You are on page 1of 36

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN

STASE PRA NIKAH DAN PRA KONSEPSI


READING JURNAL TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN
TAHUN AKADEMIK2020/2021

Dosen Pembimbing Pendidikan : Belian Anugrah Estri, S.ST, MMR

Disusun Oleh :

RAHMI ISTI NUGRAHENI


NIM : 2010106005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA

ii
iii
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
berkat, rahmat, nikmat dan karunianya penulis dapat menyusun jurnal reading ini sebagai salah
satu target Praktik Klinik Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisiyah Yogyakarta.
Jurnal Reading ini penulis susun sebagai bagian dari proses pembelajaran dengan
harapan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa profesi bidan sesuai
dengan standar kompetensi bidan serta berdasarkan Evidence Base Midwifery (EBM), untuk
diaplikasikan di pelayanan kesehatan terutama pelayanan kebidanan berdasarkan Evidence
terbaru.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Warsiti, S.Kp. M. Kep, Sp. Mat, selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
2. M. Ali Imron, S.Sos. M. Fis selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta.
3. Herlin Fitriyani K, S.SiT, M. Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Program Profesi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
4. Belian Anugrah Estri, S.ST, MMR selaku Dosen pembimbing Akademik Profesi
Kebidanan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
5. Isyarotun Imamah, A.Md.Keb, selaku pembimbing lahan Klinik Kebidanan RSUD dr.
Soedirman Kebumen.
6. Teman-teman seangkatan, seperjuangan dalam menempuh Pendisikan Profesi Bidan
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Jurnal Reading ini bermanfaat terutama untuk kami Mahasiswa Program
Profesi Bidan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kebumen, Januari 2021

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... ii

KATA PENGANTAR............................................................................................... iii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

A. MASALAH.............................................................................................. 1
B. SKALA.................................................................................................... 2
C. KRONOLOGI.......................................................................................... 3
D. SOLUSI.................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. ASUHAN KEBIDANAN........................................................................ 9
B. TELAAH JURNAL................................................................................. 13
C. DESKRIPSI KASUS............................................................................... 15
D. TEORI...................................................................................................... 16

BAB III KESIMPULAN SARAN

A. KESIMPULAN........................................................................................ 19
B. SARAN.................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 20

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. MASALAH
menunjukkan bahwa sebesar 63,4% remaja putri masih mengalami anemia (Simanungkalit
& Simarmata, 2019). Menjelang pernikahan perhatian terhadap citra tubuh dapat
mengalami
peningkatan. Beberapa wanita melakukan berbagai cara terkait kecantikan pranikah, di
antaranya menurunkan berat badan, diet, dan berolahraga (Prichard I & Tiggemann M,
2008). Citra tubuh sangat dipengaruhi oleh lingkungan (Paratmanitya et al.,2012). Rasa
percaya diri ataupun rasa minder merupakan hasil dari citra tubuh (Amar et al., 2018).
Wanita memang
menjadikan orang lain yang memiliki tubuh ideal sebagai panutan (Jain et al.,
2015).Biasanya mereka akan mengubah kebiasaan makan untuk mencapai keinginannya
tersebut. Maraknya persepsi citra tubuh dan perubahan perilaku makan diduga dapat
memengaruhi status gizi seseorang karena berkaitan dengan tingkat kecukupan gizi. Hal ini
ditunjukkan pada penelitian yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara citra tubuh dan status gizi. Remaja putri dengan citra tubuh negatif biasanya disertai
oleh status gizi yang tidak normal (Yusintha & Adriyanto, 2018). Selain citra tubuh dan
perilaku diet, kadar hemoglobin catin wanita juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan.
Rendahnya kadar hemoglobin menjadi indikasi terjadinya Anemia Gizi Besi (AGB).
Seseorang yang memiliki citra tubuh negatif lebih besar kemungkinannya terkena anemia
(Aminullah, 2016).
Penelitian lainnya turut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
body image dan status anemia (Badjree & Muniroh, 2017). Sebuah penelitian menunjukkan
hasil
bahwa persentase kejadian anemia pada WUS yang belum menikah lebih besar (14,3%)
dibandingkan dengan WUS yang sudah menikah (6%). Persentase kejadian anemia juga
paling tinggi dialami oleh mereka yang status gizinya rendah (IMT<18,5 kg/m2). Selain itu,
tingkat kecukupan gizi juga berhubungan dengan kejadian anemia. Hasil penelitian
menunjukkan kejadian anemia terjadi pada mereka yang defisit konsumsi zat gizi (Sudikno
& Sandjaja, 2016). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan citra tubuh,
tangka kecukupan gizi, status gizi, dan status anemia pada wanita pranikah di KUA
Kecamatan Bojongsari Kota Depok. Keterbaruan dalam penelitian ini adalah belum pernah

1
ada yang melakukan penelitian pada calon pengantin, khususnya di lokasi KUA yang
bersangkutan menggunakan variable terpilih.

B. SKALA
Anemia dapat menyebabkan berbagai dampak buruk pada rematri dan WUS,
diantaranya Menurunkan daya tahan tubuh sehingga penderita anemia mudah terkena
penyakit infeksi, Menurunnya kebugaran dan ketangkasan berpikir karena kurangnya
oksigen ke sel otot dan sel otak, Menurunnya prestasi belajar dan produktivitas
kerja/kinerja. Dampak anemia pada rematri dan WUS akan terbawa hingga dia menjadi
ibu hamil anemia yang dapat mengakibatkan : Meningkatkan risiko Pertumbuhan Janin
Terhambat (PJT), prematur, BBLR, dan gangguan tumbuh kembang anak diantaranya
stunting dan gangguan neurokognitif. Perdarahan sebelum dan saat melahirkan yang
dapat mengancam keselamatan ibu dan bayinya. Bayi lahir dengan cadangan zat besi
(Fe) yang rendah akan berlanjut menderita anemia pada bayi dan usia dini,
Meningkatnya risiko kesakitan dan kematian neonatal dan bayi.

C. KRONOLOGI

Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi, defisiensi


asam folat, vitamin B12 dan protein. Secara langsung anemia terutama
disebabkan karena produksi/kualitas sel darah merah yang kurang dan
kehilangan darah baik secara akut atau menahun. Ada 3 penyebab anemia, yaitu:
1. Defisiensi zat gizi
Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang
merupakan pangan sumber zat besi yang berperan penting untuk
pembuatan hemoglobin sebagai komponen dari sel darah
merah/eritrosit. Zat gizi lain yang berperan penting dalam
pembuatan hemoglobin antara lain asam folat dan vitamin B12.
Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS,
dan keganasan seringkali disertai anemia, karena kekurangan
asupan zat gizi atau akibat dari infeksi itu sendiri
2. Perdarahan (Loss of blood volume)

2
 Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang
mengakibatkan kadar Hb menurun.
 Perdarahan karena menstruasi yang lama dan berlebihan

3. Hemolitik
Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai
karena terjadi hemolitik yang mengakibatkan penumpukan zat
besi (hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan limpa.
Pada penderita Thalasemia, kelainan darah terjadi secara genetik
yang menyebabkan anemia karena sel darah merah/eritrosit
cepat pecah, sehingga mengakibatkan akumulasi zat besi dalam
tubuh. Di Indonesia diperkirakan sebagian besar anemia terjadi karena
kekurangan zat besi sebagai akibat dari kurangnya asupan makanan
sumber zat besi khususnya sumber pangan hewani (besi heme). Sumber
utama zat besi adalah pangan hewani (besi heme), seperti: hati, daging
(sapi dan kambing), unggas (ayam, bebek, burung), dan ikan. Zat besi
dalam sumber pangan hewani (besi heme) dapat diserap tubuh antara
20-30%.
Pangan nabati (tumbuh-tumbuhan) juga mengandung zat besi (besi non-
heme) namun jumlah zat besi yang bisa diserap oleh usus jauh lebih
sedikit dibanding zat besi dari bahan makanan hewani. Zat besi non-
heme (pangan nabati) yang dapat diserap oleh tubuh adalah 1-10%Contoh pangan
nabati sumber zat besi adalah sayuran berwarna hijau
tua (bayam, singkong, kangkung) dan kelompok kacang-kacangan
(tempe, tahu, kacang merah). Masyarakat Indonesia lebih dominan
mengonsumsi sumber zat besi yang berasal dari nabati. Hasil Survei
Konsumsi Makanan Individu (Kemkes, 2014) menunjukkan bahwa
97,7% penduduk Indonesia mengonsumsi beras (dalam 100 gram beras
hanya mengandung 1,8 mg zat besi). Oleh karena itu, secara umum
masyarakat Indonesia rentan terhadap risiko menderita Anemia Gizi
Besi (AGB)Untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus, sebaiknya
mengonsumsi makanan kaya sumber vitamin C seperti jeruk dan jambu
dan menghindari konsumsi makanan yang banyak mengandung zat yang
dapat menghambat penyerapan zat besi dalam usus dalam jangka

3
panjang dan pendek seperti tanin (dalam teh hitam, kopi), kalsium,
fosfor, serat dan fitat (biji-bijian). Tanin dan fitat mengikat dan
menghambat penyerapan besi dari makanan

D. SOLUSI

Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia dilakukan denganmemberikan asupan zat besi
yang cukup ke dalam tubuh untuk meningkatkan pembentukan hemoglobin. Upaya yang dapat
dilakukan adalah:
1. Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi

Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi dengan pola makan bergizi seimbang, yang
terdiri dari aneka ragam makanan, terutama sumber pangan hewani yang kaya zat besi (besi
heme) dalam jumlah yang cukup sesuai dengan AKG. Selain itu juga perlu meningkatkan
sumber pangan nabati yang kaya zat besi (besi non-heme), walaupun penyerapannya lebih
rendah dibanding dengan hewani. Makanan yang kaya sumber zat besi dari hewani contohnya
hati, ikan, daging danunggas, sedangkan dari nabati yaitu sayuran berwarna hijau tua dan
kacang-kacangan. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi dari sumber nabati perlu
mengonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, jambu. Penyerapan zat
besi dapat dihambat oleh zat lain, seperti tanin, fosfor, serat, kalsium, dan fitat.

2. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi

Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan satu atau lebih zat gizi kedalam pangan untuk
meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut. Penambahan zat gizi dilakukan pada industri
pangan, untuk itu disarankan membaca label kemasan untuk mengetahui apakah bahan
makanan tersebut sudah difortifikasi dengan zat besi. Makanan yang sudah difortifikasi di
Indonesia antara lain tepung terigu, beras, minyakgoreng, mentega, dan beberapa snack. Zat
besi dan vitamin mineral lain juga dapat ditambahkan dalam makanan yang disajikan di rumah
tangga dengan bubuk tabur gizi atau dikenal juga dengan Multiple Micronutrient Powder.

3. Suplementasi zat besi

Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak mencukupi kebutuhan terhadap zat besi,
perlu didapat dari suplementasi zat besi. Pemberian suplementasi zat besi secara rutin selama
4
jangka waktu tertentu bertujuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara cepat, dan perlu
dilanjutkan untuk meningkatkan simpanan zat besi di dalam tubuh.Suplementasi Tablet
Tambah Darah ( TTD) pada rematri dan WUS merupakan salah satu upaya pemerintah
Indonesia untuk memenuhi asupan zat besi. Pemberian TTD dengan dosis yang tepat dapat
mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi di dalam tubuh. Penelitian di Kupang
(NTT) pada rematri tahun 2002, menunjukkan bahwa suplementasi TTD secara mingguan
selama 16 minggu mampu meningkatkan kadar hemoglobin dan serum feritin lebih besar
dibandingkan suplementasi TTD 4 hari berturut-turut saat menstruasi selama 4 siklus
menstruasi. Penelitian yang dilakukan pada siswi SMA di Tasikmalaya menunjukkan bahwa
pemberian TTD 1x seminggu dibandingkan dengan pemberian TTD 1x seminggu ditambah
setiap hari selama 10 hari saat menstruasi, dapat meningkatkan kadar Hb tetapi
tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok tersebut.Untuk meningkatkan
penyerapan zat besi sebaiknya TTD dikonsumsi bersama dengan:

1. Buah-buahan sumber vitamin C (jeruk, pepaya, mangga, jambu biji dan lain-lain).
2. Sumber protein hewani, seperti hati, ikan, unggas dan daging
Hindari mengonsumsi TTD bersamaan dengan :
1. Teh dan kopi karena mengandung senyawa fitat dan tanin yang dapat mengikat zat besi
menjadi senyawa yang kompleks sehingga tidak dapat diserap.
2. Tablet Kalsium (kalk) dosis yang tinggi, dapat menghambat penyerapan zat besi. Susu
hewani umumnya mengandung kalsium dalam jumlah yang tinggi sehingga dapat menurunkan
penyerapan zat besi di mukosa usus.
3. Obat sakit maag yang berfungsi melapisi permukaan lambung sehingga penyerapan zat besi
terhambat. Penyerapan zat besi akan semakin terhambat jika menggunakan obat maag yang
mengandung kalsium

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ASUHAN KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA PRANIKAH PADA Nn. AP USIA 23


DENGAN KASUS ANEMIA RINGAN DI PUSKESMAS.......... KABUPATEN............

A. PENGKAJIAN DATA SUBYEKTIF


Hari/Tanggal : Selasa, 20 Januari 2021
Jam :10.00 WIB
1. Identitas Pasien :

Nama : Nn. AP
No RM : 457342
Umur : 23 th
Agama : Islam
Suku : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Alamat : Babadsari RT ¾ Kutowinangun
Kebumen

A. DATA SUBYEKTIF

1. ALASAN DATANG :
Nn. AP mengatakan ingin imunisasi catin dan pemeriksaan kesehatan.

2. KELUHAN UTAMA :
Nn. AP mengatakan sering merasa cepat capek dan agak pusing

3. RIWAYAT OBSTETRI :
Riwayat Haid:
HPHT : 9 Januari 2022
Menarche : 13 tahun
Nyeri Haid : Tidak ada

6
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Warna darah : Merah segar
Leukhorea : Tidak ada
Banyaknya : Hari 1-3 ganti pembalut 3-4x sehari,1 pembalut penuh
1
Hari 4-5 ganti pembalut 2-3x sehari, penuh
2
Hari 6-7 ganti pembalut 2x sehari, bercak cokelat

4. RIWAYAT KESEHATAN :

a. Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :


Calon pengantin mengatakan tidak pernah atau tidak sedang menderita
penyakit menular seperti HIV/AIDS, gonorhea, sifilis, TBC, Hepatitis dan
penyakit menurun seperti jantung, asma dan DM

b. Riwayat penyakit dalam keluarga (menular maupun keturunan) :


Calon pengantin mengatakan dari pihak keluarga tidak pernah atau tidak
sedang menderita penyakit menular seperti HIV/AIDS, gonorhea, sifilis, TBC,
Hepatitis dan penyakit menurun seperti jantung, asma dan DM dan tidak ada
riwayat keturunan kembar.

5. RIWAYAT IMUNISASI : Pernah


Klien mengatakan saat ini imunisasi TT yang pertama

6. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI :

a. Nutrisi
1. Makan
a) Frekuensi makan pokok : 2-3 x perhari
b) Komposisi :
- Nasi 2-3 x @ 1 piring sedang
- Lauk 2-3x @ 1 potong sedang, jenisnya ayam, telur, ikan
- Sayuran : 2 x @ 1 mangkuk sayur, jenis sayuran sawi, brokoli

7
- Buah 3-4 x seminggu; jenis jeruk, apel
- Camilan 1x sehari; jenis makanan ringan
2. Minum
Jumlah total 6 gelas perhari, jenis air putih
b. Eliminasi
1. Buang air kecil :
- Frekuensi perhari : 5x, warna kuning jernih
- Keluhan/masalah : tidak ada
2. Buang air besar :
- Frekuensi perhari : 1x, warna kuning kecokelatan konsistensi lembek
- Keluhan/masalah : tidak ada
c. Personal hygiene
- Mandi 2 x sehari
- Keramas 3x seminggu
- Gosok gigi 2x sehari
- Ganti pakaian 2x sehari, celana dalam 2x sehari
- Kebiasaan memakai alas kaki : iya
d. Istirahat/tidur
- Tidur malam 7 jam, Tidur siang 1 jam
- Keluhan/masalah : tidak ada
e. Aktivitas fisik dan olah raga
- Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : Nn. A mengatakan melakukan
aktivitas sehari-hari sebagai pegawai
- Olah raga : Nn. A mengatakan jarang melakukan olahraga
f. Kebiasaan yang merugikan kesehatan :
- Merokok : tidak pernah
- Minuman beralkohol : tidak pernah
- Obat-obatan : tidak pernah
- Jamu : tidak pernah

7. RIWAYAT PSIKOSOSIAL- SPIRITUAL

8
a. Persiapan Acara Pernikahan

- Syarat pendaftaran pernikahan : pasien dan calon suaminya sudah


mengetahui syarat-syarat pendaftaran pernikahan
- Penyesuaian cuti Kerja : pasien dan calon suaminya sudah mempunyai
rencana mengambil cuti
- Tanggal – tanggal penting terkait pernikahan : Tidak

b. Persiapan Membina Rumah Tangga.

- Persiapan fisik/kesehatan( medical chek up, vaksin) : Catin sudah


melakukan pemeriksaan kesehatan dan sudah melakukan vaksin
- Persiapan Psikososial :
Perbedaan latar belakang budaya keluarga : Tidak Ada
Perbedaan pendidikan : Tidak ada masalah

c. Persiapan psikologis

- Pengetahuan catin terhadap sifat pasangannya : catin sudah saling


mengenal sifat dan karakter satu sama lain dan bisa saling memahami
kekurangan pasangannya

- Cara berkomunikasi dengan pasangan : catin berkomunikasi dengan


bahasa jawa ( bahasa sehari-hari) dan bahasa Indonesia (acara formal)

- Mekanisme koping cara mengatasi masalah : catin menyelesaikan


masalah mereka dengan cara musyawarah

d. Persiapan spiritual

Cara catin melakukan ibadah beserta pasangannya : catin beragama islam


dan menjalankan ibadah sesuai syariat

e. Identifikasi karakter

- Harapan /keinginan kebutuhan antar pasangan : catin berharap


pasangannya perhatian dan bisa meluangkan waktu untuk quality time

9
- Teknik manajemen konflik : jika terjadi konflik catin sudah sepakat
untuk menyelesaikan secara baik-baik dan jika perlu melibatkan
keluarga, catin putri akan menceritakan masalah kepada ibu mertuanya
dan juga sebaliknya.

- Menanyakan kebiasaan catin : catin sudah saling mengetahui tentang


kebiasaan pasangan masing-masing

f. Pernikahan ini diharapkan oleh ibu, pasangan, keluarga

g. Respon & dukungan keluarga terhadap pernikahan ini : sangat


mendukung

h. Rencana setelah menikah tinggal serumah dengan suami

i. Pengambil keputusan utama pernikahan dalam keluarga adalah ayah


kandung

Apabila dalam keadaan urgent dapat mengambil keputusan sendiri

j. Orang terdekat : Orang tua

k. Tingkat pengetahuan ibu :

- Hal-hal yang sudah diketahui ibu : Persyaratan menikah


- Hal-hal yang belum diketahui ibu : Kesehatan Reproduksi.

B. DATA OBYEKTIF

1. PEMERIKSAAN FISIK :

a. Pemeriksaan Umum :

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tensi : 110/70 mmHg


N adi : 80x/menit
10
Suhu : 36,6oC
RR : 19x/menit

BB : 52 kg

TB : 160 cm

LILA : 24 cm

IMT : 20.7 kg/m2

b. Status present

Kepala : Mesocephal, tidak ada benjolan, rambut hitam


Mata : Konjungtiva anemis , sklera putih, penglihatan
normal
Hidung : Tidak ada nafas cuping hidung
Mulut : Bibir simetris, tidak ada caries, lidah tidak
stomatitis
Telinga : Tidak ditemukan lecet, bersih, pendengaran normal
Leher : Tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar gondok, tidak ada
Ketiak : Tidak ada benjolan
Dada : Dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi
Lipat paha : Tidak ada varises, tidak ada benjolan
Vulva : Tidak ada varises, tidak ada oedema, tidak ada
infeksi
Ektremitas : Atas : bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada
edema, fungsi normal
Bawah : bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada
edema, fungsi normal
Punggung : Bentuk normal, tidak ada kelainan
Reflek patella : Normal, reflek patella kanan +, kiri +

11
Anus : Tidak ada hemoroid

c. Status Obstetrik

Muka : Bersih, tidak odema


Mamae : Simetris, tidak ada benjolan, putting susu menonjol
Abdomen : Perut datar dan terdapat linea nigra
Genetalia : Bersih, tidak mengeluarkan cairan

2. PEMERIKSAAN PENUNJANG :

a. Pemeriksaan darah rutin

1) HB : 10,5 gr%

2) Trombosis :-

3) Leukosit :-

b. Pemeriksaan darah yang dianjurkan

1) Golongan Darah dan Rhesus : B+

2) Gula Darah Sewaktu (GDS) :

3) Thalasemia :-

4) Hepatitis B dan C :-

5) TORCH (TOksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus dan Herpes


simpleks) :-

c. Pemeriksaan Urin:

1) Urin Rutin :-

2) PP Test : Negatif (-)

C. ANALISA

Diagnosa Kebidanan : Nn. A Usia 23 tahun dengan Perencanaan Pernikahan

12
dengan anemia ringan

Masalah : Tidak ada

Diagnosa Potensial : Anemia Sedang

Kebutuhan : Konsumsi Tablet tambah darah dan Atur pola makan

D. PENATALAKSANAAN

Tanggal 20 Januari 2022

1. Pukul 10.42 WIB

Memberitahu pasien tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu


pemeriksaan tanda vital ibu dengan hasil Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80
x/menit, RR 19 x/menit, suhu 36,6 oC , PP test negatif (-), Hb : 10,5 gr/dL
dalam hal ini menunjukkan Hb dalam kondisi kurang.

Hasil : Pasien mengetahui hasil pemeriksaan

2. Pukul 10.45 WIB

Memberikan konseling untuk meminum obat tablet tambah darah 1 hari 1 kali
pada malam hari sebelum tidur, mejelaskan tentang makanan yang bisa
menghambat penyerapan tablet tambah darah (kopi, teh, susu), menjelaskan
makanan yang dapat meningkatkan sel darah merah (hati, sayur hijau,daging)
3. Pukul 10.52 WIB
Memberikan konseling pada pasien tentang kesehatan reproduksi pranikah.
Hasil : Pasien mengerti dan faham serta dapat menyebutkan kembali tentang
kesehatan reproduksi pranikah.
4. Pukul 10.57 WIB
Menjelaskan kepada pasien untuk melakukan imunisasi TT untuk perlindungan
terhadap tetanus neonatorum.
Hasil : Pasien bersedia melakukan imunisasi TT.
5. Pukul 11.00 WIB
Memberikan imunisasi TT 0,5 cc dilakukan penyuntikan secara IM pada lengan

13
kiri dan menjelaskan bahwa status imunisasi TT saat ini TT1
Hasil : Pasien sudah di suntik TT1
6. Pukul 1.03 WIB
Menjlaskan untuk kontrol kembali pemeriksaan laborat HB 1 bulan lagi
Hasil : Pasien bersedia kontrol 1 bulan lagi
7. Pukul 11.05 WIB
Melakukan dokumentasi
Hasil : pendokumentasian telah dilakukan

14
B. TELAAH JURNAL

Jurnal Judul Populasi Intervensi Compara Outcame Time


sion

Aanisah Citra Tubuh, Populasi dalam 44 Tidak 1. Ada hubungan antara Waktu
Ardiyanti, Kecukupan penelitian ini Jurnal Gizi 10 ada citra tubuh dan Penelitian
Vitria Gizi, Status adalah seluruh (2) 2021 pemban status anemia. Dilakukan pada
2. Tidak ada hubungan
Melani, Gizi, dan WUS yang Jenis ding bulan Desember
antara kecukupan zat
Nadiyah, Status terdaftar di penelitian ini dalam gizi dan status anemia. –Januari 2016.
Laras Anemia KUA adalah penelitia 3. Tidak ada hubungan
Sitoayu, pada Kecamatan obervasional n ini antara status gizi dan
Yulia Wanita Bojongsari deskriptif status anemia
Wahyuni Pranikah Kota Depok.ata dengan
citra tubuh pendekatan
diperoleh cross
menggunakan sectional.
body shape Pengambilan
questionnaire data
(BSQ-34) yang penelitian
berisi 34 dilakukan
pertanyaan. pada
Kecukupan gizi Desember
diperoleh 2019
melalui hingga Januari
wawancara 2020 Analisis
food recall univariat
2x24 jam yang dilakukan
dilakukan saat untuk
hari biasa melihat

15
(weekday) dan sebaran
hari libur frekuensi
(weekend). responden di
Status gizi setiap variabel
diperoleh (umur,
dengan pendidikan,
perhitungan pekerjaan,
indeks massa pendapatan,
tubuh status anemis,
(IMT). citratubuh,
dan status
gizi). Analisis
bivariat
menggunakan
uji Chi-
Square.

16
C. DESKRIPSI ASUHAN KEBIDANAN
Pada kasus Asuhan Kebidanan Pranikah Nn AP dengan anemia ringan , tidak

didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus yang terjadi di lapangan. Masalah yang timbul

pada kasus tersebut adalah pasien merasa cepat lelah dan terasa agak pusing. Pada kasus

tersebut potensial terjadi yang dialami oleh pasien, yaitu anemia sedang , dimana level

anemia meningkat dari rendah menjadi sedang. Langkah antisipasi yang dilakukan adalah

dengan konsumsi tablet tambah darah dan atur pola makan yaitu meminum obat tablet tambah

darah 1 hari 1 kali pada malam hari sebelum tidur, mejelaskan tentang makanan yang bisa

menghambat penyerapan tablet tambah darah (kopi, teh, susu), menjelaskan makanan yang

dapat meningkatkan sel darah merah (hati, sayur hijau,daging)

Dari hasil penelitian didapatkan hubungan antara faktor kontrol diri dengan perilaku

aktivitas seksual berisiko kehamilan tidak diinginkan pada remaja SMA di Kota Bogor.

Faktor kontrol diri adalah kemampuan mengendalikan emosi seseorang, perilaku dan

keinginan untuk memperoleh imbalan tertentu, atau menghindar dari hukuman tertentu.Dari

hasil penelitian Noor (2016) terdapat hubungan negatif antara kontrol diri terhadap perilaku

seksual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kontrol diri maka semakin

rendah perilaku seksual. Kontrol diri pada remaja di pengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor

intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik terdiri dari temperamen dan proses

perkembangan aspek kognitif semasa kanak-kanak seperti perhatian dan kontrol orangtua.

Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi lingkungan keluarga yang berperan sebagai pemberi

perhatian, saudara kandung, dan hubungan dengan teman sebaya atau pacar.

Dari hasil penelitian di atas didapatkan ketidak kesesuaian dengan kasus yang ada,

yaitu. Tidak adanya hubungan signifikan antara kecukupan zat gizi dengan status anemia.

17
Kecukupan zat gizi juga sangat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis aktivitas,

ketersediaan pangan, kualitas zat gizi yang dikonsumsi, interaksi antar zat gizi, serta

kemampuan penyerapan zat gizi di dalam usus. .

TEORI POKOK BAHASAN

Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb)dalam darah lebih
rendah dari normal (WHO, 2011).
Kekurangan gizi besi pada tahap awal mungkin tidak menimbulkan gejala anemia tapi
sudah mempengaruhi fungsi organ. Penderita kekurangan gizi besi jumlahnya 2,5 kali lebih
banyak dari jumlah penderita anemia kekurangan gizi besi.Untuk memastikan apakah
seseorang menderita anemia dan/atau kekurangan gizi besi perlu pemeriksaan darah di
laboratorium. Anemia didiagnosis dengan pemeriksaan kadar Hb dalam darah, sedangkan
untuk anemia kekurangan gizi besi perlu dilakukan pemeriksaan tambahan seperti serum
ferritin dan CRP. Diagnosis anemia kekurangan gizi besi ditegakkan jika kadar Hb dan
serum ferritin di bawah normal. Batas ambang serum ferritin normal pada rematri dan
WUS adalah 15 mcg/L (WHO, 2011).
Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi, defisiensi asam folat, vitamin
B12 dan protein. Secara langsung anemia terutama disebabkan karena produksi/kualitas sel
darah merah yang kurang dan kehilangan darah baik secara akut
atau menahun.
Gejala yang sering ditemui pada penderita anemia adalah 5 L (Lesu, Letih, Lemah, Lelah,
Lalai), disertai sakit kepala dan pusing (“kepala muter”), mata berkunang-kunang, mudah
mengantuk, cepat capai serta sulit konsentrasi. Secara klinis penderita anemia ditandai
dengan “pucat” pada muka, kelopak mata, bibir, kulit, kuku dan telapak tangan.
Rematri yang memasuki masa pubertas mengalami pertumbuhan pesat sehingga kebutuhan
zat besi juga meningkat untuk meningkatkan pertumbuhannya.
Rematri seringkali melakukan diet yang keliru yang bertujuan untuk menurunkan berat
badan, diantaranya mengurangi asupan protein hewani yang dibutuhkan untuk
pembentukan hemoglobin darah.

18
Rematri dan WUS yang mengalami haid akan kehilangan darah setiap bulan sehingga
membutuhkan zat besi dua kali lipat saat haid. Rematri dan WUS juga terkadang
mengalami gangguan haid seperti haid yang lebih panjang dari biasanya atau darah haid
yang keluar lebih banyak dari biasanya.
Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia dilakukan dengan memberikan asupan zat
besi yang cukup ke dalam tubuh untuk meningkatkan pembentukan hemoglobin. Upaya
yang dapat dilakukan adalah:
1. Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi
2. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi
3. Suplementasi zat besi

19
20

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
2. Rematri seringkali melakukan diet yang keliru yang bertujuan untuk menurunkan berat
badan, diantaranya mengurangi asupan protein hewani yang dibutuhkan untuk
pembentukan hemoglobin darah.
3. Rematri dan WUS yang mengalami haid akan kehilangan darah setiap bulan sehingga
membutuhkan zat besi dua kali lipat saat haid. Rematri dan WUS juga terkadang
mengalami gangguan haid seperti haid yang lebih panjang dari biasanya atau darah haid
yang keluar lebih banyak dari biasanya.
4. Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia dilakukan dengan memberikan asupan
zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk meningkatkan pembentukan hemoglobin
B. SARAN
Bagi Pasien diharapkan lebih meningatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
khususnya tentang anemia dengan banyak menerapkan pola hidup sehat
Meningkatkan pembinaan bagi pasangan pranikah yang bertujuan untuk memberikan
informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan kondisi fisik dan mental pasangan
serta proyeksi masa depan pernikahan.
Menjaga kesehatan baik fisik atau mental sehingga mencegah hal buruk proyeksi masa depan
pernikahan terganggu .

Jurnal Gizi 10 (2) 2021


21

Citra Tubuh, Kecukupan Gizi, Status Gizi, dan Status Anemia pada Wanita
Pranikah
Aanisah Ardiyanti1, Vitria Melani1*, Nadiyah1, Laras Sitoayu2, Yulia Wahyuni1

1
Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul
2
Program Studi Pendidikan Profesi Dietisien, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa
Unggul
Email*: vitria@esaunggul.ac.id

ABSTRACT
Health is the one of readiness factors in marriage. Towards the wedding, usually the body image
will be a concern. A diet to get the ideal body is often to found. The results showed that the percentage of
anemia in WUS who were not married was greater than WUS who were already married. This study
aimed to determine the relationship of body image, level of nutritional adequacy, nutritional status, and
anemia status in premarital women.
An observational study with cross sectional approach. A number of 65 respondents were selected
by accidental sampling. The data were obtained through interviews using questionnaire (respondent
characteristics, body shape questionare-34), anthropometric measurements (weight, height, body mass
index, nutritional status), and blood sampling (hemoglobin levels). The data were analyzed using Chi-
Square Test.
The results showed a significant relationship between body image and anemia status (p<0,05).
There was no significant relationship between the level of energy sufficiency, protein, fat, iron, zinc, and
vitamin C with anemia status (p>0,05). There was no significant relationship between nutritional status
and anemia status (p>0,05). The conclusion is that only body image has a significant relationship to
anemia status.

Key words : anemia, body image, nutrition


Submittd : 2020-12-26 Accepted : 2021-08-30 Published : 2021-11-08

Jurnal Gizi 10 (2) 2021


22

PENDAHULUAN
Wanita usia subur (WUS) sebagai calon pengantin (Catin) harus mempersiapkan
kesehatannya sebagai salah satu faktor kesiapan pernikahan, karena pada akhirnya mereka akan
menjadi seorang ibu. Status gizi pada masa pranikah akan sangat berpengaruh terhadap outcome
kehamilan. Ibu yang memiliki IMT rendah (<18,5 kg/m 2) berisiko melahirkan anak dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) (Negash et al., 2015).
Hasil Riskesdas 2018 menjelaskan sebesar 84,6% kejadian anemia pada ibu hamil diderita
pada wanita dengan kategori usia 15-24 tahun. Artinya kejadian anemia pada wanita usia subur (15-
49 tahun) masih cukup tinggi, baik dengan keadaan sebelum maupun setelah menikah. Hasil data
statistik Dinas Kesehatan Kota Depok tahun 2016 menunjukkan dari 10.200 remaja putri, 36,6%
diantaranya menderita anemia. Hasil penelitian lain di Depok menunjukkan bahwa sebesar 63,4%
remaja putri masih mengalami anemia
(Simanungkalit & Simarmata, 2019).
Menjelang pernikahan perhatian terhadap citra tubuh dapat mengalami peningkatan.
Beberapa wanita melakukan berbagai cara terkait kecantikan pranikah, di antaranya menurunkan
berat badan, diet, dan berolahraga (Prichard I & Tiggemann M, 2008). Citra tubuh sangat
dipengaruhi oleh lingkungan (Paratmanitya et al., 2012). Rasa percaya diri ataupun rasa minder
merupakan hasil dari citra tubuh (Amar et al., 2018). Wanita memang menjadikan orang lain yang
memiliki tubuh ideal sebagai panutan (Jain et al., 2015).Bbiasanya mereka akan mengubah
kebiasaan makan untuk mencapai keinginannya tersebut.
Maraknya persepsi citra tubuh dan perubahan perilaku makan diduga dapat memengaruhi
status gizi seseorang karena berkaitan dengan tingkat kecukupan gizi. Hal ini ditunjukkan pada
penelitian yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara citra tubuh dan
status gizi. Remaja putri dengan citra tubuh negatif biasanya disertai oleh status gizi yang tidak
normal (Yusintha & Adriyanto, 2018).
Selain citra tubuh dan perilaku diet, kadar hemoglobin catin wanita juga menjadi faktor yang
perlu diperhatikan. Rendahnya kadar hemoglobin menjadi indikasi terjadinya Anemia Gizi Besi
(AGB). Seseorang yang memiliki citra tubuh negatif lebih besar kemungkinannya terkena anemia
(Aminullah, 2016). Penelitian lainnya turut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara body image dan status anemia (Badjree & Muniroh, 2017).
Sebuah penelitian menunjukkan hasil bahwa persentase kejadian anemia pada WUS yang
belum menikah lebih besar (14,3%) dibandingkan dengan WUS yang sudah menikah (6%).
Persentase kejadian anemia juga paling tinggi dialami oleh mereka yang status gizinya rendah (IMT
<18,5 kg/m2). Selain itu, tingkat kecukupan gizi juga berhubungan dengan kejadian anemia. Hasil
penelitian menunjukkan kejadian anemia terjadi pada mereka yang defisit konsumsi zat gizi (Sudikno
& Sandjaja, 2016).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan citra tubuh, tingkat kecukupan gizi,
status gizi, dan status anemia pada wanita pranikah di KUA
Kecamatan Bojongsari Kota Depok. Keterbaruan dalam penelitian ini adalah belum
pernah ada yang melakukan penelitian pada calon pengantin, khususnya di lokasi
KUA yang bersangkutan menggunakan variabel terpilih.

Jurnal Gizi 10 (2) 2021


23

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah obervasional deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Pengambilan data penelitian dilakukan pada Desember 2019 hingga Januari 2020. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh WUS yang terdaftar di KUA Kecamatan Bojongsari Kota Depok.
Pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampling dan didapatkan sampel sebanyak
65 orang. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu wanita yang akan melakukan pernikahan
pertama kali, berumur 20-35 tahun, dan bersedia mengikuti penelitian. Sedangkan kriteria
eksklusinya yaitu subjek yang sedang menjalani diet karena penyakit tertentu dan menolak/tidak
bersedia melanjutkan penelitian.
Data citra tubuh diperoleh menggunakan body shape questionnaire (BSQ-34) yang berisi 34
pertanyaan. Kecukupan gizi diperoleh melalui wawancara food recall 2x24 jam yang dilakukan saat
hari biasa (weekday) dan hari libur (weekend). Status gizi diperoleh dengan perhitungan indeks
massa tubuh (IMT). Status anemia diperoleh dengan pengambilan sampel darah menggunakan alat
pengukur Hb digital yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih (bidan).
Analisis univariat dilakukan untuk melihat sebaran frekuensi responden di setiap variabel
(umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status anemis, citra tubuh, dan status gizi). Analisis
bivariat menggunakan uji Chi-Square. Hal ini dikarenakan, peneliti ingin melihat hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen, serta gambaran distribusi frekuensi berdasarkan kedua
variabel tersebut.
Setelah dilakukan cleaning data, dari 65 data responden yang terkumpul, hanya 63 data yang
digunakan dalam analisis karena adanya data menyimpang dan dianggap mengganggu.
Penelitian ini telah lolos kaji etik oleh Tim Komisi Etik Penelitian Universitas Esa
Unggul dengan nomor:
0513-19.475/DPKE/KEP/FINALEA/UEU/XI/2019.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Karakteristik Responden
Pada penelitian ini, terdapat 63 data responden yang dianalisis. Distribusi frekuensi
karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 1
Karakteristik n %

Jurnal Gizi 10 (2) 2021


24

Umur
Remaja Akhir 45
71,4
Dewasa Awal 18
28,6
Pendidikan
SMP 6
9,5
SMA 26
41,3
Perguruan Tinggi 31
49,2
Pekerjaan
Pedagang/wiraswasta 3
4,8
Pegawai Swasta 39
61,9
Tidak Bekerja 10
15,9
Lainnya 11
17,4
Pendapatan
<UMK Depok 30
47,6
≥UMK Depok
33 52,4
Status Anemia Anemia
Tidak Anemia
Citra Tubuh Negatif 42 66,7
Positif 21 33,3
Status Gizi
Kurang/kurus 7 11,1
Normal 56 88,9
Lebih
3 4,8
42 66,7
28 28,5
Jumlah 63 100,0

Berdasarkan Tabel 1 mayoritas responden berada pada kelompok umur remaja akhir (17-25
tahun) yaitu sebesar 71,4%. Sebanyak 49,2% responden dengan latar belakang pendidikan
perguruan tinggi. Kebanyakan dari responden bekerja sebagai pegawai swasta (61,9%). Sebanyak
52,4% responden memiliki pendapatan perbulan
≥UMK Depok (Rp3.872.551,72). Sebanyak 66,7% responden mengalami anemia. Citra tubuh
responden cenderung positif (88,9%). Sementara itu, status gizi responden mayoritas normal
(66,7%).
Pengklasifikasian umur mengacu pada ketentuan WHO 2009. Karakteristik remaja akhir
ditandai dengan adanya kestabilan kondisi fisik dan psikis, kematangan dalam berpikir dan
emosional, serta mampu menentukan perhatian terhadap masalah seksual (Putro, 2017). BKKBN
menyebutkan umur ideal menikah untuk perempuan adalah 20-25 tahun.
Kebanyakan responden masih memikirkan bahwa pendidikan harus diutamakan sebelum
menikah. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa perempuan dengan tingkat pendidikan yang tinggi
menikah dalam usia yang tepat (tidak menikah dini) (Syafangah, 2017). Pekerjaan dan pendapatan
responden menandakan bahwa mereka sudah cukup matang dalam persiapan rumah tangga jangka
panjang. Sesuai dengan penelitian yang menyebutkan bahwa kestabilan ekonomi menjadi salah satu
faktor penting untuk kelangsungan fisik dan mental anggota keluarga nantinya (Sari et al., 2016).
Penelitian lainnya juga menyebutkan bahwa salah satu tanda yang menjadi faktor kesiapan menikah
adalah masalah finansial (Rahmah, 2018).

Jurnal Gizi 10 (2) 2021


25

2. Hubungan Citra Tubuh dan Status Anemia Tabel 2. Hubungan Citra Tubuh dan
Status Anemia

Responden yang mengalami anemia proporsinya lebih banyak memiliki citra tubuh positif.
Citra tubuh positif yang dimaksud adalah responden yang memiliki persepsi mengenai bentuk tubuh
yang benar dan memiliki bentuk penghargaan yang baik terhadap tubuhnya sendiri. Nilai p (p<0,05)
pada tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara citra tubuh dan
anemia. Nilai statistik dibaca menggunakan fisher’s exact karena terdapat sel dengan nilai frekuensi
harapan kurang dari 5.
Fenomena ini memiliki hubungan yang signifikan karena adanya perubahan perilaku yang
sangat drastis, yaitu melakukan pembatasan asupan menjelang pernikahan untuk mendapatkan
kepuasan pada penampilan mereka. Sejalan dengan sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa
sebagian besar wanita dengan citra tubuh positif mengalami anemia. Hal ini disebabkan pada
mayoritas responden yang memiliki citra tubuh positif, mereka benarbenar berusaha menjaga
segala asupan makan yang masuk bahkan cenderung membatasi dengan tujuan mempertahankan
bentuk/ukuran tubuh hingga menjelang hari pernikahan. Secara tidak sadar beberapa makanan
yang dijaga tersebut, kurang diperhatikan dari segi kualitas zat gizi yang dikonsumsi. Mereka hanya
fokus pada zat gizi makro. Sehingga dalam pemenuhan zat gizi mikro kurang
Status Anemia Total p
Tidak
Citra
Anemia Anemi
Tubuh
a

n % n % n %
Negatif 1 1,6 6 9,5 7 11,1 0,004
Positif 41 65,1 15 23,8 56 88,9

Total 42 66,7 21 33,3 63 100,0

tercukupi. Akibatnya terjadi ketidakseimbangan dalam darah dan menyebabkan anemia


(Fatimah et al., 2016).
Penelitian ini berbanding terbalik dengan teori yang menyatakan bahwa anemia biasanya
terjadi pada wanita yang memiliki citra tubuh negatif karena mereka cenderung ingin memperbaiki
keadaan tubuhnya yang dianggap tidak sesuai. Akibatnya mereka akan mengalami gangguan makan
(Li et al., 2012). Dua dari sepuluh wanita dengan risiko gangguan makan terbukti mengalami anemia
(Syah & Asna, 2018).
Perbedaan yang terjadi antara penelitian ini dengan teori yang ada kemungkinan dapat
terjadi karena adanya distorsi citra tubuh. Menurut Families Empowered and Supporting
Treatment of Eating Disorder (FEAST), distorsi citra tubuh merupakan ketidaksesuaian antara
ukuran tubuh dengan persepsi mengenai ukuran tubuh itu sendiri. Seseorang dengan distorsi citra
tubuh berisiko lebih tinggi untuk terlibat dalam perilaku makan yang menyimpang (Sulistyan et al.,
2016). Penelitian ini tidak melakukan observasi secara rinci terkait gangguan makan. Citra tubuh
sangat bersifat subjektif sesuai perasaan yang sedang dialami seseorang dan itu bisa berubah-

Jurnal Gizi 10 (2) 2021


26

ubah. Baik citra tubuh positif maupun negatif sebenarnya memiliki risiko yang sama terkena
anemia apabila terjadi distorsi citra tubuh.
3. Hubungan Kecukupan Zat Gizi dan Status Anemia
Hasil uji statistik dari tingkat kecukupan zat gizi dan status anemia dapat dilihat pada tabel 3 dan 4 di
bawah ini.

Tabel 3. Hubungan Kecukupan Energi, Zat Gizi Makro, dan Status Anemia
Status Anemia
Kecukupan Tidak Total p
Gizi Anemia
Anemia
n % n % n %
Energi
Kurang 36 57,2 18 28,5 54 85,7 1,000
Normal 6 9,5 3 4,8 9 14,3
Protein 0,271
Kurang 24 38,1 15 23,8 39 61,9
Normal 18 28,6 6 9,5 24 38,1
Lemak
Kurang 17 27,0 13 20,6 30 47,6 0,108
Normal 25 39,7 8 12,7 33 52,4
Karbohidat
Kurang 40 63,5 20 31,7 60 95,2 1,000
2 3,2 1 1,6 3 4,8 Normal
42 66,7 21 33,3 63 100,0 Total

Tabel 4. Hubungan Kecukupan Zat Gizi Mikro dan Status Anemia


Status Anemia
Kecukupan Tidak Total p
Gizi Anemia
Anemia
n % n % n %

Jurnal Gizi 10 (2) 2021


27

Zat Besi 1,000


Kurang 35 55,6 18 28,5 53 84,1
Cukup 7 11,1 3 4,8 10 15,9
Seng 0,191
Kurang 25 39,7 16 25,4 41 65,1
Cukup 17 27,0 5 7,9 22 34,9
Vitamin C 0,838
Kurang 31 49,2 16 25,4 47 74,6
Cukup 11 17,5 5 7,9 16 25,4

Total 42 66,7 21 33,3 63 100,0

Hasil uji statistik pada tabel 3 dan 4 sama-sama tidak ada yang menunjukkan hubungan
yang signifikan (p>0,05). Nilai statistik dibaca menggunakan fisher’s exact karena terdapat sel
dengan nilai frekuensi harapan kurang dari 5.
Responden yang mengalami anemia lebih banyak proporsinya pada mereka dengan tingkat
kecukupan energi, protein, karbohidrat, zat besi, seng, dan vitamin C yang kurang (57,2%; 38,1%;
63,5%; 55,6%; 39,7%; 49,2%). Berbeda dengan lemak, responden yang mengalami anemia tingkat
kecukupan asupannya normal
(39,7%).
Anemia sangat berkaitan dengan asupan makan yang kurang, terutama protein, zat besi, dan
seng sebagai pembentuk hemoglobin. Terjadinya anemia tidak hanya disebabkan oleh rendahnya
kuantitas asupan, namun faktor kualitas bahan makanan juga sangat memengaruhi.
Kurangnya asupan energi menyebabkan terganggunya zat gizi masuk ke dalam sel, termasuk
zat besi. Protein memegang peranan penting pada pembentukan hemoglobin. Gugus sulfur yang
terdapat pada protein mampu mengikat besi non-heme agar lebih mudah untuk diserap (Murray et
al., 2009). Sebuah penelitian menyatakan semakin rendah asupan protein maka semakin tinggi
kemungkinan terjadinya anemia (Akib & Sumarmi, 2017).
Sintesis hemoglobin memerlukan ketersediaan zat besi dan protein yang cukup. Ketika
simpanan besi tidak adekuat akan menyebabkan jumlah eritrosit protoporfirin bebas meningkat.
Kemudian eritrosit mikrositik diproduksi sehingga nilai hemoglobin turun (Murray et al., 2009). Seng
berperan sebagai prediktor kuat dari hemoglobin untuk biosintesis serta stimulasi eritropoesis
(Houghton et al., 2016). Seng memiliki interaksi yang kuat dengan zat besi karena berperan untuk
biosintesis besi heme. Vitamin C sebagai zat enhancer terhadap zat besi membantu mempercepat
penyerapan besi non-heme. Vitamin C akan mengubah zat besi dari bentuk feri menjadi fero.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang menyebutkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara kecukupan zat gizi dengan status anemia (Matayane, Bolang, &
Kawengian, 2014). Namun, hasil penelitian ini juga menunjukkan perbedaan dengan sejumlah teori
yang menyatakan adanya hubungan signifikan antara kecukupan zat gizi dengan status anemia.
Kecukupan zat gizi sangat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis aktivitas, ketersediaan pangan,
kualitas zat gizi yang dikonsumsi, interaksi antar zat gizi, serta kemampuan penyerapan zat gizi di
dalam usus.
Beberapa faktor yang berkaitan dengan kecukupan zat gizi tidak diteliti lebih lanjut untuk
dikaitkan dengan kejadian anemia. Berdasarkan data yang diperoleh banyak responden yang kurang
memfokuskan pada keseimbangan zat gizi yang dikonsumsi. Seperti halnya banyak responden yang
mengonsumsi teh bersamaan dengan jam makan. Kandungan tanin dalam teh tanpa diimbangi
asupan vitamin C yang cukup akan menghambat penyerapan zat besi (Muchlisa, 2013).

Jurnal Gizi 10 (2) 2021


28

4. Hubungan Status Gizi dan Status Anemia


Di bawah ini merupakan hasil analisis status gizi dan status anemia.
Status Anemia
Status Tidak Total p
Gizi Anemia
Anemia

n % n % n %
Kurus 2 3,2 1 1,5 3 4,7
0,490
Normal 30 47,6 12 19,1 42 66,7 Lebih 10 15,9 8 12,7 18 28,6
42 66,7 21 33,3 63 100,0
Total
Berdasarkan tabel 5 tidak terdapat hubungan signifikan antara status gizi dan status
anemia (p>0,05). Nilai statistik dibaca menggunakan pearson chi-square. Rata-rata responden
yang memiliki citra tubuh positif terdistribusi pada status gizi yang normal. Kemungkinan yang
terjadi bisa disebabkan oleh distorsi citra tubuh. Sehingga munculah perilaku gangguan makan
dengan membatasi jumlah dan beberapa jenis makanan. Pada akhirnya menyebabkan anemia.
Pada penelitian ini responden yang memiliki status gizi lebih ternyata juga mengalami
anemia. Hasil dietary history menujukkan bahwa asupan zat gizi mikro yang diperlukan untuk
pembentukan hemoglobin sangat rendah. WUS yang obesitas sangat rentan terkena anemia
dibandingkan dengan wanita normal melalui penurunan status besi. Hal ini diperkuat
oleh sebuah penelitian yang menyatakan bahwa sebanyak 20% WUS obesitas memiliki status
besi yang rendah (Nurramadhani et al., 2019).
Pada orang yang obesitas terjadi penumpukan lemak dalam tubuh
(adipositas). Selain itu, produksi hepsidin ke dalam sirkulasi portal lebih tinggi (Domenico
et al., 2010). Produksi hepsidin yang berlebihan akan menghambat penyerapan besi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian di KUA Kebon Jeruk bahwa status gizi tidak
memiliki hubungan dengan kejadian anemia (Sundaniawati, 2018). Penelitian lain juga menyebutkan
bahwa masih terdapat kejadian anemia ringan (Hb 10-11 g/dl) pada status gizi normal (5,5%)
maupun gemuk (3,6%)
(Abidin et al., 2012).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Ada hubungan antara citra tubuh dan status anemia.
2. Tidak ada hubungan antara kecukupan zat gizi dan status anemia.
3. Tidak ada hubungan antara status gizi dan status anemia.
Saran
1. Bagi calon pengantin perlu memperhatikan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi
agar keseimbangan zat gizi di dalam tubuh dapat terjaga dengan baik.
2. Bagi penelitian selanjutnya perlu memperhatikan waktu yang tepat dalam mengambil data
asupan makan. Saat menjelang pernikahan memungkinkan terjadi perubahan perilaku makan.

Jurnal Gizi 10 (2) 2021


29

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, I., Supriyadi, & Sumbara. (2012).
Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di SMA Kifayatul
Achyar Wilayah Kec. CibiruBandung Tahun 2012. Bhakti
Kencana Medika, 2(4), 2–6.
Akib, A., & Sumarmi, S. (2017). Kebiasaan Makan Remaja Putri yang
Berhubungan dengan Anemia :
Kajian Positive Deviance. Amerta N, 105–116.
Amar, M. I., Puspita, I. D., & Nasrullah, N.
(2018). Implementasi Program Bimbingan Persepsi Positive Body Image Terhadap Pengetahuan
Gizi Remaja dan Satus Gizi Remaja Putri.
Al-Sihah : Public Health Science Journal, 10, 1–11.
Aminullah, A. E. (2016). Hemoglobin pada Remaja Puteri dan Kadar Hemoglobin pada Remaja
Puteri di
SMK N 1 Sewon Bantul. (Skripsi).
Yogyakarta. Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Badjree, K. A., & Muniroh, L. (2017). Hubungan Body Image, Asosiasi Emosional, dan Pola Konsumsi
dengan Status Anemia Pramugari.
Media Gizi Indonesia, 12(2), 141– 148.
Domenico, I. De, Zhang, T. Y., Koening,
C. L., Branch, R. W., London, N., Lo,
E., … Kaplan, J. (2010). Hepcidin Mediates Transcriptional Changes that Modulate Acute
CytokineInduced Inflammatory Response in Mice. The Journal of Clinical
Investigation, 120(7), 2395–2405.
Fatimah, S. (2016). Hubungan Persepsi Tubuh (Body Image) Terhadap Status Anemia pada Remaja
Putri di SMA Sederajat Kabupaten Bantul.
(Skripsi). Yogyakarta. Universitas Alma Ata Yogyakarta.
Houghton, L. A., Parnell, W. R., Thomson, C. D., Green, T. J., & Gibson, R. S. (2016). Serum Zinc Is a
Major Predictor of Anemia and Mediates the Effect of Selenium on Hemoglobin in School-Aged
Children in a Nationally Representative Survey in New Zealand. Journal of Nutritition, 146(9),
1670–1676.
Jain, N., Prasuna, J. G., & Khandekar, J.
(2015). Self Body Image and Perceived Health in Adolescents : A
Facility Based Study. ADR Journals, 2(1&2), 8–15.
Li, K.-K., Concepcion, R. Y., Lee, H.,
Cardinal, B. J., Ebbeck, V., Woekel, E., & Readdy, R. T. (2012). An Examination of Sex Differences in
Relation to the Eating Habits and Nutrient Intakes of University Students. Journal of Nutrition
Education and Behavior, 44(3).

Jurnal Gizi 10 (2) 2021


30

Matayane, S. G., Bolang, A. S. L., & Kawengian, S. E. S. (2014).


Hubungan Antara Asupan Protein dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2013 Fakultas
Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi. Jurnal E-Biomedik, 2(3).
Muchlisa. (2013). Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Status Gizi pada Remaja Putri di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin Makasar tahun 2013. (Skripsi).
Makassar. Universitas Hassanuddin.
Murray, R. K., Granner, D. K., & W., V. R. (2009). Biokimia Harper (27th ed.). Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Negash, C., Whiting, S. J., Henry, C. J., & Belachew, Tefera Hailemariam, T. G. (2015). Association
between Maternal and Child Nutritional Status in Hula, Rural Southern Ethiopia: A Cross
Sectional Study. PLoS One, 10(11),
1–8.
Nurramadhani, S. R., Dieny, F. F., Murbawani, E. A., Tsani, A. F. A., Fitranti, D. Y., & Widyastuti, N.
(2019). Status Besi dan Kualitas Diet berdasarkan Status Obesitas pada Wanita Usia Subur di
Semarang.
Amerta Nutrition, 3(4), 247–256.
Paratmanitya, Y., Hadi, H., & Susetyowati. (2012). Citra Tubuh , Asupan Makan , dan Status Gizi
Wanita Usia Subur Pranikah. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia, 8(3), 126–134.
Prichard I, & Tiggemann M. (2008). An Examination of Pre-Wedding Body Image Concerns in Brides
and
Bridesmaids. Body Image, 5(4), 395– 398.
Putro, K. Z. (2017). Memahami Ciri dan
Tugas Perkembangan Masa Remaja. Aplikasia, 17, 25–32.
Rahmah, P. Y. (2018). Kesiapan Membangun Rumah Tangga (Studi Kasus Remaja Putri K-Popers
Kota Malang). (Skripsi). Malang.
Universitas Islam Negeri Malang.
Sari, Y., Khasanah, A. N., & Sartika, S. (2016). Studi Mengenai Kesiapan Menikah pada Muslim
Dewasa Muda. In Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan (Vol.
6, pp. 193–204). UNISBA.
Simanungkalit, S. F., & Simarmata, O. S. (2019). Pengetahuan dan Perilaku Konsumsi Remaja Putri
yang
Berhubungan dengan Status Anemia. Buletin Penelitian Kesehatan, 47(3), 175–182.
Sudikno, & Sandjaja. (2016). Prevalensi dan Faktor Risiko Anemia pada Wanita Usia Subur di Rumah
Tangga Miskon di Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Jurnal Kesehatan
Reproduksi, 7(2),
71–82.

Jurnal Gizi 10 (2) 2021


31

Sulistyan, A., Huryati, E., & Hastuti, J. (2016). Distorsi Citra Tubuh, Perilaku Makan, dan Fad Diets
pada Remaja Putri di Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 12(3), 99–108.
Sundaniawati, I. (2018). Hubungan Antara Karakteristik, Status Gizi, Konsumsi Tanin, Tingkat Stres,
dan Kejadian Anemia Calon Pengantin Wanita di KUA Kebon Jeruk Jakarta Barat. (Skripsi).
Jakarta. Universitas Esa Unggul.
Syafangah, U. (2017). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan dengan Pernikahan Dini pada
Remaja Putri di
Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman Tahun 2016. In (Skripsi).
Yogyakarta. Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Syah, M. N. H., & Asna, A. F. (2018). Risiko Gangguan Makan dan Kejadian Anemia pada
Mahasiswa Putri Program Studi S1 Gizi STIKES Mitra Keluarga. Ghidza: Jurnal Gizi Dan
Kesehatan, 2(1), 1–6.
Yusintha, A. N., & Adriyanto. (2018). Hubungan Antara Perilaku Makan dan Citra Tubuh dengan
Status Gizi Remaja Putri Usia 15-18 Tahun.
Amerta Nutrition, 147–154.

Jurnal Gizi 10 (2) 2021


32

Jurnal Gizi 10 (2) 2021

You might also like