Professional Documents
Culture Documents
Istika Nita*, Aditya Nugraha Putra, Hayyuna Khairina Albayani, Achmad Wildanul
Khakim, Shofie Rindi Nurhutami
Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya , Jalan Veteran, Malang 65145
* Penulis korespondensi: istika.nita@ub.ac.id
Abstract
Flood is a national disaster in Indonesia. Some of those factors are landform-driven and non-driven
factors in land use management. Pacitan Regency has an alluvial landform that is vulnerable to
flooding. Indonesian National Board for Disaster Management (BNPB) states that the floods in 2018
continued on 07 March 2019, as a massive flood resulted in losses reaching >600 billion rupiahs. This
study analyzed the potential and risk of flood in Pacitan Regency in 2018, in the past (1998 and 2008),
and used it to projected future floods (2030). The research focused on land use change and its impact
on flood potential and hazards. The potential and risk of flooding were analyzed using Paimin’s
method. The parameter was analysed from Landsat 5, 7, and 8 images unsupervised. The trend will
be used for Business As Usual (BAU) analysis in 2030. As a comparison, land use analysis was carried
out based on Land Ability Class (KKL) and Spatial Planning (RTRW). Data validation using
confusion matrix overall accuracy. As a result, there had been an increase of potential floods in high
and very high levels (1998 to 2018) around 263.04 ha and 368.99 ha. This continues until 2030 (BAU),
around 191.61 ha, and 172.8 ha. Land use management with RTRW will increase the potential
flooding at a very high level in 2030 + 1088.63 ha. The best land management is the KKL application
which reduces the flood potential at a very high level + 1973.39 ha. Accuracy tests conducted at 100
points in 2018 showed that 88 model points matched the flooding event (88% accuracy).
Keywords : agriculture, flood, geographic information system, remote sensing
http://jtsl.ub.ac.id 37
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 37-48, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.5
pemanfaatan teknologi untuk memprediksi dan bergelombang. Wilayah yang berpotensi banjir
mencegah banjir yang selanjutnya disebut menurut data BNPB Kabupaten Pacitan
dengan mitigasi bencana. terfokus di Formasi Alluvium (Qa) Sungai
Samarasinghe et al. (2010) mengemukakan Grindulu dan Pesisir Pantai yang tersusun dari
bahwa teknologi Remote Sensing, Sistem kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung, dan
Informasi Geografis, dan Global Positioning Sistem lumpur.
secara bersama sama mampu digunakan untuk
Tahapan penelitian
memprediksi risiko banjir di hilir Sungai Kalu
Ganga - Sri Lanka dengan tingkat akurasi yang Analisis potensi dan risiko banjir di Kabupaten
tinggi. Pemantauan banjir menggunakan remote Pacitan dimulai dengan pra survei yang terdiri
sensing terbukti menjadi metode yang efektif dari persiapan peralatan dan bahan, melakukan
untuk mendapatkan gambaran umum secara perizinan lokasi, serta pengolahan bahan. Survei
cepat dan akurat dari wilayah yang banjir (Haq et pendahuluan dan dilanjutkan dengan survei
al., 2012). Peta-peta tersebut pada umumnya utama dengan groundcheck. Tahap terakhir
menitikberatkan pada faktor geologi dan berupa penyusunan peta potensi dan risiko
topografi (driven). Belum banyak penelitian yang banjir serta analisis data untuk kemudian
membahas mengenai dampak perubahan dilakukan validasi data. Alur kegiatan disajikan
tutupan lahan (non driven) terhadap potensi dan pada Gambar 1.
risiko banjir. Penelitian ini bertujuan untuk Preprocessing atau koreksi radiometrik
menganalisis potensi dan risiko banjir dari sudut dilakukan untuk peningkatan kualitas citra,
pandang non driven (perubahan penggunaan menghilangkan noise, perbaikan citra, dan
lahan) di Kabupaten Pacitan. Penelitian yang menentukan bagian citra yang akan diteliti
melibatkan analisis penggunaan lahan tahun menggunakan PCI Geomatica. Dilakukan Haze
1998, dan 2008, dan tahun 2018 ini selanjutnya Cloud Removal untuk menghilangkan kabut atau
digunakan untuk menyusun proyeksi kejadian debu pada citra satelit. Klasifikasi penggunaan
banjir di masa yang akan datang (Business as lahan di Kabupaten Pacitan pada rentang waktu
Usual). Proyeksi tersebut selanjutnya akan yang berbeda dilakukan dengan menggunakan
dibandingkan dengan kondisi lahan pada tahun citra landsat dengan resolusi 30 m x 30 m.
2030 jika diterapkan penggunaan lahan sesuai Karena perubahan penggunaan lahan
Rencana Tata ruang Wilayah dan Kemampuan membutuhkan citra dengan rentang peliputan
Lahan. yang cukup jauh (10 tahun) maka citra landsat
yang digunakan adalah citra landsat yang
berbeda. Tahun 1998 menggunakan Landsat 5
Bahan dan Metode TM, tahun 2008 menggunakan Landsat 7 ETM
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian dan pada tahun 2018 menggunakan Landsat 8
ini meliputi alat dan bahan yang digunakan saat OLI. Analisis pada citra landsat untuk
prasurvei, survei utama dan pasca survei. Alat penggunaan lahan ini dimaksudkan untuk
yang digunakan terdiri dari GPS 78s, form membagi jenis penggunaan lahan yaitu Hutan,
pengamatan, alat tulis, survey sets, kamera, Kebun, Permukiman, Tegalan, dan Tubuh Air
komputer, PCI Geomatica dan software ArcGIS serta penggunaan yang lain.
10.1. Bahan yang digunakan adalah citra Landsat Metode klasifikasi yang digunakan untuk
5 TM, 7 ETM dan 8 OLI, Peta RTRW mengolah citra landsat (baik 5 TM, 7 ETM
Kabupaten Pacitan, data kejadian banjir BNPB, maupun 8 OLI) adalah unsupervised classification
Peta RBI 1:50.000, Peta Geologi 1:100.000, method. Hasil olah citra pada 3 tahun berbeda
DEMNAS resolusi 8,2 (Badan Informasi selanjutnya digunakan untuk menentukan
Geospasial), data curah hujan dan data debit. Business As Usual (BAU). Business as Usual berisi
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni tentang prediksi potensi dan risiko banjir pada
hingga September 2018 di Kabupaten Pacitan, tahun 2030 berdasarkan perubahan penggunaan
Jawa Timur. Lokasi penelitian berada di Lajur lahan dari tahun 1998, 2008 dan 2018
Pegunungan Selatan Pulau Jawa terdiri wilayah berdasarkan persamaan regresi (Putra et al.,
pantai, dataran rendah, perbukitan dan daerah 2021). Parameter penyusunan formula potensi
pegunungan dengan kondisi datar hingga dan risiko banjir dibedakan berdasarkan
http://jtsl.ub.ac.id 38
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 37-48, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.5
parameter alami (hujan harian maksimum rerata kelas I sampai dengan kelas VIII dalam
pada bulan basah, bentuk DAS, gradien sungai, klasifikasi kemampuan lahan. Sub kelas
kerapatan drainase, dan lereng DAS rata-rata) merupakan bagian lebih lanjut dari kelas dan
dan parameter manajemen (jenis penutup atau diberikan berdasarkan jenis faktor pembatas
penggunaan lahan). Parameter daerah rawan atau bahaya kerusakan dan terdiri dari erosi (e),
banjir yang meliputi bentuk lahan, meandering, kelebihan banjir atau bahaya banjir (w), daerah
pembendungan oleh percabangan sungai atau perakaran atau kedalaman efetif tanah (s), dan
air pasang, dan drainase atau kelancaran air yang iklim (c). Rencana Tata Ruang Wilayah
dapat dinyatakan lereng lahan kiri-kanan sungai. Kabupaten Pacitan telah ditetapkan oleh
Parameter manajemen ditunjukkan ada tidaknya BAPPEDA (2010) berlaku hingga 2028. Peta ini
bangunan pengendali aliran air banjir seperti kemudian dikonversi ke dalam kelas 1) Hutan,
waduk dan tanggul sungai. Sebagai pembanding 2) Kebun, 3) Semak, 4) Tegalan, 5) Sawah, dan
dianalisis kelas kemampuan lahan dan RTRW. 6) Permukiman.
Kemampuan lahan menggambarkan Secara rinci tahapan analisis BAU, KKL
seberapa intensif lahan bisa dimanfaatkan tanpa dan RTRW disajikan pada Gambar 2. Accuracy
mengalami kerusakan. Metode analisis assessment dilakukan menggunakan overal accuracy
mengikuti metode analisis kemampuan lahan dengan tingkat kebenaran data >80%. Accuracy
Arsyad (1989). Tanah akan dikelaskan assessment dilakukan dengan confussion matrix
menggunakan huruf romawi dan terdiri dari overall accuracy (Nita et al., 2020).
http://jtsl.ub.ac.id 39
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 37-48, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.5
http://jtsl.ub.ac.id 40
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 37-48, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.5
Analisis penggunaan lahan sesuai rencana kawasan andalan, dan kawasan keselamatan
tata ruang wilayah (RTRW) operasi penerbangan (KKP) pangkalan udara
TNI AU Iswahyudi. Rencana Penggunaan lahan
Rencana pola ruang bagi Kabupaten Pacitan
di Kabupaten Pacitan hingga tahun 2028
terdiri atas kawasan lindung dan kawasan
sebagian besar diperuntukan sebagai hutan
budidaya. Klasifikasi peruntukan lahan di
rakyat karena Kabupaten Pacitan memiliki
Kabupaten Pacitan berdasarkan rencana
kawasan hutan rakyat yang beragam.
pengembangan kawasan lindung terdiri atas
Penggunaan lahan terbesar selanjutnya adalah
kawasan hutan lindung, karst, kawasan
fungsi budidaya, yaitu sebagai kawasan ruang
sempadan, kawasan sekitar mata air, kawasan
terbuka hijau, pertanian dan permukiman, baik
sekitar situ, kawasan cagar alam dan cagar
permukiman perkotaan maupun pedesaan.
budaya, kawasan rawan bencana alam dan
Penggunaan lahan di RTRW kemudian
kawasan lindung lainnya, serta kawasan
dikonversi sesuai dengan kebutuhan dengan
budidaya terdiri atas kawasan peruntukan hutan
membagi masing-masing penggunaan seperti
produksi, hutan rakyat, pertanian, perikanan,
yang tersaji pada Tabel 2.
pertambangan, industri, pariwisata, pemukiman,
http://jtsl.ub.ac.id 41
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 37-48, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.5
potensi kerawanan banjir, sebaliknya semakin (run off) sehingga ketika terjadi hujan, air
rapat dan luas suatu lahan ditutupi oleh vegetasi sebagian akan meresap atau akan menggenang
maka semakin rendah pengaruhnya terhadap di permukaan tanah tergantung kondisi
potensi banjir (Yamani et al., 2015). Apollonio et permukaan tanahnya sehingga perlu dilakukan
al. (2016) menambahkan area dengan nilai kurva analisis Business as Usual. Jika tidak ada intervensi
run off yang lebih besar berada pada area terhadap pola perubahan penggunaan lahan di
urbanisasi atau ditingalkannya praktik pertanian Kabupaten Pacitan maka diprediksi melalui
yang menyebabkan terjadinya peningkatan area Business as Usual pada tahun 2030 akan terjadi
kedap air yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan level potensi bahaya banjir dari
kenaikan area banjir. Perubahan penggunaan rendah ke sedang, sedang ke tinggi dan tinggi ke
lahan berpengaruh terhadap aliran permukaan sangat tinggi (Tabel 3).
Kondisi BAU tersebut jika diintervensi dengan penggunaan lahan. Tommi et al. (2017)
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten menambahkan wilayah dengan tingkat bahaya
Pacitan akan berdampak pada penurunan kelas banjir tinggi umumnya dipengaruhi kelas
sedang menjadi rendah, namun disisi lain juga drainase tanah yang terhambat. Semakin tinggi
berpengaruh terhadap peningkatan kelas sedang genangan banjir maka tingkat bahaya terhadap
menjadi tinggi dan sangat tinggi. Hal tersebut lahan pertanian semakin tinggi dan semakin
tentunya merupakan pengaruh dari perubahan lama gengan banjir maka tingkat bahaya
penggunaan lahan yang terjadi (Gambar 3 dan terhadap pertanian semakin tinggi pula
4). (Ambarsari, 2016). Menurut Tarigan (2016)
curah hujan bukan alasan meningkatnya
Risiko bahaya banjir
frekuensi banjir. Alasan yang paling mungkin
Banjir terjadi karena pengaruh aktivitas manusia, untuk meningkatkan tren frekuensi banjir adalah
kondisi geografi, kondisi topografi, kondisi alur perubahan tutupan lahan hutan dan perluasan
sungai, curah hujan, serta perubahan area tanam perkebunan.
http://jtsl.ub.ac.id 42
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 37-48, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.5
Daerah hulu walaupun intensitas hujan tinggi memiliki dampak aliran permukaan yang lebih
tetapi karena faktor kemiringan lereng yang besar dibandingkan dengan hutan alami yang
curam menyebabkan tingkat kerawanan banjir biasanya menghasilkan lebih sedikit limpasan
menjadi rendah, sedangkan pada daerah hilir permukaan. Perubahan penggunaan lahan juga
walaupun intensitas rendah tetapi karena faktor menyebabkan tanah terganggu sehingga terjadi
kemiringan lereng yang datar menyebabkan peningkatan erosi dan retensi sedimen yang
tingkat kerawanan banjir tinggi (Budiarti et al., rendah. Tingkat retensi terendah dikaitkan
2018). Area pertanian dengan tanaman semusim dengan pertanian, terutama daerah dataran
http://jtsl.ub.ac.id 43
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 37-48, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.5
tinggi dengan kemiringan tinggi (Arunyawat dan penting dalam perubahan siklus air (Tan et al.,
Shrestha, 2016). 2015). Di Kabupaten Pacitan, risiko bahaya
Semua perubahan tutupan lahan dan pola banjir pada tahun 1998, 2008, 2018 mengalami
penggunaan lahan berdampak buruk pada peningkatan tingkat bahaya banjir tinggi hingga
kualitas dan ketersediaan air membuktikan sangat tinggi karena terjadi perubahan
faktor pembatas di masa depan baik untuk penggunaan lahan. Perbedaan penggunaan
pertumbuhan perkotaan maupun praktik lahan tahun 1998, 2008, 2018, 2030, RTRW, dan
pertanian dan mungkin juga bertanggung jawab KKL akan berpengaruh terhadap risiko bahaya
atas hilangnya vegetasi yang sudah menyusut di banjir di Kabupaten Pacitan. Perubahan yang
area DAS (Butt et al., 2015). Degradasi hutan terjadi mengarah pada perubahan yang dapat
dan deforestrasi ke semak-semak dan padang menurunkan risiko terhadap bahaya banjir, tapi
rumput yang dominan menyebabkan perubahan penggunaan lahan tersebut dapat
menurunnya tutupan dan kualitas hutan (Laan et juga meningkatkan risiko bahaya banjir.
al., 2018). Dampak gabungan dari perubahan Diprediksi melalui Business as Usual pada tahun
penggunaan lahan dan variabilitas iklim 2030 akan terjadi peningkatan level risiko banjir
menghasilkan peningkatan limpasan dari rendah ke sedang, sedang ke tinggi dan
permukaan, kadar air tanah dan penguapan, tinggi ke sangat tinggi (Tabel 4). Hal tersebut
serta ditemukan penurunan aliran air tanah dan akan terjadi jika tidak ada intervensi terhadap
perkolasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pola perubahan penggunaan lahan di Kabupaten
variasi penggunaan lahan menaikkan peran Pacitan.
Kondisi BAU tersebut jika diintervensi dengan kemampuan lahan dalam mendukung segala
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten aktivitas manusia yang ada di wilayah yang
Pacitan akan berdampak pada penurunan kelas bersangkutan. Informasi yang diperoleh secara
sedang menjadi rendah, namun disisi lain juga umum menyangkut masalah kemampuan (daya
berpengaruh terhadap peningkatan kelas sedang dukung) yang dimiliki oleh suatu daerah dalam
menjadi tinggi dan sangat tinggi (Gambar 5). mendukung proses pembangunan dan
Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan daya pengembangan daerah itu dengan melihat
dukung jika terus dibiarkan akan menyebabkan perbandingan antara jumlah lahan yang dimiliki
terjadinya penurunan kualitas lahan dan tidak dan jumlah penduduk yang ada (Afni, 2016).
akan berkelanjutan (Fatmawaty et al., 2015). Pembahasan
Penggunaan lahan sesuai dengan daya dukung
(KKL) menurunkan level potensi bahaya banjir Perubahan penggunaan lahan dari hutan ke non
dari sangat tinggi menjadi tinggi, sedang-rendah hutan akan menyebaban degradasi lahan secara
menjadi sangat rendah banjir sehingga dapat signifikan dengan indikator peningkatan berat
membantu mengatasi atau mengurangi risiko volume tanah, penurunan porositas penurunan
bahaya, dijadikan sebagai acuan dalam bahan organik, potensial intersepsi dan
penyusunan rencana tata ruang wilayah yang penurunan kekasaran permukaan serta
berkelanjutan. Hal tersebut dapat memberikan peningkatan erosi (Alwi dan Marwah, 2015).
informasi yang diperlukan dalam menilai tingkat Perubahan penggunaan lahan berpengaruh
http://jtsl.ub.ac.id 44
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 37-48, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.5
terhadap naik turunnya debit dan koefisien besar kecilnya potensi banjir (Pratama dan
aliran permukaan yang dapat menyebabkan Yuwono, 2016).
http://jtsl.ub.ac.id 45
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 37-48, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.5
Gambar 6. Lokasi validasi tingkat potensi dan risiko banjir di Kabupaten Pacitan.
Secara rinci kerusakan pada lahan sawah dan tanaman padi berumur 10–12 minggu setelah
tegalan di Kabupaten Pacitan terdiri dari potensi sebar (fase berbunga sampai fase pengisian
banjir “tinggi” seluas 2.421,28 ha untuk lahan bulir) (Sulistyono et al., 2012). Banjir juga akan
sawah dan 299,17 ha untuk tegalan. potensi berdampak pada lokasi yang tidak terkena
banjir “sangat tinggi” seluas 1.150,12 ha untuk langsung, khususnya pada sektor pertanian yang
lahan sawah dan 16,36 ha untuk tegalan. Risiko sangat berpengaruh terhadap industri pangan
banjir “tinggi” seluas 7.799,09 ha untuk lahan (Mao et al., 2016) yang nantinya juga dapat
sawah dan 1.406,26 ha untuk tegalan. potensi berdampak negatif pada ekonomi nasional dan
banjir “sangat tinggi” seluas 2.430,87 ha untuk ketahanan pangan (Khan et al., 2012).
lahan sawah dan 93,60 ha untuk tegalan. Wilayah
dengan tingkat risiko tinggi memiliki nilai
ekonomi penggunaan lahan paling besar,
Kesimpulan
kemudian diikuti wilayah pada tingkat risiko Hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat
sedang dan yang paling kecil adalah nilai disimpulkan bahwa potensi dan risiko banjir di
ekonomi penggunaan lahan pada wilayah Kabupaten Pacitan meningkat pada level tinggi
dengan tingkat risiko rendah. dan sangat tinggi. Peningkatan tersebut karena
Banjir ketika tanaman berumur 10 minggu adanya perubahan penggunaan lahan. Hasil
setelah sebar juga menyebabkan penurunan analisa BAU pada tahun 2030 tingkat potensi
hasil produksi paling besar. Periode kritis dan risiko banjir akan semakin meningkat. Jika
tanaman padi terhadap banjir yaitu pada saat tidak ada intervensi dengan Rencana Tata Ruang
http://jtsl.ub.ac.id 46
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 37-48, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.5
dan Tata Wilayah Kabupaten Pacitan, maka Jawa Tengah. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya
akan berdampak pada penurunan kelas risiko Alam dan Lingkungan 8(1):96-108.
dan potensi banjir dari sedang menjadi rendah, Butt, A., Shabbir, R., Ahmad, S.S. and Aziz, N. 2015.
tapi disisi lain akan menyebabkan peningkatan Land use change mapping and analysis using
remote sensing and GIS?: A case study of Simly
potensi dan risiko bahaya banjir dari level tinggi
Watershed, Islamabad, Pakistan. The Egyptian
ke sangat tinggi. Akurasi data banjir di Journal of Remote Sensing and Space Sciences
Kabupaten Pacitan sebesar 88%. 18(2):251-259.
Fatmawaty, F., Baskoro, D.P.T. dan Widiatmaka, W.
2015. Strategi pengembangan komoditas
Ucapan Terima Kasih
perkebunan berbasis daya dukung lahan di
Terimakasih kami sampaikan kepada Fakultas Kabupaten Majene. Majalah Ilmiah Globe
Pertanian Universitas Brawijaya atas dana PNBP 17(1):25-32.
2018 yang telah diberikan untuk kelancaran Handoko, U., Boer, R., Apip, A., Aldrian, E. dan
penelitian ini. Dasanto, B.D. 2018. Persepsi kerentantan bahaya
banjir dan kekeringan akibat perubahan iklim di
DAS Batanghari. LIMNOTEK: Perairan Darat
Daftar Pustaka Tropis di Indonesia 25(2):110-124.
Afni, N. 2016. Daya dukung lingkungan Kecamatan Haq, M., Akhtar, M., Muhammad, S., Paras, S. and
Pattalassang Kabupaten Takalar. Plano Madani: Rahmatullah, J. 2012. Techniques of Remote
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 5(1):74-85. Sensing and GIS for flood monitoring and
Alwi, L.O. dan Marwah, S. 2015. Analisis dampak damage assessment: A case study of Sindh
perubahan penggunaan lahan terhadap province, Pakistan. Flood monitoring using
degradasai lahan dan pendapatan petani di DAS satellite data proved to be an effective method to
Wanggu Sulawesi Tenggara. Jurnal Pengkajian get quick and precise overview of flooded areas.
dan Perkembangan Teknologi Pertanian The Egyptian Journal of Remote Sensing and
18(2):117-130. Space Sciences 15:135-141.
Ambarsari, D. 2016. Kajian resiko lahan pertanian Hoirisky, C., Rahmadi, dan Harahap, T. 2018.
terhadap banjir di Sub DAS Ngasinan Pengaruh perubahan pola pengunaan lahan
Kecamatan Trenggalek dan Kecamatan Pogalan terhadap banjir di DAS Buah Kota Palembang.
Kabupaten Trenggalek. Swara Bhumi 1(2):108- Prosiding Seminar Nasional Hari Air Dunia
114. 2018, 14-24.
Apollonio, C., Balacco, G., Novelli, A., Tarantino, E. Khan, M.N.H., Mia, M.Y. and Hossain, M.R. 2012.
and Piccinni, A.F. 2016. Land use change impact Impact of flood on crop production in haor areas
on flooding areas: The case study of Cervaro of two upazillas in Kishoregonj. Journal of
Basin (Italy). Sustainalibity 8(10):996. Environmetal Science and Natural Resources
Aprilliyana, D. 2015. Pengaruh perubahan 5(1):193-198.
penggunaan lahan Sub DAS Rawapening Laan, C.V. der, Budiman, A., Verstegen, J.A.,
terhadap erosi dan sedimentasi Danau Dekker, S.C., Effendy, W., Faaij, A.P.C.,
Rawapening. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kusuma, A.D. and Verweij, P.A. 2018. Analyses
Kota 11(1):103-116. of land cover change trajectories leading to
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : tropical forest loss: Illustrated for the West Kutai
Penerbit IPB Press and Mahakam Ulu Districts, East Kalimantan,
Arunyawat, S. dan Shrestha, R.P. 2016. Assessing Indonesia. Land 7(3):108.
land use change and its impact on ecosystem Mao, G., Onfroy, T., Moncoulon, D., Quantin, A.
services in Northern Thailand. Sustainalibity andn Robert, C. 2016. Comperhensive flood
8(8):768. economic losses: Review of the potential damage
Badan Geologi Nasional.1992. Peta Geologi Lembar and implementation of an agricultural impact
Pacitan Tahun 1992 model. EDP Sciences 7:1-10.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2018. Mubarok, Z., Murtilaksono, K. dan Wahjunie, E.D.
Data Informasi Bencana Indonesia. 2015. Kajian respon perubahan penggunaan
dibi.bnpb.go.id lahan terhadap karakteristik hidrologi DAS Way
Budiarti, W., Gravitiani, E. dan Mujiyo. 2018. Betung Lampung. Jurnal Penelitian Kehutanan
Analisis aspek biofisik dalam penilaian Wallacea 4(1):1-10.
kerawanan banjir di Sub DAS Samin Provinsi Muin, S.F., Boer, R. dan Suharnoto, Y. 2015.
Pemodelan banjir dan analisa kerugian akibat
http://jtsl.ub.ac.id 47
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 37-48, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.5
bencana banjir di DAS Citarum Hul. Jurnal Samarasinghe, S.M.J.S., Nandalal, H.K., Weliwitiya,
Tanah dan Iklim 39(2):75-84. D.P., Fowze, J.S.M., Hazarika, M.K. and
Nita, I., Putra, A.N. and Fibrianingtyas, A. 2020. Samarakoon, L. 2010. Application of remote
Analysis of drought hazards in agricultural land sensing and gis for flood risk analysis: A case
in Pacitan Regency, Indonesia. Sains Tanah: study at Kalu- Ganga River, Sri Lanka.
Journal of Soil Science and Agroclimatology International Archives of the Photogrammetry,
17(1):7-15. Remote Sensing and Spatial Information Science
Prasasti, I., Sofan, P., Febrianti, N. dan Suprapto, T. 38(8):110-115.
2015. Sekapur Sirih Kajian Fenomena Banjir di Sulistyono, E., Suwarno, Lubis, I. dan Triwidiyati.
Jakarta. dalam Bunga Rampai Pemanfaatan Data 2012. Pengaruh umur tanam dan lama banjir
Penginderaan Jauh untuk Mitigasi Bencana Banjir terhadap pertumbuhan dan pridusksi galur-galur
(1st ed., pp. ix-xxvii). IPB Pres. padi sawah. Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi
Pratama, W. dan Yuwono, S.B. 2016. Analissi 5(2):132-135.
perubahan penggunaan lahan terhadap Sumastuti, E. dan Pradono, N.S. 2016. Dampak
karakteristik hidrologi DAS Bulok. Jurnal Sylva perubahan iklim pada tanaman padi di Jawa
Lestari 4(3):11-20. Tengah. Journal of Economic Education 5(1):31-
Purnama, S., Marfai, Muh. A., Anggraini, D.F. dan 38.
Cahyadi, A. 2015. Estimasi kerugian ekonomi Tan, M.L., Ibrahim, A.L., Yusop, Z., Duan, Z. and
akibat banjir rob menggunakan sistem informasi Ling, L. 2015. Impact of land -use and climate
geografis di Kecamatan Penjaringan, Jakarta variability on hydrological components In The
Utara. Jurnal SPATIAL - Wahana Komunikasi Johor River Basin, Malaysia. Hydrological
dan Informasi Geografi 14(2):8-13. Sciences Journal 60(5):873-889.
Putra, A.N., Nita, I., Jauhary, M.R.A., Nurhutami, Tarigan, S.D. 2016. Land cover change and its impact
S.R. and Ismail, M.H. 2021. Landslide risk on flooding frequency of Batanghari Watershed,
analysis on agriculture area in Pacitan Regency in Jambi Province, Indonesia. Procedia
East Java Indonesia using geospatial techniques. Environmental Sciences 33:386-392.
Environment and Natural Resources Journal Tommi, Barus, B., dan Dharmawan, A. H. 2017.
17(2):141-152. Pemetaan bahaya banjir lahan sawah di
Riadi, B. 2017. Analisis spasial risiko bahaya banjir di Kabupaten Karawang. Jurnal Ilmu Tanah dan
lahan sawah di Kabupaten Karawang. Seminar Lingkungan 19(1):41-45.
Nasional Geomatika 2017, 223-240. Yamani, A., Rustiadi, E. dan Widiatmaka. 2015.
Rizkiah, R. 2017. Analisis faktor-faktor penyebab Evaluasi pola ruang berbasis kerawanan banjir di
banjir di Kecamatan Tikala Kota Manado. Kabupaten Pidie. Tata Loka 17(3):130-147.
Spasial?: Perencanaan Wilayah dan Kota
1(1):105-113.
http://jtsl.ub.ac.id 48