You are on page 1of 16

Salam untuk Anda semua!

Selamat datang di ruang pembelajaran tutorial online Matakuliah Pengantar Pendidikan. Matakuliah
ini adalah salah satu matakuliah yang harus Anda ikuti agar Anda selaku guru dapat menjalankan
tugas dengan baik. Karena dengan mempelajari matakuliah ini, Anda akan dapat mengetahui
hakekat manusia yang harus menyelenggarakan pendidikan, cara mengintegrasikan landasan dan
asas-asas pendidikan, bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia, bagaimana implikasi karakteristik
manusia Indonesia terhadap pendidikan, bagaimana sistem pendidikan nasional Indonesia, dan
inovasi pendidikan yang ada, serta bagaimana inovasi pendidikan di Indonesia dilaksanakan?

Untuk memahami matakuliah Pengantar Pendidikan ini, Anda terlebih dulu harus membaca inisiasi
yang telah disusun berikut ini. Inisiasi ini hanya pendalaman dari sebagian modul Pengantar
Pendidikan yang ada. Untuk lebih mendalami isi materi, Anda diharapkan mengerjakan tugas-tugas
yang telah tersedia dengan cara mendiskusikannya dengan teman Anda. 
Selamat belajar.
Last modified: Tuesday, 3 March 2015, 11:18 AM

TUTORIAL ONLINE MATAKULIAH


PENGANTAR PENDIDIKAN ( MKDK 4001)
 
Dengan menguasai materi matakuliah Pengantar Pendidikan, diharapkan Anda akan memiliki
wawasan pendidikan yang lebih baik sehingga dapat menjalankan profesi sebagai guru sesuai
kebutuhan dan perkembangan pendidikan. Setelah mempelajari mata kuliah ini ,Anda diharapkan
mampu:
1. Mendeskrifsikan hakikat manusia yang mengharuskan aktif menyelenggarakan
pendidikan;
2. Menyatakan karakteristik sosial manusia Indonesia sebagai manusia berkualitas
dan kompetitif;
3. Mengintegrasikan landasan dan asas-asas pendidikan;
4. Menjelaskan pendidikan sebagai proses;
5. Menjelaskan situasi pendidikan dan unsur-unsurnya;
6. Menjelaskan pendidikan sebagai sistem;
7. Menjelaskan Sitem Pendidikan Nasional;
8. Menjelaskan pengertian perubahan sosial dan pembangunan;
9. Menjelaskan kebijaksanaan pembangunan pendidikan dan hasil-hasilnya;
10.Menjelaskan pengertian dan perlunya pendidikan;
11.Menjelaskan ruang lingkup inovasi pendidikan;
12.Melakukan inovasi pendidikan.
Agar tujuan pembelajaran dari matakuliah Pengantar Pendidikan ,dapat Anda kuasai secara bertahap
maka materi mata kuliah ini disajikan dalam 9 modul.

Inisiasi 1

MATERI INISIASI 1

A.Hakikat Manusia dan Pendidikan ( Modul 1)


1.Pengertian dan Aspek-Aspek Hakikat Manusia.
Pengertian hakikat manusia yaitu seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia
dan makna eksistensi manusia didunia. Artinya berbagai kesamaan yang menjadi karakteristik
esensial setiap manusia disebut sebagai hakikat manusia, karena dengan keanekaragaman itu
terdapat satu hal yang menunjukan kesamaan di antara semua manusia, yaitu bahwa semua
manusia adalah manusia.Contoh: manusia memiliki perbedaan bentuk fisik seperti warna kulit, tinggi
badan,jenis rambut, perbedaan pengetahuan ada yang pandai dan bodoh, perbedaan adat istiadat,
perbedaan suku dsb. Namun demikian semua manusia di dunia ini memiliki kesamaan yaitu akal,
mampu berbicara dengan bahasa yang diucapkan oleh lidah, tidak dapat hidup tanpa manusia yang
lainnya, dan memiliki perasaan terutama rasa takut kepada Tuhan YME. Hal inilah yang
membedakan manusia dengan mahluk yang lainya.
Tujuh aspek hakikat manusia yaitu. Pertama manusia sebagai makhluk Tuhan, yaitu menurut
Kreasionisme menyatakan bahwa beradanya manusia di alam semesta sebagai makhluk ciptaan
Tuhan. Untuk meyakini hal ini tidak dapat dibuktikan dengan akal tetapi berdasarkan keyakinan
agama.Contoh: bila tidak melakukan ibadah takut siksaan dari Tuhan YME dsb. Kedua, aspek
manusia sebagai kesatuan badan-roh, ada 4 paham mengenai esensi dari badan-roh yaitu
materialisme, idealisme, dualisme dan paham yang belum ada aliranya yaitu kesatuan-roh, yaitu
“meski manusia merupakan perpaduan dua unsur yang berbeda, roh dan badan, namun ini
merupakan pribadi yang integral atau manusia itu merupakan kesatuan badani-rohani artinya tidak
dapat dipisahkan dari kedua hal tersebut. Ketiga, manusia sebagai makhluk individu, yaitu kesatuan
yang tidak dapat dibagi antara badan dan roh, memiliki perbedaan dengan manusia yang lainnya
sehingga bersifat unik seperti perbedaan postur tubuh pengetahuan warna kulit dsb, dan merupakan
subjek yang otonom (bebas untuk menentukan sendiri atas tanggung jawab sendiri. Keempat,
manusia sebagai makhluk social, yaitu melalui hidup dengan sesamanyalah manusia akan dapat
mengukuhkan eksistensinya( manusia tanpa orang lain tidak dapat hidup atau tidak ada yang akan
mengakui sebagai manusia. Kelima, manusia sebagai makhluk budaya, yaitu meliputi perbuatan
manusia itu sendiri.(semua perbuatan manusia untuk menjaga kelangsungan hidupnya). Keenam,
manusia sebagai makhluk Susila, manusia memiliki potensi berbuat baik. Ketujuh, manusia sebagai
makhluk Beragama, yaitu adanya bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama
yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku.
2. Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan
a. Asas azas Keharusan atau perlunya Pendidikan bagi Manusia.
Asas keharusan pendidikan ada 3 asas yaitu.Pertama, manusia sebagai makhluk yang belum selesai,
artinya manusia harus merencanakan, berbuat, dan menjadi. Dengan demikian setiap saat manusia
dapat menjadi lebih atau kurang dari keadaanya. Contoh manusia blm selesai: manusia lahir dalam
keadaaan tidak berdaya sehingga memerlukan bantuan orang tuanya atau orang lain dan selain itu
manusia harus mengejar masa depan untuk mencapai tujuannya. Kedua, tugas dan tujuan manusia
adalah menjadi manusia, yaitu aspek potensi untuk menjadi apa dan siapa, merupakan tugas yang
harus diwujudkan oleh setiap orang. Ketiga, perkembangan manusia bersifat terbuka, yaitu manusia
mungkin berkembang sesuai dengan kodratnya dan martabat kemanusiaanya, sebaliknya mungkin
pula berkembang kearah yang kurang sesuai. Contoh: manusia memiliki kesempatan memperoleh
kepandaian, sehat jasmani rohani, tata krama yang baik, tujuan hidupnya. 
b.Asas-asas Kemungkinan Pendidikan
Ada lima asas antropologi yang mendasari kesimpulan bahwa manusia mungkin dididik atau dapat
dididik. Pertama azas Potensial,yaitu manusia akan dapat didik karena memiliki potensi untuk dapat
menjadi manusia.Kedua azas Dinamika, yaitu manusia selalu menginginkan dan mengejar segala
yang lebih dari apa yang telah dicapainya. Ketiga Azas Individualitas, yaitu manusia sebagai mahluk
individu tidak akan pasif, melainkan bebas dan aktif berupaya untuk mewujudkan dirinya. Keempat
Azas Sosialitas, yaitu manusia butuh bergaul dengan orang lain. Kelima yaitu azas Moralitas, yaitu
manusia memiliki kemampuan untuk membedakan yang baik dan tidak baik, dan pada dasarnya ia
berpotensi untk berperilaku baik atas dasar kebebasan dan tanggung jawabnya.
3.Pendidikan, Martabat dan Hak Asasi Manusia
a. Pendidikan sebagai humanisasi yaitu suatu upaya dalam rangka peserta didik agar mampu hidup
sesuai dengan martabat kemanusiannya. Contoh pendidikan berupaya agar manusia bertaqwa
kepada Tuhan YME, berperilaku baik, hidup sehat, mampu berbudaya dsb.
b. Pendidikan dan Hak Asasi Manusia
Pendidikan dan hak asasi manusia, yaitu bahwa kesempatan pendidikan yang memadai harus
menjadi hak bawaan setiap anak. Misalnya dalam peraturan pemerintah bahwa anak diwajibkan
belajar 9 tahun, hal ini merupakan perwujudan dari hak asasi manusia
B.LANDASAN PENDIDIKAN( Modul 2 )
1. Landasan Yuridis dan Landasan Filosofis Pendidikan
a. Landasan pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak dalam
rangka praktik pendidikan. Contoh: seorang guru PKn dalam mengajar harus memiliki pandangan
dan bersikap, yaitu diantaranaya landasan pendidikan nasional, landasan yuridis dsb. Agar sesuai
dengan fungsi dan sifatnya serta dapat dipertanggungjawabkan, pendidikan harus mempunyai
landasan yang kokoh. landasan pendidikan terdiri dari landasan religius pendidikan,landasan filosofis
pendidikan, landasan ilmiah pendidikan ,dan landasan yuridis atau hukum pendidikan.
b. Landasan yurisis pendidikan adalah seperangkat asumsi yang bersumber dari peraturan
perundangan-undangan yang berlaku sebagai titik tolak dalam rangka pengelolaan, penyelenggaraan
dan kegiatan pendidikan dalam suatu system pendidikan nasional. Landasan ini bersifat ideal dan
normative. Landasan yuridis pendidikan nasional Indonesia tersurat dalam seperangkat peraturan
perundang –undangan yang berlaku di Negara Indonesia yang berkenaan dengan pendidikan
c. Landasan filosofis pendidikan, merupakan seperangkat asumsi pendidikan yang dideduksi dari
asumsi-asumsi filsafat umum( metafisika, epistomologi dan aksiologi pancasila, karena landasan
pendidikan nasional kita adalah pancasila).
2.Landasan Ilmiah Pendidikan,terdiri dari Psikologi Pendidikan, Sosiologi Pendidikan, Histories
Pendidikan dan Ekonomi Pendidikan
a. Landasan psikologi pendidikan merupakan upaya membantu peserta didik untuk dapat
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya. Karena itu
keberhasilan pendidik dalam melaksanakan peranannya akan dipengaruhi oleh pemahamannya
tentang perkembangan peserta didik serta kemampuan mengaplikasikan dalam praktik pendidikan.
Misalnya siswa kelas rendah belum mampu memahami tentang konsep abstrak, maka dalam
menjelaskan harus dibuatkan contoh untuk memudahkan pemahamannya misalnya melalui alat
peraga 
b. Landasan sosiologi pendidikan, yaitu pendidikan merupakan pranata social yang berfungsi untuk
mensosialisasikan generasi muda pada suatu masyarakat, agar terwujud homogenitas. Misalnya
seorang siswa mampu beradaftasi dengan lingkunganya, baik lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat
c. Landasan antropologi pendidikan, pendidikan adalah enkulturasi, melalui mana seorang anak yang
bertumbuh diinisiasikan ke dalam cara hidup dari mayarakatnya. Contoh: siswa akan mengenal
tentang kehidupan dimasyarakat yang menyangkut nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan-
peraturan, dsb
e. Landasan historis pendidikan merupakan enkulturasi khusus yaitu suatu proses pembudayaan
yang selaras dengan warisan social. Hasil kebudayaan pada masa lalu dan sangat berguna, maka
warisan tersebut terus digunakan pada masa sekarang
f. Landasan ekonomi pendidikan, pendidikan adalah human investment atau upaya penanaman
modal pada diri manusia. Contoh : Manusia yang memiliki pendidikan yang baik merupakan modal
dalam melaksanakan perekonomian, karena dengan SDM yang baik hasilnya pun akan lebih baik lagi
Last modified: Friday, 4 September 2015, 9:42 PM

Inisiasi 2

Topik: Landasan pendidikan


.LINGKUNGAN PENDIDIKAN (Modul 3)
1. Lingkungan Pendidikan Tripusat Pendidikan
a. Keluarga,Sekolah, dan Masyarakat sebagai Komponen Sistem Pendidikan
Pengertian pendidikan secara luas yaitu tentang hidup, karena semua pengalaman hidup yang
berlangsung di dalam lingkungan dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu adalah
pendidikan. Adapun lingkungan yang berpengaruh positif tersebut yaitu lingkungan keluarga
(pendidikan informal), lingkungan sekolah (pendidikan formal), dan lingkungan masyarakat.
( pendidikan non formal). Masing-masing lingkungan memiliki karakteristik tertentu berkenaan
dengan tujuan pendidikannya,evaluasi peserta didiknya, isi pendidikkanya dsb. Misalnya
karakteristik pendidikan di keluarga berlangsung secara wajar, tujuan pendidikan lebih menekankan
kepada pengambangan karakter, peserta didik bersifar tidak sama(hiterogen) dari usia, kemampuan
dsb. Karakateristik lingkungan sekolah berbeda dengan keluarga, diantaranya yaitu tujuan
pendidikan lebih menenkankan pada pengembangan intelektual, peserta didiknya bersifat homogen,
waktu pendidikan terjadwal secara ketat, dan relative lama dsb.
Namun demikian, antara lingkungan pendidikan keluarga, sekolah,dan masyarakat terdapat
hubungan yang erat dan saling melengkapi, baik berkenaan dengan kepentingan pendidikan bagi
peserta didik maupun dalam rangka pelaksanaanya. Misalnya: sekolah mendapat mandat tugas dan
tanggung jawab pendidikan dari para orang tua dan masyarakat. Sedangkan dalam melaksanakan
pendidikannya, sekolah perlu bekerja sama dengan para orang tua peserta didik dan masyarakat.
Contoh kerja sama itu, yaitu didirikan dan berperannya Komite Sekolah. Tetapi sekalipun sekolah
merupakan pendidikan yang penting, ternyata pada kenyataannya tidak dapat menampung seluruh
masyarakat, karena adanya keterbatasan sarana prasaran, oleh karena itu, pendidikan di sekolah
dilengkapi, ditambah dan dikembangkan melalui pendidikan di dalam lingkungan masyarakat,
seperti Kejar Paket A dan Kejar Paket B yang merupakan pengganti pendidikan di SD dan SMP.
2. Pendidikan sebagai Suatu Proses.
a. Pengertian Proses Pendidikan
Proses pendidikan berlangsung dalam pergaulan antara pendidik dengan peserta pendidik dengan
menggunakan isi, metode dan alat pendidikan tertentu yang berlangsung dalam suatu lingkungan
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Contoh: guru dan siswa terjadi interaksi
kegiatan pembelajaran, dimana guru berfungsi menyampaikan materi yang dibantu dengan
menggunakan metode, alat peraga, sementara peserta didik diharapkan memperoleh materi
pendidikan melalui terjadi proses belajar atau mendidik diri. 
Pendidik dalam proses pembelajaran tidak boleh sembarang memperlakukan peserta didik
( dibentuk sesuka hati pendidik), karena tercapainya tujuan yang diharapkan tidak sesuai dengan
kodrat peserta didik atau siswa tersebut menjadi kehilangan diri sendiriannya, dan proses pergaulan
ini tidak dapat dikatakan sebagai pendidikan. Oleh sebab itu, dalam proses pendidikan pendidik
harus memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk tumbuh dan mengembangkan kodratnya.
Hal ini dapat terjadi apabila pendidik bukan berperan atas dasar kekuasannya, melainkan atas dasar
kewibawaanya.
b. Proses Pendidikan Berlangsung dalam Pergaulan ( interaksi sosial )
Lingkungan tempat kita melihat gejala pendidikan terlaksana, terdapat dalam pergaulan orang
dewasa dengan anak. Artinya bahwa proses pendidikan hanya akan berlangsung dalam pergaulan
antara orang dewasa dengan anak yang belum dewasa. Akan tetapi belum tentu setiap pergaulan
seperti diatas mengandung situasi pendidikan. Situasi pergaulan yang mengandung situasi
pendidikan apabila seseorang secara sengaja mempengaruhi dan pengaruh itu datangnya dari orang
dewasa ( atau yang diciptakan oleh orang dewasa, seperti sekolah, buku, pera,dsb) yang ditujukan
kepada anak agar mencapai kedewasaan.
Sifat-sifat yang harus diperhatikan dalam mengubah situasi pergaulan biasa menjadi situasi
pendidikan yaitu sifat kewajaran dan ketegasan. Selain itu pendidik dalam mengawasi segala sesuatu
yang terjadi dalam pergaulan hendaknya dilakukan dengan saling mempercai, agar anak didik
merasa bahwa pendidik orang yang menyayangi, orang baik, orang yang dapat memberikan
perlindungan, orang yang memberikan bantuan dsb. Pergaulan seperti ini menjadi kondusif untuk
pendidikan, sehingga proses pendidikan dapat berlangsung dengan harapan.
c. Hubungan Kewibawaan dalam Proses Pendidikan
Faktor-faktor yang menentukan kewibawaan pendidik adalah kasih sayang, kepercayaan,
kedewasaan, identifikasi terhadap anak, dan tanggungjawab pendidikan. Sedangkan, penurutan atau
menurutnya anak didik kepada pendidik akan ditentukan oleh faktor kemampuan anak dalam
memahami bahasa, kepercayaan anak kepada pendidik, kebebasan anak untuk menentukan sikap,
identifikasi, imitasi dan simpati, dan tanggung jawab pendidikan dimulai dari pendidik, tetapi lambat
laun seiring perkembangan kedewasaan peserta didik tanggung jawab tersebut diserahkan dan
diraih oleh peserta didik.
Last modified: Tuesday, 10 March 2015, 11:07 AM

Inisiasi 3

MATERI INISIASI III


Lingkungan pendidikan

Yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan adalah, segala sesuatu yang ada di luar diri individu
yang mempengaruhi pribadinya. Pribadi individu berkembang melalui interaksi dengan
lingkungannya. Dengan kata lain melalui pengalaman hidup yang berlangsung dalam lingkungan
yang positif individu akan berkembang kepribadiannya. Sebab itu lingkungan tempat individu hidup
merupakan lingkungan pendidikan baginya.
Seperti kita ketahui bersama bahwa pendidikan dapat berlangsung secara informal (keluarga, formal
(sekolah), maupun nonformal (masyarakat.
Pendidikan informal (keluarga, biasanya berlangsung karena rasa tanggung jawab orang tua
terhadap anak. Orang yang berperan sebagai pendidik yang utama di dalam keluarga, adalah ayah
dan ibu (orang tua. Di samping itu anggota keluarga lain (kakak, paman, bibi, kakek, nenek, bahkan
pembantu rumah tangga pun) dapat mempengaruhi atau mendidik anak melalui interaksi atau
pergaulan dengan anak. Pengalaman yang diterima anak pada masa kecil akan menentukan sikap
hidupnya di masa mendatang. Dengan demikian keluarga merupakan peletak dasar pendidikan bagi
anak.
Secara tersirat tujuan pendidikan dalam keluarga pada umumnya adalah, agar anak menjadi pribadi
yang mantap, beragama, bermoral, dan menjadi anggota masyarakat yang baik. Sesuai dengan
sifatnya yang informal, keluarga tidak memiliki kurikulum formal atau kurikulum tertulis. Dari uraian
terdahulu, keluarga mempunyai fungsi dalam pendidikan sebagai berikut: a) sebagai peletak dasar
pendidikan anak, dan b) sebagai persiapan ke arah kehidupan anak dalam masyarakatnya. 
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan adanya karakteristik lingkungan pendidikan informal
sebagai berikut: (a) tujuan pendidikannya lebih menekankan pada pengembangan karakter; (b)
peserta didiknya bersifat heterogen; (c) isi pendidikannya tidak terprogram secara formal/tidak ada
kurikulum tertulis; (d) tidak berjenjang; (e) waktu pendidikan tidak terjadwal secara ketat, relatif
lama; (f) cara pelaksanaan pendidikan bersifat wajar; (g) evaluasi pendidikan tidak sistematis dan
insidental; (h) credentials tidak ada dan tidak penting.
Di samping mendapatkan pendidikan di rumah (secara informal), anak tentunya juga mendapatkan
pendidikan di sekolah (secara formal). Sekolah mempunyai tujuan yang jelas yang dituangkan dalam
bentuk kurikulum. Tetapi pada umumnya tujuan sekolah adalah memberikan bekal kemampuan
kepada peserta didik dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,
warga Negara, makhluk Tuhan, serta mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan berikutnya.
Selain itu sekolah mempunyai fungsi konservasi dan fungsi inovasi. Fungsi konservasi, berarti sekolah
berupaya untuk melestarikan nilai-nilai sosial-budaya yang ada di dalam masyarakat. Sedangkan
fungsi inovasi, berarti sekolah berupaya untuk melakukan pembaharuan di dalam masyarakat. 
Secara khusus sekolah mempunyai karakteristik sebagai berikut: (a) secara faktual tujuan
pendidikannya lebih menekankan pada pengembangan intelektual; (b) peserta didiknya bersifat
homogen; (c) isi pendidikannya terprogram secara formal/kurikulumnya tertulis; (d) terstruktur,
berjenjang, dan berkesinambungan; (e) waktu pendidikan terjadwal secara ketat, dan relatif lama; (f)
cara pelaksanaan pendidikan bersifat formal dan artificial; (g) evaluasi pendidikan dilaksanakan
secara sistematis; (h) credentials ada dan penting.

Di lingkungan masyarakat, setiap orang akan memperoleh pengalaman tentang berbagai hal,
misalnya tentang lingkungan alam, tentang hubungan sosial, politik, kebudayaan, dan sebagainya. Di
lingkungan masyarakat ini juga setiap orang akan memperoleh pengaruh yang sifatnya mendidik dari
orang-orang yang berada di sekitarnya, baik dari teman sebaya maupun orang dewasa melalui
interaksi sosial secara langsung atau tatap muka maupun secara tidak langsung. 
Masyarakat sebagai lingkungan pendidikan nonformal hendaknya dipahami sebagai lingkungan
pendidikan di luar keluarga dan di luar sekolah. Pendidikan dalam masyarakat (nonformal) dapat
diselenggarakan secara tidak terstruktur dan berjenjang, dapat pula diselenggarakan secara
terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal selain menjadi tanggung jawab pemerintah, juga
menjadi tanggung jawab bersama orang dewasa (masyarakat) yang ada di lingkungan masyarakat
yang bersangkutan. Pendidikan dalam lingkungan masyarakat dapat berfungsi sebagai pengganti,
pelengkap, penambah, dan mungkin juga pengembang pendidikan di lingkungan keluarga dan
sekolah.
Pendidikan nonformal mempunyai karakteristik sebagai berikut: (a) tujuan pendidikannya lebih
bersifat pengembangan keterampilan praktis; (b) peserta didiknya bersifat heterogen; (c) isi
pendidikannya ada yang terprogram secara tertulis , ada pula yang tidak terprogram secara tertulis;
(d) dapat terstruktur, berjenjang, dan berkesinambungan dan dapat pula tidak; (e) waktu pendidikan
terjadwal secara ketat atau tidak terjadwal, lama pendidikannya relative singkat; (f) cara
pelaksanaan pendidikan mungkin bersifat artificial mungkin pula bersifat wajar; (g) evaluasi
pendidikan mungkin dilaksanakan secara sistematis dapat pula tidak sistematis; (h) credentials
mungkin ada dan mungkin pula tidak ada.
Perkembangan keluarga, sekarang tidak dapat lagi memenuhi segala kebutuhan dan aspirasi
pendidikan bagi anak-anaknya, baik menyangkut pengetahuan, sikap, maupun keterampilan untuk
melaksanakan peranannya di dalam masyarakat. Dengan demikian sekolah dan masyarakat
berfungsi sebagai pelengkap pendidikan yang tidak dapat diberikan oleh keluarga. Tetapi tidak
berarti bahwa keluarga dapat melepaskan tanggung jawab pendidikan bagi anak-anaknya. Keluarga
diharapkan bekerja sama dan mendukung kegiatan pendidikan di sekolah dan di masyarakat.
Sekolah mendapat mandat, tugas dan tanggung jawab pendidikan dari orang tua dan masyarakat.
Oleh sebab itu pendidikan di sekolah tidak boleh berjalan sendiri tanpa memperhatikan aspirasi
keluarga dan masyarakat. Dalam melaksanakan pendidikannya sekolah perlu bekerja sama dengan
orang tua peserta didik dan masyarakat. Pada masa sekarang sekolah tidak mampu lagi memberikan
kebutuhan pendidikan bagi peserta didiknya secara menyeluruh, dan juga belum mampu
menampung seluruh anak usia sekolah. Untuk itu pendidikan perlu dilengkapi, ditambah, dan
dikembangkan melalui pendidikan di dalam lingkungan masyarakat.
Dari penjelasan di atas kita dapat melihat hubungan antara keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan. 

Last modified: Monday, 14 September 2015, 8:18 AM


Inisiasi 1V

Materi inisiasi 1V ini , anda akan membantu sdr untuk memahami konsep tentang kebudayaan dan
pendidikan,karakteristik fisik, lingkungan fisik , dan kemajemukan social budaya Indonesia.

1. Kebudayaan, Kepribadian, dan Pendidikan

a.Konsep Kebudayaan

Kebudyaan adalah keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.Contoh, tarian
Jaipongan merupakan wujud kebudayaan sebagai hasil karya, tarian dilakukan pada saat
upacara/hiburan di suatu masyarakat ( sebagai tindakannya), sedangkan tarian itu sendiri
diciptakan berdasarkan idenya .Sementara masyarakat yang menciptakan dan yang melakukannya
harus melalui belajar terlebih dulu

b.Kebudayaan dan Kepribadian


Kepribadian adalah menunjukan adanya tingkah laku,cara berpikir, dan perasaan-perasaan
yang merupakan karakteristik dari seseorang.Contoh, siswa yang pemarah ,pendiam, memiliki
aktifitas yang cukup tinggi dsb. Kepribadian ada dua jenis yaitu kepribadian individu dan
kepribadian bangsa. Kebudayaan berpengaruh atau dapat membangun kepribadian seseorang.

Adanya perbedaan kebudayaan pada dua atau lebih kelompok masyarakat akan menyebabkan
perbedaan kepribadian,karena dipengaruhi oleh pengalaman yang berbeda-beda oleh setiap
anggota kelompok masyarakat yang berbeda kebudayaannya itu melalui hubungannya dengan
kebudayaan mereka masing-masing.

c.Kebudayaan dan Pendidikan

1). Pendidikan merupakan salah satu pranata kebudayaan,karena pranata adalah suatu kelakuan
berpola dari manusia dalam kebudayaannya ( wujud system social).

2) Kebudayaan dengan pendidikan terdapat hubungan komplementer.

a. kebudayaan berperan sebagai masukan bagi pendidikan

b.pendidikan berfungsi untuk melestarikan kebudayaan masyarakat dan juga berfungsi dalam
rangka melakukan pengembangan dan atau perubahan kebudayaan masyarakat kearah yang
lebih baik

3). Pendidikan yang diterima anak selama masa anak-anak dan masa muda bersifat menstabilkan
kebudayaan, sedangkan untuk dewasa sering mendorong terjadinya perubahan baik bagi
dirinya maupun kebudayaan.

4). Perubahan kebudayaan masyarakat kadang-kadang menimbulkan kesenjangan budaya


( cultural lag)

2. Karakteristik dan Kemajemukan Sosial Budaya Indonesia

a. Karakteristik Fisik Suku-Suku Bangsa di Inddonesia

Bangsa Indonesia terdiri berbagai suku dan dari berbagai suku ini dapat digolongkan ke
dalam 3 ras,yaitu ras Negroid, ras Mongolid, dan ras Vedoid

b. Karakteristik Lingkungan Fisik Manusia di Indonesia

Lingkungan fisik bangsa Indonesia terdiri atas pegunungan, hutan, perbukitan, sungai, pesisir
pantai, lautan, dataran, rawa-rawa.Ditinjau dari segi topografi lingkungan fisik ini ada yang
berupa lereng yang curam, landai, datar, lembah. Lingkungan fisik pemukiman secara khusus
juga beragam. Keragamannya yaitu antara lain ada yang bermungkim disepanjang jalan, di
tepian sungai, di puncak-puncak bukit, di atas rawa-rawa, lembah-lembah, tepian pantai.
Lingkungan fisik di Indonesia sangat bervariasi dan mengandung kekayaan luar biasa sebagai
sumber daya alam bagi pembangunan yang mendukung bagi pencapaian kemakmuran.

c. Kemajemukan Sosial –Budaya Bangsa Indonesia


Masyarakat Indonesia yang majemuk terdapat tiga golongan kebudayaan yang masing-
masing memiliki corak sendiri-sendiri. Adapun ketiga golongan kebudayaan tersebut yaitu ,
Kebudayaan Suku Bangsa atau Kebudayaan Daerah, Kebudayaan Umum Lokal, Kebudayaan
Nasional.

Deskripsi enam unsur kebudayaan universal beberapa suku bangsa yang terdapat di
beberapa daerah di Indonesia, diantaranya pola perkampungan/desa, system kemayarakatan,
system kekerabatan, mata pencaharian hidup, bahasa, kesenian, dan agama/religi.

Inisiasi 5

MATERI INISIASI V
Topik: Implikasi karakteristik manusia Indonesia terhadap pendidikan

Pada materi ini akan dibahas mengenai implikasi karakteristik manusia (masyarakat) Indonesia
terhadap dasar dan akar pendidikan, pengelolaan pendidikan, kurikulum pendidikan, wajib belajar,
gerakan orang tua asuh, dan implikasi karakteristik kebudayaan terhadap praktik pendidikan.

1.Implikasi terhadap dasar dan akar pendidikan.


Pancasila dan UUD 1945 berkedudukan sebagai dasar pendidikan nasional. Dan pendidikan yang
dikembangkan di Indonesia harus berakar pada nilai-nilai agama dan dan kebudayaan bangsa
Indonesia. Jika tidak demikian maka pendidikan tidak akan dapat meningkatkan kualitas hidup
bangsa Indonesia secara utuh. Demikian juga jika pendidikan dikembangkan dengan berakar pada
nilai kebudayaan asing, maka akan menimbulkan kesenjangan sosial-budaya bahkan kemungkinan
identitas bangsa akan terkikis habis. Implikasinya maka pendidikan nasional hendaknya berakar pada
nilai-nilai agama dan kebudayaan nasional.
2.Implikasi terhadap pengelolaan pendidikan 
Wilayah negara Republik Indonesia sangat luas, dan beraneka ragam keadaan lingkungan fisik serta
kekayaan yang dikandungnya, ditambah dengan kemajemukan keadaan sosial-budayanya, membuat
Indonesia mengambil kebijakan pengelolaan pendidikan yang efisien dan efektif. Maka sebagai
implikasinya kebijakan pengelolaan pendidikan dalam sistem pendidikan nasional kita bersifat
dekonsentrasi seperti tercermin dalam pasal 50 UU RI No. 20 tahun 2003.
Untuk itu pengelolaan sistem pendidikan nasional merupakan tanggung jawab Mentri,dengan
demikian pemerintah pusat yang menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan
untuk menjamin mutu pendidikan nasional.Sementara Pemerintah Daerah Provinsi melakukan
koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan ,pengembangan tenaga kependidikan, dan penyediaan
pasilitas penyelenggaraan pendidikan lintas daerah kab/kota untuk tingkat pendidikan dasar dan
menengah.
Pengelolaan satuan pendidikan. Pengelolaan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah/madrasah. Yang dimaksud dengan manajemen berbasis
sekolah/madrasah adalah bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan, yang
dalam hal ini kepala sekolah/madrsah dan guru dibantu oleh komite sekolah/madrasah dalam
mengelola kegiatan pendidikan.
Pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi, akuntabilitas,
jaminan mutu, dan evaluasi yang transparan.
Penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh pemerintah atau masyarakat
berbentuk badan hukum pendidikan yang berfungsi memberikan pelayanan pendidikan kepada
peserta didik, berprinsip nirlaba, dan dapat mengelola dana secara mandiri untuk memajukan satuan
pendidikan.
3.Kurikulum Pendidikan
Kurikulum berbasis kompetensi merupakan kurikulum yang dianut pendidikan Indonesia, mengingat
bahwa dengan adanya keragaman dan kekayaan lingkungan fisik yang dimiliki masyarakat bila
kurang dimanfaatkan untuk kemakmuran ,karena masyarakatnya kurang berdaya untuk dapat
mengelola dan memanfaatkannya. dengan demikian
pendidikan yang diselengarakan hendaknya merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat,bangsa, dan negara. Dengan demikian hendaknya pendidikan diselenggarakan sebagai
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik. Implikasinya maka pendidikan hendaknya memuat
kurikulum yang dapat mengembangkan seluruh kemampuan atau kecakapan hidup berbudaya
dalam pengertian luas yang meliputi berbagai elemen dari ketiga wujud kebudayaan secara
terintegrasi.
Ragamnya lingkungan fisik yang dihuni masyarakat Indonesia, serta ragamnya keadaan sosial-budaya
menghadapkan suatu tantangan bagi masyarakat (bangsa) Indonesia. Dengan adanya tantangan
tersebut, maka implikasinya adalah perlu diambil kebijakan sebagai berikut: 1) kurikulum nasional
yang memungkinkan tetap lestarinya keadaan masyarakat yang Bhineka Tunggal Ika, terbinanya
kepribadian bangsa, terjaminnya standar nasional mutu pendidikan, dan relevansi pendidikan secara
nasional. Kurikulum pendidikan nasional ini baik berkenaan dengan jenis pendidikan umum,
pendidikan akademik, dan jenis pendidikan lainnya. 2) kurikulum muatan lokal yang memungkinkan
terjaminnya relevansi pendidikan secara lokal, baik dalam kaitannya dengan lingkungan fisik maupun
sosial-budaya.
4.Wajib Belajar
Karakteristik sosial budaya Indonesia turut berimlikasi terhadap kebijakan dan penyelengaraan wajib
belajar pendidikan dasar yaitu pertama, salah satu tujuan NKRI adalah mencerdaskan bangsa.Kedua,
nilai dan norma yang mengakui kesamaan hak setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan
sesuai dengan pasal 31 UUD 1945. Ketiga, keragaman lingkungan fisik masyarakat indonesia yang
sebagian besar berada di pedesaan terpencil dan terisolasi. Keempat, pelapisan sosial
ekonomi.Kelima, asumsi menganai fungsi pendidikan demi pembudayaan dan pemberdayaan
masyarakat. Keenam, asumsi mengenai fungsi kebudayaan sebagai dasar dan alat bagi manusia
untuk dapat menangani permasalahan dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan hal ini memberikan
implikasi terhadap kebijakan dan penyelenggaraan wajib belajar, yaitu: 1) kebijakan mengenai
peningkatan akses dan perluasan kesempatan belajar bagi semua anak usia pendidikan dasar dengan
target utama daerah serta masyarakat miskin dan terisolasi, 2) kebijakan tentang keragaman satuan
pendidikan penyelenggara wajib belajar pendidikan dasar berupa: SD Biasa, SD Kecil, SD Pamong, SD
Luar Biasa, Sekolah Luar Biasa, SD Terpadu, Program Kejar Paket A, Ujian Persamaan SD Madrasah
Ibtidaiyah, dan Pondok Pesantren, SLTP Biasa, SLTP Kecil, SLTP Terbuka, SLTPLB, SLB, SLTP Terpadu,
Program Kejar Paket B, Ujian Persamaan SUP, MTs, MTs Terbuka, dan Pondok Pesantren.
5.Gerakan Nasional Orang Tua Asuh
Pelaksanaan pendidikan memerlukan dana atau biaya yang tidak sedikit. Bagi masyarakat kurang
mampu, untuk dapat membiayai anak-anaknya agar dapat menyelesaikan pendidikan pada tingkat
sekolah dasar saja sudah sulit atau bahkan tidak mampu. Apalagi untuk menyelesaikan wajib belajar
sembilan tahun dan selanjutnya. Di pihak lain pemerintah juga memiliki keterbatasan dalam hal
anggaran pendidikan. Sementara mereka yang kurang mampu mendapatkan jaminan hak yang sama
untuk mendapatkan pendidikan dasar sembilan tahun. Implikasi dari kondisi tersebut, perlu ada
kebijakan untuk melaksanakan peranan sebagai orang tua asuh oleh lapisan masyarakat yang
berstatus sosial-ekonomi tinggi, sehingg dapat mengatasi kesulitan biaya pendidikan bagi
masyarakat kurang mampu. Sejalan dengan itu, pemerintah melalui Keputusan Menteri Sosial RI No.
52/HUK/1996 telah mengambil keputusan tentang “Pembentukan Lembaga Gerakan Nasional Orang
Tua Asuh”. Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GN-OTA), dan dikeluarkan pula Instruksi Menteri
Dalam Negeri No. 8 tahun 1997 tentang “Pembentukan Lembaga Gerakan Nasional Orang Tua
Asuh”. 
6.Implikasi karakteristik Kebudayaan Terhadap Praktek Pendidikan
Kebudayaan Ideal versus Kebudayaan Aktual. Dalam praktek pendidikan kadang terjadi pula ketidak
sejalanan antara nilai ideal dengan nilai aktual,untuk itu guru harusnya menjadi teladan. Artinya,
mesti terdapat kesejalanan antara kebudayaan ideal dengan kebudayaan aktual.
Stabil versus perubahan.Pendidikan juga harus bersifat inovatif. Dengan demikian,peserta didik akan
kreatif,memiliki motivasi untuk melakukan perubahan dalam kebudayaan.
Pendidikan di Indonesia harus menentukan pilihan arah dan melanjutkan perjalanan. Dalam
menentukan arah, pendidik harus memilih arah yang tepat, ia harus kembali kepada nilai-nilai yang
menjadi dasar pendidikannya. Pancasila dan UUD 1945 adalah dasar pendidikan kita, implikasinya
kita memang perlu melestarikan kebudayaan lama yang dianggap mapan, sebaliknya juga tidak
menolak adanya perubahan. Karena Pancasila dan UUD 1945 berstatus sebagai dasar pendidikan
nasional, maka hendaknya keduanya dijadikan acuan dan arah dalam rangka melakukan fungsi
perubahan (kreasi atau inovasi) dalam pendidikan. Prinsip perubahan dalam pendidikan bukanlah
mengikuti perkembangan jaman atau kebudayaan yang sedang berubah, melainkan melakukan
perubahan dengan mengacu kepada nilai-nilai dasar tertentu dan mengendalikannya ke arah tujuan
tertentu pula. 

Last modified: Monday, 28 September 2015, 3:00 PM

Inisiasi 6

Topik: Sistem pendidikan nasional Indonesia


Pendidikan merupakan suatu sistem, demikian pula pendidikan nasional. Ditinjau berdasarkan asal-
usul kejadiannya, sistem pendidikan maupun sistem pendidikan nasional tergolong ke dalam sistem
buatan manusia; berdasarkan wujudnya tergolong ke dalam sistem sosial; sedangkan ditinjau dari
segi hubungan dengan lingkungannya tergolong ke dalam sistem terbuka.
Sistem pendidikan nasional berada bersama sistem-sistem lainnya (seperti sistem ekonomi, politik,
sosial budaya) di dalam suatu suprasistem. Suprasistem bagi sistem pendidikan nasional adalah
masyarakat nasional yang tak lepas dari konteks hubungan dengan masyarakat internasionalnya.
Sebagai sistem yang terbuka sistem pendidikan nasional mengambil input dari lingkungannya atau
suprasistemnya. Pada dasarnya terdapat 3 jenis sumber input utama bagi sistem pendidikan, yaitu 1)
ilmu pengetahuan, nilai-nilai, dan tujuan-tujuan yang berlaku di masyarakat; 2) penduduk dan
tenaga kerja yang tersedia; dan 3) faktor ekonomi.
Dari ketiga sumber input terbentuklah berbagai komponen atau subsistem, subsubsistem, dan
seterusnya secara hierarkis. Terdapat dua jenis transformasi di dalam sistem pendidikan nasional,
yaitu pengelolaan pendidikan dan kegiatan pendidikan. Output sistem pendidikan nasional adalah
manusia terdidik yang diperuntukkan bagi lingkungannya, selain itu dihasilkan pula feedback untuk
perbaikan dalam rangka transformasi berikutnya.

Sistem pendidikan nasional diselenggarakan berdasarkan seperangkat landasan yuridis, antara lain
UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dan sebagainya. Kegiatan pendidikan diselenggarakan di berbagai satuan pendidikan.
Satuan-satuan pendidikan tersebut terdapat pada tiga jalur pendidikan, yaitu pendidikan informal,
formal, dan nonformal. Dalam sistem pendidikan nasional, terdapat tiga jenjang pendidikan, yaitu
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Selain itu diselenggarakan pula
pendidikan anak usia dini. Adapun jenis pendidikannya terdiri dari pendidikan umum, pendidikan
kejuruan, pendidikan akademik, pendidikan profesi, pendidikan vokasi, pendidikan keagamaan, dan
pendidikan khusus. Selain itu terdapat pembagian wewenang, tugas, dan tanggung jawab antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan pendidikan. Pengelolaan pendidikan
anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar
pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah. Sedangkan pengelolaan
satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip ekonomi akuntabilitas, jaminan mutu,
dan evaluasi yang transparan. Kegiatan pendidikan dilaksanakan sepanjang hayat melalui
pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui masyarakat.

Last modified: Monday, 5 October 2015, 12:59 PM

Inisiasi 7

Topik: Inovasi pendidikan

Yang dimaksud dengan inovasi adalah adanya pembaharuan atau perubahan yang ditandai dengan
adanya hal yang baru. Hal baru ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain upaya untuk
memecahkan masalah yang dihadapi seseorang atau kelompok. Inovasi sebagai suatu ide, gagasan,
praktik, atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang
atau kelompok untuk diadopsi. Sebab itu inovasi pada dasarnya merupakan pemikiran cemerlang
yang bercirikan hal baru ataupun berupa praktik-praktik tertentu ataupun berupa produk dari hasil
olah-pikir dan olah-teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu. Penerapan hal-hal baru
tersebut diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persolan yang timbul dan memperbaiki
suatu keadaan tertentu atau proses tertentu yang terjadi di masyarakat.
Dalam bidang pendidikan banyak usaha yang dilakukan untuk kegiatan yang sifatnya pembaharuan
atau inovasi pendidikan. Usaha tersebut dilakukan untuk memecahkan persoalan-persoalan
pendidikan yang dihadapi, khususnya yang berkenaan dengan masalah pemerataan pendidikan,
peningkatan mutu, peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan, serta relevansi pendidkan. 
Hasil karya inovatif, diharapkan dapat memecahkan persoalan yang ada sekaligus sebagai upaya ke
arah perbaikan dan kemajuan di bidang pendidikan itu sendiri.
Ciri utama inovasi adalah memiliki kekhasan, ada unsur kebaruan, dilakukan melalui program yang
terencana, dan bertujuan untuk perbaikan.
Perubahan dalam inovasi dapat berupa penggantian (substitution), perubahan (alternation),
penambahan (addition), penyusunan kembali (restructuring), penghapusan (elimination), dan
penguatan (reinforcement).
Difusi inovasi dimaknakan sebagai penyebarluasan gagasan inovasi melalui suatu proses komunikasi
yang dilakukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu diantara
anggota sistem soial masyarakat.
Ada empat faktor yang mempengaruhi proses difusi inovasi, yaitu 1) esensi inovasi itu sendiri, 2)
saluran komunikasi, 3) waktu dan proses penerimaan, 4) sistem sosial.

Last modified: Monday, 12 October 2015, 8:46 AM

Inisiasi 8

Topik: Pelaksanaan inovasi pendidikan

Tahapan proses keputusan inovasi, mencakup 1) tahap pengetahuan (knowledge), 2) tahap bujukan
(persuasion), 3) tahap pengambilan keputusan (decision making), 4) tahap implementasi
(implementation), dan 5) tahap konfirmasi (confirmation).
Terdapat 5 jenis kelompok dalam proses adopsi inovasi, yaitu kelompok pembaruan, adopter awal,
mayoritas awal, mayoritas akhir, dan adopter akhir.
Pemimpin yang berpengaruh (opinion leaders) dan agen perubahan merupakan komponen sistem
sosial yang berpengaruh terhadap adopsi inovasi.
Karakter inovasi yang mempercepat adopsi inovasi adalah: a) adanya keuntungan relatif, b) memiliki
kekompakan dan kecepatan, c) memiliki derajad kompleksitas, d) dapat dicobakan, dan e) dapat
diamati.
Tiga hambatan utama dalam adopisi inovasi adalah hambatan yang disebabkan oleh sikap mental,
hambatan budaya, dan hambatan sosial.
Difusi inovasi pendidikan cenderung mengembangkan dimensi demokratis pendidikan. Di samping
itu, inovasi mengarah pada peningkatan seluruh potensi manusia secara utuh dan menyeluruh, serta
menggunakan pendekatan yang lebih kooperatif.
Tahapan adopsi inovasi mencakup tahap design, awarness-interest, evaluation, dan trial.
Penyebarluasan inovasi menuntut adanya struktur sosial kemasyrakatan yang sudah ada dan
struktur sosial yang baru sebagai konsekuensi atau adanya inovasi. 
Berikut adalah artikel yang dapat menambah wawasan Anda mengenai inovasi pendidikan, yang
diambil dari internet. 
Mobilitas Horizontal bagi Guru Bermutu
Oleh: Suyanto
GURU memiliki peran yang amat penting bagi proses pendidikan. Demikian penting sampai John
Goodlad, Ketua Asosiasi Kepala Sekolah di Amerika Serikat suatu saat berujar, "Manakala guru sudah
masuk ke ruang kelas dan menutup pintu kelas itu, dialah yang akan menentukan apakah proses
belajar hari itu berjalan dengan baik atau tidak, dapat mencapai tujuan atau tidak."
Lebih-lebih di sekolah dasar, guru memiliki peran yang amat penting dalam proses pendidikan bagi
para siswa di usia yang amat menentukan bagi pendewasaan mereka. 
Meski banyak pihak mengakui peran penting guru dalam proses pendidikan, guru kita hingga saat ini
belum sepenuhnya mendapatkan perhatian yang layak dilihat dari sisi kesejahteraan dan
peningkatan profesionalisme. 
Banyak program pendidikan baru yang inovatif diberlakukan oleh pemerintah dalam waktu paling
tidak lima tahun terakhir ini, seperti broad based education, life skills, manajemen pendidikan
berbasis sekolah, contextual teaching-learning (CTL), evaluasi belajar model portofolio, dan yang
terakhir Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Semua itu kurang atau bahkan tidak
mengikutsertakan guru sebagai variabel penting dalam pelaksanaan program-program itu, padahal
semua program baru itu bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini. 
Lantas, bagiamana peran guru kita dalam pembaharuan dan inovasi pendidikan itu? Inilah
persoalannya. 
Dengan banyaknya program baru itu, semestinya para guru kita didorong untuk memiliki
profesionalisme yang lebih tinggi. Hal itu juga diikuti kesejahteraan yang lebih memadai. Kenyataan
tidaklah seperti itu. Banyaknya program baru itu justru menambah beban kerja guru. 
Mengapa beban? Karena guru belum atau tidak mengerti secara sempurna terhadap berbagai
inovasi pendidikan itu. Akibatnya, mereka berada dalam ketidakmenentuan profesi ketika harus
melakukan program-program inovatif di tempat kerja masing-masing. 
Penggagas pembaharuan pendidikan memiliki asumsi, guru dengan serta merta dapat melakukan
apa saja yang menjadi program pembaharuan yang dicanangkan pemerintah. Asumsi inilah yang
tidak benar. Sebab, kenyataannya guru harus mendapatkan retraining yang memadai dan tersistem
untuk dapat melakukan berbagai pembaharuan dalam bidang pendidikan. 
Karena itu, ke depan pemerintah perlu melihat kemampuan riil yang dimiliki guru untuk melakukan
atau mengadopsi setiap inovasi di bidang pendidikan.
Profesionalisme
Saat ini kita hidup pada era knowledge based economy. Artinya sistem ekonomi secara global
berjalan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan dan teknologi. Dampaknya, negara yang
memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan yang kuat akan menguasai ekonomi. 
Mengapa demikian? Karena dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebuah bangsa
akan memiliki daya saing yang tinggi di tengah-tengah bangsa lain. Jika sebuah bangsa memiliki daya
saing yang tinggi, ia dapat dipastikan bisa menguasai dunia secara ekonomi. Negara-negara seperti
Jepang, Jerman, Amerika Serikat, Korea, Singapura, dan Australia memiliki perekonomian yang jauh
lebih baik dibandingkan dengan perekonomian kita. Sebab, negara-negara tersebut menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi. 
Lalu apa implikasinya terhadap pendidikan, terutama guru, di negeri ini? Implikasinya, kita harus
melakukan profesionalisme pada pekerjaan guru. Dengan guru yang memiliki profesionalisme yang
tinggi, pendidikan akan bisa ditingkatkan kualitasnya. Kualitas pendidikan yang baik pada akhirnya
akan meningkatkan daya saing bangsa melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk bisa menjamin terjadinya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa ini mau tidak
mau ke depan harus meningkatkan profesionalisme guru. Jika ini harus dilakukan, kita harus
memperhatikan syarat-syarat terjadinya profesionalisme yang perlu dimiliki para guru kita. Antara
lain, menurut Houle, harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat, berdasarkan atas kompetensi
in dividual (bukan atas dasar KKN), memiliki sistem seleksi dan sertifikasi, dan ada kerja sama dan
kompetisi yang sehat antarsejawat. Selain itu, ada kesadaran profesional yang tinggi, memiliki
prinsip-prinsip etik (kode etik), memiliki sistem sanksi profesi, ada militansi individual, dan memiliki
organisasi profesi. 
Dari syarat-syarat yang harus dimiliki guru agar mereka termasuk dalam kategori profesional
tersebut, tentu perlu ada sistem peningkatan pengetahuan bagi guru secara tersistem dan
berkelanjutan. Pendek kata, perlu ada in service training yang baik bagi para guru kita. 
Di Singapura, para guru selalu mendapatkan pelatihan dalam bidang pengetahuan dan keterampilan
baru yang diperlukan oleh guru sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Setiap tahun mereka mendapatkan hak untuk memperoleh in service training selama 33 jam. Itulah
sebabnya guru di sana selalu bisa dipertahankan profesionalismenya. Dengan begitu, mutu
pendidikan di "negara kota" itu menduduki peringkat kedua setelah Korea Selatan di antara 12
negara di Asia. 
Pengembangan profesionalisme guru-guru di Indonesia ternyata masih jauh ketinggalan dari yang
dilakukan di Singapura. Akibatnya, peringkat kualitas pendidikan kita berada pada urutan ke-12 dari
12 negara di Asia. 
Desentralisasi
Pada era desentralisasi seperti saat ini, guru semestinya bisa lebih mendapatkan pemberdayaan baik
dalam arti profesi maupun kesejahteraan. Mengapa begitu? Karena saat ini pendidikan menjadi
urusan pemerintah daerah, sehingga berbagai persoalan yang terkait dengan profesionalisme dan
kesejahteraan guru tentu bisa langsung dipantau oleh pemerintah kabupaten/kota. 
Dalam aspek profesionalisme, pemda bisa melakukan tukar-menukar guru dari satu daerah dengan
daerah lain agar terjadi transfer nilai-nilai positif yang diperoleh akibat perbedaan budaya sekolah. 
Dengan adanya program tukar-menukar itu, wawasan dan pengetahuan guru tentang berbagai
kuriikulum muatan lokal akan semakin bertambah, sehingga akan memperkaya pengetahuan dan
pengalaman guru. Kalau hal ini dapat terjadi, proses profesionalisme akan bisa terdorong.
Meskipun demikian, kendala yang dihadapi guru selama lima tahun terakhir ini ialah tertutupnya
mobilitas mereka dari satu daerah ke daerah lain. Hal ini terjadi karena dengan era desentralisasi,
guru tertutup untuk melakukan mobilitas horizontal akibat keterkaitan mereka dengan gaji yang
telah teranggarkan dalam dana anggaran umum (DAU) daerah masing-masing. 
Kendala ini sebenarnya sekarang bisa diatasi manakala pemda mau menerapkan Pasal 41 Undang-
undang No 20/ 2003, yang mengatakan, "Pendidik dan tenaga kependidikan dapat bekerja secara
lintas daerah." Jika pemda berani menerapkan pasal ini, berarti pemda yang bersangkutan secara
non-monetary telah ikut serta memperhatikan kesejahteraan guru. 
Guru yang baik perlu mendapat insentif untuk pindah ke daerah yang mereka kehendaki, sehingga
mereka perlu mendapatkan kesempatan untuk melakukan mobilitas secara horizontal. 
Perpindahan guru dari satu daerah ke daerah yang lain juga akan mendorong perbaikan pendidikan
secara tidak langsung akibat dari interaksi antaretnis dalam proses pembelajaran di sekolah. Jika
guru selamanya tidak bisa melakukan mobilitas sosial, justru akan terjadi inbreeding secara etnis.
Selamanya anak-anak Jawa akan diajar oleh guru dari etnis Jawa, begitu pula etnis-etnis lain. 
Keadaan ini tidak ikut mendorong terjadinya pendidikan multikultural yang baik. Tegaknya NKRI
memerlukan pemahaman terhadap entitas multikultural di negeri ini. Tukar-menukar dan
perpindahan guru lintas daerah akan mendorong terjadinya pendidikan multikultural secara tidak
langsung. 
Dengan terjadinya mobilitas horizontal para guru secara nasional, para siswa akan cepat belajar
memahami budaya etnis lain langsung dari para guru mereka. Ini semua bisa terjadi jika para bupati
dan wali kota berani menerapkan Pasal 41 UU No 20/2003. Semoga begitu.(29)
-Prof Suyanto PhD, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY); alumnus Boston dan Michigan State
University, Amerika Serikat 
SUMBER RUJUKAN:
Modul Pengantar Pendidikan (MKDK 4001), karangan Dinn Wahyudin, dkk. Diterbitkan oleh Penerbit
Universitas Terbuka.
Artikel “Mobilitas Horizontal bagi Guru Bermutu” ditulis oleh Prof. Suyanto PhD (UNY), dari internet. 

Last modified: Monday, 19 October 2015, 8:06 AM

You might also like