You are on page 1of 9

Jurnal AgroBiogen 3(2):80-88

Kriopreservasi untuk Konservasi Plasma Nutfah Tanaman:


Peluang Pemanfaatannya di Indonesia
Semuel Leunufna
Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, Ambon. Jl. Ir. M. Putuhena, Poka, Ambon 97231

ABSTRACT kelanjutan dari generasi ke generasi. Selain pendekat-


an konservasi in situ yang berupaya melestarikan orga-
Cryopreservation Technique for Conservation of Plant
Germplasm: Its Possible Use in Indonesia. Semuel nisme beserta lingkungannya dalam bentuk hutan lin-
Leunufna. Increasing rate of plant germplasm lost in dung, taman nasional, dan sebagainya, pendekatan ex
Indonesia has promoted the implementation of various situ yang berupaya melestarikan organisme diluar ha-
methods for their conservation. Cryopreservation is a tech- bitat aslinya telah pula diupayakan dalam beberapa
nique applicable for a long-term preservation (base collec- bentuk termasuk kebun raya, koleksi lapang maupun
tion) of plants possessing non-orthodox (recalcitrant and bank gen.
semi-recalcitrant) seeds and those propagated vegetatively.
The technique can be used as an alternative method for Dari 6 juta koleksi ex situ yang dikelola di berba-
orthodox seed plants preservation in the ex situ conservation gai bank gen di dunia, 39% di antaranya berasal dari
system. Although field and in vitro collection methods can tanaman biji-bijian dan 15%-nya tanaman kacang-
be applied for the non-orthodox seed plants, a number of kacangan. Kelompok tanaman lain seperti golongan
disadvantages possesed by these methods, especially in the sayuran, umbian, rerumputan, dan lain-lain, berjumlah
tropics or the developing countries, deny their use for the 8% atau kurang (Scarascia-Mugnozza dan Perrino
establishment of a long-term germplasm collection. Suc- 2002). Data statistik tersebut dapat dimengerti karena
cessful implementation of the cryopreservation technique is
kedua kelompok tanaman, serealia dan kacang-
supported by the development of protocols, which are able
to provide a high recovery rate for species understudy, using kacangan, umumnya berbiji orthodox sehingga me-
vitrification based methods which are simple, economical, mungkinkan penyimpanan dengan metode konven-
applicable to complex organs, and able to implement a high sional (penyimpanan biji) yang sudah lama berkem-
number of explants per experiment. The availability of infra- bang. Penggunaan metode koleksi lapang, in vitro ser-
structures including in vitro culture laboratories, continue ta kriopreservasi untuk pelestarian tanaman golongan
supply of liquid nitrogen is highly supporting the use of lainnya yang umumnya berbiji rekalsitran, semirekal-
cryopreservation technique in Indonesia. sitran atau berbiak vegetatif, membutuhkan lahan
Key words: Cryopreservation technique, long term preser- yang luas, tenaga kerja yang tinggi (untuk koleksi la-
vation plant germplasm. pang dan in vitro), serta penelitian dan pengujian
(untuk koleksi in vitro dan kriopreservasi).
PENDAHULUAN Kriopreservasi, suatu metode penyimpanan eks-
plan pada suhu ekstrim dingin, biasanya pada nitrogen
Indonesia merupakan wilayah yang padat kera- cair (-196oC) (Kartha dan Engelmann 1994), telah digu-
gaman hayatinya termasuk keragaman flora. Dengan nakan pada tanaman sejak tahun 1937 (Luyet 1937).
luas area 1,3% luas daratan dunia, Indonesia menyim- Akan tetapi penelitian dan pemanfaatannya secara ru-
pan 11% spesies tumbuhan dunia (FWI-GFW 2001). tin berlangsung intensif mulai dekade 1990an. Diawal
Kekayaan ini sebagian besar tersimpan dalam hutan- dekade 1990an kriopreservasi telah diteliti pada lebih
hutan sebagai spesies liar dan lainnya berada pada dari 100 spesies tanaman (Takagi 2000). Saat ini lebih
lahan-lahan pertanian serta perkebunan yang tersebar dari 3000 aksesi dari 20 genera tanaman telah disim-
pada lebih kurang 17 ribu pulau. pan secara kriopreservasi di beberapa negara di dunia
Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, (Reed 2002).
eksploitasi hutan yang tak terkendali, serta meningkat-
nya jumlah varietas unggul hasil pemuliaan tanaman, POTENSI PLASMA NUTFAH TANAMAN DI INDONESIA
kekayaan keragaman hayati yang tersedia dewasa ini SERTA PELESTARIANNYA
mengalami penyusutan dengan sangat pesat. Berbagai
pendekatan telah diupayakan guna mempertahankan Keragaman flora Indonesia tidak hanya terkan-
keragaman yang ada agar dapat digunakan secara ber- dung dalam jumlah spesies tanaman yang ada tetapi
juga jumlah subspesies, varietas sampai pada kera-
gaman individu dalam populasi baik liar maupun
Hak Cipta 2007, BB-Biogen
2007 LEUNUFNA: Kriopreservasi untuk Konservasi Plasma Nutfah Tanaman 81

domestikasi. Termasuk dalam keragaman dimaksud (Sandra 2003) serta uji pemanfaatan pertumbuhan mi-
adalah golongan pohon hutan (jati/Tectona grandis nimal menggunakan berbagai media (Rahayu dan
Linn. f, meranti/Shorea sp.), tanaman industri (coklat/ Sunarlim 2003) telah dilaporkan. Beberapa metode
Theobroma cacao L., kopi/Coffea sp.), tanaman pa- kriopreservasi telah diuji pada 17 spesies tanaman ter-
ngan berupa buah-buahan (keluwih/Artocarpus ca- masuk tanaman hutan, hortikultura, dan tanaman pa-
masi (Noel vitmayer), rambutan/Nephellium lappe- ngan (Prasetyorini 1999, Roostika 2003, Sudarmono-
cium L.), serealia (padi/Oryza sativa L., jagung/Zea wati 2000). Sekalipun dicapai suatu kisaran tingkat ke-
mays L.), umbi-umbian (ubi/Dioscorea sp., ubi jalar/ berhasilan hidup (survival), tingkat pertumbuhan kem-
Ipomoea batatas (L.) Lam.), kacang-kacangan (kede- bali (shoot recovery) baru dilaporkan pada tanaman
lai/Glycenia soya L., kecipir/Psophocarpus tetragono- ubi kayu (Manihot utilissima) sebesar 50% (Roostika et
lobus (L.) D.C.) dan sayuran (melinjo/Gnetum gnemon al. 2005).
L., bayam/Amaranthus sp.) maupun tanaman obat-
obatan (buah merah/Pandanus conoideus Lam, Jahe/ BEBERAPA PERMASALAHAN PADA KOLEKSI LAPANG
Zingiber officinale Rosc.), dan tanaman hias (mawar/ DAN IN VITRO KHUSUSNYA DI NEGARA-NEGARA
Rosa sp., puring/Codiaum sp.). BERKEMBANG
Potensi keragaman spesies flora Indonesia dapat
Kemungkinan Kehilangan Plasma Nutfah pada
disimak dari beberapa contoh berikut: dari keseluruh-
Koleksi Lapang
an jumlah spesies yang menyebar di dunia, 25% spe-
sies manggis (Garcinia sp.), 58% spesies mangga Mempertahankan plasma nutfah melalui koleksi
(Mangifera sp.)(Bompard dan Kostermans 1985), dan lapang memungkinkan karakterisasi dan evaluasi ta-
66% spesies salak (Salacca spp.) ditemukan di Indo- naman serta memudahkan program persilangan me-
nesia. Lima ribu dari 50 ribu spesies anggrek di dunia lalui ketersediaan bunga/serbuk sari secara cepat. Se-
terdapat di Indonesia (Parnata 2005). Sedikitnya 1.300 lain itu, proses reproduksi secara klonal dapat mem-
tumbuhan obat (Zuhud 1998), dari sekitar 2500 jenis pertahankan kesamaan genetik (true to type) materi.
yang telah dimanfaatkan di dunia (EISAI 1995) teriden- Namun demikian, metode koleksi ini sangat rawan pu-
tifikasi di Indonesia. Lebih dari 120 di antaranya telah nah, terutama di negara-negara berkembang, yang da-
didiskripsi secara morfologi, taksonomi, kandungan pat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti hama/pe-
kimia, khasiat, cara pemanfaatan, dan sebagainya nyakit (baik di lapang maupun dalam penyimpanan),
(Dalimartha 1999, 2003a, 2003b). iklim yang ekstrim, konsumsi benih yang diperuntuk-
Dari berbagai golongan tanaman di atas, dapat di- kan bagi musim tanaman berikutnya oleh petani aki-
lihat bahwa sebagian besar (selain serealia dan bat bencana kelaparan/panen yang gagal, kebakaran
kacang-kacangan) memiliki biji non ortodox atau ber- lahan, konflik sosial, serta perubahan pemanfaatan
biak secara vegetatif. Dengan demikian, metode pe- lahan yang tadinya untuk koleksi plasma nutfah
lestarian yang sesuai adalah kebun koleksi, koleksi in (Acheampong 1996, Morales et al. 1996, Ng dan Ng
vitro atau kriopreservasi. 1996, Taylor 1996a, Taylor dan Murikami 2000).
Di Indonesia, selain penyimpanan benih untuk Lahan Koleksi dan Biaya Operasional
padi, jagung, dan kacang-kacangan, koleksi lapang te-
lah dilakukan pada beberapa instansi untuk mem- Koleksi lapang membutuhkan lahan penanaman
pertahankan berbagai jenis tanaman. Sebagai contoh yang luas terlebih bila diperlukan duplikasi untuk
233 kultivar pisang dikoleksi oleh Dinas Pertanian pengamanan koleksi. Di lain pihak pertambahan pen-
Daerah Istimewa Yogyakarta (Satuhu dan Supriyady duduk yang pesat menghendaki pembangunan sara-
2005). Koleksi plasma nutfah kelapa sawit yang relatif na pemukiman, pusat perbelanjaan, sarana rekreasi,
lengkap dikelola oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit, pusat perkantoran, dan sebagainya., yang berdampak
Medan (PPKS 2003). pada konversi lahan koleksi. Soemorwoto (2003) me-
ngemukakan bahwa koleksi tanaman hortikultura
Penelitian pemanfaatan kultur in vitro serta krio-
yang pernah ada di Pasar Minggu, Jakarta, punah kare-
preservasi untuk pelestarian plasma nutfah tanaman di
na pembangunan kompleks perkantoran Departemen
Indonesia dimulai hampir bersamaan, yaitu tahun Pertanian. Hal yang sama menjadi penyebab hilangnya
1992 dan 1993 (Sudarmonowati 2000). Sejauh ini pe-
sebagian besar koleksi tanaman ekonomi di Bogor.
ngembangan teknik perbanyakan klonal berbagai jenis
Tingginya biaya operasional berkaitan dengan kebu-
tanaman termasuk purwoceng (Pimpinella pruatjan
tuhan tenaga kerja yang besar untuk penanaman, pe-
(Mariska et al. 1996), temu mangga (Curcuma mang-
labelan, pemeliharaan, dan pemanenan yang dilaku-
ga) (Hutami dan Purnamaningsih 2003), anggrek
82 JURNAL AGROBIOGEN VOL. 3 NO. 2

kan secara berkala (setiap musim) terutama pada meningkatnya kontaminasi atau pertumbuhan yang ti-
tanaman setahun. dak normal dari koleksi in vitro yang terjadi karena ti-
dak konstannya aliran listrik. Di negara-negara ber-
Kemungkinan Perubahan Genetik Materi pada kembang, terputusnya aliran listrik serta perubahan
Koleksi In Vitro voltase merupakan hal yang sering terjadi.
Koleksi plasma nutfah tidak hanya bermaksud
Teknisi dan Biaya Operasional pada
mempertahankan hidupnya materi tetapi juga kesa-
Koleksi In Vitro
maan susunan genetik materi sebelum dan sesudah
koleksi. Hal ini memungkinkan pemanfaatannya se- Kegiatan laboratorium seperti eliminasi virus dan
suai potensi genetik yang dimiliki dikemudian hari. patogen lainnya, diseksi eksplan, sterilisasi peralatan,
Koleksi plasma nutfah secara in vitro memungkinkan bahan dan materi serta kultivasi secara berkala dari
ketersediaan materi sepanjang tahun, proteksi terha- koleksi in vitro memerlukan tenaga teknis yang terla-
dap risiko lingkungan dan patogen, kemudahan dalam tih dan dalam jumlah yang memadai. Penyiapan te-
duplikasi materi untuk disimpan pada lokasi berbeda, naga teknisi serta pelaksanaan kultivasi secara berka-
observasi materi secara berkala terhadap penurunan la memerlukan biaya yang besar terutama dengan
vigor, kualitas, serta serangan patogen (Dodds 1991, semakin bertambahnya koleksi. Upaya mengurangi
Kartha 1985, Taylor dan Murikami 2000). Namun demi- biaya operasional melalui pertumbuhan minimal
kian, penggunaan kultur in vitro terutama aplikasi per- dapat memperpanjang periode subkultur satu sampai
tumbuhan lambat (slow growth) untuk menunda pe- dua tahun. Meskipun demikian dalam jangka panjang
riode subkultur dengan cara mengubah kondisi per- hal ini akan tidak ekonomis.
tumbuhan optimum atau menginduksi kondisi stres
pada media kultur, dapat menyebabkan mutasi atau PERLUNYA KRIOPRESERVASI
variasi somaklonal (Scowcroft 1984). Harding (1994)
melaporkan bahwa penggunaan manitol dalam upaya Penggunaan metode kriopreservasi dapat meng-
pertumbuhan lambat kentang setelah enam bulan me- atasi masalah keterbatasan ruang melalui penyim-
nunjukkan perubahan morfologi yang berkorelasi de- panan dalam tangki (cryo container). Sebagai contoh
ngan hiper metilasi (metilasi = penambahan gugusan sebuah tabung kriopreservasi yang memuat enam rak
methyl pada ujung utas DNA yang direplikasi) pada dengan kapasitas 11 kotak per rak dan 120 tabung per
DNA inti dan RNA ribosom yang disimpulkan sebagai kotak akan menampung 7920 tabung. Apabila satu
tanggapan terhadap kondisi kultur yang menekan. Ha- tabung diisi dengan 20 eksplan tanaman koleksi maka
sil penelitian Harding (1994) dapat berimplikasi pada satu container dapat menampung sekitar 158 ribu
pemanfaatan kultur jaringan dalam konservasi genetik eksplan.
tanaman kentang yang berbiak secara vegetatif, kare- Melalui penyimpanan pada nitrogen cair (suhu
na status metilasi dapat diturunkan dan mengubah -196oC), koleksi materi kriopreservasi dapat bertahan
fenotipe generasi berikut. hingga waktu tak terbatas dan diasumsikan dapat
menjaga konsistensi genetik ketika dipanaskan kem-
Tingkat Kontaminasi Koleksi In Vitro
bali. Hal ini dimungkinkan karena pada suhu yang eks-
Tingginya tingkat kontaminasi pada koleksi in trim rendah, seluruh proses biologis materi berada pa-
vitro di negara tropis kemungkinan berkaitan dengan da kondisi stand still atau berlangsung sangat lambat
kondisi iklim yang memudahkan perkembangan pato- (Kartha dan Engelmann 1994). Pertumbuhan kembali
gen selain sterilisasi yang kurang memadai baik terha- (recovery) setelah kriopreservasi akan berlangsung da-
dap materi, bahan, dan alat maupun ruang koleksi. ri hanya sejumlah kecil sel yang mampu bertahan hi-
Taylor (1996b) melaporkan bahwa di negara-negara dup (survive), dengan demikian akan dihasilkan ta-
Pasifik Selatan, kontaminasi koleksi in vitro meningkat naman in vitro bebas virus dan patogen lainnya bah-
pada saat musim hujan. Tingginya tingkat kontaminasi kan melebihi efektifitas kultur meristem (Brison et al.
mengharuskan koleksi materi dalam jumlah relatif 1997, Helliot et al. 2002). Selanjutnya koleksi kriopre-
tinggi untuk mengurangi kemungkinan hilangnya ma- servasi dapat mengurangi ketergantungan pada aliran
teri dalam koleksi secara in vitro. listrik karena nitrogen cair dapat ditambahkan secara
manual. Kemungkinan penyimpanan untuk jangka
Ketersediaan Tenaga Listrik yang Konsisten waktu tak terhingga dengan kriopreservasi (dengan
Koleksi in vitro menghendaki adanya masukan catatan masukan nitrogen cair dilakukan secara rutin)
energi maupun votase listrik yang konsisten. Permasa- akan meniadakan perlunya penanaman kembali atau
lahan menyangkut rusaknya peralatan laboratorium, subkultur, memungkinkan pemanfaatan yang efisien
2007 LEUNUFNA: Kriopreservasi untuk Konservasi Plasma Nutfah Tanaman 83

dari tenaga teknisi yang terbatas serta mengurangi bungkus dengan tetesan krioprotektan DMSO pada
biaya operasional sebagaimana terjadi pada koleksi la- aluminium foil sebelum dimasukkan kedalam nitrogen
pang dan koleksi in vitro. Kelebihan lain dari kriopre- cair. Dalam pengembangan lebih lanjut, spesifikasi
servasi adalah koleksi dapat dilakukan pada berbagai tiap metode dapat dikombinasikan untuk mendapat-
eksplan meliputi protoplas, suspensi sel, kalus, tunas/ kan protokol yang sesuai pada tanaman tertentu (Hirai
pucuk, embrio, serbuk sari hingga biji (Bajaj 1995, Ng dan Sakai 2003, Leunufna dan Keller 2005, Mandal
dan Daniel 2000; Reinhoud et al. 2000, Stanwood 1985, 2000, Pennycooke dan Towill 2001).
Towill dan Walters 2000). Tahapan lengkap suatu protokol kriopreservasi
Memahami keterbatasan dan kelebihan masing- (contoh pada metode vitrifikasi) umumnya meliputi
masing metode koleksi, maka koleksi lapang dan ko- perlakuan/pengkondisian tanaman sumber eksplan,
leksi in vitro umumnya untuk koleksi jangka pendek/ kultur awal, pemuatan (loading), dehidrasi, pendingin-
koleksi aktif, yaitu untuk pertukaran plasma nutfah an pada nitrogen cair, pemanasan kembali, pelepasan
atau pemanfaatan langsung, sedangkan kriopreservasi muatan/pencucian serta kultivasi lanjut untuk peng-
untuk koleksi jangka panjang/koleksi dasar. amatan pertumbuhan kembali (Steponkus et al. 1992).
Meskipun demikian, telah dikembangkan juga bebe-
METODE, TEKNIK PENGEMBANGAN, DAN rapa metode sederhana yang hanya menggunakan se-
PENGUJIAN PROTOKOL KRIOPRESERVASI bagian tahapan protokol di atas. Termasuk dalam me-
tode tersebut adalah pendinginan dua tahap
Beberapa Metode Umum Kriopreservasi (Reinhoud et al. 2000), desikasi, pregrowth, dan pre-
Penelitian dan pemanfaatan kriopreservasi dalam growth-desikasi (Engelmann 2000). Penyederhanaan
koleksi plasma nutfah tanaman meningkat pesat sejak protokol dapat mengurangi kerusakan pada sel-sel
dikembangkannya metode sederhana seperti vitrifikasi eksplan sebagai akibat berbagai perlakuan, dengan te-
oleh para peneliti Jepang dan USA (Langis et al. 1989, tap memberikan perlindungan maksimal pada sel ter-
Uragami et al. 1989), enkapsulasi-dehidrasi oleh para hadap suhu ekstrim dingin, yang dinyatakan dengan
peneliti Perancis (Dereuddre et al. 1990) serta droplet persentase pertumbuhan kembali yang cukup mema-
(Schäfer-Menuhr et al. 1994) oleh para peneliti Ger- dai, di samping sedikit penghematan terhadap waktu
man. Metode tersebut dikenal dengan metode berba- dan biaya operasional.
sis vitrifikasi (Engelmann 2000). Vitrifikasi adalah pem- Teknik Pengembangan Protocol
bentukan struktur menyerupai kaca (meta-stable
glass) pada suhu yang sama dengan atau di bawah ti- Pengembangan protokol pada laboratorium yang
tik beku larutan tertentu. Meskipun metode lama yakni baru memulai penelitian kriopreservasi dapat dilaku-
pendinginan lambat atau pendinginan bertahap tetap kan dengan mencoba berbagai metode/protokol yang
digunakan, pemanfaatannya hanya terbatas pada be- telah lebih dulu dikembangkan pada tanaman terten-
berapa laboratorium misalnya di USA (Reed 2002) dan tu. Berbagai contoh metode/protokol yang telah digu-
CIAT-Columbia (Escobar et al. 1997). nakan untuk tanaman tropis dikemukakan oleh Takagi
(2000). Dalam pelaksanaannya ada ketergantungan
Terbatasnya penggunaan metode lama disebab-
genotipe (Reed 2000), perbedaan dalam fasilitas labo-
kan karena beberapa alasan termasuk tingkat keru-
ratorium (Reed et al. 2001), serta keterbatasan infor-
mitan prosedur, penggunaan eksplan yang terbatas,
masi yang disampaikan dalam publikasi (Towill 2002)
kurang ekonomis, serta kurang sesuai untuk eksplan
terhadap keberhasilan penggunaan protokol yang sa-
yang kompleks seperti tunas/pucuk atau embrio.
ma.
Spesifikasi metode vitrifikasi dibandingkan de-
Cara pengembangan lain dapat dilakukan de-
ngan kedua metode lainnya termasuk pemanfaatan la-
ngan metode trial and error, yakni mencoba berbagai
rutan vitrifikasi/dehidrasi yakni campuran beberapa
protokol secara acak setelah mendalami pustaka se-
krioprotektan (sukrosa, gliserol, etilen glicol-EG, dime-
cara umum (Leunufna dan Keller 2003), baik untuk ta-
tilsulfocida-DMSO) yang dikenal dengan‚ plant vitri-
naman yang telah maupun belum pernah diteliti.
vication solution-PVS1, 2, 3, dan 4. Sebagai contoh,
Beragam perlakuan dapat dikenakan pada tiap tahap
PVS2 mengandung 13,7% (w/v) sukrosa, 30% (w/v)
protokol termasuk jenis dan konsentrasi krioprotektan,
gliserol, 15% (w/v) EG, dan 15% (w/v) DMSO (Sakai et
periode aplikasi serta perlakuan lainnya. Verifikasi pro-
al. 1990). Dalam metode enkapsulasi-dehidrasi, eks-
tokol (dengan ulangan) dapat dilakukan setelah men-
plan dibungkus dengan kapsul gel alginat sebelum di-
dapatkan protokol yang dianggap memadai (Leunufna
dehidrasi dengan menggunakan eksikator atau pada
2004, Leunufna dan Keller 2005). Dalam tahap ini da-
laminar flow box. Pada metode droplet, eksplan di-
pat pula dikombinasikan dengan perlakuan-perlakuan
84 JURNAL AGROBIOGEN VOL. 3 NO. 2

lain yang diduga dapat lebih meningkatkan pertum- PEMANFAATAN KRIOPRESERVASI SECARA RUTIN
buhan setelah pemanasan kembali.
Penyediaan Nitrogen Cair
Pengembangan protokol secara lebih sistematis
dapat dilakukan dengan mempelajari dan memahami Sebagai wadah penyimpan materi kriopreservasi,
penyebab kerusakan pada organel sel atau jaringan ketersediaan nitrogen cair (NC) secara rutin merupa-
materi yang digunakan pada berbagai tahap perlakuan kan hal yang sangat penting. Nitrogen cair dapat diper-
pada protokol, misalnya dengan menggunakan mik- oleh melalui pendinginan udara (yang mengandung
roskop elektron (Helliot et al. 2003, Leunufna 2004) 21% oksigen -O2 dan 79% nitrogen -N2) serta pemisah-
atau dengan mempelajari pengaruh radikal-radikal an O2 dari N2. Ketersediaan NC pada laboratorium krio-
bebas (Benson 1990, Dumet dan Benson 2000). Hal ini preservasi dapat diperoleh dari dua sumber: pertama
memungkinkan eliminasi dari tahapan tertentu demi pembuatan sendiri dengan mesin berkapasitas relatif
penyederhanaan protokol dengan tetap memberikan kecil. Saat ini beberapa model mesin produksi NC te-
perlindungan pada eksplan. Pemahaman terhadap ke- lah dipromosikan dengan berbagai kemampuan
rusakan sel baik secara fisik maupun biokimia dapat (http://www.stirling.nl/sp/sp3.html), misalnya dengan
diuji sacara empiris dengan memperhatikan persen- kapasitas penampungan tangki antara 200-2000 liter.
tasi pertumbuhan kembali setelah penyimpanan da- Cara kedua memperoleh NC secara rutin dapat dilaku-
lam nitrogen cair. kan dengan bekerja sama dengan instansi lain. Selain
untuk kriopreservasi, NC diperlukan untuk berbagai
Evaluasi Protokol kegunaan termasuk dalam bidang kedokteran, industri
maupun laboratorium bioteknologi lainnya. Sebagai
Selain berbagai aspek pengembangan protokol
contoh pabrik pupuk petrokimia gresik menghasilkan
terutama menyangkut perubahan fisik maupun bioki-
nitrogen cair dengan kapasitas 800 t/tahun (PT Petroki-
mia sel yang masih perlu mendapat perhatian pene-
mia Gresik 2002). Produk ini digunakan dalam industri
litian dalam rangka pengembangan protokol, tingkah
kimia misalnya sebagai bahan baku amoniak, dan da-
laku materi setelah kriopreservasi terutama menyang-
lam industri pembersih peralatan pabrik (pipa dan
kut konsistensi genetik. Pentingnya aspek ini telah
tangki), pemadam kebakaran, industri listrik (lampu),
melahirkan suatu cabang ilmu biologi Cryobionomics
dan lain-lain. Produk petrokimia gresik dapat sampai
yang diusulkan oleh Harding (2003), yakni ilmu yang
pada laboratorium kriopreservasi melalui beberapa
mempelajari tentang sifat dan habitat organisme hasil
distributor dan ditampung dalam tangki penampungan
kriopreservasi setelah diintroduksi kembali ke ling-
yang cukup besar untuk persediaan beberapa lama
kungan semula. Secara defenisi, kriopreservasi di-
(misalnya 2 minggu) tergantung jumlah konsumsi dan
asumsikan menjaga kesamaan genetik sebelum dan
laju penguapan pada tangki penyimpanan sampel.
sesudah penyimpanan dalam nitrogen cair. Akan te-
Komitmen yang kuat untuk menyediakan NC secara
tapi karena protokol kriopreservasi melibatkan berba-
periodik sangat diperlukan untuk keselamatan dan ke-
gai perlakuan termasuk pemanfaatkan kultur in vitro
langgengan koleksi. Pilihan lain adalah dengan me-
maupun krioprotektan yang memungkinkan terjadinya
nyiapkan mesin produksi sendiri sebagai cadangan un-
mutasi atau variasi somaklonal, maka materi hasil
tuk penyelamatan jika sewaktu-waktu terjadi kema-
kriopreservasi perlu dibuktikan stabilitas genetiknya.
cetan suplai NC dari distributor.
Pengujian stabilitas genetik setelah kriopreservasi se-
kaligus merupakan validasi terhadap protokol yang di- Laboratorium, Fasilitas, dan
kembangkan. Validasi protokol melalui pengujian ma- Keamanan Kriopreservasi
teri hasil kriopreservasi dapat dilakukan pada tingkat
fenotipe, biokimia (protein/enzim), kromosom (ge- Laboratorium kriopreservasi merupakan bagian
nom, jumlah kromosom), maupun pada tingkat mole- yang terkait dengan laboratorium kultur jaringan ta-
kuler (DNA, RNA). Untuk memungkinkan pertukaran naman. Kultur in vitro, terutama untuk pemanfaatan
protokol secara nasional, regional atau internasional, eksplan meristem, memberikan kemudahan perba-
protokol yang dikembangkan dapat diuji validitasnya nyakan materi untuk digunakan dalam kriopreservasi,
pada beberapa laboratorium atau dapat juga didahului ketersediaan materi (eksplan) setiap waktu sepanjang
dengan suatu lokakarya penyeragaman teknik pe- tahun, kemudahan memanipulasi planlet sumber eks-
ngembangan protokol (Reed at al. 2001). plan (misalnya dengan perlakuan aklimatisasi), serta
kemudahan menumbuhkan kembali materi hasil krio-
preservasi (Reed 2001). Materi kriopreservasi dapat
juga diperoleh langsung dari tanaman ex vitro, namun
praktek ini umumnya hanya berhasil baik pada beber-
2007 LEUNUFNA: Kriopreservasi untuk Konservasi Plasma Nutfah Tanaman 85

apa tanaman daerah temperate yang memiliki sifat bulan/tahun) preservasi, dan jumlah replikasi. Bebera-
tahan dingin. Selain itu, pertumbuhan kembali secara pa contoh format pencatatan data koleksi kriopreser-
ex vitro relatif sulit (Towill 2002). vasi dikemukakan oleh Simione (1998).
Di Indonesia, laboratorium kultur in vitro telah
berkembang dengan baik pada berbagai institusi ter- PENUTUP
masuk Balai Besar Penelititan dan Pengembangan
Sebagai satu-satunya metode konservasi jangka
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Tanaman (BB-
panjang yang tersedia bagi tumbuhan berbiji non-
Biogen), Pusat Penelitian dan Pengembangan-Lem-
ortodox, penerapan kriopreservasi di Indonesia me-
baga Ilmu Pengetahuan Indonesia (R & D-LIPI), Balai
rupakan hal yang sangat diperlukan, mengingat po-
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta
tensi plasma nutfah tumbuhan yang sebagian besar
berbagai universitas dan instansi lainnya. Hal ini me-
berbiji rekalsitran, semi-rekalsitran atau berbiak vege-
rupakan faktor pendukung bagi perkembangan pene-
tatif, yaitu pohon hutan, buah-buahan, umbi-umbian,
litian dan pemanfaatan kriopreservasi secara rutin.
tanaman hias, dan tanaman obat-obatan.
Ruang koleksi kriopreservasi memerlukan venti-
Kondisi infrastruktur termasuk kemungkinan
lasi yang baik guna mencegah/mengurangi risiko bila
suplai nitrogen cair serta peralatan lainnya, adanya
terjadi kecelakaan yang berakibat penguapan NC se-
laboratorim kultur jaringan tanaman pada berbagai
cara berlebihan. Evaporasi NC akan mengurangi kon-
instansi serta dimulainya penelitian pengembangan
sentrasi oksigen (O2) di udara. Menghirup udara de-
protokol kriopreservasi, sangat memungkinkan bagi
ngan kandungan oksigen kurang dari 19,5% akan me-
pemanfaatan metode ini di Indonesia.
nyebabkan pusing-pusing, muntah, tidak sadarkan diri
hingga kematian. Pemanfaatan kriopreservasi dalam koleksi rutin
plasma nutfah tumbuhan di Indonesia dapat dimulai
Koleksi rutin kriopreservasi memerlukan beber-
dengan penggunaan peralatan sederhana dan lebih
apa perlengkapan selain mesin produksi dan/atau kon-
ekonomis untuk spesies dengan tingkat pertumbuhan
tainer penampung NC. Tabung koleksi terdapat dalam
kembali (shoot recovery) yang telah cukup memadai
beberapa ukuran sesuai kebutuhan serta dana yang
sambil terus mengintensifkan penelitian pengem-
tersedia. Sebagai contoh, tabung untuk keperluan
bangan protokol yang memungkinkan pertumbuhan
transfer memiliki diameter antara 18,5-38,1 cm, tabung
kembali yang memadai bagi spesies lainnya.
yang portable untuk penyimpanan jangka pendek ber-
diameter 36,8-55,9 cm, dan yang bersifat permanen
untuk penyimpanan jangka panjang berdiameter 40,6- DAFTAR PUSTAKA
100,3 cm (Brockbank et al. 2004). Sistem penyusunan Acheampong, E. 1996. In vitro genebank management of
eksplan dalam tabung penyimpan dapat dilakukan an- clonally propagated crops under minimal conditions. In
tara lain dengan sistem rak yang tersusun dari kotak- Engelman, F. (Ed.). Management of Field and In Vitro
kotak dengan masing-masing sekitar 100 sel tempat Germplasm Collections. IPGRI-FAO, Cali, Columbia,
p. 75-75.
peletakan tabung krio berisi spesimen. Koleksi dapat
dilengkapi dengan sistem monitoring terhadap suhu Bajaj, Y.P.S. 1995. Cryopreservation of medicinal and
dan kondisi NC dalam tabung serta alarm dan peng- aromatic plants. Biotechnology in Agriculture and
Forestry 1:419-434.
isian otomatis secara elektronis. Bila terjadi pemadam-
an listrik, aktivitas tersebut perlu dilakukan secara ma- Benson, E.E. 1990. Free radical damage in stored plant
nual untuk kelanggengan koleksi. Beberapa perleng- germplasm. IBPGR, Rome.
kapan lain berupa kaca mata atau pelindung muka Bompard J.M. and A.J.G.H. Kostermans. 1985. Wild
serta sarung tangan yang longgar, kedap air, dan tahan Mangifera species in Kalimantan, Indonesia. In Mehra
panas diperlukan untuk keselamatan kerja pada saat K.L. and S. Sastrapraja (Eds.). Proceedings of the
memasukkan atau mengeluarkan eksplan dari tabung International Simposium on South East Asian Plant
Genetic Resources. Lembaga Biologi Nasional, Bogor.
koleksi.
p. 172-174.
Karena koleksi kriopreservasi ditujukan untuk pe-
Brison, M., De Boucaud M.T., A. Pierronnet, and F.
nyimpanan dalam jangka waktu lama yang dapat meli-
Dosba. 1997. Effect of cryopreservation on the sanitary
puti pergantian peneliti, teknisi, dan sebagainya, maka state of a cv Punus rootstock experimentally contam-
pencatatan data koleksi sangat penting. Sedikitnya ada inated with Plum Pox Potyvirus. Plant Sci. 123:189-196.
empat informasi penting dikemudian hari (Simione
Brockbank, K.G.M., J.C. Covault, and M.J. Taylor. 2004.
1998), yaitu metode preservasi yang digunakan, lokasi Cryopreservation manual, a gude to cryopreservation
dan identifikasi materi yang disimpan, waktu (tanggal/ techniques. Thermo Electron Corporation.
86 JURNAL AGROBIOGEN VOL. 3 NO. 2

Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I. associated with cryopreservation of banana (Musa spp.)
Trubus Agriwidya. Jakarta. highly proliferating meristems. Plant Cell Rep. 21:690-
698.
Dalimartha, S. 2003a. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid
II. Trubus Agriwidya. Jakarta. Hirai, H. and A. Sakai. 2003. Simplified cryopreservation of
sweet potato (Ipomoea batats (L.) Lam.) by optimising
Dalimartha, S. 2003b. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid conditions for osmoprotektion. Plant Cell Rep. 21:961-
IIII. Trubus Agriwidya. Jakarta. 966.
Dereuddre, J., C. Scottez, Y. Arnaud, and M. Duron. 1990. Hutami, S. dan R. Purnamaningsih. 2003. Perbanyakan
Resistance of alginate-coated axillary shoot tips of pear klonal temu mangga (Curcuma mangga) melalui kultur
tree (Pyrus communis L. cv. 'Beurre Hardy') in vitro in vitro. Buletin Plasma Nutfah 9(1):39-44.
plantlets to dehydration and subsequent freezing in
liquid nitrogen: Effects of previous cold hardening. Kartha, K.K. 1985. Meristem culture and germplasm
Comptes Rendus de l'Academie des Sciences Paris preservation. In Kartha K.K. (Ed.). Cryopreservation of
310:317-323. Cells and Organs. CRC Press Inc. Florida. p. 115-134.
Dodds, J.H. 1991. Conservation of plant genetic resources- Kartha, K.K., and F. Engelmann. 1994. Cryopreservation
the need for tissue culture. In Dodds, J.H., Chapman, and germplasm storage. In Dodds, J.H., Chapman, and
and Hall (Eds.). In Vitro Methods for Conservation of Hall (Eds.). In Vitro Methods for Conservation of Plant
Plant Genetic Resources. University press, Cambridge. Genetic Resources. Cambridge. p. 195-230.
p. 1-9.
Langis, R., B. Schnabel, E.D. Earle, and P.L. Steponkus.
Dumet, D. and E.E. Benson. 2000. The use of physical and 1989. Cryopreservation of Brassica campestris L. cell
biochemical studies to elucidate and reduce cryo- suspensions by vitrification. CryoLetters 10:421-428.
preservation-induced damage in hydrated/dessicated
plant germplasm. In Engelman, F. and H. Takagi (Eds.). Leunufna, S. 2004. Improvemant of the in vitro mainten-
Cryopreservation of Tropical Plant Germplasm, Current ance and cryopreservation of yams (Dioscorea spp.).
Research Progress and Application. JIRCAS Dissertation. Martin-Luther-Universität, Halle-Witten-
International Agriculture Series 8:43-56. berg. Verlag Dr. Köster, Berlin.

EISAI. 1995. Medical Herbs Index in Indonesia. Jakarta. Leunufna, S. and E.R.J. Keller. 2003. Investigating a new
cryopreservation protocol for yams (Dioscorea spp.).
Engelmann, F. 1997. Importance of desiccation for the Plant Cell Rep. 21:1159-1166.
cryopreservation of recalcitrant seed and vegetatively
propagated species. Plant Gen. Res. Newsletter 112:9- Leunufna, S. and E.R.J. Keller. 2005. Cryopreservation of
18. yams using vitrification modified by including droplet
method: Effects of cold acclimation and sucrose.
Engelmann, F. 2000. Importance of cryopreservation for the CryoLetters 26(2):93-102.
conservation of plant genetic resources. In Engel-man,
F. and H. Takagi (Eds.). Cryopreservation of Tropical Luyet, B.J. 1937. The vitrification of organic colloids and of
Plant Germplasm, Current Progress and Application. protoplasms. Biodinamica 1:1-14.
JIRCAS International Agriculture Series 8:8-20. Mandal, B.B. 2000. Cryopreservation of yams apices: A
Escobar, R.H., G. Mafla, and W.M. Roca. 1997. Method- comparative study with three different techniques.
ology for recovering cassava plants from shoot tips Cryopresevation of Tropical Plant Germplasm, Current
maintained in liquid nitrogen. Plant Cell Rep. 16:474- Progress and Application. IPGRI, Rome. p. 233-237.
478. Mariska, I., R. Purnamaningsih, dan M. Kosmiatin. 1996.
Forest Watch Indonesia/Global Forest Watch. 2001. Pertumbuhan biakan purwoceng pada beberapa media
Potret keadaan hutan Indonesia, Bogor, Indonesia dasar. Prosiding Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional
Forest Watch Indonesia dan Washington D.C. Global IV. LIPI dan Dikti. Jakarta, 11-15 September 1995.
Forest Watch Edisi Ketiga. Morales, S.R., M.G. Garrcia, M.M. Jomenez, and I.S.
Harding, K. 1994. The methylation status of DNA derived Ramos. 1996. Establishment, maintenance and use
from potato plants recovered from slow growth. Plant under field conditions of cuban germplasm of tropical
Cell, Tiss. and Org. Cult. 37:31-38. root and tuber crops, and banana and plantain. In
Engelman, F. (Ed.). Management of Field and In Vitro
Harding, K. 2003. Genetic integrity of cryopreserved plant Germplasm Collections. IPGRI-FAO, Cali, Columbia.
cells: A riview. CryoLetters 25:3-22. p. 25-28.
Helliot, B., B. Panis, Y. Poumay, and R. Swennen. 2002. Ng, N.Q. and S.Y.C. Ng. 1996. Yam field genebank man-
Cryopreservation for the elimination of cucumber agement at IITA. In Engelman, F. (Ed.). Management of
mosaic and banana streak viruses from banana (Musa Field and In Vitro Germplasm Collections. IPGRI-FAO,
spp.). Plant Cell Rep. 20(12):1117-1122. Cali, Columbia. p. 16-18.
Helliot, B., R. Swennen, Y. Poumay, E. Erison, P. Ng, N.Q. and I.O. Daniel. 2000. Storage of pollen for long-
Lepoivre, and B. Panis. 2003. Ultrastuctural changes term conservation of yam gentic resources. In Engel-
2007 LEUNUFNA: Kriopreservasi untuk Konservasi Plasma Nutfah Tanaman 87

mann, F. and H. Takagi (Eds.). Cryopresevation of Sandra, E. 2003. Kiat mengatasi permasalahan kultur ja-
Tropical Plant Germplasm, Current Progress, and ringan anggrek skala rumah tangga. Agromedia
Application. IPGRI, Rome. p. 136-139. Pustaka.
Parnata, A.S. 2005. Panduan Budidaya Perawatan Ang- Satuhu, S. dan A. Supriyady. 2005. Pisang, Budidaya
grek. Agromedia-Pustaka, Jakarta. Pengolahan dan Prospek Pasar. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Pennycooke, Jc, and L.E. Towill. 2001. Medium alter-
ations improve regrowth of sweet potato (Ipomoea Scarascia-Mugnozza, G.T. and P. Perrino. 2002. The
batatas) (L) Lam.) shoot tips cryopreserved by vitri- hystory of ex situ conservation and use of plant genetic
fication and encapsulation-dehydration. CryoLetters resources. In Engels, J.M.M., V.R. Rao, A.H.D. Brown,
22:381-389. and M.T. Jackson (Eds.). Managing Plant Genetic
Diversity. CABI Publishing, Wallingford. p. 33-42.
Prasetyorini. 1999. Preservasi Rauvolvia serpentina (L.)
Benth. Ex. Kurz. melalui teknik kultur in vitro. Thesis Schäfer-Menuhr, A., E. Müller, and G. Mix-Wagner. 1994.
doktoral. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Langzeitlagerung alter Kartoffelsorten durch kryo-
Bogor. konservierung der meristeme in flüssigen Stickstoff.
Landbauforschung Völkenrode 44:301-313.
PT Petrokimia Gresik. 2002. PT Petrokimia Gresik Fertil-
izer Company. http://www.petrokimia-gresik.com/ Scowcroft, W.R. 1984. Genetic variability in tissue culture:
chemical product.asp Inpact on germplasm conservation and utilization.
IBPGR, Rome.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2003. Pengelolaan ex situ
dan database plasma nutfah kelapa sawit. Warta Simione, F.P. 1998. Cryopreservation manual. Nugle Nunc
Plasma Nutfah Indonesia 14:8-12. International Corp.
Rahayu, S. and N. Sunarlim. 2003. Konservasi tumbuhan Soemorwoto, O. 2003. Pengantar. Dalam Resosudarmo,
obat langka purwoceng melalui pertumbuhan minimal. I.A.D. dan C.J. Pierce (Eds.). Masyarakat Hutan dan
Buletin Plasma Nutfah 8(1):29-33. Perumusan Kebijakan di Indonesia. Yayasan Obor
Indonesia.
Reed, B.M. 2000. Genotype considerations in temperate fruit
crop cryopreservation. In Engelmann F. and H. Takagi Stanwood, P.C. 1985. Meristem culture and germplasm
(Eds.). Cryopresevation of Tropical Plant Germplasm, presservation. In Kartha, K.K. (Ed.). Cryopreservation of
Current Progress and Application. IPGRI, Rome. p. 201- Cells and Organs. CRC Press Inc. Florida. p. 199-226.
204.
Steponkus, P.L., R. Langis, and S. Fujikawa. 1992.
Reed, B.M. 2001. Implementing cryogenic storage of Cryopreservation of plant tissue by vitrification.
clonally propagated plants. CryoLetters 22:97-104. Advances in Low-temperature Biology I:1-61.
Reed, B.M. 2002. Implementing cryopreservation for long- Sudarmonowati, E. 2000. Cryopreservation of tropical
term germplasm preservation in vegetatively propa- plants: Current research status in Indonesia. Cryo-
gated species. Biotechnology in Agriculture and Forest- preservation of Tropical Plant Germplasm, Current
ry, Cryopreservation of Plant Germplasm II(50):23-33. Progress and Application. IPGRI, Rome. p. 291-296.
Reed, B.M., D. Dumet, J.M. Denoma, and E.E. Benson Takagi, H. 2000. Recent development in cryopreservation of
2001. Validation of cryopreservation protocols for plant shoot apices of tropical species. Cryopreservation of
germplasm conservation: A pilot study using Ribes L. Tropical Plant Germplasm, Current Progress and Appli-
Biodiversity and Conservation 10(6):939-949. cation. JIRCAS International Agriculture Series 8:330-
333.
Reinhoud, P.J., F. Van Iren, and J.W. Kijne. 2000.
Cryopreservation of undefferntiated plant cells. In Taylor, M. 1996a. Filed conservation of root and tuber crop
Engelmann, F. and H. Takagi (Eds.). Cryopreservation in the South Pacific. Engelman, F. (Ed.). Management
of Tropical Plant Germplasm, Current Progress and of Field and In Vitro Germplasm Collections. IPGRI-
Application. IPGRI, Rome. p. 91-102. FAO, Cali, Columbia. p. 13-15.
Roostika, I. 2003. Studi penyimpanan kultur in vitro ubi jalar Taylor, M. 1996b. In vitro conservation of root and tuber
(Ipomea batatas (L.)) secara kriopreservasi. Thesis. crop in the South Pacific. In Engelman, F. (Ed.). Man-
Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. agement of Field and In Vitro Germplasm Collections.
IPGRI-FAO, Cali, Columbia. p. 93-95.
Roostika, I., I. Mariska, dan N. Sunarlim. 2004. Penyim-
panan ubi kayu (Manihot utilissima) secara kriopreser- Taylor, M. and T. Murikami. 2000. Current status and
vasi dengan teknik vitrifikasi. Jurnal Bioteknologi Perta- cryopreservation research and future perspectives of its
nian 9(1):8-13. application in the South Pacific. In Engelmann, F. and
H. Takagi (Eds.). Cryopreservation of Tropical Plant
Sakai, A., S. Kobayashi, and I. Oiyama. 1990. Cryopre- Germplasm, Current Research Progress and Appli-
servation of nucellar cells of navel orange (Citrus cation. JIRCAS International Agriculture Series 8:330-
sinensis Osb. var. brasiliensis Tanaka) by vitrification. 333.
Plant Cell Rep. 9:30-33.
88 JURNAL AGROBIOGEN VOL. 3 NO. 2

Towill, L.E. 2002. Cryopreservation of plant germplasm: Uragami, A., A. Sakai, M. Nagai, and T. Takahashi. 1989.
Introduction and some observation. Biotechnology in Survival of cultured cells and somatic embryos of
Agriculture and Forestry, Cryopreservation of Plant Asparagus officinalis cryopreserved by vitrification.
Germplasm II(50):3-21. Plant Cell Rep. 8:418-421.
Towill, L.E. and C. Walters. 2000. Cryopreservation of Zuhud, E.A.M. 1998. Mencari nilai tambah potensial hasil
pollen. In Engelmann, F. and H. Takagi (Eds.). Cryo- hutan non kayu tumbuhan obat berbasiskan pemberda-
preservation of Tropical Plant Germplasm, Current yaan masyarakat tradisional sekitar hutan. Tidak di-
Research Progress and Application. JIRCAS Inter- publikasi.
national Agriculture Series 8:115-126.

You might also like