You are on page 1of 10

ABSTRACT

STABILITY AND IRRITABILITY TEST OF SERUM WULUH STAR


FRUIT EXTRACT (Averrhoa bilimbi Linn.) IN NIOSOME SYSTEM

Background: 96% ethanol extract of wuluh star fruit known to contain flavonoid
compounds that have natural antibacterial activities so that it can be used to treat
acne caused by bacteria Propionibacterium acnes. Serum with niosome system
was chosen because it can increase the stability of the drug and increase the
penetration of compounds through the skin.
Objectives : To determine the effect of variations niosome concentrations with
96% ethanol extract of wuluh star fruit (30%, 40%, and 50%) on the stability with
Freeze-Thaw and Real-Time methods and to determine the irritability effect of
serum in each formulations.
Methods : Use an experimental method by comparing the effect of niosome
concentrations with 96% ethanol extract of wuluh star fruit in serum with 96%
ethanol extract of star fruit in niosome system on the stability of the preparation
and irritation value.
Results and Conclusions: It was found that the organoleptic observations on the
stability test use the Freeze-Thaw and Real-Time methods were known that the
three serum formulations were stable. In measuring the pH value in the stability
test using the Freeze-Thaw method and the Real-Time method showed that there
was a significant difference in the three formulations (<0,05). The pH value of
serum preparations in the Freeze-Thaw and Real-Time stability tests still had a pH
that was close to or almost the same as the physiological pH range of the skin. The
irritability test on each formula was found to be non-irritating and safe when used
on the skin.
Keywords: Wuluh Starfruit, Stability, Real-time, Freeze-thaw, Irritation and
Hen's Egg Chorioallantoic Membrane Test (HET-CAM).
PENDAHULUAN alami yaitu belimbing wuluh
Perkembangan masa remaja (Averrhoa bilimbi Linn.). Senyawa
menuju ke dewasa awal merupakan flavonoid yang terkandung dalam
masa transisi yang akan buah belimbing wuluh berkhasiat
menyebabkan berbagai perubahan sebagai antibakteri alami
secara hormonal, fisik, psikologi, (Hadawiyah, 2012).
maupun sosial. Perubahan yang Untuk mengobati jerawat
terjadi dapat menimbulkan beberapa dibutuhkan suatu sediaan yang tepat
masalah kesehatan kulit. Salah satu untuk kulit yaitu sediaan yang
penyakit infeksi pada kulit yang memiliki kriteria dapat berkontak
disebabkan oleh bakteri adalah lama dengan kulit dan memiliki daya
jerawat. Jerawat dapat disebabkan penetrasi yang baik (Hasyim et al.,
oleh bakteri Propionibacterium 2011). Pada penelitian ini sediaan
acnes (Retnaningsih et al., 2019). dibuat dalam sistem niosom.
Pengobatan yang umum Komponen utama pada niosom yaitu
dilakukan untuk mengobati jerawat kolesterol dan surfaktan nonionik.
(acne vulgaris) dengan obat Salah satu pengobatan yang tepat
antibakteri (anti acne) topikal, tetapi untuk masalah jerawat yaitu dengan
banyak efek sampingnya lebih penggunaan serum (Hasrawati et al.,
banyak dibandingkan dengan 2020).
antibakteri alami. Salah satu cara Serum merupakan sediaan
untuk menghindari maupun dengan viskositas rendah, zat aktif
mengurangi resistensi antibiotik dengan konsentrasi tinggi, yang
maka dapat menggunakan cara mampu menghantarkan lapisan tipis
alternatif lain yang lebih aman dari bahan aktif ke permukaan kulit
dengan memanfaatkan dan merupakan sediaan emulsi
keanekaragaman hayati yang minyak dalam air (Draelos, 2010).
memiliki khasiat sebagai obat Sediaan serum dengan kosentrasi
antibakteri (anti acne) alami bahan aktif yang tinggi juga
(Retnaningsih et al., 2019). memiliki potensi iritasi pada kulit.
Salah satu tanaman tropis dan Potensi iritasi sediaan serum perlu
tumbuh sangat subur di Indonesia diketahui karena iritasi akan
dan dimanfaatkan sebagai mengganggu saat proses
antibakteri
penyembuhan luka pada penderita (PT. Smart-Lab Indonesia), Carbopol
acne vulgaris. Penggunaan jenis 940 (chemical material), TEA
serta konsentrasi bahan aktif (Sigma-aldrich), Propilenglikol
(ekstrak) maupun bahan tambahan (Caelo), Metil paraben (G. Amphray
yang berbeda akan mempengaruhi Laboratories), Na metabisulfit,
kestabilan suatu sediaan sehingga fragrance, aquadest, telur ayam
dilakukan uji stabilitas untuk leghorn, sodium lauril sulfat dan
menjamin sediaan memiliki sifat NaCl 0,9% (PT. Widatra Bhakti).
yang sama setelah sediaan dibuat dan Pembuatan Serum Niosom
tetap memenuhi parameter kriteria Ekstrak Etanol 96% Buah
penyimpanan (Sayuti, 2015). Belimbing Wuluh
Untuk menjamin sediaan agar Tahap pertama ditimbang
memiliki stabilitas yang baik dan terlebih dahulu semua bahan dan
tingkat keamanan yang teruji, maka ukur aquadest. Kemudian Carbopol
dilakukan uji stabilitas dan uji iritasi 940 sebagai gelling agent ditaburkan
sediaan serum. di atas air, diamkan hingga
METODE PENELITIAN mengembang, kemudian diteteskan
Alat TEA dan digerus sampai homogen.
Rotary evaporator, alat Na metabisulfit dan metil paraben di
ultrasonik, waterbath, timbangan larutkan dengan propilenglikol, aduk
neraca analitik digital, motir, sampai larut dan homogen (camp. 1).
stamper, pH meter, kulkas, oven, Campuran 1 dimasukkan ke gelling
gunting steril, alat-alat gelas, dan agent sedikit demi sedikit sambil
climatic chamber. Bahan digerus sampai homogen. Kemudian
Bahan penelitian yang dimasukkan niosom ekstrak etanol
digunakan yaitu ekstrak etanol 96% 96% buah belimbing wuluh sedikit
buah belimbing wuluh (Averrhoa demi sedikit sambil digerus sampai
bilimbi Linn.) (UPT. Materia homogen. Tambahkan sisa aquadest
Medica), kolesterol (Sigma-aldrich), dan pengaroma, aduk sampai
PEG 400 (CarbowaxTM), Span 60 homogen.
(PT. Dandelion), Tween 60 (PT.
Dandelion), metanol, Na benzoate
Formula Serum pada masing-masing suhu (Fitriani et
Tabel 1. Formula Sediaan Serum al., 2016).
Niosom Ekstrak Etanol 96% Buah Uji Stabilitas Metode Real-time
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Pada uji stabilitas metode
Linn.) real-time, sediaan diletakkan pada
Formula (%) ruangan dengan kondisi suhu yang
Bahan
F-S1 F-S2 F-S3
digunakan adalah 30±2°C, 4±2°C,
Niosom
ekstrak etanol dan 40±2°C dilakukan selama 30 hari
96% buah 30 40 50 (Danimayostu et al., 2017). Pada
belimbing
penelitian ini, dilakukan pengamatan
wuluh
Carbopol 940 0,5 0,5 0,5 pada organoleptis, pemisahan fase
TEA qs qs qs dan nilai pH sediaan pada hari
Propilenglikol 15 15 15
pertama (minggu ke-1) dan hari ke-
Metil paraben 0,03 0,03 0,03
Na 30 (minggu ke-4). Sampel sediaan
0,01 0,01 0,01
Metabisulfit yang diuji disimpan di dalam vial
Fragrance qs qs qs sebanyak 10 g.
Ad Ad Ad
Aquadest Uji Iritasi Metode Hen’s Egg Test
100 100 100
Chorioallantoic Membrane (HET-
CAM)
Evaluasi Sediaan Serum
Pada uji ini digunakan telur
Uji Stabilitas Metode Freeze-thaw
ayam leghorn yang telah berumur 10
Ditimbang serum dari
hari, yang telah berembrio. Rongga
masing- masing formula sebanyak 10
udara telur ditandai, kemudian
gram di dalam vial, kemudian
digunting cangkangnya dengan
sampel dimasukkan ke dalam kulkas
gunting steril. Untuk memudahkan
dengan suhu 4℃ selama 24 jam dan
pelunakan cangkang dapat
dilihat perubahannya. Selanjutnya
menggunakan larutan NaCl 0,9%
dilanjutkan dengan suhu 40℃
yang steril. Setelah kulit terluar
selama
dibuang, membran luar telur dibasahi
24 jam dan dilihat perubahan
dengan larutan NaCl 0,9% hangat,
organoleptis, pemisahan fase dan
lalu masukkan ke dalam inkubator
nilai pH. Penyimpanan dilakukan
selama 5-20 menit agar membran
dalam dua belas hari (6 siklus)
luar
dimana setiap siklus berlangsung
selama 24 jam
mudah diambil. Kemudian dipilih Tabel 2. Kriteria Iritasi HET-CAM
telur yang tidak mengalami Skor Iritasi Kategori
No.
kerusakan CAM akibat proses HET-CAM Iritasi
Tidak
tersebut (Yuliani et al., 2016). 1. < 0,9
mengiritasi
Sebanyak 300 mg sampel 2. 1,0-4,9 Iritasi lemah
diletakkan pada CAM, didiamkan 20 Iritasi
3. 5,0-8,9
moderat
detik. Selanjutnya segera dibersihkan
4. 9,0-21 Iritasi kuat
dengan larutan NaCl 0,9% steril.
Waktu pengamatan selama 300 detik HASIL DAN PEMBAHASAN
(5 menit) dimulai setelah CAM Evaluasi Uji Stabilitas Metode
bersih dari sampel. Pengamatan Freeze-thaw dan Real-time
dilakukan dengan melihat waktu Pada pengamatan
pertama terjadinya hemoragi, lisis, organoleptis sediaan serum ekstrak
dan koagulasi. Sebagai kontrol etanol 96% buah belimbing wuluh
positif dapat digunakan sodium lauril dalam sistem niosom setelah
sulfat dan kontrol negatif adalah air dilakukan uji stabilitas freeze-thaw
(Yuliani et al., 2016). maupun real time didapatkan hasil
Data yang didapat pada uji yang stabil pada ketiga formula
iritasi dengan metode HET-CAM karena tidak terdapat perubahan
dihitung menggunakan rumus: warna, bau, dan tekstur serta tidak
301− 𝐻 301−𝐿 301−𝐶 terjadi pemisahan fase.
T= 𝑥5+ 𝑥7+ 𝑥9
300 300 300
Tabel 3. Hasil Organoleptis Uji
Keterangan :
Stabilitas Metode Freeze-thaw dan
T : Skor
Real-time
iritasi
H : Waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan Formula Hasil
hemoragi (detik) F1 Warna Putih sedikit
keruh
Bau Aroma khas
L : Waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan lisis
Tekstur Kental
(detik) F2 Warna Putih sedikit
keruh
C : Waktu yang dibutuhkan untuk Bau Aroma khas
Tekstur Kental
menimbulkan koagulasi (detik)
F3 Warna Putih keruh
Hasil yang didapat dari perhitungan Bau Aroma khas
Tekstur Cair agak
kemudian dicocokan dengan nilai kental

pada tabel berikut ini :


Berdasarkan hasil
pengukuran nilai pH sebelum dan
sesudah dilakukan uji stabilitas
freeze-thaw maupun real-time
menunjukkan nilai pH yang semakin
menurun. Kemudian dianalisi dengan
paired t- test, dimana didapatkan (b)
hasil bahwa suhu penyimpanan Gambar 1. Perbandingan Nilai pH
metode freeze- thaw formula 1 tidak Sebelum dan Sesudah Uji Stabilitas
ada pengaruh terhadap nilai pH (p > Metode Freeze-thaw (a);
0,05). Sedangakan pada formula 2 Perbandingan Nilai pH Sebelum dan
dan 3 didapatkan hasil bahwa suhu Sesudah Uji Stabilitas Metode Real-
penyimpanan metode freeze-thaw time (b).
ada pengaruh terhadap nilai pH (p < Penurunan pH sebelum
0,05) dapat dikatakan sediaan dilakukan uji stabilitas metode
tersebut tidak stabil pada suhu freeze- thaw maupun real-time dapat
penyimpanan freeze- thaw. disebakan dari bahan aktif yang
Evaluasi uji stabilitas metode ditambahkan dalam serum bersifat
real-time setelah dilakukan analisis asam, dimana tingkat keasaman akan
statistik paired t-test didapatkan hasil meningkat sebanding dengan
bahwa suhu penyimpanan ada konsentrasi niosom ekstrak 96%
pengaruh terhadap nilai pH dari buah belimbing wuluh yang
ketiga sediaan serum (p < 0,05), ditambahkan kedalam sediaan serum
sehingga dapat dikatakan tidak stabil (Andasari et al., 2018). Sedangkan
pada suhu penyimpanan real-time. penurunan pH setelah dilakukan uji
stabilitas metode freeze-thaw dan
real-time dapat disebabkan karena
adanya pelepasan ion hidrogen (H+)
atau adanya kontaminasi ion pada
serum yang telah disimpan pada suhu
ekstrim (Mardhiani et al., 2018).
(a)
Akan tetapi, nilai pH dari ekstrak etanol 96% buah belimbing
masing-masing formula setelah wuluh 40%, dan formula 3 dengan
dilakukan uji stabilitas dengan kedua kadar niosom ekstrak etanol 96%
metode tersebut masih masuk dalam buah belimbing wuluh 50%, serta
rentang pH fisiologis kulit yaitu menggunakan Sodium Lauril Sulfat
antara 4,5-6,5 sehingga masih bisa (SLS) sebagai kontrol positif dan
digunakan sebagai sediaan komestik aquadest digunakan sebagai kontrol
yang baik (Sayuti, 2015). Apabila negatif.
sediaan serum memiliki pH yang Perlakuan pada kontrol positif
terlalu asam dikhawatirkan akan (SLS) dapat diketahui bahwa hasil
terjadi iritasi pada kulit saat yang didapatkan yaitu terjadinya
digunakan, dan apabila terlalu basa perubahan pada pembuluh darah
akan menyebabkan kulit kering dan CAM setelah dioleskan SLS. Skor
bersisik (Andasari et al., 2018). iritasi pada masing-masing formula
Evaluasi Uji Iritasi Metode HET- yaitu 11,12 replikasi 1; 10,13 untuk
CAM replikasi 2; dan 12,51 untuk replikasi
Pada uji iritasi metode HET- 3. Sehingga SLS dapat dikategorikan
CAM dilakukan pengamatan secara pada iritasi kuat.
visual dari beberapa parameter Pada perlakuan dengan
diantaranya yaitu terjadinya aquadest sebagai kontrol negatif
hemoragi (pembuluh darah CAM dapat dilihat bahwa hasil skor iritasi
mengalami pendarahan yang ditandai yang didapatkan pada masing-masing
titik darah merah), koagulasi replikasi adalah 0, sehingga tidak
(pembuluh darah CAM mengalami terjadi perubahan pada pembuhuh
pembekuan/penebalan), dan lisis darah CAM dan dikategorikan tidak
(pembuluh darah CAM menjadi mengiritasi. Begitu pula dengan
rusak/hancur). perlakuan dari ketiga formula (F1,
Pengujian iritasi pada serum F2, dan F3) dapat dilihat bahwa skor
terdiri dari 3 formula yaitu formula 1 iritasi yang didapatkan yaitu 0 dan
dengan kadar niosom ekstrak etanol tidak terjadi perubahan pada
96% buah belimbing wuluh 30%, pembuluh CAM, Sehingga dapat
formula 2 dengan kadar niosom dikatakan bahwa ketiga formula
sediaan serum ekstrak etanol 96% 2009). Penggunaan Carbopol 940
buah belimbing wuluh dalam sistem sebagai gelling agent, yang dimana
niosom tidak menyebabkan iritasi Carbopol 940 memiliki efek dingin
dan aman pada saat digunakan pada (cooling effect) yang ditimbulkan
kulit. Tabel 4. Hasil Uji Iritasi karena lambatnya penguapan air
Sediaan Serum dengan Metode HET- pada kulit dan bersifat non iritan
Perl Repli CAM
Hemora Lisis Koagu Sko Kriter (Wiyono & Dian, 2019). Pada
akua kasi gi (detik) (detik) lasi r ia
n (detik) Irit Iritasi
asi penelitian Ma et al. (2021) terhadap
SLS 1 45 145 194 11, Iritasi
12 kuat potensi iritasi kulit pada pengawet
2 48 131 236 10, Iritasi
13 kuat kosmetik dengan metode HET-CAM
3 43 129 161 12, Iritasi
51 kuat
Aqu 1 - - - 0 Tidak menunjukkan bahwa pengawet metil
ades mengir
t itasi paraben memiliki kategori tidak
2 - - - 0 Tidak
mengir mengiritasi atau non-iritan.
itasi
3 - - - 0 Tidak
mengir
KESIMPULAN
itasi
F1 1 - - - 0 Tidak 1. Variasi kadar niosom ekstrak
mengir
itasi etanol 96% buah belimbing wuluh
2 - - - 0 Tidak
mengir
itasi
(30%, 40%, dan 50%)
3 - - - 0 Tidak
mengir mempengaruhi stabilitas sediaan
itasi
F2 1 - - - 0 Tidak serum pada metode Freeze-Thaw
mengir
itasi dan Real-Time. Akan tetapi nilai
2 - - - 0 Tidak
mengir
itasi pH sediaan serum masih dalam
3 - - - 0 Tidak
mengir rentang pH kulit yaitu 4,5-6,5,
itasi
F3 1 - - - 0 Tidak sehingga aman saat digunakan
mengir
itasi
2 - - - 0 Tidak
pada kulit.
mengir
itasi 2. Sediaan serum ekstrak etanol 96%
3 - - - 0 Tidak
mengir buah belimbing wuluh (Averrhoa
itasi
bilimbi Linn.) dalam sistem
Hal ini dapat disebabkan oleh niosom tidak mengiritasi
penggunaan bahan tambahan yang dikarenakan pada uji iritasi
dapat mengurangi efek iritasi yang masing-masing formula dengan
akan ditimbulkan seperti propilen metode HET-CAM tidak memiliki
glikol pada sediaan topikal memiliki nilai atau bernilai 0.
efek iritasi yang kecil (Rowe et al.,
DAFTAR PUSTAKA Hijau (Coffea Canephora Var.
Andasari, S. D., Sutaryono, & Robusta)Sebagai Antioksidan.
Isnaini, Indonesia Natural Research
N. H. (2018). Pengaruh Variasi Pharmaceutical Journal
Konsentrasi Ekstrak Belimbing Universitas 17 Agustus 1945
Wuluh ( Averrhoa Bilimbi L.) Jakarta, 2(2), 19–33.
Pada Sediaan Gel Terhadap Retnaningsih, Agustina :
Stabilitas Fisik. Motorik, Primadiamati, Annisa : Anisah,
13(26), 71–79. F. (2019). Propionibacterium
Http://Jurnal.Stikesmukla.Ac.Id/ Acnes Bacteria Causes Of Acne
Index.Php/Motor/Article/Viewfi With Discussion. Jurnal
le/338/323 Analisis Farmasi, 4(1), 1–9.
Draelos, Z. D. (2010). Cosmetic Rowe, R. C., Sheskey, P. J., & Quinn,
Dermatology Products And M. E. (2009). Handbook Of
Procedures. In Z. D. Draelos Pharmaceutical Excipients
(Ed.), Cosmetic Dermatology: (Sixth Edit). Rps Publishing.
Products And Procedures Sayuti, Nutrsia Aquariushinta.
(First). Blackwell Publishing (2015). Formulasi Dan Uji
Ltd. Stabilitas Fisik Sediaan Gel
Https://Doi.Org/10.1002/97814 Ekstrak Daun Ketepeng Cina
44317657.Ch35 (Cassia Alata L.). Jurnal
Hasrawati, A., Hardianti, H., Qama, Kefarmasian Indonesia, 5(2),
A., & Wais, M. (2020). 74–82.
Pengembangan Ekstrak Etanol Https://Doi.Org/10.22435/Jki.V
Limbah Biji Pepaya (Carica 5i2.4401.74-82
Papaya L.) Sebagai Serum Wiyono, A. S., & Dian, M. (2019).
Antijerawat. Jurnal Efektivitas Gel Ekstrak Kasar
Fitofarmaka Indonesia, 7(1), 1– Bromelin Kulit Nanas ( Ananus
8. Comosus L . Merr ) Hasil
Https://Doi.Org/10.33096/Jffi.V Optimasi Formula Pada Tikus
7i1.458 Yang Dibuat Luka Memar. As-
Hasyim, N., Faradiba, & Baharuddin, Syifaa Jurnal Farmasi, 11(02),
G. A. (2011). Formulasi Gel 112–123.
Sari Buah Belimbing Wuluh Yuliani, S. H., Rahmadani, Y., &
(Averrhoa Bilimbi L.). Majalah Istyastono, E. P. (2016).
Farmasi Dan Farmakologi, Irritation Test Of Wound
15(1), 5–9. Healing Gel Of Ethanolic
Ma, X., Wang, H., Song, Y., & Pan, Extract Of Binahong Leaf Using
Y. (2021). Skin Irritation Slug Irritation Test. Jurnal Ilmu
Potential Of Cosmetic Kefarmasian Indonesia, 14(2),
Preservatives: An Exposure- 135–140.
Relevant Study. Journal Of Http://Jurnalfarmasi.Or.Id/Index
Cosmetic Dermatology, 20(1), .Php/Jifi/Article/View/22
195–203.
Https://Doi.Org/10.1111/Jocd.1
3502
Mardhiani, Y. D., Yulianti, H.,
Azhary, D. P., & Rusdiana, T.
(2018). Formulasi Dan
Stabilitas Sediaan Serumdari
Ekstrak Kopi

You might also like