwa prosedur pembubuhan sidik jari Pada Minuta Akta Berdasarkan
penghadap dilakukan pada lembar UUJN-P.
tersendiri atau lembar tambahan dengan
mencantumkan perbuatan hukum, nama Sebelum membahas akibat hukum
penghadap, cap jempol, dan keterangan terhadap kedudukan akta notaris yang
pada lembar tambahan tersebut. tidak melakukan pembubuhan sidik jari
Menurutnya sidik jari penghadap tersebut para penghadap pada minuta akta, perlu
dilekatkan pada lembaran kertas tersendiri, dipahami akta notaris sebagai alat bukti
hal ini dilakukan karena lembaran yang umumnya. Maka akta notaris dibedakan
berisi sidik jari para penghadap tersebut menjadi tiga macam kekuatan pembuktian
harus dilekatkan bersamaan dengan yakni
dijahitnya Minuta Akta, dan pada bagian 1. Kekuatan pembuktian lahiriah
akhir penutup akta mengenai telah (uitwendige bewijskracht) yang
ditandatangani dan dibubuhi sidik jari merupakan kekuatan pembuktian
penghadap dengan keterangan sebagai dalam artian kemampuan dari akta
berikut: “Setelah akta ini dibacakan oleh itu sendiri untuk membuktikan
saya, Notaris kepada para penghadap, dan dirinya sebagai akta otentik.
para saksi, maka pada ketika itu juga para Kemampuan ini berdasarkan Pasal
penghadap membubuhkan tanda 1875 Kitab Undang-Undang Hukum
tangannya juga membubuhkan sidik jari Perdata tidak dapat diberikan kepada
tangan kiri pada lembaran kertas tersendiri akta yang dibuat di bawah tangan.
yang dilekatkan pada minuta akta ini, para Akta yang dibuat di bawah tangan
saksi, dan saya, Notaris baru berlaku sah, yakni sebagai yang
menandatanganinya.” benar-benar berasal dari pihak,
Menjalankan kewajiban melekatkan terhadap siapa akta tersebut
sidik jari tersebut dalam pelaksanaannya dipergunakan, apabila yang
terdapat beberapa hambatan-hambatan menandatanganinya mengakui
dalam pembubuhan sidik jari para kebenaran dari tanda tangannya itu
penghadap pada minuta akta. Terkadang atau dengan cara yang sah menurut
Notaris menjumpai penghadap yang tidak hukum telah diakui oleh yang
mau membubuhkan sidik jarinya pada bersangkutan. Sementara akta
lembar kertas tersendiri yang telah otentik membuktikan sendiri
disediakan oleh Notaris untuk keperluan keabsahannya. Suatu akta nampak
tersebut dengan alasan sudah sebagai akta otentik, artinya
membubuhkan tanda tangannya. Hal ini menandakan dirinya dari luar, dari
menjadi kendala bagi Notaris manakala kata-katanya sebagai seorang
penghadap tersebut tidak mau pejabat umum, maka akta itu
membubuhkan sidik jarinya. Untuk terhadap setiap orang dianggap akta
menghadapi persoalan tersebut Notaris otentik sampai dapat dibuktikan
harus memberikan penyuluhan hukum bahwa akta tersebut bukanlah akta
terkait pentingnya sidik jari pada Minuta otentik.
Akta. Pasal 15 ayat (2) huruf e UUJN

9 | S A S I Vo l . 2 5 N o . 1 , J a n u a r i - J u n i 2 0 1 9
2. Kekuatan pembuktian formal ada di dalam akta tersebut. Artinya
(formale bewijskracht) Merupakan pihak penyangkal tidak
kepastian bahwa suatu kejadian dan mempersoalkan formalitas akta
fakta tersebut dalam akta betul-betul namun mempersoalkan substansi
dilakukan oleh notaris atau akta. Dalam membuktikan hal ini
diterangkan oleh pihak-pihak yang menurut hukum dapat digunakan
menghadap. Artinya bahwa pejabat segala hal yang berda dalam koridor
yang bersangkutan telah hukum formil pembuktian
menyatakan dalam tulisan 3. Kekuatan pembuktian material
sebagaimana yang tercantum dalam (materiele bewijskracht) Merupakan
akta itu dan selain dari itu kebenaran kepastian bahwa apa yang tersebut
dari apa yang diuraikan oleh pejabat dalam akta itu merupakan
dalam akta itu sebagai yang pembuktian yang sah terhadap
dilakukan dan disaksikannya di pihak-pihak yang membuat akta atau
dalam jabatan itu. Dalam arti formal, mereka yang mendapat hak dan
sepanjang mengenai akta pejabat, berlaku untuk umum, kecuali ada
akta itu membuktikan kebenaran pembuktian sebaliknya. Artinya
dari apa yang disaksikan, yakni yang tidak hanya kenyataan yang
dilihat, didengar, dan juga dilakukan dibuktikan oleh suatu akta otentik,
sendiri oleh notaris sebagai pejabat namun isi dari akta itu dianggap
umum di dalam menjalankan dibuktikan sebagai yang benar
jabatannya. Pada akta dibawah terhadap setiap orang, yang
tangan kekuatan pembuktian ini menyuruh membuatkan akta itu
hanya meliputi kenyataan bahwa sebagai tanda bukti terhadap dirinya.
keterangan itu diberikan, apabila Akta otentik dengan demikian
tanda tangan yang tercantum dalam mengenai isi yang dimuatnya
akta dibawah tangan itu diakui oleh berlaku sebagai yang benar,
yang yang menandatanganinya atau memiliki kepastian sebagai
dianggap telah diakui sedemikian sebenarnya maka menjadi terbukti
menurut hukum. Dalam arti formal, dengan sah diantara para pihak oleh
maka terjamin kebenaran/kepastian karenanya apabila digunakan di
tanggal dari akta otentik, kebenaran muka pengadilan adalah cukup dan
tandatangan, identitas dari orang- bahwa hakim tidak diperkenankan
orang yang hadir, demikian juga untuk meminta tanda pembuktian
tempat akta dibuat. Pada akta otentik lainnya disamping akta otentilk
berlaku terhadap setiap orang yakni tersebut. Hakim terikat dengan alat
apa yang ada dan terdapat diatas bukti otentik sebab jika tidak
tandatangan mereka. Namun demikian maka dapat dipertanyakan
terdapat kekecualian atau apa gunanya undang-undang
pengingkaran atas kekuatan menunjuk para pejabat yang
pembuktian formal ini. Pertama, ditugaskan untuk membuat suatu
pihak penyangkal dapat langsung akta otentik sebagai alat bukti bila
tidak mengakui bahwa tanda tangan hakim dapat begitu saja
yang dibubuhkan dalam akta mengesampingkan akta yang dibuat
tersebut adalah tanda tangannya. oleh pejabat tersebut.
Kedua, pihak penyangkal dapat Akta notaris merupakan perjanjian
menyatakan bahwa notaris dalam para pihak yang mengikat mereka yang
membuat akta melakukan suatu membuatnya, oleh karena itu syarat-syarat
kesalahan atau kekhilafan namun sahnya perjanjian harus dipenuhi. Pasal
tidak menyangkal tanda tangan yang 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

10 | S A S I V o l . 2 5 N o . 1 , J a n u a r i - J u n i 2 0 1 9
Perdata yang mengatur tentang syarat berwenang menjatuhkan sanksi adalah
sahnya perjanjian, ada syarat subyektif Majelis Pengawas Wilayah (MPW),
yaitu syarat yang berkaitan dengan subjek sedangkan Majelis Pengawas Daerah
yang mengadakan atau membuat hanya melakukan pemeriksaan dan
perjanjian, yang terdiri dari kata sepakat pembinaan secara langsung dan rutin
dan cakap bertindak untuk melakukan kepada Notaris, dan jika dalam
suatu perbuatan hukum, dan syarat pemeriksaan ditemukan adanya
obyektif yaitu syarat yang berkaitan pelanggaran, maka Majelis Pengawas
dengan perjanjian itu sendiri atau Daerah (MPD) hanya mengusulkan
berkaitan dengan objek yang dijadikan kepada Majelis Pengawas Wilayah.
perbuatan hukum oleh para pihak, yang Menurut Habib Adjie,9 secara garis besar
terdiri dari suatu hal tertentu dan sebab sanksi administratif dapat dibedakan 3
yang tidak dilarang.8 (tiga) macam, yaitu: Sanksi Reparatif,
Seorang notaris dalam membuat Sanksi Punitif dan Sanksi Regresif.
suatu akta berpedoman pada syarat sahnya Pembubuhan sidik jari penghadap
perjanjian yang ditentukan dalam Pasal merupakan bagian dari kewajiban Notaris
1320 KUHPerdata. Kaitannya dengan untuk melekatkannya dalam Minuta Akta,
pembubuhan sidik jari bahwa dalam meskipun apabila terjadi pelanggaran
UUJN tidak ada satu pasal yang terhadap kewajiban melekatkan sidik jari
menyebutkan akta Notaris yang tidak penghadap, tidak dapat menyebabkan akta
dilekatkan sidik jari dapat terdegradasi yang dibuat oleh Notaris menjadi
ataupun menurunkan sifat akta Notaris terdegradasi menjadi pembuktian akta di
menjadi akta di bawah tangan, hal ini bawah tangan, namun demikian Notaris
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 16 yang melanggar tersebut dapat dijatuhi
ayat (11) UUJN, bahwa Notaris yang tidak atau dikenai sanksi administratif.
melaksanakan tugasnya untuk melekatkan
sidik jari penghadap pada Minuta Akta D. P E N U T U P
hanya dapat dikenakan sanksi berupa
Berdasarkan uraian-uraian yang
peringatan tertulis, tanpa mengurangi
telah dikemukakan, maka penulis dapat
status ataupun sifat dari akta yang dibuat
menarik kesimpulan yaitu kewajiban
oleh Notaris yang bersangkutan, jadi
notaris untuk melekatkan sidik jari
mengenai hal ini Notaris hanya diberi
penghadap di latar belakangi dengan
peringatan tertulis dan aktanya tetap sah
tujuan untuk mengantisipasi apabila suatu
dan mengikat serta mempunyai kekuatan
saat para penghadap menyangkal
pembuktian yang sempurna. Agar akta itu
tandatangannya pada Minuta Akta, maka
menjadi akta autentik dan tetap sah maka
sebagai bukti tambahan digunakan sidik
Notaris dalam pembuatan aktanya harus
jari penghadap tersebut. Melekatkan
memenuhi syarat-syarat yang dinyatakan
dokumen sidik jari penghadap pada
dalam Pasal 1868 dan Pasal 1320
Minuta Akta memang ada manfaatnya dan
KUHPerdata, namun Notaris juga tetap
merupakan sikap kehati-hatian. Selain itu
menjalankan kewajiban Pasal 16 ayat (1)
mengenai prosedur pelaksanaannya
huruf c UUJN-P.
bahwa mengenai kewajiban notaris
Notaris yang tidak melaksanakan
melekatkan sidik jari menggunakan cap
ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf c maka
jempol/ibu jari kiri. Sidik jari penghadap
Notaris tersebut dapat dikenai sanksi
tersebut dibuatkan di satu lembar baru
administratif, menurutnya yang

8
Adjie, Habib. (2009). Sekilas Dunia Indonesia, Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30
Notaris dan PPAT Indonesia, Bandung: Mandar Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Cetakan
Maju, h. 37. Ketiga. Bandung: Refika Aditama, h. 221.
9
Habib Adjie. (2011). Hukum Notaris

11 | S A S I V o l . 2 5 N o . 1 , J a n u a r i - J u n i 2 0 1 9
atau lebar tambahan. Dalam Than Thong Kie. (2007). Studi Notariat,
pelaksanaannya terkadang menemui Serba Serbi Praktek Notaris, Jakarta:
kendala misalnya penghadap tidak mau PT Ichtiar Baru Van Hoeve
melakukan pembubuhan sidik jarinya
karena penghadap merasa sudah Peraturan Perundang-Undangan
membubuhkan tanda tangan, atas kendala
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
tersebut Notaris memberikan penyuluhan
Terjemahan R. Subekti dan R.
hukum terkait pembubuhan sidik jari. Dan
Tjitrosudibio.
terhadap Notaris yang tidak melaksanakan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
kewajiban melekatkan sidik jari para
(Lembaran Negara Republik
penghadap pada Minuta Akta tidak
Indonesia Tahun 2004 Nomor 117,
mengurangi keabsahan atau otentisitas
Tambahan Lembaran Negara
dari akta yang dibuat oleh Notaris yang
Republik Indonesia Nomor 4432).
bersangkutan. Jadi secara normatif tidak
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
melekatkan sidik jari tersebut tidak
Tentang Perubahan Atas Undang-
memberi pengaruh terhadap kedudukan
Undang Nomor 3 Tahun 2004
aktanya, akta Notaris tetap sah dan
Tentang Jabatan Notaris (Lembaran
mengikat serta mempunyai kekuatan
Negara Republik Indonesia Tahun
pembuktian yang sempurna. Terhadap
2014 Nomor 3, Tambahan Lembaran
Notaris yang tidak melaksanakan
Negara Republik Indonesia Nomor
kewajiban melekatkan sidik jari
5491)
penghadap pada Minuta Akta
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 16
Lain - Lain
ayat (1) huruf c, maka terhadap
pelanggaran tersebut Notaris dapat Dinaryanti, A. R. (2013). Tinjauan Yuridis
terkena sanksi administratif sebagaimana Legalisasi Akta Di Bawah Tangan
diatur dalam Pasal 16 ayat (11) UUJN. Oleh Notaris. Legal Opinion, 1 (3).
Sajadi, I., Saptanti, N., & Supanto, S.
(2015). Tanggung Jawab Notaris
DAFTAR PUSTAKA Terhadap Keabsahan Akta Notaris
Yang Dibuatnya Atas Penghadap
Yang Tidak Dapat Membaca dan
Adjie, Habib. (2009). Sekilas Dunia Menulis. Repertorium, 2 (2).
Notaris dan PPAT Indonesia, Sukisno, D. (2008). Pengambilan Foto
Bandung: Mandar Maju. Copi Minuta Akta dan Pemanggilan
_______. (2011). Hukum Notaris Notaris. Mimbar Hukum-Fakultas
Indonesia, Tafsir Tematik Terhadap Hukum Universitas Gadjah
UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Mada, 20 (1).
Jabatan Notaris. Cetakan Ketiga.
Bandung: Refika Aditama.
Marzuki, P.M. (2013). Penelitian Hukum.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Soekanto, S. & Mamudji. S. (2009).
Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Supriadi. (2006). Etika dan Tanggung
Jawab Profesi Hukum di Indonesia.
Jakarta: Sinar Grafika.

12 | S A S I V o l . 2 5 N o . 1 , J a n u a r i - J u n i 2 0 1 9

You might also like