Professional Documents
Culture Documents
Badal Haji-WPS Office
Badal Haji-WPS Office
Menurut Anwarudin, (Ketua Bidang Garapan Haji dan Umroh), ibadah haji
merupakan ibadah yang sangat berkaitan erat dengan prinsip istitha’ah. Dalam
hal ini, istitha’ah yang dimaksud adalah kemampuan seseorang untuk
melaksanakan ibadah haji baik secara finansial maupun secara fisik. Jadi jika ada
orang yanng tidak mampu dari salah satunya, maka orang tersebut belum
dikategorikan sebagai orang yang istitha’ah.
Ayat ini dianggap bertentangan karena praktek badal haji yang dijelaskan dalam
hadits dilakukan oleh orang lain, sedangkan dalam ayat ini dijelaskan bahwa
seseorang tidak akan mendapatkan apa-apa selain dari apa yang ia usahakan
sendiri. Jadi jika ada orang yang melakukan praktek badal haji, perbuatan
tersebut merupakan perbuatan yang sia-sia, baik bagi orang yanng dibadalkan,
maupun bagi orang yang membadalkan.
Maka dari itu, Dewan Hisbah Persis dalam sidangnya pada hari jumat tanggal 4
Jumadits Tsaniyah 1421 H/3 september 2000 yang bertempat disumedang,
dengan pertimbangan:
a. Bahwa ibadah haji hanya kepada mereka yang mampu (mustathi’) Q.S Ali-
Imron:97
b. Bahwa setiap manusia hanya akan menerima balasan dari apa yang
diusahakannya sendiri. Q.S an-Najm:39
c. Bahwa hadits-hadits tentang Niyabatul Haj bagi orang tua yang sudah lanjut
usia atau sakit atau wafat dari segi sanadnya shahih.
d. Bahwa hadits-hadits tentang Niyabatul Haj bagi saudara atau keluarga dekat
haditsnya tidak ada ittifaq tentang keshahihannya.
e. Bahwa dalil tentang Niyabatul haj bagi orang lain yang bukan keluarga sama
sekali tidak ditemukan satupun haditsnya.
f. Bahwa tidak ada nadzar untuk suatu kewajiban seperti ibadah haji.
a. Menghajikan orang lain, baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal
tidak disyari’atkan.
b. Seorang anak berangkat haji dengan niat mewakili atau menggantikan orang
tuanya tidak disyariatkan.