You are on page 1of 35

PENGELOLAAN DEBRIS FLOW BANJIR BANDANG

Oleh: Djoko Legono


Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Bohorok, 2003 djokolegono@ugm.ac.id

Disampaikan pada:

Bimbingan Teknis “Bintek Menjawab: Leading Engineering


Services Through Evidence-Based Practice”
Jember 2006 Direktorat Bina Teknik Sumberdaya Air, Direktorat Jenderal Sumberdaya Air,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Bandung, 9 November 2021

1/35
Tata Presentasi

 Pendahuluan
 Proses dan Pemicu
 Pengendalian Aliran Debris
 Pengelolaan dan Mitigasi
 Penutup

2/35
PENDAHULUAN
Banjir, Banjir Bandang, dan Aliran Lahar
DEFINISI BANJIR :

Suatu peristiwa genangan air (baik secara


alami ataupun karena aktivitas manusia),
yang pada taraf tertentu mengakibatkan
keberatan (hilangnya korban jiwa maupun
kerusakan infrastruktur dan atau kerugian
lainnya).

JENIS BANJIR:
• Banjir (biasa)
• Banjir bandang
• Banjir air bersedimen (debris/lahar/galodo)

3/35
Luapan dari Kali Pepe di hulu Pintu Air Demangan 18

Banjir (Biasa)

Banjir Lahar

Banjir Bandang

4/35
Perbandingan sifat banjir:

Jenis dan Kecepatan Kesempatan


Waktu Tiba Daya Rusak
Sifat Banjir Aliran Evakuasi
Banjir Relatif lebih Relatif lebih Relatif Lebih
(biasa) lama lambat lebih kecil sempat

Banjir Relatif lebih Relatif Kurang


Relatif cepat
Bandang singkat lebih besar sempat
Aliran Relatif lebih Relatif lebih Relatif Lebih
Lahar singkat cepat lebih besar sempat

5/35
Flash floods by definition (DWRG, 2011):
A flood that occurs suddenly and powerful. Flash floods are formed
in the range of a few minutes to several hours after a heavy rain in a
short time on the watershed or on a narrow river channel on the
upstream. The flow to the river has a short time of concentration, so
that runoff can quickly accumulate in the river channel (JICA, 2011)

Flash flood by characteristics (DWRG, 2011):


 has a peak discharge which jumped suddenly and subsided again quickly;
 has a big volume and high flow rate;
 has a very big flow transport capacity and erosion power, so can bring
the material erosion toward downstream direction;
 the flow that bring debris material can lead to catastrophic sediment in
downstream areas after the apex point.

6
6/35
Flash flood by causes (DWRG, 2011):
 Accumulation of heavy rainfall that fell in a short time
duration on river upstream watershed, where then the
volume of water collected in a short time into the river
channel, causing a large spike and sudden discharge exceeds
the capacity of the flow path downstream.
 The collapse of dam, levee or natural dam that occur because
of the accumulation of landslide material on river channel.

7
7/35
Beberapa istilah tentang aliran debris
 Debris Flows (International)
 Lahar Flows (International and Indonesian Local)
 Galodo (Indonesian Local: West Sumatra/Padang)
 Others (Aliran hiperkonsentrasi):
DOI: https://doi.org/10.21660/2019.64.41812

8
8/35
Klasifikasi Aliran
hiperkonsentrasi
Julien, P.Y. and Leon
C.A.S., Hyper
concentrated Flow
Classification,
Rheology and
Structural Design.
Unpublished Lecture
Note, 2010.

9/35
 Pengelolaan aliran debris/banjir
bandang sebagai bagian dari
pembangunan sumberdaya air
yang berkelanjutan

 Pendayagunaan sumberdaya air Sungai Gendol di Jambu Sungai Batanghari di Kota Jambi

(suplai air bersih, sumber biota,


sumber sedimen, irigasi, energi, Sungai Sesayap di Malinau
wisata, transportasi, dll).

 Selalu berkaitan pada dua kondisi:


- normal, dan
- ekstrim.
Sungai Bengawan Solo di daerah
Bojonegoro

10/35
Sungai memiliki sumberdaya yang
bervariasi dan dinamik PROPINSI JAWA TENGAH Utara

Gunung Merapi
Air
(aliran air)

Biota
Pengenceran Sungai
(flora dan
(alur alam dengan
fauna)
berbagai
sumberdaya yang
bervariasi &
dinamik) PROPINSI DAERAH Candi
Prambanan
ISTIMEWA YOGYAKARTA
Energi
(debit dan
Sedimen
beda
tinggi) KOTA
Bandara Adisucipto

11/35
Banjir Bandang Bahorok
(2 November 2003)
• Luas Daerah Tangkapan: (15.705 Ha)
• Curah hujan (200-300 mm per hari selama tiga hari berturut-turut)
• Forrest Logging di sebelah hulu Sungai Bahorok

Daerah tangkapan sungai Sekitar 400 rumah, 3 masjid, 8


Bohorok sebagaian besar jembatan, 280 kios, 35 hotel
merupakan Taman Nasional termasuk 242 orang
Gunung Leuser, sebagai meninggal dan 1400 orang
kawasan konservasi kehilangan rumah tinggal

12/35
Banjir Bandang Jember
(1 Januari 2006)

• Luas Daerah Tangkapan Kalipakis: 8.728 Ha


• Luas Daerah Tangkapan Kaliompo: 4.633 Ha
• Banyaknya pelapukan batuan
• Curah hujan harian 107 mm/hari dan 216
mm/hari, berturut-turut untuk Kalapakis dan
Kaliompo
• Topografi yang curam

13/35
Banjir Bandang Nasiri
(1 Agustus, 2012)

• Luas Daerah Tangkapan Kalipakis: 1.052 Ha


• Diawali dari hadirnya dam alam (natural dam)
• Curah hujan harian 225,2 mm/hari

14/35
Banjir Bandang Wasior
(4 Oktober 2010)

• Luas Daerah Tangkapan Wasior: 1.157 Ha


• Curah hujan pemicu sebesar 179 mm/dalam
10 jam
• Topografi yang curam (5-750), terdiri dari
batuan permukaan yang rapuh (akibat
pencuacaan) menyebabkan deposit mudah
sekali bergerak.

15/35
Sediment Disasters in the northern region of the
KYUSHU Island in 2017 (Fujita, 2020)
Cumulative precipitation from 0:00 July 5
to 24:00 July 6

ASAKURA City
586.0mm
Iki City Soeda town
372.5 mm 314.0 mm

Shiroishi Town
354.0 mm Hita city
402.5 mm

50 100 150 200 250 300 350 400

16/35 Web site of Japan Meteorological Agency


PROSES DAN PEMICU

Skema tipikal kejadian bencana

Proses & Paska


Normal Bencana
Pemicu Bencana

Awal Sisa Fenomena


Fenomena

17/35
FLASH FLOOD OCCURRENCE (Legono, 2021)

Dormant Precursory Flash Flood Post Flash Flood


River Discharge Intensity
(triggered by landslide/
earthquake, rainfall

Extremely long Crisis could be Depend on Flash Depend on Flash


very short Flood Scale Flood Scale
Preparation:  Forecasting Scale  Forecasting Countermeasure
 Scenario-based of Flash Flood transition of and/or
Analysis  Issuance of activity Rehabilitation
(Hydraulics Early Warning  Issuance of Early
Simulation) and Evacuation Warning and
 High precision  Forecasting Evacuation
Hazard Map possible co-
hazards
18/35
300 150

Rainf all intensity (mm/hr)

Cummulative rainf all (mm)


280 140
Kaliadem_JTSL-UGM 130
260
Daily rainfall: 119.00mm

Aliran Debris K. Gendol


240 120
Rainfall intensity
220 110
1st Debris flow
200 2nd Debris flow 100
Referensi/Acuan
(1 Januari 2012)
180 Cummulative rainfall 90
160 80
140 70
120 60
100 50
80 40
60 30 Intensitas hujan di ARR Kaliadem dan
40 20
20 10
ARR Jambu pada tanggal 1 Januari
0
01/01/2012 0:00 01/01/2012 6:00 01/01/2012 12:00 01/01/2012 18:00
0
02/01/2012 0:00 2012 , 100 -120 mm/jam, dengan
Time durasi relatif pendek
300 150

Cummulative rainf all (mm)


Rainf all intensity (mm/hr)

280 140
Jambu_JTSL-UGM 130
260
Daily rainfall: 56.000mm
240 120
Rainfall intensity
220 110
1st debris flow
200 100
2nd Debris flow
180 90
Cummulative rainfall
160 80
140 70
120 60
100 50
80 40
60 30
40 20
20 10
0 0
01/01/2012 0:00 01/01/2012 6:00 01/01/2012 12:00 01/01/2012 18:00 02/01/2012 0:00

Time

19/35
20/35
Respon hujan-aliran air-angkutan sedimen
(Hidayat, dkk, 2021)
70 600
Flow Hydrograph Peak

Number of Pulses (HP 1)


60 500
Number of pulses
50
Precursive 400 Hidrograf terukur dan
Q (m3/s)

40 Recession
300
jumlah pulse pada 30
30 Precursive November – 1
200
20 Inflection Point
Peak
Recession
Desember, 2016
10 100
Inflection Point
0 0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
Time (hours)
60 400
Peak
Flow Hydrograph
350
50

Number of Pulses (HP 1)


Number of pulses
300 Hidrograf terukur dan
40 Precursive Recession 250 jumlah pulse pada 17-
Q (m3/s)

30 200 18 November, 2017


150
20
Inflection Point
100
10
50

0 0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
Time (hours)

21/35
Mekanisme terjadinya aliran debris banjir bandang
kebanyakan (namun tidak selalu) diawali dengan
terbentuknya dam alam (Alfath, 2021)

22/35 ugm.ac.id LOCALLY ROOTED, GLOBALLY RESPECTED


PENGENDALIAN ALIRAN
DEBRIS
Pengendalian aliran debris
merupakan bagian dari
pengendalian sistem alur,
sedemikian sehingga daya
rusak yang diakibatkan
dapat diminimasi sebanyak
mungkin.

23/35
 Bed variation during a flood
At a peak of the flood Bagaimana
Without a check dam mengendalikan
luapan aliran
After the flood Original bed debris?
Extreme bed (Fujita, 2020)
aggradation

With a large check dam Almost sediment trapped

Extreme bed degradation

24/35
At a peak of
the flood Bagaimana
mengendalikan
After the flood Original bed degradasi dan
Sand pocket agradasi (Fujita,
Permeable check dam
2020)
• A permeable check dam traps the sediment
transported from the upstream.
• Sediment deposits in a sand pocket is eroded
by a high flood.
Flood • Sediment is supplied from the sand pocket to
reduce the extreme bed degradation.
B
A • The permeable check dam releases the
trapped sediment.
• The sediment could be deposited in the sand
pocket because of a low flood.
t
25/35
Aliran debris di kawasan G. Merapi
Luapan aliran debris di PUD2
paska erupsi 2010

• Aliran debris terjadi karena


banyak volume sedimen dan
dipicu oleh hujan.
• Erupsi 2010 memberikan
tambahan deposit s/d 140 juta
m3.
• Aliran debris yang terjadi dapat Awal kerusakan PUC11/12
merusak infrastruktur yang
dilewati melalui berbagai
cara/mekanisme.

26/35
Gerusan dan gaya impact di sekitar bangunan sungai (pilar
jembatan Sungai Pabelan)

Damage due to repeatation


Concentration of scouring process of impact due lahar flow

Serangan/erosi tebing sungai Kerusakan struktur pilar karena


gaya impact dan abrasi

27/35
Erosi dasar dan
tebing sungai
menyebabkan
runtuhnya tebing
sungai diikuti
pelebaran sungai
serta keruntuhan
jembatan Srowol 50 m
di K. Pabelan
150 m

28/35 28
PENGELOLAAN DAN MITIGASI
 Infrastruktur yang akan
terasa bermanfaat pada
saat terjadi kejadian aliran
lahar (dapat
mengamankan
iinfrastruktur dan
pemukiman yang ada di
sebelah hilirnya.
 Pada konsisi normal
dimana tidak ada potensi
kejadian aliran devbris
maka perlu ada
pembatasan aktivitas
(khuususnya
penambangan pasir).

29/35
Worst cases Awal November 2021:

 Banjir Bandang Gorontalo


(https://id.video.search.yahoo.com/search/video?fr=mcafee&ei=UTF-
8&p=youtube+banjir+Bandang+Sungai+Bone+Gorontalo&type=E210ID91215G0#id=2&vid=7c3f5d620227f3a8e
628745e0c5bb241&action=view)

 Banjir Bengawan Solo


(https://id.video.search.yahoo.com/search/video?fr=mcafee&ei=UTF-8&p=youtube+detik-
detik+kecelakaan+perahu+Bengawan+Solo&type=E210ID91215G0#id=1&vid=0304d27aa1f17e795c5f3b70ebc8
7048&action=click)

 Banjir Bandang Kota Batu


(https://id.video.search.yahoo.com/search/video?fr=mcafee&ei=UTF-
8&p=youtube+Banjir+Bandang+Sengkaling&type=E210ID91215G0#id=1&vid=acd54edb82cda8e28b5b7432caa
dd61a&action=click)

 Banjir Gresik (K. Lamong)


(https://www.youtube.com/watch?v=cDQzJmr0xoY)

30/35
Banjir Bandang
Kota Batu

K. Brantas Hulu, titik


kontrol Daerah Wisata
Sengkaling,
Luas Daerah Tangkapan
= 173,86 Km2 atau
17.386 Ha

31/35
Banjir Bandang
Kota Batu

K. Brantas Hulu, titik


kontrol Jl. Dieng,
Luas Daerah Tangkapan
= 10,53 Km2 atau 1.053
Ha

32/35
Banjir Bandang
Kota Batu

K. Brantas Hulu, titik


kontrol Desa Sumber
Brantas,
Luas Daerah Tangkapan =
3,95 Km2 atau 395 Ha.

33/35
PENUTUP
1) Kejadian aliran debris dan banjir bandang sangat dipengaruhi kondisi
fisiografi (sistim lahan dan alur) pada suatu sungai, utamanya
interaksi antara aliran air dan sedimen/debris.
2) Kejadian aliran debris dan banjir bandang merupakan fenomena
dengan yang umumnya dipicu oleh kejadian hujan ekstrim serta
ketidak stabilan deposit/endapan ataupun tumpukan debris.
3) Pengelolaan aliran debris dan banjir bandang akan menyangkut
pengelolaan sistim lahan dan sistim alur, serta usaha-usaha
mitigasinya.
4) Kejadian aliran debris dan banjir bandang merupakan kejadian
dengan multi penyebab, masih memerlukan kajian mendalam
terhadap beberapa parameter penting, misalnya waktu konsentrasi,
intensitas hujan, durasi hujan, koefsien pengaliran, sistem
peringatan, kesiapan masyarakat, dll.

34/35
TERIMA KASIH

35/35

You might also like