You are on page 1of 10

Reaktor, Vol. 15 No. 1, April 2014, Hal.

10-19

ADSORPSI LOGAM SENG DAN TIMBAL PADA LIMBAH CAIR


INDUSTRI KERAMIK OLEH LIMBAH TANAH LIAT

Cindy Rianti Priadi*), Anita, Putri Nilam Sari, dan Setyo Sarwanto Moersidik
Program Studi Teknik Lingkungan, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
Kampus Baru Universitas Indonesia, Depok, Indonesia 16424
*)
Penulis korespondensi: cindy.priadi@eng.ui.ac.id

Abstract

ADSORPTION OF ZINC AND LEAD FROM CERAMIC WASTEWATER USING CLAY.


Ceramic industry generates glaze wastewater and clay waste. Glaze wastewater contains heavy metal
from ceramic painting process which can potentially cause severe pollution problem. Glaze
wastewater from PT.X typically contains Cd (0.013 mg/L); Cu (0.033 mg/L); Pb (1.20 mg/L); and Zn
(7.00 mg/L). Clay waste used as adsorbent to reduce heavy metal amount in glaze wastewater. The
present study investigates in bench scale and uses batch adsorption method to determine effective
adsorbent amount and contact time in removing heavy metals in glaze wastewater in order to fulfill
the discharge requirement based on regulation of Minister of Environment No.16/2008concerning
effluent water standard for ceramic industries. The results showed that the effective adsorbent amount
and contact time respectively are 5 g/L and 15 minutes with pH 8 and stirring speed of 150 rpm.
Concentration of heavy metal adsorbed are 0.614 mg/L and 2.07 mg/L for lead (Pb) and zinc (Zn)
with removal efficiency up to 61.0% for Pb and 9.8% for Zn.From this study clay waste could be
potentially used as an adsorbent to reduce heavy metal amount in glaze wastewater.

Keywords: adsorption; clay waste; heavy metals

Abstrak

Industri keramik menghasilkan limbah glasir dan limbah tanah liat. Limbah glasir mengandung
logam berat yang berasal dari proses pewarnaan keramik dan berpotensi mencemari lingkungan.
Kandungan logam berat pada limbah glasir PT.X yaitu Cd (0,013 mg/L); Cu (0,033 mg/L); Pb (1,20
mg/L); dan Zn (7,00 mg/L). Limbah tanah liat digunakan sebagai adsorben yang berguna mengurangi
kadar logam berat pada limbah glasir.Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium
menggunakan metode batch adsorpsi untuk menentukan dosis adsorben dan waktu kontak yang efektif
dalam mengolah limbah glasir agar memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 16 Tahun 2008 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan industri
keramik. Hasil penelitian menunjukan dosis efektif adsorben sebesar 5 g/L dan waktu kontak 15 menit
dengan kondisi pH 8 dan kecepatan pengadukan 150 rpm. Kadar logam setelah diadsorpsi telah
mencapai baku mutu yaitu sebesar 0,614 mg/L dan 2,07 mg/L untuk Pb dan Zn dengan efisiensi
pengurangan kadar logam Pb sebesar 61% dan Zn sebesar 9,8%. Dari hasil penelitian didapatkan
data bahwa limbah tanah liat berpotensi dijadikan adsorben untuk mengurangi kandungan logam
pada limbah cair industri keramik.

Kata kunci : adsorpsi; limbah tanah liat; logam berat

How to Cite This Article: Priadi, C.R., Anita, Sari, P.N., dan Moersidik, S.S., (2014) Adsopsi Logam Seng dan
Timbal pada Limbah Cair Industri Keramik oleh Limbah Tanah Liat, Reaktor, 15(1), 10-19, http://dx.doi.org/
10.14710/reaktor.15.1.10-19

PENDAHULUAN meskipun dalam konsentrasi rendah di lingkungan,


Perkembangan industri yang pesat menjadi dapat menjadi berbahaya bagi kesehatan manusia
salah satu penyebab meningkatnya fluks zat logam di (Jain, 2004). Timbal (Pb) bersifat non-biodegradable
dalam lingkungan. Hal ini mengkhawatirkan karena di lingkungan dan dapat mengakumulasi terutama
logam berat bersifat tidak terurai dan persisten. pada tulang, otak, ginjal dan otot serta dapat
Paparan kontaminasi logam berat yang hadir, menyebabkan beragam kelainan seperti anemia,

10
Adsorpsi Logam Seng dan Timbal... (Priadi dkk.)

penyakit ginjal, gangguan saraf, mual bahkan (Veli dan Alyuz, 2007). Penelitian oleh Gupta dan
kematian (Sahu dkk., 2013). Seng (Zn) dapat Bhattacharyya (2008) menyatakan bahwa kapasitas
menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, adsorpsi yang didapatkan sesuai dengan isoterm
sakit perut, mual dan pusing (Veli dan Alyuz, 2007). Langmuir dimana Pb (II), Cd (II) dan Ni (II) adalah
Dalam penelitian ini, larutan yang diambil pada rentang 6,8-11,5 mg/g (dengan kaolinite) dan
berasal dari limbah glasir industri keramik. Dalam 21,1-31,1 mg/g (dengan montmorillonite). Tanah liat
proses pengglasiran, bahan mentah yang digunakan jenis kaolin telah digunakan sebagai adsorben untuk
terdiri dari bahan pembentuk, pelebur, pengental dan menyerap logam timbal (Pb), didapatkan nilai qe
pewarna. Logam timbal dan seng biasanya ditemukan untuk Pb oleh kaolin murni sebesar 5,2 mg/g dan
pada bahan pelebur yang digunakan dalam bentuk untuk kaolin teraktivasi asam sebesar 6,3 mg/g.
timbal oksida (PbO) dan seng oksida (ZnO) (Sundari, Meskipun data mengenai kemampuan adsorpsi
2009). Logam-logam yang dipakai sebagai glasir tanah liat sudah cukup banyak (Adebowale dkk.,
berpotensi mengkontaminasi badan air apabila tidak 2006; Bhattacharyya dan Gupta, 2006; Etci dkk.,
diolah secara tepat. 2010; Salem dan Sene, 2011), sampai saat ini belum
Berbagai macam teknologi telah dikembangkan banyak studi yang dilakukan mengenai potensi
untuk menyisihkan logam berat dari air limbah. pemakaian adsorben dari tanah liat yang didaur ulang.
Teknik konvensional yang biasanya digunakan adalah Adsorben daur ulang yang banyak diteliti berkisar
proses fisik-kimiawi, seperti presipitasi, oksidasi, pada adsorben berbasis karbon aktif (Gupta dan Ali,
reduksi, ekstraksi pelarut, ekstraksi elektrolisis, 2004; Sahu dkk., 2013; Yuan dan Liu, 2013).
penguapan, osmosis, pertukaran ion dan adsorpsi Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
(Jang-Soon dkk., 2010). Reverse osmosis meskipun sebelumnya yaitu tanah liat yang digunakan sebagai
sangat efektif, merupakan proses yang membutuhkan adsorben berasal dari limbah industri keramik PT.X.
biaya yang besar. Presipitasi kimia tidak cocok Limbah tanah liat berasal dari proses pembentukan
digunakan jika polutan yang hadir dalam jumlah (shaping) keramik sebelum tanah liat mengalami
banyak dan juga akan menghasilkan banyak lumpur proses pengeringan (drying). Hal ini dapat
dalam proses ini. Proses adsorpsi merupakan salah meningkatkan nilai fungsi dari limbah tanah liat
satu metode yang paling sering dilakukan untuk sebagai adsorben logam berat. Konsep zero waste dan
penyisihan logam beracun dalam air limbah (Mahitti, rendahnya biaya pengolahan ini merupakan
2008). Adsorpsi merupakan proses fisik-kimiawi keuntungan dari penggunaan limbah tanah liat sebagai
dimana adsorbat, dalam hal ini pencemar, adsorben. Penelitian ini dilakukan dalam skala
terakumulasi di permukaan padatan yang disebut laboratorium untuk mencari pH, dosis adsorben, dan
adsorben. Proses adsorpsi cocok untuk air limbah waktu kontak yang paling efektif untuk menurunkan
dengan logam konsentrasi rendah dan industri dengan kandungan logam berat pada limbah glasir, sehingga
keterbatasan biaya (Gupta dan Bhattacharyya, 2008; memenuhi baku mutu. Baku mutu yang digunakan
Salem dan Sene, 2011; Yuan dan Liu, 2013). yaitu Peraturan Mentri Lingkungan Hidup Nomor 16
Salah satu tantangan dari teknologi adsorpsi Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
adalah pemilihan alternatif adsorben yang ekonomis Usaha dan/atau Kegiatan Industri Keramik. Pada
dan efisien untuk meminimalisir biaya operasi di peraturan ini baku mutu untuk logam, yaitu Pb (1
negara berkembang (Yusoff dkk., 2014). Tanah liat mg/L), Co (0,6 mg/L), Cd (0,1 mg/L) dan Cr (1
telah menarik perhatian untuk mengadsorpsi logam mg/L). Berdasarkan baku mutu ini kadar logam Pb
berat dalam air yang terkontaminasi dengan biaya pada limbah industri keramik di atas kadar yang
rendah (Sari dkk., 2007; Bhattacharyya dan Gupta, ditetapkan sehingga perlu dilakukan pengolahan agar
2008; Ali dkk., 2012). Tanah liat merupakan kadarnya sesuai dengan baku mutu yang telah
aluminium silikat hidroksida yang membentuk fraksi ditetapkan.
koloid (<2µm) dari tanah, sedimen, batuan dan air.
Tanah liat memiliki luas permukaan yang besar, METODE PENELITIAN
kestabilan fisik dan mekanis, struktur lapisan teratur, Pada studi ini, tanah liat sebagai adsorben dan
kapasitas penukaran kation (cation exchange capacity) air limbah yang mengandung logam berat sebagai
yang besar, sehingga tanah liat merupakan material adsorbat berasal dari limbah tanah liat industri
yang baik sebagai adsorben (Tanabe 1981; Pinnavaia keramik PT. X, yaitu industri keramik skala menengah
1983, Gupta dan Bhattacharyya, 2008). yang memproduksi tableware dan dekorasi. Limbah
Pada penelitian sebelumnya banyak melakukan tanah liat yang digunakan sebagai adsorben dihasilkan
studi untuk mengetahui kemampuan adsorpsi logam dari proses pembentukan (shaping) keramik sebelum
oleh tanah liat murni. Montmorillonite dan kaolinite tanah liat mengalami proses pengeringan (drying).
telah digunakan sebagai adsorben untuk menyisihkan Sedangkan, limbah glasir industri keramik dari PT. X
timbal, cadmium, dan nikel (Srivastava, 1989; Veli sendiri digunakan sebagai adsorbat. Pemeriksaan
dan Alyuz, 2007; Gupta dan Bhattacharyya, 2008). terdahulu menunjukkan bahwa kandungan logam berat
Kapasitas adsorpsi dari timbal dan cadmium lebih yang terkandung dalam air limbah tersebut cukup
besar pada montmorillonite (Pb=0,68; Cd=0,72 mg/g) tinggi, yaitu Pb 1,2 mg/L; Zn 7,0 mg/L; Cd 0,013
dibandingkan pada kaolinite (Pb=0,12; Cd=0,32 mg/g) mg/L dan Cu 0,033 mg/L. Limbah glasir ini dihasilkan

11
Reaktor, Vol. 15 No. 1, April 2014, Hal. 10-19

dari proses pewarnaan keramik. Sampel limbah glasir pengukuran, sampel limbah glasir dipreparasi terlebih
yang diambil dari tempat pengumpulan limbah cair dahulu. Sampel sebanyak 50 ml dimasukan ke dalam
proses glasir kemudian ditempatkan pada lemari beaker glass 100 ml, kemudian ditambahkan 5 ml
pendingin dengan suhu 4oC sebelum dipreparasi untuk HNO3(p) serta 3-5 batu didih dan ditutup dengan
tahap selanjutnya. cover glass. Larutan tersebut dipanaskan dengan
hotplate pada suhu 150˚C hingga volume sampel ±25
Karakterisasi dan Preparasi Adsorben ml, setelah itu didinginkan hingga mencapai suhu
Tanah liat tidak dimodifikasi secara kimiawi ruang. Jika sampel belum jernih, ditambahkan 5 ml
agar dapat menghasilkan adsorben dengan biaya HNO3 (p) kemudian didinginkan dan disaring dengan
rendah. Tanah liat hanya dipanaskan di oven dengan filter 0,45 mikron ke dalam labu ukur 100 ml
suhu 105oC selama 48 jam kemudian disaring kemudian ditambahkan air suling hingga tera.
menggunakan saringan nomor 100 ASTM (150 µm) Pengukuran logam berat yang terkandung pada sampel
(Mobavu, 2011). Kandungan kimiawi dari tanah liat diukur dengan menggunakan Atomic Absorption
tersebut dikarakterisasi sebelum percobaan adsorpsi Spectroscopy (AAS) di Laboratorium Teknik
dengan menggunakan X-Ray Diffraction Shimadzu Lingkungan, Departemen Teknik Sipil, Universitas
XRD-7000 di Laboratorium Universitas Islam Negeri Indonesia sesuai dengan metode SNI 06-6989.8-2004
Jakarta. Kemudian morfologi permukaan dari untuk logam Pb dan SNI 06-6989.7-2004 untuk logam
adsorben sebelum dan sesudah proses adsorpsi diamati Zn (Sdiri dkk, 2012).
dengan menggunakan Scanning Electron Microscope
FE-SEM FEI INSPECT F50 dan komposisi logam Analisis dan Pengolahan Data
diamati dengan Energy Dispersive X-Ray EDAX EDS Untuk mengetahui persentase penyisihan
Analyzer di Laboratorium Uji Departemen Teknik konsentrasi logam Pb dan Zn digunakan persamaan
Metalurgi dan Material, Universitas Indonesia. (1) dimana Co adalah konsentrasi logam berat awal
(mg/L) dan Ce adalah konsentrasi logam berat pada
Batch Adsorpsi, Variasi pH, Dosis Adsorben dan kesetimbangan setelah diadsorpsi (mg/L).
Waktu Kontak
Penurunan konsentrasi x100% (1)
Percobaan batch adsorpsi dilakukan pada suhu
ruang, yaitu 25˚C. Pada percobaan, tanah liat yang Isoterm Langmuir dan Freundlich digunakan
telah dipreparasi dimasukan sebanyak 0,5 gram untuk mengetahui sifat adsorpsi dari adsorben yang
(kecuali pada variasi dosis adsorben) sebagai adsorben digunakan terhadap adsorbat. Pada isoterm Langmuir,
dalam 250 ml labu erlenmeyer dan ditambahkan 100 diasumsikan adsorpsi yang terjadi membentuk lapisan
ml sampel glasir industri keramik. pH awal larutan tunggal (monolayer) serta semua situs dan
adalah 8. Larutan tersebut diberikan beberapa permukaannya bersifat homogen. Persamaan isoterm
perlakuan, diantaranya variasi pH, dosis adsorben dan Langmuir sebagai berikut
waktu kontak.
Variasi pH yang dilakukan adalah 6, 8 dan 12, q (2)
dengan menambahkan 0,1 M NaOH atau 0,1 M HCl dimana qe merupakan konsentrasi adsorbat teradsorpsi
untuk menyesuaikan variasi pH tersebut. Rentang pH dalam setiap gram adsorben (mg/g); Ce adalah
tersebut didasarkan pada beberapa penelitian terdahulu konsentrasi logam berat setelah diadsorpsi (mg/L); K
yang dilakukan oleh Etci dkk. (2009), Bhattacharyya adalah konstanta dan Vm merupakan kapasitas
dan Gupta (2006), serta Veli dan Alyuz (2007) monolayer (Veli dan Alyuz, 2007).
menyatakan bahwa pH optimum dalam mengadsorpsi Pada isoterm Freundlich diasumsikan adsorpsi
logam dengan tanah liat adalah lebih dari 6. Parameter yang terjadi membentuk lapisan monolayer dari
pH diukur dengan pH meter merek Eutech molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben
menggunakan metode SNI 06-6989.11-24. Setelah namun situs-situs aktif pada permukaan adsorben
didapatkan pH optimum, variasi dosis adsorben yang bersifat heterogen. Persamaan isoterm Freundlich
dilakukan adalah 5, 10, 15, 20, dan 25 g/L. Setelah sebagai berikut
didapatkan pH dan dosis adsorben optimum, variasi
waktu kontak yang dilakukan adalah 15, 30, 60, 90 q KC (3)
dan 120 menit. Setiap perlakuan variasi, larutan dimana qe adalah konsentrasi adsorbat teradsorpsi
diletakkan pada shaker (range kecepatan 0-200 rpm) dalam setiap gram adsorben (mg/g); Ce adalah
diputar dengan kecepatan 150 rpm selama 60 menit konsentrasi logam berat setelah diadsorpsi; Kf
(kecuali untuk variasi waktu kontak) kemudian merupakan konstanta Freundlich dan 1 n adalah
disentrifugasi dengan alat sentrifugasi 80-2B (range intensitas adsorpsi (Veli dan Alyuz, 2007).
kecepatan 0-4000 rpm) kecepatan 4000 rpm selama 10
menit. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan kimia tanah liat sebagai adsorben
Karakterisasi dan Preparasi Adsorbat pada Tabel 1 menunjukkan bahwa adsorben
Sampel limbah glasir sebagai adsorbat dianalisa mengandung kaolinite (Al2(Si2O5)(OH)4) yang
sebelum dan sesudah adsorpsi. Sebelum dilakukan mempunyai kemampuan untuk mengikat kation

12
Adsorpsi Logam Seng dan Timbal... (Priadi dkk.)

sehingga dapat digunakan sebagai adsorben dalam adsorpsi dan juga presipitasi pada saat yang
adsorpsi logam. Namun demikian, pada tanah liat ini bersamaan. Menurut Stumm dan Morgan (1996), pada
terdapat pengotor dalam jumlah yang cukup besar, pH 12, kelarutan Pb dan Zn serta kesetimbangan spesi
yaitu quartz. Berdasarkan hasil pengukuran XRD hidroksida dan karbonat dari Pb dan Zn akan bergeser
dapat dilihat bahwa kandungan quartz mendominasi ke arah padatan. Adanya mekanisme presipitasi ini
sedangkan kandungan kaolinitenya sebesar 28,4%. dapat memberikan hasil penyisihan maksimum,
Pada tanah liat terdapat pengotor dalam jumlah yang dibandingkan dengan proses adsorpsi pada pH 8
cukup besar, hal ini mungkin bisa menjadi salah satu dimana kadar Pb pada limbah setelah adsorpsi adalah
penyebab berkurangnya daya adsorpsi dari adsorben. 1,20 mg/L. Kadar tersebut masih berada di atas baku
Adanya pengotor pada permukaan adsorben dapat mutu yaitu 1 mg/L. Namun, pemilihan pH dilakukan
menghalangi adsorbat untuk masuk ke dalam pori bukan berdasarkan penyisihan maksimum, namun
adsorben dan berinteraksi dengan adsorben. Pada berdasarkan pH optimum dimana kondisi percobaan
limbah tanah liat yang digunakan sebagai adsorben yang diharapkan bukanlah untuk mencapai kadar Pb
juga terdapat kandungan lain selain kaolinite seperti dan Zn yang dapat memenuhi baku mutu, namun lebih
kation organik, yang dapat berkompetisi dengan diarahkan untuk pH bagi percobaan dosis dan waktu
logam untuk memperebutkan sisi aktif adsorben kontak optimum selanjutnya. Untuk itu, pH 8
sehingga mengakibatkan pengurangan kemampuan dianggap cukup baik karena penyisihan Pb sudah
adsorpsi logam (Cruz-Guzman dkk., 2006). mencapai 47% dan penyisihan Zn sudah mencapai
Kandungan kaolinite yang relatif rendah 17%. Selain itu, larutan tidak perlu disesuaikan
dibandingkan kandungan quartz pada adsorben keasamannya karena pH 8 adalah pH campuran
ternyata tetap dapat menghasilkan kualitas adsorpsi adsorben dan adsorbat sebelum penyesuaian. Pada pH
yang sesuai kebutuhan. Hasil adsorpsi logam dengan ini, pengolahan limbah glasir tidak membutuhkan
menggunakan tanah liat daur ulang dengan variasi pH pengaturan pH sehingga mengurangi biaya
antara 6, 8, dan 12 dan dosis adsorben 5-25 mg/L serta pengolahan limbah untuk memenuhi Peraturan
waktu kontak 15-120 menit disajikan pada Tabel 2. Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun
Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa penyisihan 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan
logam berat dari air limbah meningkat dengan Usaha dan/atau Kegiatan Industri Keramik, dimana
peningkatan pH. Hal ini dikarenakan semakin baku mutu untuk pH limbah adalah 6-9.
meningkatnya pH maka meningkat pula sisi aktif Pada studi ini, pH yang dipakai berkisar pada
adsorben yang berguna dalam mengikat logam rentang yang cenderung lebih basa dibandingkan
(Bhattacharyya dan Gupta, 2008). Meningkatnya pH rentang pH yang pada umumnya digunakan pada
mengurangi konsentrasi H+ sehingga mengurangi percobaan adsorpsi logam berat yaitu pH 3-6. Hal ini
kompetisi antara ion logam dan proton dalam proses dilakukan berdasarkan dua pertimbangan utama, yaitu
adsorpsi pada permukaan partikel (Adebowale dkk., karena percobaan ini dilakukan untuk pemenuhan
2006). kadar logam berat terhadap baku mutu pemerintah dan
bukan mencari efisiensi adsorpsi maksimum. Selain
Tabel 1. Variasi pH pada proses adsorpsi logam Pb itu, kadar awal logam Pb dan Zn tidak terlalu tinggi
dan Zn dibandingkan dengan baku mutu pemerintah sehingga
Kadar logam (mg/L) kebutuhan penyisihan logam tidak terlalu banyak.
pH Meskipun pada pH yang cenderung basa dapat
Pb Zn
memicu penyisihan logam berat melalui mekanisme
Kadar awal 2.288 2.943 presipitasi, namun karena kadar logam yang tidak
6 1.996 2.602 terlalu tinggi pada percobaan ini akan kecil
8 1.22 2.423 kemungkinannya menyebabkan presipitasi, khususnya
pada pH 8, sehingga untuk diskusi selanjutnya,
12 0.886 2.297
mekanisme penyisihan lewat presipitasi dapat
diabaikan dan diskusi selanjutnya akan dibahas
Penyisihan logam paling optimum didapatkan sebagai proses adsorpsi.
pada pH 12 dengan kadar Pb yang sudah memenuhi
baku mutu. Penyisihan Pb dan Zn yang melonjak pada
pH 12 dapat disebabkan oleh 2 mekanisme, yaitu
Tabel 2. Kandungan adsorben tanah liat dengan XRD
Silikon oksida (quartz) Silicon Aluminum silikat hidroksida
oksida (kaolinite)
Formula SiO2 SiO2 Al2(Si2O3)(OH)4
Total number of Peaks 28 198 198
Peaks in range 21 198 158
Peaks matched 19 54 53
Intensity scale factor 1 0,06 0,14
Quantity (weight %) 68,55 3,06 28,4

13
Reaktor, Vol. 15 No.
N 1, Aprill 2014, Hall. 10-19

Seelanjutnya, pH 8 digunakan d u
untuk merupakan
m saalah satu kom mpromi kecill yang dapatt
menentukkan dosis adsorben
a dann waktu koontak diabaikan
d dibandingkan deengan konsep p zero wastee
optimum sehingga kaadar logam Pb P dan Zn dapat yang
y diterapkaan.
memenuhhi baku mutuu yang telah ditetapkan. Hasil Berdasaarkan hasil ddari dua perrcobaan yangg
percobaann variasi dosiss disajikan pada Gambar 1. teelah dilakukaan maka ditetaapkan dosis optimum
o yangg
digunakan
d adaalah 5 g/L. Haal ini hampir setara dengann
penelitian
p yangg dilakukan ooleh Sahu dkk k. (2013) yangg
menyatakan
m b
bahwa dosis aadsorben optiimum berupaa
liimbah lumpurr merah dari industri alum munium dalam m
mengadsorpsi
m logam Pb deengan kadar awal
a 10 mg/L L
pada
p pH 7,2 dan d waktu koontak 30 men nit adalah 0,44
g/100
g mL ataau setara denngan 4 g/L. Begitu pulaa
dengan
d dosiss optimum adsorben beerupa limbahh
umpur penjernihan darri industri baja dalam
lu m
mengadsorpsi
m logam Pb deengan kadar awal
a 10 mg/L L
dengan
d pH 5 dand waktu konntak 60 menitt adalah 5 g/L L
(NNaiya dkk., 2009).
2 Namunn, hal ini berrbeda dengann
(a) penelitian
p yanng menggunnakan adsorb ben kaolinitee
murni.
m Gupta dan Bhattachharyya (2008)) menyatakann
bahwa
b dosis adsorben
a optimmum berupa kaolin dalam m
mengadsorpsi
m logam Pb adaalah 2 g/L. Prroses adsorpsii
yang
y menggunnakan adsorben daur ulang g di studi inii
teentunya akann membutuhkkan jumlah ad dsorben yangg
leebih banyak karena
k permuukaan aktif yaang berkurangg
dan
d tingginyaa kandungan quartz. Namu un demikian,,
juumlah adsorben yang dibuttuhkan hanya berkisar di 2--
3 kali lipat seehingga pemakkaian adsorbeen daur ulangg
masih
m tergolonng efisien.
Pembubbuhan adsorben tanah liat pada dosis 5
g membuat kadar logam
g/L m Pb dan Zn di air limbahh
(b) teelah memenuuhi baku muttu. Berdasark kan Peraturann
Gambar 1. Grafik penggaruh dosis addsorben dengaan pH Menteri
M Negarra Lingkungaan Hidup Nom mor 16 Tahunn
8 dan waktu
w kontak 15 menit padaa (a) Percobaaan 1 2008,
2 kadar maksimum
m loogam Pb adallah sebesar 1
dengann kadar awal logam Pb 1,4 mg/L
m dan Zn 4,3
4 mg/L.
m Pada doosis adsorben 5 g/L di perco obaan 1 dan 2
mg/L; (bb) Percobaan 2 kadar awal loogam Pb 2,3 mg/L
m diketahui
d kadar Pb setelahh diadsorpsi berturut-turutt
dann Zn 2,9 mg/L adalah
a 0,816 mg/L
m dan 0,7442 mg/L denggan persentasee
penyisihan
p b
berturut-turut 43,4% dand 67,7%..
Beerdasarkan hasil
h percobaaan, dapat dilihat
d Sedangkan
S unttuk Zn berturuut-turut adalahh 3,088 mg/L L
bahwa semakin baanyak dosis adsorben tidak dan
d 2,928 mg/L m dengann persentasee penyisihann
berbandinng lurus denggan penurunan kadar logam m Pb berturut-turut
b 27,8% dan 00,53%. Hasil tersebut
t telahh
dan Zn pada air lim mbah. Percobaaan ini kemuudian memenuhi
m bakku mutu berdaasarkan Keputtusan Menterii
diulang kembali
k dengaan kondisi aw wal air limbah yang Negara
N Lingkkungan Hidupp Nomor 51 Tahun 19955
d hasil tetaap didapatkan dengan tren yang
berbeda dan teentang Bakuu Mutu Limbbah Cair Baagi Kegiatann
serupa. Dari keduaa percobaan tersebut, dapat Inndustri Untukk Logam Zn yaaitu 5 mg/L)
disimpulkkan bahwa dengan dosiis adsorben yang
rendah, yaitu sebesarr 5 mg/L, penyisihan logam Waktu
W Kontaak Optimum
berlangsuung dengan cukup baik. Hal ini teerlihat Untuk mendapatkann kondisi peengolahan airr
dengan konsentrasi logam terserap per satuan liimbah yang optimum, ppenentuan waktu w kontakk
adsorben (Ce) yang cuukup tinggi paada dosis adsoorben optimum
o perluu dilakukan, ttentu dengan pH dan dosiss
5 g/L dibandingkan
d dengan dossis adsorben lain. adsorben
a optim
mum yang telaah didapatkan n sebelumnya..
Peningkaatan dosis paada kisaran 10-15 g/L tidak Pada
P waktu kontak
k 15 meenit, kadar log gam Pb padaa
meningkaatkan efisiiensi adsorrpsi, sedanngkan laarutan teraddsorpsi adalaah 0,614 mg/L m dengann
peningkaatan adsorpsii baru terjaddi kembali pada persentase
p pennyisihan sebessar 61%. Sedangkan untukk
kisaran dosis
d 20-25 g/LL. Hal ini dappat disebabkann oleh lo
ogam Zn, waaktu kontak ooptimum adalah 60 menitt
adsorben tanah liaat yang digunakan d u
untuk dengan
d kadarr logam Zn pada larutan n teradsorpsii
mengadsoorpsi logam m yang daapat menganndung adalah
a 1,609 mg/L
m dan perrsentase penyiisihan sebesarr
pengotor termasuk Pb dan Znn yang munngkin 30%.
3 Hal ini serupa
s dengann penelitian yaang dilakukann
menambaahkan logam padap larutan teradsorpsi. Naamun oleh
o Sahu dkkk. (2013) yangg menyatakan bahwa waktuu
demikiann, penyisihan logam tetap terjadi
t bagi semua kontak
k optimuum adsorpsi logam Pb deengan limbahh
dosis seehingga unsuur pengotor pada tanahh liat lu
umpur merahh dari industtri alumunium m adalah 100

14
Adsorpsi Logam Seng dan Timbal... (Priadi dkk.)

menit dengan persentase penyisihan mencapai 88%. diperoleh dari percobaan. Hubungan kesetimbangan
Sedangkan waktu kontak optimum adsorpsi logam Zn antara jumlah logam yang diadsorpsi oleh adsorben
dengan adsorben berupa sedimen sungai adalah 60 dapat ditunjukan melalui adsorpsi isoterm (Bulut dkk.,
menit dengan persentase penyisihan mencapai 85% 2008). Mekanisme adsorpsi berdasarkan isoterm
(Jain, 2004). Langmuir dan Freundlich untuk logam Pb dan Zn
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh disajikan pada Tabel 3. Dari persamaan linear isoterm
Adebowale dkk. (2006) yang menyatakan bahwa Langmuir pada gambar maka didapatkan nilai
waktu kontak optimum adsorpsi logam Pb dengan kapasitas monolayer (Vm) dan konstanta Langmuir
kaolin dimodifikasi dan tidak dimodifikasi berturut- (k). Sedangkan dari persamaan logaritma isoterm
turut adalah 8 dan 20 menit dengan persentase Freundlich pada gambar maka didapatkan nilai
penyisihan adalah 94,8% dan 78,7%. Sari dkk. (2007) konstanta Freundlich (Kf).
juga mendapatkan waktu optimum adsorpsi logam Pb Meskipun Isoterm Langmuir memiliki
dengan tanah jenis kaolin adalah 30 menit dengan koefisien korelasi yang cukup baik, namun kedua
pesentase penyisihan mencapai 98%. Selain isotherm tersebut kurang dapat dipakai untuk
disebabkan karena perbedaan jenis kaolin yang menjelaskan fenomena adsorpsi yang terjadi. Dari
digunakan sebagai adsorben, perbedaan konsentasi hasil percobaan didapatkan kapasitas monolayer
awal adsorbat (dalam hal ini adalah logam Pb) yang maksimum dalam mengadsorpsi logam Pb dan Zn
akan diadsorpsi juga menjadi penyebab perbedaan berturut-turut adalah 0,013 dan 0,043 mg/g tanah liat
waktu kontak optimum yang didapatkan. sebagai adsorben. Hasil ini cukup berbeda jika
Dalam menentukan waktu kontak optimum dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh
untuk proses adsorpsi, pertimbangan yang diambil Adebowale dkk. (2006) yang menyatakan bahwa
adalah penyisihan logam dan efisiensi unit proses PT. kapasitas monolayer kaolin dalam mengadsorpsi
X yang menghasilkan limbah glasir dalam jumlah logam Pb mencapai 19,27 mg/g. Begitu pula pada
sedikit sehingga dapat dibuat pengolahan secara penelitian Sari dkk. (2007), kapasitas monolayer
mekanis dengan sistem batch. Waktu kontak yang kaolin yang didapatkan dalam mengadsorpsi logam Pb
digunakan dalam mendesain pengolahan limbah glasir adalah 31,75 mg/g. Penelitian Etci dkk. (2009), pada
di industri keramik PT. X ini tidak mempengaruhi temperatur 25oC, kapasitas monolayer kaolin bahkan
ukuran bak adsorpsi karena pelaksanaan adsorpsi mencapai 83,33 mg/g. Nilai R2 pada ketiga penelitian
dilakukan berdasarkan metode batch setiap beberapa tersebut mencapai 0,99. Hal ini disebabkan karena
bulan. Namun tentunya, waktu kontak tetap pada penelitian tersebut jenis kaolin yang digunakan
mempengaruhi efektivitas biaya energi yang merupakan kaolin murni dan juga adsorbat yang
digunakan dalam pengadukan oleh impeller. Oleh digunakan adalah limbah cair buatan. Sedangkan
karena itu, penulis mengambil waktu kontak optimum limbah cair yang digunakan pada penelitian ini adalah
15 menit. Pada waktu kontak ini, kadar logam Pb dan limbah glasir serta adsorben yang digunakan
Zn sudah memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. merupakan daur ulang limbah tanah liat yang
bersumber dari industri keramik yang tidak dapat
Isoterm Adsorpsi dihindari kemungkinan terdapat ion logam selain Pb
Mekanisme adsorpsi ditentukan dengan dan Zn yang dapat menjadi kompetitor dalam proses
mengevaluasi keseimbangan data adsorpsi yang adsorpsi.

Tabel 3. Mekanisme adsorpsi isoterm Langmuir dan Freundlich untuk logam Pb dan Zn dengan limbah glasir pada
percobaan 1
 

Logam Variasi Kadar Penyisihan qe Langmuir Freundlich


dosis Ce (%) (mg/g)
adsorben (mg/L) Ce/qe R² Pers. Vm Log R² Pers. Kf
(g/L) linier (mg/g Ce/qe linier (mg/g)
)
Pb Kadar 1,441
awal
5 0,816 43,373 0,125 21,364 0,624 y= 0,013 6,528 0,217 y= 9,594
10 1,08 25,052 0,036 24,821 94,12x 29,917 0,138
15 1,205 16,378 0,016 6,528 - 54,05 76,589 ln(x) +
20 0,798 44,622 0,032 29,917 24,821 0,982
25 0,664 53,921 0,031 76,589 21,364
Zn Kadar 4,277
awal
5 3,088 27,807 0,238 18,174 0,632 y= 0,043 12,981 0,347 y= 325,087
10 3,083 27,914 0,119 28,064 109,8x 25,825 0,457
15 4,050 5,314 0,015 25,825 - 248,6 267,298 (ln)x +
20 2,036 52,391 0,112 12,981 18,174 2,512
25 2,262 47,113 0,081 267,298 28,064

15
Reaktor, Vol. 15 No. 1, April 2014, Hal. 10-19

Pada percobaan, dosis optimum telah dilakukan < Pb2+. Kation timbal membentuk senyawa kompleks
beberapa kali dan menunjukkan tren yang sama yaitu stabil dengan oksigen yang terdapat pada tanah liat.
penambahan dosis adsorben tidak selalu berbanding Selain itu, energi hidrasi timbal lebih lemah
lurus dengan penurunan kadar logam berat. Hal ini dibandingkan dengan seng (-1,481 kJ/mol dan -2,406
dikarenakan adsorben berasal dari limbah yang kJ/mol untuk Pb dan Zn secara berurutan) sehingga
memungkinkan terdapat banyak pengotor yang dapat seng lebih memiliki afinitas tinggi untuk air.
berkompetisi dengan logam untuk memperebutkan sisi
aktif adsorben sehingga mengakibatkan pengurangan Karakterisasi Adsorben Teradsorpsi Adsorbat
kemampuan adsorpsi logam. Berdasarkan alasan Karakteristik morfologi adsorben sebelum dan
diatas, maka meskipun menunjukan R2 yang tidak setelah teradsorpsi adsorbat dengan kondisi optimum,
mendekati 1, percobaan dapat dianggap valid karena yaitu pH 8, dosis adsorben 5 g/L dan waktu kontak 15
adsorben yang bertambah tidak selalu berbanding menit, disajikan pada Gambar 2. Karakteristik
lurus dengan daya adsorpsi logam, karena adsorben morfologi ini dilakukan dengan analisis Scanning
yang digunakan berasal dari limbah. Selain itu, karena Electron Microscopy (SEM). Analisis SEM berguna
menggunakan limbah, maka ada kemungkinan di untuk mengobservasi tampak morfologi permukaan
adsorben juga terdapat pengotor lain termasuk logam. dari adsorben sebelum dan sesudah adsorpsi logam
Pada penelitian Yussof dkk. (2014), kapasitas (Yusoff dkk., 2014). Terlihat pada Gambar 2, tanah
adsorpsi logam Pb dengan menggunakan adsorben liat sebagai adsorben sebelum dan sesudah teradsorpsi
daur ulang seperti serbuk kayu pohon durian yaitu logam Pb pada magnifikasi 5000 kali.Tidak tampak
20,37 mg/g, sabut kelapa yaitu 2,76 mg/g dan tandan perubahan morfologi pada permukaan tanah liat
kelapa sawit yaitu 4,48 mg/g. Pada penelitian Sahu sebagai adsorben sesudah proses. Hal ini
dkk. (2013), kapasitas adsorpsi logam Pb dengan menunjukkan bahwa proses presipitasi logam yang
menggunakan adsorben daur ulang dari limbah lumpur terjadi tidak signifikan. Proses adsorpsi ini diperkuat
merah yang berasal dari industri alumunium yaitu dengan hasil analisis Energy Dispersive X-Ray (EDX)
6,0273 mg/g. Selain itu, Gupta dan Ali (2004) yang didapatkan pada tanah liat sebelum dan sesudah
mendapatkan kapasitas adsorpsi logam Pb dengan teradsorpsi (lihat Tabel 4). Berdasarkan hasil analisis
menggunakan adsorben daur ulang berupa fly ash dari EDX, terdeteksi keberadaan logam Pb yang meningkat
limbah industri gula yaitu 2,50 mg/g. Perbedaan secara signifikan pada tanah liat setelah proses
kapasitas ini tidak terlalu signifikan jika dibandingkan adsorpsi. Proses adsorpsi dengan menggunakan
dengan kapasitas yang didapatkan pada penelitian ini. adsorben daur ulang ini terlihat lebih efektif untuk
Perbedaan tersebut kemungkinan disebabkan oleh penyisihan logam Pb dibandingkan dengan logam Zn.
perbedaan jenis dan karakteristik dari adsorben yang Selain terlihat dari hasil analisa AAS, hal ini juga
digunakan. Selain itu, perbedaan kemungkinan juga dapat dilihat dari hasil EDX yang tidak menemukan
disebabkan karena kondisi lingkungan saat proses logam Zn pada adsorben karena kadarnya yang berada
adsorpsi seperti pH, temperatur, waktu kontak, di bawah batas pengukuran. Selain itu, dari hasil EDX
dosis/konsentrasi logam sebelum adsorpsi dan dosis ini dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan Na dan Ca
adsorben. Berdasarkan adsorpsi isoterm maka setelah proses adsorpsi sebesar dengan kisaran 2-3%
didapatkan data pengurangan logam Zn2+ < Pb2+. Hasil dan 5-6%. Peningkatan Na dan Ca ini dapat terjadi
ini sesuai dengan percobaan Baker dkk. (2008) melalui proses adsorpsi namun juga secara presipitasi.
dimana didapatkan hasil adsorpsi Zn2+ < Cu2+ < Cd2+

(a) (b)
Gambar 2. Tampak morfologi permukaan adsorben (a) Sebelum teradsorpsi; (b) Setelah teradsorpsi dengan SEM

16
Adsorpsi Logam Seng dan Timbal... (Priadi dkk.)

Tabel 4. Komposisi tanah liat sebelum adsorpsi dengan EDX (pengukuran triplo untuk sampel yang sama)
Komposisi tanah liat sebelum adsorpsi Komposisi tanah liat setelah adsorpsi
Test O (%) Na Al Si (%) K Ca O (%) Na Al Si (%) Pb K Ca
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
1 56,95 1,54 6,91 31,90 1,65 1,06 53,11 5,20 0,96 25,37 5,32 1,77 8,27
2 53,82 3,87 9,11 30,59 1,84 0,78 48,88 5,42 1,98 24,06 11,7 2,16 5,78
3 56,78 2,10 5,91 32,83 1,76 0,62 55,88 4,39 1,86 24,12 4,85 1,46 7,43

Gambar 3. Rancangan diagram pengolahan limbah

 
Gambar 4. Desain pengolahan limbah glasir indutri keramik

Desain Unit Pengolahan Limbah Cair pada permintaan konsumen. Selain itu, waktu penampungan
Industri Keramik PT. X yang lama tidak akan menimbulkan dampak yang
Desain unit pengolahan limbah cair pada buruk karena kadar organik dan zat volatil yang
industri keramik PT.X didasarkan pada data hasil rendah.
percobaan skala laboratorium yang telah dilakukan. Adsorben yang digunakan diambil dari limbah
Limbah yang dihasilkan dapat ditampung dalam bak- tanah liat yang dihasilkan oleh industri
bak penyimpanan. Pada desain ini akan dibuat tangki kemudiandipanaskan pada oven dengan suhu 105oC
multifungsi dengan kapasitas maksimum 200 liter selama 48 jam. Setelah tanah liat kering
(Gambar 3). Tangki multifungsi ini berguna sebagai kemudiantanah liat disaring menggunakan saringan
tangki penyimpanan dan pemrosesan limbah glasir. berukuran 150 µm. dosis adsorben yang diberikan
Limbah glasir yang dihasilkan oleh industri keramik pada limbah glasir adalah berdasarkan hasil analisa
PT. X akan ditampung selama 3 bulan, baru kemudian skala laboratorium yaitu 5 g/L.
dilakukan pengolahan. Limbah glasir ditampung Limbah glasir kemudian akan diolah secara
selama 3 bulan dengan mempertimbangkan efektivitas mekanis menggunakan impeller dengan kecepatan
pengolahan karena limbah glasir yang dihasilkan pengadukan 150 rpm selama 15 menit. Setelah diaduk
industri ini sangat kecil dan juga tidak stabil selama 15 menit, limbah glasir akan didiamkan di
berdasarkan proses produksi yang tergantung kepada dalam tangki untuk kemudian mengalami proses

17
Reaktor, Vol. 15 No. 1, April 2014, Hal. 10-19

sedimentasi. Selama proses sedimentasi, limbah metal ions from water samples using column and
akandidiamkan kurang lebih selama 6 jam. Padatan batch methods, Environmental Monitoring and
akan mengendap di bawah sedangkan bagian Assessment 157(1-4), pp. 319-330.
supernatant dapat dibuang menggunakan pipa
langsung ke saluran kota dekat pabrik. Lumpur hasil Bhattacharyya, K.G. and Gupta, S.S., (2006), Pb (II)
pengolahan akan diserahkan ke pihak ketiga karena Uptake by Kaolinite and Montmorillonite in Aqueous
lumpur banyak mengandung logam berat yang Medium-Influence of Acid Activation of The Clays,
berpindah. Pihak ketiga yang dimaksud merupakan Colloids and Surfaces A: Physicochem. Eng Aspect
pihak yang telah memiliki izin dari pemerintah untuk 277, pp. 191-200.
mengolah limbah B3. Pada industri ini tidak dibuat
pengolahan lumpur karena akan membutuhkan banyak Bhattacharyya, K.G. and Gupta, S.S., (2008),
biaya untuk mengolah lumpur dan lumpur yang Adsorption of a few heavy metals on natural and
dihasilkan oleh industri ini juga jumlahnya sedikit. Modified Kaolinite and Montmorillonite : A Review,
Hal ini dikarenakan volume limbah glasir yang Advances in Colloid and Interface Science 140, pp.
dihasilkan pada PT. X kecil. Pada bagian bawah 114-131.
tangki akan disediakan bak penampung lumpur untuk
menampung lumpur yang dihasilkan. Bulut, E., Ozacar, M., and Sengil, I.A., (2008),
Equilibrium and Kinetic Data and Process Design for
KESIMPULAN Adsorption of Congo Red on Bentonite, Journal of
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Hazardous Materials 154, pp. 613-622.
bahwa tanah liat daur ulang dari industri keramik
Cruz-Guzman, M., R.Celiz, Hermosin, M., Koskinen,
tableware dapat dipakai sebagai adsorben logam berat
W., Nater, E., and Cornejo, C., (2006), Heavy Metal
dari limbah glasir keramik tersebut. Didapatkan data
Adsorption by Montmorilonites Modified with
yaitu pada pH 8, dosis adsorben 5 g/L dan waktu
Natural Organic Cations, Soil Science Society of
kontak selama 15 menit merupakan kondisi efektif
America Journal 70, pp. 215-221.
dalam menyisihkan logam Pb dan Zn agar memenuhi
baku mutu. Adsorben dari tanah liat yang Etci, O., Bektas, N., and Oncel, M.S., (2010), Single
mengandung 28,4% kaolinite dapat menyisihkan and Binary Adsorption of Lead and Cadmium Ions
sekitar 44% logam Pb dan 23% logam Zn. Dari hasil from Aqueous Solution Using The Clay Mineral
penelitian ini, kadar logam Pb dan Zn yang Beidellite, Environ Earth Sci 61, pp. 231-240.
terkandung pada limbah yang teradsorpsi telah
memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh Gupta, S.S. and Bhattacharyya, K.G., (2008),
Kementerian Lingkungan Hidup, yaitu 1 mg/L untuk Immobilization of Pb (II), Cd (II) and Ni (II) Ions on
Pb dan 5 mg/L untuk Zn. Kaolinite and Montmorillonite Surfaces from Aqueous
Medium, Journal of Environmental Management 87,
UCAPAN TERIMA KASIH pp. 46-58.
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Teknik
Penyehatan Lingkungan, Departemen Teknik Sipil, Gupta, V.K. and Ali, I., (2004), Removal of Lead and
Universitas Indonesia serta Sri Diah H.S dan Licka Chromium from Wastewater Using Bagasse Fly Ash -
Kamadewi sebagai laboran; Laboratorium Uji a Sugar Industry Waste, J. Col. Int.Sci. 271, 321-328.
Departemen Teknik Metalurgi dan Material,
Universitas Indonesia; Laboratorium Universitas IPCC, (2006), Ceramic Manufacturing Industry,
Islam Negeri; serta kepada PT. X yang telah European Commission: Directorate-General Joint
memberikan sampel limbah cair industri untuk dapat Research Center.
diuji.
Jain, D.S., (2004), Adsorption of Zinc on Bed
DAFTAR PUSTAKA Sediment of River Hindon : Adsorption Models and
Kinetics, Journal Hazard Mater, pp. 231-239.
Adebowale, K.O., Unuabonah, I.E., and Olu-Owolabi,
B. I., (2006), The Effect of Some Operating Variables Jang-Soon, K., Seong-Taek, Y., Jong-Hwa, L., Soon-
on The Adsorption of Lead and Cadmium Ions on Oh, K., and Ho-Young, J., (2010), Removal of
Kaolinite Clay, Journal of Hazardous Materials B134, Divalent Heavy Metals (Cd, Cu, Pb, and Zn) and
pp. 130-139. Arsenic (III) from Aqueous Solutions Using Scoria :
Kinetics and Equilibria of Sorption, Journal of
Ali, I., Asim, M., and Khan, T.A., (2012), Low Cost Hazardous Materials 174, pp. 307-313.
Adsorbents for The Removal of Organic Pollutants
from Wastewater, Journal of Environmental Mahitti, U.F., (2008), Preparation and Use of
Management 113, 170-183. Chemically Modified MCM-41 and Silica Gel as
Selective Adsorbent for Hg (II) Ions, Journal Hazard
Baker, H. M., Massadeh, A.M., and Younes, H.A., Mater 154, pp. 578-587.
(2008), Natural Jordanian zeolite: removal of heavy

18
Adsorpsi Logam Seng dan Timbal... (Priadi dkk.)

Menteri Lingkungan Hidup, (2008), Peraturan from Aqueous Solutions by Montmorillonitic and
Menteri Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2008 Calcareous Clays, Water Air Soil Pollut, pp. 1191-
tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Usaha 1204.
dan/atau Kegiatan Industri Keramik, Indonesia:
Kementerian Lingkungan Hidup. Stumm, W. and Morgan, J., (1996), Aquatic
Chemistry: Chemical Equilibria and Rates in Natural
Mobavu, B., (2011), Brine Treatment Using Natural Waters, Wiley-Interscience 3rd edition.
Adsorbents, Cape: University of The Western Cape.
Sundari, K.N., (2009), Pembuatan Glasir Kelabu
Naiya, T.K., Bhattacharya, A.K., and Das, S.K., Dengan Menggunakan Pencampuran Bahan Pewarna
(2009), Clarified Sludge (Basic Oxygen Furnace Biru dan Hijau, Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia
Sludge) - an Adosrbent for Removal of Pb (II) from Vol. 11 , hal. 90-94.
Aqueous Solutions - Kinetics, Thermodynamics and
Desoption Studies, Journal of Hazardous Materials Tanabe, K., (1981), Solid Acid and Base Catalysis, In
170, pp. 252-262. : Anderson, J.R., Boudart, M. (Eds). New York:
Spinger.
Pinnavia, T.J., (1983), Intercalated Clay Catalysis,
Science 220, pp. 365-371. TWG, C., (2005), Merged and Sorted Comments
Master Spread Sheet. Applied Clay Science.
Sahu, M.K., Mandal, S., Dash, S.S., Badhai, P., and
Patel, R.K., (2013), Removal of Pb (II) from Aqueous Veli, S. and Alyuz, B., (2007), Adosprtion of Copper
Solution by Acid Activated Red Mud, Journal of and Zinc from Aqueous Solutions by Using Natural
Environmental Chemical Engineering 1, pp. 1315- Clay, Journal of Hazardous Materials 149, pp. 226-
1324. 233.

Salem, A. and Sene, R.A., (2011), Removal of Lead Yuan, L. and Liu, Y., (2013), Removal of Pb (II) and
from Solution by Combination of Natural Zeolite- Zn (II) from Aqueous Solution by Ceramisite Prepared
Kaolin-Bentonite as a New Low Cost Adsorbent, by Sintering Bentonite, Iron Powder and Activated
Chemical Engineering Journal 174, 619-628. Carbon. Chemical Engineering Journal 215-216, pp.
432-439.
Sari, A., Tuzen, M., Citak, D., and Soylak, M., (2007),
Equilibrium, Kinetic and Thermodynamic Studies of Yusoff, S. N., Kamari, A., Putra, W.P., Ishak, C.F.,
Adsorption of Pb (II) from Aqueous Solution onto Mohamed, A., Hashim, N., and Isa, M.I., (2014),
Turkish Kaolinite Clay, Journal of Hazardous Removal of Cu (II), Pb (II) and Zn (II) Ions from
Materials 149, pp. 283-291. Aqueous Solutions Using Selected Agricultural
Wastes : Adsorption and Characterisation Studies,
Sdiri, A., Higashi, T., Chaabouni, R., dan Jamoussi, Journal of Environmental Protection Vol. 5, pp. 289-
F., (2012), Competitive Removal of Heavy Metals 300.

19

You might also like