You are on page 1of 18

HUKUM TAWAF BAGI WANITA HAID

MENURUT MAZHAB HANAFI DAN MAZHAB


SYAFI’I
Fitri Madaniah, Mokhamad Nurul Badrul Q, Qoni’atul
Islahiyah
UIN Sunan Ampel Surabaya, Jl. A. Yani 117 Surabaya
fitrimadaniah5536@gmail.com, c95218038@uinsby.ac.id,
qoniislahiyah1835@gmail.com

Abstract: This article discusses the law of tawaf for menstruating women according to
the Hanafi and Shafi'i schools. This type of research is library research with comparative
analysis. This study resulted in two conclusions: First, according to Imam Abu
Hanifah, performing Tawaf is permissible even if it is in a small or large situation, but
must pay a dam. Paying the dam of a goat for pilgrims who have small hadats, while
pilgrims who have a large berhadats then have to pay for the dam in the form of a camel.
According to Imam Shafi'i, in the case of menstruating women, it is clear that tawaf
cannot be performed while menstruating. Tawaf can only be done in the mosque because
the place of tawaf is a mosque. If it is done outside the mosque, it is considered not to
do tawaf, because even if it is blocked by the congregation or a place to drink Zamzam
water as long as the place is still in the mosque area, the tawaf is considered valid.
Second, the arguments used by the two Imams have similarities and differences. The
similarity is that in terms of performing worship, especially the worship of Tawaf, it
must be in a state of purification from the major hadats, namely menstruation. Imam
Hanafi thinks that the purity of the hadith is not a condition for the validity of tawaf,
but the obligatory Hajj. Imam Shafi'i believes that Tawaf without purity is invalid,
whether intentional or forgetful.
Keywords: tawaf, menstruating women, Hanafi, Shafi'i.

Abstrak: Artikel ini membahas tentang hukum tawaf bagi wanita haid
menurut mazhab Hanafi dan mazhab Syafi’i. Jenis penelitian ini adalah
penelitian pustaka (library reserch) dengan analisis komparatif. Penelitian ini
menghasilkan dua kesimpulan: Pertama, menurut mazhab Hanafi, wanita
haid boleh melakukan tawaf. Hal tersebut sebagaimana pendapatnya
bahwa tawaf diperbolehkan walau dalam keadaan hadats kecil maupun
besar akan tetapi harus membayar dam seekor kambing bagi jama’ah haji
yang berhadats kecil, sedangkan untuk jamaah haji yang berhadats besar
maka harus membayar dam berupa seekor unta. Menurut mazhab Syafi’i,
wanita haid tidak boleh melakukan tawaf, karena tempat tawaf adalah
masjid dan wanita haid dilarang masuk masjid. Kedua, terdapat persamaan
dan perbedaan dalam pandangan mazhab Hanafi dan mazhab Syafi’i
tentang hukum tawaf bagi wanita haid. Persamaannya adalah dalam hal
melakukan suatu ibadah terutama ibadah tawaf, maka harus dalam keadaan

Ma’mal: Jurnal Laboratorium Syariah dan Hukum


Volume 03, Nomor 02, April 2022
ISSN (Print): 2775-1333, ISSN (Online): 2774-6127
bersuci dari hadats besar yaitu haid. Imam Hanafi berpendapat bahwa suci
dari hadats itu bukan syarat sahnya thawaf, akan tetapi wajib haji. Imam
Syafi’i berpandangan bahwa thawaf tanpa suci itu tidak sah, baik disengaja
ataupun lupa.
Kata kunci: tawaf, wanita haid, Hanafi, Syafi’i.
Pendahuluan
Hukum Islam tidak lain bertujuan untuk mewujudkan
kemaslahatan umat manusia.1 Maslahat itu menjadi berubah ketika
keadaan umat berubah dan berkembang menurut perkembangan
lingkungan.2 Hukum memberikan keleluasaan kepada umatnya yang
ditunjukkan melalui illat (motivasi subtansial diundangkannya suatu
hukum) yang dapat ditempatkan pada posisinya sehingga tidak
menghilangkan arti, maksud, dan tujuan disyariatkan hukum itu
sendiri.3
Haji merupakan rukun Islam kelima.4 Menunaikan haji
adalah keinginan setiap Muslim. Seseorang yang sudah mendapat
panggilan guna menunaikan rukun Islam kelima ini, tentu berharap
ibadah hajinya diterima oleh Allah SWT. Salah satu syarat agar
ibadah hajinya diterima adalah menunaikan semua rangkaian ibadah
haji yang telah ditentukan. Melaksanakan perjalanan haji akan dapat
menambah ketaatan seseorang.

1 Nur Lailatul Musyafaah, Athifatul Wafirah, and Sagita Destia Ramadhan,


“Moderation of Fatwa: Worship During the Covid 19 Pandemic in Maqasid
Shariah Perspective,” Proceedings of the International Conference on Engineering,
Technology and Social Science (ICONETOS 2020) 529, no. Iconetos 2020 (2021): 75,
https://doi.org/10.2991/assehr.k.210421.012; Azmi Sirajuddin, “Model
Penemuan Hukum Dengan Metode Maqashid Syariah Sebagai Jiwa Fleksibelitas
Hukum Islam,” Istinbath: Jurnal Hukum 13, no. 1 (2016): 116, https://e-
journal.metrouniv.ac.id/index.php/istinbath/article/view/545.
2 Nur Lailatul Musyafa’ah and Arif Wijaya, “Dinas Kependudukan Dan

Pencatatan Sipil Di Kabupaten Lamongan Dalam Perspektif Fikih Siyasah,” Al-


Daulah: Jurnal Hukum Dan Perundangan IslamJurnal Hukum Dan Perundangan Islam
10, no. 02 (2020): 267,
https://doi.org/https://doi.org/10.15642/ad.2020.10.2.251-274.
3 Nur Lailatul Musyafa’ah, “Relevansi Antara Medis Dan Fikih Tentang

Perdarahan Pervaginam,” Jurnal Studi Gender Indonesia 05, no. 2 (2016): 162,
http://repository.uinsby.ac.id/id/eprint/1144/.
4 Mae Aldossari, Abdullah Aljoudi, and David Celentano, “Health Issues in the

Hajj Pilgrimage: A Literature Review,” EMHJ: Eastern Mediterranean Health Journal


25, no. 10 (2019): 144.

MA’MAL | Volume 03 Nomor 02 April 2022 181


Setiap tahunnya, Arab Saudi melayani sekitar 2.5 juta jamaah
haji yang berasal dari 150 negara.5 Haji dilaksanakan pada bulan haji,
yaitu bulan Syawal, Zulqa'dah dan Zulhijah (3 bulan).6 Pada tahun
2020-2021, Arab Saudi membatasi jamaah ibadah haji karena
pandemi Covid-19. Pembatasan tersebut dilakukan karena Covid-19
akan menimbulkan resiko kesehatan bagi jamaah haji.7 Ibadah haji
tahun 1441H/2020M, jamaah haji dibatasi 1000 jamaah8 dan tahun
1442H/2021M jumlah jamaah haji dibatasi 60.000 jamaah yang
terdiri dari warga lokal dan ekspatriat yang sudah menetap di Arab
Saudi.9 Untuk tahun 2022, jumlah jamaah haji ditingkatkan menjadi
1 juta jamaah, baik bagi jamaah yang tinggal di Arab Saudi maupun
luar Arab Saudi.10
Dalam melaksanakan ibadah haji, seorang muslim harus
mempersiapkan diri secara material, spiritual, dan informasi.11 Dari
segi spiritual, seseorang harus memahami tata cara ibadah haji
dengan baik. Seperti halnya dalam salat, ibadah haji juga mempunyai

5 Saber Yezli et al., “Prevalence of Influenza among Hajj Pilgrims: A Systematic


Review and Meta-Analysis,” Disaster Medicine and Public Health Preparedness, 2021,
2, https://doi.org/10.1017/dmp.2020.472.
6 Malak Almasri et al., “Hajj Abattoirs in Makkah: Risk of Zoonotic Infections

among Occupational Workers,” Veterinary Medicine and Science 5, no. 3 (2019): 428,
https://doi.org/10.1002/vms3.169.
7 Anas Khan et al., “Estimating the COVID-19 Risk during the Hajj Pilgrimage,”

Journal of Travel Medicine 27, no. 8 (2021): 1–3,


https://doi.org/10.1093/JTM/TAAA157.
8 Puskeshaji, “Kapuskes Haji: Protokol Arab Saudi Jadi Contoh Dunia,”

Https://Puskeshaji.Kemkes.Go.Id, August 6, 2020,


https://puskeshaji.kemkes.go.id/berita/2020/8/6/kapuskes-haji-protokol-arab-
saudi-jadi-contoh-dunia.
9 Husni Anggoro, “Kebijakan Baru Arab Saudi, Jemaah Haji 2021 Wajib Miliki

Hajj Smart Card,” Kemenag.Go.Id, July 19, 2021,


https://haji.kemenag.go.id/v4/kebijakan-baru-arab-saudi-jemaah-haji-2021-
wajib-miliki-hajj-smart-card.
10 Alinda Hardiantoro, “Arab Saudi Buka Kuota Jemaah Haji 2022, Berapa Kuota

Untuk Indonesia?,” Kompas.Com, April 10, 2022,


https://www.kompas.com/tren/read/2022/04/10/190000565/arab-saudi-
buka-kuota-jemaah-haji-2022-berapa-kuota-untuk-indonesia-
?page=all#:~:text=KOMPAS.com – Pemerintah Arab Saudi,di tengah pandemi
Covid-19.
11 Nadia Caidi, “Pilgrimage to Hajj: An Information Journey,” The International

Journal of Information, Diversity, & Inclusion (IJIDI) 3, no. 1 (2019): 44,


https://doi.org/10.33137/ijidi.v3i1.32267.

182 Fitri Madaniah, dkk. | Hukum Tawaf bagi Wanita Haid menurut Mazhab …… 180-202
rukun-rukun yang harus dikerjakan orang yang sedang
melaksanakan ibadah haji. Diantara rukun-rukun haji yaitu ihram,
wukuf di Arafah, tawaf ifadah dan sa'i.
Tawaf adalah mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali
putaran.12 Dalam konsep matematika, 7 kali putaran tersebut sama
dengan membentuk 7 lingkaran.13 Tawaf ifadah dipandang sebagai
rukun haji, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Hajj ayat 25:
ِ ‫ت ْالعَتِي‬
‫ق‬ ِ ‫ط َّوفُوا بِ ْالبَ ْي‬
َّ َ‫ورهُ ْم َو ْلي‬
َ ُ‫ث ُ َّم ْليَ ْقضُوا تَفَث َ ُه ْم َو ْليُوفُوا نُذ‬
”Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang
ada di badan mereka, menyempurnakan nazar–nazar mereka
dan melakukan tawaf sekeliling rumah tua (Baitullah)”14
Apabila hendak melaksanakan tawaf ifadah, sebaiknya
memperhatikan dan memenuhi persyaratan-persyaratannya, yang
salah satu diantaranya adalah suci dari hadas, junub, haid dan nifas
baik pada pakaian, badan, tempat serta menutup aurat.
Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat antara mazhab
Hanafi dan mazhab Syafi’i. Menurut mazhab Hanafi, hal itu
bukanlah syarat dalam tawaf. Suci dari hadas dan najis hakiki pada
badan dan pakaian, hanyalah sunnah muakkad. Jadi, pada saat yang
mendesak, sedang haid belum selesai, maka ia boleh untuk tetap
melaksanakan tawaf ifadah. Tawafnya sah akan tetapi dikenakan
dam dengan menyembelih seekor unta atau sapi atau tujuh ekor
kambing. Sedangkan menurut mazhab Syafi'i, suci dari najis dan
hadas adalah syarat sah tawaf. Apabila seseorang melakukan tawaf
dengan tidak memenuhi salah satu syarat tersebut, maka tawafnya
batal dan tidak sah.
Saat pelaksanaan haji atau umrah untuk kaum perempuan
memiliki problematika berkaitan dengan haid. Normalnya, setiap
bulan perempuan mengalami masa haid. Hal tersebut
12 Vakhidova Fotima Saidovna, “The Functional Essence of Some Pilgrimage
Terms in The English Language,” Eurasian Research Bulletin (ERB) 3, no.
December (2021): 3,
https://www.geniusjournals.org/index.php/erb/article/view/259/227.
13 Hasan and Syayid Qosim M Jafar Al-idrus, “Korelasi Al-Qur’an Dengan Sains

Dan Matematika Sebagai Sumber Kebenaran Dalam Pembuktian Nilai π (Phi)


Dari Peristiwa Tawaf,” in The 1st International Confrence on Islamic Studies (ICIS)
“University As One Of Key Pillarss Of Civilitation Building,” ed. Abdul Mukit (Madura:
Intellectual Assosiation for Islamic Studies (IAFORIS), 2019), 115,
http://ejournal.stibaduba.ac.id/index.php/icois/article/view/75.
14 https://tafsirweb.com/5765-surat-al-hajj-ayat-29.html

MA’MAL | Volume 03 Nomor 02 April 2022 183


mempengaruhi ibadahnya pada saat sedang melakukan ibadah haji
atau umrah, 15 di antaranya tentang tawaf bagi wanita yang haid.
Dalam hal ini ulama berbeda pendapat tentang hukum tawaf bagi
perempuan yang sedang haid sebagaimana perbedaan pendapat
menurut mazhab Syafi’i dan mazhab Hanafi. Karena itu, artikel ini
membahas tentang hukum tawaf bagi wanita haid menurut mazhab
Syafi’i dan mazhab Hanafi.
Penelitian ini adalah penelitian pustaka. Pengumpulan data
dilakukan melalui literatur review dari buku atau jurnal yang
membahas tentang hukum tawaf bagi wanita haid menurut mazhab
Hanafi dan mazhab Syafii. Data yang terkumpul dianalisis secara
komparatif untuk memaparkan persamaan dan perbedaan
pandangan mazhab Hanafi dan mazhab Syafi’i tentang hukum tawaf
bagi wanita haid.

Pendapat Mazhab Hanafi tentang Hukum Tawaf bagi Wanita


Haid
Mazhab Hanafi dinisbahkan kepada pendirinya, imam Abu
Hanifah, yang bernama lengkap An-Nu’man bin Tsabit bin Zautha.
Sebutan “Hanifah” dalam bahasa Iraq memiliki arti dawat atau tinta,
karena setiap Imam Abu Hanifah bepergian beliau selalu membawa
tinta untuk mencatat ilmu pengetahuan yang didapat dari gurunya.16
Imam Abu Hanifah lahir di Kufah pada tahun 80 Hijriah (699
Masehi).17
Ayah Imam Abu Hanifah bernama Tsabit keturunan dari
bangsa Persi (Kabul-Afghanistan). Kakek dari Imam Abu Hanifah
bernama Zutha dari suku bani Tamin.18 Tercatat ada 200 ulama
besar yang pernah dijadikan guru oleh Imam Abu Hanifah. Di antara
guru beliau adalah Ibrahim al-Nakhai, Amir bin Syarahil al-Syaibin,

15 Yahya Nurgat, “Menstruation and the Ṭawāf Al-Ifāḍa: A Study of Ibn


Taymiyya’s Landmark Ruling of Permissibility,” Hawwa: Journal of Women of the
Midle East and the Islamic World, 2020, 1–20,
https://brill.com/view/journals/haww/aop/article-10.1163-15692086-
BJA10001/article-10.1163-15692086-BJA10001.xml?ebody=pdf-49903.
16 Tim Bat art ama PP Sidogiri, Trilogi Ahlusunnah: Akidah, Syariah Dan Tasawuf

(Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2012), 214.


17 Moenawir Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab, 7th ed. (Jakarta: Bulan

Bintang, 1990), 19.


18 Sidogiri, Trilogi Ahlusunnah: Akidah, Syariah Dan Tasawuf.

184 Fitri Madaniah, dkk. | Hukum Tawaf bagi Wanita Haid menurut Mazhab …… 180-202
Imam Atha bin Abi Rabah, Imam Nafi Maulana Ibnu Umar dan
Imam Ahmad bin Abu sulaiman.19
Dalam sejarah tercatat murid-murid Imam Abu Hanifah
antara lain yaitu: Imam Zafar bin Hudzail bin Qais Al-Kufi20, Imam
Abu Yusuf Yaqub ibn al-Anshari21, Imam Muhammad bin al-Hasan
al-Syaibani,22 Imam Hasan bin Ziyad al-Lu’lu’i.23 Di antara kitab
yang ditulis Abu Hanifah adalah: Asy-Syurut, Al-Fara’id, dan al-Fiqh
al-Akbar.24
Berkaitan dengan hukum tawaf bagi Wanita haid, mazhab
Hanafi menggunakan dalil dari Al-Qur'an dan Hadis sebagai dasar
hukum. Menurut Imam Abu Hanifah, melakukan thawaf
diperbolehkan walau dalam keadaan hadats kecil maupun besar akan
tetapi harus membayar dam. Membayar dam seekor kambing bagi
jama’ah haji yang berhadats kecil, sedangkan untuk jemaah haji yang
berhadats besar maka harus membayar dam berupa seekor unta.25
Berdasarkan hal tersebut, karena haid bagian dari hadats besar maka
Wanita haid boleh tawaf tapi harus membayar dam berupa unta.
Imam Hanafi menggunakan dasar pada ayat “walyaththawwafu
bil baitil atiq” yang artinya “dan hendaklah mereka melakukan tawaf
sekeliling rumah tua itu (Baitullah)”. Mereka berpendapat bahwa
Allah memerintahkan tawaf ini secara mutlak tanpa keharusan
dalam keadaan suci sehingga tidak boleh mentaqyid mutlaknya al-
Qur'an dengan khabar wahid. Mereka menyamakan tawaf dengan
shalat dalam hal pahala dan hukumnya yang wajib.26
Hal tersebut sebagaimana dalam kitab Bada’i Ash-Shana’i fi
Tartib Al-Syara’i, yang menyebutkan:
‫فاما الطهارة عن الحدث والجنابة والحيض والنفاس فليست بشرط لجواز‬
27
‫الطواف وليست بفرض عندنا بل واجبة حتى يجوز الطواف بدونها‬
19 Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab.
20 Chalil.
21 Zuhri, Hukum Islam Dalam Lintasan Sejarah.
22 Zuhri.
23 Jaih Mubarok, Sejarah Dan Perkembangan Hukum Islam (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2000).
24 Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab.
25 Muhyiddin Abi Yahya Zakaria ibn Syarah Al-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh Al-

Muhazzab Juz 9 (Beirut: Dar al-KUtub al Ilmiyah, 1971), 19.


26 Al-Nawawi, 19.
27 Al-Nawawi, 19; Alauddin Abi Bakr ibn Mas’ud al-Kasany Al-Hanafy, Badai’ Al-

Shana’ Juz 3 (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1971), 69.

MA’MAL | Volume 03 Nomor 02 April 2022 185


”Adapun Suci dari hadas, jinabat, haid dan nifas bukanlah
syarat bagi bolehnya tawaf dan tidak fardhu hukumnya
menurut kami, melainkan wajib sehingga boleh tawaf tanpa
keadaan suci” 28

Pendapat Mazhab Syafi'i tentang Hukum Tawaf bagi Wanita


Haid
Pendiri Mazhab Syafi’i ialah Imam Asy-Syafi’i. Imam Asy-
Syafi’i memiliki nama lengkap yaitu Muhammad bin Idris bin Abbas
bin Utsman bin Syafi’i bin Sa’id bin Ubaid bin Abdu Yazid bin
Hasyim bin Abdul Muthalib bin Abdu Manaf. Beliau lahir pada
tahun 150 Hijriah atau 767 Masehi pada akhir bulan Rajab di
Ghuzzah.29 Ayahnya meninggal pada saat Imam Syafi’i masih kecil.30
Terdapat perbedaan pendapat tentang nama ibunya. Ada yang
mengatakan ibunya bernama Fathima bint Abdillah ibn Al-Husain
ibn Ali ibn Abi Thalib, yang berkebangsaan Quraisy.31 Pendapat
lainnya mengatakan bahwa ibunya bernama Umm Habibah Al-
Azdiyah. Umm Habibah Al-Azdiyah berasal dari kabilah Azd atau
Bani Azd. Pendapat kedua ini dibenarkan oleh cucu Imam Syafi’i,
yang bernama Muhammad ibn Bint Al-Syafi’i.32
Silsilah Imam Syafi’i adalah Abu Abdillah Muhammad ibn
Idris ibn Abbas bin Utsman bin Syafi’ ibn Sa’id ibn Ubaid ibn Abdi
Yazid ibn Hasyim ibn Abdil Muthallib ibn Abdi Manaf Al-
Quraisyi.33 Nasab dari Imam Syafi’i sampai dengan nasab Rasulullah
SAW. Nasab tersebut bertemu pada kakek Imam Syafi’i yang
bernama Abdu Manaf.34

28 Ibn Mas’ud al Kasani, Bada’ I Ash Shonai Fi Al Tartib Al Syarai, Juz II (Beirut:
Darul Kuth al Alamiyah, n.d.), 129.
29 Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab.
30 Mahmud Syalthut, Fiqh Tujuh Madzab, 1st ed. (Bandung: Pustaka Setia, 2000),

17.
31 Asy-Syinawi, Biografi Imam Syafi’i Kehidupan, Sikap, Dan Pendapat.
32 Ibn Hajar, Twali Al-Ta’sis Fi Ma’ali Muhammad Ibn Idris (Beirut: Dar Al-Fikr,

1986), 45.
33 Muhammad Ibrahim Salim, Diwan Al-Imam Ash-Syafi’i (Mesir: Maktabah ibn

Sina, n.d.), 3.
34 Abdul Aziz Asy-Syinawi, Biografi Imam Syafi’i Kehidupan, Sikap, Dan Pendapat, 1st

ed. (Solo: Aqwam, 2013), 12.

186 Fitri Madaniah, dkk. | Hukum Tawaf bagi Wanita Haid menurut Mazhab …… 180-202
Imam Syafi’i dikenal sebagai seorang yang rajin belajar dan
haus akan ilmu pengetahuan. Dalam catatan sejarah memaparkan,
bahwa Imam Syafi’i berguru atau menimba ilmu kepada 19 ulama
yang terkenal. 19 ulama tersebut berasal dari Makkah, Madinah,
Yaman, dan Irak.
Berkaitan dengan hukum tawaf bagi wanita haid, maka
dalam pandangan mazhab Syafi’I, tawaf adalah bagian dalam
melaksanakan ibadah haji yang ketika dalam melakukan sebuah
ibadah haruslah dalam keadaan suci. Imam Syafi'i mensyaratkan
berwudhu dalam melakukan ibadah tawaf. Dasar dari pendapat
tersebut adalah hadis Nabi SAW yang melarang perempuan haid
melakukan tawaf seperti shalat. Dengan dasar ketetapan nabi
Muhammad SAW bahwa ibadah tawaf disamakan dengan shalat
yang ketika melakukannya harus dalam keadaan suci atau sudah
berwudhu.35
Dalam literarur fikih karya mazhab Syafii, perempuan yang
sedang haid, sedang mengalami nifas dan juga orang-orang yang
sedang dalam kondisi junub, selama belum suci dan belum mandi
diharamkan berdiam diri (mukṡ) di dalam masjid.36 Hal ini
berdasarkan firman Allah Swt dalam QS. An-Nisa’ (4) ayat 43:
۟ ۟ ۟ ِ
‫لصلٰ ٓوةٰ ٰوأٰنتُ ْم ُس ٰٓكٰر ٓى ٰح َّ َّٓت تٰ ْعلٰ ُموا ٰما تٰ ُقولُو ٰن ٰوَٰل ُجنُبًا إََِّل ٰعابِ ِرى ٰسبِ ٍيل‬ ٰ ‫ٰٓأَيٰيُّ ٰها ٱلَّذ‬
َّ ‫ين ءٰ ٰامنُوا َٰل تٰ ْقٰربُوا ٱ‬
ِ ٓ ِِ ِ ِ ‫ض أى أٰو علٰى س ٰف ٍر أٰو جاأء أ‬ ۟ ِ
ٰ‫ٰح ٌد من ُكم م ٰن ٱلْغٰاأئط أ ْٰو لٰ ٰم ْستُ ُم ٱلن ٰساأء‬ ٰ ٰ ٰ ْ ٰ ٓ ٰ ْ ٓ ٰ ‫ٰح َّ َّٓت تٰ ْغتٰسلُوا ۚ ٰوإِن ُكنتُم َّمْر‬
ِ ِ ِ ِ۟ ِ ً ِ‫صع‬ ۟ ۟ ِ
ً ‫يدا طٰيبًا فٰٱ ْم ٰس ُحوا ب ُو ُجوه ُك ْم ٰوأٰيْدي ُك ْم ۗ إ َّن ٱ َّّللٰ ٰكا ٰن ٰع ُف ًّوا غٰ ُف‬
‫ورا‬ ٰ ‫فٰلٰ ْم ٰت ُدوا ٰماأءً فٰتٰ يٰ َّم ُموا‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang
kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa
yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang
kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja,
hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam
musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah
menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air,
maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci);

35Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, 1st ed. (Pustaka Azzam, 2011), 90.
36Muhammad Kudhori, “Argumentasi Fikih Klasik Bagi Perempuan Haid Dalam
Beraktivitas Di Masjid, Membaca Dan Menyentuh Al-Qur’an,” Al-Manahij: Jurnal
Kajian Hukum Islam 13, no. 2 (2019): 309,
https://doi.org/10.24090/mnh.v13i2.2256.

MA’MAL | Volume 03 Nomor 02 April 2022 187


sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampun.37
Berdasarkan hal tersebut ulama mazhab Syafi’i menyatakan
bahwa perempuan haid diperkenankan mengerjakan semua manasik
haji kecuali tawaf di Baitullah. Hal tersebut didasarkan hadis riwayat
Aisyah yang berbunyi:
“Kami keluar bersama Nabi Saw. dan tidak ada yang kami
ingat kecuali untuk menunaikan haji. Ketika kami sampai di
suatu tempat bernama Sarif aku mengalami haid. Lalu Nabi
Saw. masuk menemuiku saat aku sedang menangis. Maka
beliau bertanya: “Apa yang membuatmu menangis?” Aku
jawab, “Demi Allah, pada tahun ini aku tidak bisa
melaksanakan haji.” Beliau berkata: “Barangkali kamu
mengalami haid?” Aku jawab, “Benar.” Beliau pun bersabda:
“Yang demikian itu adalah perkara yang sudah Allah tetapkan
buat puteri-puteri keturunan Adam. Maka lakukanlah apa
yang dilakukan orang yang berhaji kecuali tawaf di Ka’bah
hingga kamu suci.”
Hadis tersebut menjelaskan bahwa Aisyah dilarang oleh
Nabi Muhammad SAW untuk melakukan tawaf, karena pada saat
tersebut Aisyah sedang dalam keadaan haid. Karenanya Aisyah
dilarang melakukan tawaf di baitullah karena pada dasarnya
perempuan yang sedang haid dilarang untuk memasuki masjid. Nabi
Saw. mengecualikan tawaf karena disamakan dengan salat,
sedangkan dalam manasik haji terkandung zikir, talbiyah, dan doa.38
Imam Syafi'i berpendapat bahwa tawaf itu seperti shalat yang
mana tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan suci, jadi dalam
hal tersebut orang yang tidak suci (tidak berwudhu) tidak
diperkenankan untuk melakukan tawaf di baitullah, kecuali orang-
orang yang suci (berwudhu). Bagi seseorang yang telah melakukan
tawaf dan dalam keadaan tanpa wudhu harus melakukan tawaf lagi
karena seseorang tersebut akan seperti orang yang tidak melakukan
tawaf, meskipun seseorang tersebut telah kembali ke negerinya.39
Hukum melakukan tawaf ini seperti melakukan shalat yang
mana ketika ada najis ataupun hadast maka akan tidak sah, dan

37 https://tafsirweb.com/1575-surat-an-nisa-ayat-43.html
38 Kudhori, 313.
39 Al-Imam Asy-Syafi’i, Ringkasan Al-Umm, 1st ed. (Pustaka Azzam, 2004), 657.

188 Fitri Madaniah, dkk. | Hukum Tawaf bagi Wanita Haid menurut Mazhab …… 180-202
apabila terlanjur terselesaikan tetap saja seorang tersebut dianggap
tidak melakukan tawaf, karena tawaf harus dilakukan dalam keadaan
suci. Dalam kasus perempuan yang sedang haid jelas bahwa tawaf
tidak bisa dilakukan apabila sedang haid. Tawaf hanya boleh
dilakukan di masjid, karena tempat tawaf tersebut adalah masjid. Jika
dilakukan di luar masjid maka dianggap tidak melakukan tawaf,
karena meskipun terhalang jamaah ataupun tempat minum air
zamzam selama tempat tersebut masih area masjid maka tawaf
tersebut dianggap sah.40
Perkataan imam Syafi'i bahwa Aisyah menerangkan 3 hal
yang menyangkut mengenai perempuan, yakni:
1. Jika ada seorang perempuan yang telah melakukan tawaf ifadah
yang dilakukannya setelah melakukan wukuf di Arafah dan
setelah itu haid, maka seorang perempuan tersebut belum
diperbolehkan untuk meninggalkan Makkah.
2. Apabila ada seorang perempuan yang telah melakukan tawaf
jirayah dimana tawaf tersebut mengakibatkan suaminya boleh
bersetubuh dengannya, namun setelah itu haid, maka seorang
perempuan tersebut diperbolehkan untuk meninggalkan Makkah
tanpa melakukan tawaf Wada' serta tidak terkena fidyah. Tapi
dengan syarat ketika sebelum meninggalkan Makkah dia telah
suci maka wajib baginya melakukan tawaf Wada'.
3. Ketika ada seorang perempuan yang telah meninggalkan Makkah
sebelum dia suci, kemudian ia suci, maka perempuan tersebut
tidak perlu melakukan tawaf Wada'. Berbeda dengan seorang
perempuan yang telah suci sebelum meninggalkan kota Makkah
maka wajib baginya untuk melakukan tawaf Wada'. Demikian
pula ketika seorang perempuan telah suci namun tidak
menemukan air untuk bersuci (mandi junub) maka dalam hal
tersebut dia tetap diwajibkan melakukan tawaf Wada',
sebagaimana ketika saat itu juga dia wajib melakukan sholat.41
Seorang perempuan yang sering mengeluarkan darah yang
bukan darah karena haid, maka akan akan lebih baik untuk
menyegerakan melakukan tawaf di hari-hari dimana dia melakukan
shalat. Namun, ketika melakukan tawaf terjadi keluar darah maka
segera hentikanlah dan pastikan dengan yakin itu darah haid atau

40 Asy-Syafi’i, Ringkasan Al-Umm.


41 Asy-Syafi’i.

MA’MAL | Volume 03 Nomor 02 April 2022 189


bukan. Karena seorang perempuan boleh melakukan tawaf ketika
dia wajib melakukan shalat. Saat perempuan meninggalkan Makkah
dan dalam keadaan suci, namun belum melakukan tawaf Wada'
maka wajib baginya untuk membayar dam. Berbeda dengan seorang
perempuan yang meninggalkan Makkah dalam keadaan dia sedang
haid, maka perempuan yang seperti itu tidak diwajibkan untuk
membayar dam.42
Analisis Komparatif terhadap Pendapat Mazhab Syafi’i dan
Mazhab Hanafi Tentang Thawaf Perempuan Saat Haid
Haji dalam arti harfiahnya yaitu mengunjungi tempat
tertentu yang dihormati, dengan tujuan untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT, telah ada sejak dahulu kala. Masing-masing
dengan cara dan aturannya sendiri. Ibadah haji pertama kali
dikumandangkan oleh Nabi Ibrahim AS. Allah memerintahkan
Nabi Ibrahim AS membangun Ka'bah di Kota Makah agar manusia
mengunjunginya, bertawaf di sekelilingnya dengan berzikir ketika
melakukannya. Lalu Nabi Ibrahim AS menjadikan Kota Makkah
sebagai tempat tinggal keluarganya, dan beliau menyampaikan
perintah Allah SWT agar manusia mengunjungi Ka'bah dan
beribadah kepada Allah.
Kewajiban haji dilakukan pada waktu tertentu, yaitu bulan
Syawal, Zulqa'dah dan Zulhijah. Sebagaimana firman Allah dalam
QS. Al-Baqarah (2) ayat 197:
ِ ‫ا ْْل جُّ أٰ ْش ه ر م ع لُ وم ات ۚ فٰم ن فٰ ر‬
‫ث ٰو َٰل فُسُ و ٰق ٰو َٰل‬ ٰ ٰ‫ض ف ي هِ نَّ ا ْْلٰجَّ فٰ َٰل ٰرف‬ ٰ ٰ ْ ٰ ٌ ٰ ْ ٰ ٌُ ٰ
ِ‫الزاد‬ ‫ْي‬
َّ ٰ ْ ٰ‫خ‬ َّ
‫ن‬ ِ
‫إ‬ ‫ف‬ ‫وا‬ ‫د‬ ‫و‬ ‫ز‬ ‫ت‬ ‫و‬ ۗ ‫اّلل‬ ‫ه‬ ‫م‬ ‫ل‬
ٰ ُ َّ ٰ ٰ ٰ ُ َّ ُ ْ ٰ ْ ٰ ْ ٰ ْ‫ع‬ ‫ي‬ ٍ‫ْي‬ ‫خ‬ ‫ن‬ ِ
‫م‬ ‫وا‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ف‬ ‫ت‬ ‫ا‬
ُٰ ْ ٰ ٰ ٰ ٰ‫م‬ ‫و‬ ۗ ‫ج‬
ِ ‫ْل‬
ْ ‫ا‬ ِ
‫ِف‬ ٰ ٰ ‫ِج‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫د‬
ِ ‫أُوِل ْاْلٰلْب ا‬
‫ب‬ ِ ‫ون َٰي‬ ِ ُ‫ى ۚ و اتَّ ق‬
ٰ ٰ ٓ ‫التَّ قْ ٰو‬

(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi,


barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan
mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan
berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa
yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah
mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik
bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-
orang yang berakal.43

42 Asy-Syafi’i.
43 https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-197

190 Fitri Madaniah, dkk. | Hukum Tawaf bagi Wanita Haid menurut Mazhab …… 180-202
Haji secara bahasa berasal dari kata qashdu. Qashdu bermakna
yaitu maksud, niat, dan menyengaja. Secara definisi, haji merupakan
seorang muslim yang bermaksud untuk menuju ke Baitullah dengan
cara dan waktu yang telah ditentukan.44 Dari pernyataan di atas dapat
disimpulkan, bahwa haji merupakan suatu ibadah wajib yang harus
dilakukan oleh setiap orang Islam untuk berkunjung ke Baitullah
atau rumah Allah, yang apabila dikerjakan mendapatkan pahala dan
apabila tidak mengerjakannya akan mendapatkan dosa. Perintah
Haji juga telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah [2]
ayat 196:45
۟ ِ ِ ِ ِ ‫وأِِٰتُّو۟ا ٱ ْْل َّج وٱلْعمرةٰ َِّّللِ ۚ فٰإِ ْن أ‬
‫ى‬ُ ‫وس ُك ْم ٰح َّ َّٓت يْٰب لُ ٰغ ٱ ْْلْٰد‬
ٰ ُ‫ُحص ْرُُْت فٰ ٰما ٱ ْستٰ ْي ٰسٰر م ٰن ٱ ْْلْٰدى ۖ ٰوَٰل َْٰتل ُقوا ُرء‬ ْ ُْٰ ٰ ٰ ٰ
ٍ ٍ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫ص ٰدقٰة أ ْٰو نُ ُسك ۚ فٰإِ ٰذاأ‬ ٰ ‫يضا أ ْٰو بِهأۦ أٰ ًذى من َّرأْسهۦ فٰف ْديٰةٌ من صيٰام أ ْٰو‬ ً ‫َٰملَّهُۥ ۚ فٰ ٰمن ٰكا ٰن من ُكم َّم ِر‬
‫ام ثٰ ٓلٰثٰ ِة أ ََّٰيٍم ِِف ٱ ْْلٰ ِج‬ ِ ِ ِ
ُ ٰ‫َّع بِٱلْعُ ْمٰرةِ إِ َٰل ٱ ْْلٰ ِج فٰ ٰما ٱ ْستٰ ْي ٰسٰر م ٰن ٱ ْْلْٰد ِى ۚ فٰ ٰمن ََّّلْ َٰي ْد فٰصي‬
ٰ ‫أٰمنتُ ْم فٰ ٰمن ِٰتٰت‬
ِ
۟
‫اض ِرى ٱل ْٰم ْس ِج ِد ٱ ْْلٰٰرِام ۚ ٰوٱتَّ ُقوا‬ ِ ‫ك لِمن ََّّل ي ُكن أ ْٰهلُهۥ ح‬ ِٓ ِ
ٰ ُ ْ ٰ ْ ٰ ٰ ‫ك ٰع ٰشٰرةٌ ٰكاملٰةٌ ۗ ٰذل‬ ٰ ‫ٰو ٰسْب ٰع ٍة إِ ٰذا ٰر ٰج ْعتُ ْم ۗ تِْل‬
۟
‫اب‬ ُ ‫ٱ َّّللٰ ٰوٱ ْعلٰ ُمأوا أٰ َّن ٱ َّّللٰ ٰش ِد‬
ِ ‫يد ٱلْعِ ٰق‬
Artinya: Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena
Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena
sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan
jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di
tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit
atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka
wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah
atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi
siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam
bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah
didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau
tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji
dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah
sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban
membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak
berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan

44 Istianah, “Proses Haji Dan Maknanya,” Jurnal Akhlak Dan Tasawuf 2, no. 1
(2016): 31.
45 Alquran, Surah Al-Baqarah, n.d.,Ayat 196.

MA’MAL | Volume 03 Nomor 02 April 2022 191


penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.46
Ayat tersebut menjelaskan tentang manusia diperintahkan
oleh Allah SWT untuk menjalankan ibadah haji hanya untuk taat
kepada Allah SWT. Ibadah haji juga bukan merupakan ibadah untuk
kepentingan bisnis, memperoleh popularitas atau jabatan, dan lain
sebagainya. Ibadah haji dilakukan atas lillahi ta’ala. Ibadah haji
memiliki rukun-rukun yang perlu dikerjakan pada saat melaksanakan
ibadah haji. Salah satu rukun dari ibadah haji yaitu tawaf.
Tawaf merupakan kegiatan memutari Ka’bah yang berputar
dengan berlawanan arah jarum jam.47 Tawaf memiliki makna yaitu
manusia menjadikan sebuah pedoman hidup semata-mata hanya
kepada Allah SWT, baik secara gerak, perbuatan atau tingkah laku,
dan ucapannya. Setiap melakukan suatu ibadah keadaan badan atau
jasmani harus selalu bersih, baik bersih dari hadats kecil maupun
hadats besar. Thawaf juga termasuk salah satu kegaiatan dalam
ibadah haji yang juga perlu kesucian badan, baik bersih dari hadats
kecil maupun hadats besar. Dalam pelaksanaan ibadah haji baik laki-
laki maupun perempuan boleh melaksanakan ibadah haji, termasuk
kegiatan tawaf saat ibadah haji. Akan tetapi, setiap bulan perempuan
mengalami haid atau datang bulan.
Haid merupakan darah yang keluar dari kemaluan
perempuan ketika seorang perempuan dalam keadaan sehat.48 Darah
haid memiliki batas maksimal keluarnya yaitu lima belas hari. Pada
saat perempuan haid, ada beberapa hal yang wajib dihindari selama
siklus haid. Apabila kegiatan ibadah dilaksanakan pada saat sedang
haid, maka perempuan tersebut mendapatkan dosa. Hal tersebut
dikarenakan pada saat haid ibadah tersebut hukumnya haram bagi
perempuan yang haid. Larangan bagi perempuan yang sedang masa
haid yaitu salah satunya adalah tawaf. Tawaf haram dilakukan oleh
perempuan haid dikarenakan salah satu syarat dari tawaf yaitu harus
suci dari hadats besar.49

46 https://tafsirweb.com/717-surat-al-baqarah-ayat-196.html
47 Istianah, “Proses Haji Dan Maknanya.”
48 Flos Ardhia dan Azhar Tera, Segala Hal Tentang Haid, Nifas, Dan IStihadhah

(Bandung: Pustaka Oasis, 2004), 2–3.


49 Ashif Az Zafi dan Nailatus Sa’adah, “Hukum Seputar Darah Perempuan Dalam

Islam” 4, no. 1 (2020): 166.

192 Fitri Madaniah, dkk. | Hukum Tawaf bagi Wanita Haid menurut Mazhab …… 180-202
Berkaitan dengan pendapat mazhab Hanafi dan mazhab Syafi’I
tentang hukum tawaf bagi wanita haid, terdapat persamaan dan
perbedaan pendapat antara kedua mazhab tersebut. Persamaan
pendapat keduanya adalah dalam hal melakukan suatu ibadah
terutama ibadah tawaf, maka harus dalam keadaan bersuci dari
hadats besar yaitu haid. Yang menjadi perbedaan adalah pada
persoalan thaharah. Dalam hal ini, mazhab Hanafi dan mazhab
Syafi’i berbeda pendapat yaitu:
Imam Hanafi berpendapat bahwa suci dari hadats itu bukan
syarat sahnya thawaf, akan tetapi wajib haji. Tidak suci dari hadats
kecil dan hadats besar diperbolehkan melakukan tawaf.50 Akan
tetapi, wajib membayar dam. Bagi jama’ah haji yang berhadats kecil,
maka ia harus membayar dam berupa seekor kambing dan bagi
jamaah haji yang berhadats besar ia harus membayar dam berupa
seeko unta.51
Imam Syafi’i berpandangan bahwa tawaf tanpa suci itu tidak
sah, baik disengaja ataupun lupa. Bahkan menurut Imam Syafi’i di
samping suci dari hadats, jama’ah juga harus suci juga dari khabats
atau pakaian sebagaimana orang yang melaksanakan shalat.52
Perbedaan pendapat tersebut didasarkan pada perbedaan kedua
mazhab tersebut dalam memaknai sumber hukum (al-Qur’an dan
hadis) yang menjelaskan tentang tawaf bagi jama’ah haji khususnya
bagi jama’ah wanita yang sedang haid.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis tentang hukum tawaf
bagi wanita haid menurut pendapat mazhab Hanafi dan mazhab
Syafi'i, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Menurut mazhab Hanafi dalam melakukan thawaf ini
diperbolehkan walau dalam keadaan hadats kecil maupun besar akan
tetapi harus membayar dam. Membayar dam seekor kambing bagi
jama’ah haji yang berhadats kecil, sedangkan untuk jamaah haji yang
berhadats besar maka harus membayar dam berupa seekor unta.
Menurut mazhab Syafi’i, dalam kasus perempuan yang sedang haid
jelas bahwa tawaf tidak bisa dilakukan apabila sedang haid. Tawaf

50 Muhammad Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah (Jakarta: PT. Tinta Abadi Gemilang,
n.d.), 588.
51 Kasani, Bada’ I Ash Shonai Fi Al Tartib Al Syarai.
52 Ibnu Ruysd, Bidayatul Mujtahid (Dar al-Kitab al-Ulumiyah, n.d.), 225.

MA’MAL | Volume 03 Nomor 02 April 2022 193


hanya boleh dilakukan di masjid, karena tempat tawaf tersebut
adalah masjid. Jika dilakukan di luar masjid maka dianggap tidak
melakukan tawaf, karena meskipun terhalang jamaah ataupun
tempat minum air zamzam selama tempat tersebut masih area
masjid maka tawaf tersebut di anggap sah.
Argumentasi yang digunakan oleh kedua mazhab tersebut
terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah dalam hal
melakukan suatu ibadah terutama ibadah tawaf, maka harus dalam
keadaan bersuci dari hadats besar yaitu haid. Mazhab Hanafi
berpendapat bahwa suci dari hadats itu bukan syarat sahnya thawaf,
akan tetapi wajib haji. Mazhab Syafi’i berpandangan bahwa tawaf
tanpa suci itu tidak sah, baik disengaja ataupun lupa. Perbedaan
pendapat yang digunakan oleh mazhab Hanafi dan mazhab Syafi'i
mengenai masalah tersebut dapat diimplikasikan di era modern ini
bahwa seorang wanita dapat berhati-hati dengan mengkonsumsi
obat siklus haid agar saat melakukan ibadah di tanah suci ia tidak
mendapatkan haid.
Daftar Pustaka
Al-Hanafy, Alauddin Abi Bakr ibn Mas’ud al-Kasany. Badai’ Al-
Shana’ Juz 3. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1971.
Al-Nawawi, Muhyiddin Abi Yahya Zakaria ibn Syarah. Al-Majmu’
Syarh Al-Muhazzab Juz 9. Beirut: Dar al-KUtub al Ilmiyah,
1971.
Aldossari, Mae, Abdullah Aljoudi, and David Celentano. “Health
Issues in the Hajj Pilgrimage: A Literature Review.” EMHJ:
Eastern Mediterranean Health Journal 25, no. 10 (2019): 744–53.
Alinda Hardiantoro. “Arab Saudi Buka Kuota Jemaah Haji 2022,
Berapa Kuota Untuk Indonesia?” Kompas.Com. April 10, 2022.
https://www.kompas.com/tren/read/2022/04/10/1900005
65/arab-saudi-buka-kuota-jemaah-haji-2022-berapa-kuota-
untuk-indonesia-?page=all#:~:text=KOMPAS.com –
Pemerintah Arab Saudi,di tengah pandemi Covid-19.
Almasri, Malak, Qanta A. Ahmed, Abdulhafeez Turkestani, and
Ziad A. Memish. “Hajj Abattoirs in Makkah: Risk of Zoonotic
Infections among Occupational Workers.” Veterinary Medicine
and Science 5, no. 3 (2019): 428–34.
https://doi.org/10.1002/vms3.169.
Alquran, Surah Al-Baqarah, n.d.
Anggoro, Husni. “Kebijakan Baru Arab Saudi, Jemaah Haji 2021

194 Fitri Madaniah, dkk. | Hukum Tawaf bagi Wanita Haid menurut Mazhab …… 180-202
Wajib Miliki Hajj Smart Card.” Kemenag.Go.Id. July 19, 2021.
https://haji.kemenag.go.id/v4/kebijakan-baru-arab-saudi-
jemaah-haji-2021-wajib-miliki-hajj-smart-card.
Asy-Syafi’i, Al-Imam. Ringkasan Al-Umm. 1st ed. Pustaka Azzam,
2004.
Asy-Syinawi, Abdul Aziz. Biografi Imam Syafi’i Kehidupan, Sikap, Dan
Pendapat. 1st ed. Solo: Aqwam, 2013.
Bastomi, Hendri Andi. 101 Kisah Tabi’in. 1st ed. Jakarta: Pustaka al-
Kausar, 2006.
Caidi, Nadia. “Pilgrimage to Hajj: An Information Journey.” The
International Journal of Information, Diversity, & Inclusion (IJIDI) 3,
no. 1 (2019): 44–76.
https://doi.org/10.33137/ijidi.v3i1.32267.
Chalil, Moenawir. Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab. 7th ed.
Jakarta: Bulan Bintang, 1990.
Hajar, Ibn. Twali Al-Ta’sis Fi Ma’ali Muhammad Ibn Idris. Beirut: Dar
Al-Fikr, 1986.
Hasan, and Syayid Qosim M Jafar Al-idrus. “Korelasi Al-Qur’an
Dengan Sains Dan Matematika Sebagai Sumber Kebenaran
Dalam Pembuktian Nilai π (Phi) Dari Peristiwa Tawaf.” In The
1st International Confrence on Islamic Studies (ICIS) “University As
One Of Key Pillarss Of Civilitation Building,” edited by Abdul
Mukit, 110–17. Madura: Intellectual Assosiation for Islamic
Studies (IAFORIS), 2019.
http://ejournal.stibaduba.ac.id/index.php/icois/article/view
/75.
Istianah. “Proses Haji Dan Maknanya.” Jurnal Akhlak Dan Tasawuf
2, no. 1 (2016).
Kasani, Ibn Mas’ud al. Bada’ I Ash Shonai Fi Al Tartib Al Syarai. Juz
II. Beirut: Darul Kuth al Alamiyah, n.d.
Khan, Anas, Kingsley Lezor Bieh, Ahmed El-Ganainy, Sujoud
Ghallab, Abdullah Assiri, and Hani Jokhdar. “Estimating the
COVID-19 Risk during the Hajj Pilgrimage.” Journal of Travel
Medicine 27, no. 8 (2021): 1–3.
https://doi.org/10.1093/JTM/TAAA157.
Kudhori, Muhammad. “Argumentasi Fikih Klasik Bagi Perempuan
Haid Dalam Beraktivitas Di Masjid, Membaca Dan Menyentuh
Al-Qur’an.” Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam 13, no. 2
(2019): 307–20. https://doi.org/10.24090/mnh.v13i2.2256.

MA’MAL | Volume 03 Nomor 02 April 2022 195


Muashiroh, Qadlaya Fiqhiyah. Lajnah Qism Al-Fiqh Al-Muqarin. Juz
1. Kairo: Jamiah al-Azhar, n.d.
Mubarok, Jaih. Sejarah Dan Perkembangan Hukum Islam. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2000.
Musyafa’ah, Nur Lailatul. “Relevansi Antara Medis Dan Fikih
Tentang Perdarahan Pervaginam.” Jurnal Studi Gender Indonesia
05, no. 2 (2016): 143–77.
http://repository.uinsby.ac.id/id/eprint/1144/.
Musyafa’ah, Nur Lailatul, and Arif Wijaya. “Dinas Kependudukan
Dan Pencatatan Sipil Di Kabupaten Lamongan Dalam
Perspektif Fikih Siyasah.” Al-Daulah: Jurnal Hukum Dan
Perundangan IslamJurnal Hukum Dan Perundangan Islam 10, no. 02
(2020): 251–74.
https://doi.org/https://doi.org/10.15642/ad.2020.10.2.251-
274.
Musyafaah, Nur Lailatul, Athifatul Wafirah, and Sagita Destia
Ramadhan. “Moderation of Fatwa: Worship During the Covid
19 Pandemic in Maqasid Shariah Perspective.” Proceedings of the
International Conference on Engineering, Technology and Social Science
(ICONETOS 2020) 529, no. Iconetos 2020 (2021): 73–79.
https://doi.org/10.2991/assehr.k.210421.012.
Nailatus Sa’adah, Ashif Az Zafi. “Hukum Seputar Darah
Perempuan Dalam Islam” 4, no. 1 (2020).
Nasution, Lahmuddin. Pembaharuan Hukum Islam Dalam Mazhab
Syafi’i. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
Nurgat, Yahya. “Menstruation and the Ṭawāf Al-Ifāḍa: A Study of
Ibn Taymiyya’s Landmark Ruling of Permissibility.” Hawwa:
Journal of Women of the Midle East and the Islamic World, 2020, 1–
20. https://brill.com/view/journals/haww/aop/article-
10.1163-15692086-BJA10001/article-10.1163-15692086-
BJA10001.xml?ebody=pdf-49903.
Phillis, Abu ‘ Ameenah Bilal. Asal Usul Dan Perkembangan Fiqh.
Bandung: Nusamedia, 2005.
Puskeshaji. “Kapuskes Haji: Protokol Arab Saudi Jadi Contoh
Dunia.” Https://Puskeshaji.Kemkes.Go.Id. August 6, 2020.
https://puskeshaji.kemkes.go.id/berita/2020/8/6/kapuskes-
haji-protokol-arab-saudi-jadi-contoh-dunia.
Rasyada, Dede. Hukum Islam Dan Pranata Sosial. Jakarta: Rajawali
Press, 1993.

196 Fitri Madaniah, dkk. | Hukum Tawaf bagi Wanita Haid menurut Mazhab …… 180-202
Rusyd, Ibnu. Bidayatul Mujtahid. 1st ed. Pustaka Azzam, 2011.
Ruysd, Ibnu. Bidayatul Mujtahid. Beirut: Dar al-Kitab al-Ulumiyah,
n.d.
Sabiq, Muhammad Sayyid. Fiqih Sunnah. Jakarta: PT. Tinta Abadi
Gemilang, n.d.
Saidovna, Vakhidova Fotima. “The Functional Essence of Some
Pilgrimage Terms in The English Language.” Eurasian Research
Bulletin (ERB) 3, no. December (2021): 1–6.
https://www.geniusjournals.org/index.php/erb/article/view
/259/227.
Salim, Muhammad Ibrahim. Diwan Al-Imam Ash-Syafi’i. Mesir:
Maktabah ibn Sina, n.d.
Sidogiri, Tim Bat art ama PP. Trilogi Ahlusunnah: Akidah, Syariah Dan
Tasawuf. Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2012.
Sirajuddin, Azmi. “Model Penemuan Hukum Dengan Metode
Maqashid Syariah Sebagai Jiwa Fleksibelitas Hukum Islam.”
Istinbath: Jurnal Hukum 13, no. 1 (2016): 109–26. https://e-
journal.metrouniv.ac.id/index.php/istinbath/article/view/54
5.
Syalthut, Mahmud. Fiqh Tujuh Madzab. 1st ed. Bandung: Pustaka
Setia, 2000.
Tera, Flos Ardhia dan Azhar. Segala Hal Tentang Haid, Nifas, Dan
IStihadhah. Bandung: Pustaka Oasis, 2004.
Yanggo, Huzaimah Tahido. Pengantar Perbandingan Mazhab. 1st ed.
Jakarta: Logos Wacan Ilmu, 1997.
Yezli, Saber, Abdulaziz Mushi, Yasir Almuzaini, Bander Balkhi,
Yara Yassin, and Anas Khan. “Prevalence of Influenza among
Hajj Pilgrims: A Systematic Review and Meta-Analysis.”
Disaster Medicine and Public Health Preparedness, 2021, 1–16.
https://doi.org/10.1017/dmp.2020.472.
Zuhri, Muh. Hukum Islam Dalam Lintasan Sejarah. 1st ed. Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1996.

MA’MAL | Volume 03 Nomor 02 April 2022 197

You might also like