You are on page 1of 11

OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

PENGARUH REVITALISASI TERHADAP POLA RUANG KOTA LAMA


SEMARANG
Anandya Ghifari Firdausyah, Santy Paulla Dewi*

Jurnal Riptek Abstract.


Volume 15 No. 1 (17–27) The revitalization of the Old City of Semarang has had a significant impact on the
Tersedia online di: physical condition of the area. Initially, the image of the Old City of Semarang as a
http://riptek.semarangkota.go.id historical tourist destination is an ancient area with poorly maintained conditions,
experiencing flooding every year, and socio-economic problems. Revitalization is one of
Info Artikel: the efforts undertaken by the government to revive the Kota Lama Semarang area
Diterima: 20 Mei 2020 which is experiencing environmental degradation or degradation. Improvement of
Direvisi: 3 Juni 2020 infrastructure conditions, widening pedestrian paths, and procurement of street
Disetujui: 14 Juni 2020 furniture are the main focus of the revitalization program. The purpose of this study is
Tersedia online: 26 Juli 2020 to analyze the effect of revitalization on changes in spatial patterns that occur in the
Kota Lama Semarang area. In order to achieve these objectives, research objectives
Kata Kunci: are set, namely the identification of the revitalization process, analysis of changes in
Revitalisasi, Pola Ruang, Kota Lama spatial patterns, and analysis of the impact of revitalization on changes in regional
Semarang spatial patterns in the Old City of Semarang. In this study using quantitative methods
through temporal spatial analysis, descriptive analysis and comparative descriptive
Korespondensi penulis: analysis which aims to determine the relationship between the revitalization process
*
santy.paulla.dewi@pwk.undip.ac.id and changes in spatial patterns in the Kota Lama Semarang area. The results showed
that revitalization affects the changes in the spatial pattern of the Kota Lama
Semarang in terms of spatial use, building characteristics, accessibility, land prices and
settlement characteristics. Many things have happened due to revitalization, such as
the emergence of new activities in the form of commercial areas, trade areas and
changes in community activities in the Kota Lama Semarang area. Spatial use control
is carried out to control changes in spatial patterns that occur so that it remains in
accordance with the designation of the area of the Old City of Semarang.

Cara mengutip:
Firdausyah, A G; Dewi, S P. 2021. Pengaruh Revitalisasi terhadap Pola Ruang Kota Lama Semarang. Jurnal Riptek.
Vol. 15 (1): 17-27.

PENDAHULUAN masyarakat modern (Hardati, 2011). Perubahan fisik


Revitalisasi merupakan upaya untuk menghidupkan pada suatu kawasan dapat dilihat melalui pola ruang
kembali kawasan yang sudah mati, meningkatkan kawasan seperti pemanfaatan lahan, karakteristik
vitalitas kawasan, dan menyuntikan sesuatu yang bangunan, karakteristik jalan, dan karakteristik
baru (aktivitas dan bangunan) pada suatu kawasan permukiman (Yunus, 2008). Perubahan suatu
(Danisworo, 2000). Lebih lanjut lagi, proses kawasan akan terus terjadi seiring dengan
revitalisasi bukan hanya tentang konservasi bangunan perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah
atau kawasan melainkan ditujukan untuk serta mempengaruhi aspek kehidupan dan
menghidupkan dan mengembangkan kembali penghidupan wilayah tersebut, dari tidak ada
kawasan yang telah mengalami penurunan fungsi menjadi ada, dari sedikit menjadi banyak, dari kecil
(Kimpraswil, 2003). Perubahan atau transformasi menjadi besar, dari ketersedian lahan luas menjadi
kawasan merupakan salah satu dampak dari proses terbatas, dan seterusnya (Heryanto, 2011).
revitalisasi baik yang terjadi secara fisik maupun non-
fisik. Transformasi memiliki arti sebuah perubahan Salah satu aspek fisik yang dipengaruhi oleh
yang terjadi pada kurun waktu tertentu dan dapat revitalisasi yaitu pemanfaatan ruang dimana
merubah kondisi wilayah. Transformasi kawasan merupakan persebaran kegiatan budidaya dan
bertujuan untuk mengembangkan kondisi fisik dan kawasan lindung untuk mewujudkan tujuan
fungsional secara maksimal serta untuk pembangunan sosial, ekonomi, dan budaya sesuai
meningkatkan citra dan fungsi kawasan (Zagroba, potensi sumber daya alam, manusia, dan buatan
2016). Proses transformasi bersifat historis dan (Chamdany, 2004). Perubahan pemanfaatan ruang
terikat pada satuan waktu berbeda yang menyangkut dapat dilihat melalui transformasi pola aktivitas,
perubahan masyarakat sederhana menuju penggunaan lahan, dan luasan lahan. Pemanfaatan

A G Firdausyah, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (17 – 27) 17


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

ruang adalah bentuk hubungan antar berbagai aspek keberadaannya menjadi salah satu faktor penting
sumber daya, sosial, budaya, ekonomi, teknologi, dalam perkembangan perkotaan di Indonesia.
informasi, administrasi, pertahanan keamanan, fungsi Peninggalan atau aset bersejarah tersebut
lindung budidaya dan estetika lingkungan, dimensi merupakan kekayaan yang tidak ternilai dan
ruang dan waktu yang dalam kesatuan secara mampu memberikan citra terhadap kota (Roders,
utuh menyeluruh membentuk tata ruang. Menurut 2011). Meningkatnya eksistensi suatu kawasan
Yunus (2000) terdapat tujuh faktor utama yang bersejarah menjadi salah satu faktor pendorong
berpengaruh terhadap perubahan pemanfaatan dalam perkembangan suatu kawasan. Mulanya
ruang, yaitu pertumbuhan penduduk, kompetisi Kawasan Kota Lama Semarang ini dijadikan
dalam memperoleh lahan, hak kepemilikan tanah, sebagai pusat pemerintahan, perkantoran dan
perkembangan teknologi, lingkungan fisik, aktifitas perdagangan pada zaman kolonial. Saat ini Kawasan
pengembang, dan adanya kontrol terhadap Kota Lama Semarang bertransformasi menjadi salah
perencanaan yang telah dibuat. satu destinasi wisata sejarah dan budaya Kota
Semarang. Program revitalisasi menjadi salah satu
Perubahan fisik kawasan juga dapat dilihat dari upaya yang berhasil dalam pelestarian dan
transformasi karateristik bangunan khususnya pengembangan Kota Lama Semarang.
perubahan fungsi bangunan. Fungsi bangunan
dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu bangunan Revitalisasi Kota Lama Semarang dimulai pada tahun
komersil, non komersil, dan kombinasi keduanya 2017 dan masih berlangsung hingga saat ini.
(Yunus, 1999). Perubahan bentuk bangunan meliputi Program ini dijalankan oleh pemerintah sebagai
perubahan wujud (bentuk atap, dinding, lantai, bentuk upaya pelestarian kawasan bersejarah serta
bentuk pintu, jendela, dan struktur) dan warna meningkatkan potensi wisata Kota Semarang.
(Ching, 2000). Perubahan bentuk tidak dapat Revitalisasi yang dilakukan diindikasi mengakibatkan
dipisahkan dari pengaruh berkembangnya fungsi, adanya perubahan pola ruang yang meliputi
teknologi konstruksi, material serta keterkaitan pemanfaatan ruang, karakteristik bangunan,
dengan alam lingkungannya. Transfomasi aksesibilitas aksesibilitas, harga lahan, dan karakteristik
atau pola jaringan jalan turut berperan dalam permukiman. Saat ini Kota Lama Semakin menjadi
membentuk perubahan kawasan. Pemanfaatan ruang dan salah satu kawasan yang paling berkembang di Kota
perkembangan kawasan menjadi aspek utama yang Semarang. Jalur sirkulasi utama atau Jl. Letjen
mempengaruhi adanya perubahan aksesibilitas suatu Suprapto merupakan salah satu zona yang mengalami
kawasan. Pada akhirnya perubahan-perubahan yang terjadi perubahan sangat signifikan pasca revitalisasi Kota
menyebabkan adanya perubahan harga lahan atau harga Lama Semarang. Munculnya kawasan komersil, harga
sewa bangunan. Perubahan harga lahan menjadikan lahan yang kian meningkat, alih fungsi lahan, dan
peruntukan kawasan didominasi oleh aktivitas yang banyaknya kegiatan modern menjadi contoh dari
sifatnya produktif. Pada akhirnya hal ini perkembangan Kota Lama Semarang. Perbaikan
mempengaruhi keberadaan permukiman eksisting. kondisi bangunan juga dilakukan oleh beberapa
pemilik sehingga semakin mendukung pengembangan
Revitalisasi yang dilaksanakan di Kota Lama wisata sejarah di Kota Lama Semarang. Perbaikan
Semarang juga memberikan pengaruh yang signifikan infrastruktur jalan, pelebaran jalur pedestrian,
terhadap fisik kawasan. Kota Lama merupakan salah pengadaan street furniture merupakan beberapa hal
satu kawasan cagar budaya di Kota Semarang yang yang dilakukan dalam kegiatan revitalisasi.
yang terindikasi mengalami perubahan karakteristik
bangunan. Perubahan karakteristik bangunan yang Perubahan fisik kawasan, peningkatan harga lahan,
terjadi juga dikarenakan adanya perkembangan dan perubahan karakteristik bangunan di satu sisi
aktivitas komersial pada kawasan Kota Lama menunjukkan bahwa kawasan ini semakin
Semarang. Apabila perubahan karakteristik bangunan berkembang dan menjadi salah satu kawasan yang
ini tidak dikendalikan maka akan berimplikasi pada dituju para investor. Pertumbuhan ekonomi
hilangnya ciri khas bangunan pada kawasan Kota dikawasan Kota Lama juga berjalan dengan cepat.
Lama Semarang. Oleh karena itu diperlukan kajian Disisi lain, perubahan pola ruang yang terjadi dapat
mengenai pengaruh revitalisasi terhadap menghilangkan identitas kawasan khususnya pada
karakteristik bangunan. bangunan-bangunan kuno, tergusurnya masyarakat
asli dan digantikan oleh para pendatang, dan
Menurut RTRW Kota Semarang Tahun 2011–2031 permasalahan sosial ekonomi. Oleh karena itu perlu
menjelaskan bahwa Kota Lama Semarang termasuk dilakukan proses pengendalian terhadap kondisi pola
kedalam kawasan cagar budaya dimana ruang Kota Lama Semarang guna mewujudkan

18 A G Firdausyah, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (17 – 27)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

kondisi kawasan yang baik serta dapat mengurangi Pengumpulan data sekunder adalah teknik atau cara
dampak negatif yang terjadi. Pengendalian memperoleh data secara tidak langsung. Pada
pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan dengan penelitian ini, pengumpulan data sekunder dilakukan
baik setelah mengetahui kondisi eksisting melalui telaah dokumen. Telaah dokumen
khususnya perubahan pola ruang yang terjadi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
sehingga arahan pengendalian yang nantinya bertujuan untuk mendapatkan informasi/ data dari
diberikan sesuai dengan kondisi yang ada. Tujuan dokumen terkait. Data sekunder mendukung
dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh penelitian mengenai analisis pengaruh revitalisasi
revitalisasi terhadap pola ruang Kota Lama terhadap perubahan pola ruang pada kawasan Kota
Semarang. Untuk mengetahui perubahan pola Lama Semarang untuk mengetahui kondisi lapangan
ruang maka perlu dilakukan identifikasi terhadap sebelum dilakukan survei primer. Pengumpulan data
revitalisasi yang dilakukan, menganalisis perubahan sekunder memiliki beberapa teknik pengumpulan
pola ruang sebelum dan sesudah revitalisasi data yaitu survei institusi dan studi kepustakaan dari
Kawasan Kota, dan bagaimana pengaruh revitalisasi BPS dan Dinas Penataan Ruang.
terhadap perubahan yang terjadi.

Tabel 1. Kebutuhan Data Penelitian


METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif Sasaran Variabel Nama Data Sumber
yang dianggap untuk mengetahui hubungan antara Identifikasi Kondisi Fisik  Penggunaan Lahan Citra satelit,
proses revitalisasi dengan perubahan pola ruang proses Spasial  Kondisi Bangunan Masyarakat,
melalui serangkaian variabel-variabel (Creswell, 2014). revitalisasi Kawasan Kota  Kondisi Jaringan Bappeda,
Lama Jalan Distaru,
Untuk mencapai tujuan penelitian, dibutuhkan data-data Semarang  Kondisi BPK2L
pendukung. Data yang digunakan pada penelitian ini Permukiman
terdiri atas data primer dan data sekunder. Data  Kondisi Sarana
primer diperoleh melalui observasi lapangan dan dan Prasarana
Kebijakan Perbaikan fisik Distaru,
wawancara. Data primer digunakan sebagai data revitalisasi kawasan; sarana BPK2L
untuk pemetaan lokasi penelitian sekaligus verifikasi dan prasarana
terhadap data sekunder. Pada penelitian ini Menganalisis Pemanfaatan  Luas area Bappeda,
dilakukan observasi guna mengetahui pengaruh perubahan ruang penggunaan Lahan Citra satelit
revitalisasi terhadap perubahan pola ruang pada pola ruang  Jenis penggunaan
sebelum lahan
kawasan bersejarah Kota Lama Semarang melalui dan  Pola aktivitas
elemen pemanfaatan ruang, aksesibiltas, karakteristik sesudah masyarakat
bangunan dan karakteristik permukiman. Observasi revitalisasi Aksesibilitas  Kondisi jaringan Bappeda,
Kawasan jalan Citra satelit
lapangan bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai
Kota Lama  Pola jaringan jalan
elemen pemanfaatan ruang, aksesibiltas, karakteristik Semarang  Fungsi jalan
bangunan dan karakteristik permukiman. Selain itu,  Lajur jalan
observasi lapangan juga dilakukan melalui identifikasi Karakteristik  Bentuk/ tipe BPK2L,
citra satelit guna melihat pola perubahan fisik melalui bangunan bangunan Bappeda,
 Kondisi bangunan Citra satelit
spasial. Pengamatan pada Kawasan Kota Lama  Fungsi bangunan
Semarang dilakukan pada beberapa waktu yang  Harga lahan dan
berbeda yaitu pagi, sore dan malam hari. Hal luas bangunan
tersebut dilakukan guna melihat pola perubahan Harga lahan Harga pasar Dinas ATR/
pemanfataan ruang dan aktivitas masyarakat BPN,
pemilik
Kawasan Kota Lama Semarang. S e d a n g k a n bangunan
w awancara yang dilakukan sifatnya melengkapi data Karakteristik  Lokasi persebaran BPK2L,
spasial. Wawancara ditujukan kepada narasumber permukiman permukiman Bappeda,
yang terlibat dalam revitalisasi kawasan Kota Lama  Kondisi fisik dan Citra satelit
non fisik
Semarang yaitu Badan Pengelola Kawasan Kota Lama permukiman
Semarang (BPK2L), pemilik bangunan, Dinas ATR/ Menganalisis Perubahan  Zona perubahan Bappeda,
BPN Kota Semarang, Dinas Penataan Ruang Kota pengaruh pola ruang pola ruang Citra satelit
Semarang, dan masyarakat yang tinggal di Kota Lama revitalisasi
terhadap
Semarang. Wawancara ini dilakukan untuk
pola ruang
memperoleh data mengenai sejarah, kondisi Kawasan
eksisting dan perkembangan kawasan Kota Lama Kota Lama
Semarang, serta perubahan pola ruang yang terjadi. Semarang

A G Firdausyah, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (17 – 27) 19


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Metode analisis yang digunakan yaitu spasial temporal, Europeeshe Buurt“ di mana saat itu mayoritas
deskriptif, dan deskriptif komparatif. Hasil akhir masyarakatnya adalah Belanda (Murtomo, 2008).
dari analisis yaitu ploting zona perubahan pola ruang Kawasan Kota Lama memiliki bentuk tata kota dan
dengan mengaitkan antara proses revitalisasi dan arsitektur pemukiman yang dibangun mengikuti
variabel penelitian. Metode spasial melalui spasio lanskap arsitektur kota-kota di Eropa. Kota Lama
temporal guna melihat pola transformasi fisik wilayah Semarang atau “The Little Netherland” merupakan
yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Teknik kawasan heritage (bersejarah) yang memiliki
analisis yang digunakan adalah overlay peta khususnya keanekaragaman budaya berupa bangunan
terkait kondisi pola ruang pada Kawasan Kota Lama peninggalan zaman kolonial Belanda. Kota Lama
Semarang yang meliputi pemanfaatan ruang, Semarang memiliki beberapa bangunan masih bediri
aksesibilitas, harga lahan, karakteristik bangunan dan kokoh hingga saat ini seperti Gereja Blenduk,
karakteristik permukiman. Selain itu, metode Stasiun Tawang, Jembatan Berok, Gedung
deskriptif dan deskriptif komparatif juga dilakukan Marabunta, dan bangunan Pabrik Rokok “Praoe
pada penelitian ini untuk mendeskripsikan informasi Layar”.
terkait perubahan pola ruang yang terjadi pada
Kawasan Kota Lama Semarang. Kawasan Kota Lama memiliki konsep penataan
ruang kota yang menyerupai kota-kota di Eropa
Gambaran Umum Kota Lama Semarang. yang terlihat pada detail kondisi bangunan dan
Kota Lama meliputi bagian dari tiga kelurahan yaitu ornamen-ornamen khas gaya Eropa seperti ukuran
Kelurahan Bandarharjo, Tanjungmas, dan pintu dan jendela yang besar, penggunaan kaca-kaca
Purwodinatan. Kebijakan mengenai Kawasan Kota berwarna, bentuk atap yang unik, hingga adanya
Lama Semarang tertuang dalam Perda Kota ruang bawah tanah. Penataan ruang kawasan kota
Semarang Nomor 8 Tahun 2003 yang telah lama dulunya bersifat memusat dengan Gereja
diperbarui melalui Perda Kota Semarang Nomor 2 Blenduk sebagai pusatnya. Saat ini Gereja Blenduk
Tahun 2020 tentang Rencana Tata Bangunan dan merupakan salah satu bangunan peninggalan kolonial
Lingkungan (RTBL) Kota Lama. Dokumen tersebut yang terkenal sebagai lokasi wisata bahkan menjadi
menjelaskan bahwa Kawasan Kota Lama merupakan landmark Kota Semarang. Kawasan Kota Lama
warisan sejarah dari pertumbuhan dan Semarang dikelilingi oleh kanal-kanal dan bangunan
perkembangan Kota Semarang yang kaya akan nilai bergaya Eropa sehingga menjadikan kawasan ini
arsitektural, estetis, ilmu pengetahuan, dan budaya mirip dengan kota yang berada di Belanda.
sehingga perlu dilestarikan. Kawasan Kota Lama Berdasarkan kondisi geografisnya, Kota Lama
Semarang kini telah menjadi salah satu destinasi Semarang merupakan kawasan yang berdiri sendiri
wisata sejarah dan budaya di Kota Semarang. Hal ini dan terpisah dengan daerah sekitar, sehingga
didukung dengan ditetapkannya Kawasan Kota Lama nampak seperti kota tersendiri serta dikenal dengan
sebagai tentative list atau daftar sementara world julukan “little netherland”.
heritage site oleh UNESCO pada tahun 2015.

Kawasan Kota Lama memiliki luas sekitar 35 Hektar


serta merupakan saksi sejarah perkembangan Kota
Semarang. Kawasan Kota Lama dikenal sebagai
permukiman multietnis karena dahulu sebagai
tempat bermukim masyarakat pribumi, etnis
Tionghoa dan bangsa Eropa yang mayoritas sebagai
pedagang. Pada tahun 1824 pasca konflik politik dan
ekonomi antara Indonesia dengan Belanda mereda,
benteng de Vifhoek dihancurkan serta berubah fungsi
menjadi pusat pertahanan serta perdagangan.
Kawasan sekitar benteng berubah dan berkembang
menjadi pusat kota dimana lanskap arsitekturnya
mengikuti gaya kota-kota di Eropa pada abad (Sumber: Hasil Interpretasi berdasarkan RTBL Kota Lama Semarang,
2020)
pertengahan (Purwanto, 2005).
Gambar 1. Kawasan Kota Lama Semarang
Kawasan permukiman pada Kota Lama Semarang
mulai tumbuh dan berkembang pada bagian timur Kota Lama Semarang menjadi saksi sejarah terkait
benteng. Pemukiman ini adalah cikal bakal dari Kota masa kemerdekaan Indonesia pada era kolonial
Lama Semarang yang dikenal dengan sebutan “de Belanda khususnya di Kota Semarang. Kota Lama

20 A G Firdausyah, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (17 – 27)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Semarang memiliki banyak situs-situs dan building pada Kawasan Kota Lama Semarang. Dalam
heritages dengan gaya arsitektur abad pertengahan prosesnya, revitalisasi pada Kawasan Kota Lama
dengan perpaduan gaya eropa modern. Kawasan berdampak pada aspek fisik dan lingkungan seperti
kota lama memiliki penataan ruang yang sangat unik pemanfaatan ruang, aksesibilitas, karakteristik
karena terdiri dari beberapa fungsi bangunan seperti bangunan, harga lahan, dan karakteristik
pusat pemerintahan, perdagangan dan bisnis, ruang permukiman. Program revitalisasi dilakukan secara
peribadatan, pertahanan dan keamanan, dan ruang bertahap yang meliputi perbaikan dan peningkatan
publik. Karena keunikan dan nilai-nilai sejarah di kualitas kondisi infrastruktur, tata hijau, sistem
dalamnya, Kota Lama Semarang menjadi salah satu penghubung, sistem tanda/ reklame serta ruang
kawasan cagar budaya Kota Semarang yang masuk terbuka kawasan (urban realm). Berikut peta
dalam tentative list sebagai World Heritage oleh Kawasan Kota Lama Semarang setelah proses
UNESCO World Heritage Centre. revitalisasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Revitalisasi Kota Lama Semarang dalam prosesnya


Identifikasi Revitalisasi Kota Lama Semarang. berdampak pada kondisi jaringan jalan seperti
Kota Lama Semarang memiliki berbagai perbaikan kondisi jaringan jalan, pelebaran
permasalahan yaitu tumbuhnya kawasan kumuh, pedestrian, serta penambahan street furniture.
kemacetan, kriminalitas tinggi, dan banjir yang Perbaikan kondisi jaringan jalan dilakukan secara
berdampak pada turunnya vitalitas kawasan. Program menyeluruh pada Kawasan Kota Lama Semarang
revitalisasi pada Kawasan Kota Lama Semarang terutama pada Jl. Letjen Suparpto, Jl. Kepodang, Jl.
dinilai mampu mengatasi berbagai permasalahan Sendowo, dan Jl. Branjangan. Pengadaan dan
yang terjadi dan merupakan kegiatan preservasi yang pelebaran jalur pedestrian serta penambahan street
difokuskan pada pelestarian kawasan bersejarah. furniture dilakukan pada beberapa bagian jalan Kota
Pemerintah Kota Semarang melalui Peraturan Lama Semarang yaitu Jl. Letjen Suprapto, Jl.
Daerah Nomor 2 tahun 2020 tentang Rencana Tata Kepodang, dan Jl. Branjangan. Bangunan kuno pada
Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kota Lama Kota Lama Semarang mengalami peremajaan fisik
menjelaskan bahwa revitalisasi merupakan da n kua l it a s b a ngu na n na mu n t et a p
implementasi dari peraturan daerah dan merupakan mempertahankan bentuk aslinya guna menjaga aset
sebuah upaya untuk menghidupkan kembali fungsi peninggalan sejarah dan budaya. Revitalisasi Kota
Kawasan Kota Lama Semarang. Selain itu juga Lama Semarang pada dasarnya hanya melingkupi
revitalisasi diharapkan mampu memunculkan fungsi infrastruktur sehingga perbaikan pada bangunan
kawasan baru yang berdampak positif pada kegiatan dilakukan secara individu oleh pemilik/ pengelola
ekonomi, sosial, pariwisata, dan budaya serta dapat gedung. Berdasarkan hasil survei, kondisi Kawasan
memperbaiki citra kawasan. Kota Lama Semarang setelah revitalisasi memiliki
tampilan yang lebih modern namun tetap
mempertahankan ciri khas sejarah dan budaya.

(Sumber: Hasil Olahan Data, 2020)


Gambar 2. Kota Lama Semarang Sebelum
Revitalisasi (Sumber: Hasil Olahan Data, 2020)

Proses revitalisasi yang dimulai pada tahun 2017 Gambar 3. Kota Lama Semarang Setelah
menjadi awal mula terjadinya perubahan pola ruang Revitalisasi

A G Firdausyah, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (17 – 27) 21


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Analisis Perubahan Pola Ruang Sebelum dan Berdasarkan peta di atas dapat diketahui bahwa
Sesudah Revitalisasi penggunaan lahan Kawasan Kota Lama Semarang
Pemanfaatan Ruang. Pemanfaatan ruang didominasi oleh sektor perdagangan dan jasa.
merupakan salah satu aspek yang terdampak dalam Permukiman masyarakat tersebar pada bagian
perubahan pola ruang kawasan akibat revitalisasi. selatan dan barat dari Kawasan Kota Lama
Ruang dapat diartikan sebagai wadah kehidupan sedangkan pada bagian tengah atau di sekitar Jl.
manusia dan makhluk hidup lainnya dan sebagai Letjen Suprapto diperuntukkan sebagai kawasan
sumber daya alam. Menurut Tarigan (2003), wisata. Berdasarkan observasi lapangan, terdapat
perencanaan ruang wilayah adalah perencanaan perbedaan yang signifikan terkait pemanfaatan ruang
penggunaan/ pemanfaatan ruang wilayah yang intinya sebelum dan sesudah revitalisasi. Berikut peta
adalah perencanaan penggunaan lahan (land use penggunaan lahan kawasan Kota Lama Semarang
planning) dan perencanaan pergerakan pada ruang pasca revitalisasi.
tersebut. Kartasasmita (1997), mengemukakan
bahwa penataan ruang secara umum mengandung
pengertian sebagai suatu proses yang meliputi proses
perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian
pelaksanaan atau pemanfaatan ruang yang harus
berhubungan satu sama lain. Pada penelitian ini
aspek pemanfaatan ruang ditinjau dari penggunaan
lahan, luasan lahan, dan pola aktivitas pengguna.
Oleh sebab itu, aspek pemanfaatan ruang memiliki
posisi yang vital dalam suatu kawasan guna
memaksimalkan potensi wilayah serta menciptakan
penataan ruang yang baik. Perubahan pemanfaatan
ruang dapat dilihat melalui transformasi pola aktivitas
penggunaannya, penggunaan lahan dan luasan lahan
kawasan. (Sumber : RTBL Kota Lama Semarang,2020)
Gambar 5. Pemanfaatan Ruang Kota Lama
Kawasan Kota Lama Semarang telah mengalami Semarang Setelah Revitalisasi
banyak perubahan dari masa kolonial hingga saat ini
akibat perkembangan perkotaan. Akibat Berdasarkan peta pemanfaatan ruang di atas dapat
pertumbuhan dan perkembangan perkotaan yang dilihat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan
pesat berdampak pada meningkatnya penggunaan sesudah revitalisasi. Berdasarkan hasil observasi dan
lahan tiap tahun. Saat ini, penggunaan lahan pada wawancara, kondisi Kota Lama Semarang pasca
kawasan Kota Lama Semarang cukup bervariasi yang revitalisasi terbagi menjadi 5 zona terkait
terdiri dari permukiman, perdagangan, perkantoran, pemanfaatan ruang. Hal tersebut dilakukan karena
RTH, pendidikan, industri, gudang, dan kawasan berkaitan dengan tujuan Kota Lama Semarang
wisata. Berikut peta penggunaan lahan kawasan Kota sebagai destinasi wisata sejarah. Zona pemanfaatan
Lama Semarang sebelum proses revitalisasi. ruang Kota Lama Semarang meliputi Culture
Zone, Office & Retail Zone, Traditional Trade &
Commerce Zone, Modern Economy, Education & Service
Zone, dan Recreation Zone. Kondisi tersebut
berdampak pada pola ruang kawasan Kota Lama
Semarang karena ploting zona mempengaruhi
bangunan di dalamnya. Sebagai contoh, pada culture
zone mencakup bangunan didalamnya yang memiliki
ragam fungsi seperti perkantoran, perdagangan,
bahkan permukiman. Hal tersebut menyebabkan
bangunan didalamnya juga berfungsi sebagai
penunjang culture zone yang notabene sebagai
kawasan wisata utama di Kota Lama Semarang.
Berikut tabel penjelasan zona pemanfaatan ruang
(Sumber : Hasil Olahan Data, 2020) Kawasan Kota Lama Semarang setelah revitalisasi
Gambar 4. Penggunaan Lahan Kawasan Kota Kota Lama Semarang.
Lama Semarang Sebelum Revitalisasi

22 A G Firdausyah, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (17 – 27)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Tabel 2. Pemanfaatan Ruang Setelah Revitalisasi itu, secara umum aktivitas di Kawasan Kota Lama
Semarang terbagi menjadi 3 waktu yaitu pagi, siang
No. Zona Keterangan
dan malam hari. Masing-masing waktu memiliki pola
1. Modern Economy, Kawasan ini berada di bagian selatan aktivitas yang berbeda baik bagi masyarakat maupun
Education, & dan timur Kota Lama. Zona ini
Service Zone diperuntukkan sebagai kawasan
para wisatawan. Berdasarkan hasil observasi dan
bisnis modern, kawasan pendidikan wawancara, pada waktu pagi hari Kawasan Kota
serta area pelayanan, seperti Lama cenderung dipergunakan sebagai sarana
pertokoan, bank dan plaza. Selain itu olahraga seperti jogging dan bersepeda. Sedangkan
pada bagian timur termasuk kawasan siang hari cenderung sebagai waktu kuliner bagi
pendidikan karena terdapat Sekolah
Tinggi Pastoral Kateketik Santo para wisatawan lalu pada saat sore hingga malam
Fransiskus Assisi hari dimanfaatkan untuk berwisata.
2. Traditional Trade & Zona ini merupakan kawasan yang
Commerce Zone terdiri dari pusat bisnis dan Aksesibilitas. Perubahan aksesibilitas terdiri atas
perdagangan tradisional. Pada perubahan pola, fungsi, street furniture dan lajur jalan
kawasan tersebut terdapat Pasar
Johar yang merupakan salah satu pada Kawasan Kota Lama Semarang. Berdasarkan
pusat perdagangan terbesar di Kota hasil observasi lapangan diketahui bahwa terdapat
Semarang perubahan yang signifikan terkait aksesibilitas
3. Culture Zone Zona ini mencakup bangunan- Kawasan Kota Lama Semarang pasca revitalisasi.
bangunan kuno yang kaya akan nilai Kondisi kawasan Kota Lama Semarang sebelum
sejarah dan budaya, seperti Gereja
Blenduk, Monod Huis, Soesman revitalisasi yaitu memiliki lajur jalan dua arah yang
Kantoor, Marba, Spiegel, dll. Tujuan dapat dilewati kendaraan roda dua maupun roda
zona ini yaitu guna menunjukkan empat. Hal tersebut berdampak pada tingginya
perkembangan k awasan d a n sebagai kondisi lalu lintas pada kawasan serta banyak parkir
pusat kawasan rekreasi sejarah dan
budaya
ilegal yang menyebabkan kemacetan di beberapa titik
4. Office & Retail Kawasan ini diperuntukan sebagai jalan. Sedangkan untuk kondisi jalan pada Kawasan
Zone kawasan perkantoran, pertokoan, Kota Lama Semarang sebelum revitalisasi sudah
pabrik, hingga pergudangan. Saat ini menggunakan paving blok. Jalur pedestrian Kota
sudah ada beberapa perkantoran dan Lama Semarang pada saat sebelum revitalisasi
pabrik yang sudah berdiri bahkan
dari masa kolonial seperti kantor
belum berfungsi secara maksimal dan cenderung
Bank Mandiri dan pabrik rokok Praoe terbatas jumlahnya. Berikut peta aksesibilitas
Layar Kawasan Kota Lama Semarang sebelum revitalisasi.
5. Recreation Zone Kawasan ini terdiri dari sarana dan
prasarana penunjang kawasan
rekreasi seperti hotel, polder dan
Stasiun Tawang.

Perubahan pola pemanfataan ruang sebelum


revitalisasi terbagi menjadi banyak jenis penggunaan
lahan seperti permukiman, industri, perkantoran, dll.
Sedangkan setelah revitalisasi Kawasan Kota Lama
terbagi menjadi 5 zona inti peruntukkan kawasan
yang masing-masing zona memiliki fokus dan tujuan.
Akibat revitalisasi, Kota Lama Semarang
bertransformasi dari kawasan tertinggal menjadi
destinasi wisata sejarah dan budaya. Kawasan Kota
Lama Semarang juga mengalami perubahan
pergeseran pola aktivitas penggunanya akibat proses (Sumber: Hasil Olahan Data, 2020)
revitalisasi. Saat ini pola aktivitas pada Kawasan Gambar 6. Aksesibilitas Kota Lama Semarang
Kota Lama Semarang mengalami pergeseran Sebelum Revitalisasi
mengikuti pembagian zona pemanfaatan ruang.
Sebagai contoh, bagi masyarakat maupun Pada peta di atas, jaringan jalan Kawasan Kota Lama
pengunjung yang ingin berwisata pada Kota Lama ditunjukkan dengan warna kuning dan memiliki pola
Semarang cenderung beraktivitas disekitar Jl. Letjen jalan yang cenderung tidak beraturan (Irregular
Suprapto yang termasuk kedalam culture zone. Selain System).

A G Firdausyah, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (17 – 27) 23


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

lahan sekitar 200.000-500.000/m2 lalu untuk zona II


memiliki rentan harga 2.000.000-5.000.000/m2.
Zona III, IV, V, VI, dan VIII memiliki rentan harga
sekitar 5.000.000-10.000.000/m2. Sedangkan zona
VII memiliki rentan harga 10.000.000 hingga
20.000.000.

(Sumber : Hasil Olahan Data, 2020)


Gambar 7. Aksesibilitas Kota Lama Semarang
Setelah Revitalisasi

Berdasarkan peta diatas, terlihat perbedaan yang


signifikan pada kondisi aksesibilitas Kawasan Kota
Lama Semarang setelah revitalisasi. Pada aspek pola
jaringan jalan cenderung tetap yaitu memiliki pola (Sumber : Data Kementerian ATR/ BPN Tahun 2013-2018)
yang tidak beraturan (irregular system). Berdasarkan Gambar 8. Peta Harga Lahan Kota Lama
observasi lapangan, pasca revitalisasi lajur dan fungsi Semarang Sebelum Revitalisasi
jaringan jalan Kawasan Kota Lama Semarang
mengalami perubahan. Fungsi jalan terbagi menjadi Pasca revitalisasi, harga lahan meningkat cukup
tiga jalur yaitu untuk kendaraan bermotor, jalur signifikan (lihat Gambar 9). Pada 8 zona bagian
pejalan kaki dan jalur kombinasi. Pada peta di atas, tersebut masing-masing mengalami kenaikan, stagnan
jalur untuk kendaraan bermotor ditandai dengan dan penurunan harga lahan. Harga lahan pada zona I,
warna kuning lalu jalur pejalan kaki ditandai dengan II, V, dan VIII mengalami kenaikan lalu zona III dan
warna biru sedangkan jalur kombinasi berwarna VII memiliki harga yang sama dibanding sebelum
hijau. Kondisi tersebut dilakukan guna mendukung revitalisasi. Sedangkan zona kawasan IV dan VI
tujuan Kota Lama Semarang sebagai kawasan wisata mengalami penurunan harga lahan. Zona kawasan I
sejarah yang ramah bagi para pejalan kaki. Sedangkan memiliki rentan harga yang lebih tinggi dibanding
kondisi lajur jalan pasca revitalisasi pada kawasan sebelum revitalisasi yaitu sekitar 1.000.000-
Kota Lama Semarang berubah menjadi lajur satu 2.000.000/m2. Lalu pada zona II dan III memiliki
arah. Pada peta arah arus kendaraan ditandai rentan harga sekitar 5.000.000-10.000.000/m2
dengan tanda panah warna merah untuk lajur satu sedangkan zona IV dan VI mengalami penurunan
arah. Sedangkan lajur dua arah pada Kota Lama pada rentan harga 2.000.000-5.000.000/m2. Zona V,
Semarang masih berlaku pada jalur kombinasi. VII dan VIII merupakan kawasan dengan harga lahan
tertinggi yaitu 10.000.000-20.000.000/m2.
Harga Lahan. Revitalisasi kawasan Kota Lama
Semarang dinilai telah mempengaruhi perubahan
harga yang dipengaruhi oleh lokasi, kondisi dan
intensitas pemanfaatan lahan. Kawasan Kota Lama
Semarang memiliki lokasi yang strategis dan berada
di pusat kota sehingga memiliki harga lahan yang
relatif tinggi. Berikut peta harga lahan pada kawasan
Kota Lama Semarang sebelum revitalisasi.

Kawasan Kota Lama Semarang memiliki harga lahan


yang bervariasi dan relatif bernilai tinggi bahkan
sebelum adanya revitalisasi. Berdasarkan peta pada
Gambar 8, dapat diketahui bahwa harga lahan pada
kawasan Kota Lama Semarang cukup bervariasi.
Kawasan kota lama dibagi menjadi 8 zona bagian (Sumber : Data Kementerian ATR/ BPN Tahun 2018-2020)
dimana tiap zona memiliki rentan harga lahan yang Gambar 9. Peta Harga Lahan Kota Lama
berbeda-beda. Pada zona I memiliki rentan harga Semarang Setelah Revitalisasi

24 A G Firdausyah, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (17 – 27)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Harga lahan pada kawasan Kota Lama Semarang dipergunakan. Sedangkan pada aspek fasad bangunan
mempengaruhi peruntukan lahan di atasnya. Harga tidak terdapat perubahan pasca revitalisasi.
lahan per bangunan cukup bervariasi karena Perbaikan gedung atau bangunan hanya sebatas
dipengaruhi oleh luasan bangunan. Sekitar 87,5% pemugaran fisik namun tetap tidak mengubah bentuk
harga lahan per bangunan cenderung tetap dari aslinya. Salah satu contohnya adalah pemugaran
sebelum hingga sesudah proses revitalisasi. gedung Spiegel yang awalnya bangunan kosong dan
Presentase harga lahan bangunan yang naik maupun kini beralih fungsi menjadi cafe.
turun pasca revitalisasi Kawasan Kota Lama
Semarang sekitar 12,5%. Contoh bangunan yang Karakteristik Permukiman. Proses revitalisasi
mengalami perubahan harga lahan pasca revitalisasi pada Kawasan Kota Lama Semarang mengakibatkan
yaitu kantor Jiwasraya yang meningkat hingga 100% terjadinya perubahan pola ruang yang salah satu
dari harga sebelumnya. Sedangkan bangunan yang variabelnya adalah kawasan permukiman. Perubahan
mengalami penurunan harga lahan yaitu Monod huis, pada aspek karakteristik permukiman meliputi
Soessman Kantoor, dan Hero Coffee. Hubungan perubahan fisik maupun non fisik. Aspek perubahan
antara kondisi harga lahan dengan aspek pola ruang fisik meliputi lokasi, pola, dan harga/ sewa lahan
yaitu kawasan yang mengalami peningkatan harga permukiman sedangkan aspek non fisik meliputi
yaitu memiliki peruntukkan sebagai kawasan kondisi ekonomi masyarakat. Masyarakat yang
komersil. Terdapat banyak faktor yang tinggal pada kawasan Kota Lama Semarang sudah
mempengaruhi perubahan harga lahan per bangunan tinggal jauh sebelum adanya revitalisasi serta
pasca revitalisasi seperti lokasi, luasan dan fungsi mayoritas adalah pribumi. Berdasarkan hasil
bangunan terkait. observasi dan wawancara, selain memiliki rumah
pribadi juga terdapat masyarakat yang masih tinggal
Karakteristik Bangunan. Seiring dengan di dalam gedung. Oleh karena itu aspek karakteristik
berkembangnya zaman, banyak bangunan yang permukiman perlu diteliti guna mengetahui seberapa
mengalami perubahan fisik baik dalam skala yang besar dampak revitalisasi terhadap kehidupan
besar maupun kecil. Bangunan merupakan salah satu masyarakat.
aspek yang mengalami perubahan pasca revitalisasi.
Revitalisasi Kota Lama Semarang hanya berfokus Pasca revitalisasi, kawasan permukiman cenderung
pada infrastruktur kawasan sehingga segala bentuk berkurang dibandingkan sebelumnya. Hal tersebut
perbaikan pada bangunan menjadi tanggung jawab terjadi karena pasca revitalisasi gedung-gedung
pihak pemilik atau pengelola. Perubahan bangunan kosong yang sebelumnya digunakan oleh beberapa
pada Kota Lama Semarang hanya terkait fungsi dan masyarakat untuk tinggal telah diperbaiki dan beralih
harga lahan/ sewa bangunan karena kondisi fisik atau fungsi menjadi perkantoran, cafe, gudang, dsb.
fasad bangunan telah diatur dalam undang-undang Persebaran permukiman pada peta di atas
untuk tidak mengubah keaslian bentuk dari bangunan merupakan lokasi asli masyarakat Kota Lama
tersebut. Semarang yang didominasi rumah atau bangunan
pribadi. Pola permukiman dan harga lahan juga
Total sebanyak 80 gedung terdampak oleh proses mengalami perubahan dari sebelum hingga setelah
revitalisasi pada kawasan Kota Lama Semarang. proses revitalisasi. Perubahan lokasi permukiman
Penelitian ini hanya menggunakan sekitar 25 terutama terjadi pada Jl. Kepodang, Jl. Kenari, Jl.
bangunan/ gedung untuk diteliti dengan justifikasi Sendowo, dan Jl. KH. Agus Salim karena kawasan
pemilihan yaitu (1) berada di jalur sirkulasi utama tersebut beralih fungsi menjadi bangunan komersil.
yaitu Jl. Letjen Suprapto dan Jl Kepodang, (2) masih
aktif dipergunakan hingga saat ini, dan (3) termasuk Lokasi dan pola permukiman yang mengalami
ke dalam bangunan cagar budaya atau memiliki daya perubahan akibat revitalisasi juga berdampak pada
tarik wisata. Dampak revitalisasi terhadap aspek bangunan di atasnya karena mengalami perubahan
karakteristik bangunan terbagi menjadi 3 fasad akibat perbaikan atau pelebaran jalan.
pembahasan yaitu fungsi bangunan, fasad bangunan, Berdasarkan hasil wawancara bahwa pasca
dan harga lahan bangunan. revitalisasi kondisi masyarakat kawasan kota lama
mengalami beberapa perubahan seperti mata
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pencaharian. Sebelum revitalisasi mayoritas
banyak bangunan yang beralih fungsi menjadi masyarakat memiliki mata pencaharian wiraswasta
komersil. Mayoritas kepemilikan dari bangunan berupa berdagang namun pasca revitalisasi beralih
adalah perorangan maupun kelompok sehingga saat menjadi buruh. Hal tersebut disebabkan karena
ini menggunakan sistem sewa bangunan apabila akan dilakukan penertiban lahan ilegal yang biasa

A G Firdausyah, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (17 – 27) 25


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

digunakan berdagang sehingga kawasan untuk usaha KESIMPULAN


berkurang. Perubahan mata pencaharian berdampak Berdasarkan hasil analisis yang didapat bahwa terjadi
pada lokasi pekerjaan bagi masyarakat karena perubahan pola ruang kawasan akibat revitalisasi
jaraknya lebih jauh dibandingkan sebelum revitalisasi. Kota Lama Semarang. Program revitalisasi Kota
Hal tersebut terjadi karena ketersediaan pekerjaan Lama Semarang dimulai sekitar tahun 2017, di mana
di kawasan Kota Lama Semarang terbatas. program ini mendukung pemerintah dalam upaya
pelestarian kawasan budaya dan sejarah serta
Analisis Pengaruh Revitalisasi Terhadap meningkatkan potensi wisata Kota Semarang. Kota
Pola Ruang Kota Lama Semarang. Pengaruh Lama Semarang merupakan salah satu kawasan cagar
revitalisasi pada Kawasan Kota Lama Semarang budaya yang memiliki ketentuan khusus dan
terlihat pada perubahan pola ruang kawasan yang keberadaannya diatur oleh undang-undang.
meliputi pemanfaatan ruang, harga lahan, Berdasarkan hasil observasi lapangan dan
aksesibilitas, karakteristik bangunan, dan wawancara bahwa Kota Lama Semarang telah
karakteristik permukiman. Hasil analisis dari mengalami perubahan pola ruang kawasan yang
kelima variabel yaitu terjadi perubahan sehingga meliputi pemanfaatan ruang, karakteristik bangunan,
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari proses aksesibilitas, harga lahan, dan karakteristik
revitalisasi Kota Lama Semarang. Berdasarkan permukiman.
analisis pada masing- masing variabel maka dilakukan
overlay untuk melihat zona atau bagian mana yang Pemanfaatan ruang merupakan salah satu aspek yang
mengalami perubahan paling signifikan antara terdampak pasca revitalisasi Kota Lama Semarang
sebelum dan sesudah revitalisasi. meliputi transformasi pola aktivitas penggunaannya,
penggunaan lahan dan luasan lahan kawasan.
Berdasarkan perubahan pola ruang, Kota Lama Revitalisasi menyebabkan Kawasan Kota Lama
Semarang terbagi menjadi 3 (tiga) zona yang Semarang terbagi menjadi lima zona pemanfaatan
berbeda. Zona tersebut dibagi ke dalam tiga warna yaitu Culture Zone, Office & Retail Zone, Traditional
untuk membedakan antar zona di mana warna Trade & Commerce Zone, Modern Economy, Education
merah tua (zona 1) menandakan bagian yang & Service Zone, dan Recreation Zone. Aksesibilitas atau
mengalami perubahan paling signifikan. Warna merah jaringan jalan pada Kawasan Kota Lama Semarang
(zona 2) dan merah muda (zona 3) juga bagian yang juga mengalami perubahan pasca revitalisasi yang
mengalami perubahan pola ruang namun tidak meliputi perubahan fungsi jalan, lajur jalan, serta
terlalu signifikan seperti zona satu. Perubahan pada pengadaan street furniture. Hal tersebut sesuai
ketiga zona tersebut didapat dari hasil observasi dengan tujuan Kota Lama Semarang menjadi
lapangan dan overlay variabel analisis yang terdiri dari destinasi wisata sejarah yang ramah bagi pejalan kaki.
pemanfaatan ruang, harga lahan, aksesibilitas, Faktor lokasi, kondisi fisik, dan intensitas
karakteristik bangunan dan karakteristik pemanfaatan ruang menjadikan harga lahan Kota
permukiman. Justifikasi dalam overlay variabel analisis Lama Semarang bervariasi dan relatif tinggi. Kondisi
yaitu skala perubahan pola ruang yang terjadi serta harga lahan diperkirakan akan terus meningkat
hubungannya dengan tujuan Kota Lama Semarang melihat potensi Kota Lama Semarang sebagai
sebagai destinasi wisata sejarah dan budaya. kawasan wisata.

Pengaruh revitalisasi terhadap kondisi bangunan


pada Kawasan Kota Lama Semarang hanya terkait
perbaikan, peremajaan, dan alih fungsi bangunan
tanpa mengubah bentuk fisik asli. Hal tersebut
karena telah diatur dalam undang-undang cagar
budaya untuk tidak mengubah keaslian bentuk dari
bangunan tersebut. Perubahan kondisi bangunan
dinilai telah memperbaiki citra Kota Lama Semarang
dari kawasan yang terbengkalai menjadi destinasi
wisata sejarah. Revitalisasi juga berdampak pada
kawasan permukiman masyarakat Kota Lama
Semarang baik secara fisik maupun non fisik. Aspek
perubahan fisik meliputi lokasi, pola, dan harga/ sewa
(Sumber : Hasil Olahan Data, 2020)
lahan permukiman sedangkan aspek non fisik
Gambar 10. Peta Perubahan Pola Ruang Kota
meliputi kondisi ekonomi masyarakat.
Lama Semarang

26 A G Firdausyah, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (17 – 27)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Output akhir dari penelitian ini berupa zona Departemen Kimpraswil. (2003). Pedoman atau
perubahan pola ruang kawasan yang didapat dari petunjuk Teknik dan Manual: Air Minum
overlay analisis pada variabel penelitian. Jalur utama Perkotaan Bagian: 6 ( Volume I). Balitbang.
Kota Lama Semarang atau Jl. Letjen Suparopto Jakarta.
menjadi zona satu atau kawasan yang mengalami Zagroba, M. (2016). Issues of the Revitalization of
perubahan paling signifikan akibat revitalisasi. Historic Centres in Small Towns in Warmia.
Revitalisasi memunculkan fungsi kawasan baru yang Procedia Engineering, 161, 221–225.
berdampak positif bagi kegiatan ekonomi, sosial, doi:10.1016/j.proeng.2016.08.537.
pariwisata, dan budaya serta dapat memperbaiki Hardati, P. (2011). Transformasi Wilayah Peri
citra Kawasan Kota Lama Semarang. Potensi Urban Kasus di Kabupaten Semarang. Jurusan
kawasan, ekonomi, sosial, dan budaya menjadi modal Geografi - FIS Unnes Abstrak. 8(2), 108–117.
awal serta motor penggerak dari perkembangan Yunus, Hadi Sabari. (2008). Dinamika Wilayah Peri-
Kota Lama Semarang. Revitalisasi memberikan Urban. Determinan Masa Depan Kota.
dampak yang bervariasi dan diharapkan mampu Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
membawa kawasan Kota Lama Semarang menuju Heryanto, Bambang. (2011). Roh dan Citra Kota :
arah yang lebih baik pada masa mendatang. Hasil Peran Perencanaan Kota Sebagai Kebijakan
pengamatan dan analisis yang telah dilaksanakan Publik. Surabaya : Brilian Internasional.
diharapkan menjadi dasar dalam merumuskan Chamdany, Doddy. (2004). Kajian dan Arahan
kebijakan terkait keberlanjutan revitalisasi Kawasan Pengembangan Ruang Publik Oleh Aktivitas
Kota Lama Semarang. PKL di Kawasan Stadion Mahanan Kota
Surakarta. Tesis Tidak Diterbitkan. Program
Rekomendasi Pascasarjana Magister Teknik Pembangunan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan Wilayah dan Kota.
informasi terkait program revitalisasi dan Yunus, Hadi Sabari. (2000). Teori dan .Model
pengaruhnya terhadap kondisi pola ruang Struktur Keruangan Kota. Fakultas Geografi
kawasan kepada masyarakat dan pengelola UGM, Yogyakarta.
Kawasan Kota Lama Semarang. Penelitian juga Yunus, Hadi Sabari. (1999). Struktur Tata Ruang
diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pengambilan keputusan maupun kebijakan dalam Ching, D. (2000). Arsitektur, Bentuk, Ruang, dan
keberlanjuan revitalisasi Kawasan Kota Lama Tatanan edisi II. Jakarta: Erlangga.
Semarang. Beberapa rekomendasi yang dapat Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
diberikan antara lain: Semarang Tahun 2011 – 2031.
A.P. Roders, R. Van Oers. (2011). Editorial: bridging
P erlu adanya batasan terhadap fungsi bangunan cultural heritage and sustainable development,
supaya kondisi bangunan dapat berjalan sesuai J. Cult. Herit. Manage. Sustain. Dev. 5–14,
fungsinya serta menjadi sarana penunjang bagi https://doi.org/10.1108/20441261111129898.
kawasan. Peraturan Daerah Kota Semarang No 2 Tahun
2020 tentang Rencana Tata Bangunan dan
Penanganan kemacetan dan parkir ilegal dengan Lingkungan (RTBL) Kota Lama.
menyediakan lahan parkir disekitar jalur sirkulasi Purwanto, L. (2005). KOTA KOLONIAL LAMA
utama Kawasan Kota Lama Semarang serta SEMARANG (Tinjauan Umum Sejarah
diberlakukan jam operasional bagi kendaraan Perkembangan Arsitektur Kota). DIMENSI
bermotor untuk mengurangi kemacetan. (jurnal Teknik Arsitektur), No. 1, 27-33.
https://doi.org/10.9744/dimensi.33.1.
Perlunya kebijakan dan pengendalian terkait Murtomo, B. A. (2008). ARSITEKTUR KOLONIAL
peningkatan harga lahan khususnya yang terlampau KOTA LAMA SEMARANG. Jurnal Ilmiah
tinggi (lebih dari 100%). Perancangan Kota dan Permukiman, Vol. 7,
No.2.
Tarigan, R. (2003). Perencanaan Pembangunan
DAFTAR PUSTAKA Wilayah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Danisworo, M. dan Martokusumo, W. (2002). Kartasasmita, G. (1997). Administrasi
“Revitalisasi Kawasan Kota : Sebuah Catatan Pembangunan (Perkembangan Pemikiran
dalam Pengembangan dan Pemanfaatan dan Prakteknya di Indonesia). LP3ES. Jakarta).
Kawasan Kota”, Info URDI Vol.13. Hal. 51.

A G Firdausyah, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (17 – 27) 27

You might also like