You are on page 1of 7

Available at https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(03), 2022, 3100-3106

Modernisasi Rumah Potong Hewan Halal RPH Krian dalam Mewujudkan Green
Economy Di Kabupaten Sidoarjo
Fitrotun Nuzula1), Kusnul Ciptanila Yuni K2)
1
Program Pascasarjana Ekonomi Syariah, UIN Sunan Ampel Surabaya
2
Fakultas Ekonomi, Universitas Hasyim Asy’ari Jombang
*Email korespondensi: fitrotunnuzula79@gmail.com

Abstract
Modernization of halal slaughterhouses as a new alternative from conventional conventional slaughterhouses
into modern professional halal slaughterhouses is a necessity for the people of Indonesia as a country with the
largest Muslim population in Indonesia. It is clear that the modernization of halal slaughterhouses should be
based on the existence of a slaughtering laboratory with adequate equipment or solutions to facilitate the
slaughtering process, including qualified staff and monitoring and devaluation. all policies and regulations issued
by the government. This research was conducted by using descriptive qualitative analytical method. The purpose
of this study is to explain the importance of modernizing halal slaughterhouses for the realization of a green
economy in Sidoarjo Regency. The results of the study indicate that butchers still use soil as a convenient place
to make carcasses. The RPH, which is worth billions of rupiah, is just an incredibly beautiful building and the
iron is rusty. This image shows that technology cannot be used to turn traditional practices into professionals. To
achieve a green economy, there must be adequate facilities or human resources that can support the waste
management of Krian RPH in all areas that can have economic, social and environmental value for a green
environment.

Keywords: Modernization, RPH, Green Economy

Saran sitasi: Nuzula, F., & Yuni K, K. C. (2022). Modernisasi Rumah Potong Hewan Halal RPH Krian dalam
Mewujudkan Green Economy Di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(03), 3100-3106. doi:
http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v8i3.6796

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v8i3.6796

1. PENDAHULUAN mengonsumsi produk daging sapi yang berkualitas


Indonesia merupakan negara agraris dengan tinggi. Menurut peraturan pemerintah Indonesia,
potensi besar di sektor pertanian, peternakan dan daging sapi yang baik adalah daging sapi yang
perikanan. Sektor peternakan memegang peranan memenuhi persyaratan ASUH, yaitu H aman, sehat,
penting dalam pembangunan perekonomian utuh dan halal. Daging sapi berkualitas tinggi berasal
Indonesia. Salah satu capaian sektor peternakan dari sapi yang sehat dan diproses dengan baik sebelum
adalah memperoleh dari daging sumber protein yang (ante-mortem) dan setelah dipotong (post-mortem).
kaya bagi manusia. Daging terdiri dari seluruh bagian Upaya memenuhi permintaan daging sapi
jaringan hewan dan hasil olahannya yang dapat berkualitas tinggi tidak selalu berjalan dengan baik.
dimakan tetapi tidak menimbulkan efek samping Penyebab utama rendahnya kualitas daging sapi
negatif bagi yang memakannya (Subadyo 2017). Jenis adalah salah urus ternak (RPH). Kesalahan prosedural
daging yang paling populer di Indonesia adalah tersebut antara lain penanganan yang tidak tepat
daging sapi. sebelum dan sesudah penyembelihan, kondisi
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia selama lingkungan yang tidak sehat, dan kurangnya perhatian
satu dekade terakhir berkisar 1,49% per tahun. terhadap kesejahteraan hewan. Faktor-faktor tersebut
Pertumbuhan penduduk berbanding lurus dengan menjadi ancaman bagi RPH, sehingga diperlukan
meningkatnya permintaan daging sapi, dan konsep manajemen risiko. Tuntutan kondisi pasar di
masyarakat sebagai konsumen selalu ingin pasar global menghadirkan tantangan dan peluang

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(03), 2022, 3101
bagi RPH sebagai pemain kunci dalam upayanya hewan harus berasal dari sapi yang dipotong sesuai
untuk mendapatkan produk Daging Sapi dan Gandum dengan syariat Islam, bebas dari zat-zat yang
Halal (ASUH) yang aman dan sehat. Atas dasar ini, menurunkan kualitas daging dan dalam keadaan baik.
faktor risiko harus diidentifikasi, faktor risiko Kebutuhan untuk mendapatkan daging sapi
dievaluasi dan faktor risiko dimitigasi di RPH berkualitas tinggi hingga distribusi produk daging di
(Sumatera dan Yuni 2012). luar RPH diperlukan untuk mengidentifikasi risiko di
Masalah sampah diartikan sebagai sampah yang RPH di Kabupaten Sidorjo ini. Hasil identifikasi risiko
sudah tidak terpakai lagi (barang bekas) atau barang dapat memberikan informasi kepada pihak terkait
yang sudah tidak diproduksi lagi. Dari sudut pandang untuk menjaga kualitas daging dan memenuhi
ekonomi, sampah adalah sampah yang tidak berharga persyaratan daging ASUH.
dan dari sudut pandang lingkungan, sampah adalah Penerapan pengelolaan sampah dengan standar
sampah yang tidak berguna yang menyebabkan individual yang terdapat di pedesaan Kabupaten
banyak masalah pencemaran dan berkontribusi Sidoarjo memberikan dampak negatif, yaitu. h dapat
terhadap kelestarian lingkungan. Sampah dapat menyebabkan pencemaran sampai ke daerah lain,
didefinisikan sebagai bahan yang tidak dapat merusak sumber air tanah dan menghalangi aliran air
digunakan, tidak dapat digunakan, tidak dari sungai ke daerah sekitarnya, sehingga
menyenangkan, atau limbah, yang dihasilkan oleh meningkatkan potensi bencana, sehingga diperlukan
aktivitas manusia dan bukan berasal dari dirinya perhatian khusus untuk mewujudkan pemerintahan
sendiri (Padmono 2005). Pengelolaan sampah mutlak Sidoarjo dalam hal ekonomi hijau.
diperlukan untuk mengurangi timbulan sampah yang Dari uraian di atas maka perlu dikaji potensi yang
ada. Apalagi di lingkungan saat ini, ketika dapat dimanfaatkan khususnya untuk sampah organik
pertumbuhan penduduk tumbuh pesat dan konsumsi yang dihasilkan oleh kegiatan industri tahu,
masyarakat tinggi. Pengelolaan sampah paling baik peternakan, rumah potong hewan (RPH) dan kegiatan
dilakukan melalui partisipasi masyarakat dan pasar sampah organik di kecamatan Krian.
dukungan pemerintah dalam membeli sarana dan Pemerintahan Sidoarjo. Oleh karena itu, perlu adanya
prasarana (Sabir 2010). kerangka untuk peningkatan rumah potong hewan
Pembuangan limbah yang tepat dilakukan rata- halal dan rencana implementasi yang dapat diterapkan
rata di kota-kota besar. Hal ini terutama berbanding pada rumah potong hewan yang ada berdasarkan
terbalik dengan kondisi yang berlaku di wilayah kapasitas dan kapasitas berdasarkan volume produksi.
Kabupaten yang sebagian besar wilayahnya masih Kerangka kerja ini seharusnya menjadi pedoman bagi
pedesaan. Pengelolaan sampah di permukiman penerapan HRP yang modern dan halal, baik dari segi
pedesaan terutama didasarkan pada model individu. pengelolaan maupun penerapan teknologi di
Pengelolaan sampah dilakukan secara pribadi dengan Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.
cara dibakar, dikubur dan/atau diendapkan di aliran
sungai atau sungai. Dalam penelitian ini, studi kasus 2. METODE PENELITIAN
dilakukan di lingkungan Krian di Kabupaten Sidorjo. Metode penelitian yang dipilih adalah kualitatif,
Secara geografis Kabupaten Sidorjo merupakan pengumpulan data melalui penelitian lapangan,
salah satu kabupaten di Jawa Timur dengan jumlah observasi, wawancara dan dokumentasi
penduduk 2.053.467 jiwa dan luas wilayah 714.243 narasumber/informan responden dan studi pustaka
km2 dengan kepadatan 3.218,6 jiwa/km2 yang terbagi sesuai dengan fenomena penelitian. Data yang
dalam 18 kelurahan dan terdiri dari 353 diperoleh dievaluasi menggunakan metode analisis
kelurahan/desa. Kecamatan Krion didominasi oleh deskriptif. Data untuk penelitian ini berupa kumpulan
pemukiman pedesaan. Jenis tanaman ini kata atau frase yang diperoleh dari wawancara atau
menghasilkan banyak jenis limbah organik dari desk research untuk sampai pada kesimpulan kualitatif
sebagian besar kegiatan pertanian dan peternakan. dari penelitian ini. Sumber data dalam penelitian ini
Kabupaten Sidorjo merupakan sumber ternak adalah sumber data primer, yaitu hasil wawancara
sapi di Indonesia. Ada empat RPH di Kabupaten dengan sumber terkait. Sumber data sekunder adalah
Sidorjo, yang menyembelih sekitar 160 ekor sapi per literatur atau buku-buku yang sejalan dengan
hari, semuanya di bawah naungan Dinas Peternakan pembahasan penelitian ini, khususnya yang berkaitan
Sidorjo. Daging yang dikirim oleh rumah potong

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(03), 2022, 3102
dengan pembahasan ekonomi hijau dan pengelolaan Temuan lapangan di RPH Krian memberikan
sampah. gambaran tentang pengelolaan RPH negara dan proses
Sebagai bagian dari studi lapangan ini, penulis aplikasi yang dikelola oleh UPTD setempat dan
melakukan studi di RPH Krian di Kabupaten Sidoarjo BUMD setempat. Hasil kunjungan ini menunjukkan
dan melihat perkembangan versus implementasi masih banyak aspek yang belum memenuhi standar
modernisasi rumah potong hewan halal, yang atau norma penyembelihan halal modern. Tantangan
kemudian akan fokus pada manajemen dan distribusi ke depan adalah meningkatkan kapasitas RPH untuk
sampah untuk menciptakan ekonomi hijau di memenuhi perannya yang penting dalam produksi
kabupaten. produk daging ASUH di bawah manajemen modern
(Tantri, Setyawati, dan Khotimah 2013).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil studi lapangan menunjukkan beberapa
3.1. Hasil penelitian permasalahan teknis yang terjadi di RPH, seperti
Berdasarkan hasil wawancara lapangan, kurangnya pemeriksaan pre dan post mortem terhadap
dikembangkan gambaran umum proses komersial sapi potong. Hal ini menunjukkan bahwa tindak lanjut
pemotongan hewan dan penyediaan daging untuk dari Dinas Pertanian Kabupaten Ciadorjo masih
ruminansia besar di RPH Krion. Sumber ternak yang kurang. Kasus tersebut sejalan dengan perda provinsi
digunakan untuk penyembelihan dapat berasal dari yang tidak mengizinkan pemindahan agen pelayanan
peternakan swasta atau pakan asing. Ternak lokal ke RPH Krian setelah pengambilalihan PERUMDA,
yang dimiliki oleh petani kecil sangat bervariasi sehingga semua tenaga pelayanan yang secara teknis
(negara, umur, hasil, spesies) dan tidak konsisten. bekerja dan bertanggung jawab atas RPH diangkat
Sebagian besar ternak yang dipelihara di peternakan kembali di tempat kerja. Kabupaten Sidorjo juga
tersedia untuk dijual selama festival Kurban, karena memiliki Rumah Potong Hewan (TPH) yang
harga jualnya lebih kompetitif daripada rumah jagal beroperasi bersama dengan RPH Tunas, TPH dan
konvensional untuk pasokan daging harian. subdivisi TPH yang jauh secara geografis. Namun
Sapi-sapi di peternakan yang biasa digunakan karena kekurangan dan kendala pemeriksaan sesuai
untuk memenuhi kebutuhan daging sehari-hari adalah pedoman yang dikeluarkan Kementerian Pertanian,
sapi produktif dan sapi afkir. Ternak baik dijual di TPH tersebut saat ini tidak beroperasi dan akan
pasar ternak atau dibeli dari orang dalam sebelum menjadi rumah potong hewan babi.
memasuki peternakan. Sistem ini sangat buruk bagi Sekitar 100 sapi disembelih setiap hari di rumah
peternak karena harga sapi ditentukan oleh tengkulak. jagal di Curion County. Pengukuran RPH timbulan
Namun seperti halnya di Jawa Timur, masih terdapat sampah ini mengukur dua komposisi sampah:
sapi dari peternakan rakyat yang memenuhi kebutuhan kandungan rumen sapi dan kandungan darah sapi. Saat
daging sehari-hari, salah satunya di Krian, Kabupaten mengukur kepadatan rumen pada sapi, isi rumen sapi
Sidorjo. dimasukkan ke dalam kantong yang disediakan dan
Saat ini, banyak rumah potong hewan beroperasi ditimbang. Rata-rata total produksi rumen per ekor per
dengan berbagai cara, dari menyembelih sapi hingga hari adalah 3.539,98 kg/hari. Dari data di atas, rata-
melepaskan bangkai dari tanah, menghasilkan produk rata volume/berat darah per ekor adalah 6.553 kg dan
sampingan yang tidak sehat dan menular. Tradisi rata-rata densitas darah per ekor adalah 1.494.355
genosida yang kuat telah ada selama ratusan tahun kg/m³. Ingat bahwa volume darah yang diamati per
dan, sejujurnya, tidak mudah diubah dalam jangka sapi lebih rendah daripada tinjauan literatur dan
pendek. Di RPH Krian, Kabupaten Siadoarjo, Anda penelitian sebelumnya dan antara 15 dan 20 kg per
bisa menggunakan contoh untuk menggambarkan sapi. Karena banyaknya darah sapi yang tercecer di
kebiasaan yang sulit diubah. RPH tidak digunakan di lantai saat pengambilan, maka nilai rata-rata whole
gedung yang indah dengan semua perlengkapan dan bovine blood yang dihasilkan oleh Kryon RPH per
peralatan fungsional. Tukang daging masih hari adalah 754,65 kg. Pengelolaan limbah RPH RPH
menggunakan tanah sebagai tempat yang nyaman Klian masih berlangsung dan sedang disesuaikan, oleh
untuk menyembunyikan. Gambaran ini menunjukkan karena itu produksi produk yang bernilai ekonomis
bahwa teknologi saja tidak cukup untuk mengubah untuk dijual perlu disetujui untuk mewujudkan
pembelajaran tradisional menjadi pembelajaran provinsi Sidrjo berbasis ekonomi hijau. Berbagai
modern (Barokah 2010).

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(03), 2022, 3103
pemangku kepentingan yang terlibat dalam mencapai proses penyembelihan ruminansia halal menurut SNI
tujuan ini penting. 99003:2018 terkait penyembelihan ruminansia halal.
Salah satu masalah terbesar yang terjadi di HRP
3.2. Pembahasan
Kryon adalah inefisiensi sistem manajemen karena
Menteri yang bertanggung jawab di bidang
budaya kerja atau mentalitas para pelaku komersial
pertanian bertanggung jawab untuk mengelola rumah
(tukang jagal) di HRP yang buruk.
potong hewan halal. 413 Tahun 1992 tentang
Berdasarkan hasil pantauan kondisi RPH RPH
Penyembelihan Hewan Untuk Disembelih Dan
Krion tersebut di atas, saat ini banyak RPH yang sudah
Penanganan Daging Serta Pemeliharaannya,
memiliki fasilitas dan SDM yang memadai, namun
Keputusan Kepala BPJPH n. 57 Tahun 2021 tentang
beroperasi tanpa budaya kerja yang baik, seperti: B.
Standar Sistem Jaminan Produk Halal, Standar Sistem
Ketidakdisiplinan. Kejam dan tidak jujur, perilaku ini
Jaminan Halal 23103 RPH dan SNI 99003: 2018
pada akhirnya akan menghentikan rumah jagal untuk
tentang Penyembelihan Halal Hewan Ternak
memproduksi daging yang tidak berbudaya (Desa et
Ruminansia Terkait Sistem Jaminan Halal. Codex
al. n.d.).
Alimentarius Commission (CAC 2004)
Perubahan budaya kerja RPH yang belum terdata
mendefinisikan rumah potong hewan yang baik
harus segera dimulai. Perubahan perilaku tukang jagal
sebagai semua praktik di rumah pemotongan hewan
harus dimulai dari komunitas pekebun mapan yang
yang berhubungan dengan kondisi dan tindakan yang
menjalankan usaha bersama secara profesional.
diperlukan untuk memastikan keamanan dan
Komunitas lulusan SPR yang tergabung dalam
kesesuaian makanan pada semua tahap rantai
SASPRI (Solidaritas Alumni SPR Indonesia) adalah
makanan. Penerapan standar tersebut harus dilakukan
komunitas yang dapat Anda percaya untuk menjadi
untuk menjamin kehalalan proses produksi daging
agen perubahan di industri pemotongan hewan.
oleh RPH. Selain itu, sistem jaminan halal juga harus
Komunitas petani SASPRI (pemasok ternak) bekerja
diterapkan, karena hal ini dipersyaratkan dalam
sama dengan komunitas jagal (pemasok daging).
permohonan sertifikasi halal bagi rumah potong
Kedua komunitas ini harus saling bergantung secara
hewan (J. I. Lingkungan, Sriasih, dan Kisworo 2017).
profesional sebagai gantinya. Semuanya dilakukan
Sistem pemantauan harus dimulai dengan
secara transparan dan tunai dan dengan transportasi.
pengumpulan ternak. Mengetahui keadaan kesehatan
Tidak ada hutang atau keterlambatan pembayaran.
ternak, tergantung pada jenis pakan dan perlakuan
Praktek ini telah ada sejak masa lalu dan sebagian
yang dilakukan selama penanganan, memudahkan
besar petani berada pada posisi yang kurang
proses identifikasi. Ketertelusuran proses
menguntungkan (Sari, Wijaya, dan Wachid 2012).
pertumbuhan diperlukan untuk menentukan pakan
RPH harus memiliki rumah potong hewan halal
yang diberikan kepada ternak. Meski proses
yang kompeten tidak hanya dalam kaitannya dengan
budidayanya tidak memerlukan sertifikasi Halal,
hukum Islam tetapi juga dalam aspek teknis kesehatan
namun pakan yang diberikan harus bebas dari babi dan
masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan agar
kotoran (Antasari et al. 2019).
dapat memenuhi semua persyaratan terkait
Ini sangat berguna ketika pabrikan ingin
pemotongan dengan baik. Selain itu, pengelola RPH
mengekspor ke UEA. Sejumlah pemeriksaan pre dan
harus memiliki pengawas halal yang bertanggung
post mortem serta prosedur penyembelihan
jawab untuk memastikan seluruh proses yang
merupakan bagian dari fungsi Veterinary Health
dilakukan di RPH sesuai dengan standar Sistem
Surveillance di RFH, sehingga keberadaan dokter
Jaminan Produk Halal.
hewan atau paramedis dan kari master menjadi
Saat ini, prosedur teknis penyembelihan hewan,
penting. Selain itu, penjaga halal dan pengawas halal
terutama di RPH dan TPH BUMN, masih sangat
merupakan bagian penting dari rumah jagal halal. Alur
berbeda. SOP ada namun tidak secara khusus
proses pada gambar ditujukan untuk rumah potong
diterapkan di RPH dan TPH dan kegiatannya
hewan yang menghasilkan karkas panas. Untuk RPH
dilakukan oleh masing-masing tim jagal. Setiap
yang memproduksi daging olahan atau beku,
Kelompok Tim Taktis memiliki prosedurnya sendiri,
diperlukan tambahan sumber daya manusia (spesialis
yang mungkin tidak sesuai dengan SOP yang ada. Saat
pemotongan daging topografi karkas) dengan
ini, hanya beberapa RPH umum, seperti RPH
pengalaman di jagal. Gambar 7 menunjukkan alur
Cibinong, yang menggunakan sistem koperasi. Dalam

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(03), 2022, 3104
sistem ini, tidak ada tim jagal yang bekerja sesuai Hirarki kriteria Strategi Modernisasi Rumah
prosedurnya masing-masing, melainkan tim rekanan Potong Hewan Halal dibagi menjadi empat tingkatan,
yang bekerja sesuai SOP RPH. seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10. Hirarki
Pemisahan area kotor dan bersih merupakan disusun dari atas ke bawah. Level tertinggi adalah
salah satu aspek terpenting dalam mendukung pendekatan (level 4), diikuti oleh alternatif, aktor dan
produksi produk daging yang higienis. Namun tidak strategi (level 1). Nilai yang diberikan sesuai dengan
jarang bangunan RPH/TPH eksisting kekurangan area skala penilaian Saaty (1993). Sarana geometris nilai
bersih dan kotor. Biasanya bangunan RPH/TPH hanya komparatif untuk setiap responden diproses di Excel.
berupa pelataran, dengan lantai beton terbuka, Analisis ini memungkinkan untuk
penerangan yang cukup dan air mancur yang menginterpretasikan faktor dan prioritas pemangku
berkualitas rendah. Tanpa pengelolaan sampah, jalan kepentingan yang mempengaruhi strategi prioritas
kita masih panjang dalam hal kebersihan. Karena modernisasi RPH Halal (Level 4) (Rasminati dan
pengulitan dan pemisahan daging dari karkas Riyadi 2009). Usulan strategi alternatif, aktor dan
dilakukan di atas tanah (tidak tersuspensi), ada risiko faktor yang termasuk dalam analisis AHP berasal dari
kontaminasi yang tinggi. Sedikit RPH/TPH yang hasil diskusi kelompok terfokus dan tinjauan pustaka.
memahami konsep kamar bersih dan kotor. Kondisi Literatur referensi meliputi penelitian tentang strategi
ini sangat memprihatinkan karena produk daging yang untuk mempromosikan sertifikasi serta penelitian
dihasilkan rentan terhadap kontaminasi dan dapat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sertifikasi.
menimbulkan gangguan kesehatan manusia. Dari hasil penelitian dan literatur FGD, terlihat bahwa
Selain itu, fasilitas produksi lemari es ada 5 alternatif strategi, aktor atau faktor: Pada Tier 1,
menghasilkan limbah cair dan padat di semua tahap strategi alternatifnya adalah: Sertifikasi halal untuk
proses yang memerlukan pembangunan fasilitas pengepakan daging dan pengecer; Revitalisasi RFH
pengolahan limbah. Jeroan rumah potong hewan melalui pendanaan Syariah; Pelatihan Juleh (Halal
biasanya mengandung larutan darah, protein, lemak Metzger) dan SDM (Sumber Daya Manusia) untuk
dan padatan tersuspensi sehingga menyebabkan RPH; pendampingan dan pelatihan; dan pendidikan
tingginya tingkat pencemaran bahan organik yang konsumen. Level 2 adalah penanggung jawab DKPP
dapat mencemari sungai dan badan air (T. Lingkungan (dinas perlindungan hewan dan pangan)/departemen;
2006). MUI (Majelis Ulama Indonesia); asuransi bank;
Untuk mengimplementasikan RPH (rumah lembaga pelatihan; dan RPH/Stowarzyscene. Tahap 3
potong hewan) saat ini menuju RPH halal modern, merupakan faktor yang diperhitungkan dalam
maka perlu mengkaji seluruh infrastruktur yang pelaksanaan modernisasi RPH halal, yaitu: kualitas
mendukung infrastruktur fisik infrastruktur sumber daya manusia di fasilitas RPH, pengurangan,
organisasi. pemantauan dan evaluasi staf RPH halal; Dan harga
Banyak pemangku kepentingan yang terlibat RPH halal yang kompetitif. Level 4 adalah Focus
dalam perbaikan ini, termasuk pemerintah, pelaku (goal/task), yaitu strategi yang lebih disukai
ekonomi, dan komunitas penyembelihan halal. berdasarkan nilai bobot yang diberikan oleh
Strategi modernisasi RPH halal yang efektif responden (Budiansyah et al. 2010).
membutuhkan infrastruktur manajemen yang banyak Di tingkat rumah potong hewan, tidak hanya
dan jumlah aktor (pelaku) yang banyak dengan daftar untuk penanganan hewan dari pemotongan hingga
prioritas. pengiriman ke pengecer, tetapi juga untuk
Karya ini menggunakan metode Analytical ketertelusuran hewan hidup. Daging yang diperoleh
Hierarchy Process (AHP) dengan mengutamakan dengan cara ini bisa dijamin kehalalannya. Faktor
strategi modernisasi rumah potong hewan halal. penentu kehalalan adalah faktor transportasi daging
Analisis AHP didasarkan pada penilaian pemangku dari RPH ke pengecer/pasar. Sampai saat ini, sangat
kepentingan. AHP memiliki 15 responden, termasuk sedikit rumah jagal atau perusahaan dagang yang
perwakilan dari Departemen Pelayanan Kehidupan, memiliki kendaraan khusus yang dirancang dan
pemilik RPH, YLKI (Yayasan Konsumen Indonesia), ditujukan khusus untuk pengangkutan daging.
ilmuwan, ilmuwan. Responden diidentifikasi Demikian juga di ritel, jaminan halal dapat diberikan
berdasarkan pemahaman mereka tentang kriteria dengan menunjukkan sertifikat atau bukti asal daging.
peningkatan kualitas rumah potong hewan halal. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Kota

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(03), 2022, 3105
Malang, RPH akan memasang stiker di toko/kios dalam sumber daya alam. 3) Pelaksanaan program
penjual daging yang menginformasikan kepada perlindungan lingkungan secara berkesinambungan.
konsumen bahwa daging yang dijual berasal dari RPH 4) Pembangunan infrastruktur dengan penekanan pada
yang halal. penangkapan air. 5) Penggunaan udara segar 6)
Ekonomi hijau memutuskan hubungan antara Pembuangan limbah yang tepat dan benar.
pertumbuhan ekonomi dan eksploitasi berlebihan
sumber daya alam dan degradasi lingkungan dengan 4. KESIMPULAN
mengembangkan produk baru, proses produksi, jasa Transisi dari RPH konvensional tradisional ke
dan gaya hidup. Singkatnya, ekonomi hijau RPH Halal profesional modern merupakan keharusan
mempromosikan produksi produk rendah karbon, bagi masyarakat Indonesia sebagai negara dengan
termasuk pemrosesan dan distribusi, sekarang penduduk muslim terbesar di Indonesia. Perilaku
ekonomi hijau mencakup perubahan penggunaan air, masyarakat jagal yang melakukan serangkaian proses
keanekaragaman hayati, hutan, gaya hidup, pertanian, penyembelihan sapi untuk menghasilkan karkas di
dan strategi untuk mengurangi emisi, termasuk tanah, seharusnya tidak lagi diperbolehkan di
strategi untuk memitigasi dan beradaptasi dengan Indonesia, bahkan oleh tradisi agama. Ini jauh dari
perubahan iklim. Dalam konteks konsep ekonomi praktik perilaku murni yang diajarkan dalam Islam.
hijau, terdapat penerapan yang efektif dari unsur- Slogan bersih adalah bagian dari keyakinan yang
unsur dalam berbagai kebijakan, program atau belum mengakar di masyarakat kita yang mayoritas
kegiatan yang mengarah pada peningkatan atau Muslim. Kuatnya tradisi penyembelihan di lapangan
pembangunan ekonomi, termasuk pertimbangan yang sudah berlangsung ratusan tahun, tidak mudah
aspek penciptaan lapangan kerja yang baik dan diubah dalam waktu singkat. Sebuah contoh dapat
pengurangan kemiskinan memicu ke lingkungan. diberikan di RPH Kabupaten Kediri untuk
Namun demikian, program dan langkah atau strategi menggambarkan sebuah kebiasaan yang sulit diubah.
yang diterapkan untuk mengakselerasi semangat RPH dengan semua fasilitas dan semua utilitas yang
ekonomi hijau selalu memiliki biaya dan manfaat berfungsi dengan baik di gedung yang indah belum
sebagai akibat dari langkah-langkah tersebut. Oleh digunakan. Tukang daging masih menggunakan tanah
karena itu, suatu indikator yang merepresentasikan sebagai tempat yang nyaman untuk membuat bangkai.
suatu nilai atau hubungan harus dapat menunjukkan RPH senilai miliaran rupiah hanyalah sebuah
apakah suatu kebijakan atau tindakan layak di masa bangunan yang luar biasa indah dan besinya berkarat.
depan. Gambar ini menunjukkan bahwa teknologi tidak dapat
Ekonomi hijau dibangun di atas tiga pilar. digunakan untuk mengubah praktik tradisional
Pertama, dalam teori ekonomi hijau, pilar ekonomi menjadi profesional. Untuk mencapai ekonomi hijau,
merupakan ukuran penting yang mencerminkan harus ada fasilitas atau sumber daya manusia yang
keberlanjutan pengelolaan. Langkah ini dapat berupa memadai yang dapat mengambil alih pengelolaan
nilai tambah dan manfaat ekonomi lainnya yang dapat limbah RPH Krian di semua wilayah yang dapat
menjadi pendorong keberlangsungan kegiatan mitra memiliki nilai ekonomi, sosial dan lingkungan untuk
dalam setiap interaksinya. Penyaluran bantuan tidak lingkungan yang hijau.
hanya menyangkut pemerintah, swasta dan
pendukungnya, pengunjung, tetapi juga 5. UCAPAN TERIMA KASIH
pemberdayaan sosial dan ekonomi masyarakat Penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik
setempat dan perlindungan lingkungan. Kedua, berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti
landasan sosial teori ekonomi hijau dalam konteks ini mengucapkan terima kasih kepada Dosen
bukan hanya untuk mengidentifikasi aktor tetapi Pembimbing, Kepala Program Studi, Pihak Kopontren
mengorganisasikannya untuk memaksimalkan yang telah memberikan Kerjasama yang baik dalam
manfaat bagi setiap aktor di RPH Krion Kabupaten penelitian ini.
Sidorjo. Ketiga, kolom ekologi (Environment), pilar
6. REFERENSI
fundamental ekologi, mengeksplorasi bagaimana
Wungkus, A. (2019). Implementasi Green Economy
perilaku manusia berhubungan dengan pengaruh
Terhadap Pembangunan Berkelanjutan Di Kota
lingkungan: 1) konservasi keanekaragaman hayati dan Kediri. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 5 (2): 80–
ekosistem kehidupan. 2) Investasi jangka panjang 88.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(03), 2022, 3106
Budiansyah, A et al. (2010). Isolasi dan Karakterisasi Sari, A M. Andy F W. dan Abdul W. (2012).
Enzim Karbohidrase Cairan Rumen Sapi Asal Mewujudkan Pembangunan Berwaawasan
Rumah Potong Hewan. Jurnal Media Lingkungan (Studi pada Dusun Kungkuk, Desa
Perternakan, 33(1): 36-43. Puten Kota Batu). Jurnal Administrasi Publik
Sriasih, M. dan Kisworo, D. (2017). Studi (JAP), Vol. 2, No.4, Hal. 765-770
Pendahuluan Cemaran Air Limbah Rumah Subadyo, A Tutut. (2017). Pengelolaan Dampak
Potong Hewan di Kota Mataram. Jurnal Ilmu, Pembangunan Rumah Potong Hewan
15(1): 42–48. Ruminansia Di Kota Batu. Jurnal ABDIMAS
Idaman, N. Yudo, S. (2006). Rancang Bangun Unmer Malang, Vol. 2, Nomor 2: 15-20.
Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Potong Khasrad. Hellyward, J. Yuni, A D. (2012). Kondisi
Hewan (RPH) Ayam Dengan Proses Biofilter. Tempat Pemotongan Hewan Bandar Buat
Jurnal JIA, 2 (1): 83-91. Sebagai Penyangga Rumah Pemotongan Hewan
Padmono, Djoko. (2005). Alternatif Pengolahan (Rph) Kota Padang. Jurnal Perternakan
Limbah Rumah Potong Hewan-Cakung. J. Tek. Indonesia, 14 (2): 373–78.
Ling. P3TL .-BPPT. 6. (1): 303-310. Tantri, N. Setyawati, T R, dan Khotimah, S. (2013).
Rasminati, N, dan S Utomo D A Riyadi. (2009). Prevalensi dan Intensitas Telur Cacing Parasit
Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah pada Feses Sapi ( Bos Sp . ) Rumah Potong
Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hewan ( RPH ) Kota Pontianak Kalimantan
Jurnal Sains Peternakan Vol. 7 (1), Maret Barat. Jurnal Protobiont, Vol 2 (2): 102 - 106.
2009:(1): 20–24.
Sabir, Salsa. (2015). Gambaran Rumah Potong Hewan
/ Tempat Pemotongan Hewan di Kabupaten Sigi
, Sulawesi Tengah Discription of Slaughterh.
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 9 No. 2, : 45–52.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534

You might also like