Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Kelompok 11
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas
dari mata kuliah Evolusi dengan judul “perkembangan menuju manusia modern”
dengan tepat waktu.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusa Masalah ..................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Aplikasi pada bidang pertanian ............................................................................... 3
B. Aplikasi pada bidang kesehatan .............................................................................. 5
C. Aplikasi pada bidang industri.................................................................................. 6
D. Aplikasi pada bidang kehutanan ............................................................................. 6
E. Aplikasi pada bidang peternakan ............................................................................ 8
F. Aplikasi pada bidang perikanan .............................................................................. 9
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 11
B. Saran ..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah organisme heterotrof di bumi. Ilmu pengetahuan
dan teknologi yang semakin maju menyebabkan manusia mengeksplorasi,
mengolah dan memanfaatkan segala sesuatu yang ada di lingkungannya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga dengan mudah mengubah
kondisi lingkungannya sesuai keinginannya.
Akibat kegiatan manusia tersebut adalah pencemaran lingkungan
oleh limbah buangan industri, kelangkan dan kepunahan species berbagai
organisme, terjadinya perubahan pola cuaca maupun iklim, semakin
lebarnya lubang ozon, timbulnya berbagai jenis penyakit yang berbahaya
dan lain-lain.
Menghadapi tantangan tersebut, ekologi sangat berperan, misalnya
penelitian-penelitian yang menghasilkan pemahaman mengenai berbagai
aspek ekologi dari suatu populasi, komunitas ataupun ekosistem sehingga
faktor-faktor penting dapat diketahui dengan tepat serta menghasilkan
peramalan yang lebih akurat.
Hal ini dapat mendukung upaya-upaya yang akan dilakukan
manusia, karena adanya acuan yang lebih baik untuk mencegah terjadinya
perubahan-perubahan maupun kerusakan yang dapat merugikan kondisi
lingkungan serta menjaga kesinambungan ketersediaan sumber daya agar
lestari dan pemanfaatannya dapat berkelanjutan.
Ekologi hewan bagi manusia cukup penting artinya dalam memberi
nilai-nilai terapan dalam kehidupan manusia. Manfaat tersebut terutama
menyangkut masalah-masalah pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan, kesehatan, serta pengolahan dan konservasi satwa liar. Kisaran
toleransi dan faktor-faktor pembatas telah banyak diterapkan dalam
bidang-bidang tersebut.
1
B. Rumusa Masalah
1. Pengaplikasian ekologi hewan pada bidang pertanian
2. Pengaplikasian ekologi hewan pada bidang kesehatan
3. Pengaplikasian ekologi hewan pada bidang industri
4. Pengaplikasian ekologi hewan pada bidang kehutanan
5. Pengaplikasian ekologi hewan pada bidang peternakan
6. Pengaplikasian ekologi hewan pada bidang perikanan
C. Tujuan
1. Menjelaskan aplikasi ekologi hewan pada bidang pertanian
2. Menjelaskan aplikasi ekologi hewan pada bidang kesehatan
3. Menjelaskan aplikasi ekologi hewan pada bidang industri
4. Menjelaskan aplikasi ekologi hewan pada bidang kehutanan
5. Menjelaskan aplikasi ekologi hewan pada bidang peternakan
6. Menjelaskan aplikasi ekologi hewan pada bidang perikanan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dengan mengetahui kualitas air yang baik maka para petani tidak
dirisaukan oleh air yang tercemar karena mengandung bahan kimia
yang berbahaya bagi tanamannya.
c) Sebagai bioindikator kesuburan tanah
Populasi hewan tanah sangat erat hubungannya dengan keadaan
lingkungan dimana hewan itu berada. Hewan tanah bereaksi cepat
terhadap perubahan lingkungan, baik yang datang dari tanah, faktor
iklim dan pengelolaan tanah sesuai kemampuan mempertahankan
dirinya. Dengan perkataan lain keberadaan dan kepadatan populasi
suatu jenis fauna tanah di suatu daerah sangat tergantung dari faktor
lingkungan, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik.
Nematoda tanah merupakan salah satu contoh hewan tanah yang
digunakan sebagai bioindikator untuk mengukur tingkat pencemaran
tanah. Keberadaan Nematoda tanah dapat meningkatkan kandungan
nutrisi pada tanah yang akan menyebabkan tanah menjadi subur.
Populasi hewan tersebut dipengaruhi oleh kondisi tanah habitatnya,
seperti suhu, kelembapan, pH, salinitas, aerasi, dan tekstur tanah.
Beberapa kriteria yang dipenuhi oleh nematoda tanah, sehingga dapat
dijadikan sebagai bioindikator, yaitu
a. Memiliki keanekaragaman yang tinggi, mudah diekstraksi dari
tanah, relatif mudah diidentifikasi, berperan dalam jaring makanan,
waktu generasi hidup yang relatif singkat, menunjukkan respons yang
spesifik terhadap berbagai gangguan tanah, dan kemampuan berkoloni
yang tinggi
b. Memiliki kulit yang permeabel, sehingga peka terhadap polutan
c. Kehidupan hewan ini sangat tergantung pada habitatnya, yang
mempengaruhi keberadaan dan kepadatan populasinya
4
B. Aplikasi pada bidang kesehatan
a) Membantu memecahkan masalah kesehatan
Banyak masalah kesehatan yang merupakan penyakit menular
berasal dari interaksi antara manusia dengan hewan. Hal ini tentu saja
dapat dihindari atau diatasi bila kita mengetahui konsep ilmu ekologi
tentang bagaimana makhluk idup berinterkasi dengan lingkungannya.
Berikut adapah contoh manfaat ekologi dalam bidang kesehatan.
▪ Demam berdarah
Jelas kita ketahui bahwa demam berdarah disebab kan oleh virus
Dengue dan disebarkan oleh nyamuk Aedes aygepti. Nyamuk ini
memiliki habitat air bersih yang menggenang untuk bertelur. Kita
dapat memutus persebaran penyakit ini misalnya dengan mencegah
agar nyamuk tidak dapat bertelur dengan menutup atau memberi
insektisida pada bak.
▪ AIDS
Salah satu konsep asal muasal AIDS adalah transfer HIV dari
simpanse tehadap manusia. Hal ini dapat terjadi karena di Afrika
sana, manusia dan simpanse hidup berdekatan. Dengan adanya
ilmu ekologi seharusnya transmisi ini dapat dicegah dengan
membatasi interaski antara populasi manusia dengan simpanse.
b) Memberikan kontribusi biomedis
Para ahli ekologi telah menemukan bahwa banyak tumbuhan dan
hewan menghasilkan bahan dalam arti kimia yang melindungi mereka
dari pemangsa dan penyakit. Beberapa bahan kimia yang sama ini
telah disintesis oleh para ilmuwan atau dipanen dari organisme dan
digunakan untuk mengobati penyakit manusia.
Contohnya adalah zat yang ditemukan dalam kepiting tapal kuda,
hemolymph, yang digunakan dalam perawatan penyakit leukemia.
Contoh lainnya ekstrak bubuk cacing tanah merah (Lumbricus
rubellus) yang dapat menjadi obat penyakit tipes. Hasilnya, ekstrak
5
cacing tanah merah mengandung asam fenolat dan menunjukkan efek
antioksidan
6
Namun, hewan langka atau spesies yang terancam punah dengan
populasi kecil, sementara perkembangan populasinya lambat, butuh
campur tangan manusia melalui konservasi di luar habitat alaminya
atau konservasi eksitu.
Tujuan lembaga konservasi yaitu pengembangbiakan terkontrol
dan penyelamatan tumbuhan serta satwa dengan mempertahankan
kemurnian jenisnya.
Lembaga konservasi juga berfungsi sebagai tempat pendidikan,
peragaan, penitipan sementara, sumber indukan, dan cadangan genetik
untuk mendukung populasi di habitat aslinya, sarana rekreasi yang
sehat, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Lembaga konservasi terbagi dua, yaitu untuk kepentingan umum
dan khusus. Lembaga konservasi untuk kepentingan umum terdiri atas:
• Taman safari
• Kebun binatang
• Taman satwa
• Taman satwa khusus
• Museum zoologi
Lembaga konservasi untuk kepetingan khusus adalah lembaga
yang befokus pada fungsi penyelamatan atau rehabilitasi satwa.
Lembaga konservasi untuk kepentingan khusus yaitu :
• Pusat penyelamatan satwa
• Pusat pelatihan satwa khusus
• Pusat rehabilitasi satwa
b) Mengetahui keanekaragaman dan kepadatan populasi
Tinggi rendahnya jumlah individu populasi suatu spesies hewan
menunjukkan besar kecilnya ukuran populasi atau tingkat kelimpahan
populasi itu. Area suatu populasi tidak dapat ditentukan batansnya
secara pasti, sehingga kelimpahan (ukuran) populasi pun tidak
mungkin dapat ditentukan. Hal demikian terutama berlaku bagi
populasi alami hewan-hewan bertubuh kecil, terlebih yang nocturnal
7
atau tempat hidupnya sulit dijangkau. Maka, digunakan pengukuran
tingkat kelimpahan populasi per satuan ruang dari yang ditempati yaitu
kerapatannya (kepadatannya).
Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan
dapat dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak
langsung yaitu dengan perkiraan besarnya populasi sedemikian rupa
sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang dapat dihitung.
Misalnya untuk sampling populasi rumput dipadang rumput dapat
digunakan metode kuadrat rumput, untuk hewan-hewan besar dapat
dilakukan dengan metode track count atau fecal count, sedangkan
untuk hewan yang relatif mudah ditangkap misalnya tikus, belalang
atau rumput dapat diperkirakan populasinya dengan metode capture
mark release recapture (CMMR) (Tim Penyusun Ekologi, 2006).
8
stres bagi ternak timbul dari berbagai faktor, di antaranya teknik
peternakan, iklim atau cuaca, kandang makanan, antimetabolit, tingkah
laku ternak, serta berbagai interaksi, seperti antara makanan dengan
lingkungan, antara cuaca dengan lingkungan, dan antara faktor genetik
dengan lingkungan.
Terdapat berbagai cara untuk mengatasi atau mengurangi stres
pada ternak, di antaranya dengan melakukan penyesuaian diri yang
optimal dari ternak tersebut terhadap lingkungannya melalui adaptasi
(genetik ataupun fenotipik), aklimasi, aklimatisasi, dan habituasi.
Individu ternak yang mengalami stres, tingkah laku hidupnya akan
berubah. Perubahan tersebut tampak pada tingkah laku makan, minum,
tidur, aktivitas seksual, dan gerak-geriknya. Akibatnya, produktivitas,
reproduktivitas dan daya tahan tubuhnya menurun atau merosot. Jika
konsumsi ransum turun maka produksi daging, telur, susu, wol, dan
anak akan turun pula. Demikian pula, apabila konsumsi air turun maka
konsumsi makanan atau ransum juga akan turun. Tubuh yang kurang
memperoleh zat-zat makanan dan minuman, akan rentan terhadap
serangan berbagai penyakit. Akibatnya, akan terjadi morbiditas (sakit-
sakitan) yang tinggi, bahkan mungkin mortalitas (kematian). Ternak
yang morbid, efisiensi penggunaan makanan atau
konversi makanannya menjadi jelek. Jika sampai terjadi hal seperti itu
maka peternak akan mengalami kerugian.
9
Ikan dibudidayakan di kolam. Mereka diberi nutrisi yang sesuai
dan faktor ekologis lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan
mereka. Oksigen merupakan faktor pembatas di tambak. Oleh karena
itu, oksigen disuplai secara artifisial. Ikan menetas di tempat penetasan
khusus. Langkah-langkah ini telah meningkatkan populasi ikan.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
11
.
DAFTAR PUSTAKA
12