Professional Documents
Culture Documents
Cara mengutip:
Firdausyah, A G; Dewi, S P. 2021. Pengaruh Revitalisasi terhadap Pola Ruang Kota Lama Semarang. Jurnal Riptek.
Vol. 15 (1): 17-27.
ruang adalah bentuk hubungan antar berbagai aspek keberadaannya menjadi salah satu faktor penting
sumber daya, sosial, budaya, ekonomi, teknologi, dalam perkembangan perkotaan di Indonesia.
informasi, administrasi, pertahanan keamanan, fungsi Peninggalan atau aset bersejarah tersebut
lindung budidaya dan estetika lingkungan, dimensi merupakan kekayaan yang tidak ternilai dan
ruang dan waktu yang dalam kesatuan secara mampu memberikan citra terhadap kota (Roders,
utuh menyeluruh membentuk tata ruang. Menurut 2011). Meningkatnya eksistensi suatu kawasan
Yunus (2000) terdapat tujuh faktor utama yang bersejarah menjadi salah satu faktor pendorong
berpengaruh terhadap perubahan pemanfaatan dalam perkembangan suatu kawasan. Mulanya
ruang, yaitu pertumbuhan penduduk, kompetisi Kawasan Kota Lama Semarang ini dijadikan
dalam memperoleh lahan, hak kepemilikan tanah, sebagai pusat pemerintahan, perkantoran dan
perkembangan teknologi, lingkungan fisik, aktifitas perdagangan pada zaman kolonial. Saat ini Kawasan
pengembang, dan adanya kontrol terhadap Kota Lama Semarang bertransformasi menjadi salah
perencanaan yang telah dibuat. satu destinasi wisata sejarah dan budaya Kota
Semarang. Program revitalisasi menjadi salah satu
Perubahan fisik kawasan juga dapat dilihat dari upaya yang berhasil dalam pelestarian dan
transformasi karateristik bangunan khususnya pengembangan Kota Lama Semarang.
perubahan fungsi bangunan. Fungsi bangunan
dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu bangunan Revitalisasi Kota Lama Semarang dimulai pada tahun
komersil, non komersil, dan kombinasi keduanya 2017 dan masih berlangsung hingga saat ini.
(Yunus, 1999). Perubahan bentuk bangunan meliputi Program ini dijalankan oleh pemerintah sebagai
perubahan wujud (bentuk atap, dinding, lantai, bentuk upaya pelestarian kawasan bersejarah serta
bentuk pintu, jendela, dan struktur) dan warna meningkatkan potensi wisata Kota Semarang.
(Ching, 2000). Perubahan bentuk tidak dapat Revitalisasi yang dilakukan diindikasi mengakibatkan
dipisahkan dari pengaruh berkembangnya fungsi, adanya perubahan pola ruang yang meliputi
teknologi konstruksi, material serta keterkaitan pemanfaatan ruang, karakteristik bangunan,
dengan alam lingkungannya. Transfomasi aksesibilitas aksesibilitas, harga lahan, dan karakteristik
atau pola jaringan jalan turut berperan dalam permukiman. Saat ini Kota Lama Semakin menjadi
membentuk perubahan kawasan. Pemanfaatan ruang dan salah satu kawasan yang paling berkembang di Kota
perkembangan kawasan menjadi aspek utama yang Semarang. Jalur sirkulasi utama atau Jl. Letjen
mempengaruhi adanya perubahan aksesibilitas suatu Suprapto merupakan salah satu zona yang mengalami
kawasan. Pada akhirnya perubahan-perubahan yang terjadi perubahan sangat signifikan pasca revitalisasi Kota
menyebabkan adanya perubahan harga lahan atau harga Lama Semarang. Munculnya kawasan komersil, harga
sewa bangunan. Perubahan harga lahan menjadikan lahan yang kian meningkat, alih fungsi lahan, dan
peruntukan kawasan didominasi oleh aktivitas yang banyaknya kegiatan modern menjadi contoh dari
sifatnya produktif. Pada akhirnya hal ini perkembangan Kota Lama Semarang. Perbaikan
mempengaruhi keberadaan permukiman eksisting. kondisi bangunan juga dilakukan oleh beberapa
pemilik sehingga semakin mendukung pengembangan
Revitalisasi yang dilaksanakan di Kota Lama wisata sejarah di Kota Lama Semarang. Perbaikan
Semarang juga memberikan pengaruh yang signifikan infrastruktur jalan, pelebaran jalur pedestrian,
terhadap fisik kawasan. Kota Lama merupakan salah pengadaan street furniture merupakan beberapa hal
satu kawasan cagar budaya di Kota Semarang yang yang dilakukan dalam kegiatan revitalisasi.
yang terindikasi mengalami perubahan karakteristik
bangunan. Perubahan karakteristik bangunan yang Perubahan fisik kawasan, peningkatan harga lahan,
terjadi juga dikarenakan adanya perkembangan dan perubahan karakteristik bangunan di satu sisi
aktivitas komersial pada kawasan Kota Lama menunjukkan bahwa kawasan ini semakin
Semarang. Apabila perubahan karakteristik bangunan berkembang dan menjadi salah satu kawasan yang
ini tidak dikendalikan maka akan berimplikasi pada dituju para investor. Pertumbuhan ekonomi
hilangnya ciri khas bangunan pada kawasan Kota dikawasan Kota Lama juga berjalan dengan cepat.
Lama Semarang. Oleh karena itu diperlukan kajian Disisi lain, perubahan pola ruang yang terjadi dapat
mengenai pengaruh revitalisasi terhadap menghilangkan identitas kawasan khususnya pada
karakteristik bangunan. bangunan-bangunan kuno, tergusurnya masyarakat
asli dan digantikan oleh para pendatang, dan
Menurut RTRW Kota Semarang Tahun 2011–2031 permasalahan sosial ekonomi. Oleh karena itu perlu
menjelaskan bahwa Kota Lama Semarang termasuk dilakukan proses pengendalian terhadap kondisi pola
kedalam kawasan cagar budaya dimana ruang Kota Lama Semarang guna mewujudkan
kondisi kawasan yang baik serta dapat mengurangi Pengumpulan data sekunder adalah teknik atau cara
dampak negatif yang terjadi. Pengendalian memperoleh data secara tidak langsung. Pada
pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan dengan penelitian ini, pengumpulan data sekunder dilakukan
baik setelah mengetahui kondisi eksisting melalui telaah dokumen. Telaah dokumen
khususnya perubahan pola ruang yang terjadi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
sehingga arahan pengendalian yang nantinya bertujuan untuk mendapatkan informasi/ data dari
diberikan sesuai dengan kondisi yang ada. Tujuan dokumen terkait. Data sekunder mendukung
dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh penelitian mengenai analisis pengaruh revitalisasi
revitalisasi terhadap pola ruang Kota Lama terhadap perubahan pola ruang pada kawasan Kota
Semarang. Untuk mengetahui perubahan pola Lama Semarang untuk mengetahui kondisi lapangan
ruang maka perlu dilakukan identifikasi terhadap sebelum dilakukan survei primer. Pengumpulan data
revitalisasi yang dilakukan, menganalisis perubahan sekunder memiliki beberapa teknik pengumpulan
pola ruang sebelum dan sesudah revitalisasi data yaitu survei institusi dan studi kepustakaan dari
Kawasan Kota, dan bagaimana pengaruh revitalisasi BPS dan Dinas Penataan Ruang.
terhadap perubahan yang terjadi.
Metode analisis yang digunakan yaitu spasial temporal, Europeeshe Buurt“ di mana saat itu mayoritas
deskriptif, dan deskriptif komparatif. Hasil akhir masyarakatnya adalah Belanda (Murtomo, 2008).
dari analisis yaitu ploting zona perubahan pola ruang Kawasan Kota Lama memiliki bentuk tata kota dan
dengan mengaitkan antara proses revitalisasi dan arsitektur pemukiman yang dibangun mengikuti
variabel penelitian. Metode spasial melalui spasio lanskap arsitektur kota-kota di Eropa. Kota Lama
temporal guna melihat pola transformasi fisik wilayah Semarang atau “The Little Netherland” merupakan
yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Teknik kawasan heritage (bersejarah) yang memiliki
analisis yang digunakan adalah overlay peta khususnya keanekaragaman budaya berupa bangunan
terkait kondisi pola ruang pada Kawasan Kota Lama peninggalan zaman kolonial Belanda. Kota Lama
Semarang yang meliputi pemanfaatan ruang, Semarang memiliki beberapa bangunan masih bediri
aksesibilitas, harga lahan, karakteristik bangunan dan kokoh hingga saat ini seperti Gereja Blenduk,
karakteristik permukiman. Selain itu, metode Stasiun Tawang, Jembatan Berok, Gedung
deskriptif dan deskriptif komparatif juga dilakukan Marabunta, dan bangunan Pabrik Rokok “Praoe
pada penelitian ini untuk mendeskripsikan informasi Layar”.
terkait perubahan pola ruang yang terjadi pada
Kawasan Kota Lama Semarang. Kawasan Kota Lama memiliki konsep penataan
ruang kota yang menyerupai kota-kota di Eropa
Gambaran Umum Kota Lama Semarang. yang terlihat pada detail kondisi bangunan dan
Kota Lama meliputi bagian dari tiga kelurahan yaitu ornamen-ornamen khas gaya Eropa seperti ukuran
Kelurahan Bandarharjo, Tanjungmas, dan pintu dan jendela yang besar, penggunaan kaca-kaca
Purwodinatan. Kebijakan mengenai Kawasan Kota berwarna, bentuk atap yang unik, hingga adanya
Lama Semarang tertuang dalam Perda Kota ruang bawah tanah. Penataan ruang kawasan kota
Semarang Nomor 8 Tahun 2003 yang telah lama dulunya bersifat memusat dengan Gereja
diperbarui melalui Perda Kota Semarang Nomor 2 Blenduk sebagai pusatnya. Saat ini Gereja Blenduk
Tahun 2020 tentang Rencana Tata Bangunan dan merupakan salah satu bangunan peninggalan kolonial
Lingkungan (RTBL) Kota Lama. Dokumen tersebut yang terkenal sebagai lokasi wisata bahkan menjadi
menjelaskan bahwa Kawasan Kota Lama merupakan landmark Kota Semarang. Kawasan Kota Lama
warisan sejarah dari pertumbuhan dan Semarang dikelilingi oleh kanal-kanal dan bangunan
perkembangan Kota Semarang yang kaya akan nilai bergaya Eropa sehingga menjadikan kawasan ini
arsitektural, estetis, ilmu pengetahuan, dan budaya mirip dengan kota yang berada di Belanda.
sehingga perlu dilestarikan. Kawasan Kota Lama Berdasarkan kondisi geografisnya, Kota Lama
Semarang kini telah menjadi salah satu destinasi Semarang merupakan kawasan yang berdiri sendiri
wisata sejarah dan budaya di Kota Semarang. Hal ini dan terpisah dengan daerah sekitar, sehingga
didukung dengan ditetapkannya Kawasan Kota Lama nampak seperti kota tersendiri serta dikenal dengan
sebagai tentative list atau daftar sementara world julukan “little netherland”.
heritage site oleh UNESCO pada tahun 2015.
Semarang memiliki banyak situs-situs dan building pada Kawasan Kota Lama Semarang. Dalam
heritages dengan gaya arsitektur abad pertengahan prosesnya, revitalisasi pada Kawasan Kota Lama
dengan perpaduan gaya eropa modern. Kawasan berdampak pada aspek fisik dan lingkungan seperti
kota lama memiliki penataan ruang yang sangat unik pemanfaatan ruang, aksesibilitas, karakteristik
karena terdiri dari beberapa fungsi bangunan seperti bangunan, harga lahan, dan karakteristik
pusat pemerintahan, perdagangan dan bisnis, ruang permukiman. Program revitalisasi dilakukan secara
peribadatan, pertahanan dan keamanan, dan ruang bertahap yang meliputi perbaikan dan peningkatan
publik. Karena keunikan dan nilai-nilai sejarah di kualitas kondisi infrastruktur, tata hijau, sistem
dalamnya, Kota Lama Semarang menjadi salah satu penghubung, sistem tanda/ reklame serta ruang
kawasan cagar budaya Kota Semarang yang masuk terbuka kawasan (urban realm). Berikut peta
dalam tentative list sebagai World Heritage oleh Kawasan Kota Lama Semarang setelah proses
UNESCO World Heritage Centre. revitalisasi.
Proses revitalisasi yang dimulai pada tahun 2017 Gambar 3. Kota Lama Semarang Setelah
menjadi awal mula terjadinya perubahan pola ruang Revitalisasi
Analisis Perubahan Pola Ruang Sebelum dan Berdasarkan peta di atas dapat diketahui bahwa
Sesudah Revitalisasi penggunaan lahan Kawasan Kota Lama Semarang
Pemanfaatan Ruang. Pemanfaatan ruang didominasi oleh sektor perdagangan dan jasa.
merupakan salah satu aspek yang terdampak dalam Permukiman masyarakat tersebar pada bagian
perubahan pola ruang kawasan akibat revitalisasi. selatan dan barat dari Kawasan Kota Lama
Ruang dapat diartikan sebagai wadah kehidupan sedangkan pada bagian tengah atau di sekitar Jl.
manusia dan makhluk hidup lainnya dan sebagai Letjen Suprapto diperuntukkan sebagai kawasan
sumber daya alam. Menurut Tarigan (2003), wisata. Berdasarkan observasi lapangan, terdapat
perencanaan ruang wilayah adalah perencanaan perbedaan yang signifikan terkait pemanfaatan ruang
penggunaan/ pemanfaatan ruang wilayah yang intinya sebelum dan sesudah revitalisasi. Berikut peta
adalah perencanaan penggunaan lahan (land use penggunaan lahan kawasan Kota Lama Semarang
planning) dan perencanaan pergerakan pada ruang pasca revitalisasi.
tersebut. Kartasasmita (1997), mengemukakan
bahwa penataan ruang secara umum mengandung
pengertian sebagai suatu proses yang meliputi proses
perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian
pelaksanaan atau pemanfaatan ruang yang harus
berhubungan satu sama lain. Pada penelitian ini
aspek pemanfaatan ruang ditinjau dari penggunaan
lahan, luasan lahan, dan pola aktivitas pengguna.
Oleh sebab itu, aspek pemanfaatan ruang memiliki
posisi yang vital dalam suatu kawasan guna
memaksimalkan potensi wilayah serta menciptakan
penataan ruang yang baik. Perubahan pemanfaatan
ruang dapat dilihat melalui transformasi pola aktivitas
penggunaannya, penggunaan lahan dan luasan lahan
kawasan. (Sumber : RTBL Kota Lama Semarang,2020)
Gambar 5. Pemanfaatan Ruang Kota Lama
Kawasan Kota Lama Semarang telah mengalami Semarang Setelah Revitalisasi
banyak perubahan dari masa kolonial hingga saat ini
akibat perkembangan perkotaan. Akibat Berdasarkan peta pemanfaatan ruang di atas dapat
pertumbuhan dan perkembangan perkotaan yang dilihat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan
pesat berdampak pada meningkatnya penggunaan sesudah revitalisasi. Berdasarkan hasil observasi dan
lahan tiap tahun. Saat ini, penggunaan lahan pada wawancara, kondisi Kota Lama Semarang pasca
kawasan Kota Lama Semarang cukup bervariasi yang revitalisasi terbagi menjadi 5 zona terkait
terdiri dari permukiman, perdagangan, perkantoran, pemanfaatan ruang. Hal tersebut dilakukan karena
RTH, pendidikan, industri, gudang, dan kawasan berkaitan dengan tujuan Kota Lama Semarang
wisata. Berikut peta penggunaan lahan kawasan Kota sebagai destinasi wisata sejarah. Zona pemanfaatan
Lama Semarang sebelum proses revitalisasi. ruang Kota Lama Semarang meliputi Culture
Zone, Office & Retail Zone, Traditional Trade &
Commerce Zone, Modern Economy, Education & Service
Zone, dan Recreation Zone. Kondisi tersebut
berdampak pada pola ruang kawasan Kota Lama
Semarang karena ploting zona mempengaruhi
bangunan di dalamnya. Sebagai contoh, pada culture
zone mencakup bangunan didalamnya yang memiliki
ragam fungsi seperti perkantoran, perdagangan,
bahkan permukiman. Hal tersebut menyebabkan
bangunan didalamnya juga berfungsi sebagai
penunjang culture zone yang notabene sebagai
kawasan wisata utama di Kota Lama Semarang.
Berikut tabel penjelasan zona pemanfaatan ruang
(Sumber : Hasil Olahan Data, 2020) Kawasan Kota Lama Semarang setelah revitalisasi
Gambar 4. Penggunaan Lahan Kawasan Kota Kota Lama Semarang.
Lama Semarang Sebelum Revitalisasi
Tabel 2. Pemanfaatan Ruang Setelah Revitalisasi itu, secara umum aktivitas di Kawasan Kota Lama
Semarang terbagi menjadi 3 waktu yaitu pagi, siang
No. Zona Keterangan
dan malam hari. Masing-masing waktu memiliki pola
1. Modern Economy, Kawasan ini berada di bagian selatan aktivitas yang berbeda baik bagi masyarakat maupun
Education, & dan timur Kota Lama. Zona ini
Service Zone diperuntukkan sebagai kawasan
para wisatawan. Berdasarkan hasil observasi dan
bisnis modern, kawasan pendidikan wawancara, pada waktu pagi hari Kawasan Kota
serta area pelayanan, seperti Lama cenderung dipergunakan sebagai sarana
pertokoan, bank dan plaza. Selain itu olahraga seperti jogging dan bersepeda. Sedangkan
pada bagian timur termasuk kawasan siang hari cenderung sebagai waktu kuliner bagi
pendidikan karena terdapat Sekolah
Tinggi Pastoral Kateketik Santo para wisatawan lalu pada saat sore hingga malam
Fransiskus Assisi hari dimanfaatkan untuk berwisata.
2. Traditional Trade & Zona ini merupakan kawasan yang
Commerce Zone terdiri dari pusat bisnis dan Aksesibilitas. Perubahan aksesibilitas terdiri atas
perdagangan tradisional. Pada perubahan pola, fungsi, street furniture dan lajur jalan
kawasan tersebut terdapat Pasar
Johar yang merupakan salah satu pada Kawasan Kota Lama Semarang. Berdasarkan
pusat perdagangan terbesar di Kota hasil observasi lapangan diketahui bahwa terdapat
Semarang perubahan yang signifikan terkait aksesibilitas
3. Culture Zone Zona ini mencakup bangunan- Kawasan Kota Lama Semarang pasca revitalisasi.
bangunan kuno yang kaya akan nilai Kondisi kawasan Kota Lama Semarang sebelum
sejarah dan budaya, seperti Gereja
Blenduk, Monod Huis, Soesman revitalisasi yaitu memiliki lajur jalan dua arah yang
Kantoor, Marba, Spiegel, dll. Tujuan dapat dilewati kendaraan roda dua maupun roda
zona ini yaitu guna menunjukkan empat. Hal tersebut berdampak pada tingginya
perkembangan k awasan d a n sebagai kondisi lalu lintas pada kawasan serta banyak parkir
pusat kawasan rekreasi sejarah dan
budaya
ilegal yang menyebabkan kemacetan di beberapa titik
4. Office & Retail Kawasan ini diperuntukan sebagai jalan. Sedangkan untuk kondisi jalan pada Kawasan
Zone kawasan perkantoran, pertokoan, Kota Lama Semarang sebelum revitalisasi sudah
pabrik, hingga pergudangan. Saat ini menggunakan paving blok. Jalur pedestrian Kota
sudah ada beberapa perkantoran dan Lama Semarang pada saat sebelum revitalisasi
pabrik yang sudah berdiri bahkan
dari masa kolonial seperti kantor
belum berfungsi secara maksimal dan cenderung
Bank Mandiri dan pabrik rokok Praoe terbatas jumlahnya. Berikut peta aksesibilitas
Layar Kawasan Kota Lama Semarang sebelum revitalisasi.
5. Recreation Zone Kawasan ini terdiri dari sarana dan
prasarana penunjang kawasan
rekreasi seperti hotel, polder dan
Stasiun Tawang.
Harga lahan pada kawasan Kota Lama Semarang dipergunakan. Sedangkan pada aspek fasad bangunan
mempengaruhi peruntukan lahan di atasnya. Harga tidak terdapat perubahan pasca revitalisasi.
lahan per bangunan cukup bervariasi karena Perbaikan gedung atau bangunan hanya sebatas
dipengaruhi oleh luasan bangunan. Sekitar 87,5% pemugaran fisik namun tetap tidak mengubah bentuk
harga lahan per bangunan cenderung tetap dari aslinya. Salah satu contohnya adalah pemugaran
sebelum hingga sesudah proses revitalisasi. gedung Spiegel yang awalnya bangunan kosong dan
Presentase harga lahan bangunan yang naik maupun kini beralih fungsi menjadi cafe.
turun pasca revitalisasi Kawasan Kota Lama
Semarang sekitar 12,5%. Contoh bangunan yang Karakteristik Permukiman. Proses revitalisasi
mengalami perubahan harga lahan pasca revitalisasi pada Kawasan Kota Lama Semarang mengakibatkan
yaitu kantor Jiwasraya yang meningkat hingga 100% terjadinya perubahan pola ruang yang salah satu
dari harga sebelumnya. Sedangkan bangunan yang variabelnya adalah kawasan permukiman. Perubahan
mengalami penurunan harga lahan yaitu Monod huis, pada aspek karakteristik permukiman meliputi
Soessman Kantoor, dan Hero Coffee. Hubungan perubahan fisik maupun non fisik. Aspek perubahan
antara kondisi harga lahan dengan aspek pola ruang fisik meliputi lokasi, pola, dan harga/ sewa lahan
yaitu kawasan yang mengalami peningkatan harga permukiman sedangkan aspek non fisik meliputi
yaitu memiliki peruntukkan sebagai kawasan kondisi ekonomi masyarakat. Masyarakat yang
komersil. Terdapat banyak faktor yang tinggal pada kawasan Kota Lama Semarang sudah
mempengaruhi perubahan harga lahan per bangunan tinggal jauh sebelum adanya revitalisasi serta
pasca revitalisasi seperti lokasi, luasan dan fungsi mayoritas adalah pribumi. Berdasarkan hasil
bangunan terkait. observasi dan wawancara, selain memiliki rumah
pribadi juga terdapat masyarakat yang masih tinggal
Karakteristik Bangunan. Seiring dengan di dalam gedung. Oleh karena itu aspek karakteristik
berkembangnya zaman, banyak bangunan yang permukiman perlu diteliti guna mengetahui seberapa
mengalami perubahan fisik baik dalam skala yang besar dampak revitalisasi terhadap kehidupan
besar maupun kecil. Bangunan merupakan salah satu masyarakat.
aspek yang mengalami perubahan pasca revitalisasi.
Revitalisasi Kota Lama Semarang hanya berfokus Pasca revitalisasi, kawasan permukiman cenderung
pada infrastruktur kawasan sehingga segala bentuk berkurang dibandingkan sebelumnya. Hal tersebut
perbaikan pada bangunan menjadi tanggung jawab terjadi karena pasca revitalisasi gedung-gedung
pihak pemilik atau pengelola. Perubahan bangunan kosong yang sebelumnya digunakan oleh beberapa
pada Kota Lama Semarang hanya terkait fungsi dan masyarakat untuk tinggal telah diperbaiki dan beralih
harga lahan/ sewa bangunan karena kondisi fisik atau fungsi menjadi perkantoran, cafe, gudang, dsb.
fasad bangunan telah diatur dalam undang-undang Persebaran permukiman pada peta di atas
untuk tidak mengubah keaslian bentuk dari bangunan merupakan lokasi asli masyarakat Kota Lama
tersebut. Semarang yang didominasi rumah atau bangunan
pribadi. Pola permukiman dan harga lahan juga
Total sebanyak 80 gedung terdampak oleh proses mengalami perubahan dari sebelum hingga setelah
revitalisasi pada kawasan Kota Lama Semarang. proses revitalisasi. Perubahan lokasi permukiman
Penelitian ini hanya menggunakan sekitar 25 terutama terjadi pada Jl. Kepodang, Jl. Kenari, Jl.
bangunan/ gedung untuk diteliti dengan justifikasi Sendowo, dan Jl. KH. Agus Salim karena kawasan
pemilihan yaitu (1) berada di jalur sirkulasi utama tersebut beralih fungsi menjadi bangunan komersil.
yaitu Jl. Letjen Suprapto dan Jl Kepodang, (2) masih
aktif dipergunakan hingga saat ini, dan (3) termasuk Lokasi dan pola permukiman yang mengalami
ke dalam bangunan cagar budaya atau memiliki daya perubahan akibat revitalisasi juga berdampak pada
tarik wisata. Dampak revitalisasi terhadap aspek bangunan di atasnya karena mengalami perubahan
karakteristik bangunan terbagi menjadi 3 fasad akibat perbaikan atau pelebaran jalan.
pembahasan yaitu fungsi bangunan, fasad bangunan, Berdasarkan hasil wawancara bahwa pasca
dan harga lahan bangunan. revitalisasi kondisi masyarakat kawasan kota lama
mengalami beberapa perubahan seperti mata
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pencaharian. Sebelum revitalisasi mayoritas
banyak bangunan yang beralih fungsi menjadi masyarakat memiliki mata pencaharian wiraswasta
komersil. Mayoritas kepemilikan dari bangunan berupa berdagang namun pasca revitalisasi beralih
adalah perorangan maupun kelompok sehingga saat menjadi buruh. Hal tersebut disebabkan karena
ini menggunakan sistem sewa bangunan apabila akan dilakukan penertiban lahan ilegal yang biasa
Output akhir dari penelitian ini berupa zona Departemen Kimpraswil. (2003). Pedoman atau
perubahan pola ruang kawasan yang didapat dari petunjuk Teknik dan Manual: Air Minum
overlay analisis pada variabel penelitian. Jalur utama Perkotaan Bagian: 6 ( Volume I). Balitbang.
Kota Lama Semarang atau Jl. Letjen Suparopto Jakarta.
menjadi zona satu atau kawasan yang mengalami Zagroba, M. (2016). Issues of the Revitalization of
perubahan paling signifikan akibat revitalisasi. Historic Centres in Small Towns in Warmia.
Revitalisasi memunculkan fungsi kawasan baru yang Procedia Engineering, 161, 221–225.
berdampak positif bagi kegiatan ekonomi, sosial, doi:10.1016/j.proeng.2016.08.537.
pariwisata, dan budaya serta dapat memperbaiki Hardati, P. (2011). Transformasi Wilayah Peri
citra Kawasan Kota Lama Semarang. Potensi Urban Kasus di Kabupaten Semarang. Jurusan
kawasan, ekonomi, sosial, dan budaya menjadi modal Geografi - FIS Unnes Abstrak. 8(2), 108–117.
awal serta motor penggerak dari perkembangan Yunus, Hadi Sabari. (2008). Dinamika Wilayah Peri-
Kota Lama Semarang. Revitalisasi memberikan Urban. Determinan Masa Depan Kota.
dampak yang bervariasi dan diharapkan mampu Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
membawa kawasan Kota Lama Semarang menuju Heryanto, Bambang. (2011). Roh dan Citra Kota :
arah yang lebih baik pada masa mendatang. Hasil Peran Perencanaan Kota Sebagai Kebijakan
pengamatan dan analisis yang telah dilaksanakan Publik. Surabaya : Brilian Internasional.
diharapkan menjadi dasar dalam merumuskan Chamdany, Doddy. (2004). Kajian dan Arahan
kebijakan terkait keberlanjutan revitalisasi Kawasan Pengembangan Ruang Publik Oleh Aktivitas
Kota Lama Semarang. PKL di Kawasan Stadion Mahanan Kota
Surakarta. Tesis Tidak Diterbitkan. Program
Rekomendasi Pascasarjana Magister Teknik Pembangunan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan Wilayah dan Kota.
informasi terkait program revitalisasi dan Yunus, Hadi Sabari. (2000). Teori dan .Model
pengaruhnya terhadap kondisi pola ruang Struktur Keruangan Kota. Fakultas Geografi
kawasan kepada masyarakat dan pengelola UGM, Yogyakarta.
Kawasan Kota Lama Semarang. Penelitian juga Yunus, Hadi Sabari. (1999). Struktur Tata Ruang
diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pengambilan keputusan maupun kebijakan dalam Ching, D. (2000). Arsitektur, Bentuk, Ruang, dan
keberlanjuan revitalisasi Kawasan Kota Lama Tatanan edisi II. Jakarta: Erlangga.
Semarang. Beberapa rekomendasi yang dapat Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
diberikan antara lain: Semarang Tahun 2011 – 2031.
A.P. Roders, R. Van Oers. (2011). Editorial: bridging
P erlu adanya batasan terhadap fungsi bangunan cultural heritage and sustainable development,
supaya kondisi bangunan dapat berjalan sesuai J. Cult. Herit. Manage. Sustain. Dev. 5–14,
fungsinya serta menjadi sarana penunjang bagi https://doi.org/10.1108/20441261111129898.
kawasan. Peraturan Daerah Kota Semarang No 2 Tahun
2020 tentang Rencana Tata Bangunan dan
Penanganan kemacetan dan parkir ilegal dengan Lingkungan (RTBL) Kota Lama.
menyediakan lahan parkir disekitar jalur sirkulasi Purwanto, L. (2005). KOTA KOLONIAL LAMA
utama Kawasan Kota Lama Semarang serta SEMARANG (Tinjauan Umum Sejarah
diberlakukan jam operasional bagi kendaraan Perkembangan Arsitektur Kota). DIMENSI
bermotor untuk mengurangi kemacetan. (jurnal Teknik Arsitektur), No. 1, 27-33.
https://doi.org/10.9744/dimensi.33.1.
Perlunya kebijakan dan pengendalian terkait Murtomo, B. A. (2008). ARSITEKTUR KOLONIAL
peningkatan harga lahan khususnya yang terlampau KOTA LAMA SEMARANG. Jurnal Ilmiah
tinggi (lebih dari 100%). Perancangan Kota dan Permukiman, Vol. 7,
No.2.
Tarigan, R. (2003). Perencanaan Pembangunan
DAFTAR PUSTAKA Wilayah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Danisworo, M. dan Martokusumo, W. (2002). Kartasasmita, G. (1997). Administrasi
“Revitalisasi Kawasan Kota : Sebuah Catatan Pembangunan (Perkembangan Pemikiran
dalam Pengembangan dan Pemanfaatan dan Prakteknya di Indonesia). LP3ES. Jakarta).
Kawasan Kota”, Info URDI Vol.13. Hal. 51.