You are on page 1of 101

TUGAS AKHIR

UPAYA PENETRALAN AIR ASAM TAMBANG DENGAN


MENGGUNAKAN MEMBRAN KERAMIK DI CV. TAHITI
COAL SAWAHLUNTO

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang untuk


Memenuhi Pesyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

SILMI HAYATI
1610024427057

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
2020
TUGAS AKHIR

UPAYA PENETRALAN AIR ASAM TAMBANG DENGAN


MENGGUNAKAN MEMBRAN KERAMIK DI CV. TAHITI
COAL SAWAHLUNTO

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang untuk


Memenuhi Pesyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

Disusun Oleh:

SILMI HAYATI
1610024427057
Disetujui,
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II

Riam Marlina A, ST, MT Dr.Ir. Asep Neris B, M.si, M.Eng


NIDN: 1027098501 NIDN: 0002096301
Mengetahui
Ketua Prgram Studi Ketua STTIND Padang

Riam Marlina A, ST, MT Riko Evril, MT


NIDN: 1027098501 NIDN: 1014057501

i
UPAYA PENETRALAN AIR ASAM TAMBANG DENGAN
MENGGUNAKAN MEMBRAN KERAMIK DI CV. TAHITI COAL
SAWAHLUNTO

Nama : Silmi Hayati


NPM : 1610024427057
Pembimbing 1 : Riam Marlina A, ST, MT
Pembimbing 2 : Dr.Ir. Asep Neris B, M.si, M.Eng

ABSTRAK

CV. Tahiti Coal melakukan pengolahan air asam tambang dengan cara
mengalirkan air asam tambang kedalam kolam-kolam pengendapan lalu dialirkan
menuju badan sungai. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perubahan
pH air, Total Suspended Solid (TSS), dan kandungan logam berat (Fe dan Mn) air
limbah berdasarkan media filter di CV. Tahiti Coal. Penetralan air asam tambang
menggunakan media filtrasi terjadi kenaika pH untuk pasir silika 7,62, sabut
kelapa 7,78 dan membran keramik 7,62. Sedangkan pH untuk media filter karbon
aktif terjadi penurunan menjadi 7,47. Penetralan air asam tambang menggunakan
media filtrasi terjadi penurunan Total Suspended Solid (TSS) untuk pasir silika 43
mg/l, sabut kelapa 30,75 mg/l, karbon aktif 30,25 mg/l dan membran keramik
19,25 mg/l. Penetralan air asam tambang menggunakan media filtrasi terjadi
penurunan kadar besi (Fe) untuk pasir silika 0,1865 mg/l, sabut kelapa 0,0837
mg/l dan membran keramik 0,0188 mg/l. Sedangkan kadar besi (Fe) untuk media
filter karbon aktif terjadi kenaikan menjadi 0,1028 mg/l. Dan Penetralan air asam
tambang menggunakan media filtrasi terjadi penurunan kadar kadar mangan (Mn)
untuk pasir silika 0,2122 mg/l dan karbon aktif 0,2496 mg/l. Sedangkan kadar
mangan (Mn) untuk media filter sabut kelapa dan membran keramik terjadi
kenaikan menjadi 0,4416 mg/l dan 0,2889 mg/l. Berdasarkan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 133 Tahun 2003 sebagai acuan dalam syarat kualitas
air untuk pertambangan batubara bahwa nilai pH berkisar pada 7–8, Total
Suspended Solid 43 mg/l- 19,25 mg/l, kadar besi (Fe) 0,0837 mg/l- 0,1865 mg/l
dan kadar mangan (Mn) 0,4416 mg/l- 0,2122 mg/l maka dapat disimpulkan
berada pada batas kadar yang ditetapkan.

Kata kunci: Penetralan, Air Asam Tambang, Membran Keramik, Total Suspended
Solid (TSS), Besi (Fe).

ii
MINE ACID PURIFICATION EFFORTS USING CERAMIC MEMBRANE
IN CV. TAHITI COAL SAWAHLUNTO

Name : Silmi Hayati


NPM : 1610024427057
Supervisor 1 : Riam Marlina A, ST, MT
Supervisor 2 : Dr.Ir. Asep Neris B, M.si, M.Eng

ABSTRACT

CV. Tahiti Coal treats acid mine drainage by channeling acid mine drainage into
sedimentation pools and then flowing it to river bodies. The purpose of this study
was to determine the effect of water pH, Total Suspended Solid (TSS), and heavy
metal content (Fe and Mn) of wastewater based on filter media (silica sand,
coconut husk, activated carbon and ceramic membranes in CV. Tahiti Coal.
Purification Acid mining water using filtration media occurs when the pH for
silica sand is 7.62, coconut husk is 7.78 and ceramic membranes are 7.62.While
the pH for activated carbon filter media decreases to 7.47. And purification of acid
mine water uses filtration media. There was a decrease in Total Suspended Solid
(TSS) for 43 mg / l silica sand, 30.75 mg / l coconut husk, 30.25 mg / l activated
carbon and 19.25 mg / l ceramic membranes. Purification of acid mine drainage
using filtration media decreased levels of iron (Fe) for silica sand 0.1865 mg / l,
coconut husk 0.0837 mg / l and ceramic membranes 0.0188 mg / l. Meanwhile,
iron (Fe) levels for activated carbon filter media increased to 0 , 1028 mg / l. And
the purification of acid mine drainage using media filtration decreased levels of
manganese (Mn) for silica sand 0.2122 mg / l and activated carbon 0.2496 mg / l.
Meanwhile, levels of manganese (Mn) for coconut husk filter media and ceramic
membranes increased to 0.4416 mg / l and 0.2889 mg / l. Based on the Decree of
the Minister of the Environment Number 133 of 2003 as a reference in water
quality requirements for coal mining, the pH value ranges from 7-8, Total
Suspended Solid 43 mg / l- 19.25 mg / l, iron content (Fe) 0.0837 mg / l- 0.1865
mg / l and manganese (Mn) levels of 0.4416 mg / l- 0.2122 mg / l, it can be
concluded that they are within the determined level limits.

Keywords: Purification, Acid Mine Water, Ceramic Membranes, Total Suspended


Solid (TSS), Iron (Fe).

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, hidayah serta kesehatan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaika Tugas Akhir ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Shalawat beriringan salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa umatnya dari zaman kegelapan sampai ke zaman modern ini.
Tugas akhir penelitian ini berjudul “Upaya Penetralan Air Asam Tambang
Dengan Menggunakan Membran Keramik Di CV. Tahiti Coal Sawahlunto”.
Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dalam menyelesaikan
jenjang perkuliahan Strata I Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi
Industri (STTIND) Padang.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini belum sempurna
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Penulisan
tugas akhir ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Orang tua penulis Zakaria dan Gusana Erti, Amd yang telah memberikan
dukungan moril maupun materil selama penyusunan tugas akhir ini.
2. Bapak H. Riko Ervil, MT selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang.
3. Ibu Riam Marlina A, ST, MT Ketua Program Studi Teknik Pertambangan
Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang dan dosen
Pembimbing 1 atas kesediaanya membantu, mengarahkan, membimbing
dan memberikan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir
ini.
4. Bapak Dr.Ir. Asep Neris B, M.si, M.Eng selaku Dosen Pembimbing 2 atas
kesediaanya membantu, mengarahkan, membimbing dan memberikan
motivasi kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
5. Seluruh Dosen Teknik Pertambangan dan Karyawan Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (STTIND) Padang.

iv
6. Bapak Zul Afriyon, Amd selaku Kepala Teknik Tambang (KTT) CV.
Tahiti Coal atas kesediannnya membantu, mengarahkan, membimbing dan
memberikan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
7. Seluruh Staf dan Karyawan CV. Tahiti Coal yang membantu dalam
penulisan tugas akhir ini.
8. Rekan-rekan Mahasiswa Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi
Industri (STTIND) Padang.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan kepada penulis. Penulis berharap semoga tugas akhir ini
dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menyempurnakan
penulisan tugas akhir ini.

Padang, September 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ...............................................................................i


ABSTRAK ............................................................................................................. ii
ABSTRACT .......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................iv
DAFTAR ISI ..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ..............................................................................3
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................3
1.4 Rumusan Masalah .................................................................................3
1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................................4
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ...................................................................................5
2.1.1 Air ..............................................................................................5
2.1.1.1 Sumber air......................................................................5
2.1.1.2 Pencemaran Air .............................................................6
2.1.1.3 Pengolahan Air ..............................................................7
2.1.2 Air Asam Tambang (Acid Mine Drainage) ...............................8
2.1.2.1 Reaksi Pembentukan Air Asam Tambang ...................10
2.1.2.2 Dampak Air Asam Tambang .......................................11
2.1.3 Baku Mutu Lingkungan...........................................................12
2.1.4 Pengolahan dan Penetralan Air Asam Tambang .....................17
2.1.5 Membran Keramik ..................................................................18
2.1.5.1 Klasifikasi Membran ...................................................19
2.1.5.2 Prinsip Pemisahan Dengan Membran..........................20

vi
2.1.5.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Membran ..........20
2.1.6 Media Penyaringan Air Asam Tambang .................................23
2.1.6.1 Pasir Silika ...................................................................23
2.1.6.2 Sabut Kelapa ................................................................24
2.1.6.3 Karbon Aktif ................................................................25
2.1.6.4 Membran Keramik .......................................................26
2.1.7 Tinjauan Umum Perusahaan ...................................................27
2.1.7.1 Geologi dan Stratigrafi ................................................27
2.1.7.2 Kondisi Hidrogeologi Regional ...................................32
2.1.7.3 Cara Penanganan Air Asam Tambang ........................33
2.1.7.4 Kualitas Batubara ........................................................35
2.2 Kerangka Konseptual ........................................................................36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ..............................................................................38
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................38
3.2.1 Tempat Penelitian .................................................................38
3.2.2 Waktu Penelitian ...................................................................38
3.3 Variabel Penelitian .........................................................................39
3.4 Jenis Data dan Sumber Data ...........................................................40
3.4.1 Jenis Data ..............................................................................40
3.4.2 Sumber Data ..........................................................................40
3.5 Teknik Pengumpulan Data .............................................................41
3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ....................................45
3.6.1 Teknik Pengolahan Data .......................................................45
3.6.2 Analisa Data ..........................................................................46
3.7 Kerangka Metodologi .....................................................................46
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data......................................................................... 49
4.1.1 Data Primer .......................................................................... 49
4.1.2 Data Sekunder ...................................................................... 50
4.2 Pengolahan Data ............................................................................ 50

vii
4.2.1 pH air dan Total Suspended Solid (TSS) ............................ 50
4.2.2 Besi (Fe) dan Mangan (Mn) ................................................. 51
BAB V ANALISA DATA
5.1 Analisa pH Air, Total Suspended Solid (TSS), Besi (Fe) dan
Mangan (Mn) ................................................................................... 53
5.1.1 Analisa pH Air dan Total Suspended Solid (TSS) ................. 53
5.1.2 Analisa Besi (Fe) dan Mangan (Mn) ...................................... 54
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan .................................................................................... 57
6.2 Saran ............................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alat pH Meter Digital .......................................................................15


Gambar 2.2 Membran Datar .................................................................................19
Gambar 2.3 Membran Spilar .................................................................................20
Gambar 2.4 Membran Tubular ..............................................................................20
Gambar 2.5 Aliran Dead-End Filtration ...............................................................22
Gambar 2.6 Aliran Cross-Flow Filtration ............................................................23
Gambar 2.7 Pasir Silika ........................................................................................26
Gambar 2.8 Sabut Kelapa .....................................................................................27
Gambar 2.9 Karbon Aktif ....................................................................................28
Gambar 2.10 Membran Keramik ...........................................................................29
Gambar 2.11 Peta Geologi Regional CV. Tahiti Coal ...........................................31
Gambar 2.12 Log Stratigrafi Formasi Kota Sawahlunto .......................................33
Gambar 2.13 Peta Hidrogeologi Regional .............................................................35
Gambar 2.14 Sump ................................................................................................36
Gambar 2.15 Setling Pond 1 CV. Tahiti Coal........................................................36
Gambar 2.16 Setling Pond 2 CV. Tahiti Coal........................................................37
Gambar 2.17 Setling Pond 3 CV. Tahiti Coal........................................................37
Gambar 2.18 Kerangka Konseptual .......................................................................39
Gambar 3.1 Lokasi Kesampaian Daerah ............................................................. 41
Gambar 3.2 Skema Rancangan Membran Keramik ............................................ 43
Gambar 3.3 Skema Rangkaian Alat Penelitian ................................................... 44
Gambar 3.4 Setling Pond 1 CV. Tahiti Coal....................................................... 45
Gambar 3.5 Rangkaian Alat Penelitian ............................................................... 46
Gambar 3.6 Tanah Liat Yang Diiris Tipis-tipis .................................................. 46
Gambar 3.7 Proses Pengayakan .......................................................................... 47
Gambar 3.8 Penimbangan Tanah Liat, Tepung Tapioka Dan Serbuk Besi ........ 47
Gambar 3.9 Proses Pencampuran Dan Pencetakan Membran Keramik ............. 48
Gambar 3.10 Hasil Pembakaran Membran Keramik ............................................ 48
Gambar 3.11 pH Sampel Awal ............................................................................. 49
Gambar 3.12 pH Pasir Silika ................................................................................. 49

ix
Gambar 3.13 pH Sabut Kelapa.............................................................................. 50
Gambar 3.14 pH Karbon Aktif.............................................................................. 50
Gambar 3.15 pH Membran Keramik .................................................................... 50
Gambar 3.16 Kertas Saring ................................................................................... 51
Gambar 3.17 Pengovenan Kertas Saring .............................................................. 51
Gambar 3.18 Penyaringan Kertas Saring .............................................................. 52
Gambar 3.19 Penimbangan Kertas Saring ............................................................ 52
Gambar 3.20 Pengukuran Volume Air Asam Tambang ....................................... 53
Gambar 3.21 Destruksi Air Asam Tambang ......................................................... 53
Gambar 3.22 Sampel Air Asam Tambng .............................................................. 54
Gambar 3.23 Pembaca Deret Standar ................................................................... 54
Gambar 3.24 Diargram Alir Penelitian ................................................................. 57
Gambar 5.1 Grafik Nilai pH Berdasarkan Media Yang Digunakan ................... 62
Gambar 5.2 Grafik Kadar TSS Berdasarkan Media Yang Digunakan ............... 63
Gambar 5.3 Grafik Kadar Besi (Fe) Berdasarkan Media Yang Digunakan ....... 64
Gambar 5.4 Grafik Kadar Mangan (Mn) Berdasarkan Media Yang Digunakan 65

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Mineral Sulfida Penghasil Asam........................................................... 9


Tabel 2.2 Baku Mutu Air Limbah Penambangan Batubara ................................. 13
Tabel 2.3 Baku Mutu Air Limbah Pengolahan/ Pencucian Batubara .................. 13
Tabel 2.4 Analisa Sampel Batubara Seam A CV. Tahiti Coal ............................. 35
Tabel 4.1 Nilai pH Awal ...................................................................................... 49
Tabel 4.2 Kadar TSS Awal .................................................................................. 49
Tabel 4.3 Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Awal ............................................ 50
Tabel 4.4 Nilai pH Berdasarkan Media Yang Digunakan ................................... 50
Tabel 4.5 Kadar TSS Berdasarkan Media Yang Digunakan................................ 51
Tabel 4.6 Kadar TSS Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Berdasarkan Media
Yang Digunakan .................................................................................. 51
Tabel 5.1 Nilai pH Air Dan Total Suspended Solid (TSS) Berdasarkan
Media Yang Digunakan ...................................................................... 62
Tabel 5.1 Kadar Besi (Fe) Dan Mangan (Mn) Berdasarkan Media
Yang Digunakan .................................................................................. 63

xi
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Rangkaian Alat Penelitian


LAMPIRAN 2 Skema Rancangan Membran Keramik
LAMPIRAN 3 Dokumentasi Proses Pembuatan Membran Keramik
LAMPIRAN 4 Dokumentasi Pengujian Sampel Dengan pH Meter
LAMPIRAN 5 Dokumentasi Pengujian Total Suspended Solid (TSS) di Balai
Riset Dan Standardisasi Industri Padang
LAMPIRAN 6 Dokumentasi Pengujian Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) di
Balai Riset Dan Standardisasi Industri Padang
LAMPIRAN 7 Dokumentasi Lapangan CV. Tahiti Coal
LAMPIRAN 8 Peta Kesampaian Daerah
LAMPIRAN 9 Peta Geologi Regional
LAMPIRAN 10 Peta Stratigrafi
LAMPIRAN 11 Peta Hidrogeologi Regiional
LAMPIRAN 12 Surat Selesai Penelitian
LAMPIRAN 13 Surat Izin Penelitian di laboratorium Balai Riset Dan
Standardisasi Industri Padang

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

CV. Tahiti Coal merupakan perusahaan bergerak dibidang pertambangan


batubara yang berdiri pada tahun 2005 menggunakan sistem tambang bawah tanah
dengan metode room and pillar. Salah satu dampak negatif dari proses
penambangan adalah timbulnya air asam tambang. Air Asam Tambang (AAT)
atau Acid Mine Drainage (AMD) adalah air pada kegiatan penambangan atau
pengolahan yang bersifat asam atau memiliki keasaman tinggi dan terbentuk
sebagai akibat teroksidasinya mineral sulfida disertai keberadaan air (Gautama,
2019). Air asam tambang jika tidak ditangani dengan baik maka pada kosentrasi
tertentu akan membahayakan lingkungan, sebab hasil oksida sulfida oleh media
air akan terangkut sehingga mencemari lingkungan di sekitarnya. Untuk
mengatasi masalah di atas, maka perlu dilakukan pengolahan terhadap air asam
tambang agar tidak membahayakan lingkungan di sekitarnya (Nasir, 2014).

CV. Tahiti Coal melakukan pengolahan air asam tambang dengan cara
mengalirkan air asam tambang kedalam kolam-kolam pengendapan lalu dialirkan
menuju badan sungai yang mengacu berdasarkan Keputusan Mentri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batubara. Standar baku mutu lingkungan
sesuai dengan Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun
2003 diantaraanya meliputi keasaman (pH) dengan batas kadar 6-9, Total
Suspended Solid (TSS) dengan batas kadar 400mg/l, Besi (Fe) dengan batas kadar
7 mg/l dan Mangan (Mn) dengan batas kadar 4 mg/l.

Indikasi air asam tambang yang ada di CV. Tahiti Coal dapat diketahui
dengan adanya air limbah keruh berwarna kecoklatan dan coklat kemerahan. Hal
ini dikarenakan air limbah dalam lubang tambang umumnya telah tercampur
dengan berbagai pengotor seperti tanah, pasir, batuan serta lumpur yang akan
mempengaruhi tingginya nilai Total Suspended Solid. Selain itu keruhnya air

1
2

limbah dikarenakan adanya karat pada mesin air. Karat yang terdapat pada mesin
air tersebut dikarenakan air limbah mengandung logam berat seperti besi (Fe) dan
mangan (Mn).

Setelah di lakukan pengujian di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi


Industri Padang hasil kualitas air asam tambang yang ada di setling pond 1 CV.
Tahiti Coal untuk parameter pH sudah memenuhi baku mutu yaitu sebesar 6,9.
Sedangkan untuk parameter Total Suspended Solid (TSS) dan kandungan logam
berat (Fe dan Mn) masih memiliki tingkat kandungan sebesar 74,25 mg/L, 0,3822
mg/L dan 0,7631 mg/L. Setling pond adalah tempat menampung air tambang
sekaligus untuk mengendapkan partikel-partikel padatan yang ikut bersama air
dari lokasi penambangan. Maka dari itu penulis melakukan penelitian berupa
upaya penetralan air asam tambang yang ada di setling pond 1 dengan panjang 63
meter, lebar 20,2 meter dan tinggi 4 meter berada di samping THC 01 CV. Tahiti
Coal agar parameter TSS, Fe dan Mn lebih baik lagi dengan cara melakukan
pemfilteran menggunakan media filter pasir silika, sabut kelapa, karbon aktif dan
membran keramik.

Media filter pasir silika dalam proses pemurnian air asam tambang
berfungsi menghilangkan kandungan lumpur, tanah, partikel kecil dan sedimen
pada air. Media filter sabut kelapa berfungsi menurunkan kadar logam (Cd, Fe,
Cu), Total Padatan Tersuspensi (TSS) dan meningkatkan pH. Media filter karbon
aktif berfungsi menyerap bau, penjernih air dan menciptakan rasa segar untuk air.
Dan media filter membran keramik berfungsi sebagai pemisah juga sebagai sarana
pemekat dan pemurnian dari suatu larutan yang dilewatkan pada membran.

Pada penelitian nanti peneliti akan menggunakan membran keramik


berbahan tanah liat tepung tapioka dan serbuk besi. Membran keramik dibentuk
tubular dengan diameter dalam 1cm, diameter luar 2,5cm, ketebalan 1cm dan
panjang 1,5cm. Membran dapat didefinisikan sebagai suatu media ukur dan
bentuk molekul, menahan komponen dari umpan yang memiliki ukuran lebih
besar dari pori-pori membran dan melewatkan komponen yang mempunyai
3

ukuran yang lebih kecil. Pada perinsipnya proses pemisahan dengan


menggunakan membran adalah proses pemisahan antara pelarut dan zat terlarut.
Pelarut dipisahkan dari zat terlarut yang akan tertahan pada membran dan disebut
dengan kosentrat, sedangkan pelarut yang lolos melalui membran dan dinamakan
permeat (Afriyanty, 2012).

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti mengangkat judul


penelitian dengan judul “Upaya Penetralan Air Asam Tambang Dengan
Menggunakan Membran Keramik Di CV. Tahiti Coal Sawahlunto”.

1.2 Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Adanya air limbah keruh berwarna kecoklatan dan coklat kemerahan
(lampiran 7).
2. Adanya karat pada mesin air yang dikarenakan air limbah mengandung
logam.
3. Masih terdapatnya kadar logam berat seperti besi (Fe) 0,3822 mg/L dan
Mangan (Mn) 0,7631 mg/L. .
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan sampel air asam tambang pada setling pond 1.
2. Pemurnian dengan menggunakan media pasir silika, sabut kelapa, karbon
aktif dan membran keramik.
3. Menganalisis nilai pH, Total Suspended Solid, serta kadar logam berat Fe
dan Mn yang ada di setling pond 1 CV. Tahiti Coal menurut Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh pH dan Total Suspended Solid (TSS) air limbah CV.
Tahiti Coal berdasarkan media filter?
2. Bagaimana perubahan kandungan logam berat (Fe dan Mn) dari air limbah
CV. Tahiti Coal berdasarkan media filter?
4

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh pH air dan Total Suspended Solid (TSS) air limbah
CV. Tahiti Coal berdasarkan media filter.
2. Menganalisis pengaruh kandungan logam berat (Fe dan Mn) dari air
limbah CV. Tahiti Coal berdasarkan media filter.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis,
Dapat mengaplikasikan teori yang telah dipelajari pada saat perkuliahan
dan menambah wawasan di dalam menerapkan ilmu teknik pertambangan
berupa upaya pemurnian air asam tambang dengan menggunakan
membran keramik.
2. Bagi CV. Tahiti Coal,
Dapat dijadikan sumber informasi, usulan dan bahan pertimbangan dalam
menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan air asam tambang.
3. Bagi Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang,
Dapat dijadikan referensi dan bahan bacaan bagi mahasiswa jurusan teknik
pertambangan dalam menyelesaikan tugas kuliah, ataupun penelitian
khususnya air asam tambang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Landasan teori merupakan teori-teori yang berhubungan dengan judul


penelitian sebagai dasar acuan dalam melakukan penelitian. Teori-teori ini
diambil dari buku, jurnal, maupun arsip-arsip dari perusahaan tempat
dilakukannya penelitian.

2.1.1 Air

Menurut ilmu kimia, air adalah substansi kimia yang memiliki rumus H2O
yang merupakan satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen (H) dan
oksigen (O). Pada kondisi standar, air memiliki sifat tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak berasa. Zat kimia di dalam air merupakan suatu pelarut, memiliki
kemampuan melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam, gula, asam,
beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik

2.1.1.1 Sumber Air

Menurut undang-undang Nomor 7 tahun 2004, pasal 1 ayat (2) tentang


Sumber Daya Air, air adalah semua air yang terdapat pada , diatas, ataupun
dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian air permukaan, air tanah,
air hujan, air laut yang berada di darat.
Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa
(hujan), air permukaan, dan air tanah.
1. Air Meteorik (Air Hujan) merupakan sumber utama air di bumi. Walau
pada saat resipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut
cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran
yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu,
mikroorganisme, dan gas, misalnya, karbondioksida, nitrogen, dan
amonia.

5
6

2. Air Permukaan yaitu meliputi badan-badan air seperti sungai, danau,


telaga, waduk, rawa, terjun, dan laut, sebagian besar berasal dari air hujan
yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan
mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.
3. Air Tanah Air tanah (Groundwater) berasal dari air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke
dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara ilmiah. Proses-proses
yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah
tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni
dibandingkan air permukaan (Chandra, 2006).
2.1.1.2 Pencemaran Air

Pencemaran air menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor


82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran
Air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya. Pada pasal 8 disebutkan Klasifikasi dan Kriteria Mutu Air
ditetapkan menjadi empat kelas, antara lain:
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
7

4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi


pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
2.1.1.3 Pengolahan Air
Pengolahan air limbah bertujuan untuk mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan. Prinsip pengolahan dilakukan untuk mengurangi kuantitas
dan kadar pencemar air limbah sebelum dibuang ke perairan penerima. Tujuan
utama pengolahan air limbah menurut Sugiharto (1987), untuk mengurangi
Biochemical Oxygen Demand (BOD), partikel tercampur serta membunuh
organisme pathogen. Selain itu, diperlukan juga tambahan pengolahan, untuk
menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun serta bahan yang tidak dapat
didegradasi agar konsentrasi yang ada menjadi rendah.
Secara umum terdapat beberapa teknik dasar pengolahan air limbah yang
telah dikembangkan secara umum. Menurut Tjokrokusumo (1995), terdapat tiga
metode pengolahan, antara lain:
1. Pengolahan fisika
Proses pengolahan fisika antara lain pengolahan dengan menggunakan
screen, sieves, dan filter. Pemisahan dengan memanfaatkan gaya gravitasi
(sedimentasi atau oil). Serta flotasi adsorpsi, dan sytripping. Prinsip
pertama adalah screening, sieving, dan filtrasi. Prinsip kedua adalah
penggunaan gaya gravitasi (sedimentasi, flotasi, dan sentrifugasi).
2. Pengolahan kimia
Proses pengolahan kimia digunakan dalam instalasi air bersih dan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pengolahan secara kimia pada IPAL
biasanya digunakan untuk netralisasi limbah asam maupun basa.
Memperbaiki proses pemisahan lumpur, memisahkan padatan yang tak
terlarut, mengurangi konsentrasi minyak dan lemak, meningkatkan
efisiensi instalasi flotasi dan filtrasi, serta mengoksidasi warna dan racun.
Kelebihan proses pengolahan kimia antara lain dapat menangani hampir
seluruh polutan anorganik, tidak terpengaruh oleh polutan yang beracun
atau toksik. Serta tidak tergantung pada perubahan-perubahan konsentrasi.
8

Namun, pengolahan kimia dapat meningkatkan jumlah garam pada effluent


dan meningkatkan jumlah lumpur.
3. Pengolahan biologis
Proses biologis adalah proses-proses pengolahan air limbah yang
memanfaatkan aktifitas kehidupan mikroorganisme untuk memindahkan
polutan. Proses biokimia juga meliputi aktifitas alami dalam berbagai
keadaan. Dalam proses pengolahan air limbah secara biologi, diharapkan
terjadi proses penguraian secara alami untuk membersihkan air sebelum
dibuang. Secara umum, proses pengolahan secara biologi menjadikan
pengolahan air limbah secara modern lebih terstruktur. Tergantung pada
syarat air yang harus dijaga atau jenis air limbah yang harus dikelola.
Pengolahan air limbah secara biologi bertujuan untuk membersihkan zat-
zat organik menjadi bentuk-bentuk yang kurang berbahaya. Misalnya,
proses nitrifikasi oleh senyawa-senyawa nitrogen yang dioksida.
2.1.2 Air Asam Tambang (Acid Mine Drainage)

Air Asam Tambang (AAT) adalah air pada kegiatan penambangan atau
pengolahan yang bersifat asam atau memiliki keasaman tinggi dan terbentuk
sebagai akibat teroksidasinya mineral sulfida disertai keberadaan air. Sumber
keasaman adalah mineral sulfida yang dapat teroksidasi. Sumber pengoksidasi
yang utama adalah oksigen dalam udara. Air merupakan salah satu reaktan dalam
proses pembentukan air asam tambang dan juga sebagai media yang melarutkan
hasil oksidasi.

Tiga komponen pembentukan air asam tambang adalah mineral sulfida,


udara dan air. Mineral sulfida banyak ditemukan pada tambang bijih maupun
batubara. Kegiatan penggalian dan penimbunan menyebabkan terpaparnya
mineral sulfida yang sebelumnya berada dibawah permukaan.

Keterdapatan air yang bersifat asam secara alamiah biasa terjadi didaerah
yang dicirikan oleh derajat mineralisasi yang tinggi. Aliran air alami tersebut
umumnya mengandung tingkat keasaman dan kandungan logam tinggi. Pada
9

suatu area kegiatan pertambangan air asam tambang dapat terbentuk melalui
berbagai proses, antara lain:
1. Air limpasan hujan yang mengalir dan kontak dengan dinding pit
penambangan.
2. Air hujan yang jatuh dan terinfiltrasi pada timbunan batuan penutup.
3. Air hujan yang jatuh dan terinfiltrasi pada timbunan batubara atau bijih
hasil penambangan, tumpukan bijih pada ekstraksi mineral berharga,
timbunan tailing dan timbunan limbah sisa pencucian batubara.
4. Air tanah yang mengalir kedalam bukaan tambang bawah tanah dan
kontak dengan bukaan batuan dinding.
5. Air tanah dan limpasan hujan yang mengalir ke zona ambrukan pada
tambang bawah tanah.
Berdasarkan tabel 2.1 nama-nama senyawa mineral sulfida penghasil asam
adalah: pirit, markasit, pirotit, melnikovit, arsenopirit, violarit dan makinawit.
Berikut merupakan nama-nama senyawa mineral sulfida penghasil asam.
Tabel 2.1 Mineral Sulfida Penghasil Asam
Nama Senyawa Rumus Kimia
Pirit FeS2
Markasit FeS3
Pirotit Fe1-xS
Melnikovit Fe3S4
Arsenopirit FeAsS
Violarit FeNi2S4
Makinawit (Fe,Ni)9S8
Sumber:Rudi Sayoga Gautama, 2019

Karakteristik Air Asam Tambang adalah:


1. Nilai pH (derajat keasaman) yg rendah < 6, keasaman tinggi.
2. Kandungan Besi (Fe) > 7 mg/L.
3. Kandungan Mangan (Mn) > 4mg/L.
4. Konsentrasi logam lain dapat larut tinggi (seperti aluminium, kadmium,
tembaga, timah, seng, arsenik, dan mercuri).
10

5. Nilai keasaman: 50-15.000 mg/L dan konduktivitas listrik umumnya


antara 1000-20.000 µS/cm.
6. Kosentrsi yang rendah dari oksigen terlarut (<6 mg/L).
7. Tingkat kekeruhan (turbiditas) atau total padatan tersuspensi yang rendah.
2.1.2.1 Reaksi Pembentukan Air Asam Tambang

Proses pembentukan air asam tambang terdiri atas beberapa tahapan


reaksi, antara lain:
1. Reaksi pertama adalah reaksi oksidasi mineral pirit dengan kehadiran air.
Pada reaksi tersebut Fe2+ dihasilkan dari proses penguraian pirit atau
proses oksidasi pirit oleh oksigen. Reaksi ini adalah reaksi pelapukan
disertai dengan proses oksidasi pirit dan menghasilkan dua mol keasaman
dari setiap mol pirit yang teroksidasi. Reaksi ini dapat berlangsung baik
pada kondisi biotik maupun abiotik.
2FeS2 + 7O2 + 2H2O → 2Fe2+ + 4SO42- + 4H+
Pyrite + Oxygen + Water → Ferrous Iron + Sulfate + Acidity
2. Reaksi kedua adalah oksidasi pirit oleh ion ferri. Reaksi ini lebih cepat dua
sampai tiga kali dibandingkan dengan oksidasi oleh oksigen. Jumlah mol
keasaman juga lebih banyak per mol pirit. Namun reaksi ini hanya
berlangsung selama ion ferri ini cukup tersedia atau pada kondisi asam.
FeS2 + 14Fe3+ + 8H2O → 15Fe2++ 2SO42- + 16H+
Pyrite + Ferric Iron + Water → Ferrous Iron + Sulfate + Acidity
3. Reaksi ketiga terjadi konversi dari ion ferro menjadi besi ferri yang
terbentuk dari reaksi pertama dan mengkonsumsi satu mol keasaman
seperti yang ditunjukan pada reaksi ketiga. Laju reaksi lambat pada pH < 5
dan kondisi abiotik. Kehadiran bakteri acidithiobacillus ferroxidans akan
mempercepat proses oksidasi Fe2+ lima sampai enam kali.
4Fe2+ + O2 + 4H+ → 4Fe3+ + 2H2O
Ferrous Iron + Oxygen + Acidity → Ferric Iron + Water
4. Reaksi keempat adalah reaksi pelarutan-pengendapan yang reversible dan
berlangsung sampai pH sama dengan tiga dan merupakan sumber atau
11

berkurangnya Fe3+ serta merupakan langkah penting dalam melepaskan


asam ke lingkungan.
Fe2+ + 1/4O2 + 5/2H2O → Fe(OH)3↓ + 2H+
Ferric Iron + Oxygen+ Water → Ferric Hydroxide (yellowboy) + Acidity

Jika reaksi satu sampai empat digabung, maka akan diperoleh reaksi
oksidasi mineral pirit yang dikenal sebagai reaksi umum yang menghasilkan air
asam tambang seperti dibawah ini :

FeS2 + 15/4O2+ 7/2H2O → Fe(OH)3↓ + 2SO42- + 4H+


Pyrite + Oxygen + Water → Ferric Hydroxide (yellowboy) + Sulfate + Acidity

Produk dari oksidasi sulfida adalah keasaman, spesies sulfur,padatan


terlarut toal (Total Dissvoled Solids/ Total Suspended Solids) dan logam. Spesies
sulfur yang terbentuk adalah sulfat.

2.1.2.2 Dampak Air Asam Tambang

Dampak negatif dari air asam tambang, antara lain:


1. Kualitas Air Permukaan
Terbentuknya air asam tambang hasil oksidasi pirit akan menyebabkan
menurunnya kualitas air permukaan. Parameter kualitas air yang
mengalami perubahan diantaranya adalah pH, total disolved solid (TDS),
total suspended solid (TSS), Chemical Oxygen Demand (COD),
Biochemical Oxygen Demand (BOD), sulat, besi dan mangan.
2. Kualitas Air Tanah
Ketersediaan unsur hara merupakan faktor yang penting untuk
pertumbuhan tanaman. Tanah yang asam banyak mengandung logam-
logam berat seperti besi, tembaga, seng yang semuanya ini merupakan
unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman, sedangkan unsur hara makro
yang sangat dibutuhkan tanaman seperti fosfor, magnesium, kalsium
sangat kurang. Akibat kelebihan unsur hara mikronya dapat menyebabkan
12

keracunan pada tanaman, ini ditandai dengan busuknya akar tanaman


sehingga tanaman menjadi layu.
3. Biota Perairan
Dampak negatif untuk kehidupan perairan adalah terjadinya perubahan
keanekaragaman biota perairan seperti plankton dan benthos, kehadiran
benthos dalam suatu perairan dapat digunakan sebagai indikator kualitas
perairan. Pada perairan yang baik dan subur benthos akan mengalami
kelimpahan, sebaliknya pada perairan yang kurang subur benthos tidak
akan mampu bertahan hidup.
4. Masyarakat di Sekitar Wilayah Tambang
Kesehatan penduduk yang memanfaatkan sumber daya air sungai akan
terganggu sebab akan berpotensi terjadi penyakit.
2.1.3 Baku Mutu Lingkungan

Baku mutu lingkungan menurut Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen
yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
Baku mutu lingkungan ini berfungsi untuk menentukan terjadinya pencemaran
lingkungan hidup. Sedangkan Baku mutu lingkungan hidup meliputi baku mutu
air; baku mutu air limbah; baku mutu air laut; baku mutu udara ambien; baku
mutu emisi; baku mutu gangguan; dan baku mutu lain sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sedangkan baku mutu air limbah batubara menurut Keputusan Mentri


Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha Dan Atau Kegiatan Pertambangan Batubara, adalah ukuran batas atau
kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemaran yang ditenggang
keberadaannya dalam air limbah batu bara yang akan dibuang atau dilepas ke air
permukaan.
13

Berdasarkan fungsi baku mutu lingkungan, diperlukan cara untuk


menentukan terjadi atau tidaknya pencemaran dari kegiatan industri, berikut ini
merupakan dua sistem baku mutu lingkungan:
1. Effluent Standard, merupakan kadar maksimum limbah yang
diperbolehkan untuk dibuang ke lingkungan.
2. Stream Standard, merupakan batas kadar untuk sumberdaya tertentu,
seperti sungai, waduk, dan danau. Kadar yang diterapkan ini didasarkan
pada kemampuan sumberdaya beserta sifat peruntukannya. Misalnya batas
kadar badan air untuk air minum akan berlainan dengan batas kadar bagi
badan air untuk pertanian.
Tabel 2.2 merupakan baku mutu air limbah penambangan batubara
menurut Keputusan Mentri Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003.
Tabel 2.2 Baku Mutu Air Limbah Penambangan Batubara
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH 6-9
Residu Tersuspensi mg/l 400
Besi (Fe) Total mg/l 7
Mangan (Mn) Total mg/l 4
Sumber: Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hiduo Nomor 113 Tahun 2003
Tabel 2.3 merupakan baku mutu air limbah pengolahan/pencucian
batubara menurut Keputusan Mentri Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003.

Tabel 2. 3Baku Mutu Air Limbah Pengolahan/ Pencucian Batubara


Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH 6-9
Residu Tersuspensi mg/l 200
Besi (Fe) Total mg/l 7
Mangan (Mn) Total mg/l 4
Sumber: Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hiduo Nomor 113 Tahun 2003

Sehubungan dengan baku mutu lingkungan, ada istilah nilai ambang batas
yang merupakan batas-batas daya dukung, daya tenggang dan daya toleransi atau
kemampuan lingkungan. Nilai ambang batas tertinggi atau terendah dari
kandungan zat-zat, makhluk hidup atau komponen-komponen lain dalam setiap
14

interaksi yang berkenaan dengan lingkungan khususnya yang mempengaruhi


mutu lingkungan. Jadi jika terjadi kondisi lingkungan yang telah melebihi nilai
ambang batas (batas maksimum dan minimum) yang telah ditetapkan berdasarkan
baku mutu lingkungan maka dapat dikatakan bahwa lingkungan tersebut telah
tercemar.

Parameter atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi:

1. pH (Power of Hydrogen)
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Unit pH
diukur pada skala 0 sampai 14. Istilah pH berasal dari "p" lambang
matematika dari negatif logaritma, dan "H", lambang kimia untuk
unsur hidrogen. Definisi yang normal tentangn pH adalah negatif
logaritma dari aktifitas ion hydrogen. pH = Log[H + ]. pH dibentuk
dari informasi kuantitatif yang dinyatakan oleh tingkat derajat keasaman
atau basa yang berkaitandengan aktivitas ion hydrogen.
Nilai pH dari suatu unsur adalah perbandingan antara konsentrasi
ion hydrogen [H+] dengan kosentrasi ion hidrosil [OH-]. Jika kosentrasi H+
lebih besar dari OH-, material disebut asam, yaitu nilai pH adalah kurang
dari 7. Jika kosentrasi OH- lebih besar dari H+, material disebut basa, yaitu
nilai pH besar dari 7. Jika kosentrasi H+ sama dengan OH- maka material
disebut sebagai material netral. Asam dan basa mempunyai ion hydrogen
bebas dan ion alkali bebas. Besarnya kosentrasi ion H+ dalam larutan
disebut derjat keasaman. Untuk menyatakan derjat keasaman suatu larutan
dipakai pengertian pH. Atas dasar pengertian ini, ditentukan:
a) jika nilain pH = pOH = 7, maka larutan bersifat netral.
b) jika nilain pH < 7, maka larutan bersifat asam.
c) jika nilain pH < 7, maka larutan bersifat
15

Gambar 2.1 merupakan alat pH meter digital yang akan digunakan


peneliti dalam menentukan nilai pH.

Gambar 2.1 Alat pH Meter Digital


2. Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid)
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) dalah
residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran
partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid.
Sedangkan menurut Tarigan dan Edward, 2003 zat padat tersuspensi
(Total Suspended Solid) adalah semua zat padat (pasir, lumpur, dan tanah
liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa
komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi,
ataupun komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel
anorganik.
TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS
memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi
penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga
nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah
kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Berikut ini
merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung nilai TSS dalam
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis:

TSS (mg/l) = ....................................................................... (2.1)


Sumber: SNI 6989.3-2004
16

Keterangan :
A = berat kertas saring + residu kering (mg)
B = berat kertas saring (mg)
V = volume contoh uji (ml)
3. Besi (Fe)
Besi (Fe) merupakan elemen pertama golongan VIII B dalam tabel
periodik. Besi memiliki nomor atom 26, berat atom 55.85 gram/mol dan
valensi umum adalah 2 dan 3.
Didalam air, mineral yang sering berada dalam jumlah besar adalah
kandungan besi (Fe+). Apabila besi berada dalam jumlah yang banyak
maka, akan mengakibatkan berbagai gangguan pada lingkungan. Besi
dalam air tanah bisa berbentuk (Fe2+) dan (Fe3+) terlarut. Ferro (Fe2+)
terlarut dapat bergabung dengan zat organik dan membentuk senyawa
kompleks yang sulit dihilangkan dengan aerasi biasa.
Adapun ciri-ciri tingginya kadar besi dalam tanah:
a) Ada lapisan seperti minyak di permukaan air .
b) Ada lapisan merah di pinggiran saluran.
c) Tampak gejala keracunan besi pada tanaman
4. Mangan (Mn)
Mangan merupakan elemen pertama golongan VII B dalam tabel
periodik. Mangan memiliki Nomor atom 25, berat atom 54.94 gram/mol,
dan valensi umumnya dari 2, 4, dan 7 (valensi yang jarang, yaitu 1, 3, 5,
dan 6).
Mangan jarang ditemukan dalam keadaan unsur di alam tetapi
berada dalam bentuk senyawa dengan berbagai macam valensi. Didalam
sistem air alami konsentrasi mangan umumnya kurang dari 0,1 mg/L. Oleh
karena itulah air dengan konsentrasi mangan yang melebihi 1 mg/L maka,
pengolahan air dengan cara biasa akan sangat sulit untuk menurunkan
konsentrasi mangan sampai dengan batas yang diizinkan sebagai air
minum.
17

2.1.4 Pengolahan dan Penetralan Air Asam Tambang

Penentuan teknologi pengolahan air asam tambang mencakup analisis


terhadap berbagai faktor seperti karakteristik air asam tambang yang akan diolah,
sistem pengolahan, aliran keluar dari sistem pengolahan, pengelolaan produk
samping dan kondisi lapangan.

Teknologi pengolahan air asam tambang berdasarkan tujuan yang ingin


dicapai dapat dibedakan menjadi:
1. Netralisasi.
a. Penetralan dengan batu kapur atau batu gamping.
b. Penetralan dengan bahan alkali berbasiskan natrium.
c. Ammonia.
d. Reduksi sulfat secara biologi.
e. Lahan basa, saluran anoksik.
f. Teknologi lain.
2. Pengurangan atau penghilangan logam.
a. Presipitasi hidroksida.
b. Presipitasi karbonat.
c. Presipitasi sulfida.
d. Lahan basa, kolam oksidasi.
e. Teknologi lain.
3. Untuk target polutan tertentu.
a. Penghilangan sianida (oksidasi kimiawi, oksidasi biologi, komleks).
b. Nuklida radioaktif (presipitasi, pertukaran ion).
c. Penghilangan arsen (oksidasi/reduksi, presipitasi, adsorpsi).
d. Penghilangan molybdenum (adsorpsi besi).
e. Teknologi lain.

Sedangkan ditinjau aspek pelaksanaan penerapannya, teknologi


pengolahan air asam tambang dapat dibagi menjadi:
18

1. Teknologi Pengolahan Aktif (active treatment), adalah teknologi


pengolahan air asam tambang yang membutuhkan keaktifan pengoperasian
oleh manusia.
2. Pengolahan Insitu (in situ treatment) adalah proses pengolahan yang
dilakukan langsung pada tempat sumber air asam tambang.
3. Pengolahan Pasif (passive treatment) adalah proses pengolahan yang tidak
membutuhhkan intervensi manusia secara reguler dalam pengoperasian
dan perawatannya

Teknologi yang digunakan penulis dalam penelitian nanti adalah teknologi


pengolahan aktif dimana metode yang digunakan adalah metode reverse osmosis.
Osmosis terjadi jika dua larutan dengan kosentasi yang berbeda dipisahkan oleh
suatu membran. Jika membran bersifat semipermeabel,yaitu permeabel untuk
larutan namun tidak untuk bahan terlarut, maka akan terjadi aliran dari larutan
yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat hingga mencapai kesetimbangan.
Dalam reverse osmosis, arah aliran larutan balik dengan memberikan tekanan
pada larutan yang lebih pekat sehingga akan mengalir melalui membran. Pada
kasus air asam tambang, membran semipermeabel digunakan untuk memisahkan
larutan yang mengandung kosentrasi logam yang tinggi.

2.1.5 Membran Keramik

Membran dapat didefinisikan sebagai suatu media ukuran dan bentuk


molekul, menahan komponen dari umpan yang memiliki ukuran lebih besar dari
pori-pori membran dan melewatkan komponen yang mempunyai ukuran yang
lebih kecil. Membran selain sebagai pemisah juga sebagai sarana pemekat dan
pemurnian dari suatu larutan yang dilewatkan pada membran tersebut. Teknologi
membran memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan proses lain, antara
lain pemisahan dilakukan secara terus – menerus, konsumsi energi umumnya
relatif lebih rendah, proses membran dapat mudah digabungkan dengan proses
pemisahan lainnya (hybrid processing), dan material membran bervariasi
sehingga mudah diadaptasikan pemakaiannya. Kekurangan teknologi membran
19

antara lain fluks dan selektifitas karena pada proses membran pada umumnya
terjadi fenomena fluks berbanding terbalik dengan selektifitas (Agmalini, 2013).

2.1.5.1 Klasifikasi Membran

Pada umumnya membran dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu


kategori berdasarkan bentuk, katagori berdasarkan fungsi, kategori berdasarkan
eksistensi dan kategori berdasarkan bentuk aliran dengan penjelasan sebagai
berikut:

Berdasarkan bentuknya membran dibagi menjadi tiga yaitu sebagai


berikut:
1. Membran Datar.
Membran datar mempunyai penampang lintas besar dan lebar. Pada
operasi membran datar terbagi atas :
a. Membran datar yang terdiri dari satu lembar saja.
b. Membran datar bersusun yang terdiri dari beberapa lembar tersusun
bertingkat dengan menempatkan pemisah antara membran yang
berdekatan
Gambar 2.2 merupakan membran datar berdasarkan bentuknya.

Gambar 2.2 Membran Datar


2. Membran spiral
Membran spiral bergulung yaitu membran datar yang tersusun bertingkat
kemudian digulung dengan pipa sentral membentuk spiral.
Gambar 2.3 merupakan membran spiral berdasarkan bentuknya.
20

Gambar 2.3 Membran Spiral


3. Membran Tubular.
Membran tubular adalah membran yang membentuk pipa memanjang.
Membran jenis ini terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Membran serat berongga (d < 0,5 mm).
b. Membran kapiler (d 0,5-5,0 mm).
c. Membran tubular (d > 5,0 mm)
Gambar 2.4 merupakan membran tubular berdasarkan bentuknya.

Gambar 2.4 Membran Tubular


Berdasarkan fungsinya membran dapat diklasifikasikan menjadi enam
jenis, yaitu sebagai berikut :
1. Membran mikrofiltrasi.
Milkrofiltrasi mempunyai prinsip kerja yang sama dengan ultrafiltrasi,
hanya berbeda pada ukuran molekul yang akan dipisahkan. Pada
mikrofiltrasi ukuran molekul yang akan dipisahkan 500-300.000 , dengan
BM solut dapat mencapai 500.000 g/mol, karena itu proses mikrofiltrasi
sering digunakan untuk menahan partikel-partikel dalam larutan suspensi.
21

2. Membran ultrafiltrasi.
Ultrafiltrasi mempunyai dasar kerja yang sama dengan osmosa balik,
tetapi berbeda dengan ukuran porinya. Untuk ultrafiltrasi ukuran diameter
pori yang digunakan yaitu 0,01-0,1 µm dengan BM solut antara 1000-
500.000 g/mol. Proses pemisahannya ukuran molekul yang lebih kecil dari
diametr pori akan menembus membran, sedangkan ukuran molekul yang
lebih besar akan tertahan oleh membran
3. Membran osmosa balik (Reverse Osmosis).
Reverse osmosis merupakan proses perpindahan pelarut dengan gaya
dorong perbedaan tekanan, dimana beda tekanan yang digunakan harus
lebih besar dari beda tekanan osmosis. Ukuran pori pada proses osmosa
balik antara 1-20 µm dan berat molekul solut yang digunakan antara 100-
1000. Dengan adanya pengembangan membran asimetrisproses osmosis
balik menjadi sempurna, terutama digunakan untuk memproduksi air
tawar dari air laut.
4. Nanofiltrasi.
Nanofiltrasi adalah proses pemisahan jika ultrafiltrasi dan mikrofiltrasi
tidak dapat mengolah air seperti yang diharapkan. Nanofiltrasi dapat
menghasilkan proses pemisahan yang sangat terjangkau secara ekonomis.
Tetapi Nano filtrasi belum dapat mengolah mineral terlarut, warna dan
salinasi air, sehingga air hasil olahan (permeate) masih mungkin
mengandung ion monovalen dan larutan dengan pencemar yang memiliki
berat molekul rendah seperti alkohol. Pengolahan menggunakan Nano
filtrasi pada umumnya menggunakan membran berukuran 0.0001 mikron
– 0.001 mikron.
5. Membran dialisa.
Dialisa merupakan proses perpindahan molekul (zat terlarut atau solut)
dari suatu cairan ke cairan lain melalui membran yang diakibatkan adanya
perbedaan potensial kimia dari solut. Membran dialisa berfungsi untuk
memisahkan larutan koloid yang mengandung elektrolit dengan berat
22

molekul kecil. Proses secara dialisa sering digunakan untuk pencucian


darah pada penderita penyakit ginjal.
6. Membran elektrodialisa.
Elektrodalisa merupakan proses dialisa dengan menggunakan bantuan
daya dorong potensial listrik. Elektrodalisa berlangsung relatif lebih cepat
dibandingkan dengan dialisa. Pemakaian utamanya adalah desalinasi
(penurunan kadar garam) dari juice.
Berdasarkan eksistensinya, membran dibagi menjadi dua yaitu sebagai
berikut:
1. Membran Alamiah.
Membran alamiah yang terdapat di dalam jaringan tubuh organisme,
berfungsi melindungi isi sel dari pengaruh lingkungan dan membantu
proses metabolisme.
2. Membran Sintetik.
Membran sintetik yang dibuat secara sengaja untuk kebutuhan dan
disesuaikan dengan sifat membran alamiah.
Berdasarkan bentuk aliran, membran dapat dibagi menjadi dua sebagai
berikut:
1. Dead-End Filtration.
Bentuk aliran dead-end filtration yaitu umpan dialirkan dengan arah aksial
(sejajar) dengan permukaan membran karna aliran tersebut mengakibatkan
terbentuknya cake yang terjadi sangat lambat karena tersapu oleh gaya
geser yang disebabkan aliran cros flow.
Gambar 2.5 merupakan aliran dead-end filtration pada membran.

Gambar 2.5 Aliran Dead-End Filtration


23

2. Cross-Flow Filtration.
Bentuk aliran cross-flow filtration yaitu aliran umpan tegak lurus terhadap
membran, kelemahan sangat cepat mengakibatkan fouling tinggi karna
arah aliran yang demikian dapat mengakibatkan terbentuk lapisan cake di
permukaan membran pada sisi umpan.
Gambar 2.6 merupakan aliran cross-flow filtration pada membran.

Gambar 2.6 Aliran Cross-Flow Filtration


2.1.5.2 Prinsip Pemisahan Dengan Membran

Pada prinsipnya proses pemisahan dengan menggunakan membran adalah


proses pemisahan antara pelarut dengan zat terlarut. Pelarut dipisahkan dari zat
terlarut yang akan tertahan pada membran dan disebut dengan konsentrat,
sedangkan pelarut akan lolos melalui membran dan dinamakan permeat.
Kecepatan aliran komponen yang dipisahkan bergantung kepada jenis gaya
pendorong dan karakteristik membran. Jenis gaya pendorong yang ada pada
proses pemisahan dengan menggunakan membran yaitu perbedaan tekanan,
perbedaan konsentrasi, dan perbedaan temperatur (Citria Afrianty, 2012).

2.1.5.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Membran

Kinerja atau efisiensi pemisahan di dalam membran dipengaruhi oleh 2


faktor yaitu parameter operasional dan karakteristik membran yaitu :
1. Parameter operasional
Parameter operasional yang mempengarui kinerja membran adalah waktu,
laju alir, tekanan , temperatur.
24

2. Karakteristik membran
a. Permeabilitas
Permeabilitas sering disebut juga sebagai kecepatan permeat atau fluks
adalah ukuran kecepatan suatu spesi melewati membran persatuan luas
dan waktu dengan gradien tekanan sebagai gaya pendorong. Fluks
membran keramik secara langsung berhubungan dengan porositas,
dimana membran keramik yang bagus adalah membran dengan
porositas tinggi, tetapi tidak menurunkan kekuatan mekanik membran
tersebut. Faktor yang mempengaruhi permeabilitas adalah jumlah dan
ukuran pori, interaksi antara membran dan larutan umpan, viskositas
larutan serta tekanan dari luar (Citria Afrianty, 2012). Fluks (Jv)
dirumus sebagai berikut:

Jv = .......................................................................................... (2.2)

keterangan :
Jv = fluks (liter/m2.jam)
V = volume permeat (liter)
A = luas permukaan membran (m2)
t = waktu (jam)
b. Selektifitas
Selektifitas yang parameternya dinyatakan sebagai koefisien penolakan
atau koefisien rejeksi adalah ukuran kemampuan membran menahan
suatu spesi. Faktor yang mempengaruhi selektifitas adalah besarnya
ukuran partikel yang akan melewatinya, interaksi antara membran dan
larutan umpan dan ukuran pori. Koefisien rejeksi (R) dirumuskan
sebagai berikut :
R = (1 – Cp/Cf) x 100% ................................................................. (2.3)
Keterangan :
R = koefisien rejeksi
Cp = konsentrasi permeat
Cf = konsentrasi umpan
25

Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penggunaan membran


diantaranya:
1. Ukuran molekul membran sangat mempengaruhi kinerja membran.
2. Bentuk membran dapat dibuat dalam berbagai macam bentuk, seperti
bentuk datar, bentuk tabung, dan bentuk serat berongga.
3. Bahan membran, perbedaan bahan membran akan berpengaruh pada hasil
rejeksi dan distribusi ukuran pori.
4. Karakteristik larutan ini akan memberi pengaruh terhadap permeabilitas
membran.
5. Parameter operasional, jenis parameter yang digunakakn pada operasional
umumnya terdiri dari tekanan membran, permukaan membran, temperatur
dan kosentrasi.

Keungulan yang dimiliki teknologi membran antara lain:

1. Pemisah berdasarkan molekul sehinggga pemisah dapat beroperasi pada


temperatur rendah (temperature ambient).
2. Pemakaian energi yang relatif rendah karna biasanya pemisah
menggunakan membran tidak melibatkanperubahan fasa.
3. Tidak menggunakan zat bantu kimia dan tidak ada tambahan produk
buangan.
4. Bersifat modular, artinya di scale-up dengan memperbanyak unitnya.
5. Dapat digabungkan dengan jenis operasi lainnya.
2.1.6 Media Penyaringa Air Asam Tambang
Pada penelitian nanti penulis akan menggunakan empat media penyaringan
yang terdiri dari: pasir silika, sabut kelapa, karbon aktif dan membran keramik.

2.1.6.1 Pasir Silika


Pasir silika atau biasa disebut juga pasir kuarsa merupakan jenis pasir yang
terdiri dari kandungan mineral yang strukturnya kristal heksagonal yang tersusun
dari silika trigonal yang terkristalisasi atau biasa disebut silikon dioksida/asam
silikat yang rumus kimianya yaitu SiO2, memiliki skala kekerasan Mohs 7 dan
26

densitas 2,65 g/cm³. Pasir silika berfungsi untuk menghilangkan kandungan


lumpur, tanah, partikel kecil dan sedimen pada air.
Gambar 2.7 merupakan pasir silika yang akan digunakan peneliti dalam
media penyaring.

Gambar 2.7 Pasir Silika

2.1.6.2 Sabut Kelapa

Sabut kelapa adalah jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai biomassa
penjerap logam pada alat filter penjernih air. Sabut kelapa (Cocos nucifera)
pernah diteliti berkaitan dengan potensinya sebagai biosorben dan bioakumulator
logam berat, di antaranya karena memiliki persentase material dinding sel sebagai
sumber pengikatan logam yang tinggi dan juga biomassa (Pinandari, 2011).

Mawar D. Silalahi (2007) telah meneliti pemanfaatan sabut kelapa untuk


menurunkan kadar Mn (II) dalam air sumur di wilayah Jakarta. Hasil penelitian
sebelumnya dengan metode pengguncangan mekanik (shaker) didapatkan bahwa
penyisihan Mn (II) dari air sumur untuk sabut kelapa tanpa perlakuan jauh lebih
besar daripada sabut kelapa perlakuan yaitu 99.56% terhadap 30%. K.
Gopalakrishnan (2009) meneliti kemampuan sabut kelapa yang diaktifkan dalam
menurunkan Zn (II), Cu (II) dan Cr (VI) pada limbah industry tekstil. Penelitian
lain juga menyebutkan serbuk sabut kelapa (coco peat) dapat menyerap air, oli, Fe
(II) dan Mn (II) (Gopalakrishnan et al, 2009; Silalahi et al, 2007; Subiyanto et al,
2003; Awang et al, 2009).
27

Penelitian terdahulu membuktikan bahwa pemanfaatan biomassa


tumbuhan yang digunakan dalam filter biomassa berhasil menurunkan kadar
logam air gambut dengan debit rendah yaitu 100ml/24 jam. Penelitian pengolah
air asam tambang menggunakan kombinasi biomassa sabut kelapa (Cocos
nucifera) untuk menurunkan kadar logam (Cd, Fe, Cu), Total Padatan Tersuspensi
(TSS) dan meningkatkan pH. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan agar
ditemukan alternatif pengolahan air asam tambang yang efektif, murah dan mudah
dilakukan (Priyanto, 2009).
Gambar 2.8 merupakan sabut kelapa yang akan digunakan peneliti dalam
media penyaring.

Gambar 2.8 Sabut Kelapa

2.1.6.3 Karbon Aktif

Karbon aktif merupakan senyawa amorf yang dihasilkan dari bahan-bahan


yang mengandung karbon atau arang yang diperlakukan secara khusus untuk
mendapatkan daya adsorpsi yang tinggi. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan
senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada
besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap karbon aktif sangat
besar, yaitu 25- 1000% terhadap berat karbon aktif.

Beberapa manfaat yang diberikan oleh karbon aktif untuk penyaring dan
penjernih air adalah:
28

1. Menyerap bau, air sumur berbau biasanya akan diantisipasi dengan karbon
aktif atau arang aktif.
2. Menjernihkan, air keruh ditanggulangi dengan menggunakan karbon aktif.
Yakni dengan memanfaatkan pori-pori besar untuk menyerap sedimentasi
atau endapan yang terkandung di dalam air.
3. Mengambil klorin, klorin dalam air bisa terserap dalam karbon aktif.
4. Menciptakan rasa segar untuk air, air yang terasa hambar dan tidak enak
bisa diatasi dengan karbon aktif.
5. Bahan yang tidak bisa diserap, meskipun banyak kontaminan yang bisa
diserap, ternyata karbon aktif juga bisa meloloskan beberapa kandungan
air, di antaranya mineral, garam, dan senyawa anorganik.
Gambar 2.9 merupakan karbon aktif yang akan digunakan peneliti dalam
media penyaring.

Gambar 2.9 Karbon Aktif

2.1.6.4 Membran Keramik

Pada prinsipnya proses pemisahan dengan menggunakan membran adalah


proses pemisahan antara pelarut dengan zat terlarut. Pelarut dipisahkan dari zat
terlarut yang akan tertahan pada membran dan disebut dengan konsentrat,
sedangkan pelarut akan lolos melalui membran dan dinamakan permeat.
Kecepatan aliran komponen yang dipisahkan bergantung kepada jenis gaya
pendorong dan karakteristik membran. Jenis gaya pendorong yang ada pada
29

proses pemisahan dengan menggunakan membran yaitu perbedaan tekanan,


perbedaan konsentrasi, dan perbedaan temperatur (Citria Afrianty, 2012).

Gambar 2.10 merupakan membran keramik yang akan digunakan peneliti


dalam media penyaring.

Gambar 2.10 Membran Keramik

2.1.7 Tinjauan Umum Perusahaan

CV. Tahiti Coal merupakan perusahaan yang bergerak dibidang


pertambangan, lahan yang di kelola CV. Tahiti Coal dulunya merupakan tanah
Ulayat Kolok, Sijantang. Dimana pada awal tahun 2005 PT. Bukit Asam sebagai
perusahaan yang terlebih dahulu melaksanakan kegiatan penambangan melakukan
pelepasan lahan kepada pemerintah daerah Sawahlunto. CV. Tahiti Coal telah
melakukan kegiatan penambangan batubara sejak tahun 2005 setelah memperoleh
kuasa pertambangan eksploitasi berdasarkan keputusan Walikota Sawahlunto
Nomor 05.29 Perindakop tahun 2005, tentang pemberian izin kuasa
pertambangan.

Operasi produksi batubara berdasarkan keputusan Walikota Sawahlunto


dengan Nomor 05.77. Perindakop tahun 2010 dan dilanjutkan dengan
perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi produksi dengan Nomor
05.90. Perindakop tahun 2010, tanggal 21 Oktober 2010 seluas 53,80 Ha dengan
30

masa berlaku selama 8 (delapan) tahun. Secara administrasi lokasi izin tersebut
berada di Sangkar Puyuh, Desa Sikalang, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto,
Provinsi Sumatera Barat. Bahan galian yang ditambang oleh CV. Tahiti Coal
terbagi dalam dua seam diantaranya seam A dan seam C, seam A dengan kalori
7.650 kkal/Kg sedangkan seam C dengan kalori 7.056 Kkal/Kg.

Pada tahun 2005 CV. Tahiti Coal memulai penambangan dengan metode
penambangan tambang terbuka (open pit) dan penambangan open pit berakhir
pada tahun 2013 dikarenakan tidak ekonomisnya penambangan batubara (SR
semakin tinggi). Penambangan dilanjutkan dengan metode tambang bawah tanah
dengan tiga tunnel, yaitu tunnel THC 01, tunnel THC 02, dan tunnel THC 03.

2.1.7.1 Geologi dan Stratigrafi

Lokasi penambangan batubara CV. Tahiti Coal terletak dibagian barat


formasi bawah ombilin dan terdapat pada formasi batuan yang dikenal dengan
nama formasi Sangkerawang. Secara umum lapisan tanah penutup batubara terdiri
dari batu lempung (claystone), batu pasir (sandstone), dan batu lanau (siltstone).
Secara umum, formasi penyusun yang ada disekitar lokasi CV. Tahiti Coal adalah
sebagai berikut:
1. Formasi Batu Apung (Qpt)
Formasi ini berada pada sisi utara berada antara formasi ombilin atas dan
formasi ombilin bawah. Formasi batu apung tersusun atas batuan batu
apung yang didalam terdapat kaca kelaran.
2. Formasi Atas Ombilin (Tmou)
Formasi ombilin atas terdiri atas batuan lempung dan napal dengan sisipan
batu pasir, konglongmerat mengandung kapur berfosil.
3. Formasi Bawah Ombilin (Tmol)
Formasi bawah ombilin secara umum terdiri atas batuan batu pasir kuarsa
mengandung mika sisipan arkose, serpih lempungan, konglongmerat
kuarsa.
31

4. Formasi Sangkerawang (Tos)


Formasi sangkerawang secara umum batuannya terdiri atas batuan serpih
napalan, batu pasir arkose dan breksi andesit.
5. Formasi Brani (Tob)
Batuan pada formasi brani terdiri atas batuan konglongmerat dengan
didipan batupasir.
6. Formasi Batu Gamping Silungkang (Psl)
Formasi ini umumnya merupakan formasi dengan batuan batu gamping
mengandung sisipan tipis serpih, batu pasir dan tuf.
7. Formasi Silungkang (Ps)
Formasi silungkang merupakan formasi yang berada sebagian besar di
bagian selatan kota sawahlunto dengan susunan batuan berupa andesit
hornblende, andesit augit, meta andesit, dengan sisipan tipis tuf, batu
gamping serpih dan batu pasir, gamping pasiran, batu pasir gampingan dan
serpih lempung.
Gambar 2.11 merupakanpeta geologi regional CV. Tahiti Coal.

Sumber: CV. Tahiti Coal


Gambar 2.11 Peta Geologi Regional CV. Tahiti Coal
32

Secara regional stratigrafi Sawahlunto dapat dibagi menjadi dua bagian


utama yaitu kelompok batuan Pra-Tertier dan kelompok batuan Tertier.

1. Kelompok Batuan Pra Tersier terdiri dari:


a. Formasi Silungkang
Formasi ini dibedakan menjadi empat satuan, yaitu lava andesit, lava
basalt, tufa andesit dan tufa basalt, formasi ini diperkirakan berumur
Perm sampai Trias.
b. Formasi Tuhur
Formasi ini dicirikan oleh lempung abu-abu kehitaman berlapis baik
dengan sisipan-sisipan batu pasir dan batu gamping hitam, formasi ini
diperkirakan berumur Trias.
2. Kelompok Batuan Tersier terdiri dari:
a. Formasi Sangkarewang
Formasi ini terutama terdiri dari serpihan gamping sampai napal
berwarna cokelat kehitaman, berlapis halus dan mengandung fosil ikan
serta tumbuhan yang diendapkan pada lingkungan air tawar, formasi
ini diperkirakan berumur Paleosen.
b. Formasi Sawahlunto
Formasi ini merupakan formasi paling penting karena mengandung
batubara, yang dicirikan dengan adanya batu lanau, batu lempung, dan
berselingan dengan batubara. Formasi ini diendapkan pada lingkungan
sungai, formasi ini diperkirakan berumur Eosen.
c. Formasi Brani
Formasi ini terdiri dari konglomerat dan batu pasir kasar yang
berwarna cokelat keunguan, dengan kondisi terpilah baik, padat, keras
dan umumnya memperlihatkan adanya suatu perlapisan, formasi ini
diperkirakan berumur Paleosen.
33

d. Formasi Sawah tambang


Bagian bawah formasi ini dicirikan oleh beberapa siklus endapan yang
terdiri dari batu pasir konglomerat tanpa adanya sisipan lempung atau
batu lanau, umur formasi ini diperkirakan Oligosen.
e. Formasi Ombilin
Formasi ini terdiri dari lempung gampingan, napal dan pasir
gampingan yang berwarna abu-abu kehitaman, berlapis tipis dan
mengandung fosil, umur dari formasi ini diperkirakan Miosen bawah.
f. Formasi Ranau
Formasi ini terdiri dari tufa, batu apung berwarna abu-abu kehitaman,
umur dari formasi ini diperkirakan Pleistosen.
Gambar 2.12 merupakan log stratigrafi formasi kota sawahlunto.

CV.Tahiti Coal

Sumber: CV. Tahiti Coal


Gambar 2.8 Log Stratigrafi Formasi Kota Sawahlunto
34

Dari eksplorasi terdahulu, pada saat penambangan telah diketahui, terdapat


tiga lapisan (seam) batubara yang dapat di tambang (mineable) dengan metode
tambang dalam. Lapisan tersebut adalah seam A dan seam C dengan kemiringan
masing-masing 15˚ - 30˚.
1. Lapisan Batubara A
Lapisan batubara seam A merupakan lapisan batubara terbawah (di bawah
seam C), lapisan batubara ini memilki kemiringan relatif seragam antara
15˚-30˚ dan dalam desain digunakan kemiringan sebesar 6˚-12˚ dengan
ketebalan rata-rata 2,4 m. Posisi lapisan seam A berada 4-12 m di bawah
lapisan seam C.
2. Lapisan Batubara C
Lapisan batubara seam C yang akan di tambang dengan metode tambang
dalam memiliki ketebalan rata-rata 1,9 m. Posisi lapisan tepat di atas roof
seam C terdapat clay dengan ketebalan 3-5 m.
2.1.7.2 Kondisi Hidrogeologi Regional

Berdasarkan Peta Hidrogeologi Purwanto S. dan Sallahudin Arief kondisi


hidrogeologi daerah penelitian termasuk kedalam akuifer dengan produkfitas kecil
dan air tanah langka. Akuifer ini terdapat pada zona pelapukan; air tanah dangkal
dalam jumlah terbatas masih dapat diperoleh. Komposisi litologi batuan dan
kelulusannya terdiri dari:
1. Tufa asam berbatu apung, batu pasir, batu pasir tufaan dan batu pasir
kuarsa. Sebagian mengandung sisipan lignit, arkose, serpih lempungan,
konglomerat kuarsadan lapisan batubara. Kelulusan rendah, setempat
kelulusan sedang pada zona pelapukan.
2. Lapisan terlipat.
3. Serpih, batu lempung, batu gamping napalan, napal, serpih napalan, napal
lempungan dan batu sabak. Sebagian mengandung sisipan lignit, batu
pasir, tufa andesit, konglomerat, batu pasir tufaan, rijang, radiolarit, kuarsit
dan batu lanau.
35

4. Batu lanau kelulusan rendah setempat, kelulusan sedang pada zona


pelapukan.
Gambar 2.13 merupakan peta hidrogeologi regional CV. Tahiti Coal.

Sumber: CV. Tahiti Coal


Gambar 2.13 Peta Hidrogeologi Regional
2.1.7.3 Cara Penanganan Air Asam Tambang

CV. Tahiti Coal melakukan sistem dewatering dengan cara menampung


air tanah dan air rembesan yang masuk ke area tambang dalam kedalam sump. Air
tersebut dipompa keluar area tambang dalam dan ditampung ke setling pond
untuk pengendapankan kandungan air yang ada di dalam tambang lalu dialirkan
menuju badan sungai yang mengacu berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batubara.
36

Gambar 2.14 merupakan sump yang ada di CV. Tahiti Coal.

Gambar 2.14 Sump

Setling pond yang ada di CV. Tahiti Coal saat ini sebanyak tiga setling
pond. Dan setling pond yang akan penulis ambil sampel air asamnya berada pada
setling pond 1 terletak di samping THC 01 dengan panjang 63 meter, lebar 20,2
meter dan tinggi 4 meter.
Gambar 2.15 merupakan setling pond 1 yang ada di CV. Tahiti Coal.

Gambar 2.15 Setling Pond 1 CV. Tahiti Coal


37

Gambar 2.16 merupakan setling pond 2 yang ada di CV. Tahiti Coal.

Gambar 2.16 Setling Pond 2 CV. Tahiti Coal

Gambar 2.17 merupakan setling pond 1 yang ada di CV. Tahiti Coal.

Gambar 2.17 Setling Pond 3 CV. Tahiti Coal


2.1.7.4 Kualitas Batubara

Menurut klasifikasi American Society For Testing And Materials (ASTM),


batubara CV. Tahiti Coal termasuk ke dalam tingkat bituminus high volatil
dengan nilai kalori 6.800–7.200 Kkal/kg. Hasil ini didapat dari analisa proximate
(analisa komponen pembentuk batubara) dan analisa ultimate (analisa unsur-unsur
kimia yang terkandung pada batubara) yang menunjukkan kadar belerang dan
kadar abu yang rendah, sedangkan bobot isi rata-rata batubara dari hasil eksplorasi
adalah 1,3 ton/m3.
38

Tabel 2.4 merupakan analisa sampel batubara seam A CV. Tahiti Coal.
Tabel 2.4 Analisa Sampel Batubara Seam A CV. Tahiti Coal
No Parameter Satuan Rata-rata
1 Total moisture (AR) (%) 5.77
2 Proximate analisis
(ABD)
a. Inherent moisture (%) 5.71
b. Volatile moisture (%) 36.67
c. Ash content (%) 14.29
d. Fixed carbon (%) 44.96
3 Calori value (ADB) Kcal/kg 7.056-7.650
4 Total sulfur (%) 0.22-0.71
5 Coal rank - Subbituminu
s
Sumber: CV. Tahiti Coal

Keterangan:
1. As Received (AR), yaitu batubara yang masih mengandung air total.
2. Air Dried Base (ADB), yaitu kondisi batubara yang telah dikeringkan
tetapi masih mengandung air (Inherent Moisture).
3. Dry Base (DB), yaitu kondisi batubara kering.
4. Day Ash Free (DAF), yaitu kondisi batubara yang hanya mengandung
volatile matter dan fixed carbon serta bebas dari kandungan air dan
kandungan abu.
5. Dry Mineral Matter Free (DMMF), yaitu kondisi batubara yang bebas dari
total moisture dan bahan anorganik dalam batubara.
2.2 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dari penelitian ini adalah seperti gambar 2.7


dibawah ini.
39

Berikut merupakan kerangka konseptual dari penelitian:

INPUT PROSES OUTPUT

Data terdiri dari: Proses pengolahan Hasil analisis:


1. Data Primer data: 1. Mengetahui nilai
Data yang 1. Menghitung dan pH dan Total
diperoleh menganalisis Suspended Solid
langsung dari nilai pengaruh (TSS)
lapangan: pH air dan Total berdasarkan
- Nilai pH. Suspended Solid media filter
- Total (TSS) dengan (pasir silika,
Suspended menggunakan pH sabut kelapa,
Solid (TSS). meter dan karbon aktif
- Kandungan pengujian
dan membran
logam Besi laboratorium
keramik).
(Fe) dan Balai Riset Dan
2. Mengetahui
Mangan Standardisasi
kandungan
(Mn). Industri Padang
logam (Fe dan
- Dimensi dengan
Mn)
setling pond 1 persamaan (2.1).
berdasarkan
2. Data Sekunder 2. Menghitung dan
Data yang menganalisis media filter
dijadikan nilai pengaruh (pasir silika,
pendukung kandungan logam sabut kelapa,
untuk berat (Fe dan karbon aktif
memperkuat Mn) dengan dan membran
penelitian: pengujian keramik).
- Peta laboratorium
hidrogeologi Balai Riset Dan
regional Standardisasi
Industri Padang.

Gambar 2.18 Kerangka Konseptual


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian terapan


(applied research). Penelitian terapan adalah penelitian yang dikerjakan dengan
maksud untuk menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori
yang diterapkan dalam pemecah permasalahan teknis. Menurut Sugiyono (2009:9)
penelitian terapan adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan menerapkan,
menguji dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam
memecahkan masalah-masalah praktis. Penelitian terapan ini bertujuan untuk
menemukan pengetahuan yang secara praktis dapat diaplikasikan. Hasil dari
penelitian yang dilakukan tidak perlu sebagai suatu penemuan baru, akan tetapi
merupakan aplikasi yang baru dari penelitian yang telah ada.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Riset Dan Standardisasi
Industri Padang dan perusahaan tambang CV. Tahiti Coal yang secara
administrasi penambangan termasuk dalam wilayah Kecamatan Talawi, Kota
Sawahlunto, Sumatera Barat. Secara geografis wilayah penambangan terletak
pada koordinat 100°45’10” BT – 100°45’40” BT dan 00°37’20” LS - 00°37’50”
LS. Lokasi tambang terletak kurang lebih 100 km arah timur laut dari kota
Padang dan dapat dicapai melalui jalan raya Padang - Solok - Sawahlunto (100
km). Dari kota Sawahlunto lokasi tambang dapat dicapai melalui jalan kota
Sawahlunto - Talawi. Lokasi dapat dicapai dengan perjalanan darat selama 2 s.d 3
jam.

3.2.2 Waktu Penelitian


Waktu dalam penelitian tugas akhir ini dilaksanakan pada tanggal 29 Juni
2020 sampai tanggal 17 Juli 2020.
Gambar 3.1 merupakan lokasi kesampaian daerah.

40
41

Gambar 3.1 Lokasi Kesampaian Daerah

3.3 Variabel Penelitian


Variabel penelitian merupakan sebab serta akibat yang terjadi serta melatar
belakangi dilakukannya sebuah penelitian. Pada dasarnya variabel penelitian
adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulan. (Sugiyono, 2012).
Pada peneltian ini yang menjadi variabel penelitian ada dua yaitu variabel
independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat) seperti
keterangan berikut ini:
1. Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu adanya air limbah keruh berwarna kecoklatan dan coklat
kemerahan, terdapat karat pada mesin air yang dikarnakan air limbah
mengandung logam, serta masih terdapatnya kadar logam berat seperti
besi (Fe) dan Mangan (Mn).
42

2. Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi


atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen. Variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dimensi setling pond
1, menganalisis nilai pengaruh pH, Total Suspended Solid (TSS) dan
kandungan logam berat (Fe dan Mn) dengan menggunakan pH meter dan
pengujian laboratorium Balai Riset Dan Standardisasi Industri Padang.
3.4 Jenis Data, Sumber Data Dan Instrumen Penelitian
3.4.1 Jenis Data
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis data yaitu:
1. Data Primer
Jenis data ini merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek
penelitian melalui pengamatan langsung dilapangan dan data laboratorium
Balai Riset Dan Standardisasi Industri Padang. Berikut beberapa data
primer yang digunakan:
1. Nilai pH.
2. Total Suspended Solid (TSS).
3. Kandungan logam Besi (Fe) dan Mangan (Mn).
2. Data Sekunder
Jenis data ini diperoleh dari studi kepustakaan dan arsip perusahaan.
Berikut beberapa data sekunder yang digunakan:
a. Peta Hidrogeologi Regional.
3.4.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain berasal dari
data pengukuran langsung dilapangan untuk mendapatkan nilai Ph, pengujian
dilaboratorium Balai Riset Dan Standardisasi Industri Padang untuk mendapatkan
nilai Total Suspended Solid dan kandungan logam (Fe dan Mn). Data sekunder
berupa peta kesampaian daerah, peta geologi regional, peta stratigrafi dan peta
hidrogeologi regional yang diperoleh dari studi kepustakaan dan arsip milik
perusahaan.
43

3.4.3 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah sebuah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai
tujuan penelitian. Tahapan instrumen penelitian sebagai berikut:
1. Bahan yang digunakan untuk membran keramik
a. Tanah liat
b. Tepung tapioka
c. Serbuk besi
Gambar 3.2 merupakan skema rancangan membran keramik yang akan di
buat oleh peneliti.

Gambar 3.2 Skema Rancangan Membran Keramik


2. Media penyaringan air asam tambang
a. Pasir silika
b. Sabut kelapa
c. Karbon aktif
d. Membran keramik
3. Membuat rangkaian alat penelitian
1. Toples
2. Kran air
3. Kayu
44

Gambar 3.3 merupakan skema rangkaian alat penelitian yang akan


digunakan peneliti.

Gambar 3.3 Skema Rankaian Alat Penelitian


4. Nilai pH
a. pH meter digital
b. Air asam tambang
c. Kertas tisu
5. Total Suspended Solid (TSS)
a. Cawan petri
b. Kertas saring
c. Aquades
d. Oven
e. Desikator
f. Timbangan
g. Labu ukur 250 Ml
h. Gelas beker 200 Ml
i. Corong
j. Air asam tambang
6. Kandungan logam Besi (Fe) dan Mangan (Mn)
a. Meja asam
b. Hotplate
c. Gelas beker 500 Ml
d. Pipet ukur 5 Ml
45

e. 5 mL asam nitrat (HNO3)


f. Labu ukur 50 Ml
g. Aquades
h. Air asam tambang.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tahapan pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Pengambilan sampel air asam tambang pada setling pond 1 CV. Tahiti
Coal sebanyak 6 liter pada 2 titik lokasi pengambilan sampel yaitu pada
inlet dan outlet. Dimensi setling pond 1 CV. Tahiti Coal panjang 63 meter,
lebar 20,2 meter dan tinggi 4 meter.
Gambar 3.4 merupakan setling pond 1 CV. Tahiti Coal dalam
pengambilan sampel air asam tambang.

20,2 meter

63 meter

Gambar 3.4 Setling Pond 1 CV. Tahiti Coal


2. Rangkaian alat penelitian
Pada rangkaian alat penelitian nanti, peneliti akan menampung air asam
tambang pada toples berkapasitas 3-4 liter dan dialirkan melewati
rangkaian alat. Aliran air yang melalui rangkaian alat melalui empat buah
filter yaitu pasir silika, sabut kelapa, karbon aktif dan membran keramik.
Setelah memalui empat buah filter maka air asam tambang dialirkan ke
46

toples penampung akhir. Air asam tambang yang telah di filter nanti akan
di ambil sebanyak 500 ml pada setiap media fiilter.
Gambar 3.5 merupakan rangkaian alat penelitian yang akan digunakan
peneliti.

Gambar 3.5 Rankaian Alat Penelitian

3. Pembuatan Membran Keramik


Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pembuatan media filter
membran keramik:
a. Tanah liat diiris tipis-tipis, lalu dijemur untuk menguapkan kandungan
airnya selama dua hari.
Gambar 3.6 merupakan tanah liat yang diiris tipis-tipis dalam proses
pembuatan membran keramik.

Gambar 3.6 Tanah Liat Yang Diiris Tipis-tipis


47

Kemudian tanah liat ditumbuk dan diayak menjadi tepung dengan


ukuran 500µm. Ukuran ayakkan dari atas ke bawah terdiri dari 3.5 cm,
2.5 cm, 1 cm, 0.5 cm dan 0,5 mm.
Gambar 3.7 merupakan proses pengayakan tanah liat dalam proses
pembuatan membran keramik.

Gambar 3.7 Proses Pengayakan


b. Tepung tapioka diayak dengan ukuran 500µm.
c. Serbuk besi diayak dengan ukuran 500µm.
d. Campur ratakan tanah liat, tepung tapioka dan serbuk besi dengan
perbandingan 85%:12,5%:2,5%.
Gambar 3.8 merupakan proses penimbangan tanah liat, tepung
tapiokka dan serbuk besi.

Gambar 3.8 Penimbngan Tanah Liat, Tepung Tapioka Dan Serbuk Besi
e. Tambah sedikit air ke dalam adonan membran dan sambil diaduk rata.
f. Adonan membran dicetak dengan cetakan membran
48

Gambar 3.9 merupakan proses pencampuran dan pencetakan membran


keramik.

Gambar 3.9 Proses Pencampuran Dan Pencetakan Membran Keramik


g. Adonan dikeluarkan dari cetakan membran, kemudian dikeringkan
pada temperatur kamar selama 7 hari.
h. Membran dibakar pada suhu 600ºc selama ± 7 jam.
Gambar 3.10 merupakkan hasil membran keramik setelah dibakar

Gambar 3.10 Hasil Pembakaran Membran Keramik


4. Nilai pH
Pengujian pH yang dilakukan penulis mengacu pada SNI 06-6989.11-
2004. Dibawah ini merupakan prosedur yang perlu dilakukan untuk
menguji pH air asam tambang:
a. Lakukan kalibrasi alat dengan larutan penyangga.
b. Keringkan dengan kertas tisu selanjutnya bilas elektroda dengan
aquades.
c. Bilas elektroda dengan air asam tambang.
49

d. Celupkan elektroda ke dalam air asam tambang sampai pH meter


menunjukan pembacaan yang tetap.
e. Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.
Gambar 3.11 merupakan hasil pengujian pH sampel awal dengan pH
6,9.

Gambar 3.11 pH Sampel Awal


Gambar 3.12 merupakan hasil pengujian pH setelah melewati pasir
silika dengan pH 7,62.

Gambar 3.12 pH Pasir Silika


Gambar 3.13 merupakan hasil pengujian pH ssetelah melewati sabut
kelapa dengan pH 7,78.
50

Gambar 3.13 pH Sabut Kelapa


Gambar 3.14 merupakan hasil pengujian pH setelah melewati karbon
aktif dengan pH 7,47.

Gambar 3.14 pH Karbon Aktif


Gambar 3.15 merupakan hasil pengujian pH setelah melewati
membran keramik dengan pH 7,62.

Gambar 3.15 pH Membran Keramik


51

5. Total Suspended Solid (TSS).


Prosedur pengujian dilakukan guna mendapatkan hasil nilai Total
Suspended Solid yang mengacu pada SNI 06-6989.3-2004. Dibawah ini
merupakan prosedur yang perlu dilakukan.
a. Bilas cawan petri dan kertas saring dengan aquades.
Gambar 3.16 merupakan kertas saring yang digunakan dalam
pengujian TSS.

Gambar 3.16 Kertas Saring


b. Kertas saring di oven pada suhu 105ºc selama 1 jam.
Gambar 3.17 merupakan proses pengovenan kertas saring dalam
pengujian TSS.

Gambar 3.17 Pengovenan Kertas Saring


c. Kertas saring yang telah di oven didinginkan dalam desikator selama
30 menit.
d. Ditimbang kertas saring, dicatat berat awalnya.
e. Letakkan kertas saring yang sudah di timbang beratnya di corong dan
di letak labu ukur dibawahnya.
52

f. Sampel air asam tambang yang akan diperiksa diambil sebanyak 200
mL menggunakan gelas beker, kemudian di saring dengan
menggunakan kertas saring yang sudah di timbang beratnya.
Gambar 3.18 merupakan proses penyaringan kertas saring dalam
pengujian TSS.

Gambar 3.18 Penyaringan Kertas Saring


g. Dioven kembali kertas saring tersebut dengan suhu 105ºc selama 1
jam.
h. Kertas saring yang telah di oven didinginkan dalam desikator selama
30 menit.
i. Timbang berat akhir kertas saring dengan isinya dan dicatat beratnya.
Gambar 3.19 merupakan proses penimbangan kertas saring dalam
pengujian TSS.

Gambar 3.19 Penimbangan Kertas Saring


6. Kandungan logam Besi (Fe) dan Mangan (Mn).
Prosedur pengujian dilakukan guna mendapatkan hasil nilai kandungan
logam (Fe dan Mn) yang mengacu pada SNI 6989.4-2009 dan SNI 6989.5-
2009. Dibawah ini merupakan prosedur yang perlu dilakukan.
53

a. Homogenkan air asam tambang, masukkan kedalam gelas beker 500


mL.
Gambar 3.20 merupakan proses pengukuran volume air asam tambang
dalam pengujian kandungan logam besi (Fe) dan mangan (Mn).

Gambar 3.20 Pengukuran Volume Air Asam Tambang


b. Tambahkan 5 mL HNO3 dan tutup dengan kaca arloji.
c. destruksi di hotplate sampai sisa volume 20 mL.
Gambar 3.21 merupakan proses destruksi air asam tambang di
hotplate dalam pengujian kandungan logam besi (Fe) dan mangan
(Mn).

Gambar 3.21 Destruksi Air Asam Tambang


d. Bilas kaca arloji dengan aquades dan masukan air bilasannya kedalam
gelas beker 500 mL.
e. Pindahkan air asam tambang kedalam labu ukur 50 mL.
Gambar 3.22 merupakan proses pemindahan air asam tambang dalam
pengujian kandungan logam besi (Fe) dan mangan (Mn).
54

Gambar 3.22 Sampel Air Asam Tambang


f. Lakukan pembacaan nilai Fe dan Mn Spektrofotometri Serapan Atom
(SSA).
Gambar 3.23 merupakan proses pembacaan deret standar dalam
pengujian kandungan logam besi (Fe) dan mangan (Mn).

Gambar 3.23 Pembacaan Deret Standar


3.6. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
3.6.1. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara dan
proses untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan tujuan
yang sudah ditetapkan. Adapun teknik pengolahan data yang dilakukn penulis
dalam penelitian ini antara lain adalah:
1. Nilai pH Dan Total Suspended Solid (TSS).
a. Pemfilteran hasil pengukuran pH dan Total Suspended Solid.
b. Mentabulasi hasil pengukuran nilai pH dan Total Suspended Solid.
c. Menghitung nilai Total Suspended Solid dengan persamaan 2.1.
d. Membuat grafik perubahan pH dan Total Suspended Solid
menggunakan Microsoft Excel.
55

e. Membandingkan hasil pengujian terhadap Kepmen Lingkungan Hidup


Nomor 113 Tahun 2003.
2. Kandungan logam Besi (Fe) dan Mangan (Mn).
a. Pemfilteran hasil pengukuran pH dan Total Suspended Solid.
b. Mentabulasi hasil pengukuran nilai pH dan Total Suspended Solid.
c. Membuat grafik perubahan pH dan Total Suspended Solid
menggunakan Microsoft Excel.
d. Membandingkan hasil pengujian terhadap Kepmen Lingkungan Hidup
Nomor 113 Tahun 2003.
3.6.2 Analisis Data
Setelah data dikumpul dan diolah, maka penulis melakukan analisis
menggunakan Keputusan Mentri Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan Atau Kegiatan Pertambangan
Batubara sebagai acuan syarat kualitas air untuk pertambangan batubara.
3.7. Kerangka Metodologi
Adapun langkah-langkah penelitian yang digunakan penulis dapat dilihat
pada kerangka metodologi berikut ini:
Studi Literatur

1. Buku dan jurnal yang berhubungan dengan air asam


tambang
2. Data arsip perusahaan CV. Tahiti Coal.

Identifikasi Masalah

1. Adanya air limbah keruh berwarna kecoklatan dan coklat


kemerahan.
2. Adanya karat pada mesin air yang dikarnakan air limbah
mengandung logam.
3. Masih terdapatnya kadar logam berat seperti besi (Fe) dan
Mangan (Mn).

A
56

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengaruh pH air dan Total Suspended Solid


(TSS) air limbah CV. Tahiti Coal berdasarkan media filter.
2. Menganalisis pengaruh kandungan logam berat (Fe dan Mn)
dari air limbah CV. Tahiti Coal berdasarkan media filter.

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

1. Nilai pH. 1. Peta hidrogeologi


2. Total Suspended Solid regional.
(TSS).
3. Kandungan logam Besi
(Fe) dan Mangan (Mn).
4. Dimensi setling pond 1.

Pengolahan Data

1. Pengolahan nilai pH dilakukan secara langsung dengan alat pH


meter.
2. Pengolahan Total Suspended Solid (TSS) dilakukan di laboratorium
Balai Riset Dan Standardisasi Industri Padang dengan persamaan
(2.1).
3. Pengolahan logam berat (Fe dan Mn) dengan pengujian laboratorium
Balai Riset Dan Standardisasi Industri Padang.

A
57

Analisa Data

Data yang di peroleh kemudian dianalisis menggunakan Keputusan


Mentri Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 sebagai acuan syarat
kualitas air untuk pertambangan batubara.

Hasil

Mengetahui nilai pH, Total Suspended Solid (TSS) dan


logam berat (Fe dan Mn) berdasarkan media filter pada
proses penetralan air asam tambang di CV. Tahiti Coal.

Gambar 3.24 Diagram Alir Penelitian


BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data


Sebelum melakukan pengolahan nilai pH, Total Suspended Solid (TSS)
dan kandungan logam (Fe dan Mn), terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data
yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekuder yang
bersumber dari pengamatan langsung di lapangan dan arsip perusahaan, adapun
data-data tersebut berupa:
4.1.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung dilapangan
dan data laboratorium Balai Riset Dan Standardisasi Industri Padang.
1. Nilai pH.
Berdasarkan pengujian langsung dengan menggunakan alat pH meter nilai
pH diperoleh seperti tabel 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1 Nilai pH Awal
Media pH

Sampel awal 6,90

2. Total Suspended Solid (TSS).


Berdasarkan pengujian laboratorium Balai Riset Dan Standardisasi
Industri Padang nilai TSS diperoleh seperti tabel 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.2 Kadar TSS Awal
Media TSS (mg/l)

Sampel awal 74,25

3. Kandungan logam Besi (Fe) dan Mangan (Mn).


Berdasarkan pengujian laboratorium Balai Riset Dan Standardisasi
Industri Padang kadar logam besi dan mangan diperoleh seperti tabel 4.3
dibawah ini:

58
59

Tabel 4.3 Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Awal


Media Besi (Fe) Mangan (Mn)
(mg/l) (mg/l)

Sampel awal 0,3822 0,7631

4. Dimensi setling pond 1 CV. Tahiti Coal


Berdasarkan pengujian langsung didapat dimensi setling pond 1 panjang
63 meter, lebar 20,2 meter dan tinggi 4 meter.
4.1.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang bersumber dari arsip dan literatur
perusahaan yang menyangkut kajian penelitian berupa :
1. Peta Hidrogeologi (Lampiran 11)
4.2 Pengolahan Data
Berdasarkan hasil pengumpulan data maka pengolahan data dapat
dilakukan sebagai berikut:
4.2.1 pH air dan Total Suspended Solid (TSS)
Pengujian sampel awal sebelum dilakukan penyaringan dengan
menggunakan alat filtrasi didapat kadar pH 6,9. Kadar sesudah melewati pasir
silika pH 7,62 dan kadar sesudah melewati sabut kelapa pH 7,78. Terjadi
peningkatan kadar pH pada pasir silika sebnyak 0,72 dan pada sabut kelapa
sebanyak 0,16. Sedangkan kadar sesudah melewati karbon aktif pH 7,47 dan
kadar sesudah melewati membran keramik pH 7,62. Terjadi penurunan kadar pH
pada karbon aktif sebanyak 0,31 dan peningkatan kadar pH pada membran
keramik sebanyak 0,15.
Tabel 4.4 merupakan nilai pH air berdasarkan media yang digunakan.
Tabel 4.4 Nilai pH Berdasarkan Media Yang Digunakan
Media pH

Sampel awal 6,90


Pasir silika 7,62
Sabut kelapa 7,78
Karbon aktif 7,47
60

Membran keramik 7,62

Pengujian sampel awal sebelum dilakukan penyaringan dengan


menggunakan alat filtrasi didapat kadar TSS 74,25 mg/l. Kadar sesudah melewati
pasir silika TSS 43 mg/l dan kadar sesudah melewati sabut kelapa TSS 30,75
mg/l. Terjadi penurunan kadar TSS pada pasir silika sebnyak 31,25 dan pada
sabut kelapa sebanyak 12,25. Sedangkan kadar sesudah melewati karbon aktif
TSS 30,25 mg/l dan kadar sesudah melewati membran keramik TSS 19,25 mg/l.
Terjadi penurunan kadar TSS pada karbon aktif sebanyak 0,5 dan pada membran
keramik sebanyak 11.
Tabel 4.5 merupakan kadar TSS berdasarkan media yang digunakan
Tabel 4.5 Kadar TSS Berdasarkan Media Yang Digunakan
Media TSS (mg/l)

Sampel awal 74,25


Pasir silika 43
Sabut kelapa 30,75
Karbon aktif 30,25
Membran keramik 19,25

4.2.2 Besi (Fe) dan Mangan (Mn)


Pengujian sampel awal sebelum dilakukan penyaringan dengan
menggunakan alat filtrasi didapat kadar Fe 0,3822 mg/l. Kadar sesudah melewati
pasir silika Fe 0,1865 mg/l dan kadar sesudah melewati sabut kelapa Fe 0,0837
mg/l. Terjadi penurunan kadar Fe pada pasir silika sebnyak 0,1957 dan pada sabut
kelapa sebanyak 0,1028. Sedangkan kadar sesudah melewati karbon aktif Fe
0,1028 mg/l dan kadar sesudah melewati membran keramik Fe 0,0188 mg/l.
Terjadi peningkatan kadar Fe pada karbon aktif sebanyak 0,0191 dan penurunan
kadar Fe pada membran keramik sebanyak 0,084.
Pengujian sampel awal sebelum dilakukan penyaringan dengan
menggunakan alat filtrasi didapat kadar Mn 0,7631 mg/l. Kadar sesudah melewati
pasir silika Mn 0,2122 mg/l dan kadar sesudah melewati sabut kelapa Mn 0,4416
mg/l. Terjadi penurunan kadar Mn pada pasir silika sebnyak 0,5509 dan
61

peningkatan kadar Mn pada sabut kelapa sebanyak 0,2294. Sedangkan kadar


sesudah melewati karbon aktif Mn 0,2496 mg/l dan kadar sesudah melewati
membran keramik Mn 0,2889 mg/l. Terjadi penurunan kadar Mn pada karbon
aktif sebanyak 0,192 dan peningkatan kadar Mn pada membran keramik sebanyak
0,0393.
Tabel 4.6 merupakan kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) berdasarkan media
yang digunakan
Tabel 4.6 Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Berdasarkan Media Yang
Digunakan
Media Besi (Fe) Mangan (Mn)
(mg/l) (mg/l)

Sampel awal 0,3822 0,7631


Pasir silika 0,1865 0,2122
Sabut kelapa 0,0837 0,4416
Karbon aktif 0,1028 0,2496
Membran keramik 0,0188 0,2889
BAB V
ANALISIS DATA

5.1 Analisis pH Air, Total Suspended Solid (TSS), Besi (Fe) dan Mangan
(Mn)
5.1.1 Analisa pH Air dan Total Suspended Solid (TSS)
Berikut ini adalah tabel 5.1 kadar air asam tambang berdasarkan media
yang digunakan dengan rangkaian alat filtrasi.
Tabel 5.1 Nilai pH Air dan Total Suspended Solid (TSS) Berdasarkan Media
Yang Digunakan
Media Waktu Alir Waktu Endap pH TSS (mg/l)
(menit) (menit)

Baku Mutu - - 6-9 400

Sampel awal - - 6,90 74,25


Pasir silika 9 15 7,62 43
Sabut kelapa 2 15 7,78 30,75
Karbon aktif 2 15 7,47 30,25
Membran kermik 1 15 7,62 19,25

Gambar 5.1 adalah grafik perubahan nilai pH berdasarkan media yang


digunakan.

pH
8
7.8 7.78
7.6 7.62 7.62
7.4 7.47
pH

7.2
7 pH
6.9
6.8
6.6
6.4
Sampel Pasir silika Sabut Karbon aktif Membran
awal kelapa keramik

Gambar 5.1 Grafik Nilai pH Berdasarkan Media Yang Digunakan


Gambar 5.1 menampilkan data berupa grafik yang menunjukan nilai
berdasarkan media yang digunakan untuk parameter pH. Dari grafik tersebut

62
63

dimana pH tertinggi terdapat pada sabut kelapa dengan pH sebesar 7,78.


Sedangkan pH terendah terdapat pada sampel awal dengan pH sebesar 6,9
Gambar 5.2 adalah grafik perubahan kadar Total Suspended Solid (TSS)
berdasarkan media yang digunakan.

TSS
80
74.25
70
60
TSS (mg/L)

50
40 43

30 30.75 30.25 TSS (mg/l)

20 19.25
10
0
Sampel Pasir silika Sabut Karbon Membran
awal kelapa aktif keramik

Gambar 5.2 Grafik Kadar TSS Berdasarkan Media Yang Digunakan


Gambar 5.2 menampilkan data berupa grafik yang menunjukan kadar
berdasarkan media yang digunakan untuk parameter Total Suspended Solid (TSS).
Dari grafik tersebut dimana TSS tertinggi terdapat pada sampel awal dengan TSS
sebesar 74,25 mg/l. Sedangkan TSS terendah terdapat pada membran keramik
dengan TSS sebesar 19,25mg/l.
5.1.2 Analisa Besi (Fe) dan Mangan (Mn)
Berikut ini adalah tabel 5.2 kadar air asam tambang berdasarkan media
yang digunakan dengan rangkaian alat filtrasi.
Tabel 5.2 Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Berdasarkan Media
Yang Digunakan
Media Waktu Alir Waktu Endap Fe Mn
(menit) (menit) (mg/l) (mg/l)

Baku Mutu - - 7 4

Sampel awal - - 0,3822 0,7631


Pasir silika 9 15 0,1865 0,2122
64

Sabut kelapa 2 15 0,0837 0,4416


Karbon aktif 2 15 0,1028 0,2496
Membran kermik 1 15 0,0188 0,2889

Gambar 5.3 adalah grafik perubahan kadar besi (Fe) berdasarkan media
yang digunakan.

Besi (Fe)
0.45
0.4 0.3822
0.35
0.3
Fe (mg/L)

0.25
0.2 0.1865
0.15
0.1 0.0837 0.1028 Besi (Fe) (mg/l)
0.05
0 0.0188

Gambar 5.3 Grafik Kadar Besi (Fe) Berdasarkan Media Yang Digunakan
Gambar 5.3 menampilkan data berupa grafik yang menunjukan kadar
berdasarkan media yang digunakan untuk parameter besi (Fe). Dari grafik tersebut
dimana Fe tertinggi terdapat pada sampel awal dengan Fe sebesar 0,3822 mg/l.
Sedangkan Fe terendah terdapat pada Sabut kelapa dengan Fesebesar 0,0837 mg/l.
Gambar 5.4 adalah grafik perubahan kadar kadar mangan (Mn)
berdasarkan media yang digunakan.
65

Mangan (Mn)
0.9
0.8 0.7631
0.7
Mn (mg/L)

0.6
0.5
0.4 0.4416
0.3
0.2 0.2122 0.2496 0.2889
Mangan (Mn) (mg/l)
0.1
0

Gambar 5.4 Grafik Kadar Mangan (Mn) Berdasarkan Media Yang


Digunakan
Gambar 5.4 menampilkan data berupa grafik yang menunjukan kadar
berdasarkan media yang digunakan untuk parameter mangan (Mn). Dari grafik
tersebut dimana Mn tertinggi terdapat pada sampel awal dengan Mn sebesar
0,7631 mg/l. Sedangkan Mn terendah terdapat pada Pasir silika dengan Mnsebesar
0,2122 mg/l.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang sudah dilakukan


maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penetralan air asam tambang menggunakan media filtrasi terjadi kenaikan


pH untuk pasir silika 7,62, sabut kelapa 7,78 dan membran keramik 7,62.
Sedangkan pH untuk media filter karbon aktif terjadi penurunan menjadi
7,47. Dan penetralan air asam tambang menggunakan media filtrasi terjadi
penurunan Total Suspended Solid (TSS) untuk pasir silika 43 mg/l, sabut
kelapa 30,75 mg/l, karbon aktif 30,25 mg/l dan membran keramik 19,25
mg/l. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 133
Tahun 2003 sebagai acuan dalam syarat kualitas air untuk pertambangan
batubara bahwa nilai pH berkisar pada 7–8 dan nilai Total Suspended
Solid berkisar pada 43 mg/l- 19,25 mg/l maka dapat disimpulkan berada
pada batas kadar yang ditetapkan.
2. Penetralan air asam tambang menggunakan media filtrasi terjadi
penurunan kadar besi (Fe) untuk pasir silika 0,1865 mg/l, sabut kelapa
0,0837 mg/l dan membran keramik 0,0188 mg/l. Sedangkan kadar besi
(Fe) untuk media filter karbon aktif terjadi kenaikan menjadi 0,1028 mg/l.
Dan penetralan air asam tambang menggunakan media filtrasi terjadi
penurunan kadar kadar mangan (Mn) untuk pasir silika 0,2122 mg/l dan
karbon aktif 0,2496 mg/l. Sedangkan kadar mangan (Mn) untuk media
filter sabut kelapa dan membran keramik terjadi kenaikan menjadi 0,4416
mg/l dan 0,2889 mg/l. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 133 Tahun 2003 sebagai acuan dalam syarat kualitas air untuk
pertambangan batubara bahwa kadar besi (Fe) berkisar pada 0,0837 mg/l-
0,1865 mg/l dan kadar mangan (Mn) berkisar pada 0,4416 mg/l- 0,2122
mg/l maka dapat disimpulkan berada pada batas kadar yang ditetapkan.

66
67

6.2 Saran

Dari hasil pengolahan dan analisa data yang telah dilakukan dapat
diajukan beberapa saranyakni sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan penambahan siklus (waktu


operasi) serta penambahan parameter berbeda seperti warna air, jumlah
dan jenis bakteri dan bau sehingga fungsi alat dan media filter sebagai
pemurnian air dapat diketahui sudah sesuai atau belum dengan standar
baku mutu syarat kualitas air untuk pertambangan batubara.
2. Perusahaan perlu untuk melakukan pengecekan pH, Total Suspended Solid
air setiap hari, khususnya sehabis hujan atau minimal satu kali dalam
sebulan yang tertera dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
133 Tahun 2003.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianty, Citria, dkk. 2012. Pengolahan Limbah Air Asam Tambang


Menggunakan Teknologi Membran Keramik. Junal Teknik Kimia. No 3
Vol 18. Page 16-24.

Agmalini, Shinta, dkk. 2013. Peningkatan Kualitas Air Rawa Menggunakan


Membran Keramik Berbahan Tanah Liat Alam Dan Abu Terbang
Batubara. Junal Teknik Kimia. No 2 Vol 19. Page 59-68.

Arsip CV. Tahiti Coal, Tahun 2019.

Awang, dkk. 2009. Chemical And Physical Characteristic Of Cocopeat-Based


Media Mixtures And Their Effects On The Growth And Development
Of Celosia Cristata. American Journal Of Agricultular And
BiologicalSciences. 4 (1) Page 63-71

Basri, Hasan, dkk. 2018. Upaya Pemurnian Air Asam Tambang Dengan
Menggunakan Membran Keramikn Di PT. Surya Global Makmur,
Provinsi Jambi. Tugas Akhir. Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang.

Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC, Jakarta.

Gopalakrishnan, dkk. 2009. Biosorption Of Zn (II), Cu (II). And Cr (VI) From


Textile Dye Effluent Using Activated Coconut Fiber. Indian Journal Of
Science And Technology 2(8)

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. Nomor 113 Tahun 2003. Tentang Baku
Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan Atau Kegiatan Pertambangan Batubara.

Nasir ,Subriyer, dkk. 2014. Pengolahan Air Asam Tambang Dengan


Menggunakan Membran Keramik Berbahan Tanah Liat, Tepung
Jagung Dan Serbuk Besi. Junal Teknik Kimia. No 03 Vol 20, Page 22-30.

Nata ,Refky Adi, dkk. Media Filtrasi Untuk Penurunan Kandungan (Fe, Mn)
Serta pH Di PT. Allied Indo Coal Jaya Parambahan, Sawahlunto,
Sumatera Barat. Jurnal Bina Tambang. Vol 4 No 1. Page 182-186.

Prinandari, Anggriyani Wahyu, dkk. 2011. Uji Efektifitas Dan Efisiensi Filter
Biomassa Menggunakan Sabut Kelapa (cocos nucrifera) Sebagai
Bioremoval Untuk Menurunkan Kadar Logam (Cd, Fe, Cu), Total
Padatan Tersuspensi (TSS) Dan Meningkatkan pH Pada Limbah Air
Asam Tambang Batubara. Prestasi. Vol 1 No 1. Page 1-12.

Priyanto, RH. 2009. Modifikasi Filter Biomassa Menggunakan Eceng Gondok


Untuk Penuruunan Jumlah Zat Padat Terlarut Dan Peningkatan nilai
pH Air Gambut. Tugas Akhir. Universitas Lambung Mangkurat
Riko Ervil, dkk. 2019. Buku Pedoman Penulisan Kerja Praktik dan Tugas
Akhir Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang. Padang.

Rudy Sayoga Gautama. 2019. Pembentukan, Pengendalian dan Pengelolaan


Air Asam Tambang atau Acid Mine Drainage.

Sailalahi, dkk. 2007. Penyisihan Mn2+ Dalam Air Sumur Dengan


Memanfaatkan Sabut Kelapa. Tugas Akhir. Universitas Trisakti.

SNI 6989.59:2008. Tentang Metoda Pengambilan Contoh Air Limbah.

SNI 6989.11:2004. Tentang Cara Uji Derajat Keasaman (pH) Dengan


Menggunakan Alat pH Meter.

SNI 6989.3:2004. Tentang Cara Uji Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended
Soli, TSS) Secara Grafimetri.

SNI 6989.4:2009. Tentang Cara uji besi (Fe) secara spektrofotometri serapan
atom (SSA) - Nyala.

SNI 6989.5:2009. Tentang Cara uji Mangan (Mn) secara spektrofotometri serapan
atom (SSA) - Nyala.

Sugiharto,1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press, Jakarta

SNI 6989.5:2009. Tentang Cara uji Mangan (Mn) secara spektrofotometri serapan
atom (SSA) - Nyala.

Subiyanto, dkk. 2003. Pemanfaatan Serbut Sabut Kelapa Sebagai Bahan


Penyerap Air Dan Oli Berupa Panel Papan Paetikel. Journal Of Tropical
Wood Science And Technology.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung


Alfabeta

Tarigan, dkk. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended
Solid) Di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. Makara Sains. Vol 7 No 3.
Page 109-119.

Tjokrokusumo. 1995. Pengantar Konsep Teknologi Bersih. Yogyakarta. Tugas


Akhir. Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan, Yayasan Lingkungan Hidup.
LAMPIRAN 1
Rangkaian Alat Penelitian
LAMPIRAN 2
Skema Rancangan Membran Keramik
LAMPIRAN 3
Dokumentasi Proses Pembuatan Membran Keramik

Gambar 1.1 Tanah liat yang diiris Gambar 1.2 Proses pengayakan
tipis-tipis

Gambar 1.3 Penimbangan Tanah liat, Tepung tapioka dan serbuk besi

Gambar 1.4 Proses Pencampuran Gambar 1.5 Membran sesudah


dan Pencetakan Membran Keramik
dibakar
LAMPIRAN 4
Dokumentasi Pengujian Sampel Dengan pH Meter

Gambar 2.1 pH Sampel Awal Gambar 2.2 pH Pasir Silika

Gambar 2.3 pH Sabut Kelapa Gambar 2.4 pH Karbon Aktif

Gambar 2.5 pH Membran Keramik


LAMPIRAN 5
Dokumentasi Pengujian Total Suspended Solid (TSS) di BALAI RISET
DAN STANDARDISASI INDUSTRI PADANG

Gambar 3.1 Sampel Air Asam Gambar 3.2 Pengukuran Volume


Tambang Air Asam Tambang

Gambar 3.3 Kertas Saring Gambar 3.4 Proses Penyaringan

Gambar 3.5 Proses Pengovenan Gambar 3.6 Proses Penimbangan


Kertas Saring
LAMPIRAN 6
Dokumentasi Pengujian Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) di BALAI
RISETDAN STANDARDISASI INDUSTRI PADANG

Gambar 4.1 Sampel Air Asam Gambar 4.2 Pengukuran Volume


Tambang Air Asam Tambang

Gambar 4.3 Proses Destruksi Gambar 4.4 Deret Standar

Gambar 4.5 Pembaca Deret Gambar 4.6 Pembaca Sampel


Standar
LAMPIRAN 7
Dokumentasi Lapangan CV. Tahiti Coal

Gambar 5.1 Jalan Tambang Dalam Gambar 5.2 Bak Kontrol

Gambar 5.3 Pompa Air Gambar 5.4 Setling Pond 1

Gambar 5.5 Pengambilan Sampel Gambar 5.6 Pengukuran nilai pH


LAMPIRAN 8
Peta Kesampaian Daerah
LAMPIRAN 9
Peta Geologi Regional
LAMPIRAN 10
Peta Stratigrafi

CV.Tahiti
Coal
LAMPIRAN 11
Peta Hidrogeologi Regional

CV. TAHITI COAL


LAMPIRAN 12
Surat Selesai Penelitian
LAMPIRAN 13
Surat Izin Penelitian di laboratorium BALAI RISET DAN
STANDARDISASI INDUSTRI PADANG
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Silmi Hayati
NPM : 1610024427057
Program Studi : Teknik Pertambangan

Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya susun dengan judul :

“UPAYA PENETRALAN AIR ASAM TAMBANG DENGAN


MENGGUNAKAN MEMBRAN KERAMIK DI CV. TAHITI COAL
SAWAHLUNTO”

Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat skripsi
orang lain. Apabila kemudian dari pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan
gelar kesarjanaannya).

Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat digunakan
sebagaimana mestinya.

Padang, September 2020


Pembuat Pernyataan

Silmi Hayati
LEMBAR KONSULTASI

Nama : SILMI HAYATI


NPM : 1610024427057
Program Studi : Teknik Pertambangan
Judul : UPAYA PENETRALAN AIR ASAM TAMBANG DENGAN
MENGGUNAKAN MEMBRAN KERAMIK DI CV. TAHITI
COAL SAWAHLUNTO.

No Tanggal Catatan/saran/perbaikan paraf


1. 17 Maret 2020 1. Perbaiki masalah
2. Tambahkan jurnal internasional
3. Persentasi
4. Outline penelitian
2. 4 April 2020 1. Acc seminar Jurnal
3 17 Mei 2020 1. Tambahkan identifikasi masalah air
asam tambang yang benar-benar
terjadi di CV. Tahiti Coal.
4 29 Mei 2020 1. Acc bab 1
5 8 Juni 2020 1. Lanjut bab 3
6 12 juni 2020 1. Tinjauan umum perusahaan di buat
pada sub terakhir 2.1.6 sebelum
kerangka konseptual.
2. Lanjut bab 3
7 16 Juni 2020 1. Acc bab 2 dan 3
8 11 Juli 2020 1. Bedakan latar belakang antara
proposal dengan latar belakang
laporan tugas akhir pada laporan
tugas akhir harus ada data.
2. Pointkan batasan masalah.
9 30 Juli 2020 2. Tuliskan geometri lokasi dan
penjelasan lainnya tentang Setling
pond.
3. Bahan membran yang dipakai apa
saja.
4. Tambahkan pembahasan tentang
pasir silika, sabut kelapa, karbon
aktif dan membran keramik.
5. Tambahkan isi Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor
113 Tahun 2003
10 5 Agustus 2020 2. Perbaiki sistematika penulisan.
3. Tambahkan penjelasan dan kalimat
penghubung pada tabel.
4. Tambahkan landasan teori membran
keramik.
5. Tambahkan pembahasan tentang
dewatering, setling pond dan sump
pada tinjauan umum perusahaan.
6. Teknik pengolahan data disesuaikan
dengan tujuan penelitian
Tambahkan data pada data perimer.
11 6 Agustus 2020 3. Tampilkan ketiga dokumentasi
setling pond.
4. Kelompokkan data primer dan
pengolahan data.
5. Tambahkan tabel untuk nilai baku
mutu.
6. Tambahkan grafik untuk baku mutu.
7. Tambahkan abstrak.
12 8 Agustus 2020 1. Gunakan kalimat orang pertama,
kalimat pasif.
2. Spasi abstrak 1.
3. ACC

Padang, Agustus 2020


Dosen Pembimbing 1

RIAM MARLINA A, ST, MT


NIDN: 1027098501
LEMBAR KONSULTASI

Nama : SILMI HAYATI


NPM : 1610024427057
Program Studi : Teknik Pertambangan
Judul : UPAYA PENETRALAN AIR ASAM TAMBANG DENGAN
MENGGUNAKAN MEMBRAN KERAMIK DI CV. TAHITI
COAL SAWAHLUNTO.

No Tanggal Catatan/saran/perbaikan paraf


1 21 Maret 2020 1. Cari tau fungsi masing-masing
media filter
2. Cari tau tempat bembakaran
membran keramik dengan suhu
900ºc
2 4 April 2020 1. Perbaiki rumusan dan tujuan
penelitian
3 16 Juni 2020 3. Sub bab 1.7 penjelasannya
sampai ke bab kesimpulan dan
saran, bukan hanya sampai bab
III saja.
4. Pada bab II jelaskan macam-
macam instalasi pemurnian/
penyaringan air limbah, tidak
perlu ada sub bab yang
menjelaskan tentang tinjauan
perusahaan.
5. Diagram balok kerangka
konseptual hanya terdiri dari tiga
kotak bukan 6 kotak. Input,
proses dan output dimasukkan ke
masing- masing kotak tersebut.
6. Tidak ada data sekunder.
7. Jelaskan berapa jumlah sampel
yang direncanakan, setiap sampel
berapa liter jumlah air asam yang
digunakan.
4 17 Juni 2020 1. Lampirkan foto-foto dokumentasi
lokasi sumber air tambang dan
lokasi pengambilan sampel.
2. Acc seminar proposal.
5 27 Juli 2020 1. Lengkapi pembahasan tentang
membran keramik
6 28 Juli 2020 1. Sesuaikan format analisis pada
BAB IV dengan rumusan
masalah.
7 4 Agustus 2020 1. Gambar histogram 4.1 sampai 4.2
lengkapi keterangan pada sumbu
X dan sumbu Y nya.
2. Pada BAB V tidak perlu dibuat
regresi karna media penyaring
berbeda.
8 5 Agustus 2020 1. Semua kata “analisa” ganti
dengan “analisis”.
9 6 Agustus 2020 1. ACC

Padang, Agustus 2020


Dosen Pembimbing 2

Dr.Ir. Asep Neris B, M.si, M.Eng


NIDN: 0002096301
BIODATA

Nama Silmi Hayati


Jenis Kelamin Perempuan
Tempat/ Tgl Simpang Empat/ 14 Desembaer 1997
Lahir
Nomor Pokok 1610024427057
Mahasiswa
Program Studi Teknik Pertambangan
Alamat Jambak jlr 4 Timur, Kel Koto Baru, Kec Luhak
Nan Duo, Jorong Jambak, Kab Pasaman Barat,
Prov Sumatera Barat
Email/ No HP Silmihayati14@gmail.com
0812-6105-5247
Nama Orang Tua Ayah : Zakaria
Ibu : Gusna Erti A.Md
Pekerjaan Orang Ayah : Tani
Tua Ibu : Pegawai Negri Sipil
Riwayat TK : TK Amanah 2
Pendidikan SD : SDN 10 Luhak Nan Duo
SMP : SMP 1 Luhak Nan Duo
SMA: SMA 1 Luhak Nan Duo
Judul Skripsi Upaya Penetralan Air Asam Tambang Dengan
Menggunakan Membran Keramik Di CV.Tahiti
Coal Sawahlunto
Dosen Pembimbing 1 : Riam Marlina A, ST, MT
Pembimbing Pembimbing 2 : Dr.Ir. Asep Neris B,M.si,M.Eng
Tanggal Lulus 18 Agustus 2020
IPK 3,68
Predikat Lulus

You might also like