You are on page 1of 37

LECTURE NOTES

Accounting Government and Non-Profit


Organization

Week- 6

Indonesia State-Local Government


Accounting and Budgeting Cycle
(APBN & APBD)

Accounting Government and Non-Profit Organization


LEARNING OUTCOMES

Pembahasan didalam materi ini dibedakan menjadi dua pembahasan, yaitu pembahasan tentang
siklus APBN dan APBD. Materi penjelasan untuk Siklus APBN dan APBD, dimulai dari arti,
tujuan, manfaat, peraturan/kebijakan, struktur alur dana, akuntansi dan tata kelola serta
manajemen keuangannya termasuk juga permasalahan-permasalahan akuntansi dan keuangan
yang terkait. Oleh karena itu, setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengelolaan keuangan Negara
2. Menjelaskan bagaimana proses penyusunan APBN dan APBD serta peranannya terhadap
pengelolaan keuangan Negara
3. Menjelaskan bagaimana mekanisme Pelaporan Keuangan pada Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah
4. Menjelaskan struktur organisasi Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
5. Menjelaskan pengelolaan keuangan pada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

OUTLINE MATERI:

- Pengantar untuk Akuntansi Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah


- Ikhtisar dari Struktur Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah
-. Siklus Anggaran Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah
- Keistimewaan mendasar dari Manajemen Keuangan untuk Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah
- Ringkasan Umum dari Model Pelaporan Keuangan untuk Pemerintahan Pusat dan
Pemerintahan Daerah

Accounting Government and Non-Profit Organization


ISI MATERI BAGIAN PERTAMA

Pengantar

Pembahasan bagian pertama adalah di fokuskan pada penjelasan tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama pemerintah pusat untuk mensejahterakan
rakyatnya dan sekaligus alat pemerintah untuk mengelola perekonomian negara. Sebagai alat
pemerintah, APBN bukan hanya menyangkut keputusan ekonomi, namun juga menyangkut
keputusan politik. Dalam konteks ini, DPR dengan hak legislasi, penganggaran, dan pengawasan
yang dimilikinya perlu lebih berperan dalam mengawal APBN sehingga APBN benar-benar
dapat secara efektif menjadi instrumen untuk mensejahterakan rakyat dan mengelola
perekonomian negara dengan baik. Dalam rangka mewujudkan good governance dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara, sejak beberapa tahun yang lalu telah diintrodusir
Reformasi Manajemen Keuangan Pemerintah. Reformasi tersebut mendapatkan landasan hukum
yang kuat dengan telah disahkannya UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No.
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Pengelolaan Keuangan Negara, Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Negara


Perumusan keuangan negara menggunakan beberapa pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan dari sisi obyek;
2. Pendekatan dari sisi subyek;
3. Pendekatan dari sisi proses; dan,
4. Pendekatan dari sisi tujuan.

Dari sisi obyek Keuangan Negara meliputi seluruh hal dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, di dalamnya termasuk berbagai kebijakan dan kegiatan yang terselenggara dalam
bidang fiskal, moneter dan atau pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan. Selain itu segala
sesuatu dapat berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik Negara berhubung
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Accounting Government and Non-Profit Organization


Dari sisi subyek, keuangan negara meliputi negara, dan/atau pemerintah pusat, pemerintah
daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.
Keuangan Negara dari sisi proses mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
pengelolaan obyek di atas mulai dari proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan
sampai dengan pertanggungjawaban. Terakhir, keuangan negara juga meliputi seluruh kebijakan,
kegitan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek
sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, pendekatan
terakhir ini dilihat dari sisi tujuan. Dengan pendekatan sebagaimana diuraikan di atas, UU No.
17/2003 merumuskan sebagai berikut: Keuangan negara adalah “semua hak dan kewajiban
negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa
barang yang dapat dijadikan milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut”. (Pasal 1 huruf 1 UU No. 17/2003).

Ruang lingkup keuangan negara sesuai dengan pengertian tersebut diuraikan dalam Pasal 2 UU
No. 17/2003 meliputi:

a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan
pinjaman;

b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan
membayar tagihan pihak ketiga;

c. Penerimaan Negara;

d. Pengeluaran Negara;

e. Penerimaan Daerah;

f. Pengeluaran Daerah;

g. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kekayaan yang dipisahkan padaperusahaan negara atau daerah;

Accounting Government and Non-Profit Organization


h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan/atau kepentingan umum;

i. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah.

Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang demikian luas secara ringkas dapat dikelompokkan
dalam sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan moneter, dan sub bidang
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.

Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi enam fungsi, yaitu:

a. Fungsi pengelolaan kebijakan ekonomi makro dan fiskal. Fungsi pengelolaan kebijakan
ekonomi makro dan fiskal ini meliputi penyusunan Nota Keuangan dan RAPBN, serta
perkembangan dan perubahannya, analisis kebijakan, evaluasi dan perkiraan perkembangan
ekonomi makro, pendapatan negara, belanja negara, pembiayaan, analisis kebijakan, evaluasi
dan perkiraan perkembangan fiskal dalam rangka kerjasama internasional dan regional,
penyusunan rencana pendapatan negara, hibah, belanja negara dan pembiayaan jangka
menengah, penyusunan statistik, penelitian dan rekomendasi kebijakan di bidang fiskal,
keuangan, dan ekonomi.

b. Fungsi penganggaran. Fungsi ini meliputi penyiapan, perumusan, dan pelaksanaan kebijakan,
serta perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur dan pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang APBN/APBD.

c. Fungsi administrasi perpajakan.

d. Fungsi administrasi kepabeanan.

e. Fungsi perbendaharaan. Fungsi perbendaharaan meliputi perumusan kebijakan, standard,


sistem dan prosedur di bidang pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara, pengadaan
barang dan jasa instansi pemerintah serta akuntansi pemerintah pusat dan daerah.

Kekayaan pihak lain ini meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan
kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan kementerian negara/lembaga, atau

Accounting Government and Non-Profit Organization


perusahaan negara daerah. pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara, pengelolaan kas
negara dan perencanaan penerimaan dan pengeluaran, pengelolaan utang dalam negeri dan luar
negeri, pengelolaan piutang, pengelolaan barang milik/kekayaan negara (BM/KN),
penyelenggaraan akuntansi, pelaporan keuangan dan sistem informasi manajemen keuangan
pemerintah.

f. Fungsi pengawasan keuangan.

Sementara itu, bidang moneter meliputi sistem pembayaran, sistem lalu lintas devisa, dan sistem
nilai tukar. Adapun bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan meliputi pengelolaan
perusahaan negara/daerah.

Asas-asas Pengelolaan Keuangan Negara

Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan negara,


pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara professional, terbuka, dan
bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam UUD 1945. Sebagai
penjabaran aturan pokok yang telah ditetapkan dalam UUD 1945 tersebut, UU No. 17/2003
menjabarkannya ke dalam asas-asas umum yang telah lama dikenal dalam pengelolaan kekayaan
negara, seperti asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan dan asas spesialitas; maupun asas-
asas baru sebagai pencerminan best practices (penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam
pengelolaan keuangan negara, antara lain: akuntabilitas berorientasi pada hasil, profesionalitas,
proporsionalitas, keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, dan pemeriksaan keuangan
oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.

APBN

Tujuan Anggaran Pemerintahan (APBN)

a. Atur pengeluaran pemerintah


b. Stabilitas ekonomi dan bagian pendapatan
c. Mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat

Accounting Government and Non-Profit Organization


Fungsi Anggaran Pemerintahan
• Otorisasi, yaitumemberikan dasar bagi pemerintah untuk melaksanakan kebijakan
mengenai pendapatan dan pengeluaran dalam periode berjalan
• Perencanaan, yaitu panduan bagi pemerintah untuk merencanakan kegiatannya
• Pemantauan, yaitu panduan untuk mengontrol kegiatan pemerintah
• Mengalokasikan, yaitu meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembangunan
• Mendistribusikan, yaitu untuk mengembalikan layanan kepada masyarakat
• Stabilisasi, yaitu untuk menyeimbangkan fundemental ekonomi
• Pengorganisasian, yaitu mengelola akun untuk memuaskan para pemangku kepentingan

Hukum dan Peraturan yang mendasari


• UUD 45, Pasal 23 (Ayat 1)

• Undang-undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Keuangan Negara

Asumsi Makro Ekonomi Dasar

• Nilai Tukar IDR ke USD


• Harga minyak
• Kuota minyak mentah dari OPEC
• Suku bunga
• Pertumbuhan ekonomi
• Inflasi

Penyusunan dan Penetapan APBN

Pembicaraan Pendahuluan antara Pemerintah dan DPR. Tahapan ini dimulai dengan
penyampaian pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro oleh Pemerintah
kepada DPR selambat-lambatnya pertengahan Mei tahun berjalan. (Pasal 13 ayat (1) UU No.
17/2003). Guna memudahkan DPR dalam memahami dan mendiskusikan kerangka ekonomi
makro, pemerintah mengirimkan laporan triwulanan update fiskal dan makroekonomi serta
outlook dan estimasi ke depan kepada DPR pada awal April. Laporan ini disiapkan oleh Badan
Analisa Fiskal (BAF), Departemen Keuangan. Dengan laporan ini, diharapkan DPR memahami

Accounting Government and Non-Profit Organization


gambaran umum perkembangan fiskal dan makroekonomi terkini beserta outlook dan estimasi
ke depannya. Laporan ini menyajikan tampilan fiskal dan makroekonomi dua tahun terakhir,
estimasi kinerja fiskal tahun anggaran berjalan, serta proyeksi kinerja fiskal tiga tahun ke depan.
Variabel-variabel fiskal dan makroekonomi yang disajikan dalam laporan tersebut meliputi
pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, tingkat bunga, harga minyak
internasional, neraca pembayaran, penerimaan, pengeluaran, surplus primer, defisit anggaran,
pembiayaan, dan estimasi ke depan. Kerangka ekonomi makro yang disampaikan kepada DPR
berisi antara lain prospek ekonomi dunia (pertumbuhan, perdagangan, dll.), kebijakan ekonomi
makro (kebijakan fiskal, kebijakan moneter, kebijakan investasi, neraca pembayaran), serta
asumsi dasar APBN (pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar, harga minyak, produksi minyak,
dan tingkat suku bunga SBI rata-rata). Sementara itu, pokok-pokok kebijakan fiskal yang
disampaikan kepada DPR mencakup kaidah utama yang melatari kebijakan fiskal, kebijakan
fiscal bidang pendapatan negara dan hibah, kebijakan fiskal bidang belanja negara, dan kebijakan
fiskal pembiayaan anggaran. Pemerintah dan DPR membahas kerangka ekonomi makro dan
pokok pokok kebijakan fiskal yang diajukan oleh pemerintah dalam pembicaraan pendahuluan
RAPBN tahun anggaran berikutnya. Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok
kebijakan fiskal tersebut, pemerintah dan DPR membahas kebijakan umum dan prioritas
anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian negara/lembaga dalam penyusunan
usulan anggaran. (Pasal 13 ayat (2) – (3) UU No. 17/2003).

Dalam rangka penyusunan RAPBN, berdasarkan Surat Edaran yang diterbitkan oleh Menteri
Keuangan c.q. DJA, menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang
menyusun rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga tahun berikutnya. Rencana
kerja dan anggaran tersebut disusun berdasarkan prestasi kerja (kinerja) yang akan dicapai; dan
disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang
disusun. Selanjutnya, rencana kerja dan anggaran tersebut disampaikan kepada DPR untuk
dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBN. Hasil pembahasan rencana kerja dan
anggaran disampaikan kepada Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan RUU tentang
APBN tahun berikutnya. (Pasal 14 UU No. 17/2003). Pada awal bulan Juli pemerintah
menyampaikan laporan semester pertama perkembangan fiskal dan makroekonomi serta outlook

Accounting Government and Non-Profit Organization


kepada DPR. Laporan ini merupakan update atas laporan triwulan yang telah disampaikan
kepada DPR pada awal bulan April.

Pengajuan, pembahasan dan penetapan APBN. Tahapan ini dimulai dengan pengajuan RUU
tentang APBN disertai nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya oleh pemerintah
kepada DPR pada bulan Agustus tahun sebelumnya. (Pasal 15 ayat (1) UU No. 17/2003) Selama
pembahasan, dokumen-dokumen pendukung disampaikan kepada DPR. Sebagaimana diatur
dalam Pasal 15 ayat (4) UU No. 17/2003, pengambilan keputusan oleh DPR mengenai RUU
tentang APBN dilakukan selambat-lambatnya dua bulan sebelum tahun anggaran yang
bersangkutan dilaksanakan. Batasan ini diperlukan agar pemerintah punya cukup waktu untuk
menyiapkan seluruh dokumen pelaksanaan anggaran. Di samping itu, waktu dua bulan itu juga
diperlukan oleh Pemerintah Daerah untuk menyiapkan anggaran mereka, mengingat salah satu
sumber keuangan utama Pemerintah daerah adalah dana perimbangan yang diperoleh dari
APBN. APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi program,
kegiatan, dan jenis belanja. (Pasal 15 ayat (5) UU No. 17/2003).

Apabila DPR tidak menyetujui RUU APBN yang diajukan pemerintah, pemerintah dapat
melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.
(Pasal 15 ayat (6) UU No. 17/2003)

Pelaksanaan APBN

Setelah APBN ditetapkan, Menteri Keuangan memberitahukan kepada semua menteri/pimpinan


lembaga agar menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaran untuk masing-masing
kementerian/lembaga. Selanjutnya menteri/pimpinan lembaga menyusun dokumen pelaksanaan
anggaran untuk kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya berdasarkan alokasi anggaran
yang ditetapkan oleh Presiden. Di dalam dokumen pelaksanaan anggaran, diuraikan sasaran yang
hendak dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai
sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja, serta pendapatan yang
diperkirakan. Pada dokumen pelaksanaan anggaran tersebut juga dilampirkan rencana kerja dan
anggaran badan layanan umum dalam lingkungan kementerian negara yang bersangkutan.
Setelah dokumen pelaksanaan anggaran tersebut disahkan oleh Menteri Keuangan, dokumen

Accounting Government and Non-Profit Organization


tersebut kemudian disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga, kuasa bendahara umum
negara, dan BPK. (Pasal 14 ayat (1) – (5) UU No. 17/2003).

Berdasarkan dokumen pelaksanaan anggaran, kementerian/lembaga sebagai pengguna


anggaran/kuasa pengguna anggaran melaksanakan kegiatan sebagaimana tersebut dalam
dokumen pelaksanaan anggaran. Untuk keperluan kegiatan tersebut, pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran berwenang mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas
anggaran yang telah ditetapkan. (Pasal 17 ayat (1) – (2) UU No. 1/2004) Selanjutnya, pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran berhak untuk menguji, membebankan pada mata anggaran
yang telah disediakan, dan memerintahkan pembayaran tagihantagihan atas beban APBN. (Pasal
18 ayat (1) UU No. 1/2004) Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBN dilakukan oleh
Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara. (Pasal 19 ayat (1) UU No. 1/2004)
Pemerintah menyusun laporan realisasi semester pertama APBN dan prognosis untuk enam
bulan berikutnya, yang disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya pada akhir Juli tahun
anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPR dan pemerintah. (Pasal 27 ayat
(1) – (2) UU No. 17/2003)

Penyesuaian APBN dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahas bersama DPR
dengan Pemerintah Pusat dalam rangka penyusunan prakiraan perubahan atas APBN tahun
anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi:

a. perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam
APBN;
b. perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal;
c. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi,
antarkegiatan, dan antarjenis belanja;
d. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan
untuk pembiayaan anggaran yang berjalan. (Pasal 27 ayat (3) UU No. 17/2003).

Dalam keadaan darurat pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia
anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBN dan/atau
disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pemerintah mengajukan rancangan undang-
undang tentang Perubahan APBN tahun anggaran yang bersangkutan berdasarkan perubahan

Accounting Government and Non-Profit Organization


tersebut untuk mendapatkan persetujuan DPR sebelum tahun anggaran yang bersangkutan
berakhir. (Pasal 27 ayat (4) – (5) UU No. 17/2003).

Pengawasan dan Pertanggungjawaban APBN

Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang
memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi
pemerintah yang telah diterima secara umum.

Dalam UU No. 17/2003 ditetapkan bahwa laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN


disampaikan berupa laporan keuangan yang setidaktidaknya terdiri dari Iaporan realisasi
anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai
dengan standar akuntansi pemerintah. Laporan keuangan pemerintah yang telah diperiksa oleh
Badan Pemeriksa Keuangan harus disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan
keuangan Negara menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang
bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan dalam Undang-undang tentang
APBN dari segi manfaat/hasil (outcome). Sedangkan Pimpinan unit organisasi kementerian
negara/lembaga bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam Undang-
undang tentang APBN dari segi barang dan/atau jasa yang disediakan (output). Sebagai
konsekuensinya, dalam UU No. 17/2003 diatur sanksi yang berlaku bagi menteri/pimpinan
lembaga, serta Pimpinan unit organisasi kementerian negara/lembaga yang terbukti melakukan
penyimpangan kebijakan/kegiatan yang telah ditetapkan dalam UU tentang APBN. Ketentuan
sanksi tersebut dimaksudkan sebagai upaya preventif dan represif, serta berfungsi sebagai
jaminan atas ditaatinya Undang-undang tentang APBN yang bersangkutan. Selain itu perlu
ditegaskan pula prinsip yang berlaku universal bahwa barang siapa yang diberi wewenang untuk
menerima, menyimpan dan membayar atau menyerahkan uang, surat berharga atau barang milik
Negara bertanggungjawab secara pribadi atas semua kekurangan yang terjadi dalam
pengurusannya. Kewajiban untuk mengganti kerugian keuangan negara oleh para pengelola
keuangan negara dimaksud merupakan unsur pengendalian internal yang andal.

Accounting Government and Non-Profit Organization


Siklus APBN

1. Planning &
Budgeting (Jan-
Jul Year N-1

6. Auditing and
2. Hearing &
Accountability
discussion (Aug –
Reporting (end
Oct Year N-1)
of Year N)

5. Recording &
3. Authorization
Reporting (Jan –
(Oct Year N-1)
Dec Year N)

4. Realization
(Jan – Dec Year
N)

Alur APBN

Accounting Government and Non-Profit Organization


Komponen APBN

Accounting Government and Non-Profit Organization


Pendapatan dan Asumsi Makroekonomi

Accounting Government and Non-Profit Organization


LAPORAN REALISASI ANGGARAN PSAP-02

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah salah satu komponen laporan keuangan pemerintah
yang menyajikan informasi tentang hasil aktual dan anggaran untuk periode tertentu

LRA DISUSUN MENGGUNAKAN AKUNTANSI BASIS KAS

• Pendapatan-LRA diakui saat diterima di Kas Umum Negara / Kas Umum Daerah
• Pengeluaran-LRA diakui saat dibayarkan dari Kas Umum Negara / Kas Umum Daerah
• Penerimaan Pembiayaan diakui pada saat diterima dalam Kas Umum Negara / Kas
Umum Daerah
• Pembiayaan yang dibayarkan diakui saat dibayarkan dari Kas Umum Negara / Kas
Umum Daerah

ITEM-ITEM LRA

Item Definisi

Pendapatan-LRA Semua penerimaan dalam Kas Umum Negara / Daerah


yang menambah saldo uang lebih pada periode tertentu
yang dimiliki oleh pemerintah dan tidak perlu dibayar
kembali.

Belanja Semua pembayaran yang dilakukan dari Kas Umum


Negara / Daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih
pada periode tertentu yang tidak dapat diterima oleh
pemerintah lagi

Transfer Penerimaan / pembayaran dari satu entitas pelaporan


kepada yang lain.

Accounting Government and Non-Profit Organization


Items Definition

Surplus/defisit-LRA Selisih antara Pendapatan - LRA dan belanja belanja


dalam periode anggaran tertentu (diposting ke
Surplus / Defisit Akun LRA)

Penerimaan Pembiayaan Penerimaan Kas Umum Negara / Daerah yang


berasal dari pinjaman yang diterima, hasil penjualan
obligasi pemerintah, dl

Pengeluaran Pembiayaan Pembayaran dari Kas Umum Negara / Daerah untuk


melunasi pinjaman, dana cadangan, dll

Items Definitions

Net Financing – Pembiayaan Perbedaan antara penerimaan


Neto kegiatan pembiayaan dan
pembayaran dalam periode anggaran
tertentu

Sisa Lebih/kurang pembiayaan Selisih antara jumlah yang diterima


anggaran (SILPA/SIKPA) dan pengeluaran

GLOSARIUM

• Kapasitas Fiskal (Resource Envelope) adalah kemampuan keuangan Negara yang


dihimpun dari pendapatan negara untuk mendanai anggaran belanja negara yang meliputi
Belanja K/L dan Belanja Non K/L.Pagu Indikatif adalah ancar-ancar pagu anggaran yang

Accounting Government and Non-Profit Organization


diberikan untuk Belanja K/L sebagai pedoman dalam menyusun rencana kerja K/L (renja
K/L) dan Belanja non-K/L.

• Pagu indikatif ini mengindikasikan kebutuhan angka dasar bagi pendanaan sasaran
kinerja dan kebijakan yang masih berlanjut dan indikasi jumlah tambahan untuk
mendanai inisiatif baru. Pagu Indikatif ditetapkan dengan Surat Bersana (SB) Menteri
Keuangan dan Menteri PPN Kepala Bappenas pada bulan Maret tahun sebelumnya.

• Pagu Anggaran adalah batas tertinggi anggaran yang dialokasikan kepada K/L untuk
menyusun Rencana Kerja dan Anggaran K/L(RKA-K/L) dan kepada Bendahara Umum
Negara (BUN) untuk menyusun Rencana Dana Pengeluaran (RDP) BUN. Pagu Anggaran
ditetapkan melalui surat Menteri Keuangan kepada seluruh K/L pada bulan Juni tahun
sebelumnya.

• Alokasi Anggaran adalah batas tertinggi anggaran pengeluaran yang dialokasikan kepada
K/L dan BUN berdasarkan hasil pembahasan Rancangan APBN yang dituangkan dalam
berita acara hasil kesepakatan Pembahasan Rancangan APBN antara Pemerintah dan
DPR.

• Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) adalah rancangan


rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disusun dan disepakati oleh
Pemerintah untuk diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk ditetapkan.

• Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR dan ditetapkan paling lambat akhir bulan
November tahun sebelumnya.

• Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) adalah


rancangan perubahan rencana keuangan tahunan pemerintahan Negara sebagai akibat dari
perubahan pada: (a) besaran-besaran asumsi dasar ekonomi makro; (b) pokok-pokok
kebijakan fiskal; (c) keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran;
dan (d) keadaan yang menyebabkan SAL tahun sebelumnya harus digunakan untuk
pembiayaan anggaranyang diajukan ke DPR untuk ditetapkan.

• APBNP adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara sebagai akibat dari
perubahan pada: (a) besaran-besaran asumsi dasar ekonomi; makro (b) pokok-pokok
kebijakan fiskal; (c) keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran;
dan (d) keadaan yang menyebabkan SAL tahun sebelumnya harus digunakan untuk
pembiayaan anggaran yang disetujui oleh DPR.

• Inisiatif Baru adalah usulan tambahan rencana Kinerja selain yang telah dicantumkan
dalam prakiraan maju, yang berupa program, kegiatan, keluaran, dan/atau komponen.

Accounting Government and Non-Profit Organization


Usulan Inisiatif Baru dapat dilakukan pada tiga kesempatan dalam siklus perencanaan
dan penganggaran, yaitu:

a. Sebelum Pagu Indikatif (pengusulan I) di bulan Januari/Februari;

b. Sebelum Pagu Anggaran (pengusulan II) di bulan Mei/Juni;

c. Sebelum Alokasi Anggaran (pengusulan III) di bulan Agustus/September.

Accounting Government and Non-Profit Organization


ISI MATERI BAGIAN KEDUA
APBD

Pengertian APBD

APBD adalah Rencana Pendapatan dan Belanja suatu Daerah (APBD) untuk satu tahun berjalan
(1 periode) yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda)

Fungsi Anggaran?

Anggaran mempunyai beberapa fungsi yang dikelompokan menajdi dua yaitu sebagai fungsi
kebijakan fiskal dan sebagai fungsi manajemen.

1. Sebagai fungsi kebijakan fiskal, Pertama, anggaran dapat digunakan untuk menagtur
alokasi belanja untuk pengadaan barang-barang dan jasa-jasa publik (public good and
services). Kedua, sebagai alat distribusi yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan
atau mengurangi kesenjangan antar wilayah, kelas sosial maupun sektoral. Ketiga, sebagai
fungsi stabilisasi, misalnya jika terjadi ketidakseimbangan yang sangat ekstrem maka
pemerintah dapat melakukan intervensi melalui anggaran untuk mengembalikan pada
keadaan normal.

2. Sebagai fungsi manajemen, Pertama, memberi pedoman bagi pemerintah untuk melakukan
tugas-tugasnya pada periode mendatang. Kedua, anggaran sebagai alat kontrol masyarakat
terhadap kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah. Ketiga, untuk menilai seberapa jauh
pencapaian pemerintah dalam melaksanakan kebijakan dan program-program yang
direncanakan.

Mengapa Perlu Anggaran ?


Anggaran diperlukan sama dengan pentingnya sebuah negara, ada beberapa sebab anggaran
diperlukan :
1. Untuk menciptakan keteraturan sosial
2. Menjamin Hak-hak masyarakat.
3. Menyelenggarakan atau membiayai Pelayanan kepada masyarakat

Accounting Government and Non-Profit Organization


Dari mana Sumber Anggaran ?
1. Pajak; yaitu dana dipungut dari masyarakat
2. Retribusi, yaitu dana dipungut dari masyarakat
3. Laba BUMN/BUMD yaitu dana pengelolan BUMD dibiayai oleh uang masyarakat
4. Hutang, yaitu dana yang dipinjam oleh negara pada negara lain atau pihak lain
5. Hibah, diberikan secara cuma-cuma karena ada kepentingan rakyat
Jadi karena uang negara bersumber dari uang rakyat maka pemerintah hanya berperan sebagai
pengelola uang rakyat tersebut melalui APBN/APBD

Bagaimana Proses Penyusunan Anggaran


1. Proses Teknis Ekonomi
Kalkulasi ekonomi berdasarkan standart yang berlaku dan trend yang berkembang.

2. Proses Politik
Proses-proses dengan mekanisme politik.
Dalam Proses Penyusunannya
- Ditentukan oleh ideologi dan sistem penyelenggaran nya.
- Dipengaruhi moral/sikap penyelenggara negara
Sistem penyusunan APBD dapat dilihat dalam dua proses. Pertama proses yang terjadi di
eksekutif dan proses yang terjadi di legislatif.

1. Proses yang terjadi di Eksekutif


Proses penyusunan APBD secara keseluruhan berada di tangan Sekretaris Daerah yang
bertanggungjawab mengkoordinasikan seluruh kegiatan penyusunan APBD. Sedangkan
proses penyusunan belanja rutin disusun oleh bagian keuangan Pemda, proses penyusunan
penerimaan dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah dan proses penyusunan belanja
pembangunan disusun oleh Bappeda (bagian penyusunan program dan bagian keuangan).

2. Proses di legislatif
Di DPRD Kota Malang, proses penyusunan APBD dilakukan berdasarkan Tatib DPRD Kota
Malang Nomor 31 tahun 2002 tentang peraturan tata tertib DPRD Kota Malang.

Accounting Government and Non-Profit Organization


Alur penyusunan APBD ditingkat Dewan :

1. Setiap tahun menjelang berlakunya tahun anggaran baru, Walikota wajib menyampaikan
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan lampiran selengkapnya dengan nota
keuangan kepada DPRD. Ketentuan ini sebenarnya bertentangan dengan UU 22/99 yang
menyatakan bahwa Perda dibuat bersama-sama, dan ketentuan Tatib seharusnya berlaku
secara internal dewan sehingga tidak boleh memberikan keharusan kepada lembaga
diluar dewan yang dalam hal ini Walikota untuk menyampaikan rancangan peraturan
Daerah tentang APBD dan lampiran selengkapnya dengan nota keuangan kepada DPRD.
2. Pimpinan DPRD menyerahkan nota keuangan dan rancangan peraturan daerah tentang
APBD kepada Panitia Anggaran untuk memperoleh pendapatnya.
3. pendapat panitia anggaran diserahkan ke komisi-komisi sebagai bahan pembahasan
4. Pembahasan Raperda tentang APBD.

Dalam pembahasan Raperda tentang APBD, dilakukan proses sebagai berikut :

a. Penyampaian RAPERDA, Rancangan Perda yang berasal dari Walikota disampaikan


kepada DPRD melalui nota pengantar Walikota. Sedangkan Raperda yang berasal dari
usulan DPRD beserta penjelasannya disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan DPRD.
Kedua rancangan tersebut disampaikan kepada anggota DPRD sesuai dengan mekanisme
yang berlaku.
b. Tahap pembahasan Raperda, Pembahasan Raperda dilakukan melalui 4 tahap kecuali
apabila panitia musyawarah menentukan lain.
1. Pembahasan tahap I meliputi :
a) Penjelasan Walikota dalam rapat Parpurna DPRD jika Raperda merupakan
prakarsa dari Walikota
b) Penjelasan Pimpinan DPRD jika Raperda merupakan usul DPRD.
2. Pembahasan tahap II meliputi :
a) Dalam hal Raperda Walikota:
1. Pandangan umum fraksi dalam rapat paripurna
2. Jawaban Walikota dalam rapat paripurna terhadap pandangan umum.

Accounting Government and Non-Profit Organization


b) Dalam hal Raperda dari DPRD:
1. Pendapat Walikota dalam rapat Paripurna terhadap Raperda.
2. Jawaban DPRD melalui pimpinan dalam rapat paripurna terhadap pendapat
Walikota.
3. Pembahasan tahap III meliputi:
a) Pembahasan dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi atau rapat panitia khusus
yang dilakukan bersama-sama dengan pejabat yang ditunjuk Walikota.
b) Laporan hasil pembahasan oleh komisi atau Pansus kepada pimpinan DPRD dan
rapat paripurna khusus DPRD.
4. Pembahasan tahap IV meliputi:
a) Pengambilan keputusan dalam rapat Paripurna DPRD yang didahului dengan :
1. Pendapat akhir fraksi-fraksi.
2. kesimpulan rapat oleh pimpinan rapat
b) Pemberian kesempatan kepada Walikota untuk memberikan sambutan

Siapa yang menyusun anggaran ?


Yang terlibat menyusun APBD adalah;
* Rakyat
* Ekskutif (pemerintah Kota/Kab)
* Legislatif (DPRD)

Persoalannya adalah:
* Rakyat mana yang selama ini dilibatkan dalam proses penyusunan APBD?
* Apakah sudah mencerminkan keterwakilan?
* Percayakah anda kepada mereka?

Fungsi Penyusunan Anggaran


- Fungsi Alokasi
- Fungsi Distribusi
- Fungsi Stabilisasi

Accounting Government and Non-Profit Organization


Anggaran Publik Memuat Apa Saja?

1. Pokok Pikiran DPRD


2. Arah, mandat dan pembinaan dari pemerintahan atasan
3. Data Historis
4. Renstrada (rencanan Staregi Daerah)
5. Hasil Jaringan aspirasi rakyat
6. Adanya kesepakatan arah kebijakan umum anggaran yang berpihak kepada publik
7. Kontrol terhadap aset/kekayaan/ perlengkapan
8. Memenuhi aspek kewajiban hokum

Untuk Siapa Anggaran Publik itu?

Anggaran dibuat adalah untuk membiayai seluruh belanja rutin pegawai dan kegiatan publik
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kenyataannya APBD lebih banyak
dipergunakan untuk kepentingan elit birokrasi atau DPRD atau golongan tertentu saja.

Prinsip-prinsip Penyusunan Anggaran


Dalam menyusun APBD ada prinsip-prinsip yang tidak boleh ditinggalkan, yaitu adalah:
1. Transparansi dan Akuntabilitas
2. Disiplin Anggaran
3. Keadilan Anggaran
4. Efesiensi dan Efektifitas
5. Format Anggaran
6. Rasional dan Terukur
7. Pendekatan Kinerja
9. Dokumen Publik

Accounting Government and Non-Profit Organization


Siapa yang Terlibat Menyusun APBD?

Yang dilibatkan dalam penyusunan APBD adalah Rakyat, Eksekutif dan Legeslatif. Pada
proses penyusunan APBD rakyat hanya dilibatkan pada tingkat Musbangkel dan UDKP saja.
Pada tingkat Rakorbang dan Pengesahan RAPBD rakyat sama sekali tidak dilibatkan

Apa saja jenis Pengeluaran APBD?


Macam-macam pengeluaran APBD adalah sebagai berikut:

A. Belanja Rutin yang terdiri dari :

1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Pemeliharaan
4. Belanja Perjalanan Dinas
5. Belanja lain-lain
6. Anggaran Pinjaman Hutang dan bunga
7. Belanja Pensiun
8. Pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga
9. Pengeluaran tak tersangka

B. Belanja Pembangunan yang terdiri dari :

1. Sektor Industri
2. Sektor Pertanian dan Kehutanan
3. Sektor Sumber Daya Air dan Irigasi
4. Sektor Tenaga Kerja
5. Sektor Perdagangan Pengembangan
6. Usaha daerah , Keuangan Daerah dan Koperasi
7. Sektor Transportasi
8. Sektor Pertambangan dan Energi
9. Sektor Pariwisata dan Telekomunikasi Daerah

Accounting Government and Non-Profit Organization


10. Sektor Pembangunan Daerah dan Pemukiman
11. Sektor Lingkungan Hidup dan Tata Ruang
12. Sektor Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, Pemuda dan Olahraga
13. Sektor kependudukan dan Keluarga Sejahtera
14. Sektor Kesehatan, Kesejahteraan Sosial, Peranan Wanita, Anak dan Remaja
15. Sektor Perumahan
16. Sektor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
17. Sektor Hukum
18. Sektor Aparatur Pemerintah dan Pengawasan
19. Sektor Politik ,Penerangan , Komunikasi dan Media Massa
20. Sektor Keamanan dan Ketertiban Umum
21. Subsidi Pembangunan Terhadap Daerah Bawahan

Accounting Government and Non-Profit Organization


TAHAPAN-TAHAPAN PENYUSUNAN APBD
Atau lebih sering disebut sebagai Proses penyusunan APBD atau yang dikenal sebagai daur
APBD adalah sebagai berikut:

No Tahapan Durasi Rentang Waktu

1 Penyusunan 6 Bulan April-September

2 Pengesahan 3 Bulan Oktober-Desember

3 Pelaksanaan 12 Bulan Januari-Desember

4 Pertanggungjawaban 3 Bulan Januari-Maret

Mei-Juni: Juni:
MUSBANGKEL UDKP Kecamatan. Agustus:
Pengajuan program Pemilihan jenis program
pembangunan dari yg layak dibiayai Rakorbang Kab/kota
masyarakat 1 yg diajukan kelurahan 2 Pembahasan
dokumen rancangan proyek
dan kegiatan

November: Oktober: September:


Konsultasi Nasional Konsultasi Regional Penyiapan Draf
5 Pembanguan
4 RAPBD
Pembanguan Pembahasan
DUPDA diproses Ditahap ini dibahas dokumen rancangan
menjadi DSP masalah pembiayaan proyek dan kegiatan

Desember:
November: Pengesahan Januari-Desember
Pembahasan RAPBD Panggar DPRD & Eksekutif Pelaksanaan
& Timgar 7 mengesahkan RAPBD 8 Eksekutif melaksanakan
Finalisasi draf RAPBD menjadi APBD
APBD

9
Januari - Maret:

Pertanggung jawaban
Pertanggungjawaban

eksekutif kepada DPRD

Accounting Government and Non-Profit Organization


Akibat Penyusunan Anggaran Versi Pemerintah seperti diatas, maka banyak sekali
penyimpangan yang terjadi diantaranya:

• Jumlah dan Alokasi APBD tidak sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat
• Sebagain APBD dinikmati oleh kalagan birokrat (Eksekutif & Legislatif)
• Tidak memperhatikan kebutuhan Masyarakat korban (Maskor).

Tahap Musyawarah Pembangunan Kelurahan (Musbangkel)

Apa itu Musbangkel?

Musyawarah Pembangunan Kelurahan atau disingkat dengan Musbangkel adalah sebagai salah
satu wahana bagi masyarakat untuk mengajukan usulan-usulan pembangunan dikelurahannya.

Siapa Yang terlibat dalam penyusunan Musbangkel?

Yang terlibat dalam Musbangkel adalah semua unsure masyarakat yang terdiri dari: LPMK,
Ketua RT/RW, Tokoh masyarakat, tokoh Pemuda yang bersama-sama menyusun program-
program pembangunan di kelurahan selama satu tahun

Pembangunan apa saja yang diusulkan dalam Musbangkel?

1. Pembangunan Fisik, seperti pembangunan/perbaikan jalan di kelurahan, perbaikan rumah


ibadah, perbaikan saluran air, perbaikan balai pertemuan RW/RT, dan lain-lain. Usulan yang
diprioritaskan dalam Musbangkel adalah kebutuhan yang paling mendesak bagi masyarakat.
2. Pembangunan non-Fisik atau Pemberdayaan Masyarakat, dapat berupa peningkatan keahlian
masyarakat melalui kursus-kursus atau pelatihan-pelatihan, meningkatkan kualtias pendidikan
masyarakat dan lain-lain.

Tahap UDKP
Pada tahap UDKP (Unit Daerah Kerja Pembangunan) ini adalah tahap pemilihan jenis program
yang diusulkan dalam Musbangkel yang layak dibiayai, lebih sederhananya tahap ini melakukan
seleksi hasil Musbangkel yang layak diajukan ke Rakorbang. Maka dalam tahap ini masyarakat
harus tetap mengawal sampai usulan programnya dimasukkan dalam UDKP.

Accounting Government and Non-Profit Organization


Siapa yang terlibat dalam UDKP?
Yang terlibat dalam UDKP adalah LPMK kelurahan, Tokoh Masyarakat, RW/RT, Instansi
kecamatan.

TAHAP RAKORBANG
Tahap Rakorbang (Rapat Koordinasi Pembangunan) ini lebih banyak menyusun tentang
rancangan proyek dan program dinas terkait di lingkungan Pemkot.

Siapa saja Peserta Rakorbang?


Tahap ini hanya melibatkan Dinas-Dinas terkait di lingkungan Pemkot yang secara idi’il harus
memasukkan usulan-usulan hasil Musbangkel dan UDKP. Tapi kenyataannya pada tahap inilah
hasil musbangkel dan UDKP tidak diperhatikan, karena Dinas-dinas hanya memprioritaskan
usulan proyek yang mereka buat, sehingga hasil musbangkel dan UDKP sudah tidak berlaku
lagi.

Tahap Pembahasan dan Pengesahan APBD


Tahap ini adalah pembahsan yang dilakukan oleh panitia anggaran DPRD bersama Tim
Anggaran Ekskutif yang kemudian dilanjutkan dengan sidang paripurna DPRD yang diikuti oleh
Walikota/Bupati dang anggota DPRD.

Tahap Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban APBD


Dalam tahap pelaksanaan ini adalah proses pelaksanaan pembiayaan pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintah kota/kabupaten selama tahun anggaran berjalan. Setelah tahap
pelaksanaan ini kemudian dilanjutkan dengan proses pertanggungjawaban yang dilakukan oleh
Walikota/ Bupati kepada DPRD Kota/Kabupaten untuk diberikan penilaian.

Perlunya membaca dan mengalisis APBD


Langkah Praktis Membaca dan Menganalisis Angaran
1. Menyiapkan Nota Keuangan Daerah (Dokumen APBD), minimal 3 tahun terakhir dan
dokumen pendukung lainnya, Renstra, RTRWK serta peraturan terkait baik di tingkat

Accounting Government and Non-Profit Organization


pusat (UU, PP, Kepmen, Surat Edaran Menteri terkait), maupun di tingkat daerah (Perda,
Keputusan Gubernur, Bupati, dll).
2. Membuat Prosentase distribusi alokasi Penerimaan menurut Sumber Penerimaan dan
Pengeluaran menurut Sektor/sub sektor yang dibiayai.

MEKANISME PERSIAPAN APBD (UU NO 17 TH 2003)

Work Plans of
Local General Policy of
Government APBD and PPAS DPRD

Agreement
PEMDA kesepakatan Work performance
to be achieved
and estimated
SE Penyusunan RKA expenditures
SKPD
-
Rencana Kerja
dan Anggaran
Satuan Kerja
Perangkat Daerah
SKPD

Pejabat Pengelola Rancangan Peraturan Daerah tentang\


Keuangan Daerah RAPBD

PPKD

STRUKTUR APBD

Pendapatan Daerah :

• PAD
• Dana Perimbangan
• Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Belanja daerah

Accounting Government and Non-Profit Organization


• Klasifikasi belanja menurut organisasi
• Klasifikasi belanja menurut fungsi
• Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan

Gubernur / Bupati / Walikota

1
4
5

Financial Statements
Raperda LPJ
(Unaudited )
Financial Statements

2 31 March
Financial Statements
30 June
6
BPK (Audited)

Audit(2 months)
3 DPRD
2
• Klasifikasi belanja menurut jenis belanja 7

Pembiayaan daerah

• Penerimaan Pembiayaan

• Pengeluaran Pembiayaan

AKUNTABILITAS APBD

ISI LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN

• Laporan Realisasi APBD


• Neraca
• Laporan Arus Kas
• Catatan atas Laporan Keuangan

Accounting Government and Non-Profit Organization


Bentuk dan Isi Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN /APBD disusun dan disajikan
sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan (PP No.24/2005)

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN-SKPD

SKPD GUB/WALIKOTA/BUPATI

1
5
4
The Financial Statements
Financial Statements
o f SKPD
of PEMDA
(unaudited)
(Unaudited)

Before Consolidated Financial


2
31 March Statements 31 March
(unaudited)
6
PPKD
3 Before 31
BPK
March
2

Accounting Government and Non-Profit Organization


Local Government
Financial Managers
KEPALA DAERAH
(PEMEGANG KEKUASAAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH)

SEKRETARIS DAERAH
(KOORDINATOR PENGELOLA KEUANGAN DAERAH)

PENGGUNA ANGGARAN PPKD Selaku BUD


(KEPALA SKPD) (KEPALA BPKAD)

BENDAHARA KUASA PA
KUASA BUD
PPTK PPK - SKPD

PENGELOLA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Accounting Government and Non-Profit Organization


MANAJEMEN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Accounting Government and Non-Profit Organization


DOKUMEN PENDUKUNG

Supporting Documents 1

RPJMD/ KUA PPAS


RKPD

EVALUASI

RAPBD RKA-SKPD
PERDA
APBD

Penjabaran
APBD

DKA- ANGGARAN
SKPD KAS

Supporting Documents 2

SPP-LS SPM-LS SP2D

SPD
SPM-UP
SPP-UP SPM-GU
SPP-GU SPM-TU SP2D
SPP-TU

SPJ
SPP – Uang Persediaan (SPP-UP)
SPP – Ganti Uang (SPP-GU)
SPP – Tambahan Uang (SPP-TU)
SPP – Langsung (SPP – LS)

Accounting Government and Non-Profit Organization


SIMPULAN

APBN

1. APBN sebagai bagian dari perencanaan dan pertanggungjawaban keuangan Negara;


2. APBN memiliki mekanisme dalam proses penyusunan dan pengesahannya – dimana
terjadi diskusi antara DPR (wakil rakyat) dan Pemerintah (penyelenggara negara);
3. Dalam UU No. 17/2003 ditetapkan bahwa laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN disampaikan berupa laporan keuangan yang setidaktidaknya terdiri dari laporan
realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintah. Laporan keuangan pemerintah yang
telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan harus disampaikan kepada DPR
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang
bersangkutan.

APBD

1. Sistem penyusunan APBD dapat dilihat dalam dua proses. Pertama proses yang terjadi di
eksekutif dan proses yang terjadi di legislatif.
2. Fungsi Penyusunan Anggaran
- Fungsi Alokasi
- Fungsi Distribusi
- Fungsi Stabilisasi
3. Prinsip-prinsip Penyusunan Anggaran
Dalam menyusun APBD ada prinsip-prinsip yang tidak boleh ditinggalkan, yaitu adalah:
1. Transparansi dan Akuntabilitas
2. Disiplin Anggaran
3. Keadilan Anggaran
4. Efesiensi dan Efektifitas
5. Format Anggaran
6. Rasional dan Terukur

Accounting Government and Non-Profit Organization


7. Pendekatan Kinerja
8. Dokumen Publik

Accounting Government and Non-Profit Organization


DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia, UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

Republik Indonesia, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,

Republik Indonesia, UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara.

Suminto (2004), Pengelolaan APBN dalam Sistem Manajemen Keuangan Negara, Makalah
sebagai bahan penyusunan Budget in Brief 2004 (Ditjen Anggaran, Depkeu).

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 59 tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 215/PMK.05/2013 Tentang Jurnal


Akuntansi Pemerintahan Pada Pemerintah Pusat.

Accounting Government and Non-Profit Organization

You might also like