You are on page 1of 10

KAJIAN PERUBAHAN GARIS PANTAI MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT

MULTITEMPORAL DI KOTA SEMARANG

Julio Noronha Marques


julio.noronha.marquez@gmail.com

Nurul Khakhim
nurulkhakhim@ugm.ac.id

Abstract
Semarang city is the capital of central Java Province. Development in Semarang city is growing, so
large land requirement encourage reclamation. The influence of reclamation activities have an impact
on the dynamics of the coastline in the coastal city of Semarang. The purpose of this study is to identify
changes in the shoreline of Semarang using Landsat TM image from 1994.2004 and 2014 and to
analyze the rate of change of the shoreline in the city of Semarang. The methods used in this research
are image interpretation and field surveys. The results of the analysis of shoreline change is done by
overlaying (Overlay), a single transect method to produce an average length of shoreline change.
Overlay tentative maps from 1994-2004 and 2004-2014 will produce a map of the shoreline changes
over the past 20 years. These results indicate a change in Semarang coastline dominated by the
reclamation area of 35.9 hectares in 1994-2004 and 241.9 hectares in the years 2004-2014; and
abrasion area of 108.78 hectares in 1994-2004 and 73.7 hectares in 2004-2014. The process of
sedimentation in Semarang city is very small with an area of 19.34 hectares in 1994-2004 and 2.14
hectares in 2004-2014. The Reclamation areas that experienced in the coastal city of Semarang are
mostly in the District of West Semarang, Noth Semarang, District Tugu and partly leading to
Semarang District of West. While coastal erosion generally occurs in coastal areas Genuk subdistrict,
Semarang North west, and most of the District Tugu. Hidrooseanografi factors, soil degradation and
human factors are quite influential in changing dynamics of coastal shoreline Semarang City.

Keywords: Shoreline,Abrasion,Sedimentation,Reclamation, and Semarang City.

Intisari
Kota Semarang merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah. Pembangunan Kota Semarang
sangat berkembang sehingga kebutuhan lahan mendorong kegiatan reklamasi. Pengaruh kegiatan
reklamasi berdampak terhadap dinamika garis pantai pesisir Kota Semarang. Tujuan penelitiannya
mengidentifikasi perubahan garis pantai menggunakan Landsat TM tahun 1994,2004 dan 2014.
Metode penelitiannya adalah interpretasi citra, survey lapangan. Hasil analisis perubahan garis pantai
dilakukan Overlay, serta single transect menghasilkan panjang rata-rata perubahan garis pantai.
Overlay peta tentatif 1994-2004 dan 2004-2014 akan menghasilkan peta perubahan garis pantai
selama 10tahunan. Hasil penelitian menunjukan reklamasi seluas 35,9hektar di tahun 1994-2004 dan
241,9ha di tahun 2004-2014; serta abrasi 108,78ha tahun 1994-2004 dan 73,7hektar di tahun 2004-
2014. Proses sedimentasi sangat kecil dengan luas 19,34ha di tahun 1994-2004 dan 2,14ha di tahun
2004-2014. Kawasan yang mengalami reklamasi di Kecamatan Semarang Barat, Semarang Utara serta
sebagian Tugu bagian barat. Sementara abrasi pantai terjadi di kawasan pesisir Genuk, Semarang
Utara sebelah barat, dan sebagian Tugu. Faktor hidrooseanografi, penurunan tanah dan reklamasi
cukup berpengaruh dalam dinamika perubahan garis pantai pesisir Kota Semarang.

Kata kunci: Garis Pantai, Abrasi, Sedimentasi, Reklamasi dan Kota Semarang.

1
untuk mengetahui pemisahan tubuh air
PENDAHULUAN dan tubuh darat sehingga mampu
Kota Semarang adalah Ibukota untuk pemantauan perubahan garis
Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah pantai yang ada di luasan kawasan
penduduk sebanyak 1.438.733 jiwa menengah dalam jangka waktu
berdasarkan pada tahun 2005. Jumlah tahunan.
penduduk yang tinggi di Kawasan Peneliti tertarik akan
Semarang mendorong percepatan perubahan garis pantai di Kota
pembangunan di Kota Semarang. Semarang menggunakan aransemen
Kemajuan pembangunan di Kota citra Landsat multispektral
Semarang telah mengalami dinamika Tujuan penelitiannya untuk
yang sangat pesat dalam berbagai hal, menidentifikasi perubahan garis pantai
terutama dalam pembangunan fisik di di Kota Semarang menggunakan data
Kota Semarang (Nugroho, 2013). citra Landsat (tahun 1994,2004 dan
Pembangunan fisik yang umumnya 2014) dan menganalisis laju
tidak memperhatikan kearifan perubahan garis pantai di Kota
lingkungan mengakibatkan berbagai Semarang pada tahun perekaman
masalah di Kota Semarang. Akibat citra Landsat (tahun 1994 - 2004 dan
dari banyaknya pembangunan di tahun 2004 - 2014).
Kawasan Semarang, maka eksploitasi
air tanah yang berlebihan mendorong METODE PENELITIAN
turunya muka air tanah diikuti Metode yang digunakan dalam
penurunan muka tanah. Pembangunan penelitian ini adalah interpretasi citra
di kawasan pesisir di Semarang yang dan survey lapangan. Hasil analisis
menjorok ke laut. Adanya peristiwa perubahan garis pantai dilakukan
perubahan iklim global juga dengan tumpang susun (Overlay),
mendorong pencairan es di kutub serta metode single transect untuk
sehingga muka air laut semakin tinggi. menghasilkan panjang rata-rata
Hal ini mendorong penurunan garis perubahan garis pantai. Pengolahan
pantai di kawasan Semarang. data sekunder dilakukan untuk
Perkembangan cepat teknologi mengetahui parameter yang
penginderaan jauh menmbuat metode mempengaruhi perubahan garis pantai.
ini menjadi metode survey kontinyu 1. Tahap Persiapan.
dan muthakir. Cukup banyak aplikasi Tahapan ini antara lain:
penginderaan jauh yang dapat 1. studi pustaka dan laporan penelitian
digunakan untuk pemantauan sebelumnya terkait dengan judul
perubahan garis pantai di suatu penelitian yang akan dilakukan.
kawasan. Salah satu diantaranya 2. pengumpulan Citra Landsat yang
adalah aplikasi Citra Landsat ( Gathot sesuai dengan tujuan penelitian.
Winarso, dkk .2008). Penggunaan citra 3. pengumpulan data sekunder dari
satelit landsat multispektral pada instansi pemerintah maupun swasta
saluran 432 (Landsat 7) dan 543 terkait daerah kajian dan data sekunder
(Landsat 8) ini banyak digunakan parameter oseanografis yaitu arus,

2
gelombang, dan kecepatan angin c. Crooping
daerah pesisir Kota Semarang. Crooping dilakukan karena
wilayah penelitian tidak mencakup
semua citra. Hal ini dilakukan agar
2. Tahap Pemrosesan data lebih mudah dan fokus untuk
a. Koreksi Radiometrik melakukan intrepretasi dan
Koreksi radiometrik dilakukan pengolahan citra lebih lanjut.
untuk meminimalisir kesalahan nilai d. Masking.
piksel saat perekaman cira satelit. Masking bertujuan untuk
Koreksi radiometrik bertujuan untuk memisahkan tubuh air dengan
mengembalikan nilai piksel citra (DN) daratan. Pada tahap masking, band
ke nilai pantulan pada permukaan yang digunakan adalah band 4 dan 5
bumi (at-surface reflectance). dimana aplikasi dari saluran ini lebih
Perubahan nilai dari DN ke nilai fokus untuk membedakan tubuh air.
pantulan pada permukaan bumi harus Dalam software ENVI, terdapat dua
diawali terlebih dahulu dengan tahapan dalam melakukan masking,
konversi nilai DN ke nilai pantulan yaitu build mask dan apply mask.
pada sensor. Metode yang digunakan Build mask digunakan untuk
dalam penelitian ini adalah metode membangun citra mask dari nilai-nilai
Dark Object Substraction (DOS). Dos data tertentu, rentang nilai, nilai-nilai
mengasumsikan bahwa nilai digital terbatas atau tak terbatas, ROI, ENVI
objek tergelap di permukaan bumi vector file (EVFs) dan file info.
haruslah nol. Namun pada e. Pembuatan peta tentatif garis pantai
kenyataannya, nilai digital pada Pembuatan peta tentatif garis
masing-masing band tidak selalu nol. pantai pada tahun 1994, 2004 dan
b. Koreksi Geometrik 2014 terlebih dahulu dilakukan
Koreksi geometrik bertujuan koreksi dan kalibrasi garis pantai.
untuk mengatasi kesalahan-kesalahan Koreksi dan kalibrasi garis pantai ini
geometri citra yang tejadi saat proses dilakukan dengan pengecekan
perekaman citra oleh sensor satelit. lapangan, namun dipilih pada lokasi
Koreksi ini dilakukan dengan yang dapat mewakili kondisi yang
menentukan titik control lapangan atau ada. Pemilihan lokasi ini berdasarkan
Ground Control Point (GCP). GCP purpositive sampling, yaitu daerah
yang dipilih di lapangan dengan yang banyak megalami perubahan
memilih obyek-obyek yang mudah pada hasil interpretasi, maka lokasi
dikenali. Titik GCP juga dilakukan cek lapangan akan semakin banyak,
dengan menentukan daerah yang tidak sehingga dari lokasi lapangan yang
terkena pengaruh pasang surut. dicek tersebut akan mewakili seluruh
Sedangkan untuk GCP di wilayah kondisi perubahan garis pantai yang
perairan, GCP diusahakan merupakan terjadi. Landsat TM 7 digunakan
objek yang tetap, dan tidak berpindah. untuk membuat peta tentatif tahun
Koreksi geometrik dengan cara ini 1994 dan tahun 2004, sedangkan
hanya dilakukan pada citra Landsat 2014 menggunakan citra Landsat 8.
yang terbaru.

3
f. Penentuan Panjang Rata-Rata surut dapat diperoleh pada saat
Perubahan Garis Pantai pengecekan garis pantai dan
Panjang perubahan garis pantai didukung oleh data sekunder.
rata-rata didapatkan murni dari hasil Perolehan data lapangan gelombang
interpretasi citra Landsat TM. Metode dan angin menggunakan metode data
yang digunakan adalah metode single sekunder dari BMKG maupun
transect (ST). Metode ini mengunakan tulisan-tulisan terdahulu yang terkait
garis-garis transek dengan jarak sesuai dengan penelitian ini
dengan resolusi maksimal spasial citra
yang digunakan. Dalam hal ini, 4. Tahap Penyelesaian
dikarenakan citra yang digunakan Data-data yang diperoleh hasil
adalah citra Landsat TM yang pengolahan citra dan data sekunder
memiliki resolusi spasial 30 meter, disajikan ke dalam bentuk peta,
maka jarak setiap titik adalah 30 gambar, dan tabel yang sesuai dengan
meter. Adapun panjang perubahan tujuan penelitian. Melalui pemrosesan
garis pantai rata-rata didapatkan dari tumpangtindih peta garis pantai juga
rata-rata panjan transek tiap tahun. dapat diperoleh kesimpulan apakah
Sedangkan gambaran transek yang garis pantai termasuk dalam tipe abrasi
dilakukan oleh penulis dapat dilihat dan akresi. Selain itu luas dari
pada Gambar 3.1. perubahan garis pantai juga dapat
diketahui. Perubahan garis pantai
bahkan dapat diketahui dari tahun
1994 sampai 2014. Besarnya luasan
perubahan kemudian dianalisis dan
dibahas secara lebih luas dengan
mengkaitkannya dengan data
parameter oseanografis dan data
sekunder lainnya. Data sekunder
Gambar 1. Gambaran mengenai oseanografis juga ditampilkan dalam
metode Single Transect bentuk grafik dan diagram sehingga
Sumber : Karim 2010. lebih mudah dilihat trend
3. Kerja Lapangan perkembangannya.
Kerja lapangan dilakukan agar Hasil interpretasi garis pantai
penentuan batas garis pantai tepat dan 1994, 2004 dan 2014 di overlay untuk
sesuai dengan keadaan di lapangan. mendapatkan peta perubahan garis
Untuk melakukan pengecekan garis pantai dari tahun 1994-2004, dan peta
pantai, dilakukan berdasarkan perubahan garis pantai tahun 2004-
sampling dengan mengambil sampel 2014. Dari peta ini nantinya akan
di lapangan. Penentuan sampel diperoleh luasan perubahan garis
dilakukan dengan metode porposive pantai. Luasan perubahan garis pantai
sampling. Sampel yang diambil ditampilkan dalam bentuk tabel
sebanyak dua puluh lima titik yang perubahan garis pantai.
terletak menyebar di sepanjang pantai
wilayah penelitian. Rentang pasang

4
HASIL DAN PEMBAHASAN pantai dengan proses digital dilakukan
pada saluran tunggal dari Landsat 7
Interpretasi garis pantai dapat
ETM tahun 1994, 2004 yaitu band 4
dilakukan setelah citra dilakukan
dan Landsat 8 tahun 2014 dengan
masking. Pengolahan citra melakukan
saluran tunggal yaitu band 5. Operasi
interpretasi citra sesuai dengan tujuan
tumpang susun peta garis pantai
penelitian. Interpretasi citra
dilakukan untuk mengetahui luasan
merupakan tahapan pengkajian citra
perubahan garis pantai dari tahun
dengan maksud untuk menidentifikasi
1994-2004 dan tahun 2004-2014.Dari
objek dan menilai arti penting objek
hasil tumpang susun ini tampak
(Sutanto, 1986). Interpretasi yang
perubahan garis pantai baik
digunakan peneliti yaitu secara digital,
penambahan daratan (akresi) maupun
dimana hasil citra masking didigitasi
pengurangan daratan (abrasi). Hasil
untuk mengetahui batas darat dan laut.
perubahan garis pantai dapat dilihat
Penyusunan citra komposit dilakukan
pada gambar 2. Sedangkan luasan
untuk mempermudah mengenali
perubahan garis pantai dapat dilihat
objek-objek yang diinterpretasi.
pada tabel 1.
Peneliti mengunakan komposit 432
untuk Landsat 7 karena band 4 dengan
panjang gelombang 0,76-0,90
(inframerah dekat) ‘mudah untuk
membatasi tubuh air dari daratan, band
3 panjang gelombang 0,63-0,69
(merah) mudah untuk melihat daerah
yang menyerap klorofil khususnya
tumbuhan mangrove yang ada di
pesisir pantai sedangkan band 2 (0,52-
0,60) spektral hijau dimanfaatkan
untuk nilai pantul hijau pucuk
tumbuhan dan penafsiran aktifitas budi
daya manusia yang ada di sekitar
pesisir. Pada Landsat 8 ada
peningkatan spektral sehingga
menggunakan komposit 543 karena
sketral inframerah dekat ada di band 5,
gelombang merah ada di band 4 dan
band 3 digelombang hijau. Pada
gambar 1. Gambar 1. Citra Landsat 7
Kedua citra dengan selisih perekaman komposit 432 (atas) dan Landsat 8
10 tahun ditumpan susun untuk komposit (543) bawah.
mendapat garis pantai. Penentuan garis

5
Gambar 2. Peta perubahan garis pantai Kota Semarang tahun 1994-2004 (kiri)
dan 2004-2014 (kanan).
Sumber : interpretasi Citra Landsat tahun perekaman 1994, 2004 dan 2014.
Tabel 1. Luasan perubahan garis Tawangsari, Semarang Barat seluas
pantai Kota Semarang tahun 1994- 256.694,11 m2. Reklamasi paling
2004 dan tahun 2004-2014. mencolok terjadi di Kelurahan
Sumber : Interpretasi citra Landsat Tanjung Emas bagian barat seluas
216.478,67 m2 di sekitar kawasan
luasan perubahan (ha) pelabuhan dan Kelurahan Bandarharjo
proses
1994-2004 2004-2014 seluas 105.899,93 m2 untuk keperluan
abrasi 108,78 77,3 lahan industri. Sedeimentasi paling
sedimentasi 19,34 2,14 nampak di Kelurahan Karang Anyar,
Tugu dangan luasan 74.399,38 m2.
reklamasi 35,9 241,9 Hasil perubahan garis pantai
1994, 2004, dan 2014 tahun 2004-2014 menunjukan proses
Hasil tumpang susun Landsat 7 reklamasi mendominasi perubahan
tahun 1994 dan 2004 menghasilkan wilayah pesisir Kota Semarang dengan
perubahan baik abrasi, sedimentasi luasan 241,9 hektar. Sedangkan proses
maupun reklamasi. Berdasarkan tabel abrasi seluas 77,3 hektar dan
1, perubahan garis pantai adalah 35,9 sedimentasi hanya 2,14 hektar. Proses
hektar dan sedimentasi hanya 19,34 reklamasi terjadi di Kecamatan
hektar. Proses abrasi paling banyak Semarang Utara, Semarang Barat dan
terjadi di Kecamatan Semarang Utara, sebagian Kecamatan Tugu yang
Tugu bagian barat dan Genuk bagian hingga bulan Agustus 2015 masih
timur. Proses sedimentasi terjadi di berlanjut. Rencana peta pola ruang
Kecamatan Genuk, Tugu dan Kota Semarang tahun 2011-2031
Semarang Barat, sedangkan reklamasi kawasan ini direklamasi untuk
pantai hanya ada di Kecamatan peruntukan kawasan
Semarang Utara. Abrasi yang paling transportasi,permukiman, dan
parah terjadi di Kelurahan Tanjung perkatantoran serta kawasan wisata.
Emas yang berbatasan langsung Reklamasi terbesar terjadi di Pantai
dengan Terboyo Kulon seluas Maron lebih tepatnya berada di
309.465,48m2, Kelurahan Kelurahan Tambakharjo, Semarang
Manggungharjo, Tugu seluas Barat dan Tugurejo, Tugu seluas
2
286.265,46 m , dan Kelurahan

6
1.246.539,47 m2 dan 289.442,08 m2. dan berada pada titik tinggi pasang
Proses abrasi terjadi di Kecamatan yang tinggi, maka siklus pasang ini
Genuk, Semarang Utara dan sebagian memiliki kekuatan yang besar untuk
Kecamatan Tugu dengan kawasan membangkitkan gelombang pengerosi,
yang mengalami abrasi paling luas meskipun tenaga yang dihasilkan tidak
berada di Kelurahan Karang Anyar, lebih besar jika dibandingkan dengan
Tugu seluas 132.207,49 m2. Proses gelombang yang dibangkitkan angin.
sedimentasi 2,14 hektar berada di Data Pasut perairan Semarang
Kecamatan Genuk atau lebih tepatnya tahun 2002-2012 oleh BMKG
Kelurahan Terboyo Kulon. menunjukan bahwa kawasan pesisir
Perubahan garis pantai di Kota Semarang cenderung lebih
Kawasan Pesisir Semarang memiliki banyak mengalami surut daripada
banyak faktor penyebab. Secara garis pasang. Kejadian pada awal tahun
besar, Triatmodjo (2009), King (1974) perekaman 2002 hingga maret 2005
dan Phetic (1984) menyebutkan faktor menunjukan pasang surut yang terjadi
utama penyebab dinamika garis pantai di pelabuhan Tanjung Perak umumnya
adalah oleh 3 , yaitu gelombang, arus selama beberapa hari terjadi surut
dan pasang surut. Selain itu, beberapa besar hingga ketinggian surut dibawah
peneliti yang lain seperti Danang alat ukur. Intensitas kejadian ini
(2011) mengatakan bahwa faktor lain berkurang hingga melewati Desember
di kawasan pesisir Semarang juga 2006 dimana kejadian surut di pesisir
mempengaruhi, yaitu penurunan tanah Semarang tidak pernah turun melewati
, dan faktor pengaruh lainya seperti alat ukur. Kejadian berkurangnya
kebijakan pembangunan di kawasan intensitas muka air laut yang berada di
pesisir Semarang hingga reklamasi bawah alat ukur ini menunjukan
pantai. Berdasarkan penelitian pola adanya kenaikan rerata muka air laut
pasang surut yang dilakukan di perairan Kota Semarang.
Rachman, dkk (2015) di kawasan Wiratsatria (2009, dalam Nugroho,
pesisir Kota Semarang dengan 2013) memaparkan adanya trend
menggunakan metode admiralty, penurunan MSL di Kota Semarang.
kawasan pesisir Semarang memiliki Trend penurunan MSL yang terjadi di
jenis pasang surut campuran condong Kota Semarang disebabkan oleh faktor
ke harian ganda. Dengan demikian, global, yaitu mencairnya es kutub
proses gelombang pengerosi serta yang disebabkan oleh mencairnya es
transport sedimen yang terjadi pesisir abadi di berabagai wilayah. Pencairan
Kota Semarang lebih kompleks jika es ini diakibatkan oleh pemanasan
dibandingkan dengan kawasan yang global.
memiliki jenis pasang surut harian Kejadian pasang luar biasa
tunggal ataupun campuran cenderung dapat dilihat pada tabel 2. Kejadian
harian tunggal. Lebih lanjut, pasang maksimal umumnya terjadi
Triadmodjo (2009) dan Sutirto, dkk pada bulan Mei atau pada awal musim
(2014) mengatakan bahwa pada timur. Kejadian Pasang puncak dapat
pasang surut yang memiliki waktu membangkitkan gelombang yang
surut lebih lama daripada waktu surut merusak pantai. Namun, gelombang

7
yang dibangkitkan oleh pasang surut paling berperan dalam memecah
pada umumnya lebih kecil daripada batuan. Data angin yang didapatkan
gelombang yang dibangkitkan oleh dari BMKG (dalam Danang, 2012)
angin (Triatmodjo, 2009). memperlihatkan hembusan angin yang
Tabel 2. Kejadian pasang luar biasa bertiup di Kota Semarang bervariasi,
perairan Kota Semarang dimana pada musim barat pada bulan
tahun 2002-2012 (dalam cm) Desember-Februari, perairan
rerata pasang rerata surut Semarang dipengaruhi oleh angin
Tahun maksimal minimal monsun barat yang bertiup dari barat
2002 62.28 4.90 menuju ke timur. Sementara pada
2003 69.99 6.08 musim timur yang terjadi pada Juni-
2004 75.19 8.44 Agustus angin yang berhembus di
2005 75.99 15.30 perairan Kota Semarang bergerak dari
2006 83.79 17.36 arah timur ke barat. Triatmodjo (2009)
2007 93.40 28.88 mengatakan tinggi gelombang yang
2008 112.02 53.81 dibangkitkan oleh angin akan
2009 128.00 61.45 dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu
2010 134.35 65.22 arah dan kecepatan angin, lama angin
2011 130.48 37.71 berhembus dari fetch serta fetch.
2012 81.54 27.99 Berasumsi bahwa gelombang pesisisir
Sumber: BMKG, 2015 Semarang dibangkitkan oleh angin,
Tabel 3. rerata pasang maksimal dan maka arah datang gelombang akan
surut minimal perairan tidak jauh berbeda dengan arah gerak
Semarang tahun 2002-2012(dalam cm) angin serta panjang gelombang yang
dihasilkan akan bernanding lurus
tanggal tahun h maks dengan kecepatan dan lama angin
4 Mei 2002 100 berhembus. Dengan demikian, maka
14 Mei 2003 100
kemungkinan terjadinya gelombang
pantai yang merusak terjadi pada saat
29 Mei dan 9 Juni 2004 105 puncak musim barat yang berhembus
4 Mei 2005 115 dari arah barat barat laut menuju ke
19 Mei 2006 122 arah tenggara dan timur. Sedangkan
pada musim timur, kawasan pesisir
14 Mei 2007 130
perairan Semarang mengalami potensi
16 dan 10 Nov 2008 140 gelombang perusak pada bulan Juli
1 dan 2 Mei 2009 150 dan Juni dengan arah angin yang
6, 20 dan 22 Mei 2010 150
bergerak dari arah timur dan timur
tenggara menuju arah barat dan barat
21, 22, 26, 27 Mei 2011 115
barat daya. Bentuk pesisir Semarang
mengakibatkan pada musim barat
5, 12, 13 April 2012 120
pesisir Tugu dan sebagian pesisir
Sumber: BMKG, 2015 Semarang Barat bagian barat lebih
Dahuri (2001) mengatakan terlindung dari pengaruh gempuran
tenaga angin adalah tenaga yang gelombang. Sementara kawasan

8
pesisir Semarang Utara dan Genuk
lebih terbuka dengan gelombang pada
musim barat. Akibatnya, Kecamatan
Semarang Utara dan Genuk
mengalami erosi karena berada tegak
lurus dengan arah datang gelombang
pada musim barat. Sementara pada Gambar 3. Mawar arus perairan Semarang
musim timur, kawasan pesisir Tugu pada musim barat(kanan) dan timur (kiri)
dan sebagian pesisir Semarang bagian tahun 2012
Sumber: pengolahan data BMKG, 2012
barat lebih terbuka terhadap
Arus permukaan pesisir
gelombang . Data tinggi gelombang
Semarang pada musim barat adalah
pecah dari BMKG yang didapatkan
arus yang dominan bergerak dari arah
oleh peneliti pada tahun 1994, 2004
timur dan timur laut yang akan
dan 2012 menunjukan bahwa perairan
mengantam kawasan pesisir Semarang
Semarang memiliki tinggi gelombang
bagian barat. Sementara pada periode
pecah yang cukup tinggi. Kisaran
musim timur, arus laut kawasan pesisir
gelombang pecah paling rendah terjadi
Semarang bergerak dari arah timur dan
pada periode antar musim dengan
tenggara menuju barat dan barat laut.
kisaran antara 1 meter hingga 2,5 m.
Marfai (2011) mengatakan bahwa di
Tinggi gelombang paling ektrim
Kota Semarang terjadi penurunan
terjadi pada kisaran musim barat.
muka tanah di kawasan pesisir kota
Peneliti berasumsi gelombang
Semarang. Penyebab utama dari
dibangkitkan oleh angin, yang bertiup
penunan muka tanah yang terjadi di
akibat monsun dan tidak ada bentukan
Kawasan pesisir Kota Semarang
yang mengakibatkan difraksi
utamanya disebabkan karena
gelombang. Maka, gelombang yang
pemadatan tanah di Kota Semarang.
bergerak tidak jauh berbeda dengan
Faktor lainnya, naiknya Mean Sea
arah angin bertiup. Pada musim barat.
level (MSL) di seluruh bumi
Gelombang bergerak dari arah barat
diakibatkan adanya pemanasan global.
kearah timur dan menghantam
Wirasatriya (2006, dalam Nugroho,
perairan Tanjung Emas.
2013) mengatakan penurunan tanah di
Triatmodjo (2009) mengatakan
kawasan Kota Semarang memiliki
hal yang mempengaruhi arus
kecenderungan semakin tinggi ketika
sepanjang garis pantai adalah tinggi
mendekati kawasan pesisir. Kawasan
dan arah gelombang pecah.
pesisir yang mengalami penurunan
Berdasarkan data yang diterbitkan
muka tanah paling tinggi adalah
oleh BMKG tahun perekaman 2012,
kawasan pesisir Tanjung Emas dan
arus sepanjang garis pantai tidak
Terboyo Kulon, disusul oleh kawasan
dipengaruhi oleh monsun. Arah arus
pesisir Bandar Harjo, Trimulyo.
di pesisir Kota Semarang justru
Triatmodjo(2012) mengatakan
berbalik arah dengan arah angin yang
bangunan pelindung pantai untuk
berhembus.Adapun mawar gelombang
melindungi pesisir reklamasi dan
dapat dilihat pada gambar 3.
gelombang mengubah arah arus pantai

9
yang datang. Hal ini mengakibatkan Penanggulangan Berdasarkan
gelombang perusak maupun arus yang Analisi Kerentanan. Thesis.
membawa sedimen mengalmai fakultas Geografi Universitas
pembelokan. Pasca tahun 1994, Gadjah mafa/ Yogyakarta.
kawasan pesisir yang berada di Dahuri, Rokhmin. 2001. Pengelolaan
sebelahnya (Tawangsari bagian barat) Sumberdaya Wilayah Pesisir dan
mengalami erosi besar. Triadmodjo Laut Secara Terpadu edisi ke-
(2009) pembelokan arus yang 3.Penerbit PT.Paradnya Paramita,
disebabkan oleh bangunan pelindung Jakarta
pantai berpengaruh terhadap erosi. Marfai, Muhamad Aries2011.Impact
Hasil pengamatan lapangan yang coastal inundation on ecology and
dilakukan oleh peneliti juga agricultural landuse case study in
menunjukan bahwa kawasan pesisir Central Java, Indonesia.Quetion
yang tidak dilindungi dengan geographicae hal 19-32.
pelindung pantai yang baik memiliki Muchlisin Arief, Gathot Winarso, dan
kecenderungan mengalami abrasi lebih Teguh Prayogo.2008. Kajian
besar jika dibandingkan dengan Perubahan Garis Pantai
kawasan pesisir yang dilindungi Menggunakan data Satelit
pelindung pantai memadai. Landsat di Kabupaten
Kendal.Jurnal penginderaan jauh
KESIMPULAN vol 8: Jakarta
1. Dinamika garis pantai di pesisir Nugroho.Septiono Hari,2013. Prediksi
pantai Kota Semarang berdasarkan luas genangan pasang surut (rob)
citra Landsat selama tahun 1994-2004 berdasarkan analisis data spasial
didominasi proses abrasi pantai, di Kota Semarang, Indonesia.
sedangkan 2004-2014 didominasi Jurnal Lingkungan dan Bencana
proses reklamasi. Proses sedimentasi Geologi vol 4. Jakarta
pantai di Kota Semarang sangat kecil Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh:
di tahun 1994-2004 dan hampir tidak Jilid II. Gadjah Mada University
ada pada tahun perekaman 2004-2014. Press :Yogyakarta.
2. Selama tahun 1994-2004, Pesisir Triatmodjo, Bambang. 2009, Teknik
Kota Semarang mengalami reklamasi Pantai, cetakan ke lima. Beta
seluas 35,9 ha , abrasi seluas 108,78 Offset. Yogyakarta
ha dan sedimentasi seluas 2,14 ha. Triatmodjo, Bambang. 2012.
Sementara di tahun 2004-2014, Perencanaan Bangunan Pantai.
Kawasan Pesisir Kota Semarang Beta Offset. Yogyakarta .
mengalami reklamasi seluas 241,9 ha, Karim, Faisal. 2010. Laju Perubahan
abrasi seluas 73,7 ha dan sedimentasi Garis Pantai Menggunakan
seluas 19,34 ha. Modifikasi Teknik Single Transec
& Metode Point Rate (EPR):
DAFTAR PUSTAKA Studi Kasus Pantai Sebelah Utara
Akhdiat,Danang Winarto. 2012. Indramayu-Jawa Barat.Jurnal
Kajian Perbahan Garis Pantai Ilmiah Agropolitan Volume 3
Kota Semarang dan Konsep Nomor 2 September2010. Jakarta.

10

You might also like