Professional Documents
Culture Documents
Theguh Saumantri
IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Email: saumantri.theguh@syekhnurjati.ac.id
Abstract
Al-Qur'an as a guide for man has a function for all human beings,
both in human relationship with God, man with man and man with
nature. Al-Qur'an describes the life of society, which in social life
must have complex problems. Therefore, Al-Qur'an always
requires humans to think about finding solutions to all problems
including problems related to social relations. One of the
discussions about social relations in society is moderation. Tafsir
Al-Muni>r has an interpretation that has a fiqh pattern, but besides
that, this interpretation is also classified as an interpretation with
a literary and culture community (al-adazb al-ijtima’i), a pattern
that discusses the polemics of social life where the answers and
solutions are contained in the verses of Al-Qur’an.This study used
two methods. In terms of literature studies, research uses literature
research methods (library research). Meanwhile, in terms of
interpretation, this study uses thematic interpretation method.
The results of the study obtained from this study explain that
Wahbah al-Zuhayli> one of the great scholars in the field of tafsir
gave his view that moderation is a belief, attitude, behavior of
order, muamalah and balanced morality. Islam is a moderate
religion, not excessive in everything, not excessive in terms of
religion, not extreme beliefs and not extreme behavior, not
arrogant and always meek to others.
Keywords: Tafsir Al-Muni>r, Religious Moderation, Wahbah al-Zuhayli>.
Abstrak
Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia memiliki fungsi bagi
seluruh manusia, baik dalam hubungan manusia dengan tuhan,
manusia dengan manusia dan manusia dengan alam raya. Al-
Qur’an juga menjelaskan tentang kehidupan bermasyarakat, yang
mana dalam kehidupan sosial pastilah mempunyai problem yang
Theguh Saumantri
PENDAHULUAN
Al-Qur’an menjelaskan tentang kehidupan bermasyarakat, yang mana
dalam kehidupan sosial itu pastilah mempunyai problem yang kompleks. Oleh
karena itu al-Qur’an selalu menuntut manusia untuk afala> ta’lamu>n,afala
ta'qilu>n, afala> tatafakkaru>n, afala> yatadabbaru>n. Ini menunjukkan
bahwasannya manusia haruslah mencari solusi dari segala masalah (termasuk
masalah yang menyangkut hubungan bersosial) di dalam al-Qur’an.1 Salah
satu pembahasan tentang hubungan sosial dalam bermasyarakat yaitu
moderasi.
Tafsir Al-Muni>r merupakan salah satu karya fenomenal Wahbah Al-
Zuhayli>, dalam menyusunnya, beliau menggunakan keilmuannya, yaitu
hukum Islam dan filsafat hukum. Jadi bisa disimpulkan secara umum tafsir ini
bercorak fiqih, tapi selain itu tafsir ini juga tergolong tafsir yang bercorak
sastra dan budaya kemasyarakatan (al-adab al-ijtima>’i>), corak yang
membahas tentang polemik-polemik kehidupan bersosial yang mana jawaban
dan solusinya terdapat dalam ayat Al-Qur’an.
1
Komarudin Hidayat, Psikologi Beragama Menjadikan Hidup Lebih Nyaman Dan
Santun (Jakarta: Mizan Publika, 2006).
2
Abd al-Rahman ’Umayrah, Tokoh-Tokoh Yang Diabadikan Al-Quran (Depok:
Gema Insani, 2000).
3
Zaiyad Zubaidi and Muhammad Yanis, “Implementasi Wasiat Berupa
‘Honorarium’ Menurut Pandangan Wahbah Zuhaili,” Media Syari’ah 20, no. 2 (2020): 182,
https://doi.org/10.22373/jms.v20i2.6514.
4
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer
(Jakarta: Modern English, 1991).
5
Nasaruddin Umar, Islam Nusantara: Jalan Panjang Moderasi Beragama Di
Indonesia (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2021).
6
Abd Kadir Massoweang, “Merajut Moderasi Beragama Dari Tradisi Pesantren,”
Pusaka 8, no. 2 (2020): 211–26, https://doi.org/10.31969/pusaka.v8i2.421.
7
Nurcholish Majid, Islam, Kemodernan, Dan Keindonesiaan, Cet. 1 (Ujungberung,
Bandung: Mizan : Didistribusikan oleh Mizan Media Utama, 2008).
8
Agus Akhmadi, “Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia Religious
Moderation in Indonesia’S Diversity,” Jurnal Diklat Keagamaan 13, no. 2 (2019): 45–55.
9
Tsabit Latif Ali Muhtarom, Sahlul Fuad, Moderasi Beragama Konsep, Nilai, Dan
Strategi Pengembangannya Di Pesantren (Jakarta: Gramedia, n.d.).
10
Mustaqim Hasan, “Prinsip Moderasi Beragama Dalam Kehidupan Berbangsa,”
Jurnal Mubtadiin 7, no. 2 (2021): 111–23, https://journal.an-nur.ac.id/index.php/mubtadii.
11
Umar, Islam Nusantara: Jalan Panjang Moderasi Beragama Di Indonesia .
12
Theguh Saumantri, “The Dialectic of Islam Nusantara and Its Contribution To
The Development of Religious Moderation In Indonesia,” FOKUS Jurnal Kajian Keislaman
Dan Kemasyarakatan 7, no. 1 (2022): 57–67,
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.29240/jf.v7i1.4295.
13
Kurdi, Hermeneutika Al-Quran Dan Hadis (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2010).
14
Ngainun Naim, “Kebangkitan Spiritualitas Masyarakat Modern,” Kalam: Jurnal
Studi Agama Dan Pemikiran Islam 7, no. 2 (2013).
PEMBAHASAN
Biografi Singkat Wahbah Al-Zuhayli> Dan Tafsir Al-Muni>r
Wahbah al-Zuhayli> mempunyai nama lengkap Wahbah bin Syeikh
Must}afa> al-Zuhayli> Abu> Uba>dah, yang lahir pada tanggal 6 Maret 1932
Masehi atau bertepatan pada tahun 1353 Hijriyah. Ia lahir di Di>r ‘At}iyyah
yang terletak di kawasan al-Qalmu>n yang merupakan provinsi dari al-Nabak
di Damaskus.15
Sejak kecil, Wahbah Al-Zuhayli> sudah memiliki karakter kuat untuk
menjadi ulama besar. Sejak kecil pula kecerdasannya di atas rata- rata.
Kepribadian ini terbentuk memang dari faktor keluarga yang mendukung,
keluarga yang taat ibadah dan selalu menjalankan Sunnah ditambah dengan
motivasi sang ayah untuk menuntut ilmu setinggi- tingginya. Tak heran jika
Wahbah Al-Zuhayli> sekarang menjadi ulama besar yang karyanya sangat
berpengaruh dan bermanfaat untuk umat manusia di seluruh belahan dunia.16
Wahbah al-Zuhayli> merupakan ulama abad ke-20 yang terkenal dari
Syiria. Selain terkenal sebagai tokoh ulama’ fiqh, ia juga terkenal sebagai
mufassir. Saat kecil, beliau sekolah dasar (ibtida>‘iyah) di desanya pada tahun
1946. Kemudian ia melanjutkan ke tingkat menengah (thanawiyyah) di
jurusan Syariah (kulliyah shar’iyyah) di Damaskus selama 6 tahun (sampai
tahun 1952 M). Berkat kegigihan dan kecerdasaan yang ia miliki, ia mendapat
predikat cemerlang. Kemudian ia melanjutkan studinya ke Mesir. Ketika
kuliah di Kairo, ia mengambil dua fakultas dengan universitas yang berbeda
secara bersamaan, yaitu Fakultas Syari’ah, Bahasa Arab di Universitas Al-
Azhar dan Fakultas Syari’ah di Universitas ‘Ain Syam. Ia berhasil
mendapatkan predikat Magna Cum Laude di Universitas Al-Azhar tahun
1956. Ia juga mendapatkan ijazah takhas}s}us} di Fakultas Bahasa Arab di Al-
Azhar dan mendapatkan lisensi dari Universitas ‘Ain Syam di tahun 1957 M.
Kemudian meneruskan program magister di Jurusan Syariah Fakultas Hukum
Universitas Kairo pada tahun 1959. Dan tidak hanya sampai itu, ia
meneruskan pendidikannya hingga program doktoral dengan mengambil
Konsentrasi Hukum Islam (Syariah Islam) yang diselesaikannya pada tahun
15
Muhammad Hasdin Has, “Metodologi Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Zuhailiy,”
Al-Munzir 7, no. 2 (2014): 41–57, https://doi.org/https://dx.doi.org/10.31332/am.v7i2.278.
16
Sulfanwandi Sulfanwandi, “Pemikiran Tafsir Al-Munir Fi Al-Aqidah Wa Al-
Syari’Ah Al-Manhaj Karya Dr.Wahbah Al-Zuhayli,” Legitimasi: Jurnal Hukum Pidana Dan
Politik Hukum 10, no. 1 (2021): 65, https://doi.org/10.22373/legitimasi.v10i1.10518.
Vol. 10, No. 1, Juni 2022 139
Theguh Saumantri
17
FITRA RIZAL, “Wakaf Non Muslim Dan Wakaf Uang Menurut Pandangan
Wahbah Zuhaili,” Al-Intaj : Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah 5, no. 2 (2019): 176,
https://doi.org/10.29300/aij.v5i2.2059.
18
Studi Kitab and Tafsi R Al-muni R Karya, “Studi Kitab Tafsir Al-Munir Karya
Wahbah Al-Zuhaili Dan Contoh Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama,” Analisis:
Jurnal Studi Keislaman 16, no. 1 (2016): 125–52,
https://doi.org/https://doi.org/10.24042/ajsk.v16i1.740.
19
Endang Saeful Anwar, “Tela’ah Terhadap Kitab Tafsir Al-Munir,” Al-Fath 05, no.
01 (2011): 5–24.
20
Nova Sandy Prastyo, “Perbandingan Ijtihad Yusuf Al-Qardawi Dan Wahbah
Zuhaili Tentang Zakat Perusahaan” (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019).
24
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Jilid 2 Aqidah, Syariah, Manhaj (Juz 3-4 Al-
Baqarah - an-Nisaa’) (Depok: Gema Insani, 2021).
25
Az-Zuhaili.
26
Ummul Aiman, “Metode Penafsiran Wahbah Al-Zuhaylî: Kajian Al-Tafsîr Al-
Munîr,” MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 36, no. 1 (2016): 1–21,
https://doi.org/10.30821/miqot.v36i1.106.
27
Massoweang, “Merajut Moderasi Beragama Dari Tradisi Pesantren.”
28
Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Jilid 2 Aqidah, Syariah, Manhaj (Juz 3-4 Al-Baqarah
- an-Nisaa’).
29
Az-Zuhaili.
30
Akhmadi, “Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia Religious
Moderation in Indonesia’S Diversity.”
2. QS. al-Mai’dah: 77
ِ ٍ ِ ب ََّلَتَ ْغلُوا َِِف
ْ َدينِ ُك ْمَ َغْي َر ِ َََي َْهلَٱلْ ِكَٰت
َََضلوا َ َٱْلَ ِق ََوَّلَتَتَّبِعُٓواَأ َْه َوآءََقَ ْومَقَ ْد
َ َضلَواَمنَقَ ْب ُل ََوأ ٓ
َ ََٰ قُ ْل
َّ نَس َوآِء
َِ َِٱلسب
يل َ َع َ ضلوا َ اَو
َ َكثري
ِ
Katakanlah: "Hai ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan
(melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat
dulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah
menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan
yang lurus".
31
Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Jilid 2 Aqidah, Syariah, Manhaj (Juz 3-4 Al-Baqarah
- an-Nisaa’).
dan senantiasa keluar dari jalan yang lurus menuju jalan yang sesat.32
Fanatisme yang tersurat jelas dalam interpretasi di atas. Hal itu
menunjukkan adanya kecenderungan yang dapat merugikan seseorang dalam
segala aspek. Seperti pertikaian, permusuhan, rasisme, dan lain sebagainya.
Maka sebagai umat Muhammad tidak sepantasnya bersikap seperti apa yang
dilakukan kaum Yahudi dan Nasrani. Kita harus mampu bersikap adil dan
saling menghargai.33
32
Sulfanwandi, “Pemikiran Tafsir Al-Munir Fi Al-Aqidah Wa Al-Syari’Ah Al-
Manhaj Karya Dr.Wahbah Al-Zuhayli.”
33
Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer (Yogyakarta: LKiS, 2011).
34
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Jilid 8 Aqidah, Syariah, Manhaj (Juz 15-16
AI-Israa’ - Thaahaa) (Depok: Gema Insani, 2021).
35
Az-Zuhaili.
Badi’ al-Sayyid Al-Lahham, Wahbah Al-Zuhayli Al-‘Alim Al-Faqih Al-Mufassir
36
hidup. Hal itu merupakan bentuk keseimbangan atau posisi tengah antara
tugas manusia sebagai khali>fah fi al-‘ard dan hamba Allah yang harus
beribadah kepada-Nya.
2. QS. Al-Qalam: 28
َ الَأ َْو َسطُ ُه ْمَأَََّلَْأَقُ ْلَلَ ُك ْمَلَ ْوَّلَتُ َسبِ ُحو َن
َ َق
“Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka:
"Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu
bertasbih (kepada Tuhanmu).”
Penjelasan ayat ini bahwa orang yang paling ideal, paling berakal,
paling adil, dan yang paling bagus pendapat dan agamanya, tentu
mengatakan: “Mengapa kalian tidak bertasbih (mensucikan) Allah,
mengingat-Nya, mensyukuri-Nya, atas karunia yang telah Allah berikan dan
anugerahkan pada kalian, memohon ampunan kepada Allah dari perbuatan
kalian, bertobat kepadaNya dari niat yang telah kalian bulatkan.”
Selanjutnya moderat dalam bertingkah laku, yang terdapat dalam surat
al-Qalam ayat 28. Umat Islam dituntut untuk menjadi umat yang bijak,
sehingga tidak masuk ke lubang yang salah. Dan dengan kebijaksanaan
tersebut umat Islam tidak mudah menghakimi kesalahan orang lain.
Dari penjelasan-penjelasan tersebut, bahwa Islam adalah agama yang
moderat, yang menyeimbangkan aspek akidah, syariah dan perilaku dalam
bermasyarakat. Tidaklah benar jika Islam hanya berfokus terhadap
kepercayaan dan ritual ibadah individual. Dan tidak benar pula dalam
beragama Islam itu sulit, banyak nas Al-Qur’an yang menjelaskan kemudahan
dalam beragama (Al-Baqarah ayat 185). Moderat dalam akidah, syariah, dan
perilaku haruslah dimiliki oleh setiap individu muslim. Terutama para kyai,
ustadz dan da’i, yang menyebarkan nilai ajaran Islam ke masyarakat. Allah
sudah memberikan berbagai metode dalam mendakwahkan ajaran-ajaran
Islam, dalam surat al-Nahl ayat 125. Berdakwah dengan mauidhoh hasanah,
berdakwah yang tidak kaku, sehingga mad’u> bisa menerima pesan-pesan yang
disampaikan Da’i.
Jika berdakwah dengan lembut, tapi tidak semua aspek ajaran Islam
itu lembut, sehingga terkesan meremehkan ajaran-ajaran Islam. Islam itu
agama yang lembut di luar dan tegas di dalam, artinya dalam mendakwahkan
Islam ke orang kafir dianjurkan untuk lembut dan apabila orang Islam
menjalankan agamanya maka harus tegas. Ini menunjukkan Islam itu moderat
yang menjaga keseimbangan, ada saatnya berperilaku lembut dan ada saatnya
berperilaku tegas.
Moderat dalam konteks akhlak (budi pekerti), ajaran Islam mengakui
dan memfasilitasi adanya unsur jasad dan ruh pada diri manusia. Dengan
Qawla layyina kata-kata yang lemah lembut, yang jauh dari sikap
keras dan kasar; seperti firman Allah Swt., “Adakah keinginanmu untuk
membersihkan diri (dan kesesatan), dan engkau akan pimpin ke jalan
Tuhanmu agar engkau takut kepada-Nya?" (al-Na>zi’a>t: 18-19).
Yatadhakkaru> yaitu merenung dan mengambil pelajaran lalu beriman.
Firman Allah Swt. la’allahu> yatadhakkaru>n terkait dengan kata idhhaba atau
qawla. Maksud dari lafaz itu yaitu melaksanakan perintah dengan penuh
harapan bahwa usahanya berhasil. Lalu hikmah dari pengutusan itu adalah
untuk menetapkan h}ujjah kepada Fir’aun dan tidak akan mencari alasan.
Meskipun sebenarnya Allah Swt. mengetahui bahwa Firaun tidak akan
beriman. Yakhsha yang berarti takut dari siksaan dan azab Allah. Dalam hal
ini harapan awal itu adalah cukuplah Fir’aun ingat, karena mengingat itu
sesuatu yang pasti terjadi. Selanjutnya jika dia tidak ingat, maka dia akan
takut. “Apabila dia tidak beriman kepada kalian dan tidak ingat, maka paling
tidak dia akan membayangkannya, lalu dia takut.”
Allah Swt. kemudian menjelaskan cara berdakwah, yaitu dalam
firman-Nya. Faqu>la lahu> qawla layyina> maka berbicaralah kepadanya dengan
lemah lembut dan tidak kasar sama sekali, sampaikanlah nilai ketauhidan
dengan kata-kata yang lembut. Karena hal itu lebih mudah diterima, jika
sudah diterima dia akan berpikir tentang apa yang kalian sampaikan dan
output-nya dia akan takut dengan hukuman Allah.37
Maksud dari pesan ini adalah hendaknya Nabi Mu>sa> As. dan Nabi
37
Sulfanwandi, “Pemikiran Tafsir Al-Munir Fi Al-Aqidah Wa Al-Syari’Ah Al-
Manhaj Karya Dr.Wahbah Al-Zuhayli.”
2. QS. Al-Furqa>n: 67
ِ ِ َّ
َ ينَإَِٰآَأَن ََر ُقواَ ََّلَْيُ ْس ِرفُوا ََوََّلَْيَ ْقتُ ُروا ََوَكا َنَبَ ْ َ َ ََٰٰل
َ كَقَ َوامَا َ َوٱلذ
38
Aiman, “Metode Penafsiran Wahbah Al-Zuhaylî: Kajian Al-Tafsîr Al-Munîr.”
39
Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Jilid 8 Aqidah, Syariah, Manhaj (Juz 15-16 AI-Israa’
- Thaahaa).
Vol. 10, No. 1, Juni 2022 149
Theguh Saumantri
40
Mokhamad Sukron, “Tafsir Wahbah Al-Z Uhaili Analisis Pendekatan,
Metodologi, Dan Corak Tafsir Al-Munir Terhadap Ayat Poligami,” TAJDID: Jurnal
Pemikiran Keislaman Dan Kemanusiaan 2, no. 1 (2018): 261–74,
https://doi.org/10.52266/tadjid.v2i1.100.
41
M. Nurdin Zuhdi, “Hermeneutika Al-Qur’an: Tipologi Tafsir Sebagai Solusi
Dalam Memecahkan Isu-Isu Budaya Lokal Keindonesiaan,” ESENSIA: Jurnal Ilmu-Ilmu
Ushuluddin 13, no. 2 (2012): 241, https://doi.org/10.14421/esensia.v13i2.740.
42
Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Jilid 8 Aqidah, Syariah, Manhaj (Juz 15-16 AI-Israa’ -
Thaahaa).
43
Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Jilid 8 Aqidah, Syariah, Manhaj (Juz 15-16 AI-Israa’
- Thaahaa).
Vol. 10, No. 1, Juni 2022 151
Theguh Saumantri
SIMPULAN
Wahbah al-Zuhayli> memberikan pandangannya bahwa moderasi
merupakan keyakinan, sikap, perilaku tatanan, mu’amalah serta moralitas
yang seimbang. Islam adalah agama yang moderat, tidak berlebihan dalam
segala hal, tidak berlebihan dalam hal agama, tidak ekstrem keyakinan dan
tidak ekstrem perilaku, tidak angkuh dan selalu lemah lembut kepada sesama.
Moderasi yang bisa disebut dengan wasat}iyah merupakan ajaran yang
terdapat dalam al-Qur’an. Berdasarkan sumber yang ditelaah, tentang
pemaparan ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung terma moderat berdasarkan
penafsiran Wahbah al-Zuhayli> menunjukkan bahwa moderasi Islam berlaku di
segala aspek, baik itu aspek akidah, aspek syariat, maupun aspek perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
’Umayrah, Abd al-Rahman. Tokoh-Tokoh Yang Diabadikan Al-Qur’an.
Depok: Gema Insani, 2000.
Aiman, Ummul. “Metode Penafsiran Wahbah Al-Zuhaylî: Kajian Al-Tafsîr
Al-Munîr.” MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 36, no. 1 (2016): 1–21.
https://doi.org/10.30821/miqot.v36i1.106.
Akbar, Faris Maulana. Tafsir Tematik-Sosial Studi Atas Ensiklopedi Al-
Qur’an Dan Paradigma Al-Qur’an. serang: Penerbit A-Empat, 2020.
Akhmadi, Agus. “Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia Religious
Moderation in Indonesia’S Diversity.” Jurnal Diklat Keagamaan 13, no.
2 (2019): 45–55.
Al-Lahham, Badi’ al-Sayyid. Wahbah Al-Zuhayli Al-‘Alim Al-Faqih Al-
Mufassir. Damaskus: Dar al-Qalam, 2001.
Ali Muhtarom, Sahlul Fuad, Tsabit Latif. Moderasi Beragama Konsep, Nilai,
Dan Strategi Pengembangannya Di Pesantren. Jakarta: Gramedia, n.d.
Anwar, Endang Saeful. “Tela’ah Terhadap Kitab Tafsir Al-Muni>r.” Al-Fath
05, no. 01 (2011): 5–24.
Al-Zuhayli>, Wahbah. Tafsir Al-Muni>r Jilid 2 Aqidah, Syariah, Manhaj (Juz 3-
44
Faris Maulana Akbar, Tafsir Tematik-Sosial Studi Atas Ensiklopedi Al-Qur’an
Dan Paradigma Al-Qur’an (serang: Penerbit A-Empat, 2020).
45
Muhammad Ali Rusdi Bedong, Mainstreaming Moderasi Beragama Dalam
Dinamika Kebangsaan (Pare-pare: IAIN Parepare Nusantara Press, 2020).