You are on page 1of 12

KEDUDUKAN HUKUM PERUBAHAN SALINAN AKTA DALAM

PERJANJIAN KERJASAMA

ANDI WAFIAH, MUSAKKIR, NURFAIDAH SAID

Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin


Jl. Pintu Dua Unhas KM. 10, Makassar, Sulawesi Selatan, 90245
Email: tdwafiyyah@gmail.com

Abstract
Indonesia is a country that guarantees the certainty, order and legal protection of every citizen.
Increasing public demand for legal certainty and demands encourages the need for service
from the (general) Office in the field of manufacturing evidence to ensure legal certainty. Any
person who postulated that he has a right or to place his or her own right or to deny the rights
of others, is obliged to prove the rights or the event. Thus, the strongest deed and will be used
to be the instrument of evidence in the society is needed, the authentic deed made by or in the
presence of a notary. One of notary's obligations is, issuing a copy of the deed based on deed
minuta. However different things occur in the field, in practice factually there is a discrepancy
between copies of the deed held by the parties.
This research uses normative type of study. To obtain data, study studies and field studies. It
is subsequently analyzed qualitatively and presented descriptively.
The results of this research show the legal force of a Change of Copy act as a tool of evidence
in a civil lawsuit can be seen from the order of the deed. If notarial deed has been fulfilled,
material and outward, then there is no reason to declare notarial deed does not have binding
legal force. The responsibility of the notary public on the product of the deed is attached until
anytime. When the notary deed is null and void based on the court judgment, the notary public
may be subject to civil sanction. Further notary may also be subject to administrative
sanctions the deed of counterfeit copies of the deed may be categorized as acts against the law
and may be subject to criminal sanctions.
Keywords: Legal position, copy of deed, cooperation agreement

Abstrak
Indonesia merupakan negara yang menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum
bagi setiap warga negara. Meningkatnya tuntutan masyarakat akan kepastian hukum serta
tuntutan mendorong kebutuhan akan pelayanan dari pejabat (umum) dalam bidang
pembuatan alat bukti guna menjamin kepastian hukum. Setiap orang yang mendalilkan
bahwa ia mempunyai suatu hak atau guna menegukan haknya sendiri ataupun membantah
suatu hak orang lain, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut. Dengan
demikian suatu akta yang terkuat dan akan dipergunakan untuk dijadikan alat bukti di dalam
masyarakat sangat dibutuhkan, yakni akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan notaris.
Salah satu kewajiban Notaris adalah, mengeluarkan salinan akta berdasarkan minuta akta.
Namun hal yang berbeda terjadi di lapangan, dalam praktiknya secara faktual terdapat adanya
ketidaksesuaian antara salinan akta yang dipegang oleh para pihak.
Penelitian ini menggunakan tipe peneletian normatif. Untuk memperoleh data dibutuhkan
studi pustaka, dan studi lapangan. Selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan disajikan secara
deskriptif.

1
Hasil penelitian ini menunjukkan kekuatan hukum terhadap suatu Perubahan Salinan Akta
sebagai alat bukti dalam suatu Perkara Perdata dapat dilihat dari minuta akta tersebut. Jika
akta notaris telah memenuhi syarat formil, materil dan lahiriah maka tidak ada alasan untuk
menyatakan akta Notaris tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Tanggung jawab
Notaris Pengganti terhadap produk akta yang dibuatnya melekat sampai kapanpun. Ketika
akta Notaris batal demi hukum berdasarkan putusan pengadilan, maka terhadap Notaris yang
bersangkutan dapat dijatuhi sanksi perdataSelanjutnya Notaris juga dapat dikenakan sanksi
administratif Perbuatan pemalsuan salinan akta dapat dikategorikan sebagai perbuatan
melawan hukum dan dapat dikenakan sanksi pidana.
Kata Kunci : Kedudukan Hukum, Salinan Akta, Perjanjian Kerjasama

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara hukum notaris. Untuk keperluan tersebut tidak
berdasarkan Pancasila dan Undang- jarang orang meminta bantuan pada
Undang Dasar Negara Republik Indonesia seorang notaris untuk membuatkan akta
Tahun 1945 yang menjamin kepastian, tersebut.1
ketertiban dan perlindungan hukum bagi Kewenangan notaris yang utama
setiap warga negara. Untuk menjaminkan adalah membuat akta otentik mengenai
hal tersebut, dibutuhkan alat bukti tertulis semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan
yang berisfat otentik mengenai perbuatan, yang diharuskan oleh peraturan
perjanjian, penetapan dan perisitiwa perundang-undangan dan atau yang
hukum yang dibuat di hadapan atau oleh dikehendaki oleh yang berkepentingan
pejabat yang berwenang. Meningkatnya untuk dinyatakan dalam akta otentik,
tuntutan masyarakat akan kepastian hukum menjamin kepastian tanggal pembuatan
serta tuntutan akan pengembangan dunia akta, menyimpan akta, memberikan
usaha mendorong kebutuhan akan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya
pelayanan dari pejabat (umum) dalam itu sepanjang pembuatan akta itu tidak
bidang pembuatan alat bukti guna ditugaskan atau dikecualikan kepada
menjamin kepastian hukum. pejabat lain atau orang lain yang
Setiap orang yang mendalilkan bahwa ditetapkan oleh undang-undang. Hal ini
ia mempunyai suatu hak atau guna diatur dalam Pasal 15 ayat (1) Undang –
menegukan haknya sendiri ataupun Undang Republik Indonesia Nomor 2
membantah suatu hak orang lain, menuju Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris.2
pada suatu peristiwa, diwajibkan Sesuai dengan amanat Pasal 1868
membuktikan adanya hak atau peristiwa KUHPerdata dan Pasal 1 angka 7 Undang-
tersebut, demikian ketentuan Pasal 1865 Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jabatan Notaris yang selanjutnya disebut
Untuk membuktikan apa yang disebutikan UUJN harus dibuat dalam bentuk dan tata
di dalam Pasal 1865 KUHPerdata tersebut cara yang ditentukan Undang-Undang, jadi
dapat digunakan alat-alat bukti berupa bentuk formal dalam pembuatan akta
bukti tulisan, bukti dengan saksi-saksi, otentik merupakan hal yang baku,
persangkaan-persangkaan, pengakuan dan sehingga jika dibuat diluar bentuk formal
sumpah (Pasal 1868 KUHPerdata). Bukti akan berdampak kepada otentitasnya.
tulisan dapat berupa akta otentik atau akta Notaris harus benar-benar menguasai
di bawah tangan. Dengan demikian suatu ketentuan-ketentuan yang mengatur
akta yang terkuat dan akan dipergunakan tentang bentuk atau formalitas dari akta
untuk dijadikan alat bukti di dalam 1
masyarakat sangat dibutuhkan, yakni akta Herlien Budiono, Dasar Teknik Pembuatan Akta
Notaris, (Bandung: PT. Citra Adita, 2013), hlm. 1.
otentik yang dibuat oleh atau di hadapan 2
Ibid..

2
Notaris itu, agar supaya dapat dikatakan a. nama lengkap, tempat tanggal lahir,
sebagai akta otentik dan tetap memiliki kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan,
kekuatan otentitasnya sebagai akta Notaris. kedudukan, tempat tinggal para
Hal demikian tidak hanya sekedar untuk penghadap dan/atau orang yang mereka
memberikan perlindungan terhadap diri wakili;
Notaris yang bersangkutan, melainkan b. keterangan mengenai kedudukan
juga demi kepentingan dan perlindungan bertindak penghadap;
hukum bagi pihak-pihak pengguna jasa c. Isi akta merupakan kehendak dan
Notaris. keinginan dari pihak berkepentingan;
Salah satu kewajiban Notaris yang dan
tertuang dalam Pasal 16 UUJN adalah, d. nama lengkap, tempat tanggal lahir,
mengeluarkan salinan akta berdasarkan serta pekerjaan, jabatan kedudukan dan
minuta akta. Berdasarkan Pasal 1 angka 9 tempat tinggal dari tiap-tiap saksi
UUJN, salinan akta adalah salinan kata pengenal.
demi kata dari seluruh akta dan pada Mengenai isi akta tersebut
bagian bawah salinan akta tercantum frasa dihubungkan dengan Larangan yang
“diberikan sebagai salinan yang sama tercantum dalam Pasal 48 UUJN, yaitu:
bunyinya”. Dengan demikian, maka (1) Isi akta dilarang diubah dengan:
Notaris wajib mengeluarkan salinan akta a. diganti;
yang isinya sama persis dengan minutanya. b. ditambah;
Di dalam Pasal 54 UUJN diatur bahwa c. dicoret;
notaris hanya dapat memberikan, d. disisipkan;
memperlihatkan, atau memberitahukan isi e. dihapus; dan/atau
akta, grosse akta, salinan akta atau kutipan f. ditulis tindih
akta kepada orang yang berkepentingan
lansung pada akta tersebut. Seperti ahli (2)Perubahan isi akta sebagaimana
waris, atau orang yang memperoleh hak, dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b,
kecuali ditentukan oleh peraturan huruf c, dan huruf d dapat dilakukan
perundang-undangan. Kekecualian yang dan sah jika perubahan tersebut diparaf
dimaksud, diantaranya adalah kewjiban atau diberi tanda pengesahan lain oleh
notaris untuk menyampaikan kepada Seksi penghadap, saksi dan notaris.
Daftar Pusat Wasiat pada Kementerian (3)Pelanggaran terhadap ketentuan
Hukum dan HAM setiap bulan dalam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
waktu lima hari pada minggu pertama dan ayat (2) mengakibatkan suatu Akta
surat wasiat yang dibuat di hadapan hanya mempunyai kekuatan
notaris.3 pembuktian sebagai akta di bawah
Menilai Akta Notaris dapat dilihat dari tangan dan dapat menjadi alasan bagi
3(tiga) aspek yaitu lahiriah, materil dan pihak yang menderita kerugian untuk
formal. Adapun aspek formal akta notaris menuntut penggantian biaya, ganti rugi,
ada 3 (tiga) sebagaimana diatur dalam dan bunga kepada Notaris.
Pasal 38 UUJN yaitu bahwa setiap akta Dalam praktik notaris, kesalahan ketik
notaris terdiri atas: (kata atau kalimat yang salah) bisa saja
a. Awal Akta atau Kepala Akta; terjadi dan diketahui ketika sedang
b. Badan Akta; dan dilakukan pembacaan, tapi bukan hanya
c. Akhir atau penutup Akta. kesalahan ketik, bisa saja data yang
Pasal 38 ayat (3) UUJN mengatur diketikkan tidak sesuai dengan faktanya
bahwa Isi Akta merupakan bagian dari atu isi akta tidak semuanya sesuai dengan
Badan Akta yang memuat : keinginan penghadap. Kesalahan tersebut
bisa saja terjadi pada semua bagian akta,
3
atas kesalahan tesebut dapat dilakukan
Ibid.

3
perubahan, tapi dalam hal Pasal 48 UUJN Notaris Pengganti yang membuat akta
hanya memperbolehkan perubahan hanya tersebut.
pada isi akta saja. Perubahan tersebut Penelitian ini menggunakan metode
dapat dilakukan karena masih berupa penelitian normatif, yaitu penelitian
rancanga akta yang belum ada paraf dan hukum yang meletakkan hukum sebagai
tanda tangan penghadap, saksi dan sistem norma5 Sistem norma yang
notaris.4 dimaksud adalah mengenai asas-asas,
Namun hal yang berbeda terjadi di norma, kaidah, dari peraturan perundang-
lapangan, dalam praktiknya secara faktual undangan dan putusan pengadilan. Dengan
terdapat fakta adanya ketidaksesuaian pengertian penelitian yang dilakukan
antara salinan akta yang dipegang oleh dengan menganalisis substansi Peraturan
para pihak. Dalam kasus ini terdapat dua Perundang-undangan atas pokok
pihak yang bersepakat membuat akta permasalahan. Dalam hal ini penulis akan
Perjanjian Kerjasama tertanggal 31 Juli menganalisis mengenai ketidaksesuaian isi
2015 yang dibuat oleh Notaris pengganti, salinan akta dengan minuta akta notaris
namun dalam kenyataannya diketahui dalam perjanjian kerja sama sebagaimana
bahwa salinan akta Perjanjian Kerjasama diatur dalam Undang-Undang Nomor 2
(PKS) yang dipegang oleh Pihak Pertama Tahun 2014 tentang Perubahan atas
dan Pihak kedua yakni berbeda, salinan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
akta yang dipegang oleh Pihak Pertama tentang Jabatan Notaris dengan kajian atas
berbeda dengan minuta aktanya sedangkan muatan normatif . Serta melakukan
salinan akta yang dipegang oleh Pihak wawancara dengan responden yang
Kedua sama dengan minuta aktanya. dianggap dapat memberikan informasi
Di dalam salinan akta Notaris mengenai pelaksanaan penegakan hukum
Pengganti yang dipegang oleh Pihak tersebut.
Pertama, bahwa dalam Perjanjian Data kemudian dianalisis dengan
Kerjasama tertanggal 31 Juli 2015 tersebut metode induktif, yaitu suatu cara berfikir
dalam Pasal 8 tertuang konsekuensi jika yang didasarkan pada fakta-fakta yang
para Pihak Kedua tidak melaksanakan isi bersifat umum dilanjutkan dengan
perjanjian kerja sama pada Pasal 7 huruf penarikan kesimpulan yang bersifat khusus
(b) dan huruf (c) tersebut maka pihak untuk mengajukan saran.
Kedua wajib dikenakan sanksi membayar
denda sebesar “Rp. 10.000.000.000,- Pembahasan
(sepuluh milyar rupiah)”, tetapi dalam A. Kekuatan hukum terhadap suatu
salinan akta Pihak Kedua tertulis Perubahan Salinan Akta sebagai alat
“Rp.10.000.000,- (sepuluh milyar bukti dalam suatu Perkara Perdata
rupiah)”. Di dalam laporan tertulis yang Secara konseptual, pengertian akta
diajukan oleh pihak kedua kepada Majelis otentik tercantum dalam berbagai
Pengawas Daerah, Pihak Pertama dan peraturan perundang-undangan dan yang
Notaris Pengganti diduga secara sepihak tercantum dalam kamus, baik kamus
membuat salinan akta perjanjian kerjasama hukum maupun kamus bahasa Indonesia.
baru dengan merubah isi pasal 8 tersebut Pengertian akta otentik tercantum di dalam
dengan nominal Rp. 10.000.000,- menjadi Pasal 1868 KUHPerdata, yakni : “Suatu
nominal Rp. 10.000.000.000,- dengan akta yang dibuat dalam bentuk yang
tanpa dihadiri dan sepengetahuan pihak ditentukan undang-undang oleh atau di
Kedua dan menganggap bahwa ada hadapan pejabat umum yang berwenang
kerjasama antara Pihak Pertama dengan
5
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,
4
Habib Adjie, Penafsiran Tematik Hukum Notaris (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2005),
Indonesia, (Jakarta: PT. Refika Aditama, 2017), hlm. 35.
hlm. 97.

4
untuk itu di tempat akta itu dibuat”. Di umum yang berwenang untuk membuat
dalam UUJN, tidak ditemukan pengertian akta otentik, maka dapat disimpulkan
akta otentik, namun yang ada yaitu bahwa tugas utama dari seorang Notaris itu
pengertian Akta notaris. Akta notaris yang adalah membuat akta otentik.7
selanjutnya disebut Akta adalah : “Akta Berbeda dengan rumusan Pasal 1
otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Peraturan Jabatan Notaris, yang
notaris menurut bentuk dan tata cara yang menyatakan dengan tegas bahwa Notaris
ditetapkan dalam undang-undang ini”. adalah pejabat umum satu-satunya yang
Otentik tidaknya suatu akta berwenang untuk membuat akta, maka
(autentitas) tidaklah cukup apabila akta Pasal 1 Undang-Undang Nomor 30 tahun
tersebut dibuat oleh atau dihadapan pejabat 2004 tidak menyebutkan dengan tegas
(notaris) saja. Namun cara membuat akta bahwa Notaris adalah pejabat umum satu-
otentik tersebut haruslah menurut satunya yang berwenang untuk membuat
ketentuan yang ditetapkan oleh undang- akta otentik. 8
undang. Suatu akta yang dibuat oleh Penggunaan perkataan “uitslitend”
seorang pejabat tanpa ada wewenang dan (satu-satunya) dalam Pasal 1 Peraturan
tanpa ada kemampuan untuk membuatnya Jabatan Notaris dimaksudkan untuk
atau tidak memenuhi syarat, tidaklah dapat memberikan penegasan, bahwa notaris
dianggap sebagai akta otentik, tetapi adalah satu-satunya yang mempunyai
mempunyai kekuatan sebagai akta di wewenang umum itu, tidak turut pejabat
bawah tangan apabila ditanda tangani oleh lainnya. Semua pejabat lainnya hanya
pihak-pihak yang bersangkutan. mempunyai wewenang “tertentu”, artinya
wewenang mereka tidak meliputi lebih
Sebagaimana telah kita ketahui, akta jauh dari pada pembuatan akta otentik
adalah alat bukti tertulis yang diberi tanda yang secara tegas ditugaskan kepada
tangan serta memuat peristiwa-peristiwa mereka oleh undang-undang. 9
yang menjadi dasar dari suatu perikatan Dengan demikian hanya kepada
atau menjadi dasar dari suatu hak dengan notaris pembuat undang-undang
ketentuan bahwa sejak semula akta ini memberikan wewenang untuk membuat
sengaja dibuat untuk pembuktian. akta otentik, sedangkan terhadap pejabat
Menurut rumusan Pasal 1868 Kitab umum lainnya, kewenangan mereka
Undang-Undang Hukum perdata, untuk dibatasi oleh undang- undang yang hanya
membuat suatu akta otentik harus untuk akta otentik tertentu saja. 10
dilakukan oleh pejabat umum yang Dari rumusan Pasal 1 Undang-Undang
berwenang untuk membuat akta otentik. Nomor 30 tahun 2004 dapat diketahui
Sebagai pelaksanaan dari ketentuan Pasal bahwa pembuat undang-undang
1868 itu, maka menurut Pasal 1 Peraturan memberikan wewenang yang bersifat
Jabatan Notaris Staatblad Nomor 3 tahun umum kepada notaris, namun disamping
1860 yang telah diganti dengan Undang- itu kewenangan notaris itu juga dibatasi
Undang Nomor 30 tahun 2004 Tentang yaitu hanya dapat mebuat akta otentik
Jabatan Notaris, pejabat umum yang apabila dikehendaki atau diminta oleh para
dimaksud adalah Notaris.6 pihak yang berkepentingan, artinya notaris
Dari ketentuan Pasal 1 ayat 1 Undang- tidaklah berwenang untuk membuat akta
Undang Nomor 30 tahun 2004 yang secara jabatan. Hal itu dapat diketahui dari
menyatakan bahwa Notaris adalah pejabat rumusan pasal 15 ayat 1 Undang-Undang
6
Dedy Pramono, “KEKUATAN PEMBUKTIAN
AKTA YANG DIBUAT OLEH NOTARIS 7
Ibid.
SELAKU PEJABAT UMUM MENURUT 8
Ibid.
HUKUM ACARA PERDATA DI INDONESIA”, 9
Lexia Jurnalica Vol. 12, No. 3, (Desember Ibid.
10
2015):252-253. Ibid.

5
Jabatan Notaris, yang menentukan untuk menuntut penggantian biaya,
mengenai kewenangan notaris. 11 ganti rugi dan bunga.12
Dalam praktek Notaris kesalahan ketik Pasal 49 dan 50 UUJN merupakan
(kata atau kalimat yang salah) bisa saja aturan secara teknis untuk melakukan
terjadi dan diketahui ketika sedang perubahan jika terjadi kesalahan pada Isi
dilakukan pembacaan, tapi bukan hanya Akta yang disebutkan dama Pasal 48
kesalahan ketik bisa saja data yang UUJN, yaitu:
diketikkan tidak sesuai dengan faktanya - Pasal 49
atau isi akta tidak semuanya sesuai dengan (1)Setiap perubahan atas Akta
keinginan penghadap. Kesalahan tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal
bisa saja terjadi pada semua bagian akta 48 ayat (2) dibuat di sisi kiri Akta.
(Awal-Isi dan Akhir) akta, atas kesalahan (2)Dalam hal suatu perubahan tidak
tersebut dapat dilakukan Perubahan, tapi dapat dibuat di sisi kiri Akta,
dalam hal Pasal 48 ayat (1) UUJN, hanya perubahan tersebut dibuat pada
memperbolehkan perubahan hanya pada isi akhir Akta, sebelum penutup Akta,
akta saja. Perubahan tersebut dapat dengan menunjuk bagian yang
dilakukan karena masih berupa rancangan diubah atau dengan menyisipkan
akta yang belum ada paraf dan tanda lembar tambahan.
tangan penghadap, saksi dan Notaris. (3)Perubahan yang dilakukan tanpa
Pasal 48 ayat (1) UUJN secara menunjuk bagian yang diubah
imperatif melarang perubahan terhadap isi mengakibatkan perubahan tersebut
akta. Padahal kontruksi formalitas akta batal.
Notaris selain badan (yang didalamnya ada (4)Pelanggaran terhadap ketentuan
isi akta) juga ada awal dan akhir akta. sebagaimana dimaksud pada ayat
Bahwa awal dan akhir akta merupakan (1) dan ayat (2) mengakibatkan
tanggungjawab Notaris sepenuhnya. Oleh suatu Akta hanya mempunyai
karena itu terhadap isi akta Notaris kekuatan pembuktian sebagai akta di
dilarang membuat kesalahan, meskipun bawah tangan dan dapat menjadi
demikian menurut Pasal 48 ayat (2) UUJN alasan bagi pihak yang menderita
ada pengecualian untuk perubahan yang kerugian untuk menuntut
meliputi diganti, ditambah, dicoret, penggantian biaya, ganti rugi, dan
disisipkan. Dapat dilakukan dan sah jika bunga kepada Notaris.
perubahan tersebut diparaf atau diberi - Pasal 50
tanda pengesahan lain oleh penghadap, (1)Jika dalam Akta perlu dilakukan
saksi dan Notaris. Tapi untuk dihapus atau pencoretan kata, huruf, atau angka,
ditindih tetap dilarang untuk dilakukan. pencoretan dilakukan sedemikian
Pelanggaran terhadap pasal tersebut, yaitu rupa sehingga tetap dapat dibaca
melakukan perubahan berupa penggantian, sesuai dengan yang tercantum
penambahan, pencoretan dan penyisipan semula, dan jumlah kata, huruf, atau
tidak dilakukan paraf atau diberi tanda angka yang dicoret dinyatakan pada
pengesahan lain oleh penghadap, saksi dan sisi kiri Akta.
Notaris dan melakukan penghapusan, (2)Pencoretan sebagaimana dimaksud
ditulis tindih menurut Pasal 48 ayat (3) pada ayat (1) dinyatakan sah setelah
UUJN akan ada sanksi terhadap : diparaf atau diberi tanda
1. Aktanya : akta hanya mempunyai pengesahan lain oleh penghadap,
kekuatan pembuktian sebagai akta saksi, dan Notaris.
dibawah tangan, dan
2. Notarisnya : dapat menjadi alasan bagi 12
Habib Adjie, Kompilasi Persoalan Hukum
para pihak yang menderita kerugian Dalam Praktek Notaris dan PPAT (Kapita Selekta
Notaris dan PPAT), (Makassar: Pengwil Sulsel
11
Ibid. Ikatan Notaris Indonesia, 2015), hlm. 71.

6
(3)Dalam hal terjadi perubahan lain sebenarnya ingin dituangkan dalam akta
terhadap pencoretan sebagaimana tersebut oleh para penghadap (dalam akta
dimaksud pada ayat (2), perubahan partij) atau oleh Notaris (dalam akta
itu dilakukan pada sisi kiri Akta relaas). Kesalahan ketik yang substantif ini
sesuai dengan ketentuan diantaranya kesalahan penulisan angka
sebagaimana dimaksud dalam Pasal dalam jumlah uang, jangka waktu, dan luas
49 ayat (2). objek jual beli, misalnya objek jual beli
(4)Pada penutup setiap Akta bangunan seluas “200 m2(dua ratus meter
dinyatakan tentang ada atau tidak persegi)” ditulis “20 m2(dua puluh meter
adanya perubahan atas pencoretan. persegi)” atau “Rp. 100.000,-“ ditulis
(5)Dalam hal ketentuan sebagaimana “sepuluh ribu rupiah”.14
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), Apabila kesalahan ketik tersebut (pada
ayat (3), dan ayat (4), serta dalam isi akta, baik yang bersifat substantif
Pasal 38 ayat (4) huruf d tidak maupun nonsubstantif diketahui sebelum
dipenuhi, Akta tersebut hanya rancangan akta ditandatangani, maka
mempunyai kekuatan pembuktian kesalahan tersebut dapat diperbaiki dengan
sebagai akta di bawah tangan dan cara melakukan perubahan atau Renvooi
dapat menjadi alasan bagi pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48-50
yang menderita kerugian untuk UUJN. Namun yang menjadi masalah
menuntut penggantian biaya, ganti adalah ketika akta sudah ditandatangani
rugi, dan bunga kepada Notaris. dan sudah menjadi Minuta dan para
Bahwa perubahan sebagaimana penghadap sudah pergi, dan salinan akta
dimaksud dalam Pasal 48 UUJN telah dikeluarkan tetapi kemudian
merupakan suatu Renvoi. Renvoi hanya ditemukan kesalahan di dalam minuta akta
untuk perubahan yang dilakukan terhadap tersebut.
rancangan akta. Ketentuan ini meminta Didalam Pasal 51 UUJN sebenarnya
kepada Notaris jangan sampai salah atau sudah diatur mengenai wewenang Notaris
membuat kesalahan dalam membuat awal dalam membetulkan kesalahan tulis atau
dan akhir akta, kecuali isi akta karena jika kesalahan ketik yang terdapat pada minuta
terjadi kesalahan boleh diubah. akta yang telah ditandatangani. Bahwa
Kesalahan ketik dalam akta notaris meskipun menurut pasal tersebut diatas,
dapat bersifat substantif maupun Notaris mempunyai kesamaan yaitu
nonsubstantif. Kesalahan ketik yang Notaris berwenang untuk membetulkan
bersifat nonsubstantif artinya kesalahan kesalahan tulis/dan atau kesalahan ketik
tersebut tidak menyebabkan perbedaan yang terdapat pada Minuta, tetapi berbeda
makna yang signifikan dalam substansi cara dilakukan dengan membuat berita
akta atau jikapun ada perbedaan makna acara dan memberikan catatan tentang hal
kata tetapi secara konteks kalimat tidak tersebut pada minuta akta asli dengan
dapat ditafsirkan lain dari yang sebenarnya menyebutkan tanggal dan nomor akta
dimaksudkkan, di antaranya kesalahan berita acara pembetulan dan kemudian
dalam ejaan. Misalnya kata “lalai” ditulis salinan akta berita acara sebagaimana
“lalat” dan “anggaran dasar” ditulis dimaksud wajib disampaikan kepada para
“anggaran datar”.13 pihak. Makna dari Pasal 51 UUJN
Sebaliknya, kesalahan ketik yang tersebut, pembetulan dapat dilakukan oleh
bersifat substantif mengakibatkan Notaris dengan membuat Berita Acara
terjadinya perbedaan makna atau Pembetulan tanpa perlu kehadiran atau
perbedaan maksud yang signifikan di bukan di hadapan Penghadap, sedangkan
dalam substansi akta, sehingga substansi menurut Pasal 51 ayat (2) UUJN
akta menjadi tidak sesuai dengan yang
13 14
Ibid. Ibid.

7
pembuatan Berita Acara Pembetulan harus alat bukti sudah tidak perlu dilengkapi
dilakukan di hadapan Penghadap. dengan alat bukti lain, tetapi masih
Alat bukti jelas adalah alat untuk memungkinkan pembuktian lawan.
membuktikan kebenaran hubungan hukum, Artinya kekuatan pembuktian akta otentik
yang dinyatakan baik oleh penggugat masih dapat digugurkan dengan kekuatan
maupun oleh tergugat dalam perkarata pembuktian lawan selama hal tersebut
perdata. Sesuatu merupakan alat bukti, dapat dibuktikan.
tidak tergantung apakah sesuatu itu Akta otentik itu sendiri memiliki
terjadi/diajukan dalam persidangan, tetapi kekuatan pembuktian sempurna yang
ditentukan oleh sifatnya dan tidak memberi kepastian yang cukup kepada
ditetapkan oleh kenyataan apakah sesuatu hakim, kecuali kalau ada pembuktian
itu diajukan atau tidak di persidangan15. perlawanan (tegenbewijs) sehingga hakim
Seperti halnya akta notaris, yang sebelum akan memberi akibat hukumnya.
diajukan ke persidangan, memang sudah Kekuatan Hukum Pembuktian Akta
berfungsi sebagai alat bukti. Notaris merupakan keharusan dan
Dalam sistem peradilan kita di ketentuan perundang-undangan, bahwa
Indonesia, satu-satunya yang menjadi sebagai alat pembuktian dan dari tugasnya
pihak penilai pembuktian adalah yang diberikan oleh Undang-Undang
“HAKIM”. Hakim didalam menilai kepada Notaris. Dalam pembebanan tugas
pembuktian ini, di dalam proses perdata inilah terletak pemberian tanda
semata-mata terikat pada alat bukti yang kepercayaan terhadap notaris dan
sah. Asas yang mewajibkan hakim untuk pemberian kekuatan pembuktian kepada
menilai pembuktian, dan bukan para pihak akta-akta yang mereka buat. Sebab jika
adalah asas “Unterbuchungsmaxime”, tidak demikian, untuk menugaskan kepada
yaitu asas yang mewajibkan hakim untuk notaris untuk memberikan keterangan dan
mengumpulkan alat bukti dan menilainya. semua yang disaksikannya dalam
Alat bukti yang dikumpulkan adalah alat menjalankan jabatannya dan menugaskan
bukti yang diajukan oleh para pihak yang notaris untuk membuat akta mengenai itu.
berperkara. Adapun para pihak diwajibkan Kekuatan pembuktian akta notaris
mengajukan dan meyakinkan hakim dan dibedakan dalam tiga hal, yakni:
alat buktinya sesuai asas “Verhandlugo 1. Kekuatan pembuktian
Maxime”.16 2. Kekuatan pembuktian formil.
Jadi bilamana akta tersebut digunakan 3. Kekuatan pembuktian materiil
sebagai alat bukti dalam perkara perdata Akta otentik dapat terdegradasi
kaitannya dalam perjanjian kerjasama, menjadi akta di bawah tangan ketika
pihak penggugat telah berhasil syarat-syarat dalam akta otentik tersebut
membuktikan dengan akta tersebut bahwa tidak terpenuhi, baik syarat materiil
benar ada perjanjian kerjasama antara ataupun syarat formilnya. Pengujian
penggugat dan tergugat. Dan bila tergugat apakah akta otentik tersebut memenuhi
menyangkali kebenaran itu, tergugatlah syarat- syarat tersebut menjadi
yang dibebani pembuktian untuk kewenangan pengadilan untuk memeriksa.
membuktikan tidak adanya perjanjian. Pengadilan dalam memeriksa untuk
Yang harus digaris bawahi dalam hal membatalkan suatu akta tergantung
kekuatan pembuktian akta otentik adalah permintaan pihak yang mengajukan
gugatan atau permohonan, karena
15
Sidik Mertokusumo, Kuliah Hukum Acara pembatalan suatu akta adalah bagian dari
Perdata untuk Program S-II Hukum Keperdataan hukum perdata sehingga pengadilan pada
(Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1982) prinsipnya sifatnya pasif, hanya
16
Achmad Ali dan Wiwie Heryani, Asas-Asas
Hukum Pembuktian Perdata, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2012), hlm. 51-52.

8
memeriksa serta mengadili apa yang di bersangkutan dapat dijatuhi sanksi perdata.
ajukan oleh penggugat. 17 Sanksi perdata ini harus ada tercantum
Berdasarkan Pasal 1869 KUHPerdata dalam putusan yang bersangkutan. Sanksi
bahwa akta Notaris akan mempunyai perdata yang dimaksud berupa :
kekuatan pembuktian sebagai tulisan - Pasal 16 ayat (12) UUJN
dibawah tangan jika :18 “Selain dikenai sanksi sebagaimana
1. Tidak berwenangnya pejabat umum dimaksud pada ayat (11), pelanggaran
yang bersangkutan; terhadap ketentuan pasal 16 ayat (1)
2. Tidak cakapnya (tidak mampunya) huruf j dapat menjadi alasan bagi pihak
pejabat umum yang bersangkutan; yang menderita kerugian untuk
3. Cacat dalam bentuknya menuntut penggantian biaya, ganti
Menentukan akta Notaris yang rugi, dan bunga kepada Notaris”
terdegradasi nilai pembuktiannya sebagai - Pasal 44 ayat (5) UUJN
akta di bawah tangan tidak serta merta “Pelanggaran terhadap ketentuan
dilakukan oleh para penghadap sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ataupun oleh Notaris yang membuatnya (2), (3), dan ayat (4) mengakibatkan
ataupun oleh pihak lain, tapi tetap harus suatu akta hanya mempunyai kekuatan
berdasarkan putusan Pengadilan Negeri pembuktian sebagai akta di bawah
yang mana para penghadap mengajukan tangan dan dapat menjadi alasan bagi
gugatan kepada Notaris yang membuat pihak yang menderita kerugian untuk
akta. Selama putusan tersebut belum ada, menuntut penggantian biaya, ganti
maka akta yang bersangkutan tetap sah dan rugi, dan bunga kepada Notaris”
mengikat yang bersangkutan. Dalam hal - Pasal 48 ayat (3) UUJN
ini Notaris harus yakin bahwa akta yang “Pelanggaran terhadap ketentuan
dibuat dihadapkan dan oleh Notaris telah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memenuhu syarat meteril, formal, dan dan (2) mengakibatkan suatu akta
lahiriah. hanya mempunyai kekuatan pembuktian
Dari uraian diatas, dalam kasus ini sebagai akta di bawah tangan dan
dapat penulis simpulkan bahwa kekuatan dapat menjadi alasan bagi pihak yang
hukum terhadap suatu perubahan salinan menderita kerugian untuk menuntut
akta sebagai alat bukti dalam suatu perkara penggantian biaya, ganti rugi, dan
perdata terlebih dahulu harus dilihat dari bunga kepada Notaris”
bentuk Minuta Aktanya. Apakah Minuta - Pasal 49 ayat (4) UUJN
Akta tersebut telah memenuhi unsur “Pelanggaran terhadap ketentuan
pembuatan Akta Otentik atau tidak. sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2) mengakibatkan suatu akta
B. Tanggung jawab Notaris Pengganti hanya mempunyai kekuatan pembuktian
terhadap Perubahan Salinan Akta sebagai akta di bawah tangan dan
yang dibuatnya. dapat menjadi alasan bagi pihak yang
1. Tanggung Jawab Perdata menderita kerugian untuk menuntut
Ketika akta Notaris terbukti penggantian biaya, ganti rugi, dan
terdegradasi nilai pembuktiannya sebagai bunga kepada Notaris”
akta di bawah tangan berdasarkan putusan - Pasal 50 ayat (5) UUJN
pengadilan, maka terhadap Notaris yang “Dalam hal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), (2), (3), dan (4) serta
17
Soegeng Ari Subagyo, “AKIBAT HUKUM dalam Pasal 38 ayat (4) huruf d tidak
AKTA OTENTIK YANG TERDEGRADASI dipenuhi, Akta tersebut hanya
MENJADI AKTA DIBAWAH TANGAN”, Jurnal
Akta Vol. 4, No. 3, (Agustus 2017): 325.
mempunyai kekuatan pembuktian
18
Habib Adjie, op,cit., hlm. 150.
sebagai akta di bawah tangan dan
dapat menjadi alasan bagi pihak yang

9
menderita kerugian untuk menuntut Akta Notaris pada hakekatnya memuat
penggantian biaya, ganti rugi, dan keterangan bahwa para pihak benar
bunga kepada Notaris” berkata kepada Notaris. Dengan kata lain
- Pasal 51 ayat (4) UUJN Notaris mempunyai kewajiban untuk
“Pelanggaran terhadap ketentuan memasukkan dalam akta tentang apa yang
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sungguh-sungguh telah dimengerti oleh
mengakibatkan suatu akta hanya para pihak dan membacakannya sehingga
mempunyai kekuatan pembuktian menjadi jelas isi akta tersebut. Dalam
sebagai akta di bawah tangan dan pembuatan akta Notaris memang bukan
dapat menjadi alasan bagi pihak yang tugas Notaris utnuk menyelidiki kebenaran
menderita kerugian untuk menuntut tentang apa yang diberitahukan oleh para
penggantian biaya, ganti rugi, dan pihak kepada Notaris namun hal tersebut
bunga kepada Notaris” harus didukung oleh bukti- bukti
Diluar dari akta terdegradasi nilai pendukung.19
pembuktiannya sebagai akta di bawah Dalam perkara pidana, akta Notaris
tangan tidak ada sanksi perdata lainnya. sering dipermasalahkan dari aspek materiil
Artinya UUJN sendiri telah menentukan sehingga Penuntut Umum akan
hanya akta Notaris yang terdegradasi nilai memasukkan Notaris ikut terlibat dalam
pembuktiannya sebagai akta di bawah perbuatan:20
tangan yang dapat dijatuhi sanksi perdata. 1. Membuat surat palsu/yang dipalsukan
dan menggunakan surat palsu/yang
2. Tanggung Jawab Administratif dipalsukan (Pasal 263 ayat 1, ayat 2,
Selanjutnya Notaris juga dapat KUHP)
dikenakan sanksi administratif berdasarkan 2. Melakukan pemalsuan (Pasal 264
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi KUHP)
Manusia Republik Indonesia Nomor 61 3. Menyuruh memasukkan keterangan
Tahun 2016 tentang Tata Cara Penjatuhan palsu dalam akta otentik (Pasal 266
Sanksi Administratif Terhadap KUHP)
Notaris(disingkat Permenkumham Nomor 4. Melakukan, menyuruh melakukan, yang
61 Tahun 2016). Sanksi administrasi yang turut serta melakukan (Pasal 55 KUHP)
dimaksud adalah : 5. Membantu membuat surat palsu/atau
- Pasal 3 yang dipakai dan menggunakan surat
(1)Sanksi administratif sebagaimana palsu/yang dipalsukan (Pasal 56
dimaksud dalam Pasal 2 terdiri atas : KUHP).
a. Peringatan tertulis; Oleh karena dalam Hukum Acara
b. Pemberhentian sementara; Pidana, pada akta Notaris melekat nilai
c. Pemberhentian dengan hormat; atau pembuktian bebas, artinya pada akta
d. Pemberhentian dengan tidak hormat Notaris tidak melekat kekuatan yang
(2)Penjatuhan sanski administratif mengikat dimana Hakim bebas menilai
dilakukan secara berjenjang mulai dari kekuatan pembuktian pada akta Notairs
sanksi teringan sampai sanksi terberat karena batas minimal pembuktian dalam
sesuai dengan tata urutan sebagaimana hukum acara pidana adalah sekurang-
dimaksud pada ayat (1) kurangnya 2 (dua) alat bukti yang sah
(3)Dalam hal tertentu Notaris melakukan (pasal 183 KUHAP).21
pelanggaran yang berat terhadap 19
kewajiban dan larangan jabatan dapat Teresia Din, “Pertanggungjawaban Notaris
Terhadap Akta Otentik Terindikasi Tindak Pidana”,
lansung dijatuhi sanksi administratif
Jurnal Penelitian Hukum De Jure Vol. 19, No. 2,
tanpa dilakukan berjenjang (Juni 2019): 178-181.
3. Tanggung Jawab Pidana 20
Ibid.
21
Ibid.

10
Kompilasi Persoalan Hukum Dalam
Kesimpulan
Praktek Notaris dan PPAT (Kapita
1. Kekuatan hukum terhadap suatu
Perubahan Salinan Akta sebagai alat Selekta Notaris dan PPAT).
bukti dalam suatu Perkara Perdata dapat
Makassar: Pengwil Sulsel Ikatan
dilihat dari proses pembuatan akta
tersebut. Jika akta notaris telah Notaris Indonesia. 2015.
memenuhi syarat formil, materil dan
Ali, Ahmad dan Wiwie Heryani. Asas-
lahiriah maka tidak ada alasan untuk
menyatakan akta Notaris tidak Asas Hukum Pembuktian Perdata.
mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Jakarta: Kencana Prenadamedia
Untuk menyatakan akta Notaris tidak
memiliki kekuatan hukum mengikat, Group. 2012.
hanya Pengadilan Negeril yang berhak
Budiono, Herlien. Dasar Teknik
menentukan berdasarkan gugatan yang
diajukan oleh para pihak sendiri. Pembuatan Akta Notaris. Bandung:
Berdasarkan gugatan tersebut
PT. Citra Adita. 2013.
pengadilan akan menentukan dalam
pertimbangan hukumnya untuk Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian
berkesimpulan seperti itu.
Hukum. Jakarta: Kencana Prenada
2. Tanggung jawab Notaris Pengganti
terhadap produk akta yang dibuatnya Media Grup. 2005.
melekat sampai kapanpun. Dengan
Mertokusumo, Sidik. Kuliah Hukum Acara
demikian adanya tanggung jawab
seorang notaris pengganti dapat dilihat Perdata untuk Program S-II Hukum
dalam hal kesalahan atau kelalaian
Keperdataan. Universitas Gajah
dalam pembuatan akta mengakibatkan
salah satu pihak merasa dirugikan. Mada: Yogyakarta. 1982.
Ketika akta Notaris batal demi hukum
Artikel
berdasarkan putusan pengadilan, maka
terhadap Notaris yang bersangkutan Din, Teresia. “Pertanggungjawaban
dapat dijatuhi sanksi perdata. Sanksi
Notaris Terhadap Akta Otentik
perdata ini harus ada tercantum dalam
putusan yang bersangkutan. Selanjutnya Terindikasi Tindak Pidana”, Jurnal
Notaris juga dapat dikenakan sanksi
Penelitian Hukum De Jure Vol. 19,
administratif. Perbuatan pemalsuan
salinan akta dapat dikategorikan No. 2, (Juni 2019): 178-181.
sebagai perbuatan melawan hukum dan
Pramono, Dedy. “KEKUATAN
dapat dikenakan sanksi pidana.
PEMBUKTIAN AKTA YANG
DIBUAT OLEH NOTARIS
Daftar Pustaka
SELAKU PEJABAT UMUM
Buku
MENURUT HUKUM ACARA
Adjie, Habib. Penafsiran Tematik Hukum
PERDATA DI INDONESIA”, Lexia
Notaris Indonesia. Jakarta: PT.
Jurnalica Vol. 12, No. 3, (Desember
Refika Aditama. 2017.
2015):252-253.

11
Subagyo, Soegeng Ari. “AKIBAT
HUKUM AKTA OTENTIK YANG
TERDEGRADASI MENJADI
AKTA DIBAWAH TANGAN”,
Jurnal Akta Vol. 4, No. 3, (Agustus
2017): 325.

12

You might also like