Professional Documents
Culture Documents
PUTRI SAQINA
P07534018103
PUTRI SAQINA
P0 7534018103
i
PERNYATAAN
Nim : P0 7534018103
Putri Saqina
NIM. P07534018103
POLYTECHNIC OF HEALTH, MEDAN KEMENKES DEPARTMENT OF
MEDICAL LABORATORY TECHNOLOGY
KTI, 2021
PUTRI SAQINA
Description of Urine Protein in Patients with Type 2 Diabetes mellitus Systematic
Review
Viii + 29 Pages, 2 Figures, 12 Table, 2 Appendices
ABSTRACT
Type 2 diabetes mellitus is the most common type. In patients with type 2
diabetes mellitus, the pancreas can still make insulin, but the quality of insulin is
poor and cannot function properly so that glucose in the blood increases. The
presence of protein in the urine is caused by leakage of plasma proteins from the
glomerulus. Clinically detectable proteinuria is abnormal and is usually an early
marker of kidney disease. The purpose of this study was to determine the
description of urine protein in patients with type 2 diabetes mellitus. The design of
this study was a systematic review. Based on the results of research that has been
carried out both from references 1,2,3,4 and 5, the conclusions are: Negative
results as many as 105 people, Positive 1 as many as 50 people, Positive 2 as
many as 37 people, Positive 3 as many as 22 people, Positive 4 as many as 5
person. The overall results of the 5 journals obtained indicate that there is urine
protein in patients with type 2 diabetes mellitus.
Keyword : Type 2 Diabetes mellitus, Urine Protein
i
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
KTI, 2021
PUTRI SAQINA
ABSTRAK
Diabetes mellitus tipe 2 adalah jenis yang paling sering didapatkan. Pada
penderita Diabetes mellitus tipe 2 pankreas masih bisa membuat insulin, tetapi
kualitas insulinnya buruk dan tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga glukosa
dalam darah meningkat. Adanya protein di dalam urine disebabkan oleh
kebocoran protein plasma dari glomerulus. Proteinuria yang terdeteksi secara
klinis merupakan hal yang abnormal dan biasanya merupakan penanda dini
penyakit ginjal. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran protein
urine pada penderita penyakit Diabetes mellitus tipe 2. Desain penelitian ini
adalah systematic review. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan baik
dari referensi 1,2,3,4 dan 5 diperoleh kesimpulan yaitu: Hasil Negatif sebanyak
105 orang, Positif 1 sebanyak 50 orang, Positif 2 sebanyak 37 orang, Positif 3
sebanyak 22 orang, Positif 4 sebanyak 5 orang. Hasil secara keseluruhan 5 jurnal
yang diperoleh menunjukkan bahwa terjadi adanya protein urine pada penderita
Diabetes mellitus tipe 2.
Kata kunci : Diabetes mellitus tipe 2, Protein Urine
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Tuhan Yang Maha
Esa karena atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik sesuai waktu yang direncanakan. Adapun
judul dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Gambaran Protein Urine pada Penderita
Diabetes mellitus tipe 2 Systematic Review”.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi syarat
menyelesaikan jenjang pendidikan Diploma III Poltekkes Kemenkes Medan
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan, bantuan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya
kepada:
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Medan.
2. Ibu Endang Sofia, S.Si, M.Si selaku Ketua Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Medan.
3. Ibu dr. Lestari Rahmah, MKT selaku dosen pembimbing penulis yang
telah banyak memberi bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Bapak Togar Manalu, SKM, M.Kes selaku penguji I dan Ibu Halimah
Fitriani Pane, SKM, M.Kes selaku penguji II yang telah memberikan
masukan serta perbaikan untuk kesempurnaan dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
5. Seluruh dosen dan staf pegawai jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Medan.
6. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, ayah saya Ade Irzal dan ibu
saya Rahmaini dan juga saudari saya Zahra Meryza dan Tya Aulia yang
telah luar biasa membantu penulis melalui doa, kasih sayang serta
dukungan semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
iii
Karya Tulis Ilmiah ini. Serta kepada Abangda Muhammad Shandi
Busyairi yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Kepada seluruh teman – teman seperjuangan di Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Medan Angkatan 2018 terkhususnya teman – teman
saya yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi dan
masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk
memberikan saran dan kritik yang membangun sehingga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat disajikan lebih sempurna.
Akhir kata teriring doa semoga kebaikan, bantuan dan bimbingan yang
telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis mendapatkan balasan yang
berlipat ganda dari Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa. Penulis berharap semoga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRACT i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR TABEL viii
BAB I PENDAHULUAN 1
1. 1 Latar Belakang 1
1. 2 Rumusan masalah 4
1. 3 Tujuan 4
1.3. 1 Tujuan Umum 4
1.3. 2 Tujuan Khusus 4
1. 4 Manfaat Penelitian 4
1.4.2 Manfaat Teoritis 4
1.4.2 Manfaat Praktis 4
v
BAB III METODE PENELITIAN 14
3.1 Jenis dan Desain Penelitian 14
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 14
3.3 Objek Penelitian 14
3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan 15
3.5 Metode Pemeriksaan 15
3.6 Prinsip Pemeriksaan 15
3.7 Alat, Bahan dan Reagensia 16
3.8 Prosedur Kerja 16
3.9 Analisa Data 16
3.10 Etika Penelitian 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR Halaman
Daftar Gambar 2.1 Kerangka Konsep 12
vii
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 2.2 Definisi Operasional 13
Tabel 3.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 14
Tabel 4.1 Tabel Sintesa Grid 18
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi gambaran protein urine
pada penderita Diabetes mellitus tipe 2 21
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi gambaran protein urine
pada penderita Diabetes mellitus tipe 2 21
Tabel 4.4 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin 22
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi gambaran protein urine
pada penderita Diabetes mellitus tipe 2 22
Tabel 4.6 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin dan umur 22
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi gambaran protein urine
pada penderita Diabetes mellitus tipe 2 23
Tabel 4.8 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin dan umur 23
Tabel 4.9 Distribusi frekuensi gambaran protein urine
pada penderita Diabetes mellitus tipe 2 24
Tabel 4.10 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin dan umur 24
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan dari sistem
metabolisme didalam tubuh akibat di tandai dengan adanya peningkatan
kadar gula darah sebagai penyakit menahun. Hal ini disebabkan oleh
gagalnya hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas sesuai dengan
kebutuhan (Suiraoko, 2012).
Diabetes mellitus ditandai dengan berbagai gejala seperti poliuria,
polidipsia, dan polifagia dengan penurunan berat badan. Apabila penyakit
Diabetes mellitus dibiarkan tidak terkendali akan terjadi komplikasi yang
berakibat fatal yaitu komplikasinya penyakit ginjal (O’Callaghan, 2009).
World Health Organization (WHO), memprediksi peningkatan
jumlah penyandang Diabetes mellitus menjadi salah satu ancaman
kesehatan global. Jumlah penderita Diabetes mellitus semakin meningkat
setiap tahunnya baik di Indonesia maupun dunia (PERKENI, 2015).
Diabetes mellitus dapat disebabkan oleh beberapa 1ontro resiko.
Pola hidup yang tidak sehat adalah penyebab paling banyak ditemui.
Makan makanan yang mengandung lemak/gula merupakan contoh pola
hidup yang tidak sehat (Sukardji dan Soegondo, 2008). Pencegahan
penyakit Diabetes mellitus tipe 2 terdiri dari 4 tingkatan, yakni pencegahan
tingkat dasar atau Primordial prevention yaitu dengan mempertahankan
dan memelihara kebiasaan atau perilaku yang sehat, Pencegahan tingkat
pertama atau Primary prevention yaitu promosi kesehatan dan pencegahan
khusus, Pencegahan tingkat kedua atau Secondary prevention yaitu
diagnosa dini serta pengobatan yang tepat, Pencegahan tingkat tiga atau
Tertiary prevention yaitu pencegahan terhadap terjadinya cacat dan
rehabilitasi (Anggraeini dan Budiarto, 2013).
1
Pada penderita Diabetes mellitus dapat terjadi komplikasi pada
semua tingkat anatomik. Manifestasi komplikasi kronik dapat terjadi pada
pembuluh darah besar (makrovaskuler) dan pembuluh darah kecil
(mikrovaskuler) (Sudoyo, 2009).
Komplikasi makrovaskuler yang umum berkembang pada
penderita Diabetes mellitus adalah trombosit otak (pembekuan darah pada
sebagian otak), penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif dan
stroke, sedangkan untuk komplikasi mikrovaskuler adalah hiperglikemia
yang persisten dan pembentukan protein terglikasi yang menyebabkan
dinding pembuluh darah semakin lemah dan terjadinya penyumbatan pada
pembuluh darah kecil, seperti Nefropati diabetik, retinopati (kebutaan) dan
neuropati (Smeltzer and Bare, 2010).
Diabetes mellitus tipe 2 lebih sering terjadi dan disebabkan oleh
sel-sel tubuh yang kurang sensitif terhadap insulin, sehingga insulin yang
dihasilkan tidak dapat dipergunakan dengan baik. Sekitar 90-95%
penderita Diabetes didunia menderita Diabetes tipe ini.
Penderita yang mengalami penyakit ginjal akan mengalami
penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) dan fungsi ginjal juga
menurun. Terjadi kerusakan pada glomerulin atau tubula pada ginjal
apabila protein dapat masuk kedalam urine. Protein urine juga di gunakan
untuk menentukan permeabilitas membran basalis glomerulus. Adanya
sejumlah protein di dalam urine merupakan indikator kegawatan gangguan
ginjal. Pemeriksaan protein urine adalah pemeriksaan rutin dan juga cukup
efektif untuk mengetahui apakah terjadi kerusakan pada glomeruli atau
tubula pada ginjal. Jika sudah terjadi suatu komplikasi, usaha untuk
penyembuhan keadaan tersebut ke arah normal sangat sulit. Kerusakan
yang terjadi biasanya menetap. Pencegahan keadaaan komplikasi pada
Diabetes mellitus sangat penting mengingat sifatnya penyakit yang
menahun dan apabila timbul komplikasi, biaya pengobatannya sangat
mahal (Soegondo, 2004).
2
Hubungan Protein urine dengan Diabetes mellitus tipe 2 ialah pada
penderita Diabetes mellitus tipe 2 protei urine ringan menunjukkan mulai
terjadinya gangguan pada ginjal dan perlu dilakukan pemeriksaan.
Kelainan yang terjadi pada ginjal penyandang Diabetes mellitus dimulai
dengan adanya mikroalbuminuria dan berkembang menjadi proteinuria,
berlanjut dengan penurunan fungsi laju filtrasi glomerulus berakhir dengan
keadaan gagal ginjal yang memerlukan pengobatan.
Nefropati diabetik adalah komplikasi Diabetes mellitus pada ginjal
yang dapat berakhir sebagai gagal ginjal. Penyakit ginjal (nefropati)
merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan Diabetes mellitus.
Faktor risiko yang dihubungkan dengan terjadinya gagal ginjal tahap akhir
Nefropati diabetic adalah peningkatan tekanan darah, kontrol gula darah
yang buruk, usia tua, resistensi insulin, merokok, jenis kelamin, ras, dan
asupan tinggi protein (Etiek Nurhayati, 2018)
Berdasarkan dari penelitian Safira Pratiwi tahun 2016 didapatkan
hasil Negatif sebanyak 8 orang, Positif 1 sebanyak 11 orang, Positif 2
sebanyak 8 orang, Positif 3 sebanyak 3 orang. Berdasarkan dari penelitian
Etiek Nurha yati, Indah Purwa ningsih tahun 2018 menyatakan bahwa 40
orang penderita Diabetes mellitus tipe 2 ada 8 orang positif 1 dan 32 orang
negatif. Berdasarkan dari penelitian Mecciska Wilfira Delphia Siregar
tahun 2019 didapatkan hasil Positif 1 sebanyak 15 orang, Positif 2
sebanyak 14 orang, Positif 3 sebanyak 6 orang. Berdasarkan dari penelitian
Prema Hapsari Hidayati, Rezky Putri Indarwati Abdullah, Budiman
didapatkan hasil negatif sebanyak 24 orang, Positif 1 sebanyak 4 orang,
Positif 2 sebanyak 1 orang, Positif sebanyak 2 orang, Positif 4 sebanyak 1
orang. Berdasarkan dari penelitian Achi Rasma Welaty, Nurlaily Idris,
Bachtiar Murtala, Andi Alfian Zainudin, Hasyim Kasim, Nikmatia Latie
didapatkan hasil Positif 1 sebanyak 12 orang, Positif 2 sebanyak 14 orang,
Positif 3 sebanyak 11 orang, Positif 4 sebanyak 4 orang, dan 41 orang
negatif.
3
1. 2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran protein urine pada penderita Diabetes
mellitus tipe 2.
1. 3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk melihat gambaran protein urine pada penderita Diabetes
mellitus tipe 2.
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui gambaran protein urine pada penderita Diabetes
mellitus tipe 2.
1. 4 Manfaat Penelitian
1.4. 1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan
wawasan khususnya dalam ilmu kesehatan terutama mengenai Gambaran
Protein Urine pada Penderita Diabetes mellitus tipe 2.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
2. Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 adalah jenis yang paling sering didapatkan.
Biasanya timbul pada usia diatas 40 tahun, namun bisa pula timbul pada
usia diatas 20 tahun. 90-95% dari penderita Diabetes adalah Diabetes tipe
2.
Pada Diabetes mellitus tipe 2, pankreas masih bisa membuat
insulin, tetapi kualitas insulinnya buruk dan tidak dapat berfungsi dengan
baik sehingga glukosa dalam darah meningkat. Pasien yang mengidap
diabetes mellitus tipe ini biasanya tidak perlu tambahan suntikan insulin
dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat yang bekerja untuk
memperbaiki fungsi insulin, menurunkan glukosa, memperbaiki
pengolahan gula di hati, dan lain-lain.
Kemungkinan lain terjadinya Diabetes mellitus tipe 2 adalah sel-sel
jaringan tubuh dan otot si pasien tidak peka atau sudah resisten terhadap
insulin, yang dinamakan resistensi insulin atau insulin resistance.
Akibatnya, insulin tidak bisa bekerja dengan baik dan glukosa akhirnya
tertimbun dalam peredaran darah. Keadaan ini umumnya terjadi pada
pasien yang gemuk atau obesitas.
6
beberapa obat antihipertensi atau antikolesterol, malnutrisi, atau infeksi
(Tandra, 2013).
2.1.3 Faktor resiko yang mempengaruhi Diabetes mellitus
Menurut Tapan (2005) faktor resiko Diabetes mellitus ada 7 antara lain:
1. Faktor usia
2. Jenis kelamin
3. Pola makan
4. Keturunan
5. Aktivitas fisik
6. Kehamilan besar atau kembar
7. Obesitas atau kegemukan
7
2.1.5 Komplikasi Diabetes mellitus
Berdasarkan lama timbulnya penyakit, komplikasi Diabetes
mellitus digolongkan atas :
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi jika kadar glukosa darah seseorang
meningkat atau menurun dengan tajam dalam waktu relatif singkat. Kadar
glukosa darah bisa menurun drastis jika penderita menjalani diet yang
terlalu ketat. Perubahan yang besar dan mendadak dapat berakibat fatal.
2. Komplikasi Kronis
Komplikasi kronis diartikan sebagai kelainan pembuluh darah yang
akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung, gangguan fungsi ginjal, dan
gangguan saraf. (Maulana, 2015)
2.1.6 Proteinuria
Proteinuria merupakan ciri utama penyakit ginjal. Bila proteinuria
terdapat dalam spesimen tunggal, diperlukan pengumpulan urine selama
24 jam untuk mengenali kelainan ginjal tertentu.
Proteinuria adalah adanya protein di dalam urine yang disebabkan
oleh kebocoran protein plasma dari glomerulus. Hal ini diakibatkan dari
aliran berlebihan protein yang difiltrasi dengan berat molekul rendah (bila
terdapat dalam konsentrasi berlebihan), gangguan reabsorbsi protein yang
difiltrasi oleh tubulus, serta adanya protein ginjal yang berasal dari
kerusakan jaringan ginjal (Kowalak, 2010).
Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urine rutin, baik
tanpa gejala, ataupun dapat menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti
adanya penyakit ginjal yang serius. Walaupun penyakit ginjal yang
penting jarang tanpa adanya proteinuria, kebanyakan kasus proteinuria
biasanya bersifat sementara, tidak penting atau merupakan penyakit ginjal
yang tidak progresif. Lagipula protein dikeluarkan urine dalam jumlah
yang bervariasi sedikit dan secara langsung bertanggung jawab untuk
metabolisme yang serius. Adanya protein didalam urine sangatlah penting,
8
dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan
penyebab/penyakit dasarnya. Adapun prevalensi proteinuria yang
ditemukan saat pemeriksaan penyaring rutin pada orang sehat sekitar
3,5%. Jadi proteinuria tidak selalu merupakan manifestasi kelainan ginjal.
Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya di atas
200 mg/hari pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda.
Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika protein urine telah
menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit
di atas nilai normal. Dikatakan proteinuria bila terdapat protein di urine
melebihi 3500 mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin.
Dalam keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang
cukup besar atau beberapa gram protein plasma yang melalui nefron setiap
hari, hanya sedikit yang muncul di dalam urine. Ini disebabkan 2 faktor
utama yang berperan yaitu :
1. Filtrasi Glomerulus
2. Reabsorbsi Protein Tubulus
1. Patofisiologi Proteinuria
Proteinuria dapat meningkat melebihi salah satu cara dari ke-4 jalan
dibawah ini
1. Perubahan permeabilitas glomerulus yang mengikuti
peningkatan filtrasi dari protein plasma normal terutama
albumin.
2. Kegagalan tubulus mereabsorbsi sejumlah kecil protein yang
normal difiltrasi.
3. Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal, Low Molecular
Weight Protein (LMWP) dalam jumlah melebihi kapasitas
reabsorbsi tubulus.
4. Sekresi yang meningkat dari makuloprotein uroepitel dan
sekresi IgA (Imunoglobulin A) dalam respons untuk inflamasi
(sudoyono, 2015).
9
2.1.7 Hubungan Protein Urine dengan Diabetes mellitus tipe 2
Pada penderita Diabetes mellitus tipe 2 protein urine ringan
menunjukkan mulai terjadinya gangguan pada ginjal dan hal ini harus
diperhatikan dan diwaspadai, perlu pemeriksaan kembali 3-6 bulan
kemudian. Kelainan yang terjadi pada ginjal penyandang Diabetes mellitus
dimulai dengan adanya mikroalbuminuria, dan kemudian berkembang
menjadi proteinuria secara klinis, berlanjut dengan penurunan fungsi laju
filtrasi glomerulus dan berakhir dengan keadaan gagal ginjal yang
memerlukan pengelolaan dengan pengobatan substitusi.
Timbulnya sejumlah kecil protein (albumin) di dalam urine
(mikroalbuminuria) adalah tanda pertama gangguan fungsi ginjal. Pada
penurunan fungsi ginjal, terjadi peningkatan jumlah albumin dalam urine,
dan mikroalbuminuria menjadi proteinuria. Tingkat dan jenis proteinuria
sangat berpengaruh terhadap tingkat kerusakan yang terjadi dan
mengakibatkan orang menjadi beresiko terhadap gagal ginjal progresif.
Proteinuria juga menunjukkan hubungan dengan penyakit kardiovaskular
(Etiek Nurhayati, 2018).
10
Interprestasi Hasil :
(-) : Tidak terjadi kekeruhan
(+) : Terjadi kekeruhan ringan tanpa butir-butir
(++) : Terjadi kekeruhan mudah terlihat dan tampak butir butir
(+++) : Terjadi kekeruhan jelas dengan keping-kepingan
(++++) : Terjadi kekeruhan sangat jelas dengan keping-kepingan
yang memadat.
11
Cara kerja :
1. Siapkan 2 tabung reaksi dan masing-masing masukkan 2 ml urine.
2. Tambahkan 8 tetes asam sulfosalicyl 20% pada tabung pertama,
homogenkan
3. Bandingkan isi tabung pertama dengan tabung kedua sebagai
kontrol.
4. Jika tabung pertama lebih keruh daripada yang kedua, panasilah
tabung pertama sampai mendidih dan kemudian dinginkanlah.
5. Jika kekeruhan tetap terjadi pada waktu pemanasan dan tetap ada
setelah didinginkan, tes terhadap adanya protein adalah (+).
6. Jika kekeruhan hilang pada saat pemanasan dan muncul kembali
setelah didinginkan mungkin disebabkan oleh protein Bonce Jones
yang perlu diselidiki lebih lanjut (Kurniawan, 2015)
12
2.3 Definisi Operasional
Tabel 2.2. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional
Penderita Diabetes Salah satu penyakit atau kelainan metabolisme
mellitus tipe 2 yang disebabkan kurangnya produksi insulin dan
gangguan pada sekresi insulin, aksi insulin atau
keduanya.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
3. 3 Objek Penelitian
Objek penelitian ialah artikel yang digunakan sebagai referensi
dengan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
14
Outcome Adanya gambaran Tidak ada gambaran
Protein Urine pada Protein Urine pada
Penderita Diabetes Penderita Diabetes
mellitus tipe 2. mellitus tipe 2.
Study design Cross sectional dan Selain cross sectional
observasional
Tahun terbit Artikel atau jurnal yang Artikel atau jurnal yang
terbit setelah tahun 2016 terbit sebelum tahun 2016
Bahasa Bahasa Indonesia dan Selain bahasa inggris dan
Bahasa Inggris bahasa Indonesia
3. 5 Metode Pemeriksaan
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah metode Pemanasan
dengan Asam Asetat 6%.
3. 6 Prinsip Pemeriksaan
Protein yang ada didalam urine setelah pemanasan menimbulkan
denaturasi diikuti penggumpalan dengan penambahan Asam asetat zat-zat
yang bukan protein akan larut kembali.
15
3. 7 Alat, Bahan dan Reagensia
Alat yang digunakan Tabung reaksi dan rak, waterbath, penjepit
tabung dan alat, Alat Pelindung Diri (handscoon, masker, jas laboratorium)
Bahan yang digunakan Urine segar sewaktu (ad random) dari
penderita Diabetes mellitus tipe 2.
Reagensia yang digunakan Asam Asetat 6 %
3. 8 Prosedur Kerja
1. Hidupkan alat waterbath, atur suhunya sampai 100oC
2. Setelah waterbath mendidih, masukkan urine ke dalam tabung reaksi 5
ml. Letakkan di atas waterbath, selama 5 menit.
3. Angkat dan amati
4. Apabila ada kekeruhan, tetesi dengan asam asetat 6% sebanyak 4
tetes.
5. Panaskan kembali.
6. Lihat hasil.
Interprestasi Hasil :
(-) : Tidak terjadi kekeruhan
(+) : Terjadi kekeruhan ringan tanpa butir-butir
(++) : Terjadi kekeruhan mudah terlihat dan tampak butir butir
(+++) : Terjadi kekeruhan jelas dengan keping-kepingan
(++++) : Terjadi kekeruhan sangat jelas dengan keping-kepingan
yang memadat.
3. 9 Analisis Data
Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan
studi literatur dan di sajikan dalam bentuk Tabel lalu dianalisis secara
deskriptif dengan menguraikan variabel – variabel yang sudah ada satu
persatu untuk memperoleh gambaran dari penelitian yang dilakukan sesuai
dengan daftar pustaka yang telah ada.
16
3. 10 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian menekankan masalah etika yang meliputi :
1. Informed consent (persetujuan menjadi responden), dimana subjek
harus mendapatkan informasi lengkap tentang tujuan penelitian yang
akan dilaksakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau
menolak menjadi responden.
2. Anonymity (tanpa nama), dimana subjek mempunyai hak agar data
yang diberikan dirahasiakan. Kerasian dari responden dijamin dengan
jalan menghambat identitas dari responden atau tanpa nama
(anonymity)
3. Rahasia (confidentiality), kerahasian yang diberikan kepada
responden dijamin oleh peneliti.
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil
Berdasarkan hasil pencarian pustaka yang dilakukan, penelitian
menggunakan hasil penelitian dari 5 referensi yang relavan dengan
masalah yang ingin dipecahkan:
a. Referensi 1: Penelitian Safira Pratiwi “Gambaran proteinuria pada
penderita Diabetes mellitus tipe 2”
b. Referensi 2: Penelitian Etiek Nurhayati, Indah Purwaningsih
“Gambaran protein urine dan glukosa urine pada penderita Diabetes
mellitus tipe 2”
c. Referensi 3: Penelitian Mecciska Wilfira Delphia Siregar
“Pemeriksaan protein urine pada penderita Diabetes mellitus tipe 2 di
RSUP H Adam Malik Medan”
d. Referensi 4: Penelitian Prema Hapsari Hidayati, Rezky Putri Indarwati
Abdullah, Budiman “Hubungan antara gula darah puasa dan
proteinuria pada pasien Diabetes mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Ibnu
Sina Makassar”
e. Referensi 5: Penelitian Achi Rasma Welaty , Nurlaily Idris, Bachtiar
Murtala, Andi Alfian Zainudin, Hasyim Kasim, Nikmatia Latie
“Korelasi resistive index ginjal dengan proteinuria pada pasien
Diabetes mellitus tipe 2”
Hasil penelitian dari 5 referensi diatas akan saya jelaskan gambaran Protein Urine
nya dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 4.1. Tabel Sintesa Grid
N Author Tahun Judul Metode Hasil Databas
o e
1 Safira 2016 Gambaran D: Cross sectional Berdasarkan dari Google
Pratiwi proteinuria S: 30 pasien penelitian ini Scholar
18
pada Diabetes mellitus didapatkan hasil
penderita tipe 2 Negatif sebanyak 8
Diabetes V: protein urine orang, Positif 1
mellitus tipe pada Diabetes sebanyak 11 orang,
2 mellitus tipe 2 Positif 2 sebanyak 8
I: Tube orang, Positif 3
A: Regresi sebanyak 3 orang
2 Etiek 2018 Gambaran D: Cross sectional Berdasarkan dari Google
Nurhayati, protein S: 40 orang penelitian tersebut Scholar
Indah urine dan penderita Diabetes menyatakan bahwa 40
Purwaning glukosa mellitus tipe 2 orang penderita
sih urine pada V: Gambaran Diabetes mellitus tipe 2
penderita protein urine dan ada 8 orang positif 1
Diabetes glukosa urine pada dan 32 orang negatif
mellitus tipe penderita Diabetes
2 mellitus tipe 2
I: Tube
A: Regresi
19
Malik A: Regresi
Medan
4 Prema 2020 Hubungan D:Obseravasional Berdasarkan dari Google
Hapsari antara gula S: 32 oang penelitian ini Scholar
Hidayati, darah puasa penderita Diabetes didapatkan hasil negatif
Rezky dan mellitus tipe 2 V: sebanyak 24 orang,
Putri proteinuria proteinuria Positif 1 sebanyak 4
Indarwati pada pasien Diabetes mellitus orang, Positif 2
Abdullah, Diabetes tipe 2 sebanyak 1 orang,
Budiman mellitus tipe I: Tube Positif sebanyak 2
2 di Rumah A: Regresi orang, Positif 4
Sakit Ibnu sebanyak 1 orang
Sina
Makassar
5 Achi 2020 Korelasi D: Cross sectional Berdasarkan dari Google
Rasma resistive S: 82 subyek (41 penelitian ini Scholar
Welaty , index ginjal subyek dengan didapatkan hasil Positif
Nurlaily dengan proteinuria dan 41 1 sebanyak 12 orang,
Idris, proteinuria subyek tanpa Positif 2 sebanyak 14
Bachtiar pada pasien proteinuria) orang, Positif 3
Murtala, Diabetes V: Korelasi sebanyak 11 orang,
Andi mellitus tipe resistive index Positif 4 sebanyak 4
Alfian 2 ginjal dengan orang, dan 41 orang
Zainudin, proteinuria pada negatif.
Hasyim pasien Diabetes
Kasim, mellitus tipe 2
Nikmatia I: Korelasi
Latie Spearman
A: Statistik
korelasi
20
4. 2 Hasil dari Referensi 1 (Safira Pratiwi, 2016)
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Gambaran Protein Urine pada
Penderita Diabetes mellitus tipe 2
Kejadian Proteinuria Jumlah (n=30) Persentase (%)
Negatif (-) 8 26,7
Positif 1 (+) 11 36,7
Positif 2 (++) 8 26,7
Positif 3 (+++) 3 10,0
Positif 4 (++++) 0 0
Berdasarkan dari penelitian ini didapatkan hasil 30 pasien Diabetes
mellitus tipe 2 dengan protein urine kategori: negatif sebanyak 8 orang (26,7 %),
positif 1 sebanyak 11 orang (36,7%), positif 2 sebanyak 8 orang (26,7 %), positif
3 sebanyak 3 orang (10,0 %) dan positif 4 0% (tidak ada).
21
Berdasarkan jenis kelamin, Penderita yang berjenis kelamin laki-laki
berjumlah 10 orang dengan presentase 25%, dan yang berjenis kelamin
perempuan berjumlah 30 orang dengan presentase 75%.
22
dengan presentase 42,7%, dan pada umur 71 tahun sampai 80 tahun berjumlah 5
orang dengan presentase 14,6%.
23
presentase 31,2 %, pada umur 56 tahun sampai 65 tahun berjumlah 10 orang
dengan presentase 31,2%, dan pada umur lebih dari 65 tahun berjumlah 9 orang
dengan presentase 9%.
4. 6 Hasil dari Referensi 5 (Achi Rasma Welaty, dkk 2020)
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Gambaran Protein Urine pada
Penderita Diabetes mellitus tipe 2
Kejadian Proteinuria Jumlah (n=82) Persentase (%)
Negatif (-) 41 50,0
Positif 1 (+) 12 14,6
Positif 2 (++) 14 11,0
Positif 3 (+++) 11 13,4
Positif 4 (++++) 4 4,9
Berdasarkan dari penelitian ini didapatkan hasil 82 pasien Diabetes
mellitus tipe 2 dengan protein urine kategori: negatif sebanyak 41 orang (50,0 %),
positif 1 sebanyak 12 orang (14,6%), positif 2 sebanyak 14 orang (11,0 %), positif
3 sebanyak 11 orang (13,4 %) dan positif 4 sebanyak 4 orang (4,9%).
Tabel 4.10 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur
Jenis Kelamin Jumlah (n=82) Presentase (%)
Laki-Laki 34 41,5
Perempuan 48 58,5
Umur
31-40 Tahun 2 2,4
41-50 Tahun 10 12,2
51-60 Tahun 39 47,6
61-70 Tahun 31 37,8
Berdasarkan jenis kelamin, Penderita yang berjenis kelamin laki-laki
berjumlah 34 orang dengan presentase 41,5%, dan yang berjenis kelamin
perempuan berjumlah 48 orang dengan presentase 58,5%. Berdasarkan umur,
didapatkan pada umur 31 tahun sampai 40 tahun berjumlah 2 orang dengan
presentase 2,4%, pada umur 41 tahun sampai 50 tahun berjumlah 10 orang dengan
presentase 12,2 %, pada umur 51 tahun sampai 60 tahun berjumlah 39 orang
24
dengan presentase 47,6%, dan pada umur 61 tahun sampai 70 tahun berjumlah 31
orang dengan presentase 37,8%.
4. 7 Pembahasan
Dari hasil penelitian Safira Pratiwi yang berjudul Gambaran
proteinuria pada penderita Diabetes mellitus tipe 2 didapat hasil
pemeriksaan protein urine pada penderita diabetes mellitus tipe 2, negatif
sebanyak 8 orang (26,7 %), positif 1 sebanyak 11 orang (36,7%), positif 2
sebanyak 8 orang (26,7 %), positif 3 sebanyak 3 orang (10,0 %) dan positif
4 tidak ada. Penelitian ini sejalan dengan teori dimana Diabetes mellitus
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal dan peningkatan glukosa
(glukotoksisitas) yang menahun pada pasien Diabetes mellitus tipe 2 yang
mempunyai predisposisi genetic yang menimbulkan Nefropati diabetik
(Safira pratiwi, 2016).
Dari hasil penelitian Etiek Nurhayati dan Indah Purwaningsih yang
berjudul Gambaran Protein Urine dan Glukosa Urine pada Penderita
Diabetes mellitus tipe 2 didapat hasil pemeriksaan protein urine pada
penderita Diabetes mellitus tipe 2 positif 1 sebanyak 8 orang (20%) dari 40
sampel, sedangkan 32 orang lainnya negatif. Protein urine ringan
menunjukkan mulai terjadinya gangguan pada ginjal dan hal ini harus
diperhatikan dan diwaspadai. Kelainan yang terjadi pada ginjal
penyandang Diabetes mellitus dimulai dengan adanya mikro-albuminuria,
dan kemudian berkembang menjadi proteinuria secara klinis, berlanjut
dengan penurunan fungsi laju filtrasi glomerulus dan berakhir dengan
keadaan gagal ginjal yang memerlukan pengelolaan dengan pengobatan
substitusi (Etiek Nurhayati, 2018).
Dari hasil penelitian Mecciska Wilfira Delphia Siregar adanya
protein di dalam urine yang disebabkan oleh kebocoran protein plasma
dari glomerulus. Hal ini diakibatkan dari aliran berlebihan protein yang
difiltrasi dengan berat molekul rendah (bila terdapat dalam konsentrasi
25
berlebihan), gangguan reabsorbsi protein yang difiltrasi oleh tubulus, serta
adanya protein ginjal yang berasal dari kerusakan jaringan ginjal.
Dari hasil penelitian Prema Hapsari Hidayati, Rezky Putri
Indarwati Abdullah, Budiman yang berjudul Hubungan antara gula darah
puasa dan proteinuria pada pasien Diabetes mellitus tipe 2
mengidentifikasi jenis kelamin laki-laki dan usia yang lebih tua merupakan
faktor resiko kejadian proteinuria pada pasien Diabetes mellitus tipe 2.
Berdasarkan dari penelitian ini, jenis kelamin tidak begitu signifikan
menjadikan laki-laki sebagai faktor resiko untuk kejadian proteinuria. Hal
tersebut juga dapat diakibatkan oleh mayoritas sampel pada penelitian ini
adalah perempuan yang menderita diabetes mellitus tipe 2 yaitu sejumlah
20 orang (62,5%). Sedangkan laki-laki hanya sebanyak 12 orang (37,5%).
26
Hasil literature review didapatkan semua jurnal menunjukkan
protein urine positif pada penderita Diabetes mellitus tipe 2, tetapi
tingkatannya berbeda, dari 5 referensi diatas hanya 3 referensi yang
menunjukkan hasil positif protein urine dari perempuan lebih tinggi dari
pada laki-laki.
Menurut peneliti berdasarkan jenis kelamin, hal ini tidak sejalan,
dikarenakan protein harusnya lebih banyak pada laki-laki karena laki-laki
memiliki lebih banyak massa otot, umumnya mereka membutuhkan lebih
banyak protein daripada perempuan. Tetapi jika perempuan tersebut dalam
keadaan hamil, kemungkinan besar ditemukannya protein dalam urine.
Berdasarkan umur, hal ini sejalan, karena dari 5 referensi diatas ada
4 referensi yang menunjukkan bahwa umur 50-75 tahun keatas lebih besar
ditemukannya protein dalam urine, dikarenakan peningkatan usia
merupakan resiko terjadinya penyakit kronik seperti Diabetes mellitus
yang merupakan penyebab utama penyakit ginjal. Insiden Diabetes
mellitus yang memiliki faktor predisposisi jika usia sudah lebih dari 45
tahun, sehingga ikut mempengaruhi penyakit ginjal kronik yang semakin
meningkat seiring pertambahan usia.
Pada penderita Diabetes pankreas tidak mampu memproduksi
insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh, tanpa insulin sel-sel tubuh tidak
dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi, dan jika Diabetes
tidak dikontrol dapat timbul berbagai komplikasi, seperti gagal ginjal
dimana ginjal yang terganggu tidak dapat menyaring protein dengan baik,
sehingga protein terdapat dalam urine diseababkan oleh kebocoran protein
plasma dari glomerulus.
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan baik dari
referensi 1,2,3,4 dan 5 diperoleh kesimpulan yaitu: Hasil Negatif sebanyak
105 orang, Positif 1 sebanyak 50 orang, Positif 2 sebanyak 37 orang,
Positif 3 sebanyak 22 orang, Positif 4 sebanyak 5 orang. Menurut Jenis
Kelamin, Pria sebanyak 77 orang, Wanita sebanyak 112 orang. Menurut
umur, 31-50 tahun sebanyak 40 orang, 51-70 tahun sebanyak 83 orang, 71-
80 tahun sebanyak 26 orang.
5.2 Saran
1. Dianjurkan kepada penderita Diabetes mellitus tipe 2 untuk
memeriksa kadar protein urine secara rutin maupun berkala.
2. Mengkonsumsi makanan yang sehat dan seimbang, kemudian
mengurangi makanan yang mengandung gula berlebihan.
3. Berolahraga yang teratur
4. Untuk peneliti selanjutnya disarankan menambah jumlah sampel
sebagai bahan acuan dan lokasi penelitian yang berbeda
28
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, d. S. 2016. Stop! Gagal Ginjal dan Gangguan Gangguan Ginjal Lainnya.
Yogyakarta: Istana Media.
Etiek Nurhayati, I. P. 2018. Gambaran Protein Urine dan Glukosa Urine pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Persadia RSU Santo Antonius Pontianak.
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa , 107.
Hans Tandra, S.-K. P. 2013. Life Healthy With Diabetes. Yogyakarta: Rapha
Publishing.
Smeltzer & Bare. 2010. Textbook of medical surgical nursing vol.2. Philadelphia:
Linppincott.