Professional Documents
Culture Documents
Week- 6
Pembahasan didalam materi ini dibedakan menjadi dua pembahasan, yaitu pembahasan tentang
siklus APBN dan APBD. Materi penjelasan untuk Siklus APBN dan APBD, dimulai dari arti,
tujuan, manfaat, peraturan/kebijakan, struktur alur dana, akuntansi dan tata kelola serta
manajemen keuangannya termasuk juga permasalahan-permasalahan akuntansi dan keuangan
yang terkait. Oleh karena itu, setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengelolaan keuangan Negara
2. Menjelaskan bagaimana proses penyusunan APBN dan APBD serta peranannya terhadap
pengelolaan keuangan Negara
3. Menjelaskan bagaimana mekanisme Pelaporan Keuangan pada Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah
4. Menjelaskan struktur organisasi Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
5. Menjelaskan pengelolaan keuangan pada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
OUTLINE MATERI:
Pengantar
Pembahasan bagian pertama adalah di fokuskan pada penjelasan tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama pemerintah pusat untuk mensejahterakan
rakyatnya dan sekaligus alat pemerintah untuk mengelola perekonomian negara. Sebagai alat
pemerintah, APBN bukan hanya menyangkut keputusan ekonomi, namun juga menyangkut
keputusan politik. Dalam konteks ini, DPR dengan hak legislasi, penganggaran, dan pengawasan
yang dimilikinya perlu lebih berperan dalam mengawal APBN sehingga APBN benar-benar
dapat secara efektif menjadi instrumen untuk mensejahterakan rakyat dan mengelola
perekonomian negara dengan baik. Dalam rangka mewujudkan good governance dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara, sejak beberapa tahun yang lalu telah diintrodusir
Reformasi Manajemen Keuangan Pemerintah. Reformasi tersebut mendapatkan landasan hukum
yang kuat dengan telah disahkannya UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No.
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Dari sisi obyek Keuangan Negara meliputi seluruh hal dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, di dalamnya termasuk berbagai kebijakan dan kegiatan yang terselenggara dalam
bidang fiskal, moneter dan atau pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan. Selain itu segala
sesuatu dapat berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik Negara berhubung
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Ruang lingkup keuangan negara sesuai dengan pengertian tersebut diuraikan dalam Pasal 2 UU
No. 17/2003 meliputi:
a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan
pinjaman;
b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan
membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan Negara;
d. Pengeluaran Negara;
e. Penerimaan Daerah;
f. Pengeluaran Daerah;
g. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kekayaan yang dipisahkan padaperusahaan negara atau daerah;
i. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah.
Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang demikian luas secara ringkas dapat dikelompokkan
dalam sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan moneter, dan sub bidang
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.
a. Fungsi pengelolaan kebijakan ekonomi makro dan fiskal. Fungsi pengelolaan kebijakan
ekonomi makro dan fiskal ini meliputi penyusunan Nota Keuangan dan RAPBN, serta
perkembangan dan perubahannya, analisis kebijakan, evaluasi dan perkiraan perkembangan
ekonomi makro, pendapatan negara, belanja negara, pembiayaan, analisis kebijakan, evaluasi
dan perkiraan perkembangan fiskal dalam rangka kerjasama internasional dan regional,
penyusunan rencana pendapatan negara, hibah, belanja negara dan pembiayaan jangka
menengah, penyusunan statistik, penelitian dan rekomendasi kebijakan di bidang fiskal,
keuangan, dan ekonomi.
b. Fungsi penganggaran. Fungsi ini meliputi penyiapan, perumusan, dan pelaksanaan kebijakan,
serta perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur dan pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang APBN/APBD.
Kekayaan pihak lain ini meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan
kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan kementerian negara/lembaga, atau
Sementara itu, bidang moneter meliputi sistem pembayaran, sistem lalu lintas devisa, dan sistem
nilai tukar. Adapun bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan meliputi pengelolaan
perusahaan negara/daerah.
APBN
Pembicaraan Pendahuluan antara Pemerintah dan DPR. Tahapan ini dimulai dengan
penyampaian pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro oleh Pemerintah
kepada DPR selambat-lambatnya pertengahan Mei tahun berjalan. (Pasal 13 ayat (1) UU No.
17/2003). Guna memudahkan DPR dalam memahami dan mendiskusikan kerangka ekonomi
makro, pemerintah mengirimkan laporan triwulanan update fiskal dan makroekonomi serta
outlook dan estimasi ke depan kepada DPR pada awal April. Laporan ini disiapkan oleh Badan
Analisa Fiskal (BAF), Departemen Keuangan. Dengan laporan ini, diharapkan DPR memahami
Dalam rangka penyusunan RAPBN, berdasarkan Surat Edaran yang diterbitkan oleh Menteri
Keuangan c.q. DJA, menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang
menyusun rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga tahun berikutnya. Rencana
kerja dan anggaran tersebut disusun berdasarkan prestasi kerja (kinerja) yang akan dicapai; dan
disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang
disusun. Selanjutnya, rencana kerja dan anggaran tersebut disampaikan kepada DPR untuk
dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBN. Hasil pembahasan rencana kerja dan
anggaran disampaikan kepada Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan RUU tentang
APBN tahun berikutnya. (Pasal 14 UU No. 17/2003). Pada awal bulan Juli pemerintah
menyampaikan laporan semester pertama perkembangan fiskal dan makroekonomi serta outlook
Pengajuan, pembahasan dan penetapan APBN. Tahapan ini dimulai dengan pengajuan RUU
tentang APBN disertai nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya oleh pemerintah
kepada DPR pada bulan Agustus tahun sebelumnya. (Pasal 15 ayat (1) UU No. 17/2003) Selama
pembahasan, dokumen-dokumen pendukung disampaikan kepada DPR. Sebagaimana diatur
dalam Pasal 15 ayat (4) UU No. 17/2003, pengambilan keputusan oleh DPR mengenai RUU
tentang APBN dilakukan selambat-lambatnya dua bulan sebelum tahun anggaran yang
bersangkutan dilaksanakan. Batasan ini diperlukan agar pemerintah punya cukup waktu untuk
menyiapkan seluruh dokumen pelaksanaan anggaran. Di samping itu, waktu dua bulan itu juga
diperlukan oleh Pemerintah Daerah untuk menyiapkan anggaran mereka, mengingat salah satu
sumber keuangan utama Pemerintah daerah adalah dana perimbangan yang diperoleh dari
APBN. APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi program,
kegiatan, dan jenis belanja. (Pasal 15 ayat (5) UU No. 17/2003).
Apabila DPR tidak menyetujui RUU APBN yang diajukan pemerintah, pemerintah dapat
melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.
(Pasal 15 ayat (6) UU No. 17/2003)
Pelaksanaan APBN
Penyesuaian APBN dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahas bersama DPR
dengan Pemerintah Pusat dalam rangka penyusunan prakiraan perubahan atas APBN tahun
anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi:
a. perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam
APBN;
b. perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal;
c. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi,
antarkegiatan, dan antarjenis belanja;
d. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan
untuk pembiayaan anggaran yang berjalan. (Pasal 27 ayat (3) UU No. 17/2003).
Dalam keadaan darurat pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia
anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBN dan/atau
disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pemerintah mengajukan rancangan undang-
undang tentang Perubahan APBN tahun anggaran yang bersangkutan berdasarkan perubahan
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang
memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi
pemerintah yang telah diterima secara umum.
1. Planning &
Budgeting (Jan-
Jul Year N-1
6. Auditing and
2. Hearing &
Accountability
discussion (Aug –
Reporting (end
Oct Year N-1)
of Year N)
5. Recording &
3. Authorization
Reporting (Jan –
(Oct Year N-1)
Dec Year N)
4. Realization
(Jan – Dec Year
N)
Alur APBN
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah salah satu komponen laporan keuangan pemerintah
yang menyajikan informasi tentang hasil aktual dan anggaran untuk periode tertentu
• Pendapatan-LRA diakui saat diterima di Kas Umum Negara / Kas Umum Daerah
• Pengeluaran-LRA diakui saat dibayarkan dari Kas Umum Negara / Kas Umum Daerah
• Penerimaan Pembiayaan diakui pada saat diterima dalam Kas Umum Negara / Kas
Umum Daerah
• Pembiayaan yang dibayarkan diakui saat dibayarkan dari Kas Umum Negara / Kas
Umum Daerah
ITEM-ITEM LRA
Item Definisi
Items Definitions
GLOSARIUM
• Pagu indikatif ini mengindikasikan kebutuhan angka dasar bagi pendanaan sasaran
kinerja dan kebijakan yang masih berlanjut dan indikasi jumlah tambahan untuk
mendanai inisiatif baru. Pagu Indikatif ditetapkan dengan Surat Bersana (SB) Menteri
Keuangan dan Menteri PPN Kepala Bappenas pada bulan Maret tahun sebelumnya.
• Pagu Anggaran adalah batas tertinggi anggaran yang dialokasikan kepada K/L untuk
menyusun Rencana Kerja dan Anggaran K/L(RKA-K/L) dan kepada Bendahara Umum
Negara (BUN) untuk menyusun Rencana Dana Pengeluaran (RDP) BUN. Pagu Anggaran
ditetapkan melalui surat Menteri Keuangan kepada seluruh K/L pada bulan Juni tahun
sebelumnya.
• Alokasi Anggaran adalah batas tertinggi anggaran pengeluaran yang dialokasikan kepada
K/L dan BUN berdasarkan hasil pembahasan Rancangan APBN yang dituangkan dalam
berita acara hasil kesepakatan Pembahasan Rancangan APBN antara Pemerintah dan
DPR.
• Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR dan ditetapkan paling lambat akhir bulan
November tahun sebelumnya.
• APBNP adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara sebagai akibat dari
perubahan pada: (a) besaran-besaran asumsi dasar ekonomi; makro (b) pokok-pokok
kebijakan fiskal; (c) keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran;
dan (d) keadaan yang menyebabkan SAL tahun sebelumnya harus digunakan untuk
pembiayaan anggaran yang disetujui oleh DPR.
• Inisiatif Baru adalah usulan tambahan rencana Kinerja selain yang telah dicantumkan
dalam prakiraan maju, yang berupa program, kegiatan, keluaran, dan/atau komponen.
Pengertian APBD
APBD adalah Rencana Pendapatan dan Belanja suatu Daerah (APBD) untuk satu tahun berjalan
(1 periode) yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda)
Fungsi Anggaran?
Anggaran mempunyai beberapa fungsi yang dikelompokan menajdi dua yaitu sebagai fungsi
kebijakan fiskal dan sebagai fungsi manajemen.
1. Sebagai fungsi kebijakan fiskal, Pertama, anggaran dapat digunakan untuk menagtur
alokasi belanja untuk pengadaan barang-barang dan jasa-jasa publik (public good and
services). Kedua, sebagai alat distribusi yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan
atau mengurangi kesenjangan antar wilayah, kelas sosial maupun sektoral. Ketiga, sebagai
fungsi stabilisasi, misalnya jika terjadi ketidakseimbangan yang sangat ekstrem maka
pemerintah dapat melakukan intervensi melalui anggaran untuk mengembalikan pada
keadaan normal.
2. Sebagai fungsi manajemen, Pertama, memberi pedoman bagi pemerintah untuk melakukan
tugas-tugasnya pada periode mendatang. Kedua, anggaran sebagai alat kontrol masyarakat
terhadap kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah. Ketiga, untuk menilai seberapa jauh
pencapaian pemerintah dalam melaksanakan kebijakan dan program-program yang
direncanakan.
2. Proses Politik
Proses-proses dengan mekanisme politik.
Dalam Proses Penyusunannya
- Ditentukan oleh ideologi dan sistem penyelenggaran nya.
- Dipengaruhi moral/sikap penyelenggara negara
Sistem penyusunan APBD dapat dilihat dalam dua proses. Pertama proses yang terjadi di
eksekutif dan proses yang terjadi di legislatif.
2. Proses di legislatif
Di DPRD Kota Malang, proses penyusunan APBD dilakukan berdasarkan Tatib DPRD Kota
Malang Nomor 31 tahun 2002 tentang peraturan tata tertib DPRD Kota Malang.
1. Setiap tahun menjelang berlakunya tahun anggaran baru, Walikota wajib menyampaikan
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan lampiran selengkapnya dengan nota
keuangan kepada DPRD. Ketentuan ini sebenarnya bertentangan dengan UU 22/99 yang
menyatakan bahwa Perda dibuat bersama-sama, dan ketentuan Tatib seharusnya berlaku
secara internal dewan sehingga tidak boleh memberikan keharusan kepada lembaga
diluar dewan yang dalam hal ini Walikota untuk menyampaikan rancangan peraturan
Daerah tentang APBD dan lampiran selengkapnya dengan nota keuangan kepada DPRD.
2. Pimpinan DPRD menyerahkan nota keuangan dan rancangan peraturan daerah tentang
APBD kepada Panitia Anggaran untuk memperoleh pendapatnya.
3. pendapat panitia anggaran diserahkan ke komisi-komisi sebagai bahan pembahasan
4. Pembahasan Raperda tentang APBD.
Persoalannya adalah:
* Rakyat mana yang selama ini dilibatkan dalam proses penyusunan APBD?
* Apakah sudah mencerminkan keterwakilan?
* Percayakah anda kepada mereka?
Anggaran dibuat adalah untuk membiayai seluruh belanja rutin pegawai dan kegiatan publik
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kenyataannya APBD lebih banyak
dipergunakan untuk kepentingan elit birokrasi atau DPRD atau golongan tertentu saja.
Yang dilibatkan dalam penyusunan APBD adalah Rakyat, Eksekutif dan Legeslatif. Pada
proses penyusunan APBD rakyat hanya dilibatkan pada tingkat Musbangkel dan UDKP saja.
Pada tingkat Rakorbang dan Pengesahan RAPBD rakyat sama sekali tidak dilibatkan
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Pemeliharaan
4. Belanja Perjalanan Dinas
5. Belanja lain-lain
6. Anggaran Pinjaman Hutang dan bunga
7. Belanja Pensiun
8. Pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga
9. Pengeluaran tak tersangka
1. Sektor Industri
2. Sektor Pertanian dan Kehutanan
3. Sektor Sumber Daya Air dan Irigasi
4. Sektor Tenaga Kerja
5. Sektor Perdagangan Pengembangan
6. Usaha daerah , Keuangan Daerah dan Koperasi
7. Sektor Transportasi
8. Sektor Pertambangan dan Energi
9. Sektor Pariwisata dan Telekomunikasi Daerah
Mei-Juni: Juni:
MUSBANGKEL UDKP Kecamatan. Agustus:
Pengajuan program Pemilihan jenis program
pembangunan dari yg layak dibiayai Rakorbang Kab/kota
masyarakat 1 yg diajukan kelurahan 2 Pembahasan
dokumen rancangan proyek
dan kegiatan
Desember:
November: Pengesahan Januari-Desember
Pembahasan RAPBD Panggar DPRD & Eksekutif Pelaksanaan
& Timgar 7 mengesahkan RAPBD 8 Eksekutif melaksanakan
Finalisasi draf RAPBD menjadi APBD
APBD
9
Januari - Maret:
Pertanggung jawaban
Pertanggungjawaban
• Jumlah dan Alokasi APBD tidak sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat
• Sebagain APBD dinikmati oleh kalagan birokrat (Eksekutif & Legislatif)
• Tidak memperhatikan kebutuhan Masyarakat korban (Maskor).
Musyawarah Pembangunan Kelurahan atau disingkat dengan Musbangkel adalah sebagai salah
satu wahana bagi masyarakat untuk mengajukan usulan-usulan pembangunan dikelurahannya.
Yang terlibat dalam Musbangkel adalah semua unsure masyarakat yang terdiri dari: LPMK,
Ketua RT/RW, Tokoh masyarakat, tokoh Pemuda yang bersama-sama menyusun program-
program pembangunan di kelurahan selama satu tahun
Tahap UDKP
Pada tahap UDKP (Unit Daerah Kerja Pembangunan) ini adalah tahap pemilihan jenis program
yang diusulkan dalam Musbangkel yang layak dibiayai, lebih sederhananya tahap ini melakukan
seleksi hasil Musbangkel yang layak diajukan ke Rakorbang. Maka dalam tahap ini masyarakat
harus tetap mengawal sampai usulan programnya dimasukkan dalam UDKP.
TAHAP RAKORBANG
Tahap Rakorbang (Rapat Koordinasi Pembangunan) ini lebih banyak menyusun tentang
rancangan proyek dan program dinas terkait di lingkungan Pemkot.
Work Plans of
Local General Policy of
Government APBD and PPAS DPRD
Agreement
PEMDA kesepakatan Work performance
to be achieved
and estimated
SE Penyusunan RKA expenditures
SKPD
-
Rencana Kerja
dan Anggaran
Satuan Kerja
Perangkat Daerah
SKPD
PPKD
STRUKTUR APBD
Pendapatan Daerah :
• PAD
• Dana Perimbangan
• Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Belanja daerah
1
4
5
Financial Statements
Raperda LPJ
(Unaudited )
Financial Statements
2 31 March
Financial Statements
30 June
6
BPK (Audited)
Audit(2 months)
3 DPRD
2
• Klasifikasi belanja menurut jenis belanja 7
Pembiayaan daerah
• Penerimaan Pembiayaan
• Pengeluaran Pembiayaan
AKUNTABILITAS APBD
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN-SKPD
SKPD GUB/WALIKOTA/BUPATI
1
5
4
The Financial Statements
Financial Statements
o f SKPD
of PEMDA
(unaudited)
(Unaudited)
SEKRETARIS DAERAH
(KOORDINATOR PENGELOLA KEUANGAN DAERAH)
BENDAHARA KUASA PA
KUASA BUD
PPTK PPK - SKPD
Supporting Documents 1
EVALUASI
RAPBD RKA-SKPD
PERDA
APBD
Penjabaran
APBD
DKA- ANGGARAN
SKPD KAS
Supporting Documents 2
SPD
SPM-UP
SPP-UP SPM-GU
SPP-GU SPM-TU SP2D
SPP-TU
SPJ
SPP – Uang Persediaan (SPP-UP)
SPP – Ganti Uang (SPP-GU)
SPP – Tambahan Uang (SPP-TU)
SPP – Langsung (SPP – LS)
APBN
APBD
1. Sistem penyusunan APBD dapat dilihat dalam dua proses. Pertama proses yang terjadi di
eksekutif dan proses yang terjadi di legislatif.
2. Fungsi Penyusunan Anggaran
- Fungsi Alokasi
- Fungsi Distribusi
- Fungsi Stabilisasi
3. Prinsip-prinsip Penyusunan Anggaran
Dalam menyusun APBD ada prinsip-prinsip yang tidak boleh ditinggalkan, yaitu adalah:
1. Transparansi dan Akuntabilitas
2. Disiplin Anggaran
3. Keadilan Anggaran
4. Efesiensi dan Efektifitas
5. Format Anggaran
6. Rasional dan Terukur
Republik Indonesia, UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara.
Suminto (2004), Pengelolaan APBN dalam Sistem Manajemen Keuangan Negara, Makalah
sebagai bahan penyusunan Budget in Brief 2004 (Ditjen Anggaran, Depkeu).
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 59 tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah