You are on page 1of 15

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PRAKTIK TENEGA KESEHATAN

TANPA IZIN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36


TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN
DI KOTA PEKANBARU
Oleh : Okta Dwi Handayanis
Pembimbing I : Dr. Erdianto, SH.,M.Hum.
Pembimbing II :Ledy Diana, SH., M.H.
Alamat: Jalan Swakarya, Kel. Tuah Karya, Pekanbaru-Riau
Email: Oktdwihandayanis@gmail.com

ABSTRACT
The practice of unlicensed health workers is one of the crimes that harm the entire
community, especially the health needs of the community to make the risk of the existence of
health workers practice without this permit will increasingly endanger the safety of the
community. In practice, health workers should be continuously upgraded through continuous
education and training, certification, registration, licensing, as well as guidance, supervision
and monitoring so that the implementation of health personnel practices is in accordance
with the development of science and technology. The aim of this thesis are: First,
the enforcement of the law against the practice of medical personnel without permission
under Act No. 36 of 2014 on Health Workers in Pekanbaru, Second, obstacles to the
enforcement of the law against the practice of medical personnel without permission under
Act No. 36 of 2014 Health workers in the city of Pekanbaru, Third, efforts are being made to
overcome the barriers in law enforcement against unlicensed practice of health professionals
based on Law No. 36 Year 2014 about Health workers in Pekanbaru.
This research type is research of sociological law, that is research with see
effectiveness of law enforcement in field. This research was conducted at Pekanbaru Police
Resort and Pekanbaru City Health Office. Population and sample are all parties related to
the problem under study. Sources of data used are: primary data, secondary data and tertiary
data, data collection techniques using interviews and literature review.
From the results of research there are three main issues that can be concluded. First,
the enforcement of the law against the practice of health workers without permits in the city
of Pekanbaru, the lack of coordination between the Parties to the Police, the Department of
Health and the Indonesian Dentists Association, Second, obstacles to the enforcement of the
law against the practice of medical personnel without permission in Pekanbaru, Factors Act,
factors of law enforcement officers, the factor of facilities and amenities, as well as
community factors as the most vital, Third, efforts are being made to overcome the obstacles
in the enforcement of laws against the practice of medical personnel without permission in
Pekanbaru, law enforcement officers are expected to cooperate with agencies that have
Supervisory authority and supervision and guidance in the form of socialization to the
community related to the knowledge about the practice of health workers without permission
and danger from visiting the practice of health workers without permission. Suggestions
writer, First, role of government oversight associated with the practice of health workers
without such permission must first be improved to avoid the occurrence of
violations, Second, law enforcement officials are expected to work closely with the
Department of Health and the Association of Indonesian Your doctor. The health offices are
more effective in monitoring the practice of unskilled health workers.

Keywords: Law Enforcement - Health Worker Practices - Without Permission

JOM Fakultas Hukum IV Nomor II, Oktober 2017 Page1


BAB I rupiah).3 Sedangkan tindak pidana
PENDAHULUAN menjalankan praktik tanpa memiliki izin
A. Latar Belakang Masalah diatur dalam Pasal 86 ayat (1) menyebutkan
Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus bahwa: setiap tenaga kesehatan yang
diwujudkan dalam bentuk pemberian menjalankan praktik tanpa memiliki izin
berbagai upaya kesehatan kepada seluruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat
masyarakat melalui penyelenggaraan (1) dipidana dengan pidana denda paling
pembangunan kesehatan yang berkualitas dan banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta
terjangkau bagi masyarakat. Penyelenggara rupiah).4
kesehatan dilakukan oleh tenaga kesehatan, Pada kasus dokter gigi berinisial RS (23)
dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang yang membuka praktek dokter gigi tanpa
Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga memiliki surat tanda registrasi maupun surat
Kesehatan disebutkan bahwa tenaga izin praktik. Tersangka telah menjalankan
kesehatan adalah setiap orang yang praktek ilegalnya selama 2 (dua) tahun,
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan modus tersangka menempelkan label
serta memiliki pengetahuan dan/atau Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI)
keterampilan melalui pendidikan di bidang cabang Pekanbaru pada toko tempat
kesehatan yang untuk jenis tertentu prakteknya yang bernama MR Behel Shop di
memerlukan kewenangan untuk melakukan dalam sebuah toko butik baju wanita. Dalam
upaya kesehatan.1 sehari, tersangka bisa melayani pasiennya
Dalam Pasal 11 ayat (1) tenaga kesehatan sampai 3 (tiga) orang, pasien tersangka
dikelompokkan ke dalam : tenaga medis, kalangan anak sekolah yang memasang behel
tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, fasion dengan tarif paling murah Rp.
tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)
kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan dan hingga Rp. 7.000.000,00 (tujuh juta
lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian rupiah). Dari data yang di peroleh dari Dinas
fisik, tenaga keteknisan medis tenaga Kesehatan Provinsi Riau dan Dinas
biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan Kesehatan Kota Pekanbaru jumlah tenaga
tenaga kesehatan.Apabila tenaga kesehatan kesehatan yang memiliki surat tanda registrasi
lain melakukan pelanggaran terhadap hukum berbeda antara jumlah tenaga kesehatan di
administrasi negara yang berlaku, misalnya Provinsi Riau dan Kota Pekanbaru tahun
menjalankan praktek tanpa lisensi atau izin 2016, maka jelas bahwa masih banyak tenaga
praktek, misalnya melakukan tindakan yang kesehatan yang membuka praktek tanpa
tidak sesuai dengan lisensi atau izinnya, dan memiliki surat tanda registrasi.
menjalankan praktek tanpa membuat catatan Berdasarkan uraian dari latar belakang
medik termasuk malpraktek administratif diatas, penulis tertarik untuk melakukan
(Administrative Malpractice).2 penelitian yang dituangkan dalam bentuk
Tindak pidana menjalankan praktik tanpa skripsi yang berjudul “Penegakan Hukum
STR diatur dalam Pasal 85 ayat (1) Undang- Terhadap Praktik Tenaga Kesehatan
Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tanpa Izin Berdasarkan Undang-Undang
Tenaga Kesehatan yang menyebutkan bahwa, Nomor 36 Tahun 2014 Tentan Tenaga
setiap tenaga kesehatan yang dengan sengaja Kesehatan Di Kota Pekanbaru”.
menjalankan praktik tanpa memiliki STR B. Rumusan Masalah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat 1. Bagaimanakah penegakan hukum terhadap
(1) dipidana denganpidana denda paling praktik tenaga kesehatan tanpa izin
banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta berdasarkan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan di
Kota Pekanbaru?

1
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan.
2 3
Anny Isfandyarie, Malpraktek dan Resiko Medik Adami Chazawi, Malapraktik Kedokteran, Sinar
dalam Kajian Hukum Pidana, Prestasi Pustaka Publisher, Grafika, Jakarta, hlm.169.
4
Jakarta, 2005, hlm. 35. Ibid, hlm. 171.
JOM Fakultas Hukum IV Nomor II, Oktober 2017 Page2
2. Apa sajakah hambatan dalam penegakan tertentu diwajibkan oleh ketentuan pidana.5
hukum terhadap praktik tenaga kesehatan Pembagian hukum pidana :6
tanpa izin berdasarkan Undang-Undang a. Hukum pidana dalam keadaan diam dan
Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga dalam keadaaan bergerak. Hukum
Kesehatan di Kota Pekanbaru? pidana dibedakan atas hukum pidana
3. Upaya apa sajakah yang dilakukan untuk materil(diam) dan hukum pidana formal
mengatasi hambatan dalam penegakan (bergerak)
hukum terhadap praktik tenaga kesehatan b. Hukum pidana dalam arti obyektif dan
tanpa izin berdasarkan Undang-Undang subjektif. Hukum pidana obyektif (ius
Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga poenale) hukum pidana yang diliat dari
Kesehatan di Kota Pekanbaru? larangan-larangan berbuat yaitu
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian larangan yang disertai ancaman pidana
1. Tujuan Penelitian bagi siapa yang melanggar larangan
a. Untuk mengetahui penegakan hukum tersebut (hukum pidana materil).
terhadap praktik tenaga kesehatan tanpa Hukum pidana subjektif (ius poenandi)
izin berdasarkan Undang-Undang merupakan aturan yang berisi hak atau
Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga kewenangan negara.
Kesehatan di Kota Pekanbaru. c. Pada siapa berlakunya hukum pidana.
b. Untuk mengetahui hambatan dalam Dibedakan antara hukum pidana umum
penegakan hukum terhadap praktik dan hukum pidana khusus.
tenaga kesehatan tanpa izin berdasarkan d. Sumbernya. Hukum pidana dibedakan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 menjadi hukum pidana umum dan
tentang Tenaga Kesehatan di Kota hukum pidana khusus. Hukum pidana
Pekanbaru. umum ketentuan pidana yang
c. Untuk mengetahui upaya apa sajakah bersumber pada kodifikasi KUHP.
yang dilakukan untuk mengatasi Hukum pidana khusus yang bersumber
hambatan dalam penegakan hukum pada peraturan perundang-undangan
terhadap praktik tenaga kesehatan tanpa diluar KUHP.
izin berdasarkan Undang-Undang e. Menurut wilayah berlakunya hukum
Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga pidana. Hukum pidana terdapat
Kesehatan di Kota Pekanbaru. dibedakan menjadi hukum pidana
2. Kegunaan Penelitian umum yaitu hukum pidana yang
a. Dapat bermanfaat bagi penulis sebagai dibentuk oleh negara dan berlaku bagi
pengalaman, memperluas wawasan dan subjek hukum yang melanggar hukum
pengembangan ilmu hukum pidana. pidana yang diwilayah hukum negara.
b. Dapat menjadi sumbangan pemikiran Hukum pidana lokal yaitu hukum
bagi akademisi dan peneliti selanjutnya. pidana yang dibuat oleh pemerintah
c. Dapat memberikan pencerahan dan daerah yang berlaku bagi subjek hukum
solusi terhadap permasalahan yang ada, yang melakukan perbuatan yang
khususnya mengenai penegakan hukum dilarang oleh hukum pidana didalam
terhadap praktik tenaga kesehatan tanpa hukum pemerintahan daerah tersebut.
izin di Kota Pekanbaru. f. Bentuk atau wadah. Dapat dibedakan
D. Kerangka Teori menjadi hukum pidana tertulis ( Hukum
1. Teori Tindak Pidana pidana Undang- Undang) dan hukum
Tindak pidana adalah prilaku yang pidana tidak tertulis (hukum pidana
melanggar ketentuan pidana yang berlaku adat).
ketika prilaku itu dilakukan, baik prilaku 2. Teori Pertanggungjawaban Pidana
tersebut berupa melakukan perbuatan Pertanggungjawaban pidana dalam
tertentu yang dilarang oleh ketentuan bahasa asing sering disebut sebagai
pidana maupun tidak melakukan perbuatan
5
Sutan Remy Sjahdeini, Pertanggungjawaban Pidana
Korporasi, Grafiti, Jakarta, 2011, hlm.25.
6
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana , Rajawali Pers¸
Jakarta, 2011, hlm.10.
JOM Fakultas Hukum IV Nomor II, Oktober 2017 Page3
“criminal responsibility” atau “criminal Dalam perkembangannya kemudian,
liability”.Pertanggungjawaban disini bentuk kesalahan berupa kesengajaan
dimaksudkan untuk menentukan apakah dibedakan menjadi tiga yaitu:9
seorangtersebut dapat a) Sengaja sebagai maksud
dipertanggungjawabkan atasnya pidana b) Sengaja dengan kesadaran tentang
atau tidak terhadap tindakan yang kepastian
dilakukan.7 c) Sengaja dengan kesadaran
Dalam mempertanggungjawabkan kemungkinan sekali terjadi
seseorang yang telah melakukan tindak 2) Kelalaian/kealpaan (culpa)
pidana, maka harus terpenuhinya beberapa Delik culpa dalam rumusan
unsur, ialah: Undang-Undang ada dua macam,
a. Kemampuan bertanggungjawab yaitu delik kelalaian yang
Menurut ketentuan Pasal 44 ayat (1) menimbulkan akibat (culpose
seseorang tidak dapat dimintai gevolgsmisdrijven) dan yang tidak
pertanggungjawabannya atas sesuatu menimbulkan akibat.
perbuatan karena dua alasan yakni a) Culpa yang disadari
jiwanya cacat dalam pertumbuhannya, Culpa yang disadari ialah
jiwanya terganggu kerena penyakit. perbuatan sama sekali tidak
b. Hubungan batin antara si pelaku dengan menghendaki akibat yang
perbuatannya, yang berupa kesengajaan berhubungan dengan itu, ia
(dolus) atau kealpaan (culpa). melakukan perbuatan dengan
1) Kesengajaan (dolus) kesadarandapat menghindarinya.
M.v.T dari WvSr memberikan b) Culpa yang tidak disadari
penjelasan bahwa sengaja Culpa yang tidak disadari ialah
merupakan perbuatan yang pelaku tidak memiliki dugaan
dikehendaki dan diketahui. Terhadap atau pikiran bahwa perbuatannya
masalah kesengajaan terdapat dua dapat menimbulkan akibat
teori yaitu:8 tertentu yang dilawan hukum.
a) Teori kehendak (willstheorie) 3. Teori Penegakan Hukum
Menurut teori kehendak ini adalah Penegakan hukum adalah usaha
baik terhadap perbuatannya melaksanakan hukum sebagaimana
maupun terhadap akibat atau hal mestinya, mengawasi pelaksanaannya
ikhwal yang menyertai, dapat agar tidak terjadi pelanggaran, dan jika
dikehendaki oleh pembuat, terjadi pelanggaran ada usaha lain untuk
sehingga kesengajaan si pembuat memulihkan hukum yang dilanggar itu
dapat ditujukan kepada perbuatan, agar ditegakkan kembali.10
akibat dari hal ikhwal yang KUHAP menegaskan bahwa proses
menyertai. penegakan hukum pada umumnya
b) Teori pengetahuan adalah domain subjektif dari penegak
(voorstellingstheorie) hukum, polisi, jaksa dan
Perbuatannya memang hakim.11Penegakan hukum yang
dikehendaki akan tetapi akibat mempunyai nilai yang baik adalah
atau hal ikhwal yang menyertai menyangkut penyerasian antara nilai
itu tidak dapat dikehendaki oleh dengan kaidah serta dengan perilaku
pembuatnya, sehingga nyata manusia.Pada hakikatnya, hukum
kesengajaan si pembuat hanya mempunyai kepentingan untuk menjadi
dapat ditunjukan kepada
perbuatan saja. 9
Ibid, hlm. 157.
10
Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, Citra
7
S.R.Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana Indonesia dan Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm.115.
11
Penerapannya, Cet IV alumni Ahaem- Pereheam, Jakarta, Erdianto,“Makelar Kasus/Mafia Hukum, Modus
1996, hlm. 245. Operandi dan Faktor Penyebabnya”, Jurnal Ilmu Hukum,
8
Bambang Poernomo, Asas-Asas Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Riau, Edisi I, No.1, Agustus
Ghalia Indonesia, Yogyakarta, 1978, hlm. 155. 2010, hlm. 29.
JOM Fakultas Hukum IV Nomor II, Oktober 2017 Page4
kehidupan sosial masyarakat, karena studi-studi empiris untuk menemukan
hukum dan masyarakat terdapat teori-teori mengenai proses terjadinya dan
interelasi.12 mengenai proses bekerjanya hukum di
E. Kerangka Konseptual dalam masyarakat.19 Suatu gambaran yang
1. Penegakan Hukum adalah suatu proses jelas bagaimana penegakan hukum
untuk mewujudkan keinginan-keinginan terhadap praktik tenaga kesehatan tanpa
hukum menjadi kenyataan.13 izin berdasarkan Undang-Undang Nomor
2. Izin adalah suatu persetujuan dari 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
penguasa berdasarkan Undang-Undang di Kota Pekanbaru.
atau Peraturan Pemerintah.14 2. Lokasi Penelitian
3. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang Lokasi penelitian dilakukan di Kepolisian
yang mengabdikan diri dalam bidang Resor Kota Pekanbaru dan Dinas
kesehatan serta memiliki pengetahuan Kesehatan Kota Pekanbaru.
dan/atau keterampilan melalui pendidikan 3. Populasi dan Sampel
dibidang kesehatan yang untuk jenis a. Populasi
tertentu memerlukan kewenangan untuk Adapun yang menjadi populasi dalam
melakukan upaya kesehatan.15 penelitian ini adalah sebagai berikut:
4. Surat Tanda Registrasi (STR) adalah bukti 1) Kasat Reskrim Kepolisian Resor
tertulis yang diberikan oleh konsil masing- Kota Pekanbaru
masing tenaga kesehatan kepada tenaga 2) Penyidik Kasat Reskrim Kepolisian
kesehatan yang telah diregistrasi.16 Resor Kota Pekanbaru
5. Surat Izin Praktik (SIP) adalah bukti 3) Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan
tertulis yang diberikan pemerintah daerah (Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru)
kabupaten/kota kepada tenaga kesehatan b. Sampel
sebagai pemberian kewenangan untuk Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
menjalankan praktik.17 tabel populasi dan sampel penelitian di
6. Malpraktek adalah kesalahan atau bawah ini:
kelalaian yang dilakukan oleh tenaga Tabel I.2
kesehatan dalam melaksanakan profesinya Populasi dan Sampel
yang tidak sesuai dengan standar profesi Jml Jml
N Jenis Perse
dan standar prosedur operasional, akibat Popul Samp
o Populasi ntase
kesalahan atau kelalaian tersebut pasien asi el
menderita luka berat, cacat bahkan Kasat
meninggal dunia.18 Reskrim
F. Metode Penelitian 1. Kepolisian 1 1 100%
1. Jenis Penelitian Resor Kota
Dalam penelitian ini penulis Pekanbaru
menggunakan jenis penelitian hukum Penyidik
sosiologis, yaitu suatu penelitian berupa Kasat
Reskrim
2. 5 2 40%
12
Kepolisian
Siswanto Sunarto, Penegakan Hukum Psikotropika Resor Kota
Dalam Kajian Sosiologi Hukum, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2004, hlm.71. Pekanbaru
13
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum Suatu Kepala
Tinjauan Sosiologis, Sinar Baru, Bandung, 1983, hlm. 24. Bidang
14
Cecep Triwibowo, Etika dan Hukum Kesehatan, Pelayanan
Nuha Medika, Yogyakarta, 2014, hlm.263. 3. Kesehatan 1 1 100%
15
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan. (Dinas
16
Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Nomor 36 Tahun Kesehatan
2014 tentang Tenaga Kesehatan. Kota
17
Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan.
18 19
http://www.duniahukum.info/2012/11/pengertian- Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, PT
malpraktek.html?m=1 diakses, tanggal, 16 November 2012. Raja Grafindo Persada, Jakarta 1996, hlm. 43.
JOM Fakultas Hukum IV Nomor II, Oktober 2017 Page5
Pekanbaru) b. Kajian Kepustakaan
Jumlah 7 4 - Merupakan pengumpulan data
dengan cara mengkaji, membaca,
4. Sumber Data menganalisis literatur-literatur
a. Data Primer kepustakaan yang memiliki korelasi
Data Primer adalah data yang diperoleh dengan permasalahan yangsedang
langsung dari sumber pertama.20Data diteliti.
diperoleh melalui wawancara yang 6. Analisa Data
penulis lakukan sesuai dengan masalah Dalam penelitian ini data yang
yang diteliti. terkumpul dianalisa secara kualitatif, yaitu
b. Data Sekunder data dengan cara menguraikan secara
Data sekunder adalah data yang deskriptif dari data yang telah diperoleh.
diperoleh peneliti dari berbagai studi Kemudian dari pembahasan tersebut akan
kepustakaan serta peraturan perundang- menarik kesimpulan secara deduktif, yaitu
undangan, buku-buku literatur serta menarik kesimpulan secara deduktif, yaitu
pendapat para ahli yang berkaitan menarik kesimpulan dari yang bersifat
dengan permasalahan penelitian ini, umum kepada hal-hal yang bersifat
yang terdiri dari: khusus.
1) Bahan Hukum Primer
Yaitu Undang-undang yang BAB II
berhubungan dengan penelitian TINJAUAN PUSTAKA
antara lain Undang-Undang Nomor A. Tinjauan Umum Tindak Pidana
36 Tahun 2014 Tentang Tenaga 1. Pengertian Tindak PIdana
Kesehatan, Undang-Undang Nomor Pengertian tindak pidana adalah
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan perbuatan yang dilarang dan diancam
dan Undang-Undang Nomor 29 dengan pidana oleh Undang-Undang.22
Tahun 2004 Tentang Praktik Tindak pidana adalah perbuatan yang oleh
Kedokteran. suatu aturan hukum dilarang dan diancam
2) Bahan Hukum Sekunder pidana, dimana larangannya ditujukan
Bahan hukum sekunder yaitu kepada perbuatannya, sedangkan ancaman
bahan yang memberikan penjelasan pidananya ditujukan kepada orang yang
mengenai bahan hukum primer menimbulkan kejadian itu.23
seperti rancangan undang-undang, 2. Unsur-Unsur Tindak Pidana
hasil-hasil penelitian, atau pendapat Unsur-unsur tindak pidana dibagii
pakar hukum. menjadi dua macam unsur, yakni unsur-
3) Bahan Hukum Tertier unsur subjektif dan unsur-unsur objektif.
Bahan hukum tersier yaitu bahan Unsur-unsur subjektif adalah unsur-
yang memberikan petunjuk maupun unsur yang melekat pada diri si pelaku
penjelasan terhadap bahan hukum atau yang berhubungan dengan diri si
primer dan hukum sekunder, seperti pelaku, dan termasuk ke dalamnya yaitu
kamus(hukum). segala sesuatu yang terkandung di dalam
5. Teknik Pengumpulan Data hatinya. Unsur-unsur subjektif dari sesuatu
a. Wawancara tindak pidana adalah:24
Wawancara merupakan cara yang a. Kesengajaan atau ketidaksengajaan
digunakan untuk memperoleh (dolus dan culpa);
keterangan secara lisan guna mencapai
tujuan tertentu, dan tujuan ini dapat
bermacam-macam.21 22
Jur Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, Sinar
Grafika, Jakarta, 2013, hlm. 164.
20 23
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Bina Aksara,
Penelitian Hukum, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2010, Jakarta, 1987,
hlm.30. hlm. 54.
21 24
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia,
Cipta, Jakarta, 2013, hlm, 95. PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hlm. 193.
JOM Fakultas Hukum IV Nomor II, Oktober 2017 Page6
b. Maksud atau voornemen pada suatu 4. Praktik Tenaga Kesehatan Tanpa
percobaan atau poging seperti yang Izin
dimaksudkan di dalam Pasal 53 ayat 1 Tenaga kesehatan yang akan
KUHP; melakukan praktik baik di institusi
c. Macam-macam maksud atau oogmerk kesehatan maupun mandiri wajib
seperti yang terdapat misalnya di dalam memiliki izin yang dikeluarkan oleh
kejahatan-kejahatan pencurian, Pemerintah. Hal ini sesuai dengan
penipuan, pemerasan, pemalsuan dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
lain-lain; tentang Kesehatan Pasal 23 ayat (3)
d. Merencanakan terlebih dahulu atau yang berbunyi “dalam
voorbedachte raad seperti yang menyelenggarakan pelayanan
misalnya yang terdapat di dalam kesehatan, tenaga kesehatan wajib
kejahatan pembunuhan menurut Pasal memiliki izin dari pemerintah”.26
340 KUHP; Tindak pidana oleh tenaga kesehatan
e. Perasaan takut atau vress seperti yang dapat terjadi apabila dalampraktik
antara lain terdapat di dalam rumusan pelayanan kesehatan setiap orang yang
tindak pidana menurut Pasal 308 bukan tenaga kesehatan atau tenaga
KUHP. kesehatan itu sendiri melakukan hal-hal
Sedangkan yang dimaksud dengan sebagaimana diatur dalam Pasal 83
unsur-unsur objektif adalah unsur-unsur sampai dengan Pasal 86 Undang-
yang ada hubungannya dengan keadaan- Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan Tenaga kesehatan dan jenis-jenis
mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu perbuatan yang dilakukan sebagai
harus dilakukan. Unsur-unsur objektif dari berikut:27
sesuatu tindak pidana itu adalah:25 a) Setiap orang yang bukan tenaga
1) Sifat melanggar hukum atau kesehatan melakukan praktik
wederrechtelijkheid; seolah-olah sebagai tenaga
2) Kualitas dari si pelaku; kesehatan yang telah memiliki
3) Kausalitas, yakni hubungan antara izin;
sesuatu tindakan sebagai penyebab b) Tenaga kesehatan melakukan
dengan sesuatu kenyataan sebagai kelalaian berat yang
akibat. mengakibatkan penerima
3. Jenis Tindak Pidana pelayanan kesehatan luka berat
a. Kejahatan dan Pelanggaran atau kematian;
b. Delik Formal (Formil) dan Delik c) Tenaga kesehatan menjalankan
Material (Materiil) praktik tanpa memiliki STR;
c. Delik Dolus dan Delik Culpa d) Tenaga kesehatan warga negara
d. Delik Commissionis dan Delik asing yang dengan sengaja
Omissionis memberikan pelayanan kesehatan
e. Delik Aduan dan Delik Biasa (Bukan tanpa memiliki STR sementara;
Aduan) e) Setiap tenaga kesehatan yang
f.Jenis Delik yang Lain menjalankan praktik tanpa
1) Delik berturut-turut (voortgezet memiliki izin;
delict); f) Setiap tenaga kesehatan warga
2) Delik yang berlangsung terus negara asing yang dengan sengaja
3) Delik berkualifikasi memberikan pelayanan kesehatan
(gequalificeerd), tanpa memiliki SIP.
4) Delik dengan privilege
(gepriviligeerd delict),
5) Delik politik,
6) Delik propria
26
Cecep Triwibowo, Op.cit, hlm. 262.
25 27
Ibid, hlm 194. Ibid, hlm. 274.
JOM Fakultas Hukum IV Nomor II, Oktober 2017 Page7
B. Tinjauan Umum Tentang Dolus diartikan sebagai suatu niat
Pertanggungjawaban Pidana atau itikad diwarnai sifat melawan
1. Kesalahan dan Konsep hukum, kemudian dilaksanakan
Pertanggungjawaban Pidana dalam sikap tindak, maka menjadi
Pertanggungjawaban pidana karenanya suatu kesengajaan.
harus dapat dihubungkan dengan fungsi 2) Kealpaan (culpa)
preventif hukum pidana.Pada konsep Kealpaan merupakan bentuk
tersebut harus terbuka kemungkinan untuk kesalahan yang bersifat
sedini mungkin pembuat menyadari eksepsional.Artinya, tidak semua
sepenuhnya tentang konsekuensi hukum perbuatan yang terjadi karena
perbuatannya.Dengan demikian, kealpaan pembuatnya, dapat
konsekuensi atas tindak pidana merupakan dicela.Dapat dicela pembuat
resiko yang sejak awal dipahami oleh terutama merujuk pada yang
pembuat.Mempertanggungjawabkan melakukan tindak pidana dengan
seseorang dalam hukum pidana bukan kesengajaan.Sedangkan pada
hanya berarti sah menjatuhkan pidana kealpaan adalah pengecualian.Hanya
terhadap orang itu, tetapi juga sepenuhnya apabila Undang-Undang menentukan
dapat diyakini bahwa memang pada suatu perbuatan yang terjadi karena
tempatnya meminta pertanggungjawaban kealpaan menyebabkan pembuatnya
atas tindak pidana yang dilakukannya.28 juga dapat dicela, yang merupakan
2. Kesalahan dalam Konsep tindak pidana.31
Pertanggungjawaban c. Alasan Penghapus Pidana
Kesalahan adalah dapat dicelanya Dalam ilmu pengetahuan hukum
pembuat tindak pidana, karena sebenarnya pidana terdapat alasan penghapusan
dapat berbuat lain. Dicelanya subjek pidana sejalan dengan pembedaan
hukum manusia karena melakukan tindak antara dapat dipidananya perbuatan dan
pidana, hanya dapat dilakukan terhadap dapat dipidananya pembuat.
mereka yang keadaan batinnya normal.29 Penghapusan pidana dapat menyangkut
3. Unsur-Unsur Pertanggungjawaban perbuatan atau pembuatnya, maka
Pidana dibedakan tiga jenis alasan penghapus
a. Kemampuan Bertanggungjawab pidana, yaitu:32
Kemampuan bertanggung jawab 1) Alasan pembenar;
dengan singkat diterangkan sebagai 2) Alasan pemaaf;
keadaan batin orang yang normal 3) Alasan penghapus penuntutan.
melakukan tindak pidana. Menurut C. Tinjauan Umum Tentang Penegakan
Moeljatno dimana untuk adanya Hukum
kemampuan bertanggung jawab harus 1. Pengertian Penegakan Hukum
ada:30 Penegakan hukum adalah keseluruhan
1. Kemampuan untuk membeda- kegiatan dari para pelaksana penegak
bedakan antara perbuatan yang hukum ke arah tegaknya hukum, keadilan
baik dan yang buruk, yang sesuai dan perlindungan terhadap harkat dan
hukum dan yang melawan hukum. martabat manusia, ketertiban, ketentraman,
2. Kemampuan untuk menentukan kepastian hukum sesuai dengan Undang-
kehendaknya menurut keinsafan Undang Dasar 1945. Penegakan hukum
tentang baik dan buruknya yang berkaitan dengan perlindungan
perbuatan tadi. masyarakat terhadap kejahatan tentunya
b. Kesengajaan (dolus) dan Kealpaan berkaitan dengan masalah hukum pidana.
(culpa) Tujuan ditetapkannya hukum pidana
1) Kesengajaan (dolus) 31
Chairul Huda, Dari Tiada Pidana, Tanpa Kesalahan
Menuju Kepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa
28
Ibid, hlm. 65. Kesalahan, Kencana, Jakarta, 2008 hlm.111.
29 32
Ibid, hlm. 91. Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban
30
Moeljatno, Op.Cit, hlm. 178. Pidana Korporasi, Kencana, Jakarta, 2010, hlm. 148.
JOM Fakultas Hukum IV Nomor II, Oktober 2017 Page8
adalah sebagai salah satu sarana politik 5) Kurangnya daya inovatif yang
kriminal yaitu untuk “perlindungan sebenarnya merupakan pasangan
masyarakat” yang sering pula dikenal konservatisme.
dengan istilah “social defence”.33 c. Faktor Sarana atau Fasilitas Yang
2. Faktor-Faktor Penegakan Hukum Mendukung Penegakan Hukum
a. Faktor Hukumnya Sendiri Sarana atau fasilitas yang
Undang-Undang dalam arti materiel mendukung penegakan hukum antara
mencakup:34 lain mencakup tenaga manusia yang
1) Peraturan pusat yang berlaku untuk berpendidikan dan terampil, organisasi
semua warga negara atau suatu yang baik, peralatan yang memadai,
golongan tertentu saja maupun yang keuangan yang cukup, dan seterusnya.37
berlaku umum di sebagian wilayah d. Faktor Masyarakat
negara. Yakni lingkungan dimana hukum
2) Peraturan setempat yang hanya tersebut berlaku dan diterapkan.
berlaku di suatu tempat atau daerah Penegakan hukum berasal dari
saja masyarakat, dan bertujuan untuk
b. Faktor Penegak Hukum mencapai kedamaian di dalam
Yakni pihak-pihak yang membentuk masyarakat. Oleh karena itu, dipandang
maupun menerapkan hukum. Kiranya dari sudut tertentu, maka masyarakat
sudah dapat diduga bahwa kalangan dapat mempengaruhi penegakan hukum
tersebut mencakup meraka yang tersebut.38
bertugas di bidang-bidang kehakiman, e. Faktor Kebudayaan
kejaksaan, kepolisian, kepengacaraan, Yakni sebagai hasil karya, cipta, dan
dan pemasyarakatan.35Halangan- rasa yang didasarkan pada karsa
halangan yang mungkin dijumpai pada manusia di dalam pergaulan
penerapan peran yang seharusnya dari hidup.Faktor kebudayaan yang
golongan panutan atau penegak hukum, sebenarnya bersatu padu dengan faktor
mungkin berasal dari dirinya sindiri masyarakat sengaja dibedakan, karena
atau dari lingkungan. Halangan- di dalam pembahasannya
halangan yang memerlukan diketengahkan masalah system nilai-
penanggulangan tersebut, adalah:36 nilai yang menjadi inti dari kebudayaan
1) Keterbatasan kemampuan untuk spriritual atau non-material.39
menempatkan diri dalam peranan
pihak lain dengan siapa dia BAB III
berinteraksi, GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2) Tingkat aspirasi yang relatif belum A. Gambaran Umum Kota Pekanbaru
tinggi, Kota Pekanbaru adalah ibu kota dan kota
3) Kegairahan yang sangat terbatas terbesar di provinsi Riau, Indonesia. Kota ini
untuk memikirkan masa depan, merupakan kota perdagangan dan jasa,
sehingga sulit sekali untuk membuat termasuk sebagai kota dengan tingkat
sesuatu proyeksi, pertumbuhan, migrasi dan urbanisasi yang
4) Belum adanya kemampuan untuk tinggi.40 Pekanbaru mempunyai satu bandar
menunda pemuasan suatu kebutuhan udara internasional yaitu Bandar Udara Sultan
tertentu, terutama kebutuhan Syarif Kasim II.
materiel, Dan juga mempunyai terminal bus
terminal antar kota dan antar provinsi Bandar
Raya Payung Sekaki, serta dua pelabuhan di
33
Barda Nawawi Arief, Op.Cit, hlm. 11.
34 37
Soerjono Soekanto,Faktor-Faktor Yang Ibid, hlm. 37.
38
Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT RajaGrafindo Ibid, hlm. 45.
39
Persada, Jakarta, 2013,hlm. 11. Ibid, hlm. 59.
35 40
Ibid, hlm. 19 https://www.riau.go.id/home/content/4/kota
36
Ibid, hlm. 34. pekanbaru, diakses, tanggal, 18 Februari 2017.
JOM Fakultas Hukum IV Nomor II, Oktober 2017 Page9
Sungai Siak, yaitu Pelita Pantai dan Sungai b. Penganalisaan kasus beserta
Duku. Saat ini Kota Pekanbaru sedang penanganannya, serta mempelajari
berkembang pesat menjadi kota dagang yang dan mengkaji efektifitas pelaksanaan
multi-etnik, keberagaman ini telah menjadi tugas Satreskrim;
kepentingan bersama untuk dimanfaatkan c. Pembinaan teknis, koordinasi dan
bagi kesejahteraan masyarakatnya. pengawasan operasional, serta
Kota Pekanbaru memang tengah tumbuh administrasi penyidikan oleh
dengan baik. Berbagai pembangunannya Penyidik Pegawai Negeri Sipil;
makin bergeliat. Hal ini dapat kita lihat pada d. Pelaksanaaan pengawasan
Sasana Purna MTQ yang sangat artistik dan penyidikan tindak pidana umum di
indah dari segi arsitekturnya. Saat ini gedung lingkungan Polresta Pekanbaru;
ini sering diapakai sebagai pusat pameran e. Pengumpulan dan pengolahan data
kesenian dan bisnis. serta menyajikan informasi dan
B. Gambaran Umum Kepolisian Resor Kota dokumentasi program kegiatan
Pekanbaru Satreskrim.
1. Kepolisian Resor Kota Pekanbaru BAB IV
Kepolisian Resor Kota Pekanbaru HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
(Polresta) adalah Kepolisian Nasional di A. Penegakan Hukum Terhadap Praktik
Indonesia yang berada di bawah naungan Tenaga Kesehatan Tanpa Izin
Polda Riau.Polresta Pekanbaru dipimpin Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36
langsung oleh Kepala Polisi Resor Kota Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan di
Pekanbaru (Kapolres) yang Kota Pekanbaru
bertanggungjawab langsung kepada Upaya aparatur penegakan hukum tertentu
Kapolda Riau.Polresta Pekanbaru untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu
mengemban tugas-tugas Kepolisian khusus aturan hukum berjalan sebagaimana
di wilayah hukum Kota Pekanbaru.Untuk seharusnya. Dalam memastikan tegaknya
menjalankan tugasnya baik dalam hukum itu, apabila diperlukan aparatur
penegakan hukum, memberikan penegakan hukum itu diperkenankan untuk
perlindungan dan pengayoman kepada menggunakan daya paksa.41 KUHAP
masyarakat.Polresta Pekanbaru menegaskan bahwa proses penegakan hukum
membentuk beberapa bagian atau satuan pada umumnya adalah domain subjektif dari
kerja dengan tugas masing-masing yang para penegakan hukum, polisi, jaksa dan
sudah ditentukan. Adapun bagian tersebut hakim.42
antara lain : Sat Intelkam, Sat Reskrim, Sat Penegakan hukum pidana terhadap
Narkoba, Sat Binmas, Sat Ssabhara, Sat praktik tenaga kesehatan tanpa izin
Lantas, Sat Pam Obvit, Sat Polair, Sat merupakan suatu hal yang penting. Dalam
Tahti. rangka penegakan hukum yang harus
2. Gambaran Umum Satuan Reserse dilakukan sebagaimana mestinya terlebih
Kriminal dalam memenuhi rasa keadilan dan kepastian
Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) hukum sendiri, maka penegakan hukum
Polresta Pekanbaru bertugas hendaknya dapat digunakan dalam rangka
menyelenggarakan penyelidikan dan menyelesaikan nilai-nilai dan norma-norma
penyidikan tindak pidana umum, yang ada dalam masyarakat, melibatkan
koordinasi, pengawasan operasional dan konsep-konsep yang saling terkait dalam
administrasi sesuai dengan ketentuan penegakan hukum pidana.
peraturan perundang-undangan. Dalam
melaksanakan tugas Satreskrim 41
Ropica Damayanti, “Penerapan Sanksi Terhadap
menyelenggarakan fungsi: Narapidana Yang Melakukan Pelanggaran Di Lembaga
a. Penyelidikan dan penyidikan tindak Pemasyarakatan”, Skripsi, Universitas Riau, Pekanbaru,
pidana umum, antara lain tindak Tahun 2017, hlm, 38.
42
pidana ekonomi, korupsi, dan tindak Erdianto,“Makelar Kasus/Mafia Hukum, Modus
Operandi dan Faktor Penyebabnya”, Jurnal Ilmu Hukum,
pidana tertentu di daerah hukum Fakultas Hukum Universitas Riau, Edisi I, No.1, Agustus
Polresta Pekanbaru; 2010, hlm. 29.
JOM Fakultas Hukum IV Nomor II, Oktober 2017 Page10
Di Pekanbaru masih banyak tenaga pihak Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru.43 Hal
kesehatan yang membuka praktik tanpa tersebut terjadi karena pihak Persatuan Dokter
memiliki izin, salah satu kasus yang terjadi di Gigi Indonesia (PDGI) dan pihak Dinas
Pekanbaru ada seorang dokter gigi bernama Kesehatan masih belum bisa bertindak
RS (23) yang membuka praktek ilegal. RS kooperatif dengan pihak kepolisian, dan pihak
membuka praktik dokter gigi di sebuah ruko kepolisian tidak memiliki pengetahuan
di jalan Surabaya, Harapan Raya, Pekanbaru tentang hal-hal yang berkaitan dengan praktik
dengan memasang plank nama usaha tenaga kesehatan.
praktinya dengan mencantumkan nama Penegak hukum kepolisian Kota
Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI). Pekanbaru terhadap praktik tenaga kesehatan
Setelah diselidiki bahwa praktik dokter gigi tanpa izin kurang efektif karna pihak
tersebut tidak tercantum di Persatuan Dokter kepolisian tidak memiliki pengetahuan
Gigi Indonesia (PDGI), dan praktik tersebut tentang hal-hal yang berkaitan dengan praktik
telah berjalan selama lebih dari dua tahun. tenaga kesehatan, den pihak kepolisian juga
Dalam menjalankan praktik RS tidak mengetahui jumlah tenaga kesehatan
memasang tarif antara Rp. 300,000,00 (tiga yang memiliki izin dan jumlah tenaga
ratus ribu rupiah) hingga Rp. 7.000.000,00 kesehatan yang tidak memiliki izin. Untuk
(tujuh juta rupiah) tergantung jenis kebutuhan melakukan penegakan hukum terhadap
dan keluhan pasien. Dalam sehari tersangka praktik tenaga kesehatan tanpa izin tersebut
bisa menerima tiga pasien, pasien tersangka seharusnya pihak kepolisian dan dinas
lebih banyak dari kalangan remaja wanita kesehatan melakukan koordinasi agar pihak
yang ingin memasang behel. Dengan kepolisian dapat melakukan penegakan
terungkapnya kasus dokter gigi ilegal ini hukum terhadap praktik tenaga kesehatan
menunjukkan bahwa penegakan hukum di tanpa izin.
Kota Pekanbaru tidak melakukan penegakan Peran masyarakat dalam melakukan
hukum terhadap praktik tenaga kesehatan penegakan hukum terhadap praktik tenaga
tanpa izin. kesehatan tanpa izin tersebut sangat
Hanya satu yang kasus yang dapat di diperlukan, karena pihak kepolisian akan
proses oleh pihak kepolisian¸ namun masih mealakukan penegakan hukum apabila
banyak lagi tenaga kesehatan yang adanya laporan dari masyarakat. Masyarakat
menjalankan praktik tanpa memiliki izin. diharapkan untuk melaporkan kepada pihak
Seperti masih banyaknya dokter gigi atau ahli kepolisian maupun dinas kesehatan apabila
gigi yang menjalankan praktik tanpa memiliki masyarakat mengetahui tempat praktik yang
izin, dan menjalankan praktik di sebuah ruko di duga menjalankan praktik tanpa memiliki
kecil yang terletak di pinggir jalan yang izin ataupun kepada masyarakat yang menjadi
hanya memasang plank nama tempat praktik korban tempat praktik yang menjalankan
tanpa mencantumkan nomor izin praktik. Dan praktik tanpa memiliki izin. Tindak pidana
para pelaku dokter gigi atau ahli gigi ilegal praktik tenaga kesehatan tanpa izin termasuk
tersebut memasang tarif yang murah untuk delik aduan yaitu tindak pidana yang
menarik pelanggan diantaranya para remaja pentuntutannya hanya dilakukan atas dasar
wanita yang ingin memasang behel dengan adanya pengaduan dari pihak yang
tarif yang murah dari tempat praktik dokter berkepentingan atau terkena.
gigi yang memiliki izin. Tindak pidana dalam Undang-Undang
Berdasarkan wawancara dengan Penyidik Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kasat Reskrim Polresta Kota Pekanbaru, Kesehatan dirumuskan dalam Pasal 83 hingga
mengatakan bahwa penegakan hukum Pasal 86. Tindak pidana dalam Undang-
terhadap praktik tenaga kesehatan sulit Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
dilakukan karena pihak kepolisian tidak Praktik Kedokteran dirumuskan dalam Pasal
mendapatkan koordinasi dari pihak Persatuan 75, Pasala 76 dan Pasal 78, berlaku khusus
Dokter Gigi Indonesia (PDGI) maupun dari
43
Wawancara dengan Bapak Bimo Ariyanto, SH., SIK,
Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru, Hari Senin, 27 Februari
2017, Bertempat di Polresta Kota Pekanbaru.
JOM Fakultas Hukum IV Nomor II, Oktober 2017 Page11
bagi tenaga kesehatan dokter, kecuali Pasal hal-hal tenaga kesehatan dan praktinya, ini
77, Pasal 79 dan Pasal 80. Sementara tindak merupakan upaya pemerintah untuk
pidana bidang kesehatan dalam Undang- mencegah kasus-kasus tenaga kesehatan
Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang yang menjalankan praktik tanpa memiliki
Tenaga Kesehatan diberlakukan bagi tenaga izin.
kesehatan yang bukan dokter, kecuali Pasal 2. Penegakan Hukum Secara Represif
83. Namun demikian, tindak pidana dalam Upaya represif adalah satu upaya
Undang-Undang Tenaga Kesehatan ini bisa penegakan hukum yang menitik beratkan
berlaku juga pada tenaga kesehatan dokter kepada pemberantasan setelah terjadinya
sepanjang tidak ada bandingannya dalam kejahatan yang dilakukan dengan hukum
Undang-Undang Praktik Kedokteran, pidana yaitu penerapan sanksi yang
misalnya Pasal 84.44 merupakan ancaman bagi pelaku.
Ketentuan-ketentuan mengenai tindak Tindakan represif yang dimaksudkan
pidana menajalankan praktik tenaga dalam kasus praktik tenaga kesehatan
kesehatan tanpa izin hanya berlaku tanpa izin ini adalah setiap proses
berdasarkan Pasal 85 dan Pasal 86 Undang- peradilan hukum pidana mulai dari
Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang kepolisian hingga lembaga
Tenaga kesehatan, ketentuan Pasal 85 ayat pemasyarakatan.
(1) tindak pidana menjalankan praktik tenaga B. Hambatan Dalam Penegakan Hukum
kesehatan tanpa STR disebutkan, Setiap Terhadap Praktik Tenaga Kesehatan
tenaga kesehatan yang dengan sengaja Tanpa Izin berdasarkan Undang-Undang
menjalankan praktik tanpa memiliki STR Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
sebagaimana dimaksud dalam pasal 44 ayat Kesehatan Di Kota Pekanbaru
(1) dipidana dengan pidana denda paling 1. Faktor Hukumnya Sendiri
banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta Praktek penyelenggaran hukum di
rupiah).45Ketentuan tindak pidana lapangan sering kali terjadi kontradiksi
menjalankan praktik tanpa memiliki izin antara hukum dan keadilan, hal ini
diatur dalam Pasal 86 ayat (1) disebutkan, dikarenakan konsepsi keadilan merupakan
Setiap tenaga kesehatan yang menjalankan rumusan yang bersifat abstrak, sedangkan
praktik tanpa memiliki izin sebagaimana kepatian keadilan merupakan prosedur
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) dipidana yang telah ditentukan secara normatif.
dengan pidana denda paling banyak Rp. Oleh karena itu, suatu kebijakan atau
100.000.000,00 (seratus juta rupiah).46 tindakan yang tidak sepenuhnya berdasar
Dalam penegakan hukum pidana hukum merupakan suatu yang dapat
terhadap praktik tenaga kesehatan tanpa izin dibenarkan sepanjang kebijakan atau
ini menggunakan dua metode, yaitu secara tindakan itu tidak bertentangan dengan
preventif yang lebih menekankan pada hukum.
pencegahan sebelum terjadinya tindak pidana 2. Faktor Penegak Hukum
dan represif yang lebih pada pemberantasan Penegak hukum adalah mereka yang
setelah terjadinya tindak pidana. secara langsung dan secara tidak langsung
1. Penegakan Hukum Secara Preventif berkecimpung dibidang penegakan hukum
Upaya preventif adalah cenderung yang tidak hanya mencakup law
dengan upaya pencegahan sebelum enforcement, akan tetapi juga peace
terjadinya kejahatan. Seperti adanya maintenance.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 3. Faktor Sarana atau Fasilitas
tentang Tenaga Kesehatan yang mengatur Sarana dan fasilitas mempunyai peranan
tentang syarat-syarat membuka yang sangat penting di dalam penegakan
memperoleh izin praktik tenaga kesehatan hukum. Tanpa adanya sarana dan fasilitas
ataupun ketentuan-ketentuan pidana terkait tersebut, maka tidak mungkin penegakan
hukum akan berlangsung dengan lancar
44
dan menyerasikan peranan yang
Adami Chazawi, Op.cit, hlm. 164.
45 seharusnya dengan peran yang aktual.
Adami Chazawi, Loc.Cit.
46
Adami Chazawi, Loc.Cit.
4. Faktor Masyarakat

JOM Fakultas Hukum IV Nomor II, Oktober 2017 Page12


Penegakan hukum berasal dari kurang memiliki kesadaran hukum terhadap
masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kasus tenaga kesehatan tanpa izin, dapat
kedamaian di dalam masyarakat.Oleh dilihat dari masih adanya rasa enggan warga
karena itu, masyarakat dapat masyarakat untuk menyampaikan laporan
mempengaruhi penegakan hukum di mana atau menjadi saksi atas terjadinya suatu
peraturan hukum berlaku atau proses penegakan hukum. Laporan
diterapkan.Bagian terpenting dari masyarakat inilah yang sangat penting, sebab
masyarakat yang menentukan penegakan tanpa adanya laporan dari masyarakat
hukum adalah kesadaran hukum penegakan hukum terhadap praktik tenaga
masyarakat. kesehatan tanpa izin tidak dapat terlaksana.
5. Faktor Kebudayaan C. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi
Faktor kebudayaan yang sebenarnya Hambatan Dalam Penegakan Hukum
bersatu padu dengan faktor masyarakat Terhadap Praktik Tenaga Kesehatan
sengaja dibedakan, karena di dalam Tanpa Izin berdasarkan Undang-Undang
pembahasannya diketengahkan masalah Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
sistem nilai-nilai yang menjadi inti dari Kesehatan Di Kota Pekanbaru
kebudayaan spiritual atau nonmaterial. 1. Faktor Penegakan Hukum
Beragam kebudayaan yang demikian Kepolisian Resor Kota Pekanbaru
banyak dapat menimbulkan persepsi- berupaya untuk tetap melakukan
persepsi tertentu terhadap penegakan peneguran dan menutupan tempat praktik
hukum. terhadap tenaga kesehatan yang tidak
Penghambat dalam penegakan hukum memiliki izin. Namun bagi tenaga
praktik tenaga kesehatan tanpa izin yaitu kesehatan yang memiliki surat izin tetap
kurangnya koordinasi antara aparat kepolisian sudah kadaluarsa tenaga kesehatan tersebut
dan pihak Persatu Dokter Gigi Indonesia wajib melakukan perpanjangan izin praktik
(PDGI) dan Dinas Kesehatan, dan masyarakat tersebut.48
yang takut untuk melaporkan kepada pihak Aparat penegak hukum harus lebih
kepolisian atau Dinas Kesehatan.47 profesional dan memiliki pengetahuan
Faktor penegak hukum yang dianggap tentang hal-hal yang berkaitan dengan
menghambat proses penegakan hukum praktik tenaga kesehatan tanpa izin, selain
terhadap pelaku tenaga kesehatan yang itu pihak Dinas Kesehatan lebih kooperatif
menjalankan praktik tanpa izin karena dengan aparat penegak hukum.
dianggap masih adanya aparat penegak 2. Faktor Sarana dan Fasilitas
hukum yang kurang profesional dan kurang Dengan kemajuan teknologi informasi
memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang pihak dinas kesehatan dan Ikatan Dokter
berkaitan dengan praktik tenaga kesehatan, Indonesia (IDI) dapat menyediakan sarana
selain itu juga beberapa instansi berwenang yang memudahkan masyarakat mengecek
juga masih belum bisa bertindak kooperatif status tenaga kesehatan yang sudah
dengan para penegak hukum. Faktor lainnya mempunyai izin praktik. Dengan demikian
juga yaitu faktor sarana atau fasilitas juga masyarakat dapat mengetahui tenaga
mutlak diperlukan untuk melancarkan dan kesehatan yang memiliki izin praktik dan
menciptakan hukum dalam proses penegakan mana tenaga kesehatan yang tidak
hukum. Tanpa adanya sarana dan prasarana memiliki izin praktik.49
proses penegakan hukum akan menghambat 3. Faktor Kesadaran Masyarakat
proses penegakan hukum. Kesadaran hukum akan terwujud
Selanjutnya faktor yang paling apabila ada indikator pengetahuan hukum,
mempengaruhi dalam kasus praktik tenaga
kesehatan tanpa izin ini yaitu faktor 48
Wawancara dengan Bapak AIPTU Hendrimen,
masyarakat. Masyarakat dianggap masih Penyidik Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru, Hari Senin, 27
Februari 2017, Bertempat di Polresta Kota Pekanbaru.
49
Wawancara dengan Bapak Brigadir Michun Daniel
47
Wawancara dengan Bapak AIPTU Hendrimen, Marpaung, SH., MH, Penyidik Kasat Reskrim Polresta
Penyidik Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru, Hari Senin, 27 Pekanbaru, Hari Senin, 27 Februari 2017, Bertempat di
Februari 2017, Bertempat di Polresta Kota Pekanbaru. Polresta Kota Pekanbaru.
JOM Fakultas Hukum IV Nomor II, Oktober 2017 Page13
sikap batin dan perilaku hukum yang patuh belum menjelaskan definisi dari praktik
terhadap hukum. Dengan demikian, maka tenaga kesehatan dengan jelas. Aparat
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan penegak hukum yang kurang profesional
kesadaran hukum dalam masyarakat yaitu dan kurang memiliki pengetahuan tentang
dengan melakukan sosialisasi atau hal-hal yang berkaitan dengan praktik
penyuluhan agar masyarakat mengetahui tenaga kesehatan, selain itu juga beberapa
dan memahami hukum-hukum instansi berwenang juga masih belum bisa
tertentu.Penyuluhan hukum harus bertindak koorperatif dengan para aparat
disesuaikan dengan masalah-masalah penegak hukum. Sarana dan prasarana
hukum yang ada dalam masyarakat pada yang tidak memadai dalam proses
suatu waktu yang menjadi sasaran penegakan hukum dan Masyarakat masih
penyuluhan hukum. kurang memiliki kesadaran hukum
Selanjutnya diharapkan masyarakat terhadap praktik tenaga kesehatan tanpa
dapat memahami arti dan fungsi dari surat izin.
izin praktik tenaga kesehatan, sehingga 3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
masyarakat mengetahui mana praktik legal hambatan dalam penegakan hukum
dan ilegal. Dengan demikian masyarakat terhadap praktik tenaga kesehatan tanpa
dan aparat penegak hukum dapat saling izin yaitu dengan cara pihak kepolisian
bekerja sama untuk membasmi praktik melakukan peneguran dan menutup tempat
ilegal, diharapkan kepada masyarakat praktik yang di duga tidak memiliki izin
diharapkan tidak ragu untuk melaporkan praktik. Dinas kesehatan dan IDI dapat
kepada pihak kepolisian atau Dinas menyediakan sarana yang memudahkan
Kesehatan jika menjadi korban praktik masyarakat untuk mengetahui tenaga
tenaga kesehatan tanpa izin.50. kesehatan yang memiliki izin dan tenaga
kesehatan yang tidak memiliki izin praktik.
BAB V Kesadaran hukum di dalam masyarakat,
PENUTUP dengan demikian masyarakat dan penegak
A. Kesimpulan hukum dapat saling bekerja sama, dan
1. Upaya penegakan hukum terhadap praktik masyarakat diharapkan tidak ragu untuk
tenaga kesehatan tanpa izin dengan cara melaporkan kepada pihak kepolisian atau
pencegahan sebelum terjadinya kejahatan dinas kesehatan jika menjadi korban
yang lebih ditekankan dengan mengadakan praktik tenaga kesehatan tanpa izin.
sosialisasi atau pelatihan di bidang B. Saran
kesehatan khususnya praktik tenaga 1. Pihak berwenang diharapkan dapat bersifat
kesehatan tanpa izin terhadap masyarakat. proaktif dalam menyikapi maraknya kasus
Dan pemberantasan setelah terjadinya tenaga kesehatan yang menjalankan
kejahatan yaitu dengan memproses laporan praktik tanpa izin serta meningkatkan
yang masuk, namun dalam hal ini belum pemahaman dan kinerja dalam mencegah
maksimal karena adanya keterbatasan yang pendirian praktik tenaga kesehatan tanpa
dialami oleh aparat penegak hukum. memiliki izin. Peran pengawasan
Akibatnya aparat penegak hukum tidak pemerintah terkait praktik tenaga
dapat menjalankan tugasnya dengan baik kesehatan tanpa izin tersebut harus terlebih
karena aparat penegak hukum hanya dahulu ditingkatkan untuk menghindari
menunggu laporan dari masyarakat yang terjadinya pelanggaran-pelanggaran.
dirugikan secara langsung. 2. Aparat penegak hukum diharapkan dapat
2. Faktor penghambat penegakan hukum bekerja sama dengan Dinas Kesehatan
terhadap praktik tenaga kesehatan tanpa selaku instansi yang memiliki wewenang
izin adalah Undang-Undang Nomor 36 pengawasan dan IDI (Ikatan Dokter
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan ini Indonesia) sebagai organisasi profesi. Hal
ini diharapkan dapat menutupi kelemahan
50
Wawancara dengan Bapak Brigadir Michun Daniel aparat penegak hukum yang kurang
Marpaung, SH., MH, Penyidik Kasat Reskrim Polresta memahami hal-hal yang berhubungan
Pekanbaru, Hari Senin, 27 Februari 2017, Bertempat di
dengan tenaga kesehatan. Selain itu juga
Polresta Kota Pekanbaru.
JOM Fakultas Hukum IV Nomor II, Oktober 2017 Page14
Dinas Kesehatan diharapkan lebih efektif Rahardjo,Satjipto, 1983, Masalah Penegakan
dalam melakukan pengawasan dan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Sinar
pembinaan dalam bentuk sosialisasi Baru, Bandung
kepada masyarakat terkait pengetahuan Sianturi, S.R, 1996, Asas-asas Hukum Pidana
tentang tenaga kesehatan tanpa izin dan Indonesia dan Penerapannya, Cet IV
bahaya dari mengunjungi praktik tenaga alumni Ahaem- Pereheam, Jakarta
kesehatan tanpa izin, sehingga kesadaran Sjahdeini, Sutan Remy, 2011,
hukum masyarakat juga dapat lebih baik. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi,
Sehingga masyarakat juga dapat menjadi Grafiti, Jakarta
pasien yang lebih pintar dan dapat Soekanto, Soerjono, 2013, Faktor-Faktor
memahami betul akan masalah kesehatan Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
serta memiliki pengetahuan dasar tentang PT RajaGrafindo Persada, Jakarta
kesehatan yang memadai agar dapat Sunarto, Siswanto, 2004, Penegakan Hukum
terjamin keselamatannya. Psikotropika Dalam Kajian Soisiologi
Hukum, PT Raja Grafindo Persada,
DAFTAR PUSTAKA Jakarta
A. Buku Sunggono, Bambang, 1996, Metode
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2012, Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo
Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Persada, Jakarta
Raja Grafindo Persada, Jakarta Triwibowo, Cecep, 2014, Etika dan Hukum
Arif, Bardan Nawawi, 2005, Beberapa Aspek Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakart
Kebijakan Penegakan dan
Pengembangan Hukum Pidana, PT Citra B. Jurnal/Skripsi
Aditya Bakti, Bandung Erdianto, 2010,“Makelar Kasus/Mafia
Ashshofa, Burhan, 2013, Metode Penelitian Hukum, Modus Operandi dan Faktor
Hukum, Rineka Cipta, Jakarta Penyebabnya”, Jurnal Ilmu Hukum,
Chazawi, Adami, 2016, Malapraktik Fakultas Hukum Universitas Riau, Edisi
Kedokteran, Sinar Grafika, Jakarta I, No.1, Agustus.
Hamzah, Jur Andi, 2013, Terminologi Hukum Ropica Damayanti, “Penerapan Sanksi
Pidana, Sinar Grafika, Jakarta Terhadap Narapidana Yang Melakukan
Isfandyarie, Anny, 2005, Malpraktek dan Pelanggaran Di Lembaga
Resiko Medik dalam Kajian Hukum Pemasyarakatan”, Skripsi, Universitas
Pidana, Prestasi Pustaka Publisher, Riau, Pekanbaru, Tahun 2017
Jakarta
Lamintang, 1997, Dasar-Dasar Hukum C. Peraturan Perundang-Undangan
Pidana Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
Bandung Tentang Tenaga Kesehatan, Lembaran
Moeljatno, 1987, Asas-Asas Hukum Pidana, Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Bina Aksara, Jakarta Nomor 298, Tambahan Lembaran
Muhammad, Abdulkadir, 2006, Etika Profesi Republik Indonesia Nomor 5607
Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung
Muladi dan Dwidja Priyatno, 2010, D. Website
Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, http://www.duniahukum.info/2012/11/pengert
Kencana, Jakarta ian-malpraktek.html?m=1 diakses,
Poernomo, Bambang, 1978, Asas-Asas tanggal, 16 November 2012
Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, https://www.riau.go.id/home/content/4/kota
Yogyakarta pekanbaru, diakses, tanggal, 18 Februari
Prasetyo, Teguh, 2011, Hukum Pidana , 2017
Rajawali Pers¸ Jakarta

JOM Fakultas Hukum IV Nomor II, Oktober 2017 Page15

You might also like