You are on page 1of 10

OPEN ACCESS Geoplanning

Volume 1, No 1, 2014, 1-12 ISSN: 2355-6544


http://ejournal.undip.ac.id/index.php/geoplanning

Kajian Arah dan Perkembangan Kota Salatiga


Pradipta Pandu Mustikaa, Bitta Pigawatib
a
Universitas Diponegoro, Indonesia, email: pradipta_pnd@yahoo.com
b
Universitas Diponegoro, Indonesia, email: bitta.pigawati@gmail.com

Article Info; Abstract: This study aims to determine the direction and development of Salatiga by
comparing the results of the Landsat 7 ETM + in 2000 and Landsat 7 ETM + in 2012. In
Received: determining the direction and development of Salatiga using three analysis: analysis of
changes in land use Salatiga in 2000 and in 2012, then the analysis of changes in socio-
economic conditions of 2000 and 2012, the final analysis of the direction and development of
in revised form:
Salatiga.Objectives that will be pursued is to identify the characteristics of the city of Salatiga,
analyze land use in 2000 and 2012 using remote sensing image and its amendments, and
Accepted: analyze the socio-economic conditions of 2000 and 2012 which covers residence and the value
of Gross Domestic Product (GDP).By using descriptive analysis, image interpretation, and
overlays can be known picture of the socio-economic conditions and changes in land use from
Available Online: 2000 to 2012 which can be used to indicate the direction and development of the city.Study
results obtained show that the direction and development of the city of Salatiga looks at land
up in the form of trade and services sectors.Analysis and data that support the development
Keywords: direction is indicated on the land use and economic development among the existing land use
Development city, for trade and services continue to rise and rise in the value of the services sector to the GDP at
Land, Remote current prices and constant prices from 2000 to 2012.
Sensing

Info Artikel; Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui arah dan perkembangan Kota Salatiga dengan
membandingkan hasil antara Citra Landsat 7 ETM+ tahun 2000 dan Citra Landsat 7 ETM+
Diterima: tahun 2012. Dalam penentuan arah dan perkembangan Kota Salatiga menggunakan tiga
analisis yaitu analisis perubahan penggunaan lahan Kota Salatiga tahun 2000 dan tahun 2012,
kemudian analisis perubahan kondisi sosial ekonomi tahun 2000 dan 2012, terakhir analisis
Hasil Revisi :
arah dan perkembangan Kota Salatiga. Sasaran yang akan ditempuh adalah mengidentifikasi
karakteristik wilayah Kota Salatiga, menganalisis penggunaan lahan tahun 2000 dan 2012
Disetujui: menggunakan citra penginderaan jauh beserta perubahannya, dan menganalisis kondisi sosial
ekonomi tahun 2000 dan 2012 yang meliputi kependudukan dan nilai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Dengan menggunakan analisis deskriptif, interpretasi citra, dan overlay
Publikasi On-Line: dapat diketahui gambaran mengenai kondisi sosial ekonomi dan perubahan penggunaan
lahan dari tahun 2000 ke tahun 2012 yang dapat digunakan untuk menunjukan arah dan
perkembangan kota. Hasil kajian yang diperoleh menunjukan bahwa arah dan perkembangan
kota Salatiga terlihat pada lahan terbangun berupa sektor perdagangan dan jasa. Analisis dan
Kata kunci: data-data yang mendukung arah perkembangan ini ditunjukan dari penggunaan lahan dan
Perkembangan kota, perkembangan ekonomi yang ada diantaranya penggunaan lahan untuk perdagangan dan
Lahan, Penginderaan jasa yang terus meningkat dan naiknya nilai sektor jasa-jasa pada PDRB atas dasar harga
Jauh berlaku dan harga konstan dari tahun 2000 hingga tahun 2012.

1. PENDAHULUAN
Perkembangan perkotaan adalah suatu proses perubahan keadaan perkotaan dari suatu keadaan ke
keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda (Yunus, 1999). Sorotan perubahan keadaan tersebut biasanya
didasarkan pada waktu yang berbeda dan untuk menganalisis ruang yang sama. Perkembangan kota
menurut (J.H.Goode dalam Daldjoeni, 1998) dipandang sebagai fungsi dari pada faktor-faktor jumlah
penduduk, penguasaan alat atau lingkungan, kemajuan teknologi dan kemajuan dalam organisasi sosial.
Perkembangan suatu kota yang pesat juga bisa dilihat dari peningkatan jumlah penduduk yang juga
dapat mengakibatkan peningkatan kebutuhan ruang. Peningkatan kebutuhan ruang memicu pertumbuhan

|1
Geoplanning 2014,Vol: 1, No: 1, 1-12 Pradipta dan Pigawati

dan perkembangan kawasan perkotaan. Hal ini seringkali tidak sejalan dengan rencana yang telah
digariskan dalam Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) suatu wilayah. Aspek yang berkaitan langsung dengan
penggunaan lahan adalah perkembangan fisik khususnya perubahan arealnya (Yunus, 1999).
Kota Salatiga merupakan kota cukup pesat perkembangannya. Hal ini dikarenakan Kota Salatiga memiliki
letak yang strategis yaitu secara geografis dikelilingi wilayah Kabupaten Semarang. Selain itu Kota Salatiga
juga terletak pada simpul jalur perhubungan darat yang menghubungkan kota-kota lainnya seperti Kota
Semarang dan Kota Surakarta, sehingga perkembangan kota Salatiga berupa perubahan alih fungsi
lahanpun tak dapat dihindari.
Penggunaan lahan yang ada sekarang ini seperti hutan, permukiman, kebun sawah, dan lain-lain adalah
salah satu bentuk pemanfaatan lingkungan alam oleh manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup.
Penggunaan lahan selalu ada di suatu daerah. Penggunaan lahan di suatu daerah akan berubah mengikuti
pola kebutuhan manusia dalam menjalankan aktivitasnya. Perubahan ini akan memberikan dampak, baik
yang bersifat positif maupun negative yang akan mempengaruhi kondisi fisik maupun kondisi sosial,
ekonomi, politik, dan budaya daerah yang bersangkutan. Perubahan penggunaan lahan yang bersifat positif
adalah dampak yang diharapkan semua pihak karena bersifat menguntungkan, sedangkan dampak negatif
seharusnya dihindari karena bersifat merugikan, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
dampak negatif adalah dengan melakukan pemanfaatan sumberdaya sesuai kebutuhan.
Bentuk penggunaan lahan suatu wilayah terkait dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya.
Pertumbuhan dan aktivitas penduduk yang tinggi terutama terjadi di daerah perkotaan, sehingga daerah
perkotaan pada umumnya mengalami perubahan penggunaan lahan yang cepat. Tercatat pada tahun 2000
hingga 2010 saja, laju pertumbuhan penduduk di Kota Salatiga sudah mencapai 1,13 persen per tahun.
Jumlah penduduk Kota Salatiga selama sepuluh tahun terakhir naik dari 153.036 menjadi 171.067 pada
tahun 2010. Hal ini menunjukan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin intensifnya aktivitas
penduduk di suatu tempat berdampak pada makin meningkatnya perubahan penggunaan lahan.
Peningkatan jumlah penduduk Kota Salatiga yang sangat cepat disertai dengan peningkatan pendapatan
per kapita masyarakat telah mengakibatkan kebutuhan lahan semakin meningkat. Namun, karena
persediaan lahan terbatas maka terjadilah proses alih fungsi lahan. Perubahan penggunaan lahan adalah
perubahan pemanfaatan lahan yang berbeda dengan pemanfaatan sebelumnya, baik untuk tujuan sosial,
ekonomi, budaya, maupun industri. Adanya perubahan penggunaan lahan tersebut juga bisa terjadi karena
aspek ekonomi dan bisa menunjukan suatu arah perkembangan kota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pembagian wilayah studi pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1.Wilayah studi Kota Salatiga (Bappeda Kota Salatiga, 2013)

|2
Geoplanning 2014,Vol: 1, No: 1, 1-12 Pradipta dan Pigawati

2. DATA DAN METODE


Metode analisis merupakan cara yang digunakan untuk menganalisis suatu data atau penelitian,
sedangkan analisis data sendiri adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun, 1989). Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur,
teknik, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Metode penelitian menggambarkan rancangan
penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber
data, serta dengan cara apa data tersebut diperoleh dan diolah/dianalisis. Dalam prakteknya terdapat
sejumlah metode yang biasa digunakan untuk kepentingan penelitian.
Ada dua metode analisis yang digunakan, yang pertama yaitu dengan penerapan analisis spasial
Geographic Informational System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis (SIG) yang akan menghasilkan
output berupa peta. SIG merupakan suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang
bereferensi spasial. SIG juga dapat menggabungkan data, mengatur data dan melakukan analisis data yang
akhirnya akan menghasilkan keluaran yang dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada
masalah yang berhubungan dengan geografi. Metode kedua yaitu dengan interpretasi citra yang
merupakan kegiatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek yang
tergambar dalam citra dan menilai arti penting obyek tersebut (Estes dan Simonett, 1975 dalam Sutanto,
1986). Interpretasi citra disini digunakan untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan yang terjadi di
Kota Salatiga pada kurun waktu 2000 dan 2012. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kerangka analisis pada
Gambar 2 berikut.

Gambar 2.Kerangka Analisis

Sedangkan teknik analisis dalam studi ini adalah sebagai berikut:


a. Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif
Deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan obyek secara naratif (kata-kata) dengan parameter
kualitatif. Teknik ini berguna untuk menganalisis langsung terhadap keadaan obyek studi melalui
uraian, pengertian, ataupun penjelasan-penjelasan. Output yang diperoleh dari analisis ini adalah
deskripsi mengenai kondisi sosial ekonomi meliputi kependudukan dan PDRB yang mendorong

|3
Geoplanning 2014,Vol: 1, No: 1, 1-12 Pradipta dan Pigawati

perkembangan kota Salatiga dan perubahan baik penggunaan lahan maupun sosial ekonomi yang
terjadi dari tahun 2000 dan 2012.
b. Teknik Analisis Interpretasi Citra
Interpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk
mengidentifikasi obyek yang tergambar dalam citra dan menilai arti penting obyek tersebut (Estes
dan Simonett, 1975 dalam Sutanto, 1986). Kegunaan dari interpretasi citra ini yaitu untuk melihat
perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kota Salatiga pada kurun waktu 2000 dan 2012.
Tahapan analisis interpretasi citra dimulai dari persiapan citra sampai citra tersebut diklasifikasi.
Persiapan citra merupakan hal yang penting sebelum melakukan analisis perubahan penggunaan
lahan di Kota Salatiga tahun 2000 dan 2012. Perubahan penggunaan lahan tersebut hanya dapat
dianalisis setelah citra diklasifikasi. Dengan tahapan agar menghasilkan klasifikasi yang maksimal
citra Landsat haruslah terkoreksi dahulu dengan metode koreksi geometrik dan radiometrik. Hal
tersebut dilakukan agar koordinat citra tersebut sesuai dengan koordinat geografis yang
sebenarnya. Lalu citra tersebut harus melalu proses filtering yaitu dengan penajaman citra.
Langkah-langkah tersebut dilakukan pada kedua citra, selanjutnya kedua citra di klasifikasi dengan
metode terbimbing atau supervised dan sebagai outputnya diperoleh hasil overlay dari kedua citra.
c. Teknik Analisis Overlay
Overlay yaitu teknik atau kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta diatas grafis peta yang
lain dan menampilkan hasilnya di layar komputer atau pada plot. Secara singkatnya, overlay
menampalkan suatu peta digital pada peta digital yang lain beserta atribut-atributnya dan
menghasilkan peta gabungan keduanya yang memiliki informasi atribut dari kedua peta tersebut.
Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda. Overlay disini
digunakan untuk menganalisis obyek studi melalui peta dengan cara menumpangsusunkan antara
peta satu dengan peta lainnya, sehingga menghasilkan informasi yang diinginkan secara spasial.
Dari teknik ini akan diketahui adanya perubahan penggunaan lahan dari tahun ke tahun, yaitu
mengoverlay hasil peta interpretasi citra penggunaan lahan Kota Salatiga tahun 2000 dengan tahun
2012.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Perubahan Penggunaana Lahan Kota Salatiga menggunakan interpretasi citra. Interpretasi
citra digunakan sebagai alat analisis untuk melihat penggunaan lahan yang terdapat di Kota Salatiga.
Citra yang digunakan menggunakan citra Landsat Jawa Tengah tahun 2000 dan tahun 2012. Sebelum
diklasifikasi secara terbimbing (supervised) hingga menampilkan sebuah penggunaan lahan, terlebih
dahulu dilakukan tahapan persiapan citra.
Tahapan persiapan citra menunjukkan pada kegiatan mengorganisasikan beragam data ke dalam
suatu susunan tertentu untuk mempermudah didalam pengolahan data-data tersebut sehingga data-
data tersebut dapat diintepretasikan dan tersajilah suatu informasi. Biasanya untuk membuat informasi
menjadi lebih menarik khususnya yang berkaitan dengan spatial maka data-data yang diolah dapat
disajikan menggunakan peta agar lebih informatif. Tahap persiapan citra merupakan hal yang penting
sebelum melakukan analisis perubahan penggunaan lahan di Kota Salatiga tahun 2000 dan 2012.
Perubahan penggunaan lahan tersebut hanya dapat dianalisis setelah citra diklasifikasi. Dengan
tahapan agar menghasilkan klasifikasi yang maksimal citra Landsat haruslah terkoreksi dahulu dengan
metode koreksi geometrik dan radiometrik. Hal tersebut dilakukan agar koordinat citra tersebut sesuai
dengan koordinat geografis yang sebenarnya. Lalu citra tersebut harus melalu proses filtering yaitu
dengan penajaman citra Setelah itu citra Jawa Tengah di cropping baik dari tahun 2000 dan 2012.
Langkah-langkah tersebut dilakukan pada kedua citra, selanjutnya kedua citra di klasifikasi dengan
metode terbimbing atau supervised dan sebagai outputnya diperoleh hasil overlay dari kedua citra.
Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat Kota Salatiga tahun 2000 dan 2012, diperoleh luasan lahan
untuk masing-masing penggunaan lahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kerangka hasil interpretasi
pada Gambar 3 berikut.

|4
Geoplanning 2014,Vol: 1, No: 1, 1-12 Pradipta dan Pigawati

Gambar 3.Hasil Interpretasi Citra Kota Salatiga Tahun 2000 dan 2012

Berdasarkan identifikasi penggunaan lahan di Kota Salatiga tahun 2000 dan 2012 terjadi perubahan
penggunaan lahan yang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Perubahan Lahan Terbangun dan Non Terbangun

Tabel tersebut menunjukan perbandingan antara luas lahan terbangun dan non terbangun tahun
2000 dan 2012 yang meliputi kawasan pemukiman, fasilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas perdagangan
dan jasa, maupun industri mengalami perkembangan. Berdasarkan klasifikasi hampir semua kecamatan
di Kota Salatiga pada tahun 2000 hingga tahun 2012 mengalami pertambahan luas penggunaan lahan
pada kawasan terbangun, kecuali kecamatan Argomulyo yang mengalami penurunan. Tercatat
Kecamatan Argomulyo mempunyai jumlah luas perubahan penggunaan lahan terbanyak yaitu sebesar
143,94 ha atau berkurang 5,77% dari lahan terbangun menjadi non terbangun. Berkurangnya luas
kawasan terbangun menjadi non terbangun di kecamatan Argomulyo disebabkan karena adanya
pembebasan lahan untuk pembangunan jalan tol yang menghubungkan Semarang-Solo-Yogyakarta.
Kecamatan dengan luas perubahan penggunaan terbanyak lainnya yaitu Kecamatan Tingkir dengan
jumlah perubahan penggunaan lahan sebesar 127,52 ha atau bertambah 3,34% dari tahun 2000 ke
tahun 2012. Perubahan penggunaan lahan pada Kecamatan Tingkir terjadi pada kawasan terbangun
yang semakin bertambah dan kawasan non terbangun yang semakin berkurang. Tahun 2000 luas
kawasan terbangun di Kecamatan Tingkir sebesar 589,32 ha dan menjadi sebesar 716,84 ha pada tahun
|5
Geoplanning 2014,Vol: 1, No: 1, 1-12 Pradipta dan Pigawati

2012. Sedangkan kecamatan yang paling sedikit mengalami perubahan penggunaan lahan dari lahan
terbangun ke non terbangun yaitu kecamatan Sidomukti, dengan luas perubahan penggunaan lahan
sebesar 42,17 ha atau 0,68% dari tahun 2000 ke tahun 2012. Salah satu contoh perubahan penggunaan
lahan terbangun di Kota Salatiga yaitu kawasan permukiman dan perdagangan jasa. Lahan terbangun
berupa kawasan permukiman dan perdagangan jasa terus meningkat keberadaannya karena kepadatan
penduduk yang semakin bertambah membuat kebutuhan akan permukiman sebagai sarana tempat
tinggal pun bertambah. Selain itu perubahan penggunaan lahan di Kota Salatiga juga terjadi karena
letak Kota Salatiga yang strategis yaitu dilewati jalan arteri primer yang menghubungkan Kota
Semarang, Solo dan Yogyakarta.

Analisis Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi Kota Salatiga menggunakan analisis deskriptif, dengan
membandingkan data sosial ekonomi tahun 2000 dan tahun 2012. Berdasarkan Tabel jumlah penduduk
Kota Salatiga tahun 2000 sampai 2012 selalu mengalami kenaikan. Kenaikan jumlah penduduk
terbanyak terjadi di Kecamatan Argomulyo sebesar 11.826 jiwa (40,67%), disusul Kecamatan Sidorejo
yang naik sebesar 6.536 jiwa (22,48%), lalu Kecamatan Sidomukti sebesar 5800 jiwa (19,95%) dan
terakhir Kecamatan Tingkir sebesar 4.914 jiwa (16,89%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kenaikan
jumlah penduduk pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Kenaikan Jumlah Penduduk

Bertambahnya jumlah penduduk di Kota Salatiga juga tidak lepas dari perubahan penggunaan lahan
yang terjadi dari tahun 2000 hingga tahun 2012. Perubahan penggunaan lahan dan kenaikan jumlah
penduduk juga berbanding lurus dengan kenaikan nilai PDRB atas dasar harga konstan, dimana dari
tahun 2000 sampai 2012 nilai PDRB naik sebesar 761.690,96. Untuk lebih jelas bisa dilihat pada Tabel 3
berikut.
Tabel 3. Perkembangan PDRB

|6
Geoplanning 2014,Vol: 1, No: 1, 1-12 Pradipta dan Pigawati

Adapun indikator terkait ekonomi diantaranya adalah daya saing dan pertumbuhan. Bahwa
ekonomi terkait juga dengan pemenuhan kebutuhan (material) manusia tanpa mengorbankan generasi
dimasa mendatang. Dalam perdagangan, Kota Salatiga memiliki potensi unggulan daerah yang mampu
dipasarkan hingga luar wilayah Salatiga, yaitu industri batu pahat, industri abon dan dendeng, industri
enting-enting gepuk, industri kofeksi, industri kerajinan panah, industri bambu, dan industri sapu ijuk.
Dari 7 produk unggulan tersebut secara garis besar pemasarannya adalah Surakarta serta Semarang
baik kota atau kabupaten dan tidak menutup kemungkinan ke daerah lainnya. Namun yang paling
dominan adalah wilayah Semarang. Keadaan ini tidak begitu berbeda dengan sektor pertanian. Kota
Salatiga dengan keadaan alam yang dimilikinya sangat memungkinkan untuk pengembangan kegiatan
yang berbasis pertanian. Karena 14,18 % dari luas wilayah Kota Salatiga adalah lahan sawah. Hasil
pertanian Kota Salatiga tujuan pemasarannya juga paling dominan adalah wilayah Semarang.
Sedangkan untuk industri meubel pemasarannya hingga luar negeri.
Bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya aktivitas kota sebagai pusat pelayanan sosial-
pemerintahan dan ekonomi menyebabkan percepatan perkembangan lahan terbangun terlihat
semakin meluas ke luar kawasan pengembangan awalnya hingga saat ini. Intensitas permintaan
pemenuhan kebutuhan lahan di Kota Salatiga semakin lama semakin meningkat, sehingga sebagian
besar lahan yang awalnya lahan non terbangun akan berubah menjadi lahan terbangun.

Analisis Arah dan Perkembangan Kota Salatiga Semua mendapatkan bahwa perkembangan kota
Salatiga mengarah ke sektor perdagangan dan jasa. Berdasarkan RTRW Kota Salatiga tahun 2010-2030,
Kota Salatiga juga merupakan kota dengan arahan pengembangan berdasarkan fungsi kegiatan
utamanya sebagai kawasan perdagangan dan jasa. Analisis dan data-data yang mendukung arah
perkembangan ini ditunjukan dari penggunaan lahan dan perkembangan ekonomi yang ada. Dari hasil
penggunaan lahan berdasarkan citra yang kemudian di identifikasi sesuai dengan kondisi eksisting yang
ada, luas penggunaan lahan untuk perdagangan dan jasa dari tahun 2000 ke tahun 2012 semakin
meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat peta arah dan perkembangan Kota Salatiga pada
Gambar.4 berikut.

Gambar 4.Peta Arah dan Perkembangan Kota Salatiga Tahun 2000 dan 2012

Luas lahan perdagangan dan jasa Kota Salatiga tahun 2000 tercatat sebesar 48,96 ha.
Perkembangan perdagangan dan jasa jelas sekali terjadi karena pada tahun 2012 luas lahan
perdagangan dan jasa Kota Salatiga berubah menjadi 88,50 ha atau bertambah sebesar 39,54 ha.
|7
Geoplanning 2014,Vol: 1, No: 1, 1-12 Pradipta dan Pigawati

Perkembangan perdagangan dan jasa terjadi karena jumlah penduduk Kota Salatiga terus meningkat
maka pembangunan lahan terbangunpun akan terus meningkat. Dengan banyaknya guna lahan
terbangun maka sarana perdagangan dan jasa juga meningkat seiring pertumbuhan guna lahan
permukiman yang salah satu diantaranya masuk dikawasan terbangun.

Gambar 5.Peta Arah dan Perkembangan Kota Salatiga Tahun 2000-2012

Persentase perubahan perdagangan dan jasa menunjukan bahwa Kecamatan Argomulyo


merupakan kecamatan dengan persentase perubahan perdagangan jasa terbesar dengan perubahan
sebesar 30,90%. Dimana pada tahun 2000 luas perdagangan dan jasa di Kecamatan Argomulyo sebesar
4,82 ha dan menjadi 17,04 ha pada tahun 2012. Meskipun perubahan perdagangan dan jasa terbesar
terjadi di Kecamatan Argomulyo namun luas lahan perdagangan dan jasa terbesar berada di Kecamatan
Sidorejo dengan luas lahan untuk perdagangan dan jasa sebesar 44,34 ha. Berikut merupakan tabel luas
perkembangan perdagangan dan jasa Kota Salatiga dan perkecamtannya.

Tabel 4.

|8
Geoplanning 2014,Vol: 1, No: 1, 1-12 Pradipta dan Pigawati

Tabel 5.

Arah perkembangan perdagangan dan jasa jelas terlihat disemua kecamatan Kota Salatiga. Paling
signifikan arah perkembangan terjadi di Kecamatan Argomulyo. Pada tahun 2000 luas perdagangan dan
jasa di Kecamatan Argomulyo sebesar 4,82 ha dan menjadi 17,04 ha pada tahun 2012. Hal ini
menunjukan bahwa arah perdagangan dan jasa di Kota Salatiga meyebar keluar pusat kota di
Kecamatan Tingkir dan Kecamatan Sidomukti menuju ke arah Kecamatan Argomulyo.
Berdasarkan temuan studi, contoh kawasan perdagangan dan jasa mengarah keluar wilayah
kawasan CBD (Central Bussiness District) kota yang berada dekat dengan kawasan permukiman
Puncuran yang terletak di sekitar koridor Jl. Jend. Sudirman, Kecamatan Argomulyo. Kawasan ini
terletak di Bagian Wilayah Kota I (BWK I) dimana kawasan ini diperuntukan bagi aktivitas perdagangan
dan jasa, selain juga kegiatan pemerintahan dan perkantoran. Pertumbuhan penduduk yang pesat,
faktor keterbatasan lahan, dan peluang membuka usaha di wilayah potensial ekonomis untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat pada Kota Salatiga akan mendorong masyarakat setempat untuk
melakukan inovasi mix use.

4. KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa perubahan penggunaan yang terjadi
di Kota Salatiga dari tahun 2000 hingga tahun 2012 menunjukan luas sebesar 117,43 ha lahan non
terbangun berkurang dan beralih fungsi menjadi lahan terbangun. Kecamatan Tingkir mengalami
kenaikan jumlah lahan terbangun terbesar yaitu 127,52 ha atau bertambah 3,34% dari tahun 2000 ke
tahun 2012. Sedangkan Kecamatan Argomulyo mengalami penurunan jumlah lahan terbangun sebesar
143,94 ha atau berkurang 5,77%. Berkurangnya luas kawasan terbangun menjadi non terbangun di
kecamatan Argomulyo disebabkan karena adanya pembebasan lahan untuk pembangunan jalan tol
yang menghubungkan Semarang-Solo-Yogyakarta.
Perubahan kondisi sosial ekonomi yang terjadi di Kota Salatiga dari tahun 2000 hingga tahun 2012
mengalami pertambahan penduduk sebesar 29.078 jiwa. Pertambahan penduduk akan memicu
meningkatnya permintan kebutuhan lahan. Pada nilai PDRB atas dasar harga berlaku nilai sektor jasa-
jasa dari tahun 2000 hingga 2012 mengalami penaikan yang sangat signifikan sebesar 408.348,91.
Sedangkan nilai PDRB atas dasar harga konstan dari tahun 2000 sampai 2012 naik sebesar 761.690,96.
Arah dan perkembangan kota Salatiga terlihat pada sektor perdagangan dan jasa. Analisis dan
data-data yang mendukung arah perkembangan ini ditunjukan dari penggunaan lahan dan
perkembangan ekonomi yang ada diantaranya penggunaan lahan untuk perdagangan dan jasa yang
terus meningkat dan naiknya nilai sektor jasa-jasa pada PDRB atas dasar harga berlaku dan harga
konstan dari tahun 2000 hingga tahun 2012. Arah perdagangan dan jasa jelas terlihat disemua
|9
Geoplanning 2014,Vol: 1, No: 1, 1-12 Pradipta dan Pigawati

kecamatan Kota Salatiga. Paling signifikan arah perkembangan terjadi di Kecamatan Argomulyo. Pada
tahun 2000 luas perdagangan dan jasa di Kecamatan Argomulyo sebesar 4,82 ha dan menjadi 17,04 ha
pada tahun 2012. Contoh kawasan perdagangan dan jasa seperti pada wilayah kawasan CBD (Central
Bussiness District) kota yang berada dekat dengan kawasan permukiman Puncuran yang terletak di
sekitar koridor Jl. Jend. Sudirman, Kecamatan Argomulyo.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan mengenai arah dan perkembangan Kota Salatiga terdapat
rekomendasi terkait pengembangan kawasan perdagangan dan jasa yaitu peningkatan kualitas
perdangan dan jasa yang ditawarkan. Adapun rekomendasi lain yaitu terkait sarana dan prasarana
perdagangan dan jasa dengan skala yang regional, juga meningkatkan jaringan prasarana dan fasilitas
penunjang kegiatan perdagangan dan jasa berupa pemeliharaan secara berkala kondisi jalan atau akses
ke kawasan perdagangan dan jasa tersebut hingga pada fungsi jalan lingkungan atau lokal juga
mendapatkan perhatian agar kondisi jalan tidak mengalami kerusakan seperti lubang-lubang yang
terdapat di jalan karena sangat mengganggu pengguna jalan.

5. DAFTAR PUSTAKA
Black, J. 1981. Urban Transport Planning. London : Croom Helm
Baja, Sumbangan dan M Phil. 2012. Perencanaan Tata Guna Lahan dalam Pengembangan Wilayah –
Pendekatan Spasial dan Aplikasinya. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Bintarto R. 1977. Geografi Kota. Yogyakarta: UP Spring.
BPS. 2000. Data Dalam Angka Kota Salatiga. Pemerintah Kota Salatiga.
BPS. 2012. Data Dalam Angka Kota Salatiga. Pemerintah Kota Salatiga.
Budihardjo, Eko. 1997. Tata Ruang Perkotaan. Bandung: Penerbit Alumni.
Daldjoeni. 1996. Geografi Kota dan Desa. Bandung: Penerbit Alumni.
Catanese, Anthony J and James C Snyder. 1996. Perencanaan Kota. Jakarta: Erlangga
Hardika Putra, Erwin. 2011. Penginderaan Jauh Dengan ER Mapper. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Prahasta, Eddy. 2004. Sistem Informasi Geografis. Bandung: Informatika
Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Noor, Djauhari. 2009. Geologi Lingkungan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Nugroho. 2008. Geografi dan Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Sari Ilmu.
Nursid Sumaatmadja, 1988. Studi Geografi, Suatu Pendekatan Analisa Keruangan. Bandung : Alumni
Sutanto. 1999. Penginderaan Jauh: Jilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tarigan, Robinson. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara
Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Yunus, Hadi Sabari. 1994. Teori dan Model Struktur Keruangan Kota. Yogyakarta: Fakultas Geografi
UGM.
Yunus, Hadi Sabari. 2001. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

| 10

You might also like