You are on page 1of 13

NUTRITURE JOURNAL, VOLUME 1, NO.

1, FEB 2022, 49-61

Efektivitas Pemberian Konseling Tentang Diet Dash terhadap


Asupan Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Aktivitas Fisik,
dan Tekanan Darah Pasien Hipertensi
Hafidah Nurmayanti1, Sutomo Rum Teguh Kaswari2
1,2
Program Studi Sarjana Sains Terapan Gizi & Dietetika Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

Effectiveness of Giving Counseling about DASH Diet toward Intake of Sodium, Potassium,
Calcium, Magnesium, Physical Activities, and Blood Pressure Hypertension Patients

ABSTRACT

Background: Hypertension or high blood pressure is a condition in which blood vessels constantly experience increased
pressure. Hypertension still occupies the 10th category of the leading causes of death in Indonesia with a mortality rate of
42,000. According to the results of the 2013 Riskesdas, the prevalence of hypertension in Indonesia is quite high at 25.8%
(Health Research and Development Agency, 2013). Management of hypertension can be done one of them by non-
pharmacological methods. Some ways to do non-pharmacological treatment according to Sudjaswandi et al (2003) are
controlling diet, reducing salt intake, increasing consumption of potassium and magnesium, and carrying out physical
activities that are regulated in applying the DASH diet. Objective: The purpose of this study was to determine the
effectiveness of counseling on the DASH diet on sodium, potassium, calcium, magnesium, physical activity, and blood
pressure in outpatient hypertension patients at the Tk Hospital. II dr. Soepraoen Malang. Design: This type of research is
quasy experiment with a total sample of 20 respondents. Data was collected by taking data on sodium, potassium, calcium,
magnesium, physical activity, and blood pressure, then analyzed using Paired t-Test and Independent t-Test. Result: The
results showed that nutritional counseling about the DASH diet was more effective for use in increasing potassium and
calcium intake in hypertensive patients with a significance level (p 00 0.005), but the Low Salt Diet was more effective in
reducing sodium intake, magnesium intake, physical activity and pressure There was no change in blood between the two
types of intervention with a significance level (p> 0.005).

Keywordys: counseling, DASH diet, low salt diet, sodium intake, potassium, calcium, magnesium, physical
activity, blood pressure, hypertension

ABSTRAK
Latar belakang: Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus
mengalami peningkatan tekanan. Hipertensi masih menduduki kategori 10 penyebab utama kematian di Indonesia dengan
angka kematian sebanyak 42 ribu. Menurut hasil Riskesdas 2013, Prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia cukup tinggi
yaitu 25,8% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013). Manajemen hipertensi dapat dilakukan salah satunya
dengan cara non farmakologi. Beberapa cara untuk melakukan pengobatan non farmakologi menurut Sudjaswandi dkk (2003)
adalah mengontrol pola makan, mengurangi asupan garam, meningkatkan konsumsi potassium dan magnesium, serta
melakukan aktivitas fisik yang diatur dalam penerapan diet DASH. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektivitas pemberian konseling tentang diet DASH terhadap asupan natrium, kalium, kalsium, magnesium, aktivitas fisik,
dan tekanan darah pasien hipertensi rawat jalan di Rumah Sakit Tk. II dr. Soepraoen Malang. Metode: Jenis penelitian ini
adalah Quasy Eksperimen dengan jumlah sampel sebanyak 20 responden. Data dikumpulkan dengan mengambil data asupan
natrium, kalium, kalsium, magnesium, aktivitas fisik, dan tekanan darah, lalu dianalisis dengan menggunakan Paired t-Test
dan Independent t-Test. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling gizi tentang diet DASH lebih efektif untuk
digunakan dalam meningkatkan asupan kalium dan kalsium pada pasien hipertensi dengan tingkat signifikansi (p ≤ 0,005),
namun Diet Rendah Garam lebih efektif untuk menurunkan asupan natrium, untuk asupan magnesium, aktivitas fisik dan
tekanan darah tidak ada perubahan antara kedua jenis intevensi dengan tingkat signifikansi (p>0,005).

Kata Kunci : konseling, diet DASH, diet rendah garam, asupan natrium, kalium, kalsium, magnesium, aktivitas
fisik, tekanan darah, hipertensi.

49
NUTRITURE JOURNAL, VOLUME 1, NO.1, FEB 2022, 49-61

.PENDAHULUAN suatu susunan hidangan.


Perbedaan diet rendah garam dan diet DASH
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
terletak pada prinsip pengaturan pola makannya.
suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-
Prinsip diet rendah garam pada umumnya hanya
menerus mengalami peningkatan tekanan. Menurut
menekankan tentang pembatasan asupan natrium
American Heart Association (AHA), penduduk
yang dikonsumsi oleh pasien hipertensi, sedangkan
Amerika berusia di atas 20 tahun yang menderita
dalam diet DASH juga menganjurkan pola makan
hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta
tinggi kalium, kalsium, dan magnesium yang
jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak
banyak terdapat pada buah dan sayur. Diet DASH
diketahui penyebabnya. Hipertensi masih
merupakan diet sayuran serta buah yang banyak
menduduki kategori 10 penyebab utama kematian
mengandung serat pangan (30 gram/hari) dan
di Indonesia dengan angka kematian sebanyak 42
mineral (kalium, magnesium serta kalsium)
ribu. Menurut hasil Riskesdas 2013, Prevalensi
sementara asupan garamn’ya di batasi (Hartono,
penyakit hipertensi di Indonesia cukup tinggi yaitu
2012).
25,8% (Badan Penelitian dan Pengembangan
Menurut Rahadiyanti dkk (2015), tenaga gizi
Kesehatan, 2013).
perlu memberikan edukasi mengenai asupan makan
Berdasarkan data dalam profil kesehatan
DASH like diet untuk mencegah peningkatan
Provinsi Jawa Timur tahun 2016, persentase
tekanan darah dan gangguan kardiovaskular. Hal ini
prevalensi penyakit hipertensi yang diukur pada
dapat dilakukan dengan pemberian konseling
usia di atas 18 tahun mengalami penurunan sebesar
kepada pasien yang berisiko hipertensi.
1,69% menjadi 13,47% di tahun 2016 (Dinas
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Kesehatan Jawa Timur, 2017). Di kota Malang,
Rahmawati (2016), terdapat perbedaan yang
hipertensi menduduki urutan ke-2 pada 10 besar
signifikan pada tekanan darah antara kelompok
penyakit yang terbanyak selama tahun 2014 sampai
intervensi dibandingkan kelompok kontrol sebelum
tahun 2016 dengan prevalensi sebesar 34,41% atau
dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan diet
26.627 orang (Dinas Kesehatan Kota Malang,
DASH. Tekanan darah pada pasien hipertensi yang
2017).
sudah diberikan konseling mengalami penurunan,
Manajemen hipertensi dapat dilakukan salah walaupun belum mencapai batas normal.
satunya dengan cara non farmakologi. Beberapa Menurut Makarawung dkk (2016), terdapat
cara untuk melakukan pengobatan non farmakologi perbedaan asupan natrium sebelum dan sesudah
menurut Sudjaswandi dkk (2003) adalah diberikan konseling. Sebelum diberikan konseling,
mengontrol pola makan, mengurangi asupan garam, tingkat asupan natrium pasien sehari lebih dari yang
meningkatkan konsumsi potassium dan magnesium, dianjurkan. Namun sesudah diberikan konseling,
serta melakukan aktivitas fisik. Salah satu cara pasien sudah mulai mengurangi mengonsumsi
untuk mengatur pola makan bagi penderita makanan yang mengandung tinggi natrium.
hipertensi adalah dengan menerapkan metode diet Konseling gizi yang disertai dengan pemberian
DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) leaflet juga berpengaruh signifikan terhadap asupan
sebab selama ini dilakukan hanya dengan zat gizi natrium, kalium, dan magnesium (Suwarni,
pengaturan garam dan natriumnya saja (diet rendah 2009). Selain mengatur pola makan, aktivitas fisik
garam), namun tidak memperhitungkan kualitas juga cukup membantu dalam mengontrol tekanan

50
Hafidah Nurmayanti, Efektivitas Pemberian Konseling tentang Diet Dash..

darah bagi penderita hipertensi. Aktivitas fisik yang Sampel pada penelitian ini adalah pasien hipertensi.
sederhana, seperti berjalan selama 10 menit setiap Teknik sampling pada penelitian ini adalah teknik
hari dapat menurunkan tekanan darah sebanyak non randomized sampling dengan purposive
12,9 poin pada orang dengan hipertensi (Kurniadi sampling yang kemudian membagi sampel menjadi
dan Nurrahmani, 2014). Penelitian yang dilakukan 2 kelompok sama rata yaitu 10 kelompok kontrol
oleh Aryzki dan Alfian (2016) menjelaskan bahwa dan 10 kelompok perlakuan. Intervensi yang
konseling secara positif dapat mengubah kebiasaan dilakukan berupa pemberian konseling gizi tentang
aktivitas fisik secara signifikan pada kelompok diet rendah garam untuk kedua kelompok, lalu
perlakuan pasien hipertensi. terdapat penambahan konseling gizi tentang diet
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di DASH untuk kelompok perlakuan. Instrumen yang
Rumah Sakit Tk II dr. Soepraoen Malang, digunakan dalam penelitian ini adalah data
hipertensi yang juga merupakan bagian dari asupan makanan berupa asupan natrium, kalium,
penyakit jantung lainnya menduduki peringkat 3 kalsium, dan magnesium, data aktivitas fisik, serta
dari 10 besar penyakit yang ada di rumah sakit data tekanan darah pasien yang dilakukan sebelum
tersebut selama tahun 2017. Tercatat sebanyak 267 dan sesudah intervensi. Data yang telah
pasien hipertensi dengan usia 26 sampai 64 tahun. dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis
Faktor penyebabnya adalah karena adanya menggunakan uji Paired t-Test dan uji
ketidakmampuan pasien untuk menyesuaikan bahan Independent t-Test.
makanan apa yang sebaiknya dipilih untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
dikonsumsi dan dihindari. Hal ini juga dikaitkan
dengan kondisi pasien yang jarang mendapatkan Tabel 1. Distribusi Karakteristik Pasien
informasi dari unit gizi mengenai pola makan yang Variabel n %

baik dan benar, terkecuali pasien tersebut Laki-laki 4 20


Jenis
mendapatkan rujukan dari dokter penanggung Perempuan 16 80
Kelamin
TOTAL 20 100
jawab pasien. Implementasi penerapan diet untuk
45-55 tahun 6 30
pasien hipertensi di Rumah Sakit Tk II dr.
56-65 tahun 5 25
Soepraoen Malang selama ini masih menggunakan Usia
>65 tahun 9 45
diet rendah garam pada umumnya yang hanya
TOTAL 20 100
dilakukan pengaturan terhadap kadar natrium yang
Normal Tinggi 3 15
dikonsumsi oleh pasien, namun untuk jumlah Ringan 7 35
asupan mineral lain seperti kalium, kalsium, dan Status
Sedang 5 25
Hipertensi
magnesium yang terdapat pada sumber bahan Berat 5 25
makanan sayur dan buah seperti prinsip yang TOTAL 20 100
diterapkan dalam diet DASH tidak terlalu
diperhatikan.
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
pasien berjenis kelamin perempuan dengan
BAHAN DAN METODE
pesentase sebesar 80%, sedangkan untuk pasien

Desain penelitian ini adalah Quasy- laki-laki sebesar 20%. Besarnya persentase

Experiment dengan rancangan penelitian pretest- perempuan dibandingkan dengan laki-laki

posttest non randomized control group design. disebabkan karena pasien yang paling banyak

51
NUTRITURE JOURNAL, VOLUME 1, NO.1, FEB 2022, 63-75

memeriksakan diri di Rumah Sakit Tk II dr. dibandingkan pria yang diakibatkan faktor
Soepraoen Malang adalah perempuan. Hal ini hormonal (Anggraini, 2012).
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
A. Pemberian Konseling tentang Diet DASH
Kurniawaty dkk (2016) yang menyebutkan bahwa
terhadap Asupan Natrium
terdapat hubungan yang signifikan antara faktor Tabel 2. Distribusi Pasien berdasarkan Asupan
jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Natrium
Sebagian besar pasien yang termasuk dalam Perlakuan Kontrol
penelitian ini berusia >65 tahun dengan persentase
sebesar 45%, sedangkan pasien yang berusia 45-55 Asupan
Pre Post Pre Post
Natrium
tahun sebesar 30%, dan yang berusia 56-65 tahun
sebesar 25%. Usia paling muda pasien adalah 45
n % n % n % n %
tahun, sedangkan usia yang paling tua adalah 72
tahun. Penderita hipertensi yang rutin Cukup
4 40 10 100 8 80 10 100
memeriksakan diri ke Rumah Sakit Tk II dr.
Soepraoen Malang berusia di atas 45 tahun, Lebih
6 60 0 0 2 20 0 0
sedangkan penderita hipertensi terbanyak terdapat
pada usia lanjut atau di atas 65 tahun. Usia
TOTAL
10 100 10 100 10 100 10 100
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tekanan darah. Semakin tua seseorang, maka
semakin besar risiko terkena hipertensi. Hal ini Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil asupan
terjadi akibat perubahan alami pada jantung, natrium pasien dalam kelompok perlakuan sebelum
pembuluh darah, dan hormon (Sutomo, 2009). diberikan intervensi sebagian besar termasuk dalam
Menurut Anggraini (2012), wanita terlindung kategori lebih dengan persentase 60%, sedangkan
dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. 40% lainnya termasuk dalam kategori cukup.
Wanita yang belum mengalami menopause Setelah diberikan intervensi, asupan natrium
dilindungi oleh hormon esterogen yang berperan seluruh pasien dalam kelompok perlakuan termasuk
dalam meningkatkan kadar HDL. Kadar kolestrol dalam kategori cukup. Pada kelompok kontrol,
HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung asupan natrium pasien sebelum diberikan intervensi
dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. sebagian besar termasuk dalam kategori cukup
Efek perlindungan esterogen dianggap sebagai dengan persentase sebesar 80%, sedangkan 20%
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia lainnya termasuk dalam kategori lebih. Setelah
premenopause. Pada premenopause, wanita mulai diberikan intervensi, asupan natrium seluruh pasien
kehilangan sedikit demi sedikit hormon yang dalam kelompok kontrol termasuk dalam kategori
selama ini melindungi pembuluh darah dari cukup.
kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata asupan
hormon esterogen tersebut berubah kuantitasnya natrium pasien didapatkan dari konsumsi vetsin
sesuai dengan umur wanita secara alami, yang atau bumbu penyedap yang berlebihan serta
umumnya mulai terjadi pada wanita usia 45-55 mengonsumsi makanan siap saji seperti mie instan
tahun sebelum lanjut usia. Pada usia lebih dari 65 dan makanan ringan. Selain itu, sebelum diberikan
tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi konseling pasien juga belum mengetahui bahan

52
Hafidah Nurmayanti, Efektivitas Pemberian Konseling tentang Diet Dash..

makanan yang mengandung tinggi natrium yang perlakuan yang diberikan tambahan intervensi
seharusnya dihindari atau dibatasi. Sebagian besar berupa konseling tentang diet DASH dengan
pasien hanya memahami bahwa hipertensi hanya kelompok kontrol yang hanya diberikan intervensi
perlu pembatasan garam, tanpa adanya pembatasan berupa konseling tentang Diet Rendah Garam.
bahan makanan lainnya yang mengandung tinggi
B. Pemberian Konseling tentang Diet DASH
natrium. Setelah diberikan intervensi, pasien
terhadap Asupan Kalium
memahami batasan jumlah asupan natrium dan Tabel 3 Distribusi Pasien berdasarkan Asupan
garam dapur sehari sesuai dengan tingkat Kalium
hipertensinya serta mengetahui bahan makanan Perlakuan Kontrol
yang mengandung tinggi natrium sehingga asupan
natrium semakin berkurang. Asupan
Pre Post Pre Post
Menurut American Heart Association (AHA), Kalium

asupan natrium termasuk dalam kategori cukup bila


n % n % n % n %
dalam sehari <2400 mg, sedangkan asupan natrium
termasuk dalam kategori lebih jika dalam sehari
Kurang
≥2400 mg. Pembatasan konsumsi garam sangat 7 70 0 0 7 70 7 70

berguna dalam menurunkan tekanan darah untuk


Cukup
semua penderita hipertensi (Riyadi dkk, 2012). 3 30 10 100 3 30 3 30
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Makarawung dkk (2016) yang TOTAL
10 100 10 100 10 100 10 100
menjelaskan bahwa pemberian konseling gizi
berhasil menurunkan asupan natrium harian subjek
Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil asupan
dari rata-rata asupan 2753 mg/hari menjadi 1764,76
kalium pasien dalam kelompok perlakuan sebelum
mg/hari. Konseling gizi memiliki pengaruh
diberikan intervensi sebagian besar termasuk dalam
terhadap asupan gizi lemak, natrium, kalium,
kategori kurang dengan persentase 70%, sedangkan
magnesium, dimana telah terjadi penurunan asupan
30% lainnya termasuk dalam kategori cukup.
lemak dan natrium, sedangkan terjadi peningkatan
Setelah diberikan intervensi, asupan kalium seluruh
asupan kalium dan magnesium (Fitriyanti dkk,
pasien dalam kelompok perlakuan termasuk dalam
2015).
kategori cukup. Pada kelompok kontrol, asupan
Hasil uji statistik menggunakan Paired T-test
kalium pasien sebelum diberikan intervensi
dengan tingkat kepercayaan 95% menghasilkan p-
sebagian besar termasuk dalam kategori kurang
value untuk kelompok perlakuan dan kelompok
dengan persentase sebesar 70%, sedangkan 30%
kontrol sama besar yaitu 0,000 (<0,05). Hal ini
lainnya termasuk dalam kategori cukup. Setelah
menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian
diberikan intervensi, asupan kalium sebagian besar
intervensi terhadap asupan natrium kelompok
pasien masih dalam kategori kurang dengan
perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil uji statistik
persentase 70% dan 30% lainnya termasuk dalam
menggunakan Independent T-test dengan tingkat
kategori cukup sama seperti pada saat sebelum
kepercayaan 95% menghasilkan p-value <0,05
diberikan intervensi.
yaitu sebesar 0,003. Dapat disimpulkan bahwa ada
Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata asupan
perbedaan asupan natrium antara kelompok
kalium pasien didapatkan dari konsumsi jenis

53
NUTRITURE JOURNAL, VOLUME 1, NO.1, FEB 2022, 49-61
sayuran. Sebelum diberikan intervensi sebagian kelompok kontrol yang hanya diberikan intervensi
besar pasien mengaku bahwa jarang mengonsumsi berupa konseling tentang Diet Rendah Garam.
sayur secara rutin setiap kali makan, karena pasien Rata-rata asupan kalium kelompok perlakuan lebih
tidak sempat memasak sayur dan lebih suka makan tinggi daripada kelompok kontrol, hal ini
makanan yang kering seperti lauk hewani atau lauk menunjukkan bahwa pemberian konseling tentang
nabati yang digoreng. Namun setelah diberikan diet DASH lebih efektif untuk meningkatkan
intervensi, konsumsi sayur pasien meningkat asupan kalium pasien dibandingkan dengan
terutama pasien dalam kelompok perlakuan. Selain konseling tentang Diet Rendah Garam.
sayuran, asupan kalium juga berasal dari buah-
C. Pemberian Konseling tentang Diet DASH
buahan. Buah yang paling sering dikonsumsi oleh
terhadap Asupan Kalsium
pasien adalah buah pisang dan pepaya yang cukup Tabel 4 Distribusi Pasien berdasarkan Asupan
terjangkau baik dari harga maupun ketersediaan di Kalsium

pasaran. Ubi-ubian juga termasuk salah satu bahan Perlakuan Kontrol

makanan yang mengandung tinggi kalium, namun


Asupan
hanya sebagian kecil pasien yang mengonsumsi Pre Post Pre Post
Kalsium
ubi-ubian dalam sehari.
Asupan kalium termasuk dalam kategori n % n % N % n %
cukup bila asupan dalam sehari ≥2000 mg,
sedangkan termasuk dalam kategori kurang bila Kurang
7 70 0 0 8 80 8 80
asupan dalam sehari <2000 mg. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cukup
3 30 10 100 2 20 2 20
Suwami dkk (2009) yang menjelaskan bahwa
adanya pemberian konseling gizi menyebabkan TOTAL
10 100 10 100 10 100 10 100
terjadinya perubahan perilaku untuk dapat hidup
lebih baik dan lebih mengutamakan kesehatan
dengan cara mengatur pola makan yang lebih Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil asupan

mengarah kepada diet DASH. kalsium pasien dalam kelompok perlakuan sebelum

Hasil uji statistik menggunakan Paired T-test diberikan intervensi sebagian besar termasuk dalam

dengan tingkat kepercayaan 95% menghasilkan p- kategori kurang dengan persentase 70%, sedangkan

value untuk kelompok perlakuan dan kelompok 30% lainnya termasuk dalam kategori cukup.

kontrol sama besar yaitu 0,000 (<0,05). Hal ini Setelah diberikan intervensi, asupan kalsium

menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian seluruh pasien dalam kelompok perlakuan termasuk

intervensi terhadap asupan kalium kelompok dalam kategori cukup. Pada kelompok kontrol,

perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil uji statistik asupan kalsium pasien sebelum diberikan intervensi

menggunakan Independent T-test dengan tingkat sebagian besar termasuk dalam kategori kurang

kepercayaan 95% menghasilkan p-value <0,05 dengan persentase sebesar 80%, sedangkan 20%

yaitu sebesar 0,004. Dapat disimpulkan bahwa ada lainnya termasuk dalam kategori cukup. Setelah

perbedaan asupan kalium antara kelompok diberikan intervensi, asupan kalsium sebagian besar

perlakuan yang diberikan tambahan intervensi pasien masih dalam kategori kurang dengan

berupa konseling tentang diet DASH dengan persentase 80% dan 20% lainnya termasuk dalam
kategori cukup sama seperti pada saat sebelum

54
Hafidah Nurmayanti, Efektivitas Pemberian Konseling tentang Diet Dash..

diberikan intervensi. penurunan tekanan darah. Hasil penelitian ini juga


Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata asupan mendukung teori yang menjelaskan bahwa asupan
kalsium pasien didapatkan dari konsumsi olahan kalsium yang rendah memperkuat efek dari asupan
telur dan daging. Rendahnya asupan kalsium garam NaCl terhadap peningkatan tekanan darah
disebabkan karena pasien kurang mengonsumsi pada orang yang berisiko hipertensi karena kalsium
bahan makanan yang tinggi kalsium seperti olahan mempunyai efek natriuretik (Lestari, 2010).
susu dan ikan. Hal ini disebabkan karena pasien Hasil uji statistik menggunakan Paired T-test
tidak sempat untuk membeli susu dan mengolah dengan tingkat kepercayaan 95% menghasilkan p-
ikan. Selain itu, pasien juga tidak memahami bahwa value untuk kelompok perlakuan <0,05 yaitu 0,000.
mengonsumsi bahan makanan yang mengandung Sedangkan hasil p-value untuk kelompok kontrol
tinggi kalsium dapat membantu menurunkan juga <0,05 yaitu 0,010. Hal ini menunjukkan bahwa
tekanan darah, serta tidak tahu daftar bahan ada pengaruh pemberian intervensi terhadap asupan
makanan sumber kalsium. Pola makan asal kenyang kalsium kelompok perlakuan dan kelompok
juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kontrol. Hasil uji statistik menggunakan
rendahnya asupan kalsium pasien. Tidak semua Independent T-test dengan tingkat kepercayaan
pasien mampu memperhatikan keseimbangan zat 95% menghasilkan p-value <0,05 yaitu sebesar
gizi yang dikonsumsinya setiap kali makan. 0,001. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
Asupan kalsium termasuk dalam kategori asupan kalsium antara kelompok perlakuan yang
cukup bila asupan dalam sehari ≥800 mg, diberikan tambahan intervensi berupa konseling
sedangkan termasuk dalam kategori kurang bila tentang diet DASH dengan kelompok kontrol yang
asupan dalam sehari <800 mg. Kalsium banyak hanya diberikan intervensi berupa konseling
ditemukan di produk olahan susu, telur, daging, tentang Diet Rendah Garam.
ikan, serta beberapa jenis sayuran dan buah.
Kalsium mempunyai peran terhadap regulasi D. Pemberian Konseling tentang Diet DASH
terhadap Asupan Magnesium
tekanan darah, diantaranya adalah menurunkan Tabel 5 Distribusi Pasien berdasarkan Asupan
aktivitas sistem renin-angiotensin, meningkatkan Magnesium
keseimbangan natrium dan kalium, serta
Perlakuan Kontrol
menghambat konstriksi pembuluh darah. Jika
asupan kalsium kurang dari kebutuhan tubuh maka Asupan
Pre Post Pre Post
untuk menjaga keseimbangan kalsium dalam darah, Magnesium

hormon paratiroid menstimulasi pengeluaran


n % n % n % n %
kalsium dari tulang dan masuk ke darah. Kalsium
dalam darah akan mengikat asam lemak bebas
Kurang
5 50 0 0 6 60 2 20
sehingga pembuluh darah menjadi menebal dan
mengeras sehingga dapat mengurangi elastisitas
Cukup
jantung yang akan meningkatkan tekanan darah 5 50 10 100 4 40 8 80

(Jorde, 2009).
TOTAL
Penelitian ini sesuai dengan teori bahwa 10 100 10 100 10 100 10 100

asupan kalium, magnesium, dan natrium yang


Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil asupan
cukup serta aktifitas berat menyebabkan terjadinya
magnesium 50% dari pasien dalam kelompok

55
NUTRITURE JOURNAL, VOLUME 1, NO.1, MEI 2020, 49-61

perlakuan sebelum diberikan intervensi dalam 27% (Lestari, 2010).


kategori kurang, sedangkan 50% lainnya termasuk Magnesium bersama dengan kalium, kalsium,
dalam kategori cukup. Setelah diberikan intervensi, dan natrium berperan terhadap proses regulasi
asupan magnesium seluruh pasien dalam kelompok tekanan darah. Magnesium mempunyai peranan
perlakuan termasuk dalam kategori cukup. Pada penting dalam upaya pengontrolan tekanan darah
kelompok kontrol, asupan magnesium pasien dengan memperkuat jaringan endotel, menstimulasi
sebelum diberikan intervensi sebagian besar prostaglandin, dan meningkatkan penangkapan
termasuk dalam kategori kurang dengan persentase glukosa sehingga resistensi insulin dapat
sebesar 60%, sedangkan 40% lainnya termasuk terkurangi. Selain itu, magnesium juga berperan
dalam kategori cukup. Setelah diberikan intervensi, dalam kontraksi otot jantung, bila konsentrasi
asupan magnesium sebagian besar pasien magnesium dalam darah menurun maka otot
meningkat. 80% pasien memiliki asupan jantung tidak dapat bekerja secara maksimal
magnesium dalam kategori cukup dan 20% lainnya sehingga mempengaruhi tekanan darah (Krummel,
termasuk dalam kategori kurang. 2004 dalam Lestari, 2010).
Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata asupan Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
magnesium pasien didapatkan dari konsumsi olahan dilakukan oleh Suwami (2009) yang menyatakan
beberapa jenis sayur dan buah, serta daging. bahwa adanya konseling yang dikombinasikan
Rendahnya asupan magnesium disebabkan karena dengan pemberian leaflet mampu menambah
kurangnya variasi bahan makanan sumber pengetahuan arti penting zat gizi magnesium
magnesium yang dikonsumsi oleh pasien. Beberapa tersebut bagi kesehatan pasien, khususnya yang
pasien menyatakan bahwa jarang mengonsumsi berhubungan dengan hipertensi.
daging, karena berbagai faktor alasan seperti harga Hasil uji statistik menggunakan Paired T-test
daging yang relatif mahal, tidak menyukai daging, dengan tingkat kepercayaan 95% menghasilkan p-
serta tidak dapat mengonsumsi daging karena value untuk kelompok perlakuan dan kelompok
kondisi fisiologis seperti hilangnya gigi karena kontrol sama besar (<0,05) yaitu 0,000. Hal ini
faktor usia yang menyebabkan tidak dapat menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian
mengunyah daging. Pasien belum memahami intervensi terhadap asupan magnesium kelompok
bahwa mengonsumsi bahan makanan yang perlakuan dan kelompok kontrol. hasil uji statistik
mengandung tinggi magnesium dapat membantu menggunakan Independent T-test dengan tingkat
menurunkan tekanan darah, serta tidak tahu daftar kepercayaan 95% menghasilkan p-value >0,05
bahan makanan sumber magnesium. yaitu sebesar 0,411. Dapat disimpulkan bahwa
Asupan magnesium termasuk dalam kategori tidak ada perbedaan asupan kalsium antara
cukup bila asupan dalam sehari ≥270 mg, kelompok perlakuan yang diberikan tambahan
sedangkan termasuk dalam kategori kurang bila intervensi berupa konseling tentang diet DASH
asupan dalam sehari <270 mg. Magnesium banyak dengan kelompok kontrol yang hanya diberikan
terkandung dalam makanan. Magnesium terdapat intervensi berupa konseling tentang Diet Rendah
dalam sayuran hijau sebagain bagian dari molekul Garam. Hal ini disebabkan karena asupan
klorofil. Daging merupakan sumber magnesium magnesium pada kedua kelompok tidak berbeda
yang baik yang memberikan sehitar 12%, tetapi jauh, serta kurangnya keberagaman bahan makanan
kontribusi yang besar diberikan oleh sereal yaitu yang mengandung tinggi magnesium.

56
Hafidah Nurmayanti, Efektivitas Pemberian Konseling tentang Diet Dash..

E. Pemberian Konseling tentang Diet DASH sehingga aktivitas fisik sehari-hari yang dilakukan
terhadap Aktivitas Fisik adalah pekerjaan rumah seperti membersihkan
Tabel 6. Distribusi Pasien berdasarkan Aktivitas
rumah, memasak, mencuci baju, dan lain
Fisik
sebagainya. Sebelum diberikan intervensi baik
Perlakuan Kontrol
pasien dalam kelompok perlakuan maupun
kelompok kontrol sangat jarang bahkan hampir
Aktivitas
Pre Post Pre Post tidak pernah berolahraga. Hal ini disebabkan karena
Fisik
usia pasien yang sebagian besar adalah usia lanjut,
n % n % n % n % sehingga pasien menyatakan bahwa tidak bisa
beraktivitas terlalu berat seperti melakukan
Ringan
6 60 4 40 7 70 7 70 olahraga rutin. Hanya terdapat beberapa pasien
yang rutin melakukan olahraga ringan seperti jalan
Sedang
4 40 6 60 3 30 3 30 pagi dan senam. Namun setelah diberikan
intervensi berupa konseling, aktivitas fisik pasien
TOTAL meningkat namun tidak signifikan. Setelah
10 100 10 100 10 100 10 100
diberikan konseling, pasien meningkatkan aktivitas
fisik sehari-hari dengan olahraga ringan berupa
Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil tingkat
jalan pagi selama 45-60 menit. Selain itu, terdapat
aktivitas fisik sebagian besar pasien dalam
beberapa pasien yang mengikuti kegiatan senam
kelompok perlakuan sebelum diberikan intervensi
rutin sehingga aktivitas fisiknya meningkat.
termasuk dalam kategori ringan dengan persentase
Menurut WHO (2001), tingkat aktivitas fisik
sebesar 60%, sedangkan 40% lainnya termasuk
dibagi menjadi 3 kategori yaitu ringan (1,40-1,69),
dalam kategori sedang. Setelah diberikan
sedang (170-199), dan berat (2,00-2,40). Aktivitas
intervensi, tingkat aktivitas fisik seluruh pasien
fisik secara teratur memiliki efek yang
dalam kelompok perlakuan meningkat. Sebagian
menguntungkan terhadap kesehatan yaitu terhindar
besar pasien sudah memiliki tingkat aktivitas fisik
dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker,
sedang dengan persentase sebesar 60%, sedangkan
tekanan darah tinggi, diabetes, dan lain-lain, berat
40% lainnya termasuk dalam kategori ringan. Pada
badan terkendali, otot lebih lentur dan tulang lebih
kelompok kontrol, tingkat aktivitas fisik pasien
kuat, bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional,
sebelum diberikan intervensi sebagian besar
lebih percaya diri, lebih bertenaga dan bugar, secara
termasuk dalam kategori ringan dengan persentase
keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik.
sebesar 70%, sedangkan 30% lainnya termasuk
Latihan fisik ringan sekalipun, seperti aerobik
dalam kategori sedang. Setelah diberikan
selama 30 menit, mampu mengaktifkan kerja sel
intervensi, tingkat aktivitas fisik sebagian besar
darah putih yang merupakan komponen utama pada
pasien meningkat namun masih tetap termasuk
sirkulasi darah (Yuliarto, 2012).
dalam kategori ringan sebesar 70% dan sedang
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
30%.
dilakukan oleh Aryzki dkk (2016) yang
Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata
menyatakan bahwa pemberian konseling dapat
aktivitas fisik yang dilakukan oleh pasien adalah
memberikan hasil yang positif bagi pasien
pekerjaan rumah yang biasa dilakukan sehari-hari.
hipertensi. Pasien melakukan aktivitas fisik yang
Sebagian besar pasien adalah ibu rumah tangga

57
NUTRITURE JOURNAL, VOLUME 1, NO.1, FEB 2022, 49-61

hasilnya akan membantu pasien untuk mencapai F. Pemberian Konseling tentang Diet DASH
keberhasilan dalam terapi. Penelitian tersebut terhadap Tekanan Darah
Tabel 7. Distribusi Pasien berdasarkan Tekanan
membuktikan bahwa orang yang berolahraga
Darah Sistolik
memiliki faktor risiko lebih rendah untuk menderita
Perlakuan Kontrol
penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan
kolesterol tinggi. Orang yang aktivitasnya rendah
Tekanan Darah
Pre Post Pre Post
berisiko terkena hipertensi 30- 50% daripada yang Sistolik (mmHg)

aktif.
n % n % n % n %
Hasil uji statistik menggunakan Paired T-test
dengan tingkat kepercayaan 95% menghasilkan p- <130
Normal 0 0 3 30 0 0 4 40
value <0,05 untuk kelompok perlakuan yaitu 0,001
dan kelompok kontrol yaitu 0,000. Hal ini 130-
Normal
139 1 10 0 0 2 20 3 30
menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian Tinggi

intervensi terhadap tingkat aktivitas fisik kelompok


140-
perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil uji statistik H.
159 2 20 4 40 5 50 2 20
Ringan
menggunakan Independent T-test dengan tingkat
kepercayaan 95% menghasilkan p-value >0,05 160-
H.
179 3 30 2 20 2 20 1 10
yaitu sebesar 0,107. Dapat disimpulkan bahwa Sedang

tidak ada perbedaan tingkat aktivitas fisik antara


≥180
kelompok perlakuan yang diberikan tambahan H. Berat 4 40 1 10 1 10 0 0

intervensi berupa konseling tentang diet DASH TOTAL 10 100 10 100 10 100 10 100
dengan kelompok kontrol yang hanya diberikan
intervensi berupa konseling tentang Diet Rendah
Garam.

58
Hafidah Nurmayanti, Efektivitas Pemberian Konseling tentang Diet Dash..

Tabel 8. Distribusi Pasien berdasarkan Tekanan


Tabel 7 menunjukkan tekanan darah sistolik Darah Diastolik
sebagian besar pasien dalam kelompok perlakuan
Perlakuan Kontrol
sebelum diberikan intervensi berada dalam kategori
Tekanan Darah
hipertensi berat dengan persentase sebesar 40%,
Pre Post Pre Post
Diastolik
30% dalam kategori hipertensi sedang, 20% dalam
(mmHg)
kategori hipertensi ringan, dan 10% lainnya n % n % n % n %
termasuk dalam kategori normal tinggi. Setelah
diberikan intervensi, tekanan darah seluruh pasien <85
Normal 3 30 9 90 8 80 10 100
dalam kelompok perlakuan menurun. 40% pasien
90-
berada dalam kategori hipertensi ringan, 30% H.
99 3 30 1 10 1 10 0 0
Ringan
dalam kategori normal, 20% dalam kategori
hipertensi sedang, dan 10% dalam kategori
100-
H.
hipertensi berat. 109 3 30 0 0 1 10 0 0
Sedang
Pada kelompok kontrol, tekanan darah sistolik
pasien sebelum diberikan intervensi sebagian besar ≥110
H. Berat 1 10 0 0 0 0 0 0
berada dalam kategori hipertensi ringan dengan
TOTAL 10 100 10 100 10 100 10 100
persentase sebesar 50%, 40% pasien masing-
masing 20% termasuk dalam kategori hipertensi
Tabel 8 menunjukkan tekanan darah diastolik
sedang dan normal tinggi, sedangkan 10% lainnya
sebagian besar pasien dalam kelompok perlakuan
dalam kategori hipertensi berat. Setelah diberikan
sebelum diberikan intervensi berada dalam kategori
intervensi, tekanan darah sistolik seluruh pasien
normal, hipertensi ringan, dan hipertensi sedang
menurun. 40% pasien berada dalam kategori
dengan persentase masing-masing 30%, sedangkan
normal, 30% dalam kategori normal tinggi, 20%
10% lainnya termasuk dalam kategori hipertensi
dalam kategori hipertensi ringan, dan 10% lainnya
berat. Setelah diberikan intervensi, tekanan darah
dalam kategori hipertensi sedang.
diastolik sebagian besar pasien dalam kelompok
perlakuan menurun. Sebagian besar pasien berada
dalam kategori normal dengan persentase 90%,
sedangkan 10% lainnya berada dalam kategori
hipertensi ringan. Pada kelompok kontrol, tekanan
darah diastolik pasien sebelum diberikan intervensi
sebagian besar berada dalam kategori normal
dengan persentase sebesar 80%, sedangkan 20%
lainnya masing-masing 10% berada dalam kategori
hipertensi ringan dan hipertensi sedang. Setelah
diberikan intervensi, tekanan darah diastolik
seluruh pasien menurun dan telah mencapai angka
normal 100%.
Tekanan darah sistolik akan meningkat secara
terus menerus hingga usia 70-80 tahun, sedangkan

59
NUTRITURE JOURNAL, VOLUME 1, NO.1, FEB 2022, 49-61

tekanan darah diastolik meningkat hingga usia 50- T-test dengan tingkat kepercayaan 95%
60 tahun dan selanjutnya cenderung menetap atau menghasilkan p-value <0,05 untuk tekanan darah
sedikit menurun (Ramayulis, 2010). Sebagian besar diastolik kelompok perlakuan yaitu 0,007 dan
tekanan darah pasien menurun karena berbagai kelompok kontrol >0,05 yaitu 0,591. Hal ini
faktor seperti konsumsi obat-obatan, asupan menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian
natrium yang mulai menurun karena adanya intervensi terhadap tekanan darah diastolik
pembatasan yang dianjurkan dalam pemberian kelompok perlakuan, namun tidak ada pengaruh
konseling, serta meningkatnya asupan kalium, pemberian intervensi terhadap tekanan darah
kalsium, dan magnesium. Selain itu, aktivitas fisik diastolik kelompok kontrol. Hasil uji statistik
pasien juga sedikit lebih meningkat sehingga dapat menggunakan Independent T-test dengan tingkat
membantu menurunkan tekanan darah. Faktor lain kepercayaan 95% untuk tekanan darah sistolik
seperti tingkat stress juga mempengaruhi tekanan menghasilkan p-value >0,05 yaitu sebesar 0,128.
darah. Tekanan darah bisa sangat tinggi ketika stres Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
datang, tetapi sifatnya hanya sementara. Stres juga tekanan darah sistolik antara kelompok perlakuan
bisa memicu seseorang berperilaku buruk yang bisa yang diberikan tambahan intervensi berupa
meningkatkan risiko hipertensi (Sutomo, 2009). konseling tentang diet DASH dengan kelompok
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang kontrol yang hanya diberikan intervensi berupa
dilakukakan oleh Makarawung (2016) yang konseling tentang Diet Rendah Garam. Sedangkan
menyatakan bahwa rata-rata pasien sebelum dan hasil uji statistik menggunakan Independent T-test
sesudah mengikuti konseling memberikan pengaruh dengan tingkat kepercayaan 95% untuk tekanan
bagi penurunan rata-rata tekanan darah sistolik. darah diastolik menghasilkan p-value >0,05 yaitu
Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan sebesar 0,331. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada
penelitian yang dilakukan oleh Dewifianita (2017) perbedaan tekanan darah diastolik antara kelompok
yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang perlakuan yang diberikan tambahan intervensi
signifikan tekanan darah sistolik dan diastolik berupa konseling tentang diet DASH dengan
sebelum dan sesudah diberikan konseling tentang kelompok kontrol yang hanya diberikan intervensi
diet DASH. Hal ini disebabkan karena beberapa berupa konseling tentang Diet Rendah Garam.
faktor seperti faktor konsumsi obat-obatan, faktor
KESIMPULAN DAN SARAN
stres, faktor alat pengukur tekanan darah, faktor
Kesimpulan
kompetensi tenaga pengukur tekanan darah, serta
Diet DASH lebih efektif untuk digunakan
kondisi pasien pada saat akan dilakukan
dalam meningkatkan asupan kalium dan kalsium
pengukuran tekanan darah.
pada pasien hipertensi, namun Diet Rendah Garam
Hasil uji statistik menggunakan Paired T-test
lebih efektif untuk menurunkan asupan natrium.
dengan tingkat kepercayaan 95% menghasilkan p-
Tidak ada perubahan antara kedua jenis intevensi.
value <0,05 untuk tekanan daah sistolik kelompok
untuk asupan magnesium, aktivitas fisik dan
perlakuan yaitu 0,001 dan kelompok kontrol yaitu
tekanan darah.
0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
Saran
pemberian intervensi terhadap tekanan darah
Sebaiknya perlu adanya kombinasi antara Diet
sistolik kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Rendah Garam dan Diet DASH untuk diberikan
Sedangkan hasil uji statistik menggunakan Paired
kepada pasien hipertensi sebagai intervensi edukasi

60
Hafidah Nurmayanti, Efektivitas Pemberian Konseling tentang Diet Dash..

agar didapatkan hasil yang lebih maksimal dalam 2014. Pengaruh Aktivitas Fisik Jalan
Pagi terhadap Penurunan Tekanan
meningkatkan asupan kalium, kalsium, magnesium,
Darah pada Lansia dengan Hipertensi
aktivitas fisik, serta menurunkan asupan natrium Stadium I di Posyandu Lansia Desa
Makamhaji. Jurnal Terpadu Ilmu
dan tekanan darah pasien.
Kesehatan, Vol. 3, No. 2 November
2014: 106-214.
DAFTAR PUSTAKA Kurniadi, H., & Nurrahmi, U. (2014). Stop!
Afifah, E. 2016. Asupan Kalium-Natrium dan Diabetes. Hipertensi. Kolesterol Tinggi.
Status Obesitas sebagai Faktor Risiko Jantung Koroner. Istana Media:
Kejadian Hipertensi Pasien Rawat Jalan Yogyakarta.
di RS Panembahan Senopati Bantul Lestari, D. 2010. Hubungan Asupan Kalium,
Yogyakarta. Jurnal Gizi dan Dietetik Kalsium, Magnesium, dan Natrium,
Indonesia Vol. 4, No. 1, Januari 2016: Indeks Massa Tubuh, serta Aktivitas
41-48. Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada
Alfiana, N., Bintanah, N. Kusuma, H.S. 2014. Wanita Usia 30-40 Tahun. Jurnal
Hubungan Asupan Kalsium dan Natrium Penelitian: Universitas Diponegoro.
Terhadap Tekanan Darah Sistolik pada Makarawung, A., Momongan, N.R., Imbar, H.S.
Penderita Hipertensi Rawat Inap di RS 2016. Pengaruh Konseling Gizi terhadap
Tugurejo Semarang. Jurnal Gizi Asupan Natrium Pasien Hipertensi di
Universitas Muhammadiyah Semarang, Wilayah Kerja Puskesmas Rurukan Kota
Vol. 3, No. 1, April 2014: 8-15. Tomohon. GIZIDO, Vol. 8, No. 2,
American College of Ccardiology Foundation and November 2016.
American Heart Association. 2017. Rahadiyanti, A., Setianto, B.Y., Purba, M.B. 2015.
Guideline for the Prevention, Detection, Asupan Makan DASH-like Diet untuk
Evaluation, and Management of High Mencegah Risiko Hipertensi pada
Blood Pressure in Adults. Wanita Prediabetes. Jurnal Gizi Klinik
Apriana, R., Rohana, N., Simorangkir, Y. 2017. Indonesia Vol. 11, No. 03, Januari 2015:
Hubungan Penerapan Metode DASH 115-125.
(Dietary Approaches to Stop Rahmawati, Rosdiana Palupi. 2016. Pengaruh
Hypertension) dengan Tingkat Pendidikan Kesehatan Dietary
Hipertensi. Jurnal Ilmiah Ilmu – Ilmu Approaches to Stop Hypertension
Kesehatan, Vol. 15 No. 3, Desember (DASH) terhadap Tekanan Darah pada
2017: 179-184. Penderita Hipertensi di Desa Salamrejo,
Aryzki, S., Alfian, R. 2016. Pengaruh Brief Sentolo, Kulon Progo. Naskah Publikasi
Counseling terhadap Aktifitas Fisik pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Pasien Hipertensi di RSUD dr. H. Moch Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Ansari Saleh Banjarmasin. Jurnal Sains Yogyakarta.
Farmasi dan Klinis, Vol. 03, No. 01, Sudjaswandi, W., M. Sitanggang. 2003. Tanaman
November 2016, 3(1): 84-90. Obat untuk Penyakit Jantung, Darah
Dewifianita, Rizky. 2017. Pengaruh Pemberian Tinggi, dan Kolesterol. Jakarta:
Konseling Diet DASH (Dietary AgroMedia Pustaka.
Approaches to Stop Hypertension Sutomo, Budi. 2009. Menu Sehat Penakluk
terhadap Perubahan Tekanan Darah Hipertensi. Jakarta: DeMedia Pustaka.
pada Penderita Hipertensi Prolanis di Suwarni, Asdie, H.A.H., Astuti, H. 2009. Konseling
Puskesmas Sentolo I Kabupaten Gizi dan Pengaruhnya terhadap Asupan
Kulonprogo. Jurnal Penelitian Program Zat Gizi dan Tekanan Darah pada
Studi D-IV Gizi Alih Jenjang, Jurusan Pasien Hipertensi Rawat Jalan di Rumah
Gizi, Politeknik Kesehatan Yogyakarta. Sakit Umum Daerah Provinsi Sulawesi
Hapsari, D. P. 2016. Hubungan Pengetahuan Tenggara. Jurnal Gizi Klinik Indonesia,
dengan Perilaku Manajemen Hipertensi: Vol. 6, No. 1, Juli 2009: 21-28.
Aktivitas Fisik dan Diet DASH Penderita
Hipertensi di Desa Salamrejo. Karya
Tulis Ilmiah Program Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Hartono, Andry. 2012. Terapi Gizi dan Diet Rumah
Sakit. Jakarta : Buku Kedokteran EDG.
Khomarun, Nugroho, M. A., dan Wahyuni, S. W.

61

You might also like