You are on page 1of 91

Jurnal Pembelajaran Sains http://journal2.um.ac.id/index.

php/jpsi/
VOLUME 3 NOMOR 1, JUNI 2019 ISSN: 2527-9157

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA SMA BERBASIS KONTEKSTUAL


PADA MATERI SUHU DAN KALOR
Kadek Ayu Astiti*

Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nusa Cendana, Jl. Adi Sucipto
Penfui No.85001, Kupang, 85228, Indonesia

*Email: kadek.ayu@staf.undana.ac.id

Abstract
This research is a contextual based teaching material development research using the R & D model with a trial model of
one group pretest-posttes design. The development model used is a modification of the Borg & Gall (1989) model with
stages (1) research and data collection through surveys, (2) planning, (3) preparation of printed teaching materials, (4)
expert validity tests, (5) product revisions , (6) small-scale field trials, (7) product revisions, (8) wide-scale field trials,
(9) final product revisions, (10) dissemination. Field trials were conducted at Kupang N 2 High School by involving
students of class XI IPA 7 as a sample with a total of 6 students during a small scale test and one class consisting of 30
students during a large scale test. Some types of instruments used are: 1) Assessment sheet with respondents of media
and material experts; 2) Questionnaire instruments, to determine the practicality of teaching materials, and 3) Test
instruments, in the form of assessment sheets that have been tested for validity and reliability to determine the quality of
teaching materials. The results obtained are values in the category both by media experts and very good by material
experts. When the small scale test on the teacher and 6 students obtained the value in the excellent category. The results
when giving the test is an increase in the ability of students in the cognitive domain with a gain score of 0.3 which is in
the medium category.

Keywords: teaching material, contextual, temperature and heat

Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan bahan ajar berbasis kontekstual menggunakan model R & D dengan
model uji coba one group pretest-posttes design. Model pengembangan yang digunakan adalah modifikasi model Borg
& Gall (1989) dengan tahap (1) penelitian dan pengumpulan data melalui survei, (2) perencanaan, (3) penyusunan bahan
ajar cetak, (4) uji validitas pakar, (5) revisi produk, (6) uji coba lapangan skala kecil, (7) revisi produk, (8) uji coba
lapangan skala luas, (9) revisi produk final, (10) diseminasi. Uji coba lapangan dilakukan di SMA N 2 Kupang dengan
melibatkan siswa kelas XI IPA 7 sebagai sampel dengan jumlah siswa sebanyak 6 siswa saat uji skala kecil dan satu
kelas yang terdiri dari 30 siswa saat uji skala besar. Beberapa jenis instrumen yang digunakan yaitu: 1) lembar Penilaian
dengan responden ahli media dan materi; 2) Instrumen angket, untuk mengetahui kepraktisan bahan ajar, dan 3)
Instrumen tes, berupa lembar penilaian yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya untuk mengetahui kualitas bahan
ajar. Hasil yang diperoleh yakni nilai pada kategori baik oleh ahli media dan sangat baik oleh ahli materi. Saat uji skala
kecil pada guru dan 6 orang siswa diperoleh nilai pada kategori sangat baik. Hasil saat pemberian tes adalah terjadi
peningkatan kemampuan siswa dalam ranah kognitif dengan nilai gain score sebesar 0,3 yang pada kategori sedang.

Kata kunci: bahan ajar, kontekstual, suhu dan kalor

Dikirim: 30 Januari 2019 Diperbaiki: 15 April 2019 Diterima: 30 April 2019 Dipublikasi: 30 Juni 2019

PENDAHULUAN
Ilmu fisika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana didalamnya mempelajari tentang sifat dan
fenomena alam atau gejala alam dan seluruh interaksi yang terjadi didalamnya sehingga banyak konsep fisika
yang bersifat abstrak dan sulit dipahami siswa. Dalam pembelajaran Fisika, sering kali siswa dihadapkan pada
konsep-konsep yang bersifat abstrak, dimensi yang terlalu kecil/mikro maupun terlalu besar/makro sehingga
sulit dilakukan pengamatan langsung. Banyak materi fisika yang sulit atau bahkan tidak dapat diamati
langsung dalam dunia nyata. Hal ini menyebabkan sebagian besar siswa merasa kesulitan dalam
memahaminya dan berdampak pada minat siswa yang rendah terhadap pelajaran fisika. Salah satu materi fisika
yang bersifat abstrak adalah suhu dan kalor. Hal ini juga disampaikan oleh Ibu Imelda salah satu guru fisika
di SMA N 2 Kupang yang menyatakan materi suhu dan kalor sulit dipahami siswa karena merupakan salah
satu dari materi fisika yang bersifat abstrak sehingga dapat menimbulkan berbagai pemikiran yang berbeda
pada diri siswa ketika mempelajarinya.

29
Jurnal Pembelajaran Sains VOL. 3 NO. 1 2019

Salah satu metode pembelajaran yang dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep atau materi
pelajaran khususnya fisika adalah dengan mengaitkan konsep tersebut dengan kehidupan sehari-hari yang
sering ditemui peserta didik (kontekstual). Melalui pembelajaran kontekstual siswa akan dibantu dalam
memvisualisasikan materi yang bersifat abstrak sehingga mudah dimengerti. Pada pembelajaran konsep-
konsep Fisika yang bersifat abstrak dan unvisible (tidak bisa diamati langsung) dan mempunyai dimensi yang
mikro maupun makro diperlukan media dan sumber pembelajaran yang memadai untuk
memvisualisasikannya. Sumber pembelajaran yang perlu dikembangkan adalah ketersediaan bahan ajar
berupa modul. Pengembangan bahan ajar dapat mengatasi kelemahan ketersediaan sumber belajar yang ada.
Berdasarkan hasil observasi, bahan ajar yang digunakan di sekolah hanya buku yang diberikan dari
pemerintah. Hasil penelitian Japa (dalam Satriawan dan Rosmiati, 2016) menunjukkan bahwa peserta didik
menyatakan sanggup ketika ditugaskan mencari sumber di perpustakaan atau internet. Tetapi, ada beberapa
persoalan yang mereka temui, di antaranya: (1) peserta didik sering menemukan sumber yang materinya
kurang valid (tidak lengkap); (2) penulis bahan (artikel) di internet sering tidak jelas terutama yang bersumber
dari blog dan setelah dianalisis banyak ditemukan miskonsepsi; (3) peserta didik hanya mengambil materi
yang mudah, sedangkan yang relatif sulit di buang karena tidak dipahami, sehingga takut menyajikan. Hal
tersebut menunjukkan perlunya tambahan bahan ajar berupa modul yang valid, praktis dan efektif dalam proses
pembelajaran.
Adanya kondisi tersebut maka perlu dilakukan sebuah terobosan baru untuk menghasilkan bahan ajar
yang menyajikan sumber bahan yang baik dan susunannya teratur, sistematis, bervariasi, kaya akan informasi
serta memiliki daya tarik kuat karena mampu meningkatkan minat peserta didik terhadap bahan tersebut. Oleh
karena itu, bahan ajar itu hendaknya menantang, merangsang, dan mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi nyata, sehingga dapat membantu siswa memahami materi pelajaran. Berdasarkan uraian
tersebut salah satu solusi yang dapat dilakukan yaitu mengembangkan bahan ajar berbasis kontekstual.
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan semirip mungkin
dengan situasi “dunia nyata” peserta didik. Trianto (2011) menjelaskan bahwa dengan menerapkan prinsip
pembelajaran kontekstual diharapkan pembelajaran akan lebih bermakna bagi peserta didik, karena peserta
didik akan bekerja secara ilmiah dan mengalami sendiri bukan hanya mentransfer pengetahuan pendidik ke
peserta didik.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang mengembangkan bahan ajar berbasis kontekstual
yang nantinya dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Bahan ajar dikembangkan menggunakan model
R & D dengan model ujicoba pretest-posttest control group design. Model pengembangan yang digunakan
adalah model Borg & Gall (1989) dan Kemp & Dayton (1985) yang terdiri atas; (1) penelitian dan
pengumpulan data melalui survei, (2) perencanaan, (3) penyusunan bahan ajar, (4) uji validitas pakar, (5) revisi
produk, (6) uji coba lapangan skala kecil, (7) revisi produk, (8) uji coba lapangan skala luas, (9) revisi produk
final, dan (10) diseminasi. Uji skala kecil dan uji skala besar dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran
2018/2019 mulai bulan agustus hingga september 2018 pada siswa kelas XI SMA N 2 Kupang dengan kelas
sampel yakni XI IPA 7 jumlah sampel 30 orang siswa. Tahapan penelitian ditunjukkan seperti tabel berikut.

Tabel 1. Tahapan Penelitian


No Tahap Kegiatan yang dilakukan
 analisis kurikulum SMA
 analisis materi suhu dan kalor
1 Penelitian dan pengumpulan data  studi muatan kontekstual pada materi suhu dan kalor
 identifikasi kebutuhan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran suhu dan kalor
 identifikasi fenomena kehidupan sehari-hari terkait konsep
suhu dan kalor
 mengumpulkan referensi untuk penyusunan bahan ajar
2 Perencanaan
 menyusun rancangan desain yang tepat
 memilih layout yang menarik
 menyiapkan bahan evaluasi dalam bahan ajar
 mengembangkan bahan ajar berupa modul fisika SMA berbasis
3 Penyusunan bahan ajar kontekstual pada materi suhu dan kalor

Kadek Ayu Astiti 30


Jurnal Pembelajaran Sains VOL. 3 NO. 1 2019

No Tahap Kegiatan yang dilakukan


 penilaian oleh pakar materi fisika
4 Uji validitas pakar
 penilaian oleh pakar media
5 Revisi pertama produk  revisi bahan ajar yang telah diuji validasi oleh pakar
 pemberian respon oleh praktisi yakni guru dan siswa pada skala
6 Uji coba skala kecil kecil (6 orang) melalui pemberian angket untuk mengetahui
kepraktisan modul yang dikembangkan
7 Revisi kedua produk  revisi bahan ajar yang telah diuji coba skala kecil
 uji coba untuk mengetahui efektifitas bahan ajar melalui
8 Uji coba skala besar penerapan bahan ajar dalam proses pembelajaran. Data
diperoleh melalui pemberian pretest dan postest
9 Revisi produk final  revisi final bahan ajar
 diseminasi produk bahan ajar kepada guru-guru fisika di SMA
10 Diseminasi
N 2 Kupang

Beberapa jenis instrumen beserta analisis yang digunakan yaitu: 1) lembar Penilaian bahan ajar yang
diberikan kepada pakar (ahli materi dan ahli media) dengan jumlah item 30 pernyataan untuk ahli materi dan
20 pernyataan untuk ahli media yang kemudian dianalisis dengan mencari nilai yang diperoleh; 2) Instrumen
angket, untuk mengetahui kepraktisan bahan ajar yang diberikan kepada guru dan 6 orang siswa dengan jumlah
item 20 pernyataan dan dianalisis dengan mencari nilai yang diperoleh, dan 3) Instrumen tes, berupa tes hasil
belajar berjumlah 20 soal yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya yang selanjutnya digunakan untuk
mengetahui kualitas bahan ajar dengan mencari nilai gain score dari data yang diperoleh.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Tahap validasi pada draft modul untuk mengetahui kelayakan modul meliputi validasi dari pakar materi
yang mencakup kelayakan isi, kelayakan penyajian, karakteristik modul, dan aspek berbasis kontekstual.
Validasi pakar media meliputi kegrafikan dan kelayakan bahasa. Berikut adalah data yang diperoleh dari
pemberian angket kepada ahli materi dan ahli media.

Tabel 2. Data Hasil Uji Pakar


Data Angket Respon Skor Nilai Kategori
Ahli materi 130 86,67 Sangat baik
Ahli media 77 77 Baik

Tabel di atas menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan layak. Saran yang diberikan menjadi
acuan sebagai bahan revisi. Uji skala kecil dilakukan pada satu guru mata pelajaran fisika beserta 6 orang
siswa. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Data Hasil Uji Skala Kecil


Data angket respon Skor Nilai Nilai rata-rata Kategori
Guru 96 96 96 Sangat baik
Siswa 1 95 95
Siswa 2 85 85
Siswa 3 94 94
87,5 Sangat baik
Siswa 4 81 81
Siswa 5 92 92
Siswa 6 78 78

Data di atas menunjukkan nilai rata-rata dari hasi angket yang diberikan menunjukkan bahan ajar yang
dikembangkan tergolong dalam kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahan ajar yang dikembangkan
cukup praktis digunakan di sekolah.
Uji skala besar dilakukan pada 30 orang siswa di kelas XI IPA7. Tahap ini kita ingin mengetahui
kualitas dan keefektifan bahan ajar yang dikembangkan dalam proses pembelajaran. Data yang diperoleh dari
hasil pemberian instrumen berupa tes kognitif siswa ditunjukkan seperti tabel berikut.

Kadek Ayu Astiti 31


Jurnal Pembelajaran Sains VOL. 3 NO. 1 2019

Tabel 4. Data Hasil Uji Skala Besar


Pretest Rata-rata pretest Postest Rata-rata Posttest
Kelas
Nilai min Nilai maks Nilai min Nilai maks
XI IPA7 25 60 35 35 90 54

Hasil tes

100
80
60
40 XI IPA7

20
0
Nilai min Nilai maks Nilai min Nilai maks
Pretest Postest
Gambar 1. Nilai Minimum dan Maksimul Hasil Pretest dan Postest

XI IPA7

60
50
40
XI IPA7
30
20
10
0
Rata-rata pretest Rata-rata postest
Gambar 2. Nilai Rata-Rata Pretest dan Postest

Berikutnya dilakukan perhitungan gain score diperoleh bahwa terjadi peningkatan hasil belajar pada
ranah kognitif dari pretest dan postest dengan besarnya nilai gain score adalah 0,3 dalam kategori sedang.
Berdasarkan data dan analisis yang telah dilakukan pada hasil yang diperoleh ditunjukkan bahwa bahan
ajar yang dikembangkan berupa modul berbasis kontekstual pada materi suhu dan kalor layak, praktis dan
efektif diimplementasikan dalam proses pembelajaran.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhamad satriawan dan
rosmiati (2016) yang telah melakukan pengembangan bahan ajar fisika berbasis kontekstual untuk
meningkatkan pemahaman konsep fisika pada mahasiswa menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
pemahaman konsep mahasiswa akan materi fisika setelah diterapkannya pembelajaran menggunakan bahan
ajar kontekstual. Mahasiswa yang merupakan sampel dalam penelitian ini merasa sangat tertarik dengan materi
yang disampaikan karena contoh-contoh yang diberikan merupakan isu-isu atau permasalahan yang mereka
hadapi. Penelitian lain yang memberikan hasil serupa yakni penelitian yang dilakukan Yulis purwanto dan
Swaditya rizki (2015) memperoleh hasil bahwa dari hasil uji skala besar yang dilakukan terhadap

Kadek Ayu Astiti 32


Jurnal Pembelajaran Sains VOL. 3 NO. 1 2019

pengembangan bahan ajar berbasis kontekstual pada materi himpunan diperoleh seluruh siswa mendapat nilai
mencapai ketuntasan minimum.
Pengembangan bahan ajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu dalam
proses pembelajaran. Hal ini dirasakan oleh guru fisika di sekolah saat melakukan uji skala besar, yang mana
proses pembelajaran lebih efektif pada kelas yang menggunakan bahan ajar karena guru tidak sepenuhnya
menjelaskan materi di depan kelas, namun siswa dapat lebih aktif dalam mencari konsep terkait materi yang
diajarkan sehingga pemahaman siswa lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Riky
ardiyanto (2015) terkait pengembangan bahan ajar fisika bervisi SETS terintegrasi karakter menunjukkan
bahwa bahan ajar dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
Bahan ajar berbasis kontekstual memberikan peluang kepada peserta didik untuk menemukan konsep
melalui kejadian/peristiwa yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan pendekatan kontekstual.
Selama proses pembelajaran berlangsung, pada kelas eksperimen terlihat siswa aktif dalam mengajukan
pertanyaan dan pendapat yang berkaitan dengan peristiwa sehari-hari yang dialami terkait dengan materi yang
dibahas saat itu. Pendekatan kontekstual membuat siswa aktif dalam mengaitkan konsep fisika pada konteks
dunia nyata. Komponen pembelajaran kontekstual terdiri dari 1) konstruktivisme (constructivism)
mengarahkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman. Hal ini terlihat pada
modul melalui pengamatan siswa terhadap gambar suatu peristiwa yang pernah dirasakan atau diamati dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi suhu dan kalor sehingga meningkatkan rasa ingin tahu
siswa dan membantu dalam membangun konsep siswa, 2) menemukan (inquiry) yakni siswa diharapkan
mampu menemukan konsep dan membuktikannya. Komponen ini pada modul yang dikembangkan terlihat
pada rancangan eksperimen yang bertujuan mengarahkan siswa melakukan eksperimen guna mengumpulkan
data, menganalisis serta menyimpulkan hasil yang diperoleh sehingga menemukan konsep, 3) bertanya
(questioning) merupakan komponen yang melatih siswa untuk mengungkapkan rasa ingin tahu terhadap hal-
hal tertentu. Hal ini diintegrasikan dalam stimulus yang diberikan pada awal pembahasan materi baik berupa
narasi maupun gambar peristiwa kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan konsep, 4) masyarakat belajar
(learning community) bertujuan melatih siswa untuk mampu melakukan diskusi dengan teman sejawatnya
dalam memahami materi maupun konsep. Hal ini terlihat pada modul saat mengajak siswa berdiskusi dalam
menghadapi soal atau permasalahan yang disajikan, 5) pemodelan (modelling) ditujukan untuk memberikan
model/contoh kepada siswa untuk melatih siswa dalam mengatasi permasalahan. Hal ini disajikan melalui
contoh soal besreta cara penyelesaiannya yang diberikan sehingga siswa mampu menerapkannya dalam
menyelesaikan permasalahan pada latihan soal, 6) Refleksi (reflection) guna mengetahui kemampuan atau
pemahaman terkait konsep yang telah dipelajari. Hal ini dimasukkan dalam bentuk rangkuman di akhir
pembahasan materi, 7) penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) merupakan komponen yang berguna
untuk mengetahui kemampuan siswa yang sebenarnya. Hal ini dimasukkan dalam latihan soal yang diberikan
pada modul untuk menilai kemampuan diri sendiri terhadap materi yang telah dipelajari.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpukan beberapa
hal berikut.
1. Bahan ajar berupa modul Fisika untuk siswa SMA berbasis kontekstual pada materi suhu dan kalor telah
dikembangkan dengan memiliki karakteristik pengembangan bahan ajar kontekstual yakni (1)
kontruktivisme (contructivism); (2) bertanya (questioning); (3) masyarakat belajar (learning community);
(4) menemukan (inquiry); (5) Pemodelan (modelling); (6) penilaian autentik (authentic assessment); (7)
refleksi ( reflection).
2. Hasil uji validitas pakar menunjukkan bahan ajar yang telah dikembangan sudah tergolong dalam kategori
baik dengan nilai sebesar 77 diberikan oleh ahli media dan 86,7 pada ahli materi dengan beberapa catatan
dari tim pakar sebagai bahan revisi.
3. Hasil uji skala kecil yang diperoleh terkait kepraktisan bahan ajar Fisika SMA berbasis kontekstual pada
materi suhu dan kalor yang telah dikembangkan dari respon guru menunjukkan nilai 96 tergolong sangat
baik dan 6 orang siswa menunjukkan 87,5 dalam kategori sangat baik.
4. Berdasarkan hasil uji skala besar ditunjukkan bahwa bahan ajar Fisika SMA berbasis kontekstual pada
materi suhu dan kalor yang telah dikembangkan cukup efektif digunakan dalam proses pembelajaran
karena mampu meningkatkan hasil belajar siswa dengan nilai gain score 0,3 pada kategori sedang.
B. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan setelah melaksanakan penelitian ini diantaranya:

Kadek Ayu Astiti 33


Jurnal Pembelajaran Sains VOL. 3 NO. 1 2019

1. Dapat dilakukan penelitian lanjutan terkait penggunaan bahan ajar yang telah dikembangkan untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan yang tengah dihadapai di sekolah misalnya melalui penelitian
tindakan kelas.
2. Dapat dikembangkan bahan ajar berbasis kontekstual dengan materi lainnya yang belum pernah di
kembangkan khususnya pada mata pelajaran fisika.
3. Bahan ajar yang telah dikembangkan dapat diaplikasikan dengan model pembelajaran inovatif dalam
proses pembelajaran di kelas.

UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung keberlangsungan
penelitian ini. Kepada DRPM sebagai penyandang dana serta SMA N 2 Kupang sebagai tempat pelaksanaan
uji coba pengembangan bahan ajar khususnya guru dan siswa di kelas XI IPA7.

DAFTAR RUJUKAN
Ardiyanto, R. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Fisika Bervisi SETS (science, environment, technology, and
society) Terintegrasi Karakter. skripsi. Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan ilmu pengetahuan
alam, Universitas negeri semarang.
Purwanto, Y. & Swaditya Rizky. 2015. Pengembangan bahan ajarberbasis kontekstual pada materi himpunan
berbantu video pembelajaran. Aksioma: Jurnal pendidikan matematika FKIP Universitas
Muhammadiyah metro. Vol. 4 No.1, pp: 67-77
Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.
Satriawan, M. & Rosmiati. 2016. Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbasis Kontekstual dengan
Mengintegrasikan Kearifan Lokal untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Pada Mahasiswa.
Jurnal Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Vol. 6 No. 1, pp:1212-1217.

Kadek Ayu Astiti 34


Jurnal Kumparan Fisika, Vol. 2 No. 3, Desember 2019, Hal. 145-152
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/kumparan_fisika
e-ISSN: 2655-1403 p-ISSN: 2685-1806

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ELEKTRONIK MENGGUNAKAN FLIP


PDF PROFESSIONAL PADA MATERI ALAT-ALAT OPTIK DI SMA

Indah Sriwahyuni*1, Eko Risdianto2, Henny Johan2


1
Yayasan Islam AlKahfi Batam, Kepulauan Riau
2
Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu, Bengkulu
e-mail*1: indahsriwahyuniyo23@gmail.com

Diterima 29 Juli 2019 Disetujui 15 Desember 2019 Dipublikasikan 31 Desember 2019


https://doi.org/10.33369/jkf.2.3.145-152

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil uji validasi bahan ajar elektronik yang dibuat menggunakan Flip PDF
Professional pada materi Alat-Alat Optik. Penelitian ini termasuk penelitian dan pengembangan (R&D) Model
pengembangan yang digunakan yaitu model 3 D dengan langkah- langkah Define, Design, dan Develop. Validasi
dilakukan oleh 2 judgement ahli dan 2 praktisi untuk menilai produk yang dikembangkan dari aspek penyajian, isi, dan
bahasa. Berdasarkan hasil uji validitas aspek penyajian didapatkan hasil persentase sebesar 78,12% dengan kategori
sangat baik, aspek isi sebesar 81,88% dengan kategori sangat baik, aspek bahasa sebesar 82,81% dan aspek media
sebesar 75 % dengan kategori sangat baik. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar elektronik
menggunakan Flip PDF Professional yang dihasilkan sudah valid dengan persentase total sebesar 79,45% yang
termasuk dalam kategori sangat baik.

Kata Kunci : Pengembangan dan penelitian, Bahan Ajar Elektronik, Flip PDF Professional

ABSTRACT

This research was aimed to describe validity tests of electronic teaching materials using Flip PDF Pro on Optical
Instruments topic. This research used research and development model, namely 3D Development .The steps of 3D
development were Define, Design, and Develop. Validation was carried out by 2 expert judgments and 2 practitioners
to assess products developed from aspects of presentation, content, and language. Based on the results of the validity of
the presentation aspects, the percentage results were 78.12% with very good categories, content aspects 81.85% with
very good categories, language aspects at 82.75% and media aspects at 75% with very good categories. Based on these
results, it can be concluded that the electronic teaching materials using Flip PDF Professional developed were valid and
tested product with total validity test 79.4%, which is included in the excellent category.

Keywords :Research and Development, Electronic Teaching Materials, Flip PDF Professional

I. PENDAHULUAN
Permendiknas No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) menjelaskan
bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itu proses pembelajaran harus
dirancang, dilaksanakan guru sebagai pendidik agar dapat memenuhi amanat peraturan pemerintah
tersebut [1].
Peningkatan mutu pendidikan merupakan titik fokus bagi setiap negara saat sekarang ini
begitupun dengan negara Indonesia, banyak strategi dan upaya yang telah dilakukan pemerintah
untuk meningkatkan mutu dari pendidikan itu sendiri. Dalam proses belajar mengajar sangat
dibutuhkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendorong upaya proses
pembelajaran yang lebih baik. Para guru dituntut agar mampu menggunakan teknologi untuk
keefektifan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang

© 2019 Jurnal Kumparan Fisika 145


Jurnal Kumparan Fisika, Vol. 2 No. 3, Desember 2019, Hal. 145-152 146

cukup tentang peralatan teknologi yang sudah berkembang agar dapat menggunakannya sehingga
proses pembelajaran dapat terasa lebih menarik [2]. Pada era teknologi informasi saat ini dan
dengan pesatnya perkembangan teknologi komputer, manfaat komputer telah dirasakan diberbagai
sektor kehidupan. Dalam sektor pendidikan misalnya, pemanfaatan computer sudah berkembang
tidak hanya sebagai alat yang hanya dipergunakan untuk urusan keadministrasian saja, melainkan
juga dimungkinkan untuk digunakan sebagai sarana pembelajaran [3].
Masalah yang sering muncul dan dialami oleh peserta didik dalam pembelajaran adalah kesalah
pahaman ketika mempelajari materi fisika. Penyebabnya karena pendidik hanya mengajarkan
fisika yang bersifat abstrak melalui pembelajaran di kelas, kurang dilengkapi dengan proses
eksperimen di laboratorium (pratikum) dan memanfaatkan atau menggunakan bantuan media
lainnya seperti penggunaan media pembelajaran berbasis ICT (Information and Communication
Technologies) ataupun sering disebut dengan penggunaan media berbasis teknologi / TIK. Kualitas
pembelajaran fisika ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu ketersediaan sarana, alat dan bahan
laboratorium dan media pembelajaran yang baik untuk melaksanakan proses pembelajaran [4].
Dalam dunia pendidikan saat ini, sangat erat kaitannnya dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi. Fisika merupakan satu ilmu pengetahuan yang di dalamnya mempelajari
tentang sifat dan fenomena alam atau gejala alam serta seluruh interaksi yang ada di dalamnya yang
bisa diamati oleh manusia. Sifat ingin tahu siswa perlu juga dirangsang, ditumbuhi dan dipelihara.
Karena fisika merupakan ilmu pengetahuan eksperimental, maka dengan mengadakan percobaan
siswa tidak hanya memahami dan menguasai konsep, teori, asas dan hukum fisika saja, akan tetapi
juga menerapkan metode ilmiah dan mengembangkan sikap ilmiah [5]. Berdasarkan observasi
penulis di salah satu SMA Negeri Kota Bengkulu pada saat melaksanakan praktek lapangan
mengajar, peserta didik sekarang sangat tertarik dengan teknologi digital. Mereka sangat antusias
dengan pembelajaran menggunakan laptop dan handphone. Oleh karena itu, seorang guru harus
bisa membaca situasi dan menyiapkan sumber belajar serta media pembelajaran yang cocok dengan
apa yang digemari oleh siswa sehingga perhatian siswa dapat fokus pada pembelajaran. Karena
belum adanya sumber belajar yang berbentuk digital, untuk mendukung pembelajaran dan masih
kurang tersedianya sumber dan media belajar, maka penulis tertarik untuk membuat bahan ajar
elektronik. Apalagi bahan ajar yang digunakan guru di sekolah-sekolah adalah buku cetak.
Sebagian peserta didik merasa berat membawa buku cetak apalagi jika 1 hari lebih dari dua
pelajaran. Berbeda dengan bahan ajar elektronik yang dapat dibuka dengan handphone, benda yang
dibuat ringan dan mudah dibawa kemana-mana.
Bahan ajar elektronik adalah bahan ajar yang isi materinya dimuat dalam bentuk elektronik
yaitu bisa berupa audio, audio visual, ataupun berupa multimedia interaktif. Mengacu pada
pengertian bahan ajar sebelumnya, bahan ajar elektronik adalah seperangkat materi yang disusun
secara runut dan sistematis serta menampilkan kebutuhan dari kompetensi yang akan dikuasai
peserta didik dalam proses pembelajaran yang diramu dalam interaktif multimedia. Beberapa bahan
ajar yang termasuk ke dalam bahan ajar elektronik adalah meliputi buku seperti e-book, majalah
elektronik atau disebut sebagai e-magazine, CD/DVD multimedia interaktif, model flash atau slide
interaktif, e-learning, dan lain-lain [6]. Salah satu aplikasi yang digunakan untuk membuat bahan
ajar elektronik adalah Flip PDF Professional. Pembuatan bahan ajar elektronik menggunakan Flip
PDF Professional dikarenakan aplikasi ini tidak terpaku hanya pada tulisan-tulisan saja tetapi dapat
dimasukan animasi gerak, video, dan audio yang bisa menjadikannya sebuah media pembelajaran
interaktif yang menarik sehingga pembelajaran menjadi tidak monoton [7].
Penelitian sebelumnya mengenai bahan ajar elektronik menggunakan Flip PDF Professional
dengan judul Pengembangan Modul Elektronik (e-Modul) Biokimia pada Materi Metabolisme
Lipid Menggunakan Flip PDF Professional menghasilkan e-modul yang memperoleh persentase
rata-rata ahli materi dan bahasa 85,00% dan ahli media 83,35%. Persentase rata-rata respon
mahasiswa pada uji lapangan yaitu 84,39% pada interpretasi baik dan layak, Dari hasil tersebut
disimpulkan bahwa produk pengembangan yaitu e-modul metabolisme lipid layak digunakan untuk
proses pembelajaran [8]. Karena belum terdapat penggunaan dalam materi fisika maka peneliti
melakukan penelitian ini dengan materi yang berbeda.

Pengembangan Bahan Ajar Elektronik Menggunakan Flip PDF Professional pada Materi Alat-alat Optik di SMA
Indah Sriwahyuni, Eko Risdianto, Henny Johan
Pengembangan Bahan Ajar Elektronik Menggunakan Flip PDF Professional pada Materi Alat-alat optik di SMA
Indah Sriwahyuni, Eko Risdianto, Henny Johan

Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Bahan
Ajar Elektronik Menggunakan Flip PDF Professional pada Materi Alat-Alat Optik”. Adapun tujuan
penelitian ini adalah mengetahui hasil uji validasi ahli terhadap bahan ajar elektronik yang
dikembangkan Menggunakan Flip PDF Professional pada Materi Alat-Alat Optik.

II. METODE PENELITIAN


Metode penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and
Development). Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk
tersebut. Pengembangan dalam penelitian ini akan menghasilkan suatu bahan ajar elektronik [9].
Pada penelitian ini menggunakan model pengembangan Three-D (3D). Pengembangan 3D
menggunakan langkah–langkah penelitian dan pengembangan yang terdiri dari Define
(Pendefinisian), Design (Perancangan), dan Development (Pengembangan). Langkah-langkah
penelitian dan pengembangan 3D dapat digambarkan seperti tertera pada gambar 1 [10].

Gambar 1. Langkah-langkah penelitian dan Pengembangan 3D


Bahan ajar yang dikembangkan adalah bahan ajar elektronik untuk materi fisika SMA Alat-alat
Optik menggunakan Flip PDF Professional. Uji validitas dilakukan menggunakan lembar
judgement (angket) ahli dengan tiga aspek yaitu aspek penyajian, isi, media, dan bahasa. Analisis
hasil uji validasi dilakukan secara deskriptif menggunakan rumus berikut.
n
P  x100%
N (1)
dengan P adalah persentase hasil uji validasi, n adalah skor total penilaian ahli, dan N adalah skor
maksimal yang mungkin diperoleh. Hasil validitas yang telah diketahui persentasenya dapat
dicocokkan dengan kriteria yang dapat dilihat pada tabel1 [11] .
Tabel 1. Kriteria Hasil Validitas
Persentase Interprestasi
0% - 25 % Sangat Tidak Baik
26 % - 50 % Tidak Baik
51% - 75 % Baik
76% - 100 % Sangat Baik
Dari data hasil interprestasi ini, penelitian bisa dikatakan berhasil dan valid atau sangat valid jika
dari pengolahan data angket dihasilkan skor antar 51% sampai 100% atau berada dalam kriteria
“Baik” dan “Sangat Baik. Setelah validasi, dilakukan uji keterbacaan dengan menggunakan angket
respon siswa.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
3.1.1 Definisi Masalah dan Kebutuhan
Sebelum merancang produk perlu dilakukan observasi untuk memperoleh potensi masalah dan
kebutuhan siswa sehingga didapatkan informasi mengenai hal tersebut. Pada penelitian ini,
observasi dilakukan di salah satu SMA negeri di Kota Bengkulu. Hasil observasi telah
dikemukakan pada bagian pendahuluan.
3.1.2 Desain Produk
Setelah definisi masalah dan kebutuhan dilakukan, selanjutnya merancang produk yang
digunakan dalam penelitian. Rancangan produk yang dibuat dalam pengembangan penelitian ini

Jurnal Kumparan Fisika, Vol. 2 No. 3, Desember 2019, Hal. 145-152 147
Jurnal Kumparan Fisika, Vol. 2 No. 3, Desember 2019, Hal. 145-152 148

adalah bahan ajar elektronik. Bahan ajar ini dapat dijadikan sebagai sumber belajar dan sebagai alat
bantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran serta dapat dimanfaatkan siswa untuk
mempermudah memahami materi yang diajarkan. Bahan ajar elektronik ini menggunakan aplikasi
Flip PDF Professional yang dapat membantu untuk menampilkan pembelajaran yang bersifat
nyata. Desain produk yang akan dikembangkan berupa media pembelajaran interaktif, yaitu dapat
dilihat pada gambar 2 .

Tampilan Pembahasan Kompetensi Dasar dan


Awal Materi Indikator

Kesimpulan Penyajian Tujuan


Materi Pembelajaran

Gambar 2. Desain Produk Bahan ajar Elektronik


3.1.3 Pengembangan Produk
Produk bahan ajar elektronik yang telah dikembangkan dapat dilihat pada gambar 3-5.

Gambar 3. Halaman sampul bahan ajar dan kata pengantar serta Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar
Flip PDF Professional

Gambar 4. Halaman SK,KD,Tujuan Pembelajaran, Materi

Pengembangan Bahan Ajar Elektronik Menggunakan Flip PDF Professional pada Materi Alat-alat Optik di SMA
Indah Sriwahyuni, Eko Risdianto, Henny Johan
Pengembangan Bahan Ajar Elektronik Menggunakan Flip PDF Professional pada Materi Alat-alat optik di SMA
Indah Sriwahyuni, Eko Risdianto, Henny Johan

Gambar 5. Halaman LKS, Video Pembelajaran, Latihan Soal

Perhitungan uji validitas untuk aspek materi atau kelayakan isi terdiri dari empat kriteria penilaian
dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Validasi Aspek Kelayakan isi
Validator Skor Skor Maksimal Persentase Kategori
Ahli I 33 40 82,5% Sangat Baik
Ahli II 31 40 77,5% Sangat Baik
Praktisi I 34 40 85% Sangat Baik
Praktisi II 33 40 82,5% Sangat Baik
Rata-Rata 32,75 40 81,88% Sangat Baik
Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa kelayakan isi dalam bahan ajar elektronik menggunakan Flip
PDF Professional yang dikembangkan sudah berada dalam tingkat sangat baik atau valid dengan
rata-rata persentase 81,88%.
Perhitungan uji validitas untuk aspek penyajian terdiri dari lima kriteria penilaian dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji Validasi Aspek penyajian
Validator Skor Total Skor Maksimal Persentase Kategori
Ahli I 12 16 75 % Baik
Ahli II 12 16 75% Baik
Praktisi I 13 16 81,25 % Sangat Baik
Praktisi II 13 16 81,25 % Sangat Baik
Rata-Rata 12.5 16 78,12 % Sangat Baik
Table 3 menunjukkan hasil uji validitas aspek penyajian bahan ajar elektronik menggunakan Flip
PDF Professional yang dikembangkan dalam kategori sangat baik atau valid dengan rata-rata
persentase 78,12%. Perhitungan uji validitas untuk aspek media terdiri dari delapan kriteria
penilaian dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Validasi Aspek Bahasa
Validator Skor Total Skor Maksimal Persentase Kategori
Ahli I 27 32 84,37 % Sangat Baik
Ahli II 27 32 84,37% Sangat Baik
Praktisi I 25 32 78,12 % Sangat Baik
Praktisi II 27 32 84,37 % Sangat baik
Rata-Rata 26,5 32 82,81% Sangat Baik
Berdasarkan tabel 4, terlihat bahwa penggunaan media pembelajaran dalam bahan ajar elektronik
menggunakan Flip PDF Professional yang dikembangkan sudah berada dalam tingkat sangat baik

Jurnal Kumparan Fisika, Vol. 2 No. 3, Desember 2019, Hal. 145-152 149
Jurnal Kumparan Fisika, Vol. 2 No. 3, Desember 2019, Hal. 145-152 150

atau valid dengan rata-rata persentase 84,37 %. Perhitungan uji validitas untuk aspek penyajian
terdiri dari lima kriteri penilaian dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Validitas Aspek Media
Validator Skor Total Skor Maksimal Persentase Kategori
Ahli I 15 20 75 % Baik
Ahli II 15 20 75% Baik
Praktisi I 15 20 75 % Baik
Praktisi II 15 20 75% Baik
Rata-Rata 15 20 75% Baik
Hasil uji validitas untuk aspek media pada tabel 5 menunjukkan bahwa penggunaan media
pembelajaran yang dikembangkan sudah berada dalam tingkat baik atau valid dengan rata-rata
persentase 75 %. Hasil total uji validitas dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil Total Uji Validitas
ASPEK NILAI RATA-RATA KATEGORI
Kelayakan Isi 81,88% Sangat baik
Penyajian 78,12% Sangat Baik
Bahasa 82,81% Sangat baik
Media 75 % Baik
Rata-rata 79,45% Sangat baik
Tabel 6 menunjukkan hasil uji validitas bahan ajar elektronik dengan menggunakan Flip PDF
Professional pada materi Alat-alat Optik yang dilakukan oleh validator ahli dan praktisi
menghasilkan persentase rata-rata sebesar 79,45 % yang dikategorikan sangat valid atau layak.
Setelah dilakukan validasi ahli oleh validator dilakukan pengujian bahan ajar kepada pengguna
bahan ajar tersebut, yaitu siswa. Pada proses ini dipilih 20 siswa sebagai spesific sample.
Pengujian dilakukan dengan memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang cara penggunaan
media pembelajaran berbentuk bahan ajar elektronik dengan menggunakan Flip PDF Professional.
Hasil respon siswa terhadap bahan ajar elektronik sangat baik, siswa sangat tertarik untuk
belajar menggunakannya dan sangat antusias untuk belajar. Hal ini didasarkan pada hasil angket
yang menunjukkan respon sangat baik pada aspek penyajian dengan persentase 94 %, aspek materi
dengan persentase 90 %, dan aspek kebermanfaatan dengan persentase 94 %.

3.2 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil uji validasi bahan ajar fisika dalam bentuk
elektronik yang dikembangkan menggunakan Flip PDF Professional pada matei Alat-Alat Optik.
Untuk megembangkan produk ini digunakan langkah-langkah penelitian R&D dengan tipe
rancangan 3D. Tahap penelitian yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1) Define, berupa
analisis kebutuhan; 2) Design, berupa rancangan, pengumpulan data, dan pembuatan desain bahan
ajar serta pembuatan bahan ajar elektronik; dan 3) Develop, berupa validasi, revisi dan uji
keterbacaan. Hasil akhir dari penelitian ini adalah bahan ajar elektronik dengan menggunakan Flip
PDF Professional pada materi Alat-Alat Optik. Perbedaan penelitian pengembangan ini dengan
penelitian-penelitian relevan adalah penelitian ini disajikan dengan kalimat yang menarik minat
serta mendorong siswa untuk belajar serta terdapatnya video pembelajaran yang mampu
menjelaskan materi yang tidak dapat disampaikan lewat tulisan.
Karakteristik bahan ajar yang di buat yaitu menyajikan bahan ajar non cetak atau berbentuk
elektronik dengan bantuan software Flip PDF Professional sehingga bahan ajar yang
dikembangkan akan disajikan semenarik mungkin serta jelas sehingga memudahkan siswa untuk
belajar fisika, pada bahan ajar elektronik juga terdapat video pembelajaran yang mampu membantu
memperjelas materi yang tidak bisa tersampaikan lewat tulisan sehingga melali video dapat
tervisualisasikan dengan jelas serta terdapat kuis interaktif yang mampu mengasah kemampuan
siswa secara langsung sehingga menimbulkan ketertarikan siswa terhadap fisika yang selama ini
Pengembangan Bahan Ajar Elektronik Menggunakan Flip PDF Professional pada Materi Alat-alat Optik di SMA
Indah Sriwahyuni, Eko Risdianto, Henny Johan
Pengembangan Bahan Ajar Elektronik Menggunakan Flip PDF Professional pada Materi Alat-alat optik di SMA
Indah Sriwahyuni, Eko Risdianto, Henny Johan

kebanyakan orang beranggapan bahwa fisika itu sulit sehingga paradigma itu dapat dihilangkan
dengan adanya bahan ajar ini. Setelah tahap desain produk maka tahap selanjutnya yang dilakukan
yaitu validasi desain. Validasi desain merupakan tahap penilaian judgement ahli. Tahap ini
dilakukan untuk mengetahui kevalidan bahan ajar elektronik yang dikembangkan. Uji validitas
untuk produk ini dilakukan oleh 2 judgement ahli (dosen), selain itu validasi untuk produk ini juga
dilakukan oleh 2 praktisi (guru SMA). Validasi dilakukan untuk 4 aspek yaitu penyajian, isi, bahasa
dan media.
Berdasarkan hasil rata-rata uji validasi oleh judgement ahli dan praktisi persentase penilaian
aspek bahasa yaitu 82,81% yang berada pada kategori sangat baik. Aspek media memiliki 5 butir
penilaian, Berdasarkan hasil rata-rata uji validasi oleh ahli dan praktisi persentase penilaian aspek
isi yaitu 81,88 % yang berada pada kategori sangat baik mengacu pada interpretasi skala likert.
Hasil tersebut dapat mencerminkan bahwa bahan ajar elektronik yang dikembangkan telah
menggunakan bahasa yang baik, ketepatan struktur kalimat, konsistensi penggunaan istilah dan
konsistensi penggunaan simbol yang baik sehingga bahan ajar yang di kembangkan sudah berada
pada tahap layak digunakan.
Berdasarkan hasil total dari uji validitas aspek penyajian, isi, bahasa dan media, yang dilakukan
oleh 2 judgement ahli dan 2 orang praktisi maka dapat dikatakan bahwa bahan ajar elektronik
menggunakan Flip PDF Pro yang sudah dikembangkan tergolong dalam kategori sangat baik
dengan persentase rata-rata yaitu 79,45% dari 100%. Hal ini berarti bahan ajar elektronik fisika
yang dikembangkan sudah memenuhi aspek penyajian, isi, media dan bahasa sehingga, dapat
disimpulkan bahwa bahan ajar elektronik dengan menggunakan Flip PDF Professional yang sudah
dikembangkan merupakan desain teruji. Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian yang
berjudul Pengembangan Modul Elektronik (E-Modul) Biokimia Pada Materi Metabolisme Lipid
Menggunakan Flip PDF Professional yang menghasilkan produk dengan kriteria sangat baik [8].
Selain itu, hasil uji keterbacaan produk penelitian ini yang menunjukkan respon sangat baik oleh
siswa sesuai dengan penelitian yang berjudul Pengembangan Bahan Ajar Digital Berbasis Gaya
Belajar pada Materi Suhu dan Kalor SMA menyatakan bahwa secara keseluruhan bahan ajar digital
interaktif lebih unggul dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa [11].
Penilaian akhir dari setiap validator adalah bahan ajar yang sudah dikembangkan sudah layak
akan tetapi perlu adanya revisi. Hasil revisi menghasilkan produk akhir yang memiliki keunggulan
yakni bahan ajar elektronik yang dikembangkan menggunakan Flip PDF Professional, tampilannya
lebih menarik, terdapat video pembelajaran, dan kuis interaktif. Adapun kekurangan dari bahan ajar
ini yaitu materi yang disampaikan masih bersifat ringan belum ada kategori dari bahan ajarnya
seperti berbasis HOTS atau berdasarkan pendekatan saintifik atau lainnya. Dari uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa produk bahan ajar elektronik dengan menggunakan Flip PDF Professional
yang dikembangkan memiliki kualitas yang sangat valid dengan respon yang sangat baik.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian pengembangan yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah
dijelaskan dapat disimpulkan bahwa hasil validasi oleh judgement ahli dan praktisi terhadap bahan
ajar yang dikembangkan termasuk dalam kategori sangat baik dengan persentase rata-rata sebesar
79,45%.
4.2 Saran
Adapun saran dari hasil penelitian ini yaitu untuk penelitian selanjutnya (1) dapat membuat
bahan ajar elektronik yang dapat langsung dibuka melalui smartphone tanpa harus terkoneksi
dengan internet, (2) dapat dilanjutkan pengembangan bahan ajar yang lebih spesifik dengan aspek-
aspeknya seperti berbasis HOTS atau pendekatan saintifik, dan (3) penelitian dan pengembangan
bahan ajar elektronik menggunakan Flip PDF Professional dengan materi yang berbeda.

Jurnal Kumparan Fisika, Vol. 2 No. 3, Desember 2019, Hal. 145-152 151
Jurnal Kumparan Fisika, Vol. 2 No. 3, Desember 2019, Hal. 145-152 152

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada validator ahli (Dr. Irwan Koto, M.A, Aprina Defianti
M.Pd,, serta guru dan siswa yang telah membantu dalam penelitian pengembangan produk bahan
ajar elektronik.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Perdana, F. A., Sarwanto, dan Sukarmin, 2017, Pengembangan modul elektronik fisika berbasis
keterampilan proses sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar
siswa SMA / MA Kelas X pada materi dinamika gerak, No. 3, Vol. 6, hal. 61–76.
[2] Samiasih, R., Sulton, dan Praherdhiono, H., 2017, Pengembangan e-module mata pelajaran
ilmu pengetahuan alam pokok bahasan interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya,
Edcomtech, No. 2, Vol. 2, hal. 119–124.
[3] Johar, A., Risdianto, E., dan Indriyati, D., 2014, Perancangan dan implementasi media
pembelajaran berbasis web pada bidang studi bahasa inggris di kelas VII SMP 1 Kota
Bengkulu dengan menggunakan PHP dan MYSQL, Rekursif, No. 1, Vol. 2, hal. 1–9.
[4] Swandi, A., Nurul, S., & Irsan. (2014). Pengembangan media pembelajaran laboratorium virtual
untuk mengatasi miskonsepsi pada materi fisika inti di SMAN 1 Binamu Jeneponto, Jurnal
Fisika Indonesia, No. 52, Vol. 18, hal. 20–24.
[5] Risdianto, E., 2008, Pengembangan multimedia interaktif (MPI) pada praktikum fisika dasar I,
Jurnal Exacta No. 2, Vol. VI, hal. 9–16.
[6] Risdianto, E., 2017, Teknik Membuat Bahan Ajar Sendiri , Bahan Ajar Elektronik dengan Open
Sancore, Camtasia Studio, dan Youtube, Vanda, Bengkulu.
[7] Sulistyarini, E., 2015, Pengembangan bahan ajar fisika SMA materi gelombang bunyi berbasis
interactive PDF, Skripsi, Tidak Diterbitkan, UNNES.
[8] Seruni, R., Munawaroh, S., Kurniadewi, F., dan Nurjayadi, M., 2019, Pengembangan modul
elektronik (e-module) biokimia pada materi metabolisme lipid menggunakan Flip PDF
Professional, Jurnal Tadris Kimiya, No. 1, Vol. 4, hal. 48–56.
[9] Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung.
[10] Hera, R., Khairil, dan Hassanuddin, 2014, Pengembangan handout pembelajaran embriologi
berbasis kontekstual pada perkuliahan perkembangan hewan untuk meningkatkan pemahaman
konsep mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Banda Aceh, Jurnal Edubio Tropika, No. 2,
Vol. 2, 187–250.
[11] Hayati, S., Budi, A. S., dan Handoko, E., 2015, Pengembangan media pembelajaran flipbook
fisika untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik, Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-
Journal), Vol. IV, hal. 49–54
[12] Dzulhijjah, S., 2012, Pengembangan bahan ajar digital berbasis gaya belajar pada materi suhu
dan kalor SMA, Skripsi, Tidak Diterbitkan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pengembangan Bahan Ajar Elektronik Menggunakan Flip PDF Professional pada Materi Alat-alat Optik di SMA
Indah Sriwahyuni, Eko Risdianto, Henny Johan
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC
APPROACH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA PADA MATERI MEDAN MAGNET DI SMA
1)
Kurnia Mas Rahmawati, 1) Sri Handono Budi Prastowo, 1) Singgih Bektiarso
1)
Program Studi pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
Email: kurniamas96@yahoo.co.id

Abstract
This research aimed to produce scientific approach-based physics learning
material in magnetic field topic, describe it’s validity, practicality, and effectiveness to
improve students’ critical thinking skill. The development procedures of the research
employed Nieveen’s research design which consisted of three stages, namely preliminary
research, prototyping stage, and assessement stage. The instruments used in this research
were validation sheet, observation sheet, and critical thinking test. Based on the results
of the data analysis concluded: (1) the validity of scientific approach-based physics
learning material was at very valid category with an average score of expert validation
was 3.47 and average score of user validation was 3.67, (2) the practicality of scientific
approach-based physics learning material was in very high category, (3) the effectiveness
of scientific approach-based physics learning material to improve students’ critical
thinking skill showed that the average of N-Gain score was 0.53 which was in the medium
category, so the scientific approach-based physics learning material was effective in
improving critical thinking skill.

Key word: physics learning materials; scientific approach; magnetic field, critical
thinking skill

PENDAHULUAN

Pembelajaran fisika merupakan bagian fakta-fakta dan tentunya membuat siswa


dari sains yang banyak membahas tentang menjadi pribadi yang kurang kritis.
alam dan gejalanya mulai dari yang bersifat
real hingga yang bersifat abstrak. Salah satu Kemampuan berpikir kritis adalah
materi pembelajaran fisika yang dianggap salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi
sulit dan bersifat abstrak adalah materi medan yang dibutuhkan untuk memudahkan dalam
magnet. Hal ini disebabkan karena dalam memahami konsep-konsep yang abstrak.
pelaksanaan pembelajaran siswa tidak Selain itu, pengembangan kemampuan
banyak dilibatkan dalam proses berpikir kritis termasuk salah satu
pengkonstruksian suatu konsep dalam kompetensi pembelajaran fisika yang
pikirannya, siswa juga tidak terlibat untuk tertuang dalam Permendikbud nomor 64
mendiskusikan dan menanyakan banyak hal tahun 2013. Ini menunjukkan bahwa proses
tetapi hanya sekedar mendengar dan maupun asesmen pembelajaran fisika harus
mengulangi jawaban-jawaban yang berorientasi untuk mengembangkan
diharapkan (Exline, 2004). Kenyataan ini kemampuan berpikir kritis siswa (Ritdamaya
membuat siswa senantiasa menghapalkan dan Suhandi, 2016:87-88). Berpikir kritis
80
Rahmawati, Pengembangan Bahan Ajar ...81

adalah berpikir reflektif, proses metakognisi Bahan ajar merupakan seperangkat


yang kompleks dan melibatkan beberapa materi yang disusun secara utuh dan
keterampilan (seperti menganalisis, sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis
mengevaluasi dan menginferensi) yang sehingga tercipta lingkungan atau suasana
bertujuan untuk membuat keputusan secara yang memungkinkan siswa untuk belajar
logis mengenai apa yang hendak dilakukan (Depdiknas, 2008). Bahan ajar ini dipilih
dalam menyelesaikan suatu masalah (Ennis, untuk dapat melatihkan kemampuan berpikir
1985). Berpikir kritis juga digunakan siswa kritis siswa karena dapat disesuaikan dengan
dalam upaya untuk mengamati gambar atau lingkungan sosial, budaya, geografis, dan
grafik, mengajukan pertanyaan tentang karakteristik siswa sehingga sesuai dengan
materi pembelajaran, ataupun dalam kebutuhan dan perkembangan siswa.
mengasosiasi hasil percobaan, serta untuk Menurut penelitian yang dilakukan oleh
menyelesaikan persoalan dan menjawab Wahyuni (2015) menyatakan bahwa
pertanyaan yang diberikan. Menurut Rofiah pengembangan bahan ajar dapat
et al. (2013) bahwa kemampuan berpikir meningkatkan keterampilan berpikir kritis
kritis yang dimiliki seseorang tidak dapat siswa.
dimiliki secara langsung melainkan diperoleh
melalui latihan. Kemampuan berpikir kritis Berdasarkan hasil penelitian oleh
dalam pembelajaran dapat dilatih melalui Sirait et al. (2016:7) menyatakan bahwa
penerapan pendekatan saintifik dalam bahan ajar yang digunakan dalam proses
pelaksanaan pembelajaran. pembelajaran adalah buku yang berasal dari
penerbit dan lembar kerja siswa yang berisi
Pendekatan saintifik merupakan latihan soal atau ulasan dari setiap topik. Hal
pendekatan pembelajaran yang tersebut senada dengan penelitian yang
mengkondisikan siswa aktif terlibat dalam dilakukan oleh Tjiptiany et al. (2016:1939)
proses pembelajaran melalui proses-proses yang menyatakan bahwa pemerintah sudah
ilmiah, sehingga pengetahuan yang diperoleh menerbitkan buku kurikulum 2013 tetapi
siswa merupakan hasil konstruksi siswa buku siswa tersebut belum memperlihatkan
sendiri (Bybee, 2006). Menurut Asta et al. secara jelas bagaimana seharusnya guru
(2015:1-10) bahwa pendekatan saintifik dalam menerapkan metode saintiifik. Begitu
berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar juga dengan hasil wawancara dengan guru
dengan mengendalikan kemampuan berpikir fisika di SMAN 1 Glenmore bahwa bahan
kritis. Selain itu, kurikulum 2013 menuntut ajar yang digunakan di sekolah belum
pembelajaran fisika di SMA dilaksanakan sepenuhnya melaksanakan langkah-langkah
dengan pendekatan saintifik (Kemendikbud, saintifik dan membutuhkan bahan ajar yang
2016). Pendekatan saintifik dalam sesuai dengan kurikulum 2013. Berdasarkan
pembelajaran meliputi kegiatan mengamati, uraian diatas, maka penelitian ini bertujuan
menanya, mengumpulkan informasi, untuk mengembangan bahan ajar fisika
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. berbasis scientific approach untuk
Melalui langkah-langkah pembelajaran meningkatkan kemampuan berpikir kritis
saintifik 5M diharapkan dapat memberikan siswa pada materi medan magnet di SMA.
pengalaman belajar yang baik bagi siswa.
Penerapan pendekatan saintifik dalam METODE
pembelajaran dapat dilakukan dengan
memanfaatkan bahan ajar yang berbasis Jenis penelitian ini adalah penelitian
pendekatan saintifik. pengembangan dengan tujuan untuk
menghasilkan produk pengembangan berupa
82 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 8 No. 2, Juni 2019, hal 80-86

bahan ajar berbasis scientific approach yang Instrumen yang digunakan dalam
valid, praktis, dan efektif untuk memfasilitasi penelitian ini adalah lembar validasi bahan
siswa melatih kemampuan berpikir kritis. ajar berbasis scientific approach, lembar
observasi keterlaksanaan pembelajaran, serta
Penentuan daerah penelitian ini adalah pretest dan postest kemampuan berpikir kritis
dengan menggunakan metode purposive siswa.
sampling area, artinya daerah yang sengaja
dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu. Analisis validitas bahan ajar
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 ditentukan berdasarkan rata-rata skor total
Glenmore tahun ajaran 2018/2019 semester hasil validasi dengan mengacu pada kriteria
ganjil dengan subjek penelitian XII IPA 1 validitas yang terdapat pada Tabel 1 berikut:
sebanyak 38 siswa sebagai subjek uji
lapangan, dan sebanyak 10 siswa kelas XII Tabel 1. Kriteria penilaian validasi produk
IPA 4 sebagai subjek uji coba terbatas.
Interval Skor
Kategori Keterangan
Hasil Penilaian
Desain pengembangan bahan ajar
sangat Dapat digunakan
dalam penelitian ini adalah desain 3,25 <Skor≤ 4,00
valid tanpa revisi
pengembangan yang dikemukakan oleh Dapat digunakan
Nieveen (2006) yang terbagi dalam beberapa 2,50<Skor≤ 3,25 valid dengan revisi
tahap yaitu preliminary research, sedikit
development or prototyping stage, dan Dapat digunakan
kurang
asessement stage. Pada tahap preliminary 1,75 <Skor≤ 2,50 dengan banyak
valid
research dilakukan analisis permasalahan, revisi
studi literatur, dan analisis kebutuhan Belum dapat
sehingga diperoleh solusi yang tepat untuk digunakan dan
tidak
mengatasi permasalahan yang ada. 1,00 <Skor≤ 1,75 masih
valid
Prototyping stage terdiri dari kegiatan memerlukan
konsultasi
menyusun bahan ajar berbasis scientific
approah beserta perangkat pembelajaran dan (Ratumanan dan Laurens, 2011)
instrumen penelitian yang digunakan, Analisis keterlaksanaan pembelajaran
melakukan validasi bahan ajar untuk diperoleh berdasarkan rata-rata skala
mengetahui validitas bahan ajar, dan penilaian kedua observer dengan mengacu
melakukan uji coba terbatas. Asessement pada kriteria keterlaksanaan pembelajaran
stage terdiri dari kegiatan uji lapangan untuk yang terdapat pada Tabel 2 berikut:
mengetahui tingkat kepraktisan dan
keefektifan bahan ajar. Kepraktisan bahan Tabel 2. Kriteria keterlaksanaan pembelajaran
ajar ditinjau dari tingkat keterlaksanaan
pembelajaran menggunakan bahan ajar. Nilai
Kriteris Keterlaksanaan
Sedangkan keefektifan bahan ajar ditinjau Keterlaksanaan
Pembelajaran
berdasarkan peningkatan kemampuan Pembelajaran
1,00 ≤ Skor ≤ 1,75 tidak baik
berpikir kritis siswa. Keefektifan produk diuji
1,75 < Skor ≤ 2,50 kurang baik
dengan menggunakan desain penelitian one
2,50 < Skor ≤ 3,25 Baik
group pretest-postest design. 3,25 < Skor ≤ 4,00 baik sekali
Rahmawati, Pengembangan Bahan Ajar ...83

(Ratumanan dan Laurens, 2011) telah direvisi sesuai masukan dan saran dari
validator.
Analisis kemampuan berpikir kritis
siswa menggunakan uji N-Gain. Perhitungan
N-Gain didasarkan atas formula yang telah
dikemukakan oleh Hake (1998):

Tabel 4. Hasil validitas bahan ajar oleh ahli

Dengan: Rata-Rata Tingkat


Aspek Validitas
‹ɡ› = nilai N-Gain Aspek Validitas
Sf = rata-rata nilai postest Konstruk 3,45
sangat
Si = rata-rata nilai pretest Isi 3,38 3,47
valid
Bahasa 3,57
Kriteria peningkatan kemampuan berpikir
kritis didasarkan pada ketentuan seperti pada Hasil validasi pengguna dapat dilihat
Tabel 3 berikut: pada Tabel 5 yang memperoleh nilai validitas
sebesar 3,67 dengan tingkat validitas sangat
Tabel 3. Kriteria kemampuan berpikir kritis valid. Kriteria validitas diperoleh
Skor Gain berdasarkan rata-rata skor dari 4 aspek yaitu
Kategori relevansi, akurasi, keterbacaan, dan
Ternormalisasi
≥ 0,7 Tinggi kebahasaan. Dari data validasi pengguna
0,7 > ≥ 0,3 Sedang diketahui bahwa bahan ajar tidak perlu
Rendah
dilakukan revisi.
< 0,3
Hake (1998) Tabel 5. Hasil validasi bahan ajar oleh pengguna

HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-


Tingkat
Aspek Rata Validitas
Validitas
Berdasarkan hasil analisis nilai Aspek
validitas bahan ajar berbasis scientific relevansi 3,17
approach yang telah divalidasi oleh dua akurasi 3,71 sangat
dosen pendidikan fisika FKIP Universitas 3,67
keterbacaan 3,80 valid
Jember sebagai validasi ahli dan satu guru kebahasaan 4,00
fisika kelas XII SMAN 1 Glenmore sebagai
validasi pengguna diketahui bahwa bahan Setelah proses validasi selesai
ajar yang dikembangkan tergolong sangat kemudian dilakukan uji coba terbatas pada 10
valid. siswa di kelas XII IPA 4. Bahan ajar
kemudian diperbaiki dan disempurnakan
Hasil validasi ahli dapat dilihat pada sesuai kekurangan yang ditemukan selama
Tabel 4 yang memperoleh nilai validitas tahap uji coba terbatas. Bahan ajar hasil
sebesar 3,47 dengan tingkat validitas sangat perbaikan kemudian diterapkan untuk uji
valid. Kriteria validitas diperoleh lapangan pada 38 siswa di kelas XII IPA 1.
berdasarkan rata-rata skor dari 3 aspek yaitu
konstruk, isi, dan bahasa. Pada saat validasi Pada saat pembelajaran, dua orang
ahli, bahan ajar berbasis scientific approach observer mengamati keterlaksanaan setiap
84 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 8 No. 2, Juni 2019, hal 80-86

langkah pembelajaran. Ringkasan hasil


keterlaksanaan pembelajaran di kelas XII Rata-Rata Pretest dan Postest
IPA 1 dan XII IPA 4 selama tiga kali 80
pertemuan ditunjukkan pada Tabel 6 berikut:
60
40
63,05
20
22,18
Tabel 6. Ringkasan hasil keterlaksanaan 0
pembelajaran Pretest postest

Pertemuan Rata-Rata Gambar 1. Grafik rata-rata nilai pretest dan


Kelas Kriteria
Ke- Skor posttest
1 3,71 baik sekali
XII IPA 1 2 3,82 baik sekali Pada Gambar 1 dapat diketahui bahwa
3 3,82 baik sekali rata-rata nilai pretest adalah 22,18 dan rata-
1 3,47 baik sekali rata nilai posttest adalah 63,05. Sehingga
XII IPA 4 2 3,67 baik sekali terdapat perbedaan antara nilai pretest dan
3 3,79 baik sekali posttest sebesar 40,87. Selanjutnya untuk
mengetahui peningkatan hasil pretest dan
Berdasarkan analisis data posttest kemampuan berpikir kritis sebelum
keterlaksanaan pada Tabel 6 menunjukkan dan sesudah menggunakan bahan ajar
bahwa bahan ajar berbasis scientific berbasis saintifik untuk melatih kemampuan
approach yang dikembangkan dalam berpikir kritis menggunakan uji N-Gain.
penelitian ini dapat terlaksana dengan baik Adapun hasil perhitungan secara rata-rata N-
sekali sesuai dengan kegiatan pembelajaran Gain dapat dilihat pada Tabel 7.
yang direncanakan guru, sehingga bahan ajar
berbasis scientific approach termasuk Tabel 7. Hasil perhitungan uji N-Gain
kategori praktis sebagai bahan ajar pada
materi medan magnet. Komponen Pretest Postest
nilai tertinggi 50 90
Data hasil tes kemampuan berpikir nilai terendah 10 41
kritis dilakukan pada saat sebelum dilakukan rata-rata 22,18 63,05
pembelajaran menggunakan bahan ajar N-Gain 0,53
berbasis scientific approach melalui kegiatan kategori sedang
pretest dan setelah dilakukan pembelajaran
menggunakan bahan ajar berbasis scientific Data yang diperoleh dianalisis secara
approach melalui kegiatan posttest. Rata-rata deskriptif dengan menelaah rata-rata nilai uji
nilai pretest dan posttest pada kelas XII IPA N-Gain dari hasil uji lapangan. Dari hasil
1 dapat dilihat pada Gambar 1 berikut: analisis diketahui bahwa rata-rata skor N-
Gain adalah 0,53 yang termasuk dalam
kategori sedang.
Rahmawati, Pengembangan Bahan Ajar ...85

Tes berpikir kritis yang digunakan materi medan magnet di SMA dalam kategori
untuk mengetahui keefektifan bahan ajar sangat valid, sehingga bahan ajar berbasis
berbasis scientific approach ada 5 soal yang scientific approach dapat digunakan sebagai
masing-masing soal mengandung 1 indikator bahan ajar pada pokok bahasan medan
berpikir kritis yaitu soal 1 dengan indikator magnet, (2) keterlaksanaan pembelajaran
elementary clarification, soal 2 dengan menggunakan bahan ajar fisika berbasis
indikator the basic of the decision, soal 3 scientific approach pada materi medan
dengan indikator inference, soal 4 dengan magnet di SMA dapat terlaksana dengan baik
indikator advance clarification, dan soal 5 sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang
dengan indikator strategi and tactics. direncanakan guru, sehingga bahan ajar
Berdasarkan hasil analisis jawaban setiap berbasis scientific approach termasuk dalam
butir soal pretest dan posttest diketahui kategori praktis sebagai bahan ajar pada
bahwa setiap butir soal mengalami pokok bahasan medan magnet, dan (3)
peningkatan hasil jawabannya. Sehingga peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa
dapat dikatakan bahwa bahan ajar berbasis setelah menggunakan bahan ajar berbasis
scientific approach yang dikembangkan telah scientific approach menunjukkan kriteria N-
efektif dalam meningkatkan kemampuan Gain sedang, sehingga bahan ajar berbasis
berpikir kritis. Hal ini sejalan dengan scientific approach memiliki kriteria efektif
penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari et dan layak digunakan sebagai bahan ajar pada
al. (2015), menunjukkan bahwa keterampilan pokok bahasan medan magnet.
berpikir kritis siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran menggunakan modul fisika Saran berdasarkan hasil
berbasis scientific pada materi fluida statis pengembangan bahan ajar berbasis scientific
mengalami peningkatan yang signifikan. approach untuk meningkatkan kemampuan
Hasil penelitian Ulandari et al. (2018), berpikir kritis pada materi medan magnet di
menunjukkan bahwa modul berbasis saintifik SMA yang telah dilakukan, yaitu: (1)
pada materi gerak harmonik mampu penelitian pengembangan ini sebaiknya
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dilakukan ke ruang lingkup yang lebih luas
yang masuk dalam kategori sedang, sehingga seperti di kelas lain atau di sekolah lain, dan
modul berbasis saintifik dikatakan efektif (2) penelitian menggunakan bahan ajar
digunakan dalam pembelajaran sebagai berbasis saintifik ini perlu adanya
implementasi dari kurikulum 2013. Begitu pembimbingan pada awal sebelum
juga dengan Natalina et al. (2016), pembelajaran, seperti panduan penggunaan
mengemukakan hasil penelitiannya bahwa dan cara pembelajaran menggunakan bahan
modul berbasis scientific approach pada ajar berbasis scientific sebelum siswa belajar
materi biologi dapat meningkatkan secara mandiri.
kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga
modul yang dikembangkan dapat digunakan DAFTAR PUSTAKA
sebagai alternatif dalam kegiatan Asta, I. K. R. dan A. A. G. Agung dan I. W.
pembelajaran. Widiana. 2015. Pengaruh pendekatan
SIMPULAN DAN SARAN saintifik dan kemampuan berpikir
kritis terhadap hasil belajar IPA. E-
Berdasarkan data yang diperoleh pada Journal PGSD Universitas Pendidikan
hasil dan pembahasan pengembangan maka Ganesha. 3(1): 1-10.
dapat disimpulkan yaitu: (1) validitas bahan
ajar fisika berbasis scientific approach pada
86 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 8 No. 2, Juni 2019, hal 80-86

Bybee, R. W. 2006. Scientific Inquiry and Ratumanan, G. T. dan Laurens. 2011.


Nature of Science. Netherlands: Evaluasi Hasil Belajar pada Tingkat
Springer. Satuan Pendidikan. Surabaya: Unesa
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan University Press
Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Ritdamaya, D. dan A. Suhandi. 2016.
Jenderal. Konstruksi instrumen tes keterampilan
Ennis, R. H. dan E. Weir. 1985. The Ennis berpikir kritis terkait materi suhu dan
Weir Critical Thinking Essay Test. kalor. Jurnal Penelitian dan
Pacific Grove, CA : Midwest Pengembangan Pendidikan Fisika.
Publication. 2(2): 87-96.
Exline, J. 2004. Workshop: Inquiry-based Rofiah, E. dan N. S. Aminah dan E. Y.
Learning. Ekawati. 2013. Penyusunan instrumen
Hake, R.R. 1998. Interactive engagement v.s tes kemampuan berpikir kritis tingkat
traditional methods: six- thousand tinggi fisika pada siswa SMP. Jurnal
student survey of mechanics test data Pendidikan Fisika. 1(2): 17-22.
for introductory physics courses. Sirait, J. V. dan N. Bukit dan M. Sirait.
American Journal of Physics. 66(1). Pengembangan bahan ajar fisika pada
Kemendikbud. 2016. Silabus Mata Pelajaran materi fluida dinamis berbasis
Sekolah Menengah Atas/Madrasah scientific inquiry untuk meningkatkan
Aliyah. Jakarta: BPSDMPK-PMP. hasil belajar. Jurnal Pendidikan
Natalina, M. dan W. Syafi’i dan S. Heryeni. Fisika. 5(1): 7-11.
2016. Pengembangan modul Tjiptiany, E. N. dan A. R. As’ari, dan M.
pembelajaran IPA biologi berorientasi Muksar. 2016. Pengembangan modul
pendekatan saintifik untuk pembelajaran matematika dengan
meningkatkan kemampuan berpikir pendekatan inkuiri untuk membantu
kritis pada materi struktur tumbuhan. siswa SMA kelas X dalam memahami
Jurnal Biogenesis. 13 (1): 141-148. materi peluang. Jurnal Pendidikan:
Nieveen, N. dan S. McKenney dan J. V. D. Teori, Penelitian, dan Pengembangan.
Akker. 2006. Educational Design 1(10): 1938-1942.
Research. New York: Routledge. Ulandari, F. S. dan S. Wahyuni dan R. W.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Bachtiar. 2018. Pengembangan modul
Kebudayaan Republik Indonesia No. berbasis saintifik untuk melatih
64 Tahun 2013. Standar isi pendidikan kemampuan berpikir kritis pada materi
dasar dan menengah. 4 Juni 2013. gerak harmonis di SMAN Balung.
Berita Negara Republik Indonesia Jurnal Pembelajaran Fisika. 7 (1):15-
Tahun 2013 Nomor 809. Jakarta. 21.
Puspitasari, Y. D. dan Suparmi dan N. S. Wahyuni, S. 2015. Pengembangan Bahan
Aminah. 2015. Pengembangan modul Ajar IPA Untuk Meningkatkan
fisika berbasis scientific pada materi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
fluida statis untuk meningkatkan SMP. Prosiding Seminar Nasional dan
keterampilan berpikir kritis. Jurnal Pendidikan Fisika (SNFPF).
Inkuiri. 4 (2): 19-28.
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC
APPROACH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA PADA MATERI MEDAN MAGNET DI SMA
1)
Kurnia Mas Rahmawati, 1) Sri Handono Budi Prastowo, 1) Singgih Bektiarso
1)
Program Studi pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
Email: kurniamas96@yahoo.co.id

Abstract
This research aimed to produce scientific approach-based physics learning
material in magnetic field topic, describe it’s validity, practicality, and effectiveness to
improve students’ critical thinking skill. The development procedures of the research
employed Nieveen’s research design which consisted of three stages, namely preliminary
research, prototyping stage, and assessement stage. The instruments used in this research
were validation sheet, observation sheet, and critical thinking test. Based on the results
of the data analysis concluded: (1) the validity of scientific approach-based physics
learning material was at very valid category with an average score of expert validation
was 3.47 and average score of user validation was 3.67, (2) the practicality of scientific
approach-based physics learning material was in very high category, (3) the effectiveness
of scientific approach-based physics learning material to improve students’ critical
thinking skill showed that the average of N-Gain score was 0.53 which was in the medium
category, so the scientific approach-based physics learning material was effective in
improving critical thinking skill.

Key word: physics learning materials; scientific approach; magnetic field, critical
thinking skill

PENDAHULUAN

Pembelajaran fisika merupakan bagian fakta-fakta dan tentunya membuat siswa


dari sains yang banyak membahas tentang menjadi pribadi yang kurang kritis.
alam dan gejalanya mulai dari yang bersifat
real hingga yang bersifat abstrak. Salah satu Kemampuan berpikir kritis adalah
materi pembelajaran fisika yang dianggap salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi
sulit dan bersifat abstrak adalah materi medan yang dibutuhkan untuk memudahkan dalam
magnet. Hal ini disebabkan karena dalam memahami konsep-konsep yang abstrak.
pelaksanaan pembelajaran siswa tidak Selain itu, pengembangan kemampuan
banyak dilibatkan dalam proses berpikir kritis termasuk salah satu
pengkonstruksian suatu konsep dalam kompetensi pembelajaran fisika yang
pikirannya, siswa juga tidak terlibat untuk tertuang dalam Permendikbud nomor 64
mendiskusikan dan menanyakan banyak hal tahun 2013. Ini menunjukkan bahwa proses
tetapi hanya sekedar mendengar dan maupun asesmen pembelajaran fisika harus
mengulangi jawaban-jawaban yang berorientasi untuk mengembangkan
diharapkan (Exline, 2004). Kenyataan ini kemampuan berpikir kritis siswa (Ritdamaya
membuat siswa senantiasa menghapalkan dan Suhandi, 2016:87-88). Berpikir kritis
80
Rahmawati, Pengembangan Bahan Ajar ...81

adalah berpikir reflektif, proses metakognisi Bahan ajar merupakan seperangkat


yang kompleks dan melibatkan beberapa materi yang disusun secara utuh dan
keterampilan (seperti menganalisis, sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis
mengevaluasi dan menginferensi) yang sehingga tercipta lingkungan atau suasana
bertujuan untuk membuat keputusan secara yang memungkinkan siswa untuk belajar
logis mengenai apa yang hendak dilakukan (Depdiknas, 2008). Bahan ajar ini dipilih
dalam menyelesaikan suatu masalah (Ennis, untuk dapat melatihkan kemampuan berpikir
1985). Berpikir kritis juga digunakan siswa kritis siswa karena dapat disesuaikan dengan
dalam upaya untuk mengamati gambar atau lingkungan sosial, budaya, geografis, dan
grafik, mengajukan pertanyaan tentang karakteristik siswa sehingga sesuai dengan
materi pembelajaran, ataupun dalam kebutuhan dan perkembangan siswa.
mengasosiasi hasil percobaan, serta untuk Menurut penelitian yang dilakukan oleh
menyelesaikan persoalan dan menjawab Wahyuni (2015) menyatakan bahwa
pertanyaan yang diberikan. Menurut Rofiah pengembangan bahan ajar dapat
et al. (2013) bahwa kemampuan berpikir meningkatkan keterampilan berpikir kritis
kritis yang dimiliki seseorang tidak dapat siswa.
dimiliki secara langsung melainkan diperoleh
melalui latihan. Kemampuan berpikir kritis Berdasarkan hasil penelitian oleh
dalam pembelajaran dapat dilatih melalui Sirait et al. (2016:7) menyatakan bahwa
penerapan pendekatan saintifik dalam bahan ajar yang digunakan dalam proses
pelaksanaan pembelajaran. pembelajaran adalah buku yang berasal dari
penerbit dan lembar kerja siswa yang berisi
Pendekatan saintifik merupakan latihan soal atau ulasan dari setiap topik. Hal
pendekatan pembelajaran yang tersebut senada dengan penelitian yang
mengkondisikan siswa aktif terlibat dalam dilakukan oleh Tjiptiany et al. (2016:1939)
proses pembelajaran melalui proses-proses yang menyatakan bahwa pemerintah sudah
ilmiah, sehingga pengetahuan yang diperoleh menerbitkan buku kurikulum 2013 tetapi
siswa merupakan hasil konstruksi siswa buku siswa tersebut belum memperlihatkan
sendiri (Bybee, 2006). Menurut Asta et al. secara jelas bagaimana seharusnya guru
(2015:1-10) bahwa pendekatan saintifik dalam menerapkan metode saintiifik. Begitu
berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar juga dengan hasil wawancara dengan guru
dengan mengendalikan kemampuan berpikir fisika di SMAN 1 Glenmore bahwa bahan
kritis. Selain itu, kurikulum 2013 menuntut ajar yang digunakan di sekolah belum
pembelajaran fisika di SMA dilaksanakan sepenuhnya melaksanakan langkah-langkah
dengan pendekatan saintifik (Kemendikbud, saintifik dan membutuhkan bahan ajar yang
2016). Pendekatan saintifik dalam sesuai dengan kurikulum 2013. Berdasarkan
pembelajaran meliputi kegiatan mengamati, uraian diatas, maka penelitian ini bertujuan
menanya, mengumpulkan informasi, untuk mengembangan bahan ajar fisika
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. berbasis scientific approach untuk
Melalui langkah-langkah pembelajaran meningkatkan kemampuan berpikir kritis
saintifik 5M diharapkan dapat memberikan siswa pada materi medan magnet di SMA.
pengalaman belajar yang baik bagi siswa.
Penerapan pendekatan saintifik dalam METODE
pembelajaran dapat dilakukan dengan
memanfaatkan bahan ajar yang berbasis Jenis penelitian ini adalah penelitian
pendekatan saintifik. pengembangan dengan tujuan untuk
menghasilkan produk pengembangan berupa
82 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 8 No. 2, Juni 2019, hal 80-86

bahan ajar berbasis scientific approach yang Instrumen yang digunakan dalam
valid, praktis, dan efektif untuk memfasilitasi penelitian ini adalah lembar validasi bahan
siswa melatih kemampuan berpikir kritis. ajar berbasis scientific approach, lembar
observasi keterlaksanaan pembelajaran, serta
Penentuan daerah penelitian ini adalah pretest dan postest kemampuan berpikir kritis
dengan menggunakan metode purposive siswa.
sampling area, artinya daerah yang sengaja
dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu. Analisis validitas bahan ajar
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 ditentukan berdasarkan rata-rata skor total
Glenmore tahun ajaran 2018/2019 semester hasil validasi dengan mengacu pada kriteria
ganjil dengan subjek penelitian XII IPA 1 validitas yang terdapat pada Tabel 1 berikut:
sebanyak 38 siswa sebagai subjek uji
lapangan, dan sebanyak 10 siswa kelas XII Tabel 1. Kriteria penilaian validasi produk
IPA 4 sebagai subjek uji coba terbatas.
Interval Skor
Kategori Keterangan
Hasil Penilaian
Desain pengembangan bahan ajar
sangat Dapat digunakan
dalam penelitian ini adalah desain 3,25 <Skor≤ 4,00
valid tanpa revisi
pengembangan yang dikemukakan oleh Dapat digunakan
Nieveen (2006) yang terbagi dalam beberapa 2,50<Skor≤ 3,25 valid dengan revisi
tahap yaitu preliminary research, sedikit
development or prototyping stage, dan Dapat digunakan
kurang
asessement stage. Pada tahap preliminary 1,75 <Skor≤ 2,50 dengan banyak
valid
research dilakukan analisis permasalahan, revisi
studi literatur, dan analisis kebutuhan Belum dapat
sehingga diperoleh solusi yang tepat untuk digunakan dan
tidak
mengatasi permasalahan yang ada. 1,00 <Skor≤ 1,75 masih
valid
Prototyping stage terdiri dari kegiatan memerlukan
konsultasi
menyusun bahan ajar berbasis scientific
approah beserta perangkat pembelajaran dan (Ratumanan dan Laurens, 2011)
instrumen penelitian yang digunakan, Analisis keterlaksanaan pembelajaran
melakukan validasi bahan ajar untuk diperoleh berdasarkan rata-rata skala
mengetahui validitas bahan ajar, dan penilaian kedua observer dengan mengacu
melakukan uji coba terbatas. Asessement pada kriteria keterlaksanaan pembelajaran
stage terdiri dari kegiatan uji lapangan untuk yang terdapat pada Tabel 2 berikut:
mengetahui tingkat kepraktisan dan
keefektifan bahan ajar. Kepraktisan bahan Tabel 2. Kriteria keterlaksanaan pembelajaran
ajar ditinjau dari tingkat keterlaksanaan
pembelajaran menggunakan bahan ajar. Nilai
Kriteris Keterlaksanaan
Sedangkan keefektifan bahan ajar ditinjau Keterlaksanaan
Pembelajaran
berdasarkan peningkatan kemampuan Pembelajaran
1,00 ≤ Skor ≤ 1,75 tidak baik
berpikir kritis siswa. Keefektifan produk diuji
1,75 < Skor ≤ 2,50 kurang baik
dengan menggunakan desain penelitian one
2,50 < Skor ≤ 3,25 Baik
group pretest-postest design. 3,25 < Skor ≤ 4,00 baik sekali
Rahmawati, Pengembangan Bahan Ajar ...83

(Ratumanan dan Laurens, 2011) telah direvisi sesuai masukan dan saran dari
validator.
Analisis kemampuan berpikir kritis
siswa menggunakan uji N-Gain. Perhitungan
N-Gain didasarkan atas formula yang telah
dikemukakan oleh Hake (1998):

Tabel 4. Hasil validitas bahan ajar oleh ahli

Dengan: Rata-Rata Tingkat


Aspek Validitas
‹ɡ› = nilai N-Gain Aspek Validitas
Sf = rata-rata nilai postest Konstruk 3,45
sangat
Si = rata-rata nilai pretest Isi 3,38 3,47
valid
Bahasa 3,57
Kriteria peningkatan kemampuan berpikir
kritis didasarkan pada ketentuan seperti pada Hasil validasi pengguna dapat dilihat
Tabel 3 berikut: pada Tabel 5 yang memperoleh nilai validitas
sebesar 3,67 dengan tingkat validitas sangat
Tabel 3. Kriteria kemampuan berpikir kritis valid. Kriteria validitas diperoleh
Skor Gain berdasarkan rata-rata skor dari 4 aspek yaitu
Kategori relevansi, akurasi, keterbacaan, dan
Ternormalisasi
≥ 0,7 Tinggi kebahasaan. Dari data validasi pengguna
0,7 > ≥ 0,3 Sedang diketahui bahwa bahan ajar tidak perlu
Rendah
dilakukan revisi.
< 0,3
Hake (1998) Tabel 5. Hasil validasi bahan ajar oleh pengguna

HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-


Tingkat
Aspek Rata Validitas
Validitas
Berdasarkan hasil analisis nilai Aspek
validitas bahan ajar berbasis scientific relevansi 3,17
approach yang telah divalidasi oleh dua akurasi 3,71 sangat
dosen pendidikan fisika FKIP Universitas 3,67
keterbacaan 3,80 valid
Jember sebagai validasi ahli dan satu guru kebahasaan 4,00
fisika kelas XII SMAN 1 Glenmore sebagai
validasi pengguna diketahui bahwa bahan Setelah proses validasi selesai
ajar yang dikembangkan tergolong sangat kemudian dilakukan uji coba terbatas pada 10
valid. siswa di kelas XII IPA 4. Bahan ajar
kemudian diperbaiki dan disempurnakan
Hasil validasi ahli dapat dilihat pada sesuai kekurangan yang ditemukan selama
Tabel 4 yang memperoleh nilai validitas tahap uji coba terbatas. Bahan ajar hasil
sebesar 3,47 dengan tingkat validitas sangat perbaikan kemudian diterapkan untuk uji
valid. Kriteria validitas diperoleh lapangan pada 38 siswa di kelas XII IPA 1.
berdasarkan rata-rata skor dari 3 aspek yaitu
konstruk, isi, dan bahasa. Pada saat validasi Pada saat pembelajaran, dua orang
ahli, bahan ajar berbasis scientific approach observer mengamati keterlaksanaan setiap
84 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 8 No. 2, Juni 2019, hal 80-86

langkah pembelajaran. Ringkasan hasil


keterlaksanaan pembelajaran di kelas XII Rata-Rata Pretest dan Postest
IPA 1 dan XII IPA 4 selama tiga kali 80
pertemuan ditunjukkan pada Tabel 6 berikut:
60
40
63,05
20
22,18
Tabel 6. Ringkasan hasil keterlaksanaan 0
pembelajaran Pretest postest

Pertemuan Rata-Rata Gambar 1. Grafik rata-rata nilai pretest dan


Kelas Kriteria
Ke- Skor posttest
1 3,71 baik sekali
XII IPA 1 2 3,82 baik sekali Pada Gambar 1 dapat diketahui bahwa
3 3,82 baik sekali rata-rata nilai pretest adalah 22,18 dan rata-
1 3,47 baik sekali rata nilai posttest adalah 63,05. Sehingga
XII IPA 4 2 3,67 baik sekali terdapat perbedaan antara nilai pretest dan
3 3,79 baik sekali posttest sebesar 40,87. Selanjutnya untuk
mengetahui peningkatan hasil pretest dan
Berdasarkan analisis data posttest kemampuan berpikir kritis sebelum
keterlaksanaan pada Tabel 6 menunjukkan dan sesudah menggunakan bahan ajar
bahwa bahan ajar berbasis scientific berbasis saintifik untuk melatih kemampuan
approach yang dikembangkan dalam berpikir kritis menggunakan uji N-Gain.
penelitian ini dapat terlaksana dengan baik Adapun hasil perhitungan secara rata-rata N-
sekali sesuai dengan kegiatan pembelajaran Gain dapat dilihat pada Tabel 7.
yang direncanakan guru, sehingga bahan ajar
berbasis scientific approach termasuk Tabel 7. Hasil perhitungan uji N-Gain
kategori praktis sebagai bahan ajar pada
materi medan magnet. Komponen Pretest Postest
nilai tertinggi 50 90
Data hasil tes kemampuan berpikir nilai terendah 10 41
kritis dilakukan pada saat sebelum dilakukan rata-rata 22,18 63,05
pembelajaran menggunakan bahan ajar N-Gain 0,53
berbasis scientific approach melalui kegiatan kategori sedang
pretest dan setelah dilakukan pembelajaran
menggunakan bahan ajar berbasis scientific Data yang diperoleh dianalisis secara
approach melalui kegiatan posttest. Rata-rata deskriptif dengan menelaah rata-rata nilai uji
nilai pretest dan posttest pada kelas XII IPA N-Gain dari hasil uji lapangan. Dari hasil
1 dapat dilihat pada Gambar 1 berikut: analisis diketahui bahwa rata-rata skor N-
Gain adalah 0,53 yang termasuk dalam
kategori sedang.
Rahmawati, Pengembangan Bahan Ajar ...85

Tes berpikir kritis yang digunakan materi medan magnet di SMA dalam kategori
untuk mengetahui keefektifan bahan ajar sangat valid, sehingga bahan ajar berbasis
berbasis scientific approach ada 5 soal yang scientific approach dapat digunakan sebagai
masing-masing soal mengandung 1 indikator bahan ajar pada pokok bahasan medan
berpikir kritis yaitu soal 1 dengan indikator magnet, (2) keterlaksanaan pembelajaran
elementary clarification, soal 2 dengan menggunakan bahan ajar fisika berbasis
indikator the basic of the decision, soal 3 scientific approach pada materi medan
dengan indikator inference, soal 4 dengan magnet di SMA dapat terlaksana dengan baik
indikator advance clarification, dan soal 5 sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang
dengan indikator strategi and tactics. direncanakan guru, sehingga bahan ajar
Berdasarkan hasil analisis jawaban setiap berbasis scientific approach termasuk dalam
butir soal pretest dan posttest diketahui kategori praktis sebagai bahan ajar pada
bahwa setiap butir soal mengalami pokok bahasan medan magnet, dan (3)
peningkatan hasil jawabannya. Sehingga peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa
dapat dikatakan bahwa bahan ajar berbasis setelah menggunakan bahan ajar berbasis
scientific approach yang dikembangkan telah scientific approach menunjukkan kriteria N-
efektif dalam meningkatkan kemampuan Gain sedang, sehingga bahan ajar berbasis
berpikir kritis. Hal ini sejalan dengan scientific approach memiliki kriteria efektif
penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari et dan layak digunakan sebagai bahan ajar pada
al. (2015), menunjukkan bahwa keterampilan pokok bahasan medan magnet.
berpikir kritis siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran menggunakan modul fisika Saran berdasarkan hasil
berbasis scientific pada materi fluida statis pengembangan bahan ajar berbasis scientific
mengalami peningkatan yang signifikan. approach untuk meningkatkan kemampuan
Hasil penelitian Ulandari et al. (2018), berpikir kritis pada materi medan magnet di
menunjukkan bahwa modul berbasis saintifik SMA yang telah dilakukan, yaitu: (1)
pada materi gerak harmonik mampu penelitian pengembangan ini sebaiknya
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dilakukan ke ruang lingkup yang lebih luas
yang masuk dalam kategori sedang, sehingga seperti di kelas lain atau di sekolah lain, dan
modul berbasis saintifik dikatakan efektif (2) penelitian menggunakan bahan ajar
digunakan dalam pembelajaran sebagai berbasis saintifik ini perlu adanya
implementasi dari kurikulum 2013. Begitu pembimbingan pada awal sebelum
juga dengan Natalina et al. (2016), pembelajaran, seperti panduan penggunaan
mengemukakan hasil penelitiannya bahwa dan cara pembelajaran menggunakan bahan
modul berbasis scientific approach pada ajar berbasis scientific sebelum siswa belajar
materi biologi dapat meningkatkan secara mandiri.
kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga
modul yang dikembangkan dapat digunakan DAFTAR PUSTAKA
sebagai alternatif dalam kegiatan Asta, I. K. R. dan A. A. G. Agung dan I. W.
pembelajaran. Widiana. 2015. Pengaruh pendekatan
SIMPULAN DAN SARAN saintifik dan kemampuan berpikir
kritis terhadap hasil belajar IPA. E-
Berdasarkan data yang diperoleh pada Journal PGSD Universitas Pendidikan
hasil dan pembahasan pengembangan maka Ganesha. 3(1): 1-10.
dapat disimpulkan yaitu: (1) validitas bahan
ajar fisika berbasis scientific approach pada
86 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 8 No. 2, Juni 2019, hal 80-86

Bybee, R. W. 2006. Scientific Inquiry and Ratumanan, G. T. dan Laurens. 2011.


Nature of Science. Netherlands: Evaluasi Hasil Belajar pada Tingkat
Springer. Satuan Pendidikan. Surabaya: Unesa
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan University Press
Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Ritdamaya, D. dan A. Suhandi. 2016.
Jenderal. Konstruksi instrumen tes keterampilan
Ennis, R. H. dan E. Weir. 1985. The Ennis berpikir kritis terkait materi suhu dan
Weir Critical Thinking Essay Test. kalor. Jurnal Penelitian dan
Pacific Grove, CA : Midwest Pengembangan Pendidikan Fisika.
Publication. 2(2): 87-96.
Exline, J. 2004. Workshop: Inquiry-based Rofiah, E. dan N. S. Aminah dan E. Y.
Learning. Ekawati. 2013. Penyusunan instrumen
Hake, R.R. 1998. Interactive engagement v.s tes kemampuan berpikir kritis tingkat
traditional methods: six- thousand tinggi fisika pada siswa SMP. Jurnal
student survey of mechanics test data Pendidikan Fisika. 1(2): 17-22.
for introductory physics courses. Sirait, J. V. dan N. Bukit dan M. Sirait.
American Journal of Physics. 66(1). Pengembangan bahan ajar fisika pada
Kemendikbud. 2016. Silabus Mata Pelajaran materi fluida dinamis berbasis
Sekolah Menengah Atas/Madrasah scientific inquiry untuk meningkatkan
Aliyah. Jakarta: BPSDMPK-PMP. hasil belajar. Jurnal Pendidikan
Natalina, M. dan W. Syafi’i dan S. Heryeni. Fisika. 5(1): 7-11.
2016. Pengembangan modul Tjiptiany, E. N. dan A. R. As’ari, dan M.
pembelajaran IPA biologi berorientasi Muksar. 2016. Pengembangan modul
pendekatan saintifik untuk pembelajaran matematika dengan
meningkatkan kemampuan berpikir pendekatan inkuiri untuk membantu
kritis pada materi struktur tumbuhan. siswa SMA kelas X dalam memahami
Jurnal Biogenesis. 13 (1): 141-148. materi peluang. Jurnal Pendidikan:
Nieveen, N. dan S. McKenney dan J. V. D. Teori, Penelitian, dan Pengembangan.
Akker. 2006. Educational Design 1(10): 1938-1942.
Research. New York: Routledge. Ulandari, F. S. dan S. Wahyuni dan R. W.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Bachtiar. 2018. Pengembangan modul
Kebudayaan Republik Indonesia No. berbasis saintifik untuk melatih
64 Tahun 2013. Standar isi pendidikan kemampuan berpikir kritis pada materi
dasar dan menengah. 4 Juni 2013. gerak harmonis di SMAN Balung.
Berita Negara Republik Indonesia Jurnal Pembelajaran Fisika. 7 (1):15-
Tahun 2013 Nomor 809. Jakarta. 21.
Puspitasari, Y. D. dan Suparmi dan N. S. Wahyuni, S. 2015. Pengembangan Bahan
Aminah. 2015. Pengembangan modul Ajar IPA Untuk Meningkatkan
fisika berbasis scientific pada materi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
fluida statis untuk meningkatkan SMP. Prosiding Seminar Nasional dan
keterampilan berpikir kritis. Jurnal Pendidikan Fisika (SNFPF).
Inkuiri. 4 (2): 19-28.
JURNAL TUNAS PENDIDIKAN e ISSN-2621-1629
Vol.2. No. 2 (Februari 2020) http://ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/pgsd/login

PEMANFAATAN ADOBE FLASH SEBAGAI DASAR


PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA : STUDI LITERATUR

Dwitri Pilendia1
STKIP Muhammadiyah Sungai Penuh
Email: dwiptera@gmail.com1

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perkembangan bahan ajar berbasis Adobe
Flash dalam pembelajaran fisika. Metode penelitian yang digunakan adalah studi
literatur dari beberapa jurnal maupun prosiding hasil pengembangan bahan ajar
fisika berbasis Adobe Flash yang ada di Indonesia dari tahun 2010-2020. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Adobe Flash banyak digunakan dalam
pengembangan bahan ajar fisika khusnya bahan ajar elektronik. Adobe Flash
digunakan untuk membuat dasar dari bahan ajar yang dikembangkan seperti
pembuatan gambar, animasi dan simulasi. Beberapa bahan ajar yang banyak
memanfaatkan adobe flash diantaranya multimedia interaktif, flip book, media
interaktif berbasis android dan game. Pemilihan Adobe Flash efektif dalam
pengembangan bahan ajar dan meningkatkan ketertarikan siswa dalam
pembelajaran fisika.

Kata Kunci: Bahan Ajar, Adobe Flash, Pembelajaran Fisika.

Abstract
The purpose of this reseach is to explore development of learning material that has
been developed by using Adobe Flash in physics learning. This article uses literature
study method with study the result of research about using Adobe Flash in physics
learning material from 2010-2020. Based on study show that In Indonesia, the most
used software in physics learning material is Adobe Flash. Adobe Flash as a basic
for make picture, animation and simulation before combining with the other software.
Some of the learning material that used Adobe Flash like FlipBook, games, Mobile
Learning and Interactive Multimedia Learning. Using Adobe Flash is proved that can
give optimal result in physics learning process. It showed by increasing of students
result and interesting in physics learning.

Key word : Learning Media, Adobe Flash, Physics Learning.

1
JURNAL TUNAS PENDIDIKAN e ISSN-2621-1629
Vol.2. No. 2 (Februari 2020) http://ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/pgsd/login

PENDAHULUAN dilatih untuk dapat membangun


pemahamannya sendiri tanpa
Pembelajaran adalah proses bergantung pada guru. Dalam proses
interaksi peserta didik dengan pendidik pembelajaran guru merangsang
dan sumber belajar pada suatu pengetahuan peserta didik degan
lingkungan belajar yang meliputi guru fenomena-fenomena alam yang ada di
dan siswa yang saling bertukar sekitar peserta didik.
informasi. Dalam Permendikbud No 81 Kenyataanya pada saat ini minat
A dijelaskan bahwa untuk mencapai siswa terhadap pembelajaran fisika
kualitas pembelajaran yang sudah masih kurang yang berdampak pada
dirancang dalam dokumen kurikulum, hasil belajar fisika siswa yang
kegiatan pembelajaran perlu cendrung rendah. Masalah persebut
menggunakan prinsip yang: dapat diatasi dengan penggunaan
1. Berpusat pada peserta didik, bahan ajar yang efektif seperti bahan
2. Mengembangkan kreatifitas ajar berbasi ICT yang dapat
peserta didik, membantu guru dalam menjelaskan
3. Menciptakan kondisi materi yang bersifat abstrak dan sulit
menyenangkan dan menantang, untuk dibawa langsung ke kelas.
4. Bermuatan nilai, etika, estetika, ICT memegang peranan penting
logika, dan kinestika, dalam proses pembelajaran. Dari
5. Menyediakan pengalaman penelitian Halubova, dkk (2008)
belajar yang beragam. menunjukkan bahwa menggunakan
Dari pernyataan tersebut dapat fasilitas ICT dalam pengajaran Fisika
disimpulkan bahwa sasaran adalah sangat efisien dengan
pembelajaran adalah peserta didik, teknologi tutorial yang modren, dengan
dimana peserta didik diberi cara ini dapat menemukan beberapa
kesempatan untuk mengembangkan kemungkinan baru dalam pengajaran
potensi yang dimilikinya baik dalam Fisika. Penggunaan fasilitas ICT yang
sikap, pengetahuan, maupun paling kontributif dan membantu dalam
keterampilan. Tugas guru adalah domain di mana tidak mungkin untuk
memberikan kemudahan untuk proses menunjukkan eksperimen nyata
tersebut, dengan menciptakan (misalnya dalam astronomi) atau di
suasana yang mendukung proses mana tidak ada alat yang tepat
pembelajaran. Ini sesuai dengan tersedia, atau, mungkin, penggunaan
tuntutan kurikulum 2013, bahwa nyata fasilitas / alat tidak aman
proses pembelajaran berpusat pada sehubungan dengan usia siswa dan
peserta didik (student centered). sebagainya. Hasil penelitian dari
Dalam pelaksanaan kurikulum Sunday A (2010) menunjukkan bahwa
2013 fisika merupakan salah satu ICT memberikan dampak yang
mata pelajaran wajib yang dipelajari di signifikan terhadap hasil belajar dan
sekolah tingkat menengah untuk ketertarikan siswa terhadap
kelompok mata peminatan IPA. Maka pembelajaran fisika. Hal ini juga
sudah seharusnya fisika dipelajari diperkuat oleh Aina (2013) yang
secara menyenangkan. Cara menyatakan bahwa dengan
penyampaian materi tentunya sangat mengintegrasikan ICT merupakan
berpengaruh terhadap proses dan salah satu cara menigkatkan prestasi
hasil pembelajaran fisika. Mata akademik siswa dalam pembelajaran
pelajaran fisika di sekolah hendaknya fisika. Oleh karena itu berbagai
dapat membuat peserta didik menjadi multimedia interaktif telah
aktif, kreatif dan mandiri. Peserta didik

2
JURNAL TUNAS PENDIDIKAN e ISSN-2621-1629
Vol.2. No. 2 (Februari 2020) http://ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/pgsd/login

dikembangkan untuk meningkatkan mengemukakan bahwa “Efektifitas


hasil pembelajaran fisika. dari media interaktif mencapai katagori
Peneliti memilih Adobe Flash sangat efektif, berdasarkan hasil
sebagai sarana untuk mewujudkan belajar siswa yang mencapai 87% dan
multimedia seperti pada penelitian peningkatan komptensi siswa
yang dilakukan oleh Gd Tuning Putra, termasuk kategori tinggi. Berdasarkan
Made Windu Antra Kesiman, S.T., hal tersebut maka penggunaan
MSc., dan I Gede Mahendra pembelajaran fisika berbasis ICT
Darmawiguna, S.Kom.,M.Sc tahun memberikan potensi besar dalam
2013. Menurut jurnal tersebut, Adobe pembelajaran fisika. Saat ini berbagai
Flash adalah software yang dapat aplikasi telah digunakan dalam
digunakan untuk membuat animasi pembuatan media pembelajaran fisika.
disertai gambar, video, teks, bagan, Salah satu aplikasi yang banyak
dan suara. Ada beberapa alasan digunakan dalam mengembangkan
memilih flash sebagai media media tersebut adalah Macromedia
presentasi, yaitu karena flash memiliki Flash atau saat ini lebih dikenal
kelebihan, antara lain hasil akhir file dengan Adobe Flash.
flash memiliki ukuran yang lebih kecil Berbagai hasil penelitian
(setelah dipublish), Flash mampu menunjukkan bahwa penggunaan
mengimpor hampir semua file gambar media pembelajaran fisika berbasis
dan file-file audio sehingga presentasi Adobe Flash memberikan dampak
dengan flash dapat lebih hidup, yang positif dalam pembelajaran fisika.
animasi dapat dibentuk, dijalankan, Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dan dikontrol. Flash dapat membentuk terdapat perbedaan yang signifikan
file executable (*.exe) sehingga dapat pada skor penguasaan konsep fisika
dijalankan pada PC (Personal (NG) antara kelas eksperimen dan
Computer) manapun tanpa harus kelas kontrol. Normalisasi Gain (NG)
menginstal terlebih dahulu program untuk masing-masing kelas
flash. (Andi Pramono, 2006: 2). eksperimen dan kelas kontrol adalah
Saat ini berbagai aplikasi 0,32 dan 0,13. Selain itu Salim dkk
berbasis ICT dapat digunakan dalam (2011) juga mengemukakan bahwa
pembuatan media.Namun guru harus terdapat perbedaan yang signifikan
jeli dalam memilih media yang akan efektifitas belajar fisika antara kelas
digunakan. Karena kesesuaian media yang menggunakan media
akan berdampak pada proses dan pembelajaran Adobe Flash dengan
hasil belajar siswa. Saat ini berbagai kelas yang tidak menggunakan media
aplikasi sudah digunakan dalam pembelajaran Adobe Flash. Dengan
pembuatan media pembelajaran fisika. perbedaan nilai rata-rata untuk
Seperti macromedia flash, lectora, dan masing-masing kelas yaitu 20,94 dan
sebagainya. Aplikasi-aplikasi tersebut 18,87. Berdasarkan hasil penelitan
telah terbukti dapat meningkatkan tersebut maka dapat disimpulkan
efektifitas dalam pembelajran fisika. bahwa Adobe Flash efektif digunakan
Seperti hasil penelitan dari Pilendia dalam pembelajaran fisika. Oleh
(2016) yang menunjukkan bahwa karena itu dalam artikel ini akan
“pembelajaran berbantuan komputer dibahas mengenai perkembangan
dapat memberikan sumbangan Adobe Flash sebagai media
perhatian siswa relative tinggi pembelajaran fisika. Dengan adanya
dibandingkan pembelajaran biasa”. studi literature tentang hasil penelitian
Hal ini juga sejalan dengan hasil penggunaan Adobe Flash diharapkan
penelitian dari Usmeldi (2014) yang dapat menjadi referensi dalam

3
JURNAL TUNAS PENDIDIKAN e ISSN-2621-1629
Vol.2. No. 2 (Februari 2020) http://ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/pgsd/login

penggunaan Adobe Flash dalam


pengembangan bahan ajar berbasis HASIL DAN PEMBAHASAN
ICT.
. Bahan ajar adalah salah satu
METODE komponen pembelajaran yang
mengandung materi instruksional
Metode penulisan artikel ini dilingkungan siswa yang dapat
adalah studi literatur dari hasil merangsang siswa untuk belajar. Saat
penelitian yang sudah dipublikasikan ini perkembangan bahan ajar
dalam jurnal maupun prosiding khusunya bahan ajar elektronik
nasional. Studi literatur adalah berkembang sangat pesat. Hal ini
serangkaian kegiatan yang berkenaan dapat dilihat dari pencarian pada
dengan metode pengumpulan data google scholar dengan kata kunci
pustaka, membaca dan mencatat, media pembelajaran berbasis ICT
serta mengelolah bahan penelitian. pada pembelajaran fisika. Dalam
Pengertian Lain tentang Studi pengembangan bahan ajar berbasis
literatur adalah mencari referensi teori ICT tersebut terdapat berbagai aplikasi
yang relefan dengan kasus atau yang sangat sering digunakan oleh
permasalahan yang ditemukan. para pengembang media
Referensi ini dapat dicari dari buku, pembelajaran seperti Adobe Flash.
jurnal, artikel laporan penelitian, dan Adobe Flash merupakan software
situs-situs di internet. Output dari studi yang tepat untuk membuat sajian
literatur ini adalah terkoleksinya visual yang dapat menginterpretasikan
referensi yang relefan dengan berbagai media, seperti video,
perumusan masalah. Hasil penelitian animasi, gambar dan suara. Beberapa
yang dikaji mengenai penggunaan penelitian dan pengembangan bahan
aplikasi Adobe Flash dalam ajar fisika yang menggunakan Adobe
pengembangan media pembelajaran Flash seperti dapat dilihat dari tabel 1.
fisika selama sepeluh tahun terakhir
(2010-2020). Hasil studi literatur Tabel 1. Penelitian dan Pengembangan Media
tersebut akan disajikan dalam diagram Berbasis Macromedia Flash dalam
pembelajaran fisika
yang memudahkan pembaca dalam
mengetahui aplikasi dari Adobe Flash
N Peneliti dan Judul Penelitian
dalam pengembangan bahan ajar. O Tahun terbit
Jenis data yang digunakan terdiri 1 Astuti Salim, Pemanfaatan
dari 2 macam, yaitu: . Ishafit, dan Moh. Media
1. Data primer Toifur(2011) Pembelajaran
Data primer yaitu data yang (Macromedia
Flash) Dengan
diperoleh secara langsung Pendekatan
melalui penyebaran kueisioner. Kontruktivis Dalam
2. Data sekunder Meningkatkan
Data sekunder merupakan data Efektifitas
Pembelajaran
pendukung yang bersumber dari
Fisika Pada
literatur maupun referensi- Konsep Gaya.
referensi yang ada.

2 I Made Some,. Pengaruh


Asri Arbie, Penggunaan
Citron S. Payu, Macromedia Flash
(2013) Terhadap Minat
Belajar Siswa

4
JURNAL TUNAS PENDIDIKAN e ISSN-2621-1629
Vol.2. No. 2 (Februari 2020) http://ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/pgsd/login

N Peneliti dan Judul Penelitian disimpulkan bahwa perkembangan


O Tahun terbit media pembelajaran interaktif pada
Pada Mata pembelajaran fisika di Indonesia
Pelajaran Fisika.
sebagian besar memanfaatkan Adobe
3 Intan Permata Pengembangan Flash walaupun dalam versi yang
Putri dan Abdul Media berbeda sesuai dengan
Muin Sibuea Pembelajaran perkembangan Adobe Flash. Selain itu
(2014) Interaktif Pada seiring perkembangan teknologi
Mata Pelajaran
Fisika. aplikasi Adobe Flash menjadi software
utama dalam pengembangan bahan
4 yusuf, I., Pengembangan ajar yang lebih kompleks seperti
Widyaningsih, Perangkat animasi, virtual lab, games, dan
S.W., & Purwati, Pembelajaran multimedia interaktif. Secara singkat
D (2015). Fisika Modern
Berbasis Media perkmbangan penggunaan Adobe
Laboratorium Flash dapat dilihat pada Gambar 1.
Virtual
Berdasarkan
Paradigma
Pembelajaran
Abad 21 dan
Kurikulum 2013.

5 Umam, A., Pengembangan


Rozali, N., mobile pocket
Wijayanti, L., book pada
dan Kumara, smartphone
N.R. (2016) berbasis android
menggunakan
adobe CS6

6 Estianinur, Pengembangan
Astalini, dan Aplikasi Mobile
Pathoni, H. Learning
(2017) Menggunakan
Adobe Flash
Professional CS6
Berbasis Android
Pada Materi Ciri-
Ciri Gelombang Gambar 1. Perkembangan penggunaan Adobe
Mekanik untuk Flash dalam pengembangan bahan ajar Fisika
Kelas XI SMA
Berdasarkan Gambar 1 dapat
7 Khumaidi, A dan Pengembangan diketahui bahwa pada awal tahun
Sucahyo, I Mobile Pocket 2010 – 2013 penggunaan Adobe Flash
(2018). Book Fisika
Sebagai Media masih sebatas pembuatan media
Pembelajaran pembelajaran sederhana. Dimana
Berbasis Android pengembangan hanya menggunakan
Pada Materi Adobe Flash sebagai software utama
Momentum dan dalam pengembangan bahan ajar.
Impuls.
Tahun 2014 - sekarang
penggunaan Adobe Flash semakin
Berdasarkan Tabel 1 yang bervariasi namun yang paling sering
menunjukkan beberapa penelitian dan digunakan adalah Adobe Flash CS5
pengembangan media interaktif dapat dan Adobe Flash CS6. Seperti Adobe

5
JURNAL TUNAS PENDIDIKAN e ISSN-2621-1629
Vol.2. No. 2 (Februari 2020) http://ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/pgsd/login

Flash CS6 digunakan bersama Flash tetap dapat mempertahankan kualitas


Decompiler trillix untuk mengadaptasi gambar (Supriyadi, 2016)
simulasi fisika sebelum dimasukkan ke Penggunaan Adobe Flash tidak
dalam virtual lab (Yusuf, Widyaningsih, hanya memberikan kemudahan bagi
& Purwati, 2015) Adobe Flash CS6 juga pembuat media, tetapi juga
digunakan untuk membuat animasi yang memberikan kemudahan bagi
akan dimasukkan ke dalam flip book pengguna media pembelajaran baik
(Kurniawati, Desnita, dan Siswono, 2016). siswa maupun guru. Selain itu
Tidak hanya FlipBook berbasis penggunaan Adobe Flash juga
PC tapi juga berbasis android. Hal ini memberikan dampak yang positif baik
dikarenakan Adobe Flash CS6 dalam hal motivasi dan hasil
mendukung pembuatan mobile pocket pembelajaran fisika. Hal ini ditunjukkan
book pada smartphone berbasis dari peningkatan hasil belajar dan
android. (Umam dkk, 2016). tanggapan positif dari siswa setelah
Selanjutnya Estianinur, dkk (2017) menggunakan media pembelajaran
menggunakan Adobe Flash CS6 interaktif berbasis Adobe Flash.
sebagai software utama untuk Dengan demikian Adobe Flash dapat
menyusun materi, gambar, video, dan dijadikan salah satu alternatif dalam
animasi sebelum dikonversikan pembuatan media pembelajara fisika.
menjadi Mobile Learning. Dalam pembuatan media
Pengembangan bahan ajar yang pembelajaran fisika yang interaktif
lebih kompleks terus dilakukan. tentunya tidak hanya mengandalkan
Seperti penggunaan Adobe Flash CS6 Macromedia Flash, software lainnya
bersama aplikasi lain seperti Adobe seperti video editor, Coreldraw dan
Photoshop, CorelDraw dan Sparkol sebaganya juga diperlukan untuk
Video Scribe untuk membuat mengoptimalkan media yang dibuat.
multimedia pembelajaran fisika Oleh karena itu selain keahlian
berbasis Whiteboard Animation Video menggunakan Adobe Flash, juga
(Anggraini, Winarti, dan Resmiyanto, diperlukan keahlian dalam mengelola
2018). aplikasi lainnya yang dapat
Berdasarkan hasil penelitian di mendukung performa dari bahan ajar
atas dapat diketahui bahwa Adobe yang dihasilkan.
Flash merupakan salah satu program Tidak kalah penting setelah
yang banyak digunakan oleh menghasilkan media pembelajaran
programer dalam mendesain animasi yang menarik menggunakan Adobe
pada halaman web, presentasi bisnis Flash adalah kemampuan guru dalam
maupun dalam bidang pembelajaran. menyampaikan pembelajaran
Hal ini dikarenakan terdapat beberapa menggunakan media tersebut.
kelebihan dari Adobe Flash Walaupun sudah ada media
diantaranya adanya ActionScript yang pembelajaran, tidak berarti
mampu mendukung perancangan menghilangkan peran guru dalam
animasi sederhana maupun kompleks pembelajaran. Sebagus apapun
(Pranowo, 2011). Animasi dan gambar media, jika guru tidak menguasai
yang dibuat dengan Adobe Flash akan materi dan kelas maka tidak akan
tetap terlihat bagus pada ukuran memberikan hasil yang optimal
windows dan resolusi layar berapapun. terhadap pembelajaran. Karena dalam
flash dibuat dengan teknologi vektor pembuatan media juga diperlukan
grafik yang mendeskripsikan gambar pemahaman terhadap materi pelajaran
memakai garis dan kurva, sehingga yang akan disajikan dalam media
pembelarajan yang dibuat.

6
JURNAL TUNAS PENDIDIKAN e ISSN-2621-1629
Vol.2. No. 2 (Februari 2020) http://ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/pgsd/login

Sarabando, dkk (2014)


mengungkapkan bahwa hasil belajar
siswa yang diajarkan oleh guru yang
benar-benar menguasai materi dan
memiliki keahlian dalam
mengoperasikan simulasi komputer
memperoleh hasil belajar yang
maksimal daripada guru yang
menggunakan media, namun kurang
menguasai materi.

7
JURNAL TUNAS PENDIDIKAN e ISSN-2621-1629
Vol.2. No. 2 (Februari 2020) http://ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/pgsd/login

KESIMPULAN DAFTAR RUJUKAN

Pembelajaran fisika memerlukan


bahan ajar yang menarik sesuai Aina, J.K. 2013. Integration of ICT into
perkembangan zaman agar dapat Physics Learning to Improve
menjelaskan konsep fisika yang Students’Academic Achievement:
bersifat abstrak. Pengembangan Problems and Solutions. Open
bahan ajar fisika dapat dilakukan Journal of Education OJE.
dengan menggunakan berbagai
aplikasi. Salah satu aplikasi yang Anggraini, A.I, Winarti, dan
dapat digunakan adalah Adobe Flash.. Resmiyanto, R. 2018.
Penggunaan Adobe Flash terus Pengembangan Multimedia
mengalami perkembangan dari tahun Pembelajaran Fisika Berbasis
ke tahun. Whiteboard Animation Video
Mulai dari penggunaan Adobe Materi Suhu dan Kalor. Prosiding
Flash sebagai media pembelajaran Seminar Nasional Pendidikan
sampai penggunaan dengan software Fisika IV.
lain yang menghasilkan Multimedia
interaktif yang sangat kompleks. Hasil Arda., Saehana, S & Darsikin. 2015.
review beberapa jurnal menunjukkan Pengembangan Media
bahwa Penggunaan Adobe Flash Pembelajaran Interaktif Berbasis
terbukti dapat memberikan keefektifan Komputer Untuk Siswa SMP
dalam pengembangan bahan ajar Kelas VIII. e-Jurnal Mitra Sains,
berbasis ICT yang berdampak positif
juga terhadap hasil belajar. Hal ini Aththibby, A.R & Salim, M.B. (2015).
dapat dilihat dari peningkatan hasil Pengembangan Media
belajar siswa dan ketertarikan siswa Pembelajaran Fisika Berbasis
terhadap pelajaran fisika setelah Animasi Flash Topik Bajasan
menggunakan media pembelajaran Usaha dan Energi. Jurnal
berbasis Adobe Flash. Pendidikan Fisika,
Secara Umum Studi Literatur
adalah cara untuk menyelesaikan Estianinur, Astalini, dan Pathoni, H.
persoalan dengan menelusuri sumber- 2017. Pengembangan Aplikasi
sumber tulisan yang pernah dibuat Mobile Learning Menggunakan
sebelumnya. Dengan kata lain, istilah Adobe Flash Professional CS6
Studi Literatur ini juga sangat familier Berbasis Android Pada Materi
dengan sebutan studi pustaka. Dalam Ciri-Ciri Gelombang Mekanik
sebuah penelitian yang hendak untuk Kelas XI SMA. Jurnal
dijalankan, tentu saja seorang peneliti EduFisika,
harus memiliki wawasan yang luas
terkait objek yang akan diteliti. Jika Fatoni, A., Yahya, F., dan Walidain,
tidak, maka dapat dipastikan dalam S.N. 2016. Pengembangan
persentasi yang besar bahwa Multimedia Interaktif Model
penelitian tersebut akan gagal. Tutorial Berbasis Adobe Flash
Materi Cahaya Siswa SMP Kelas
VIII. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan 2016.

Hashem, K. 2014. Affordances of ICT


in Learning Physics Electricity

8
JURNAL TUNAS PENDIDIKAN e ISSN-2621-1629
Vol.2. No. 2 (Februari 2020) http://ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/pgsd/login

Concept : a Study Conducted in


Nablus City Palestine. Kurniawati, H., Desnita., dan Siswono.
International Journal of Computer 2016. Pengembangan Modul
and Information Technology. Pembelajaran Berbasis 3D
PageFlip Fisika untuk Materi
Getaran dan Gelombang Bunyi.
Hakiki, M., & Fadli, R. (2020). Pengaruh Jurnal Penelitian dan
Metode Creative Problem Solving Pengembangan Pendidikan
(Cps) Model Treefinger Terhadap Fisika,
Hasil Belajar Perakitan Komputer
Pada Siswa Kelas X Teknik Ravhani, G.A & Sirait, M. 2014.
Komputer Jaringan Smk N 1 Rao Pengaruh Koperasi Stad Type
Selatan. Jurnal Inovasi Pendidikan Dibantu Oleh Macromedia Flash
dan Teknologi Informasi (JIPTI), Terhadap Pembelajaran Hasil
1(1), 1-8. Siswa. : Inpafi.

Salim, A., Ishafit & Toifur, M. 2011.


Holubova, R., Kainzova, V., Riha, J.,
Pemanfaatan Media
& Vysin, I. 2008. Education Of
Pembelajaran (Macromedia
Teachers In ICT Applications For
Flash) Dengan Pendekatan
Teaching Physics At Primary And
Kontruktivis Dalam Meningkatkan
Secondary Schools. Problems Of
Efektifitas Pembelajaran Fisika
Education In 21st Century.
Pada Konsep Gaya. Prosiding
Seminar Nasional Penelitian,
Pilendia, D., Festiyed & Djusmaini, D.
Pendidikan dan Penerapan
2016. A Preliminary Validation
MIPA, Fakultas MIPA,
Study of Developing An
Universitas Negeri Yogyakarta
Interactive Multimedia Modules in
Physics Learning. The 2nd
Sarabando, C., Jose P,K., & Armando
International Seminar on Science
A, S. 2014. Contribution Of A
and Education, Yogyakarta State
Computer Simulation To
University.
Students’ Learning Of The
Physics Concepts Of Weight And
Pranowo, Galih. 2011. Kreasi Animasi
Mass : ELSEVIER, Procedia
Interaktif dengan ActionScript 3.0
Technology.
pada Flash CS5. Yogyakarta :
ANDI Some, I.M, Arbie, A., & Citron S.P.
2013. Pengaruh Penggunaan
Permata P, I & Muin S, A. 2014.
Macromedia Flash Terhadap
Pengembangan Media
Minat Belajar Siswa Pada Mata
Pembelajaran Interaktif Pada
Pelajaran Fisika. Jurnal
Mata Pelajaran Fisika. Jurnal
Pendidikan.
Teknologi Informasi &
Komunikasi dalam Pendidikan.
Sunday A, A. 2010. The Impact of
Information and Communication
Khumaidi, A dan Sucahyo, I. 2018.
Technology (ICT) On Teaching
Pengembangan Mobile Pocket
and Learning of Physics. Society
Book Fisika Sebagai Media
of Education, India: IJERT.
Pembelajaran Berbasis Android
Pada Materi Momentum dan
Supriyadi. 2016. Adobe Flash untuk
Impuls. Jurnal Inovasi Pendidikan
mendukung Pembelajaran. Jurnal
Fisika.
Komunikasi,
9
JURNAL TUNAS PENDIDIKAN e ISSN-2621-1629
Vol.2. No. 2 (Februari 2020) http://ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/pgsd/login

Umam, A., Rozali, N., Wijayanti, L.,


dan Kumara, N.R. 2016.
Seminar Nasional Pendidikan
dan Saintek 2016.

Usmeldi. 2012. Efektivitas


Macromedia Flash
Interaktif
dalam Pembelajaran
Fisika Teknik. Seminar Nasional
Fisika, Jakarta,
9 Juni 2012. Universitas Negeri
Jakarta.

.2014. The Development of


Physics Learning Media using
Lectora Software to Increase
Competencies of The Students of
SMKN 1 Padang. Proceeding the
2nd SEA-DR 2014. Department
of Mathematic Education, FKIP
Sriwijaya University

Yusuf, I., Widyaningsih, S.W., &


Purwati, D. 2015.
Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Fisika Modern
Berbasis Media Laboratorium
Virtual Berdasarkan Paradigma
Pembelajaran Abad 21 dan
Kurikulum 2013. Pancaran,

10
Jurnal Kumparan Fisika, Vol. 3 No. 1, April 2020, Hal. 33-40
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/kumparan_fisika
e-ISSN: 2655-1403 p-ISSN: 2685-1806

PENGEMBANGAN DESAIN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS E-MODUL


PADA MATERI MOMENTUM
Nadah Qolbi Shobrina*, Indra Sakti, Andik Purwanto
Program Studi Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu
Jl. WR. Supratman, Kandang Limun, Bengkulu
E-mail*: nadahqolbishobrina@gmail.com

Diterima 23 Oktober 2019 Direvisi 11 April 2020 Disetujui 24 April 2020 Dipublikasikan 29 April 2020
https://doi.org/10.33369/jkf.3.1.33-40

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar fisika berbasis E-Modul. Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan yang dilaksanakan dalam lima tahap yaitu potensi dan masalah, studi literatur dan pengumpulan
informasi, desain produk, validasi desain, dan desain teruji. Sampel atau sumber data penelitian ini yaitu guru fisika dan
siswa SMAN 2 Kota Bengkulu kelas X MIPA D. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar
observasi, lembar angket guru dan siswa, lembar angket uji validasi tim ahli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bahan ajar fisika berbasis e-Modul yang dikembangkan termasuk dalam kategori valid dan merupakan desain teruji
karena mendapatkan respon positif dengan persentase total uji validitas yaitu 80,6% dan serta memiliki reliabilitas
tinggi pada validitas aspek isi dan penyajian dengan nilai koefisien sebesar 0,9 dan 0,88, aspek bahasa nilai koefisien
0,79 dengan kategori sangat tinggi, dan reliabilitas aspek media 0,91 dengan kategori sangat tinggi. Berdasarkan
penelitian pengembangan dan pembahasan yang dilakukan, didapatlah desain bahan ajar fisika berbasis e-modul pada
materi momentum di SMAN 2 Kota Bengkulu yang valid dan reliable.

Kata Kunci: Bahan Ajar Fisika, E-Modul, Momentum, Penelitian pengembangan.

ABSTRACT

This research aimed to develop physics teaching materials based on E-module. This research was is a development
research conducted in five stages, namely potention and problem, literature study and information gathering, product
design, design validation, and tested design .The sample or data source of this research were the Physic Teacher and
Student of SMAN 2 Bengkulu, class of X MIPA D. The instruments used in this research are observation sheet, teacher
and student questionnaire, test questionnaire of expert team validation test. The results showed that the e-module based
physics teaching materials developed included in the category good validity and as a tested design for getting a positive
response with the percentage of total validity test is 80.6% and also had reliability on the content aspect and served with
coefficient value equal 0.9 and 0.88, the coefficient value language aspect 0.79 with category very high reliability and
reliability media aspect 0,88 with category very high. Based on research development and discussion conducted,
resulting of e-module material design on momentum material at SMAN 2 Bengkulu was valid and reliable.

Keywords: Physics Teaching Material, E-module,Momentum, Research development

I. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh
terhadap dunia pendidikan termasuk dalam proses pembelajaran. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi telah berpengaruh terhadap penggunaan alat-alat bantu mengajar disekolah-sekolah dan
lembaga pendidikan lainnya [1]. Perkembangan TIK tersebut juga dipengaruhi dari keberadaan
internet. Kehadirannya telah memberikan dampak terhadap kehidupan dalam berbagai aspek.
Keberadaan internet pada masa kini cukup menjadi sebuah kebutuhan bagi manusia untuk
menghadapi perkembangan global, yang mana kondisi ini juga dapat memberikan pengaruh
terhadap perilaku peserta didik dan dapat pula mempengaruhi gaya belajar peserta didik. Dengan
kata lain setiap orang ataupun termasuk peserta didik perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk
dapat beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang dalam menghadapi tantangan.
© 2020 Jurnal Kumparan Fisika 33
Jurnal Kumparan Fisika, Vol. 3 No. 1, April 2020, Hal. 33-40 34
Hal baru yang sedang berkembang saat ini adalah cyber teaching atau pengajaran maya, yang
merupakan suatu proses pengajaran yang menggunakan internet. Istilah lain yang popular ialah e-
learning. E-learning adalah pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN,
atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran [2]. Salah satu perkembangan dari e-learning
dalam dunia pendidikan yaitu berupa transformasi buku cetak menjadi sebuah bahan ajar berupa e-
book. E-book adalah singkatan dari elektronik book merupakan buku dalam versi digital, yang dapat
digunakan melalui perangkat elektronik [3]. E-book membantu pendidik dalam mengefektifkan dan
mengefisiensikan waktu pembelajaran, dengan berkembanganya e-book, maka berkembang pula
sumber bahan ajar berbasis E-Modul. E-Modul merupakan suatu paket pengajaran yang memuat
satu unit konsep dari bahan ajar yang disajikan dalam bentuk digital [4]. Cara menggunakan E-
Modul sangat mudah, hanya memerlukan laptop atau handphone berbasis android yang online, dan
untuk membuatnya juga cukup mudah. Pembuatan E-Modul cukup memerlukan aplikasi microsft
word atau PDF dan calibre. Calibre merupakan perangkat lunak yang gratis, open source dan lintas
platform dalam desain serta bias berjalan di Linux, OSX dan Windows. Perangkat lunak ini
menyimpan file e-book dalam database bersama dengan metadata dengan mudah diedit untuk
menggambarkan setiap buku, serta sinkron dengan e-book reader [5].Jika terjadi kesalahan dalam
pembuatan bisa langsung diperbaiki dengan cara di edit. Menggunakan ataupun membuat E-Modul
tidak diperlukan tinta maupun kertas sehingga biaya yang digunakan lebih hemat. E-Modul dapat
digunakan oleh guru sebagai media pembelajaran dan sebagai bahan ajar mandiri bagi peserta didik.
Peserta didik dapat mengetahui seberapa jauh tingkat pemahamannya terhadap materi yang telah
disajikan dengan menggunakan E-Modul, karena pada E-Modul juga berisi evaluasi untuk
mengetahui hasil belajar peserta didik. Pada E-Modul terdapat pula gambar yang membuat E-Modul
terlihat lebih menarik untuk digunakan.
Kurikulum 2013 yang diterapkan telah menuntut peserta didik agar dapat melakukan
pembelajaran secara mandiri, namun peserta didik tidak disediakan buku yang sesuai dengan
kurikulum 2013 untuk membeli, peserta didik hanya disediakan untuk membeli LKS, sedangkan
pada LKS hanya berisi sedikit materi. Pada kurikulum 2013 ini juga diharuskan memanfaatkan
perkembangan teknologi dan informasi, guru berperan penting dan harus menguasai tentang
teknologi informasi dan komunikasi, serta mampu memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif.
Selain peserta didik, guru juga dapat memanfaatkan perkembangan TIK yang ada. Guru dapat
memanfaatkan internet untuk menunjang proses pembelajaran, dan dengan didukung perkembangan
perangkat komputer maupun handphone berbasis android, guru dan peserta didik melakukan
interaksi tidak hanya melalui tatap muka saja tetapi juga melalui media.
Berdasarkan hasil observasi di SMAN 2 Kota Bengkulu tahun ajaran 2017/2018 pada tanggal
5 Maret 2018 di kelas X MIPA D, siswa hanya menggunakan LKS sebagai sumber bahan ajar,
sedangkan siswa tidak disediakan untuk membeli buku paket, siswa hanya dipinjamkan buku paket
pada saat proses pembelajaran di sekolah. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran sudah
cukup baik akan tetapi guru juga membutuhkan bahan ajar berbasis elektronik yang dapat dijadikan
sumber belajar bagi peserta didik untuk mendukung kurikulum 2013 yang digunakan sekolah saat
ini, dimana siswa dituntut untuk dapat belajar sacara mandiri serta dapat dapat memanfaatkan
perkembangan TIK. Semua siswa sudah cukup pandai menggunakan handphone berbasis android,
laptop dan alat-alat elektronik lainnya yang dihubungkan dengan internet. SMAN 2 Kota Bengkulu
memiliki 4 ruangan laboratorium komputer yang dilengkapi dengan jaringan internet dan dapat
digunakan oleh guru maupun pesera didik.
Dari observasi yang telah dilakukan, salah satu inovasi yang tepat untuk dikembangkan di
SMAN 2 Kota Bengkulu yaitu E-Modul, yang memanfaatkan teknologi dan komputer sebagai
perangkat media interaktifnya. E-Modul dapat diakses melalui laptop atau handphone berbasis
android dan bisa dimanfaatkan oleh guru maupun siswa. Berdasarkan hasil observasi di atas, maka
dilakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Desain Bahan Ajar Fisika Berbasis E-Modul
pada Materi Momentum di SMAN 2 Kota Bengkulu”. Adapun tujuan penelitian ini adalah
mengembangkan bahan ajar fisika berbasis E-Modul.

Pengembangan Desain Bahan Ajar Fisika Berbasis E-Modul pada Materi Momentum
Nadah Qolbi Shobrina, Indra Sakti, Andik Purwanto
Pengembangan Desain Bahan Ajar Fisika Berbasis E-Modul pada Materi Momentum
Nadah Qolbi Shobrina, Indra Sakti, Andik Purwanto

II. METODE PENELITIAN


Penelitian yang dilakukan pada penilitian ini adalah R & D (Reseacrh and Development).
penelitian pengembangan ini menggunakan langkah R & D level 1. Dalam penelitian
pengembangan level 1 yang dilakukan hanya menghasilkan produk, dan rancangan tersebut di
validasi secara internal (pendapat ahli dan praktisi) tetapi tidak di uji secara eksternal (pengujian
lapangan) [6].
Instrumen penelitian pertama menggunakan lembar observasi sebagai pengumpulan data
untuk mengetahui potensi dan masalah. Pada instrumen penelitian kedua menggunakan lembar
angket kebutuhan untuk mengumpulkan data guna mengetahui produk apa yang perlu
dikembangkan berdasarkan potensi dan masalah yang telah ditemukan. Selanjutnya pada instrumen
penelitian ketiga menggunakan lembar angket tim ahli untuk mengumpulkan data dalam pengujian
internal terhadap rancangan produk. Untuk kisi-kisi angket tim ahli dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kisi-kisi Angket Tim Ahli
Variabel Aspek Nomor item Jumlah
item
Komponen Isi 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18 18
Validitas E-Modul Penyajian 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12 12
Bahasa 1,2,3,4,5,6,7,8 8
Media 1,2,3,4,5,6 6
Berdasarkan tabel 1, setiap nomor item dikoding ke dalam bentuk data kualitatif dengan skala
yang digunakan adalah skala Likert. Variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai tolak ukur untuk menyusun item-item yang dapat
berupa pertanyaan ataupun pernyataan [7]. Skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala yang berjumlah 5, yaitu Sangat baik (SB) : 5, Baik (B) : 4, Cukup baik (CB) : 3, Kurang baik
(KB) : 2, dan Sangat tidak baik (STB) : 1.
Setelah memperoleh data dari angket, angket dianalisis untuk menentukan rata-rata penilaian
dan tanggapan dari tim ahli, rumus untuk mencari rata-rata adalah sebagai berikut:
…………….……………….....................………... (1)
dengan adalah Mean (rata-rata), adalah Jumlah seluruh skor, dan adalah Banyaknya
skor [8]. Selanjutnya, menghitung persentase nilai validitas menggunakan rumus perhitungan
persentase skor [9] berikut.
( ) .………….....................…….... (2)
Setelah memperoleh persentase nilai validitas, nilai tersebut dikategorikan berdasarkan tabel 2.
Tabel 2. Pemberian Nilai Validitas
No Persentase Kategori
1 0-20 Tidak Valid
2 21-40 Kurang Valid
3 41-60 Cukup Valid
4 61-80 Valid
5 81-100 Sangat Valid
Tabel 2 menunjukkan kategori persentase nilai validitas dengan 5 kategori, yakni Tidak Valid,
Kurang Valid, Cukup Valid, Valid, dan Sangat Valid. Untuk menguji reliabilitas menggunakan
rumus alpha cronbach. Rumus alpha cronbach [10] adalah sebagai berikut.
atau ( ) …………….…….. (3)
Persamaan untuk menghitung varian total skor responden dan varian butir yaitu:
dimana N = Jumlah responden ……...…...(4)
( )
dimana N = Jumlah responden ………….. (5)

Jurnal Kumparan Fisika, Vol. 3 No. 1, April 2020, Hal. 33-40 35


Jurnal Kumparan Fisika, Vol. 3 No. 1, April 2020, Hal. 33-40 36

dengan adalah jumlah seluruh varian butir, adalah varian skor responden, N adalah
jumlah butir yang setara, adalah koefisien reliabilitas, A adalah skor responden, B adalah skor
butir, adalah varian total skor responden (A), dan adalah varian jumlah butir.
Hasil reliabilitas yang didapat dianalisis secara kuantitatif dan ditentukan interpretasi nilai
reliabilitasnya. Interpretasi nilai reliabilitas [11] dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
Tabel 3. Interpretasi Reliabilitas
Nilai Reliabilitas Interpretasi
0,00 r11 0,20 Sangat rendah
0,20 r11 0,40 Rendah
0,40 r11 0,70 Sedang
0,70 r11 0,90 Tinggi
0,90 r11 1,00 Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel 3, hasil reliabelitas diinterpretasikan menjadi 5 kategori yaitu sangat rendah,
rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Potensi dan Masalah
Pada tahap ini ditemukan potensi yaitu telah diterapkannya kurikulum 2013 di SMAN 2 Kota
Bengkulu dan ditemukannya masalah yaitu kurangnya pemanfaatan TIK pada proses
pembelajaran, sedangkan pada kurikulum 2013 siswa dituntut untuk dapat melakukan
pembelajaran secara mandiri dan dapat memanfaatkan kemajuan TIK.
Tahap potensi dan masalah dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
tentang kebutuhan E-Modul. Lembar observasi dinyatakan tentang kegunaan bahan ajar fisika.
Hasil dari lembar observasi kebutuhan E-Modul adalah sebagai berikut : 1) sudah diterapkannya
kurikulum 2013 di SMAN 2 Kota Bengkulu, 2) bahan ajar yang digunakan di SMAN 2 Kota
Bengkulu pada saat proses pembelajran fisika adalah buku paket yang dipinjamkan dari sekolah
pada saat proses pembelajaran. Buku paket yang dipinjamkan tidak bisa dibawa pulang, sehingga
siswa hanya memiliki buku LKS sebagai sumber bahan ajar, 3) sistem pembelajaran fisika yang
digunakan di SMAN 2 Kota Bengkulu sesuai dengan sistem pembelajaran kurikulum 2013,
namun masih kurang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, 4) bahan ajar yang
digunakan di SMAN 2 Kota Bengkulu dapat dibeli di sekolah yaitu LKS, dan 5) fasilitas di
SMAN 2 Kota Bengkulu mendukung ketersediaannya e-modul, dimana di SMAN 2 Kota Bengkulu
difasilitasi 4 ruang laboratorium komputer dan juga tersedia jaringan internet yang dapat digunakan
oleh guru maupun siswa.
3.2 Studi Literatur dan Pengumpulan Informasi
Studi literatur dari penelitian yang berjudul Pengembangan Media E-Modul Mata Pelajaran
Produktif Pokok Bahasan “Instalasi Jaringan LAN (Local Area Network)” untuk Siswa Kelas XI
Jurusan Teknik Komputer Jaringan di SMK Negeri 1 Labang Bangkalan Madura, disimpulkan
bahwa pengembangan E-Modul telah meningkatkan hasil belajar siswa jurusan Teknik computer
jaringan di SMK Negeri 1 Labang dan E-Modul yang dikembangkan baik untuk
diimplementasikan sebagai media pembelajaran. E-modul yang dikembangkan berisi sebuah materi
yang dilengkapi dengan evaluasi guna mengetahui peningkatan hasil belajar siswa [4].
Hasil angket kebutuhan e-modul di SMAN 2 Kota Bengkulu di kelas X MIPA D yang diisi
oleh 27 siswa yaitu hanya 1 siswa yang tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran fisika. Dari 27
siswa terdapat 2 siswa yang tidak mengalami kesulitan dalam pembelajaran fisika pada materi
momentum, namun terdapat 4 siswa yang sangat kesulitan dalam pembelajaran fisika pada
materi momentum, sedangkan siswa lainnya cukup kesulitan dalam pembelajaran fisika pada
materi momentum.
Dari 27 siswa hanya 3 siswa yang memiliki buku cetak sendiri, sedangkan siswa lainnya
hanya memiliki bahan ajar LKS. Semua siswa di kelas X MIPA D membutuhkan sumber bahan
ajar lain selain yang sudah tersedia dan tertarik belajar fisika menggunakan E-Modul. Semua
Pengembangan Desain Bahan Ajar Fisika Berbasis E-Modul pada Materi Momentum
Nadah Qolbi Shobrina, Indra Sakti, Andik Purwanto
Pengembangan Desain Bahan Ajar Fisika Berbasis E-Modul pada Materi Momentum
Nadah Qolbi Shobrina, Indra Sakti, Andik Purwanto

siswa di kelas X MIPA D mempunyai handphone berbasis android, handphone berbasis android
yang dimiliki siswa digunakan untuk media sosial, bermain game, browsing dan berkomunikasi.
Sebanyak 4 siswa menggunakan handphone berbasis android lebih dari 5 jam, hanya 8 siswa
yang menggunakan handphone berbasis android untuk membaca artikel online. Oleh sebab itu,
dapat dikatakan bahwa perlu adanya pengembangan E-Modul yang bisa dimanfaatkan sebagai
bahan belajar siswa agar siswa dapat melakukan pembelajaran secara mandiri.
3.3 Desain Produk
Tahap selanjutnya pada penelitian ini adalah mendesain produk. Langkah pertama pembuatan
E-Modul adalah melakukan perencanaan perumusan unit modul terlebih dahulu meliputi silabus,
kompetensi inti, kompetensi dasar serta materi pembelajaran. Materi yang digunakan adalah materi
momentum. Berdasarkan silabus, kompetensi dasar pada materi momentum yaitu : 3.10)
Menerapkan konsep momentum dan impuls, serta hukum kekekalan momentum dalam kehidupan
sehari-hari dan 4.10) Menyajikan hasil pengujian penerapan hukum kekekalan momentum,
misalnya bola jatuh bebas ke lantai dan roket sederhana. Materi pada desain E-Modul dikutip dari
beberapa buku sesuai kebutuhan E-Modul yang dibuat. Desain awal didapat dari guru di SMAN
2 Bengkulu Utara [12] yang dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

 JUDUL
 Glosarium
I. PENDAHULUAN
Kompetensi Dasar dan Indikator
II. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Uraian Materi
Latihan Soal

Gambar 1. Kerangka awal desain E-Modul


Kerangka desain awal yang didapat tersebut memiliki beberapa kelemahan, yakni materi dan
gambar yang ada masih kurang serta desainnya kurang rapi dan kurang menarik. Berdasarkan hal
tersebut, dikembangkanlah desain bahan ajar fisika berbasis E-Modul dengan kerangka desain E-
Modul seperti pada gambar 2 berikut.
COVER
DAFTAR ISI
GLOSARIUM
I. PENDAHULUAN
A. Kompetensi Dasar dan Indikator
B. Petunjuk Penggunaan E-Modul
II. KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran
B. Uraian Materi
1. Momentum
2. Implus
3. Hubungan Momentum dan Impuls
4. Hukum Kekekalan Momentum
5. Tumbukan
6. Penerapan Hukum Kekekalan Momentum
C. Rangkuman Materi
D. Latihan Soal
E. Penilaian Diri
III. EVALUASI AKHIR MODUL
A. Soal
B. Kunci
DAFTAR PUSTAKA

Gambar 2. Kerangka Desain E-Modul yang dikembangkan

Jurnal Kumparan Fisika, Vol. 3 No. 1, April 2020, Hal. 33-40 37


Jurnal Kumparan Fisika, Vol. 3 No. 1, April 2020, Hal. 33-40 38
Berdasarkan kerangka desain E-Modul yang sudah dikembangkan, maka dibuatlah desain bahan
ajar fisika berbais E-Modul pada materi momentum di SMAN 2 Kota Bengkulu.
Pada penelitian ini pembuatan desain E-Modul menggunakan aplikasi calibre, karena aplikasi
calibre merupakan software gratis dan fitur di dalamnya juga gratis sehingga mudah didapat.
Penggunaan aplikasi calibre cukup mudah, terutama bagi pemula yang belum pernah membuat E-
Modul. Karena di SMAN 2 Kota Bengkulu belum pernah dikembangkannya E-Modul, maka
aplikasi calibre merupakan salah satu aplikasi yang tepat digunakan pemula untuk membuat E-
Modul. Pada aplikasi calibre sudah tersedia fitur untuk membaca E-Modul yang sudah dibuat,
sehingga tidak diperlukan lagi software pembaca E-Modul.

3.4 Validasi Desain


Desain E-Modul yang sudah dibuat kemudian diuji validasi oleh judgement ahli dan praktisi.
Validasi terdiri dari aspek isi, aspek penyajian, aspek bahasa dan aspek media. Berikut hasil uji
validitas oleh tiga ahli.
Tabel 4. Hasil Uji Validitas
Aspek Nilai Rata-rata Kategori
Isi 82,22% Sangat Valid
Penyajian 81,11% Sangat Valid
Bahasa 79,16% Valid
Media 80,00% Valid
Rata-rata 80,62% Valid

Berdasarkan tabel 4, desain bahan ajar fisika berbasis E-Modul yang sudah dikembangkan berada
dalam kategori sangat valid dengan rata-rata persentase validitas isi 82,22%, validasi penyajian
81,11%, validitas bahasa dalam kategori valid dengan persentase 79,16%, dan validitas media
80,00%. Setelah mendapat hasil uji validitas selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas
ditunjukkan Tabel 5.
Tabel 5. Hasil uji reliabilitas
No Uji Validitas Nilai Koefisien Kategori
1 Isi 0,90 Reliabilitas sangat Tinggi
2 Penyajian 0,88 Reliabilitas Tinggi
3 Bahasa 0,79 Reliabilitas Tnggi
4 Media 0,91 Reliabilitas sangat Tinggi

Hasil uji reliabilitas dari keempat aspek yang didapat berdasarkan Tabel 5, berada dalam ketegori
reliabilitas tinggi, dengan nilai koefisien aspek isi 0,90, aspek penyajian 0,88, aspek bahasa 0,79
dan aspek media 0,91. Kemudian hasil uji reliabilitas yang didapat termasuk dalam kategori
reliabilitas tinggi dengan nilai koefisien validasi isi 0,90, validasi penyajian 0,88, validasi bahasa
0,79 dan validasi media 0,91.

3.5 Desain teruji


Tahap terakhir pada penelitian pengembangan ini yaitu desain teruji, yang mana pada tahap
ini telah dilakukan revisi berdasarkan saran dari validator agar menghasilkan desain teruji dari
produk yang dikembangkan. Revisi yang dilakukan pada aspek isi yaitu perbaikan simbol dan kata
yang salah, pada aspek penyajian dilakukan revisi pada keruntutan penyajian pada daftar isi dan
kerapian penyusunan E-Modul, dan pada aspek bahasa dilakukan revisi pada penambahan gambar.
Produk akhir yang telah dihasilkan dapat dilihat pada gambar 3, 4, 5, dan 6 berikut.

Pengembangan Desain Bahan Ajar Fisika Berbasis E-Modul pada Materi Momentum
Nadah Qolbi Shobrina, Indra Sakti, Andik Purwanto
Pengembangan Desain Bahan Ajar Fisika Berbasis E-Modul pada Materi Momentum
Nadah Qolbi Shobrina, Indra Sakti, Andik Purwanto

Gambar 3. Bagian Sampul, Daftar Isi, dan Glosarium Produk Akhir E-Modul

Gambar 4. Bagian Pendahuluan, Kegiatan Pembelajaran, dan Uraian Materi


Produk Akhir E-Modul

Gambar 5. Bagian Contoh Soal, Percobaan, dan Latihan Soal Produk Akhir E-Modul

Jurnal Kumparan Fisika, Vol. 3 No. 1, April 2020, Hal. 33-40 39


Jurnal Kumparan Fisika, Vol. 3 No. 1, April 2020, Hal. 33-40 40

Gambar 6. Bagian Evaluasi Akhir, Kunci Jawaban, dan Sumber Produk Akhir E-Modul
Produk akhir yang telah direvisi merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan
rancangan level 1 yaitu desain teruji yang merupakan hasil uji internal dan perbaikan dari
saran tim ahli [6]. Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa apabila E-Modul telah diuji
validitasnya dan dilakukan perbaikan, maka E-Modul tersebut layak untuk digunakan [13].

IV. SIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan yang didapat dari penelitian pengembangan ini yaitu desain bahan ajar fisika
berbasis E-Modul pada materi momentum yang telah dikembangkan merupakan desain yang valid
dan reliable. Adapun saran yaitu sebaiknya menggunakan tabel, seperti pada penyusunan pilihan
ganda dan mengatur posisi gambar menjadi in line with text agar terlihat rapi.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Muhson, A., 2010, Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi.
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, No 2, Vol. 8, hal. 1-10.
[2] Rusman, Kurniawan, D., dan Riyana, C., 2013, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi, Rajawali Pers, Jakarta.
[3] Fitria, T. N., dan Heliawan, Y. A., 2017, Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Prodi S1
Akuntansi dalam Memahami Buku, e-Book dan Artikel/Jurnal Akuntansi Berbahasa Inggris,
Jurnal Akuntansi dan Pajak, No.2, Vol. 17, hal. 1-13.
[4] Fausih, M., 2015, Pengembangan Media E-Modul Mata Pelajaran Produktif Pokok Bahasan
“Instalasi Jaringan LAN (Local Area Network)” untuk Siswa Kelas XI Jurusan Teknik
Komputer Jaringan di SMK Negeri 1 Labang Bangkalan Madura, Jurnal Mahasiswa
Teknologi Pendidikan, No. 1, Vol. 1, hal. 1-9.
[5] Saepuloh, D., 2016, Perpustakaan Elektronik (E-Library) Menggunakan Calibre. Jurnal Pari,
No. 2, Vol. 2, hal. 92-96.
[6] Sugiyono, 2017, Metode Penelitian dan Pengembangan, Alfabeta, Bandung.
[7] Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung.
[8] Sudijono, 2009, Statistik Pendidikan, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.
[9] Septiani, A., Syakbaniah, dan Mufit, F., 2013, Pengembangan Bahan Ajar CD Interaktif
Berbentuk Power-Point Materi Suhu dan Kalor untuk Pembelajaran Fisika Kelas X SMA,
Pillar of Physics Education, Vol. 2, hal. 49-56.
[10]Susetyo, B., 2015, Penyusunan dan Analisis Tes, PT. Refika Aditama, Bandung.
[11] Jihad, A. dan Haris, A., 2012, Evaluasi Pembelajaran, Multi Pressindo, Yogyakarta.
[12] Suhari, 2017, Modul Fisika Elektronika SMA, SMAN 2 Bengkulu Utara, Tidak Diterbitkan.
[13] Nurjannati, N., Rahmad, M., dan Irianti, M., 2017, Pengembangan E-Modul Berbasis Literasi
Sains pada Materi Radiasi Elektromagnetik, Jurnal Online Mahasiswa Universitas Riau,
No. 2, Vol 4, hal 1-11.
Pengembangan Desain Bahan Ajar Fisika Berbasis E-Modul pada Materi Momentum
Nadah Qolbi Shobrina, Indra Sakti, Andik Purwanto
Physics Education Research Journal Vol. 3 No. 2 (2021), 103-112
P-ISSN: 2685-6190
e-ISSN: 2714-7746

Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbasis Way of


Investigating untuk Meningkatkan Keterampilan Proses
Siswa SMK

O. I. Permatasari1* dan D. Trisnawati2

1SMK Walisongo Kaliori Rembang, Indonesia


2SMA Negeri 1 Kragan, Indonesia
* Email: obiem.mieta@gmail.com

Received: May 19th, 2021. Accepted: July 22th, 2021. Published: August 29th, 2021

Abstrak
Keterampilan proses merupakan hal yang sangat penting di dalam
pembelajaran. Keterampilan proses dapat didekati dengan cara
menyelidiki suatu fenomena. Penelitian.ini
bertujuan.mengembangkan.bahan ajar Fisika berbasis way of
investigating untuk meningkatkan keterampilan proses siswa.
Penelitian ini menggunakan desain Research and Development (R&D).
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi,
angket, dan dokumentasi. Sampel penelitian diambil secara purposive
sampling. Berdasarkan analisis data, diketahui bahwa bahan ajar
yang dikembangkan berkategori sangat valid dan layak digunakan
dengan rerata nilai sebesar 89,97. Keterbacaan bahan ajar berada
pada kategori baik dengan nilai 77,88. Uji gain keterampilan proses
pada kelas eksperimen sebesar 0,303 berada dalam kategori sedang,
sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,297 berada dalam kategori
rendah. Respons siswa terhadap bahan ajar yang dikembangkan
sangat baik, dengan persentase rata-rata 86,65%. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa bahan ajar berbasis way of investigating layak
digunakan dalam “pembelajaran fisika, terutama untuk
meningkatkan keterampilan proses siswa.

Abstract
Process skills are very important in learning. Process skills can be
approached by investigating a phenomenon. This research aims to
develop way of investigating physics teaching materials to improve
students' process skills. This study uses a Research and Development

doi:10.21580/perj.2021.3.2.8719
https://ejournal.walisongo.ac.id/index.php/perj/index 103
Phy. Educ. Res. J. Vol. 3 No. 2 (2021), 103-112

(R&D) design. Data collection methods used are tests, observations,


questionnaires, and documentation. The research sample was taken
by purposive sampling. Based on data analysis, it is known that the
teaching materials developed are categorized as very valid and
suitable for use with an average value of 89.97. The readability of
teaching materials is in the good category with a value of 77.88. The
process skill gain test in the experimental class of 0.303 is in the
medium category, while in the control class of 0.297 is in the low
category. Student responses to the developed teaching materials are
very good, with an average percentage of 86.65%. The results of this
study indicate that way of investigating teaching materials are
appropriate to be used in physics learning, especially to improve
students' process skills.@2021PERJ

Keywords: Teaching materials; Way of Investigating; process skills.

PENDAHULUAN keberhasilan pendidikan adalah


aktivitas siswa. Guru harus mampu
Abad ke-21“merupakan abad mendisiplinkan siswa, terutama
globalisasi yang penuh persaingan disiplin diri untuk mengembangkan
dan juga tantangan yang ditandai aktivitas siswa (Muslimin, 2011).
dengan semakin canggihnya teknologi Kumpulan pengetahuan yang
dan perkembangan sains yang sangat menjadi kesatuan utuh yang
cepat. Sains akan berperan sangat bermakna disebut hakekat sains.
penting dalam aspek…kehidupan Hakekat sains terdiri atas beberapa
manusia dan harus dapat diimbangi komponen, yaitu: produk untuk
dengan kualitas pembelajaran yang pengganti pernyataan sains sebagai
ada (Susanti et al., 2015). sebuah kumpulan pengetahuan (a
Rendahnya keterampilan proses body of knowledge), sains sebagai proses
siswa dipengaruhi banyak hal, yaitu untuk pengganti pernyataan sains
kurikulum dan sistem pendidikan, sebagai cara untuk penyelidikan dan
pemilihan metode dan model interaksi sains (way of investigating),
pengajaran oleh guru, fasilitas, gaya sains sebagai sikap untuk pengganti
belajar, sumber belajar, dan lain pernyataan sains sebagai cara berpikir
sebagainya (Mar’ah, 2016). Oleh (way of thinking), dan mengkaitkan
karena itu, untuk meningkatkan antara sains dan teknologi dengan
keterampilan proses dibutuhkan masyarakat (interaction of science,
suatu strategi belajar mandiri meliputi technology, and society) (Chiappetta et
konsep konkret yang sesuai dengan al., 1991).
kehidupan siswa sehari-hari, salah Pembelajaran Fisika pada
satunya adalah dengan bahan ajar kulikulum 2013 untuk jenjang
mandiri untuk siswa. Kunci sukses SMA/SMK dilakukan menggunakan

104 https://ejournal.walisongo.ac.id/index.php/perj/index
Phy. Educ. Res. J.Vol. 3 No. 2 (2021), 103-112

pendekatan saintifik yang terintegrasi Berdasarkan ”uraian tersebut,


pada keterampilan proses dalam perlu dikembangan bahan ajar Fisika
menemukan konsep Fisika. berbasis way of investigating yang dapat
Kemampuan”siswa dalam
membantu siswa dalam berpikir
memahami konsep sains yaitu dengan
mengaplikasikan di kehidupan sehari- secara terintegrasi, tidak hanya
hari dan dapat menjelaskan fenomena menguasai dimensi konten saja, tetapi
tersebut berdasarkan bukti-bukti dapat memahami dimensi proses dan
secara ilmiah (Cansiz & Turker, 2011). konteks yang berguna bagi siswa
Pembelajaran dengan pendekatan dikemudian hari tentang materi
way of investigating dapat membantu Tekanan. Bahan ajar yang
siswa dalam melakukan tahapan-
dikembangkan memiliki fitur lengkap
tahapan dalam melakukan praktikum
untuk mendapatkan konsep yang dengan tahapan yang jelas, sehingga
benar dengan cara yang mudah. Way memudahkan siswa dalam
of investigating adalah salah satu cara mempelajari materi; dan bahan ajar
untuk membantu siswa dalam dicetak dengan ukuran 25 cm x 20 cm
mempelajari keterampilan proses. sehingga mudah untuk digunakan.
Keterampilan proses sangat
penting bagi perkembangan siswa METODE
dalam menanamkan pengetahuan
dan mengaktifkan siswa (Lestari & Penelitian pengembangan bahan
Diana, 2018; Rahmatillah et al., 2017). ajar Fisika berbasis way of investigating
Penggunaan keterampilan proses menggunakan prosedur Research &
diharapkan dapat membuat siswa Development (R & D) yang diadaptasi
memahami materi yang disampaikan dari Sugiyono (2010). Tahapan yang
dengan baik, sehingga dapat berguna dilakukan dalam penelitian
dikemudian hari. pengembangan ini yaitu:“(1) tahap
Pembelajaran way of investigating pendahuluan, dimulai dengan studi
sangat cocok bagi siswa SMK karena literatur, observasi kondisi yang ada di
dapat membantu meningkatkan lapangan untuk mengetahui potensi
keterampilan proses yang dibutuhkan masalah dan analisis kebutuhan, serta
dalam praktik di lapangan. Materi wawancara dengan guru untuk
Tekanan juga merupakan materi yang mendapatkan informasi tentang
sangat penting untuk dikuasai siswa pembuatan bahan ajar; (2) tahap
SMK pada bidang keahlian Teknik perencanaan, meliputi pembuatan
Kendaraan Ringan Otomotif karena desain bahan ajar fisika berbasis way of
akan berkaitan dengan peralatan yang investigating kelas X pada materi
digunakan di bengkel. Tekanan, penentuan kompetensi inti

https://ejournal.walisongo.ac.id/index.php/perj/index 105
Phy. Educ. Res. J. Vol. 3 No. 2 (2021), 103-112

dan kompetensi dasar, tujuan diambil secara purposive sampling,


pembelajaran, kompenen yang dengan kelas X TKRO A sebagai
ditampilkan, dan langkah kelompok eksperimen dan kelas X
pengukuran hasil belajar; (3) tahap TKRO B sebagai kelompok kontrol.
pengembangan, yaitu validasi bahan Data dalam penelitian ini meliputi
ajar dan uji coba produk. data kuantitaif dan data kualitatif.
Uji ahli/validasi dilakukan oleh Data kuantitatif berupa data tentang
satu guru senior Fisika dari luar SMK skor pre-test dan post-test yang
Walisongo Kaliori, satu ketua MGMP diperoleh siswa dalam pembelajaran
Fisika SMK Kabupaten Rembang, dan materi Tekanan. Data kualitatif terdiri
satu guru Fisika teman sejawat sebagai atas data tentang sikap siswa, kegiatan
praktisi. Produk yang telah selama melakukan praktikum,
dinyakatakan valid selanjutkan respons siswa mengenai bahan ajar
diujicoba kepada siswa. Uji coba yang dikembangkan dan hasil
dilakukan menggunakan desain wawancara mengenai keunggulan
eksperimen. Desain penelitian pada dan keterbatasan bahan ajar yang
tahap uij coba dapat dilihat pada Tabel dikembangkan, serta kendala yang
1. dijumpai sehubungan dengan
Tabel 1 Desain Penelitian penerapan bahan ajar.
Kondisi Kondisi
Metode pengumpulan data dalam
Sampel Perlakuan penelitian ini adalahsebagai berikut:
Awal Akhir
E O1 X O2 1) Metode dokumentasi, untuk
mendapatkan data mengenai
K O3 O4
kemampuan awal siswa yang
Keterangan : menjadi sampel penelitian.
E : kelas eksperimen 2) Metode tes, digunakan untuk
K : kelas kontrol mengetahui kemampuan
X : pembelajaran dengan bahan ajar keterampilan proses siswa. Tes
yang dikembangkan yang digunakan adalah tes objektif
O1 dan O3 : pre-test pada kelas disertai alasan. Analisis metode tes
eksperimen dan kelas soal objektif disertai alasan ini
kontrol adalah dengan menggunakan skor
O2 dan O4 : post-test pada kelas 3-0. Skor 3 untuk jawaban benar
eksperimen dan kelas dan alasan tepat, skor 2 untuk
kontrol jawaban benar dan alasan kurang
Populasi“dalam penelitian ini tepat, skor 1 untuk jawaban benar
adalah seluruh siswa kelas X SMK dan alasan salah dan skor 0 untuk
Walisongo Kaliori Rembang yang jawaban salah. Penelitian ini
terdiri atas 3 kelas. Sampel penelitian mengujicobakan 30 butir soal tes

106 https://ejournal.walisongo.ac.id/index.php/perj/index
Phy. Educ. Res. J.Vol. 3 No. 2 (2021), 103-112

kepada 20 siswa. Hasil uji coba soal pengantar, KI dan KD yang akan
tes ini dianalisis untuk menentukan dicapai dalam kegiatan“pembelajaran,
validitas, reliabilitas, daya beda dan petunjuk belajar, sajian isi buku, daftar
tingkat kesukaran soal. isi, penyelidikan sains dengan berbasis
3) Metode observasi, digunakan way of investigating yang memuat
untuk mengukur kompetensi keterampilan proses, penjelasan
keterampilan proses, mengetahui materi, diskusi, zona berpikir, tokoh
aktivitas semua siswa pada proses sains, info sains, rangkuman, uji
pelaksanaan pembelajaran di kelas kompetensi yang berisi pertanyaan
eksperimen dan kelas kontrol. mengenai bab yang dibahas, kunci
4) Metode angket, digunakan untuk jawaban, glosarium, dan daftar
mengetahui respons terhadap pustaka.
bahan ajar yang dikembangkan. Sebelum diujicobakan, bahan ajar
Analisis metode observasi dan terlebih dahulu divalidasi oleh tiga
angket ini menggunakan teknik validator untuk menilai validitas dan
rating scale, yaitu skor 1 untuk tidak kelayakannya. Skor dari masing-
baik, skor 2 untuk cukup baik, skor masing validator dirata-rata hingga
3 untuk baik dan skor 4 untuk diperoleh skor akhir. Rata-rata skor
sangat baik. validitas dan kelayakan bahan ajar
dari ketiga validator adalah 89,97
HASIL DAN PEMBAHASAN dapat dilihat pada Tabel 1.

Bahan ajar”yang dikembangkan


terdiri atas sampul depan, kata

Tabel 1. Rekapitulasi Penilaian Kevalidan dan Kelayakan Bahan Ajar

Aspek yang Dinilai


Rata-
No Validator Keterampilan
Isi Penyajian Bahasa Kegrafikan rata
Proses
1 V-1 88 88 90 92 83 88
2 V-2 88 93 90 90 92 90
3 V-3 92 88 95 90 92 91
Rata-rata 88,89 89,62 91,67 90,67 88,89 89,97
Kategori Sangat valid

Validasi bahan ajar yang sehingga layak untuk digunakan


dikembangkan memeroleh nilai 89,97 dalam”pembelajaran. Kevalidan dan
yang termasuk kategori sangat valid kelayakan bahan ajar ini diuji dengan

https://ejournal.walisongo.ac.id/index.php/perj/index 107
Phy. Educ. Res. J. Vol. 3 No. 2 (2021), 103-112

menggunakan standar dari BSNP 90


yang meliputi: kelayakan isi, 80
kelayakan penyajian, kelayakan 70
60
bahasa dan kelayakan kegrafikan
50

Nilai
(Hartono, 2013). 40
Berdasarkan analisis tes rumpang, 30
20
diketahui bahwa tingkat keterbacaan
10
bahan ajar yang dikembangkan 0
memiliki skor 77,88 atau termasuk A B C D E F G

mudah dipahami sesuai kriteria Indikator Keterampilan Proses

Bormuth. Faktor yang memengaruhi K. Eksperimen K. Kontrol

tingkat keterbacaan adalah Gambar 1. Hasil Praktikum I


kemampuan membaca, keakuratan
ilustrasi, dan ketertarikan dari siswa. 100
90
Buku teks yang layak digunakan 80
dalam pembelajaran memiliki 70
keriteria keterbacaan baik, serta 60
50
Nilai

panjang kalimat dan pemilihan bahasa 40


yang sesuai (Muslimin, 2011). 30
20
Penggunaan bahasa yang sesuai 10
dengan perkembangan usia siswa 0
pada bahan ajar akan mempermudah A B C D E F G
Indikator Keterampilan Proses
pemahaman materi yang disajikan.
Bahan ajar yang baik mempunyai K. Eksperimen K. Kontrol

kriteria keterbacaan mudah dipahami Gambar 2. Hasil Praktikum II


dan dapat memberdayakan
kemampuan berpikir siswa (Ilmi et al., Indikator keterampilan proses
2016; Kurnia et al., 2014). dijelaskan sebagai berikut:
Keterampilan proses dinilai A : Menyiapkan alat
melalui kegiatan praktikum sesuai B : Merangkai alat
dengan yang” disajikan dalam bahan C : Melaksanakan dan mencatat
ajar yang digunakan. Penilaian D : Menganalisis dan
keterampilan proses dilakukan pada mengkomunikasikan kesimpulan
dua kali praktikum. Terdapat tujuh E : Kejujuran
indikator yang dilihat pada kegiatan F : Ketelitian
praktikum. Nilai ketujuh indikator G : Tanggungjawab
tersebut dapat dilihat pada Gambar 1
untuk praktikum I dan Gambar 2 Keterampilan proses yang dinilai
untuk praktikum II, baik di kelas dari kegiatan praktikum dengan tujuh
eksperimen maupun kelas kontrol. indikator. Capaian tertinggi untuk
kelas eksperimen dan kelas kontrol
terdapat pada indikator melaksanakan

108 https://ejournal.walisongo.ac.id/index.php/perj/index
Phy. Educ. Res. J.Vol. 3 No. 2 (2021), 103-112

dan mencatat hasil praktikum. Hal ini mendapatkan respons positif dari
sesuai dengan pendekatan yang siswa, dengan persentase 86,65 %. Hal
digunakan yaitu berbasis way of tersebut menunjukkan bahwa siswa
investigating. Siswa dilatih untuk merasa nyaman ketika menerapkan
menginvestigasi permasalahan dalam pembelajaran dengan bahan ajar
fisika dan dilatih untuk berbasis way of investigating.
mengemukakan pendapat. Pemanfatan bahan ajar erat kaitanya
Ketertarikan dan antusias di dalam dengan peningkatan kualiatas
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran yang diharapkan dapat
alat laboratorium dapat memberikan pengalaman belajar yang
mempermudah siswa dalam bermakna bagi siswa (Materi & Dan,
melakukan way of investigating untuk 2015). Pembelajaran yang bermakna
meningkatkan keterampilan proses adalah pembelajaran yang dimulai
pada materi tekanan (Hanisa, 2013). dari lingkungan sekitar.
Pada indikator menganalisis dan Bahan ajar merupakan salah satu
mengkomunikasikan kesimpulan, di fasilitas untuk mentransfer ilmu
kedua kelas mendapat nilai paling pengetahuan. Bahan ajar yang baik
rendah. Hal ini disebabkan siswa dapat mencakup semua materi dan
belum terbiasa untuk menganalisis dikemas secara tepat, sehingga siswa
dan menyimpulkan hasil dari kegiatan mampu menerima materi dengan
yang telah dilakukan dan terdapat baik. Siswa yang dapat dengan mudah
rasa takut untuk menyampaikan menerima dan menguasai materi akan
pendapat. Meskipun demikian, memiliki kemampuan yang lebih
terdapat peningkatan dari praktikum I bagus (Susanti et al., 2015).
ke praktikum II. Oleh karena itu, Bahan ajar berbasis way of
kegiatan pembelajaran semacam ini investigating dalam penelitian ini
harus selalu ditanamkan dan dilatih dikembangakan untuk membantu
agar pola pikir siswa dapat terstruktur siswa dalam meningkatkan
dengan baik. Pada indikator sikap juga keterampilan proses (Furqan et al.,
terdapat peningkatan, karena pada 2016; Redhana, 2019). Pembelajaran
setiap pembelajaran selalu yang berbasis way of investigating
ditanamkan sikap jujur, teliti dan mengajak siswa untuk menyelidiki
tanggung”jawab. suatu permasalahan dan menemukan
Data untuk uji “gain keterampilan jawaban yang dijadikan suatu konsep.
proses kelas eksperimen dan kelas Keterampilan proses yang tinggi akan
kontrol diperoleh melalui nilai lembar diiringi dengan peningkatan hasil
observasi praktikum I” dan II. Nilai n- belajar siswa (Ilmi et al., 2016; Puspita,
gain pada kelas eksperimen sebesar 2019).
0,303 berada dalam kategori sedang, Bahan ajar berbasis way of
sedangkan kelas kontrol sebesar 0,297 investigating dapat membantu siswa
berada dalam kategori rendah. Bahan untuk meningkatkan keterampilan
ajar yang dikembangkan proses untuk menghasilkan konten

https://ejournal.walisongo.ac.id/index.php/perj/index 109
Phy. Educ. Res. J. Vol. 3 No. 2 (2021), 103-112

dan membentuk konteks (Yuliati, Sethna, G. H. (1991). A Method


2017). Selain itu, bahan ajar berbasis To Quantify Major Themes Of
way of investigating yang Scientific Literacy In Science
dikembangkan juga membantu siswa Textbooks. Journal of Research in
dalam melakukan investigasi Science Teaching, 28(8), 713–725.
terhadap materi Tekanan, karena Furqan, H., Yusrizal, Y., & Saminan,
dalam bahan ajar dilengkapi dengan S. (2016). Pengembangan
langkah-langkah yang rinci yang Modul Praktikum Berbasis
dapat membantu siswa dalam Inkuiri Untuk Meningkatkan
melakukan way of investigating. Keterampilan Proses Sains dan
Hasil Belajar Siswa Kelas X di
KESIMPULAN SMA Negeri 1 Bukit Bener
Meriah. Jurnal Pendidikan Sains
Berdasarkan hasil penelitian dan Indonesia (Indonesian Journal of
pembahasan, dapat disimpulkan Science Education), 4(2), 124–
bahan ajar berbasis way of investigating 129.
yang dikembangkan layak Hanisa, D. (2013). Problem Solving
digunakan”dalam pembelajaran Pada Pembelajaran Gelombang
untuk meningkatkan keterampilan dan Optik Untuk Meningkatkan
proses siswa pada mata” pelajaran Keterampilan Proses Sains
Fisika materi Tekanan. “Bahan ajar Mahasiswa. X(2).
yang dikembangkan berkategori valid Hartono, I. I. M. dan H. S. (2013).
dengan skor 89,97”dan keterbacaan Analisis Buku Pelajaran Fisika
mudah dipahami ditandai dengan SMA Kelas XI Yang Digunakan
nilai tes rumpang yang tinggi yaitu di Salatiga. Unnes Physics
sebesar 77,88; serta efektif Education Journal, 2(2), 71–77.
meningkatkan keterampilan proses Ilmi, N., Desnita, D., Handoko, E., &
dengan nilai n-gain 0,33 dengan Zelda, B. (2016).
kategori sedang. Respons siswa untuk Pengembangan Instrumen
penggunaan bahan ajar yang Penilaian Keterampilan Proses
dikembangkan memeroleh persentase Sains Pada Pembelajaran Fisika
86,65% dengan kriteria baik. Sma. Prosiding Seminar Nasional
Fisika (E-Journal) SNF2016, V,
DAFTAR PUSTAKA Kurnia, F., . Z., & Fathurohman, A.
(2014). Analisis Bahan Ajar
Cansiz, M., & Turker, N. (2011). Fisika SMA Kelas XI di
Scientific Literacy Investigation Kecamatan Indralaya Utara
In Science Curricula: The Case Berdasarkan Kategori Literasi
Of Turkey. Western Anatolia Sains. Jurnal Inovasi dan
Journal of Education Science, Pembelajaran Fisika, 1(1), 43–47.
1958, 359–366. Lestari, M. Y., & Diana, N. (2018).
Chiappetta, E. L., Fillman, D. A., & Keterampilan Proses Sains

110 https://ejournal.walisongo.ac.id/index.php/perj/index
Phy. Educ. Res. J.Vol. 3 No. 2 (2021), 103-112

(KPS) pada Pelaksanaan Pendidikan IPA, 5(1), 79–88.


Pembelajaran. Indonesian Rahmatillah, R., Halim, A., & Hasan,
Journal of Science and M. (2017). Pengembangan
Mathematics Education, 01(1), Lembar Kerja Peserta Didik
49–54. Berbasis Keterampilan Proses
Mar’ah, A. (2016). Gaya Belajar dan Sains Terhadap Aktivitas pada
Faktor Pengaruhnya Terhadap Materi Koloid. Jurnal IPA &
Pencapaian Prestasi Belajar IPA Pembelajaran IPA, 1(2), 121–130.
Terpadu Siswa Kelas VIII MTs Redhana, I. W. (2019).
Sultan Fatah Gaji Guntur Mengembangkan
Demak Tahun Pelajaran Keterampilan Abad Ke-21
2015/2016. UIN Walisongo. dalam Pembelajaran Kimia.
Materi, S., & Dan, E. (2015). Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia,
Pengembangan Buku Ajar IPA 13(1).
Terpadu Berorientasi Literasi Sugiyono. (2010). Statistik untuk
Sains Materi Energi Dan Suhu. Penelitian. Alfa Beta.
Journal of Innovative Science Susanti, M., Rusilowati, A., &
Education, 4(2), 34–40. Susanto, H. (2015).
Muslimin. (2011). Analisis Buku Pengembangan Bahan Ajar IPA
Teks Bahasa Indonesia untuk Berbasis Literasi Sains Bertema
SMP Kelas IX dengan Listrik dalam Kehidupan
Pendekatan Tematik. 1(2), 87– untuk Kelas IX. UPEJ Unnes
98. Physics Education Journal, 4(3).
Puspita, L. (2019). Pengembangan Yuyu Yuliati. (2017). Literasi Sains
Modul Berbasis Keterampilan dalam Pembelajaran IPA.
Proses Sains sebagai Bahan Jurnal Cakrawala Pendas, 3(2),
Ajar dalam Pembelajaran 21–28.
Biologi. Jurnal Inovasi

https://ejournal.walisongo.ac.id/index.php/perj/index 111
Phy. Educ. Res. J. Vol. 3 No. 2 (2021), 103-112

112 https://ejournal.walisongo.ac.id/index.php/perj/index
Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika
Vol. 12 No. 2 – September 2021, p159-165
p-ISSN 2086-2407, e-ISSN 2549-886X
Available Online at http://journal.upgris.ac.id/index.php/JP2F
DOI: 10.26877/jp2f.v12i2.8970

Meta Analisis Pengaruh Model Project Based Learning dalam


Variasi Bahan Ajar Fisika Terhadap Hasil Belajar Siswa
SMA/SMK
N Izzah1,3, Asrizal2, F Mufit2
1
Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Fisika Universitas Negeri Padang
2
Dosen Program Studi Magister Pendidikan Fisika Universitas Negeri Padang
3
E-mail: nurullizzah88@gmail.com
Received: 19 September 2021. Accepted: 27 September 2021. Published: 30 September 2021

Abstrak. Salah satu model pembelajaran aktif dalam pelajaran fisika yang sesuai dengan
tuntutan K13 adalah Project based Learning. Model PjBL dapat diintegrasikan dalam suatu
bahan ajar. Jenis penelitian ini adalah meta analisis yang mengukur pengaruh model PjBL
dalam variasi bahan ajar fisika terhadap hasil belajar siswa SMA/SMK. Tujuan penelitian yaitu
untuk melihat seberapa besar pengaruh bahan ajar PjBL yang dikategorikan berdasarkan jenis
bahan ajar, SMA atau SMK, jenjang kelas dan aspek hasil belajar. Data diperoleh dari 12
artikel terkait topik penelitian. Analisis besar pengaruh PjBL dalam variasi bahan ajar diukur
berdasarkan effect size. Hasil penelitian menunjukan bahwa model PjBL paling efektif
diintegrasikan dalam bahan ajar E-LKS di SMK pada jenjang kelas XI. Model PjBL dalam
variasi bahan ajar efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa meliputi aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Kata kunci: Project based Learning, Bahan Ajar, Fisika

Abstract. One of the active learning models in physics lessons that is in accordance with the
demands of K13 is Project based Learning. The PjBL model can be integrated into a teaching
material. This type of research is a meta-analysis that measures the effect of the PjBL model in
the variation of physics teaching materials on the learning outcomes of high school/vocational
high school students. The purpose of the research is to see how much influence PjBL teaching
materials have which are categorized based on the type of teaching materials, SMA or SMK,
grade level and aspects of learning outcomes. Data were obtained from 12 articles related to the
research topic. The analysis of the magnitude of the influence of PjBL in the variation of
teaching materials is measured based on the effect size. The results showed that the PjBL
model was most effectively integrated into E-LKS teaching materials in SMK at the XI grade
level. The PjBL model in a variety of teaching materials is effective for improving student
learning outcomes covering aspects of knowledge, skills and attitudes.
Keywords: Project based Learning, Teaching Materials, Physics

1. Pendahuluan
Pendidikan di Indonesia harus dapat berperan serta positif dalam era globalisasi. Maka perlu
dipersiapkan sedini mungkin untuk menyongsong era tersebut [1]. Kehidupan di abad 21 menuntut
berbagai keterampilan yang harus dikuasai seseorang. Pendidikan harus mampu mempersiapkan
peserta didik untuk menguasai berbagai keterampilan tersebut agar menjadi sukses individu dalam
kehidupan [2].
Pembelajaran di abad 21 membutuhkan integrasi pembelajaran dengan proses kehidupan sehari-
hari [3]. Belajar di abad 21 harusnya konteks, terkait dengan kehidupan komunitas, berpusat pada
siswa dan kolaboratif [4]. Lulusan pendidikan harus memiliki kompetensi yang baik untuk bersaing di
160 JP2F, Volume 12 Nomor 2 September 2021

abad 21 [5]. Sehubungan dengan hal tersebut pemerintah senantiasa melakukan upaya peningkatan
kualitas siswa. Komponen yang sangat menentukan keberhasilan siswa adalah kegiatan pembelajaran.
Kegiatan belajar dapat dilakukan dengan baik, benar, tepat, dan berhasil optimal jika guru memiliki
strategi atau model pembelajaran yang dapat membantu siswa mengoptimalkan kegiatan belajarnya.
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 (pasal 1) pembelajaran adalah proses interaksi
antar siswa, antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar [6]. Kegiatan
ini merupakan kegiatan pokok dan paling strategis dalam mengantar siswa mencapai kompetensi yang
dicita-citakan oleh kurikulum. Kurikulum 2013 saat ini menuntut siswa berperan aktif dalam proses
pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran aktif adalah Project based Learning. Dalam kurikulum 2013 istilah
model dan pendekatan mengisyaratkan perbedaan arti [7]. Model pembelajaran berbasis proyek
memberikan beberapa keuntungan yang akan meningkatkan pemahaman siswa, diantaranya pertama
siswa memiliki kesempatan untuk menjadi "ahli" dengan melakukan penelitian mereka, 2) proyek
dapat membiasakan siswa untuk melakukan penyelidikan lebih dalam. Project based Learning (PjBL)
dipandang sebagai filosofi pembelajaran yang memberikan kebebasan untuk guru untuk
menerapkannya [8]. Proyek langkah-langkah dasar untuk mempersiapkan dan merealisasikan
pekerjaan yaitu a) pekerjaan persiapan, b) membaca latar belakang, c) pencarian literatur, d) realisasi,
e) laporan, f) presentasi, g) diskusi, h) kesimpulan [9].
Fisika merupakan ilmu pengetahuan alam yang mempelajari unsur-unsur dasar pembentuk alam
semesta, gaya-gaya yang bekerja didalamnya, dan akibat-akibatnya. Fisika merupakan ilmu dengan
karakteristik khusus, antara lain berkembang dari hasil penyelidikan atau penelitian. [10]. Model PjBL
cocok untuk pembelajaran fisika. Melalui PjBL, siswa harus menyadari bahwa masalah dunia nyata
lebih dari sekedar menyelesaikan latihan dengan set persamaan yang tepat. Karena itu, tidak sulit
untuk melihat mengapa PjBL tampak sebagai pilihan intuitif di berbagai jenis tujuan pembelajaran
interdisipliner [11].
Untuk menerapkan model PjBL pada mata pelajaran fisika SMA/SMK diperlukan suatu bahan ajar.
Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak,
sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar [12]. Tersedianya
bahan ajar yang berkualitas dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan tentunya akan
berdampak pada hasil belajar siswa.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dirasa perlu dilakukan sebuah penelitian meta analisis.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah pengaruh model PjBL dalam suatu bahan ajar fisika
terhadap hasil belajar siswa di SMA/SMK. Penelitian meta analisis merupakan solusi yang tepat
dikarenakan beberapa alasan. Pertama, melihat kekonsistenan dari hasil penelitian. Kedua, melihat
penelitian yang cakupannya lebih luas. Ketiga, melihat kesimpulan penelitian yang lebih luas.
Adapun tujuan penelitian pada penelitian ini yaitu, pertama untuk melihat seberapa besar pengaruh
model PjBL dalam suatu bahan ajar terhadap hasil belajar fisika SMA/SMK berdasarkan jenis bahan
ajar. Kedua untuk melihat seberapa besar pengaruh model PjBL dalam suatu bahan ajar terhadap hasil
belajar fisika di SMA dan SMK. Ketiga untuk melihat seberapa besar pengaruh model PjBL dalam
suatu bahan ajar terhadap hasil belajar fisika di SMA/SMK berdasarkan jenjang kelas. Keempat untuk
melihat seberapa besar pengaruh model PjBL dalam suatu bahan ajar terhadap hasil belajar fisika di
SMA/SMK berdasarkan aspek hasil belajar.

2. Metode
Penelitian ini adalah sebuah penelitian meta analisis. Analisis data yang digunakan adalah statistik
deskriptif dengan effect size sebagai landasan utama penelitian meta analisis. Kegunaan effect size
(ES) yaitu untuk melihat pengaruh hubungan antar variabel dan sebagai rangkuman statistik pada meta
analisis.
Langkah pertama, menetapkan rumusan masalah. Kedua, peneliti mengumpulkan dan memilih
jurnal yang relevan dengan topik yang akan diteliti. Topik yang diteliti disesuaikan dengan rumusan
masalah penelitian ini. Kriteria pemilihan jurnal yaitu a) merupakan penelitian mengenai model PjBL,
b) merupakan suatu bahan ajar cetak maupun non cetak, c) diimplementasikan pada pembelajaran
Meta Analisis Pengaruh Model Project Based Learning.... 161

Fisika SMA/SMK. Ketiga, dihitung besar effect size dari setiap jurnal yang relevan. Perhitungan
diperoleh dari rumus yang sesuai dengan data yang diberikan jurnal. Keempat, effect size-nya dirata-
ratakan dan dikategorikan sesuai dengan variabel moderator yang ingin dilihat ukuran pengaruhnya.
Kelima, membuat kesimpulan secara sederhana dan menyeluruh [13].
Adapun cara memperoleh nilai ES yaitu [14]:

1) Rata-rata pada satu kelompok

2) Rata-rata pada masing-masing kelompok (two groups posttest only)

3) Rata-rata pada masing-masing kelompok (two groups pre-post tests)

4) t-hitung

Ukuran efek dikategorikan pada tingkatan menurut Cohen’s sebagaimana pada Tabel 1 [15]:
Tabel 1. Kategori effect size.
Effect Size Kategori
0 ES 0,2 Rendah
0,2 ES 0,8 Sedang
ES 0,8 Tinggi

3. Hasil dan Pembahasan


Berikut daftar 12 jurnal nasional dan internasional pengaruh model PjBL dalam variasi bahan ajar
fisika SMA/SMK sebagaimana ditunjukan pada Tabel 2:
Tabel 2. Daftar kode jurnal dan effect size-nya.
Kode Artikel Effect Size
J1 [16] 0,5
J2 [17] 0,6
J3 [18] 0,69
J4 [19] 0,9
J5 [20] 3,4
J6 [21] 1,6
J7 [22] 1,4
J8 [23] 0,3
J9 [24] 1,18
J10 [25] 1,07
J11 [26] 1,97
J12 [27] 2

A. Pengaruh model PjBL dalam variasi bahan ajar di SMA/SMK berdasarkan jenis bahan ajar
162 JP2F, Volume 12 Nomor 2 September 2021

Hasil pertama dalam penelitian ini terkait pengaruh model PjBL dalam variasi bahan ajar fisika
SMA/SMK ditinjau dari jenis bahan ajar. Perhitungan effect size yang diperoleh disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 3. Effect size model PjBL dalam variasi bahan ajar Fisika SMA/SMK
berdasarkan jenis bahan ajar.
Jenis Bahan Ajar Kode Artikel Effect Size Rata-rata Effect Size Kategori
J1 0,5
J3 0,69
J4 0,9
J6 1,6
LKS 1,14 Tinggi
J8 0,3
J9 1,18
J11 1,97
J12 2
E-LKS J5 3,4 3,4 Tinggi
E-Module J2 0,6 0,6 Sedang
Modul J10 1,07 1,07 Tinggi
Buku J7 1,4 1,4 Tinggi

B. Pengaruh model PjBL dalam variasi bahan ajar di SMK dan di SMA
Hasil kedua dalam penelitian ini terkait pengaruh model PjBL dalam variasi bahan ajar fisika di
SMA atau SMK. Perhitungan effect size yang diperoleh disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Effect size model PjBL dalam variasi bahan ajar Fisika di SMA atau SMK
SMA/SMK Kode Artikel Effect Size Rata-rata Effect Size Kategori
J1 0,5
J3 0,69
J4 0,9
J5 3,4
SMA J6 1,6 1,29 Tinggi
J8 0,3
J9 1,18
J10 1,07
J12 2
J2 0,6
SMK J7 1,4 1,32 Tinggi
J11 1,97

C. Pengaruh model PjBL dalam variasi bahan ajar di SMA/SMK berdasarkan jenjang kelas
Hasil ketiga dalam penelitian ini terkait pengaruh model PjBL dalam variasi bahan ajar fisika
SMA/SMK ditinjau dari jenjang pendidikan. Perhitungan effect size yang diperoleh disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5. Effect size model PjBL dalam variasi bahan ajar Fisika SMA/SMK
berdasarkan jenjang pendidikan.
Kelas Kode Artikel Effect Size Rata-rata Effect Size Kategori
J3 0,69
J4 0,9
J6 1,6
X J7 1,4 1,26 Tinggi
J9 1,18
J10 1,07
J12 2
J1 0,5
XI 1,35 Tinggi
J2 0,6
Meta Analisis Pengaruh Model Project Based Learning.... 163

J5 3,4
J8 0,3
J11 1,97

D. Pengaruh model PjBL dalam variasi bahan ajar di SMA/SMK terhadap hasil belajar
Hasil keempat dalam penelitian ini terkait pengaruh model PjBL dalam variasi bahan ajar fisika
SMA/SMK ditinjau dari aspek hasil belajar. Perhitungan effect size yang diperoleh disajikan pada
Tabel 6.
Tabel 6. Effect size model PjBL dalam variasi bahan ajar Fisika SMA/SMK
berdasarkan aspek hasil belajar.
Hasil Belajar Kode Artikel Effect Size Rata-rata Effect Size Kategori
J1 0,5
J2 0,6
J3 0,69
J5 3,4
Pengetahuan J6 1,6 1,34 Tinggi
J8 0,3
J10 1,07
J11 1,97
J12 2
J4 0,9
Keterampilan 1,15 Tinggi
J7 1,4
Sikap J9 1,18 1,18 Tinggi

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh model PjBL dalam suatu bahan ajar fisika
SMA/SMK dengan meninjau dan menganalisis dari beberapa variabel moderator, yaitu jenis bahan
ajar, SMA atau SMK, jenjang kelas dan aspek hasil belajar. Ada 12 jurnal yang telah diperoleh dan
sesuai dengan kriteria penelitian serta memungkinkan untuk dihitung effect size. Sumber pengumpulan
data diantaranya Journal of Physics, Google Scholar dan lain-lain. Hasil perhitungan effect size ke-12
jurnal dapat dilihat pada Tabel 1. Selanjutnya jurnal-jurnal tersebut dikategorikan kedalam variabel
moderator.
Hasil pertama yaitu mengenai pengaruh model PjBL dalam suatu bahan ajar berdasarkan jenis
bahan ajar. Dari jurnal yang dianalisis dan dihitung effect size-nya, terdapat lima kategori jenis bahan
ajar yaitu LKS, E-LKS, Modul, E-Modul, dan Buku. Effect size bahan ajar E-Modul dikategorikan
sedang. Artinya bahan ajar ini memiliki cukup pengaruh untuk meningkatkan hasil belajar fisika di
SMA/SMK. Sedangkan effect size untuk bahan ajar LKS, E-LKS, Modul dan Buku dikategorikan
tinggi. Artinya, keempat bahan ajar ini efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar fisika di
SMA/SMK. Bahan ajar E-LKS adalah bahan ajar yang memiliki effect size tertinggi. Hal ini sesuai
dengan penelitian oleh Nuruddin & Charis [28] menyatakan bahwa E-LKS yang dirancang bersifat
melengkapi sistem pembelajaran siswa di kelas yang sudah berjalan saat ini, namun memberikan nilai
tambah dan keuntungan bagi siswa dan guru. E-LKS memberi kemudahan akses, efisiensi prasarana
fisik, konsistensi bahan ajar dan dengan cepat diperbarui, mendukung keanekaragaman dan volume
siswa yang besar, pengurangan biaya dan waktu, fleksibilitas serta menciptakan lingkungan
pembelajaran yang bebas serta bertanggungjawab.
Selanjutnya hasil kedua yaitu pengaruh model PjBL dalam suatu bahan ajar yang dikategorikan
kedalam SMA atau SMK. Terdapat sembilan artikel di SMA dan 3 artikel di SMK. Effect size tertinggi
ada di SMK. Artinya, meskipun penggunaan model PjBL yang diintegrasikan dalam suatu bahan ajar
lebih sering di SMA, tetapi penggunaannya akan lebih berpengaruh apabila diterapkan di SMK.
Purnawan dalam Rais [29] mengungkapkan bahwa pendidikan di bidang keteknikan, selain
memberikan teori-teori yang cukup, juga perlu memberikan contoh-contoh pemecahan proyek-proyek
nyata dengan memanfaatkan strategi belajar yang mendukung pendidikan bidang keteknikan.
Pendapat ini mendukung temuan peneliti bahwa model PjBL dalam suatu bahan ajar lebih
berpengaruh pada siswa SMK. Implementasi konstruktivistis dapat memberikan kesempatan belajar
164 JP2F, Volume 12 Nomor 2 September 2021

dan terciptanya kondisi peran aktif siswa dalam belajar. PjBL didasarkan pada konstruktivisme. Siswa
dalam pembelajaran berbasis proyek terlibat langsung di lingkungan kehidupan nyata dalam
memecahkan masalah, sehingga pengetahuan yang diperoleh lebih permanen.
Kemudian hasil ketiga yaitu pengaruh model PjBL dalam suatu bahan ajar berdasarkan jenjang
kelas. Hasil temuan menunjukan bahwa penggunaan model PjBL dalam suatu bahan ajar memiliki
pengaruh yang tinggi. Effect size tertinggi ada pada jenjang kelas XI. Pembelajaran Fisika yang sesuai
dengan kurikulum 2013 adalah pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah dan diharapkan mampu
mendorong dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuannya secara utuh.
Kegiatan pembelajaran bukan hanya sekedarnya penguasaan kumpulan fakta, konsep, dan prinsip
melainkan juga aktivitas peserta didik secara langsung dalam membangun pengetahuan tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Grant & Tamim [30] menyimpulkan bahwa PjBL dapat mendukung,
memfasilitasi, dan meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran, dan sekaligus juga dapat
memperkaya kreativitas belajar siswa. Keuntungan - keuntungan pembelajaran berbasis proyek yaitu
dapat 1) menciptakan suasana belajar yang bervariasi, 2) menghindarkan dari atmosfer kebosanan
yang biasa di dapat di sekolah, dan 3) membuat lingkungan belajar lebih menarik, menyenangkan,
menggairahkan, dan membanggakan bagi siswa [31]. Berdasarkan alasan tersebut maka pembelajaran
berbasis proyek perlu untuk diterapkan dalam proses pembelajaran fisika.
Hasil keempat yaitu pengaruh model PjBL dalam suatu bahan ajar terhadap hasil belajar fisika di
SMA/SMK. Rata-rata effect size dari 12 jurnal yang dianalisis dapat dikategorikan tinggi untuk semua
aspek hasil belajar meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hal ini menunjukan bahwa model
PjBL yang diintegrasikan dalam suatu bahan ajar efektif meningkatkan hasil belajar fisika di
SMA/SMK. Keunggulan penerapan model project based learning yaitu: 1) meningkatkan motivasi
belajar peserta didik untuk belajar mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan
penting, dan mereka perlu dihargai; 2) meningkatkan kemampuan pemecahan masalah; 3) membuat
peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks; 4)
meningkatkan kolaborasi: 5) mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi; 6) meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber; 7)
memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek
dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas;
8) menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang
berkembang sesuai dunia nyata; 9) melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi
dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata; 10)
membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati
proses pembelajaran [32].
Siswa membutuhkan bahan ajar yang lebih menarik dan dapat memudahkan siswa untuk belajar
dan menyerap semua informasi yang terkandung dalam bahan ajar sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang efektif dan inovatif [33]. Model PjBL memiliki banyak keunggulan seperti yang
dijelaskan sebelumnya. Maka dari itu model PjBL sangat cocok diintegrasikan kedalam bahan ajar
fisika SMA/SMK, sesuai dengan temuan penelitian yang menunjukan bahwa model PjBL dalam suatu
bahan ajar fisika efektif untuk ketiga aspek hasil belajar. Akan tetapi perlu untuk memperhatikan jenis
bahan ajar, implementasi di SMA atau SMK serta jenjang kelas.

4. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa data terkait dengan tujuan penelitian. Pertama, model
PjBL paling efektif diintegrasikan ke dalam bahan ajar E-LKS. Kedua, model PjBL dalam suatu bahan
ajar paling efektif diterapkan di SMK dari pada di SMA. Ketiga, model PjBL dalam suatu bahan ajar
paling efektif diterapkan pada siswa kelas XI. Keempat, model PjBL dalam suatu bahan ajar efektif
meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada aspek pengetahuan.
Penelitian ini dapat menjawab seputar kesenjangan hasil dari berbagai hasil studi sejenis. Penelitian
ini diharapkan dapat menjadi pertimbangkan pemilihan bahan ajar fisika berbasis PjBL, baik dari segi
jenis bahan ajar, SMA/SMK dan jenjang kelas berdasarkan temuan penelitian. Disarankan untuk
penelitian meta analisis selanjutnya agar dilakukan dengan mengumpulkan hasil penelitian yang lebih
besar.
Meta Analisis Pengaruh Model Project Based Learning.... 165

Daftar Pustaka
[1] Nurkholis 2013 Jurnal Kependidikan 1 1 p 22-244
[2] Mufit F Asrizal Hanum S A dan Fadhilah A 2020 International Conference on Research and
Learning of Physics (Padang: IOP Publishing) p 1-12
[3] Sagala R, Umam R, dan Thahir A 2019 European Journal Of Educational Research 8 3 p 753-761
[4] Asrizal, Amran, Ananda, Festiyed, and Sumarmin 2018 Jurnal Pendidikan IPA Indonesia 7 4 p
442-450
[5] Asrizal, Amran, Ananda dan Festiyed 2018 IOP Conference Series: Materials Science and
Engineering (Padang: IOP Publishing) p 1-8
[6] Pemerintah Republik Indonesia 2013 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta
[7] Mufit F, Asrizal dan Puspitasari R 2020 Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Fisika
6 2 p 267-278
[8] Ardiyono T, Akhyar M dan Efendi A 2019 Proceedings of the 1st Seminar and Workshop on
Research Design, for Education, Social Science, Arts, and Humanities (Surakarta: Seword
Fressh) p 1-5
[9] Holubova R 2008 US-China Education Review 12 5 p 27-36
[10] Desnita dan Susanti D 2017 Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika 3 1 p 35-42
[11] Miles MacLeod dan Jan T van der Veen (2020) European Journal of Engineering Education
45 3 p 363-377
[12] Prastowo A 2019 Pengembangan Bahan Ajar Tematik (Jakarta: Kencana)
[13] Izzah N, Asrizal dan Festiyed 2021 Jurnal Pendidikan Fisika FKIP UM Metro 9 1 p 114-132
[14] Becker K dan Park K 2011 Journal of STEM Education 12 5&6 p 23-37.
[15] Cohen J 1988 Statistical Power Analysis for The Behavior Science (2nd ed.) (Hillsdale, NJ:
Lawrance Earlbaum Associations)
[16] Kartika S dkk 2018 Journal of Physics: Conference Series (Bandung: IOP Publishing) p 1-7
[17] Laili I, Ganefri dan Usmeldi 2019 Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 3 3 p 306-315
[18] Wulansari R dkk 2018 Journal of Physics: Conference Series (Bandung: IOP Publishing) p 1-8
[19] Made I A, Ita E R dan Raihanati 2019 AIP Conference Proceedings (Jakarta: AIP Publishing) p
1-6
[20] Pandu L, Zulkarnaen dan Subagiyo L 2017 International Conference on Education and
Technology (East Kalimantan: Atlantis Press) p 198-202
[21] Wayan I S, Ketut N R dan Wayan I W 2020 International Journal of Instruction 13 1 p 489-508
[22] Made N S, Wayan I S, and Made N P 2018 Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran IPA Indonesia
8 2 p 81-89
[23] Khasanah, Sarwi dan Masturi 2015 Unnes Physics Education Journal 4 2 p 83-89
[24] Sari W, Murtiani dan Gusnedi 2015 Pillar of Physics Education 5 p 121-128
[25] Juan J R 2016 International Journal of Education and Research 4 9 p 29-40
[26] Usmeldi 2018 5th UPI International Conference on Technical and Vocational Education and
Training (Padang: Atlantis Press) p 14-17
[27] Monika Y, Mayub A dan Purwanto A 2018 Jurnal Kumparan Fisika 1 2 p 25-30
[28] Nuruddin A S dan Charis M 2014 Jurnal Teknik UNISFAT 10 1 p 25-35
[29] Rais M 2010 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran 43 3 p 246-252
[30] Grant M M dan Tamim S R 2013 Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning 7 2 p 72-
101
[31] Yalcin S A, Turgut U dan Buyukkasap E 2009 International Online Journal of Education
Science 1 1 p 81-105
[32] Nurfitriyanti M 2016 Jurnal Formatif 6 2 p 149-160
[33] Desnita, Putra A, Hamida S, Marsa P B dan Novisya D 2021 Jurnal Penelitian Pendidikan IPA 7
1 p 92-101
JURNAL KEPENDIDIKAN P-ISSN: 2580-5525│E-ISSN: 2580-5533
Volume 5, Nomor 2, 2021, Halaman 178-193 https://journal.uny.ac.id/index.php/jk/

PENGEMBANGAN MATERI AJAR FISIKA BERMUATAN


AUTHENTIC LEARNING PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR

Mustika Wati, Muhammad Hafiz Ridho, Misbah, dan Fauzia Dwi Sasmita
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Indonesia
email: mustika_pfis@ulm.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan
materi ajar fisika bermuatan authentic learning pada pokok bahasan gerak melingkar. Jenis
Penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan (R&D) dengan model ASSURE.
Desain uji coba pada penelitian ini berupa one-group pretest-posttest design. Subjek uji
coba pada penelitian ini ialah 27 orang peserta didik kelas X program matematika dan
ilmu pengetahuan alam di salah satu SMA Negeri di Banjarmasin. Teknik pengumpulan
data diperoleh melalui instrumen tes dan instrument non-tes. Instrumen tes berupa tes hasil
belajar pretest dan posttest peserta didik level C1 hingga C5. Sementara instrumen non-tes
berupa lembar validitas materi ajar dan angket respons peserta didik. Analisis data dilakukan
dengan menganalisis rata-rata skor validitas dari para ahli untuk mengukur validitas, rata
skor angket respons peserta didik untuk mengukur kepraktisan, dan uji n-gain dari hasil
belajar pretest-posttest untuk mengukur efektivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
materi ajar fisika bermuatan authentic learning pada pokok bahasan gerak melingkar layak
digunakan dalam proses pembelajaran.
Kata kunci: materi ajar, authentic learning, gerak melingkar

THE DEVELOPMENT OF PHYSICS TEACHING MATERIALS CONTAINED


AUTHENTIC LEARNING ON CIRCULAR MOTION SUBJECT

Abstract
This study aimed to describe the validity, practicality, and effectiveness of physics teaching
materials containing authentic learning on the subject of circular motion. The type of research
used is development research (R&D) with the ASSURE model. The trial design in this study
was a one-group pretest-posttest design. The test subjects in this study were 27 students
of class X Mathematics and natural science program at one of the public high schools in
Banjarmasin. Data collection techniques were obtained through test and non-test instruments.
The test instrument is in the form of pretest and posttest levels C1 to C5. Meanwhile, non-test
instruments were in the form of validity sheets of teaching materials and student response
questionnaires. The data analysis was carried out by analyzing the average validity score of
the experts to measure validity, the average student response questionnaire score to measure
practicality, and the n-gain test of pretest-posttest learning outcomes to measure effectiveness.
The results showed that the physics teaching material with authentic learning content on the
circular motion was feasible to be used in the learning process.
Keywords: learning material, authentic learning, circular motion

178
Wati, M. dkk.: Pengembangan Materi Ajar Fisika ...

PENDAHULUAN masih sulit dipahami oleh peserta didik


Salah satu kualitas sarana dan prasarana dikarenakan beragam kendala. Kendala
dalam pembelajaran fisika didukung tersebut meliputi gaya bahasa yang rumit
oleh ketersediaan materi ajar. Mengingat serta penggunakan kosakata yang terdengar
bahwa materi ajar sangat mempengaruhi asing sehingga sulit untuk dipahami peserta
proses dalam membangun dan mendukung didik, fenomena maupun permasalahan
kegiatan pembelajaran yang efektif dan yang jarang disajikan bahkan tidak pernah
efisien (Behnke, 2018; Nurhidayanto, 2015). dilihat dan dialami secara langsung oleh
Mana dkk. (2020, p. 155) mengemukakan peserta didik, serta visual gambar yang
bahwa penggunaan materi ajar dalam tidak jelas dan cenderung asing bagi peserta
proses pembelajaran harusnya menjadi didik. Selain kendala-kendala tersebut,
perhatian penting bagi guru pengajar. Selain materi ajar yang tidak mengangkat budaya
dapat membantu guru untuk menyajikan setempat juga menyebabkan pembelajaran
materi dan mentransfer ilmu pengetahuan fisika tidak dapat dimaknai sesuai nilai
selama proses pembelajaran, materi ajar sosial-budaya masyarakatnya (Satriawan
juga berperan penting dalam memudahkan & Rosmiati, 2016, p. 1213). Di sisi lain,
peserta didik untuk belajar mandiri dan pembelajaran fisika harus menyeimbangkan
berdiskusi kelompok. Peserta didik dapat tiga komponen yang dua di antaranya
menggunakan materi ajar tersebut terlebih meliputi pengetahuan dan nilai-nilai kearifan
dahulu sebelum diajarkan di kelas. Hal budaya masyarakat setempat. Penanaman
ini dimaksudkan agar peserta didik dapat nilai kearifan lokal bagi peserta didik adalah
mengetahui kompetensi dan tujuan yang bagian penting dari proses pembelajaran
harus dicapai dari pembelajaran tersebut fisika karena pada dasarnya pembelajaran
(Novianto & Mustadi, 2015, pp. 6-7). fisika akan bermakna bagi peserta didik
Dengan demikian, peserta didik dapat maupun lingkungan masyarakat sekitar
menentukan cara dan strategi belajar apabila peserta didik dapat mengerti dan
yang tepat menurut dirinya (Satriawan & memahamani kekayaan budaya dan kearifan
Rosmiati, 2016, pp. 1212-1213). lokal daerahnya (Suastra, 2010, pp. 8-9).
Terkait dengan distribusi dan substansi Hal ini didukung oleh Morales (2014, p. 1)
materi ajar di sekolah, ternyata masih terdapat bahwa penggunaan budaya pada kehidupan
beberapa kendala yang menyebabkan peserta didik dapat mendukung peserta
peserta didik sulit memperoleh bahan ajar. didik untuk memperoleh pemahaman dan
Peraturan mengenai larangan menjual capaian konsep yang lebih baik.
buku teks di lingungan sekolah membuat Yunus (2014) menjelaskan bahwa nilai-
peserta didik sulit memperoleh buku teks nilai karakter yang hidup dan berkembang
yang berperan sebagai sumber belajar. secara turun temurun dan melekat menjadi
Selain itu, buku teks yang digunakan budaya masyarakat harus terus bertahan
oleh peserta didik juga terbatas, karena dan senantiasa dilestarikan terutama dalam
pihak perpustakaan sekolah tidak bisa menghadapi kemajuan teknologi dan arus
menyediakan satu buku teks sebagai globalisasi. Hal tersebut bertujuan untuk
sumber belajar untuk satu orang peserta menjaga kekayaan budaya dan identitas jati
didik sehingga peserta didik harus saling diri masyarakat agar tidak hilang seiring
berbagi atau saling meminjam buku teks. dengan perkembangan zaman. Hal tersebut
Selain itu, materi ajar yang digunakan dalam juga sejalan dengan reformasi pendidikan
proses pembelajaran sejauh ini nyatanya fisika yang bertujuan untuk meningkatkan

179
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 5, Nomor 2, 2021, Halaman 178-193

tanggung jawab sosial peserta didik terkait memperkenalkan alat budaya dari mata
dengan kontribusinya bagi masyarakat. pelajaran yang diajarkan dan membantu
Dengan demikian, pengembangan materi peserta didik agar peserta didik mampu
ajar dengan mengintegrasikan kearifan menginternalisasinya.
lokal budaya setempat merupakan hal Penelitian mengenai pengembangan
penting sebagai upaya meningkatkan materi ajar fisika terkait lingkungan atau
kualitas pembelajaran. Aydin dan Aytekin kearifan lokal telah banyak dilakukan,
(2018, p. 29) menyatakan pentingnya seperti kearifan lokal Kalimantan Tengah
pengembangan materi ajar sebagai sumber pada materi impuls dan momentum
belajar yang beguna, tidak hanya bagi (Makhmudah dkk., 2019, p.181) kearifan
diri peserta didik namun juga dengan lokal Beduk pada materi getaran, gelombang,
lingkungan sekitar peserta didik sehingga dan bunyi (Almuharomah dkk., 2019, p. 1),
interaksi antarkeduanya mampu membantu serta kearifan lokal Kalimantan Selatan
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pada materi suhu dan kalor (Oktaviana dkk.,
yang diharapkan. 2017; Wati dkk., 2017). Akan tetapi, sejauh
Upaya meningkatkan kualitas pem- ini belum ada pengembangan materi ajar
belajaran fisika melalui pengembangan terkait kearifan lokal Kalimantan Selatan
materi ajar dapat dilakukan dengan pada pokok bahasan gerak melingkar.
mengintegrasikan muatan authentic Padahal Kalimantan Selatan memiliki
learning. Authentic learning merupakan beragam kearifan lokal yang dapat dijadikan
pembelajaran yang berfokus pada keadaan sumber belajar fisika untuk pokok bahasan
nyata, yang dapat dijumpai di lingkungan gerak melingkar, salah satunya ialah
sekitar peserta didik (Lombardi & Oblinger, Sinoman Hadrah.
2007, pp. 2-3 ). Astuti dan Baysha (2018, Sinoman Hadrah adalah kesenian
p. 233) mengemukakan bahwa authentic yang ditampilkan saat menyambut tamu
learning didesain untuk menghubungkan kehormatan, acara hari besar nasional,
yang dipelajari peserta didik di sekolah upac ara per es m ia n, s er ta upa car a
dengan isu, permasalahan dan aplikasi perkawinan. Keunikan Sinoman Hadrah
di dunia nyata. Hal tersebut memberi terletak pada payung besar yang diputar
kesempatan bagi peserta didik untuk di atas kepala orang yang diiringi sambil
mempelajari sekaligus mempraktikkan dilantunkan syair-syair pujian kepada
pengetahuan dan keterampilan dalam Rasulullah (Khair, 2003, pp. 46-48).
memecahkan masalah dan menemukan Payung yang diputar dengan kecepatan
solusi penyelesaian (Wornyo et al., 2018, sudut tertentu oleh pemain Sinoman
p. 58-59). Teori Sosiokultural Vygotsky Hadrah merupakan salah satu fenomena
mengenai pembentukan kognitif peserta yang dapat dijadikan sumber belajar fisika
didik juga menyatakan bahwa sosial-budaya pada materi gerak melingkar. Adanya kaitan
sekitar atau disebut juga kearifan lokal, dapat antara materi gerak melingkar dengan
berperan sebagai sumber belajar peserta kesenian Sinoman Hadrah yang sangat
didik (Fitriah, 2019, p. 83). Vygotsky dalam dekat dengan masyarakat Kalimantan
Taber (2020, pp. 280-281) juga menyatakan Selatan merupakan bentuk authentic
bahwa tools (sarana) berupa benda nyata learning sekaligus kearifan lokal daerah
dan simbol-simbol juga berperan penting Kalimantan Selatan.
dalam proses perkembangan individu. Berdasarkan uraian tersebut, dilakukan
Dalam ranah pembelajaran, guru bertugas pengembangan materi ajar bermuatan

180
Wati, M. dkk.: Pengembangan Materi Ajar Fisika ...

authentic learning pada pokok bahasan


gerak melingkar. Adapun tujuan penulisan Gambar 1
ini ialah mendeskripsikan kepraktisan dan Desain Uji Coba
efektivitas materi ajar fisika bermuatan
authentic learning pada pokok bahasan
gerak melingkar.

METODE Keterangan:
Jenis penelitian yang digunakan ialah O 1 hasil tes belajar sebelum meng-
penelitian dan pengembangan (R&D). : gunakan materi ajar bermuatan
Model yang digunakan dalam penelitian authentic learning (pretest)
ini ialah model ASSURE yang terdiri dari O 2 hasil tes belajar setelah meng-
analyze learner characteristics; state : gunakan materi ajar bermuatan
performance objectives; select methods, authentic learning (posttest)
media, and materials; utilize materials; X : pembelajaran menggunakan
requires learner participation; evaluation materi ajar bermuatan authentic
and revision (Pribadi, 2011, p. 29). Desain learning
uji coba pada penelitian ini adalah one-
group pretest-posttest design sebagaimana
ditunjukkan Gambar 1. Adapun detail SMA Negeri di Banjarmasin. Subjek uji
langkah penelitian disajikan pada Tabel 1. coba pada penelitian ini adalah 27 orang
Penelitian ini dilaksanakan pada peserta didik kelas X program IPA. Subjek
bulan November tahun 2019 di salah satu penelitian ini adalah materi ajar gerak

Tabel 1
Detail Tahap Pengembangan Materi Ajar dengan Model ASSURE
Langkah Pengembangan Aktivitas
Analyze learner Menganalisis permasalahan proses pembelajaran fisika, dan
characteristics karakteristik peserta didik
State performance Menganalisis konsep gerak melingkar yang meliputi definisi,
objectives variabel, hubungan antara variabel, dan aplikasi gerak
melingkar yang berkaitan dengan muatan authentic learning
Select methods, media, Menyusun sub-sub materi ajar dan membuat materi ajar
and materials gerak melingkar bermuatan authentic learning
Utilize materials Memproleh pendapat pakar, masukan dan saran dari
kegiatan simulasi untuk kemudian melakukan uji coba
lapangan
Requires learner Memunculkan partisipasi peserta didik melalui kegiatan
participation tanya-jawab mengenai materi gerak melingkar yang terdapat
pada materi ajar yang dikembangkan
Menilai kepraktisan materi ajar melalui hasil angket respons
peserta didik dan efektivitas materi ajar melalui uji N-gain
Evaluation and revision
hasil pretest dan posttest serta melakukan revisi apabila
diperlukan

181
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 5, Nomor 2, 2021, Halaman 178-193

melingkar bermuatan authentic learning. Keterangan


Adapun subjek uji coba pada penelitian X : Skor yang diperoleh
ini adalah peserta didik kelas X di salah
Xmaks : Skor maksimum
satu SMA Negeri di Banjarmasin. Teknik
pengumpulan data dilakukan melalui
kuesioner dan tes. Instrumen yang digunakan
(2)
meliputi lembar validitas dan lembar angket
respons peserta didik yang disusun dengan
skala Likert serta lembar tes hasil belajar
posttest dan pretest. Analisis data dilakukan Keterangan
dengan menghitung rata-rata skor validitas <g> : The Average Normalized Gain
dan skor angket respons peserta didik ‹Sf › : Rata-Rata skor posttest
sebagaimana ditunjukkan persamaan ‹Si › : Rata-Rata skor pretest
(1) dan dikategorikan berdasarkan Tabel
2. Sementara analisis uji n-gain dari Validitas materi ajar adalah tingkat
hasil belajar pretest-posttest dihitung ketepatan materi ajar dalam mengukur
dengan persamaan (2) dan dikategorikan hasil belajar yang diukur yaitu keterampilan
sebagaimana Tabel 3. pemecahan masalah (Widoyoko, 2016, p. 98).
Pengembangan materi ajar dalam penelitian
ini menggunakan validitas konstruk yang
(1) diperoleh dari dua orang pendapat ahli

Tabel 2
Kriteria Validitas Materi Ajar
No Interval Kategori
1 Sangat Valid
2 Valid
3 Cukup Valid
4 Kurang Valid
5 Sangat Kurang Valid
(Adaptasi Widoyoko, 2016, p. 238)

Tabel 3
Kriteria Kepraktisan Materi Ajar
No Interval Kategori
1 Sangat Praktis
2 Praktis
3 Cukup Praktis
4 Kurang Praktis
5 Tidak Praktis
(Adaptasi Widoyoko, 2016, p. 238)

182
Wati, M. dkk.: Pengembangan Materi Ajar Fisika ...

Tabel 4
Kategori N-gain
No Nilai <g> Kategori
1 (<g>) ≥ 0,7 Tinggi
2 0,7 > (<g>) ≥ 0,3 Sedang
3 (<g>) < 0,3 Rendah
(Hake, 1998, p. 65)

atau pakar. Adapun kepraktisan materi ajar gerak melingkar; besaran gerak melingkar,
adalah tingkat kemenarikan dan kemudahan periode dan frekuensi, perpindahan sudut,
materi ajar ketika digunakan yang ditinjau kecepatan sudut; hubungan besaran sudut
dari respons peserta didik. Materi bermuatan dan besaran linier; perpindahan sudut dan
authentic learning pada pokok bahasan gerak perpindahan linier, kecepatan sudut dan
melingkar dinyatakan praktis jika minimal kecepatan linier, percepatan sentripetal; dan
memiliki kategori praktis (Widoyoko, hubungan roda-roda: sepusat, dihubungkan
2016, p. 101). Sementara efektivitas materi dengan sabuk/rantai, dan bersinggungan
ajar adalah tingkat kesesuaian hasil belajar sebagaimana disajikan pada Tabel 5 Adapun
dengan tujuan pembelajaran yang diperoleh Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
dari hasil belajar pretest dan posttest yang yang ditetapkan ialah mengidentifikasi
dihitung dengan rumus n-gain. Materi karakteristik GMB, menganalisis besaran
bermuatan authentic learning pada pokok fisis GMB, menganalisis hubungan besaran
bahasan gerak melingkar dinyatakan efektif sudut dan besaran linier, dan memutuskan
jika n-gain minimal memiliki kategori tindakan yang tepat terkait pemecahan
sedang (Hake, 1998, p. 65). masalah hubungan roda-roda. Tahapan
selanjutnya select methods, media, and
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN materials atau memilih metode, media,
Model ASSURE yang digunakan dan bahan ajar. Pada tahapan ini peneliti
pada penelitian ini dimulai dari tahap mengangkat fenomena di kehidupan nyata
analyze learner characteristics atau analisis peserta didik untuk dimasukkan ke dalam
karakteristik peserta didik. Adapun dari proses pembelajaran guna mempermudah
hasil analisis diketahui bahwa peserta peserta didik untuk memahami konsep materi
didik masih belum aktif dalam proses GMB. Adapun fenomena tersebut ialah
pembelajaran dan selalu meminta arahan sebagai sumber belajar authentic learning
dari guru. Akibatnya peserta didik belum berupa kebudayaan daerah Kalimantan
terlatih mengembangkan pengetahuan Selatan.
dan keterampilan fisika. Hasil tes awal Tiga tahapan terakhir ialah utilize
menunjukkan bahwa banyak peserta didik materials (menggunakan metode, media,
mampu menjawab soal level C3 dengan dan bahan ajar). Peneliti memperoleh
tepat walaupun tidak mencantumkan tahap penilaian validitas dari pakar terkait
pemecahan masalah secara lengkap. produk yang dikembangkan, melakukan
Pada state performance object uji coba skala kecil (simulasi), melakukan
peneliti menganalisis konsep-konsep gerak uji coba skala besar secara langsung di
melingkar yang akan dimasukkan ke lapangan (ruang kelas); requires learner
dalam pembelajaran, meliputi definsi participation (melibatkan partisipasi

183
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 5, Nomor 2, 2021, Halaman 178-193

peserta didik) dengan melibatkan peserta kesenian Sinoman Hadrah terdiri atas
didik dalam proses diskusi dan tanya jawab Sampul Depan, Kata Pengantar, Daftar
dengan mengacu pada paparan materi Isi, Peta Konsep, Petunjuk Penggunaan
yang disajikan dalam produk yang telah Materi Ajar, Indikator Pembelajaran, Kata
dikembangkan, serta melaksanakan pretest Kunci, Uraian Materi, Pojok Mengingat,
dan posttest; dan evaluation and revision Contoh Soal, Soal Latihan Terbimbing,
dengan melakukan evaluasi dan perbaikian Soal Latihan Lanjutan, Rangkuman, Uji
pada materi ajar berdasarkan penilian dan Kompetensi, Daftar Pustaka, dan Kunci
saran atau komentar dari pakar; melakukan Jawaban. Gambar 2 menyajikan sampul
evaluasi berdasarkan hasil angket respons depan dari materi ajar gerak melingkar
peserta didik dan hasil pretest dan posttest, bermuatan authentic learning.
serta melakukan revisi apabila diperlukan. Tabel 5 menunjukkan integrasi muatan
Materi ajar yang dikembangkan authentic learning pada materi ajar yang
berisi dua subbahasan utama, yakni gerak dikembangkan. Konsep-konsep yang
melingkar beraturan dan gerak melingkar terdapat pada materi gerak melingkar,
bermubah beraturan. Materi ajar bermuatan meliputi periode, kecepatan sudut,
authentic learning dengan mengangkat kecepatan linier, dan perpindahan sudut

Gambar 2
Sampul Depan Materi Ajar Gerak Melingkar Bermuatan Authentic Learning

Sumber : Ridho, Wati, Misbah & Sumber : Dokumen Penulis


Mahtari, 2020

184
Wati, M. dkk.: Pengembangan Materi Ajar Fisika ...

Gambar 2
Peta Konsep dan Contoh Penyelesaian Soal

Sumber: Dokumen Penulis

disajikan melalui kesenian Sinoman Hadrah 3,40 dengan kategori valid sebagaimana
dan fenomena yang kerap dijumpai dalam disajikan pada Tabel 6.
kehidupan sehari-hari. Adapun penilaian Table 6 menunjukkan bahwa materi
terhadap kepraktisan dan efektivitas materi ajar gerak melingkar berbasis authentic
ajar disajikan pada pembahasan berikut. learning yang dikembangkan dinyatakan
Validitas materi ajar diukur ber- valid. Selanjutnya materi ajar tersebut gerak
dasarkan aspek format, bahasa, isi, dapat digunakan dalam proses pembelajaran
penyajian bahan ajar, dan manfaat. Adapun di kelas untuk mengetahui kepraktisan dan
hasil penilaian ahli untuk validitas materi efektivitas materi ajar yang dikembangkan
ajar yang dikembangkan diperoleh sebesar (Ridho dkk., 2020, p. 1).

185
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 5, Nomor 2, 2021, Halaman 178-193

Tabel 5
Pengembangan Materi Ajar Bermuatan Authentic Learning pada Kesenian Sinoman Hadrah
dalam Konsep Gerak Melingkar
Konsep Fisika pada Materi Gerak
Fenomena pada Materi Ajar
Melingkar
Gerak melingkar merupakan gerak yang
lintasannya berbentuk lingkaran, salah satu
contohnya adalah gerak perputaran payung
sinoman hadrah

Pergerakan berulang memunculkan besaran


periode (waktu untuk satu kali putaran) dan
frekuensi (putaran dalam satuan waktu)
yang keduanya memiliki hubungan.

Pergerakan manik-manik memunculkan


besaran yakni perpindahan sudut.

Perputaran payung sinoman hadrah


memiliki kecepatan sudut.

186
Wati, M. dkk.: Pengembangan Materi Ajar Fisika ...

Lanjutan Tabel 5
Konsep Fisika pada Materi Gerak
Fenomena pada Materi Ajar
Melingkar
Gir depan dan gir belakang sepeda
dihubungkan dengan rantai sepeda. Nilai
kecepatan linier kedua gir tersebur adalah
sama besar.

Pengulangan perputaran payung sinoman


hadrah memunculkan besaran fisika yakni
frekuensi, yaitu banyaknya putaran setiap
satuan waktu.

atau

Lingkaran payung dan kayu terletak dalam


titik atau sumbu pusat yang sama, dengan
demikian nilai kecepatan sudut antara batang
pemutar (kayu) dengan lingkaran payung
bernilai sama.

Apabila terdapat dua roda gerigi yang


bersinggungan berputar dengan arah yang
saling berlawanan, maka:

Jika masing-masing gerigi memiliki jumlah


tertentu sebanyak n_1 dan n_2 maka:

187
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 5, Nomor 2, 2021, Halaman 178-193

Tabel 6
Validitas Materi Ajar
Aspek Penilaian Rata-rata Skor Kategori
Format bahan ajar 3,29 Valid
Bahasa bahan ajar 3,34 Valid
Isi bahan ajar 3,40 Valid
Penyajian bahan ajar 3,46 Sangat valid
Manfaat/ kegunaan bahan ajar 3,50 Sangat valid
Validitas 3,40 Valid
Reliabilitas 0,98 Tinggi
(Ridho dkk., 2020, p.7)

Kepraktisan materi ajar diukur yang dikembangkan tidak membosankan.


menggunakan hasil angket respons peserta Selain itu juga didukung oleh ilustrasi
didik berdasarkan aspek kemudahan atau gambar dalam materi ajar yang
penggunaan materi ajar, manfaat materi dikembangkan dengan menarik, sehingga
ajar, dan efisiensi waktu pembelajaran mampu membangun motivasi belajar.
ketika menggunakan materi ajar yang Hal ini sejalan dengan Leksono dkk.
dikembangkan (Wati, dkk., 2017, p. 159). (2015, p. 173 ) yang menyatakan bahwa
Adapun hasil angket respons peserta didik ilustrasi yang menarik akan membangun
disajikan pada Tabel 7. motivasi peserta didik untuk semangat
Tabel 7 menunjukkan bahwa materi belajar dan membantu menangkap makna
ajar menggunakan bahasa yang mudah visual. Peserta didik menyatakan bahwa
dimengerti, desain materi ajar jelas dan materi ajar yang dikembangkan dengan
menarik, serta materi ajar mengandung menggunakan gambar atau ilustrasi dalam
stimulan. Peserta didik menyatakan bahwa kehidupan sehari-hari memudahkan peserta
pembelajaran dengan materi ajar yang didik lebih untuk memahami konsep materi
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang dipelajari (Arsanti, 2018, pp. 80-81;
peserta didik karena substansi materi Komalasari, 2011, p. 48; Prastowo, 2014,
yang disajikan dalam materi ajat dapat pp. 73-74).
dipahami dengan mudah. Desain materi Peserta didik menyatakan bahwa peserta
ajar tergolong jelas dan menarik, ditandai didik dapat mengaitkan permasalahan fisika
dengan tanggapan peserta didik yang dalam materi ajar yang dikembangkan serta
mengemukakan bahwa desain materi ajar mampu menemukan hubungan atau korelasi

Tabel 7
Hasil Angket Respons Peserta Didik
Aspek Skor Kategori
Kemudahan Penggunaan 2,97 Praktis
Manfaat 2,82 Praktis
Efisiensi 2,57 Cukup Praktis
Kepraktisan 2,84 Praktis

188
Wati, M. dkk.: Pengembangan Materi Ajar Fisika ...

materi ajar yang dikembangkan dengan hal- untuk meninjau efektivitas produk yang
hal yang terdapat dalam kehidupan sehari- dikembangkan (Anisah dkk., 2016, p. 7;
hari. Hal ini sebagaimana dikemukakan Misbah dkk., 2016, p. 201). Tes hasil belajar
Suyitno dkk. (2016, pp. 17-18) bahwa peserta didik meliputi pretest dan posttest
lingkungan merupakan faktor penting dalam berbentuk soal esai dengan tingkatan C1
membangun dan mengembangkan kegiatan hingga C5. Data perolehan tes hasil belajar
belajar. Eko (Mukson, 2014) menyatakan kemudian dianalisis menggunakan N-gain.
ilustrasi permasalahan yang authentic dan Berdasarkan analisis n-gain menunjukkan
terkait dengan lingkungan mempermudah bahwa hasil belajar kognitif peserta didik
peserta didik untuk menggambarkan dalam kategori sedang.
fenomena fisis dan menerjemahkan Berdasarkan hasil analisis n-gain,
fenomena menjadi deskripsi fisika sehingga khususnya pada bagian posttest, diketahui
peserta didik memiliki keterampilan lebih bahwa masih banyak peserta didik yang
dalam mengenai analisis permasalahan di kurang tepat dalam menggambarkan
kehidupan nyata. fenomena fisis; gambar, simbol, keterangan
Masih terdapat kekurangan pada aspek gambar yang tidak lengkap; keliru dalam
efisiensi waktu pembelajaran menggunakan menentukan arah kecepatan linier pada
materi ajar yang dikembangkan. Hal gerak melingkar, tidak ada simbol arah
tersebut terjadi karena pembelajaran gerak, dan keliru dalam penempatan simbol
authentic learning memerlukan waktu besaran. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran yang lebih banyak (Mukson, beberapa peserta didik masih ada yang
2014). Hal ini bertentangan dengan Santoso bingung dalam menggambarkan fenomena
(2018, p. 107) yang menyatakan bahwa fisis dan menerjemahkannya menjadi
proses pembelajaran dengan kegiatan deskripsi fisika serta kurang teliti dalam
authentic learning dapat menghemat perencanaan maupun pelaksanaan solusi
waktu pembelajaran sehingga lebih penyelesaian masalah.
efisien. Perbedaan pendapat ini dapat Salah satu faktor yang mempengaruhi
disebabkan karena perbedaan konteks hal tersebut adalah alokasi waktu pengerjaan
materi yang diajarkan, Santoso (2018, p. soal. Peserta didik mengerjakan 4 soal
102) berfokus pada mata pelajaran Bahasa berbentuk uraian esai berkategori C3-
Inggris, sementara penelitian ini berfokus C5 dalam waktu 2×45 menit. Durasi
pada mata pelajaran fisika. Sebagaimana pengerjaan soal ini memberikan pengaruh
diketahui bahwa proses pembelajaran yang signifikan terhadap hasil tes belajar,
fisika, khususnya pada materi gerak seperti yang dinyatakan Arikunto (2015,
melingkar membutuhkan pemahaman p. 104) bahwa faktor penting yang
konsep yang baik dan utuh, sehingga perlu diperhatikan saat tes adalah durasi
diperlukan waktu yang lebih banyak pengerjaan tes. Meskipun demikian,
dalam mengolah informasi tersebut, untuk perolehan efektivitas materi ajar bermuatan
kemudian disimpan di memori jangka authentic learning termasuk berkategori
panjang dan menjadi pengetahuan (Madsen sedang. Hal ini mendukung pernyataan
et al., 2015, pp. 10-12). bahwa penyajian masalah yang dekat
Materi ajar dinyatakan efektif jika dengan lingkungan belajar peserta didik
memberikan hasil sesuai dengan tujuan seperti kearifan lokal sebagai bentuk
pembelajaran. Dengan demikian, tes authentic learning mampu meningkatkan
hasil belajar peserta dapat digunakan hasil belajar peserta didik (Wati dkk., 2017,

189
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 5, Nomor 2, 2021, Halaman 178-193

p. 161). Hal ini juga sejalan dengan Suhardi learning harus terus diimplementasikan
(2021, pp. 69-70) bahwa integrasi muatan dalam dunia pendidikan, baik pendidikan
autentik dalam proses pembelajaran dapat formal maupun pendidikan informal, serta
meningkatkan hasil belajar peserta didik. praktik pedagogis (Iucu & Marin, 2014,
Peningkatan hasil belajar dengan pp. 412-413).
efektivitas berkategori sedang, tentunya
tidak lepas dari peran materi ajar dalam SIMPULAN
proses pembelajaran. Materi ajar dilengkapi Berdasarkan hasil penelitian yang
dengan penyelesaian soal secara bertahap dilakukan, diperoleh bahwa materi ajar fisika
dan sistematis, serta uji kompetensi untuk bermuatan authentic learning pada pokok
mengetahui sejauh mana pemahaman bahasan gerak melingkar memperoleh
peserta didik mengenai materi yang validitas sebesar 3,40 berkategori valid
dipelajari. Penggunaan soal yang berjenjang berdasarkan aspek format, bahasa, isi,
ini sesuai dengan teori belajar dari Piaget penyajian, dan manfaat; berkategori praktis
(Komalasari, 2011, p. 20), peserta didik dengan skor 2,84 berdasarkan aspek
mampu melakukan proses belajar jika kemudahan, manfaat, dan efisiensi; serta
menggunakan tahap adaptasi yang meliputi efektif untuk meningkatkan hasil belajar
asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. peserta didik dengan N-gain score sebesar
Fenomena dan permasalahan di dalam 0,65 berkategori sedang. Dengan demikian,
materi ajar yang dikembangkan juga memuat diperoleh simpulan bahwa materi ajar gerak
prinsip authentic learning, seperti masalah melingkar bermuatan authentic learning
yang disajikan relevan dan dapat dijumpai praktis dan efektif digunakan dalam proses
di lingkungan sekitar peserta didik di daerah pembelajaran.
Kalimantan Selatan. Hal ini memudahkan
peserta didik untuk memahami konsep DAFTAR PUSTAKA
gerak melingkar dengan membayangkan Almuharomah, F. A., Mayasari, T., &
pergerakan payung yang berputar. Proses Kurniadi, E. (2019). Pengembangan
yang demikian dapat membantu pemahaman modul fisika STEM terintegrasi
dan menambah kecakapan perserta didik ke ar i fa n l oka l “ be duk” u nt uk
dalam menyelesaikan soal-soal yang meningkatkan kemampuan berpikir
terdapat dalam materi ajar. kreatif siswa SMP. Berkala Ilmiah
Pembelajaran menggunakan materi ajar Pendidikan Fisika, 7(1), 1-10. https://
bermuatan authentic jika dipraktikkan secara doi.org/10.20527/bipf.v7i1.5630.
berkelanjutan dapat menjadikan peserta Anisah, A., Wati, M., & Mahardika, A.
didik terbiasa menyelesaikan permasalahan I. (2016). Pengembangan perangkat
di kehidupan nyata (Handayani, 2017, p. pembelajaran getaran Dan gelombang
327). Penggunaan materi ajar bermuatan dengan model inkuiri terstruktur
authentic learning dapat berkelanjutan dan untuk siswa kelas VIII A SMPN
tidak hanya berfokus pada materi tertentu 31 Banjarmasin. Berkala Ilmiah
saja sehingga peserta didik memiliki Pendidikan Fisika, 4(1), 1–12. https://
kecakapan dalam memecahkan berbagai doi.org/10.20527/bipf.v4i1.1008.
macam permasalahan, baik berupa soal-soal Arikunto, S. (2015). Dasar-dasar evaluasi
maupun permasalahan di kehidupan nyata pendidikan. Bumi Aksara.
(Herrington & Herrington, 2006, pp. 80- Arsanti, M. (2018). pengembangan bahan
81). Oleh sebab itu, pembelajaran authentic ajar mata kuliah penulisan kreatif

190
Wati, M. dkk.: Pengembangan Materi Ajar Fisika ...

bermuatan nilai-nilai pendidikan Herrington, T., & Herrington, J. (2006).


karakter religius bagi mahasiswa Authentic learning environments in
prodi PBSI, FKIP, Unissula. KREDO : higher education. British Journal of
Jurnal Ilmiah Bahasa Dan Sastra, Educational Technology, 39(4), 749-
1(2), 71-90. https://doi.org/10.24176/ 769. https://doi.org/10.1111/j.1467-
kredo.v1i2.2107. 8535.2008.00870_23.x.
Astuti, E. R. P., & Baysha, M. H. (2018). Iucu, R. B., & Marin, E. (2014). Authentic
Authentic learning pada mata kuliah learning in adult education. Procedia
produksi media cetak. Jurnal Ilmiah - Social and Behavioral Sciences, 142,
Mandala Education, 4(1), 231-237. 410-415. https://doi.org/10.1016/j.
Aydin, A., & Aytekin, C. (2018). Teaching sbspro.2014.07.702.
materials development and meeting Khair, A. (2003). Sinoman hadrah seni
the needs of the subject: a sample islam yang perlu mendapat perhatian.
application. International Education Himmah, 4(10), 45-54.
Studies, 11(8), 27-38. https://doi. Komalasari, K. (2011). Pembelajaran
org/10.5539/ies.v11n8p27. kontekstual: Konsep dan aplikasi.
Behnke, Y. (2018). The Palgrave Handbook Refika Aditama.
of Textbook Studies. In The Palgrave Leksono, S. M., Syachruroji, A., &
Handbook of Textbook Studies (Issue Marianingsih, P. (2015). Development
July). https://doi.org/10.1057/978-1- of biology conservation teaching
137-53142-1. materials based on ethnopedagogy.
Fitriah, L. (2019). Efektivitas buku ajar Jurnal Kependidikan, 45(2), 168-183.
fisika dasar 1 berintegrasi imtak Lombardi, B. M. M., & Oblinger, D.
dan kearifan lokal melalui model G. (2007). Authentic learning for
pengajaran langsung. Berkala Ilmiah the 21 st century: An overview.
Pendidikan Fisika, 7(2), 82-96. https:// Educase Learning Initiative, 1, 1-7.
doi.org/10.20527/bipf.v7i2.5909. http://alicechristie.org/classes/530/
Hake, R. R. (1998). Interactive-engagement EduCause.pdf.
versus traditional methods: A six- Madsen, A., McKagan, S. B., & Sayre, E.
thousand-student survey of mechanics C. (2015). How physics instruction
test data for introductory physics impacts students’ beliefs about
co u rse s. A mer ican Jour nal of learning physics: A meta-analysis of
Physics, 66(1), 64-74. https://doi. 24 studies. Physical Review Special
org/10.1119/1.18809. Topics - Physics Education Research,
Handayani Z. K. (2017, Mei). Analisis 11(1), 1-19. https://doi.org/10.1103/
faktor-faktor yang mempengaruhi PhysRevSTPER.11.010115.
kemampuan pemecahan masalah Makhmudah, N. L., Subiki, & Supeno.
soal cerita matematika. Makalah (2019). Pengembangan modul fisika
dipresentasikan pada Seminar Nasional berbasisi kearifan lokal permainan
Matematika: Peran Alumni Matematika tradisional kalimantan tengah pada
Dalam Membangun Jejaring Kerja materi momentum dan impuls. Jurnal
Dan Peningkatan Kualitas Pendidikan. Pembelajaran Fisika, 8(3), 181-186.
Fakultas Matematika, Unimed, Medan. Mana, L. H. A., Yusandra, T. F., Atmazaki, &
http://digilib.unimed.ac.id/26892/2/ Ramadhan, S. (2020). Pengembangan
Fulltext.pdf%0A. buku ajar keterampilan menyimak

191
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 5, Nomor 1, 2021, Halaman 178-193

berbasis contextual teaching and minyak lala untuk melatih karakter


learning. Jurnal Kependidikan: sanggam. Berkala Ilmiah Pendidikan
Penelitian Inovasi Pembelajaran, Fisika, 5(3), 272-285. https://doi.
1(1), 152-164. org/10.20527/bipf.v5i3.3894.
Misbah, Wati, M., & Lestari, P. A. (2016). Prastowo, A. (2014). Panduan kreatif
E ffe ct i v e nes s p hys i cs mo dul e membuat bahan ajar inovatif. DIVA
class X using cooperative learning Press.
model with a peer assessment. Pribadi, B. A. (2011). Model ASSURE untuk
Dalam S. Suyanto, S. E. Nayono, mendesain pembelajaran sukses. Dian
R. Hidayah, L. Purnastuti, Sugito, Rakyat.
A.K. Prodjosantoso, A. C. Pierewan, Ridho, M. H., Wati, M., Misbah, M., &
Margana, N. I. Arovah, & A. Nuryanto Mahtari, S. (2020). Validitas bahan ajar
(Eds.), Proceedings International gerak melingkar berbasis authentic
Conference on Educational Research learning di lingkungan lahan basah
and Innovation (ICERI), 11-12 May untuk melatih keterampilan pemecahan
2016 (pp. 199-202). masalah. Journal of Teaching and
Morales, M. P. E. (2014). The impact of Learning Physics, 5(2), 87-98. https://
culture and language sensitive physics doi.org/10.15575/jotalp.v5i2.8453.
on concept attainment. International Santoso, M. (2018). A Showcase of
Journal of Learning, Teaching and authentic learning activities in an
Educational Research, 6(1), 1-12. English as a foreign language class.
Mukson, M. (2014). Peningkatan hasil International English Language
belajar ilmu pengetahuan sosial (ips) Teachers and Lecturers, 6(2), 102-
melalui model pembelajaran authentic 113. http://journal.wima.ac.id/index.
learning peserta didik kelas 4 MIN php/BW/article/view/1824.
Pucung Ngantru Tulungagung (Skripsi Satriawan, M., & Rosmiati. (2016).
tidak diterbitkan). IAIN Tulungagung, Pengembangan bahan ajar fisika
Tulungagung. berbasis kontekstual dengan
Novianto, A., & Mustadi, A. (2015). Analisis mengintegrasikan kearifan lokal untuk
buku teks muatan tematik integratif, meningkatkan pemahaman konsep fisika
scientific approach, dan authentic pada mahasiswa. Jurnal Penelitian
assessment sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Sains, 6(1), 1212-1217.
Kependidikan: Penelitian Inovasi Suastra, I. W. (2010). Model pembelajaran
Pembelajaran, 45(1), 1-15. https://doi. sains berbasis budaya lokal untuk
org/10.21831/jk.v45i1.7181. mengembangkan kompetensi dasar
Nurhidayanto. (2015). Pengaruh sains dan nilai kearifan lokal di SMP.
manajemen sumber belajar terhadap Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran,
prestasi belajar dengan kemampuan 43(2), 8-16.
berfikir kritis dan kemampuan bahasa Suhardi, D. (2021). Penilaian autentik
inggris sebagai variabel moderasi di dalam meningkatkan hasil belajar
Amik Cipta Darma Surakarta. Among fisika di SMAN 1 Pagaden. Edunesia :
Makarti, 8(15), 54-67. Jurnal Ilmiah Pendidikan, 2(1), 65-74.
Oktaviana, D., Hartini, S., & Misbah, M. https://doi.org/10.51276/edu.v2i1.79.
(2017). Pengembangan modul fisika Suyitno, I., Kamal, M., Sunoto, & Suherjanto,
berintegrasi kearifan lokal membuat I. (2016). Teknik pembelajaran

192
Wati, M. dkk.: Pengembangan Materi Ajar Fisika ...

observasi lingkungan berbasis kearifan Dan Pembelajaran Fisika, 4(2), 157-


lokal. Jurnal Kependidikan: Penelitian 162. https://doi.org/10.36706/jipf.
Inovasi Pembelajaran, 4(1), 14-28. v4i2.5411.
Taber, K. S. (2020). Mediated learning Widoyoko, E. P. (2016). Evaluasi program
leading development—The social pembelajaran. Pustaka Pelajar.
development theory of Lev Vygotsky. Wornyo, A., Klu, E., & Motlhaka, H.
Dalam Akpan B., Kennedy T. J. (2018). Authentic learning: enhancing
(Eds) Science Education in Theory learners’ academic literacy skills.
and Practice. Springer Texts in International Journal of Applied
Education. Springer, Cham. https:// Linguistics and English Literature,
doi.org/10.1007/978-3-030-43620- 7(4), 56–62. https://doi.org/10.7575/
9_19 aiac.ijalel.v.7n.4p.56.
Wati, M., Hartini, S., Misbah, M., & Resy, Yunus, R. (2014). Nilai-nilai kearifan
R. (2017). Pengembangan modul lokal (local genius) sebagai penguat
fisika berintegrasi kearifan lokal karakter bangsa: Studi empiris tentang
hulu sungai selatan. Jurnal Inovasi huyula. Deepublish.

193
SPEJ (Science and Phsics Education Journal)
Volume 2, Nomor 1, Desember 2018
e-ISSN : 2598-2567
p-ISSN : 2614-0195
DOI: https://doi.org/10.31539/spej.v2i1.435

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA


BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH

Wulan Muji Lestari1, Tri Ariani, 2 Ovilia Putri Utami Gumay3


Program Studi Pendidikan Fisika STKIP PGRI LUBUKLINGGAU 1,2,3
wulan.muji11@gmail.com1

Submit, 16-11-2018 Accepted, 26-12-2018 Publish, 27-12-2018

Abstract: the aim of the study was to develop physic teaching book with scientific approach based on light
waves material for the eleventh grade students at SMA Negeri 5 Lubuklinggau. It was a research and
development study. The subject in the study was all of the eleventh grade students of science class and the
subject was the large group of students at XI IPA 2 at SMA Negeri 5 Lubuklinggau consist of 34 students
which was collected through simple random sampling. The data collection was executed from interview,
questionnaire, and test. By the validation, it was found that the result was in 'good' category with
percentage 76,58%. Students response on the teaching book with scientific approach based was 83,35%.
Furthermore, by the daily examination results, 82% students got the average scores above 70 out of 10
questions. The score of ttable with degree of freedom n-1 = 34 ─ 1 = 33 and α = 0,05 tobtained = 6,53
and ttable = 1,692 because tobtained ≥ ttable so that Ha was accepted. In conclusion, the teaching book
with scientific approach based which was developed has been valid, practical and effective.

Keywords: Teaching Book, Scientific Approach, Reseach and Development

Abstrak: tujuan penelitian, mengembangkan buku ajar fisika berbasis scientific approach pada materi
gelombang cahaya siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Lubuklinggau. Metode penelitian ini adalah research and
development. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI IPA dan subjek penelitian kelompok luas
dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 2 SMA Negeri 5 Lubuklinggau yang terdiri dari 34 siswa yang
diambil dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara,
angket, dan tes. Validasi yang dilakukan mendapatkan hasil dengan kategori baik yaitu dengan presentase
76,58%. Respon siswa terhadap buku ajar berbasis scientific approach yaitu 83,35%. Selain itu dari hasil
tes ulangan harian 82% siswa yang memperoleh nilai di atas 70 dari 10 butir soal tes. Nilai ttabel dengan
derajat kebebasan (dk) = n-1 = 34 ─ 1 = 33 dan α = 0,05 thitung = 6,53 dan ttabel = 1,692 karena thitung ≥
ttabel maka Ha diterima. Simpulan, buku ajar scientific approach yang dikembangkan telah valid, praktis,
dan efektif.

Kata Kunci : Buku Ajar, Scientific Approach, Reseach and Development.

PENDAHULUAN berupaya meningkatkan mutu pendidikan


Negara indonesia saat ini di Indonesia.
berkembang sangat baik dan pesat. Berdasarkan studi pendahuluan
Banyak cara untuk memajukan bangsa yang telah dilakukan pada tanggal 20-21
indonesia dari berbagnai sektor. Salah Juli 2018 menggunakan teknik
satunya dari sektor pendidikan. wawancara dengan guru Fisika dan siswa
Pendidikan merupakan hal yang sangat kelas XI IPA SMA Negeri 5
penting karena dengan adanya pendidikan Lubuklinggau didapatkan hasil bahwa
akan menghasilkan output atau tenaga- SMA Negeri 5 Lubuklinggau
tenaga yang berkualitas dan dapat menggunakan kurikulum 2013 revisi
memajukan bangsa indonesia. Oleh 2017. Dengan menggunakan kurikulum
karena itu pemerintah Indonesia selalu terbaru sebagian besar siswa masih
mengalami kesulitan dalam menjalankan

18
2018. SPEJ (Science and Physics Education Journal ) 2 (1): 18-29

kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013


menggunakan pendekatan scientific
dalam proses KBM. Sebagian besar siswa Tujuan dari dilakukannya penelitian
di kelas kesulitan saat menerapkan ini adalah: 1) Untuk mengetahui cara
pendekatan scientific kedalam proses mendesain dan mengembangkan baha ajar
KBM diantaranya materi yang belum Fisika berbasis scientific approach pada
dipahami oleh siswa ialah gelombang materi Gelombang Cahaya siswa Kelas
cahaya, inilah yang menyebabkan XI SMA Negeri Lubuklinggau Tahun
rendahnya pemahaman siswa terhadap Pelajaran 2018/2019., 2) Untuk
konsep dan praktikum yang ada dalam mengetahui bahan ajar Fisika berbasis
materi, hal tersebut membuat siswa scientific approach pada materi
mengikuti proses belajar belum optimal. Gelombang Cahaya Siswa Kelas XI SMA
Siswa juga menuturkan bahwa Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
mereka lebih suka belajar dengan 2018/2019 apakah sudah valid, praktis,
menggunakan metode praktikum dan efektif.
dibandingkan belajar di dalam kelas.
Banyak faktor yang mempengaruhi hal LANDASAN TEORI
tersebut misalnya cara penyampaian Buku Ajar
materi oleh guru yang monoton, tidak Prastowo (2014) mendefinisikan
menarik, pembelajaran hanya bahan ajar adalah seperangkat materi
mengandalkan buku paket atau dari yang disusun secara sistematis, baik
penerbit sebagai sumber belajar, tertulis maupun tidak, sehingga tercipta
kurangya lembar kerja siswa, serta lingkungan atau susasana yang
kurangnya peralatan praktikum. Siswa memungkinkan peserta didik untuk
mengharapkan sebuah buku ajar yang belajar. Sukerni (2014) menjelaskan buku
memiliki tampilan menarik dan tidak ajar dapat menuntut pembelajaran agar
membosankan serta terdapat motivasi aktif dalam pembelajaran melalui
belajar Fisika. pemberian materi yang disertai dengan
Berdasarkan hasil wawancara gambar yang sangat berkaitan dengan
didapatkan pula bahwa buku ajar yang kehidupan siswa, tugas mandiri yang
digunakan masih kurang. Buku ajar yang dapat dikerjakan secara individu atau
digunakan masih mengandalkan buku kelompok setiap materi, ringkasan materi
paket atau buku dari penerbit. Di dalam setiap bab dan tes akhir bab.
buku paket tersebut kurang mendukung Jadi dapat disimpulkan bahwa buku
dengan model pembelajaran yang ajar adalah buku yang dipakai untuk
digunakan untuk kurikulum 2013 mempelajari atau mendalami suatu subjek
sekarang. Dalam buku paket tersebut LKP pengetahuan dan ilmu serta teknologi
yang disediakan belum lengkap karena yang dapat menuntut pembelajaran agar
hanya terdapat satu LKP. Sedangkan aktif dalam pembelajara yang disusun
dalam kurikulum 2013 siswa dituntut berdasarkan standar nasional pendidikan.
agar lebih aktif dengan menggunakan Dalam penelitian ini buku ajar yang
pendekatan scientific. dikembangkan berbasis scientific
Berdasarkan latar belakang approach. artinya buku ajar yang
permasalahan yang telah dikemukakan di dikembangkan menggunakan tahap-tahap
atas, penulis tertarik untuk melakukan dari scientific approach atau pendekatan
penelitian dengan judul “Pengembangan saintifik untuk struktur dalam buku ajar.
Bahan ajar Fisika Berbasis Scientific Buku ajar cetak memiliki kelebihan yaitu
Approach Pada Materi Gelombang praktis dibawa kemana-mana, ringan, dan
Cahaya Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 cepat mudah diakses. Namun buku ajar
Lubuklinggau Tahun Ajaran 2018/2019”. tetap memiliki kekurangan yaitu tidak
19
2018. SPEJ (Science and Physics Education Journal ) 2 (1): 18-29

mampu mempresentasikan gerak dan sulit desain produk, validasi desain, revisi
memberikan bimbingan. desain, uji coba produk, revisi produk, uji
Scientific Approach coba pemakaian, revisi produk dan
Pendekatan pembelajaran saintifik produksi massal, namun peneliti hanya
adalah pembelajaran yang merujuk pada menggunakan 9. Teknik pengumpulan
teknik-teknik investigasi atas fenomena data dalam penelitian ini menggunakan
atau gejala memperoleh pengetahuan baru angket, wawancara dan tes. Adapun
atau mengoreksi, dan memadukan instrumen yang digunakan untuk melihat
pengetahuan sebelumnya. Pendekatan kelayakan dan keefektifan buku ajar yang
pembelajaran dapat disebut ilmiah dikembangkan yaitu menggunakan,
(saintifik), metode pencarian (method of angket kevalidan, angket kepraktisan,
inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti wawancara dan soal tes.
dari objek yang dapat diobservasi, empiris, Buku ajar dikembangkan
dan terukur dengan prinsip-prinsip menggunakan ms word, photoshop, dan
penalaran yang spesifik. photoscape. Buku ajar draf final ini
Karena itu, metode ilmiah (saintifik) adalah buku ajar yang akan digunakan
umumnya memuat serial aktivitas dalam penelitian di SMA Negeri 5
pengoleksian data melalui observasi dan Lubuklinggau Dimana hasil dari desain
ekperimen, kemudian memformulasi dan yang dilakukan oleh peneliti harus
menguji hipotesis (Susilo,dkk, 2016). melalui tahap FGD yang dilakukan oleh
Dalam definisi lain Pendekatan saintifik Ibu Welly Widya Lestari, S.Pd dan Bapak
(scientific approach) merupakan salah Ahmad Amin, M.Si. FGD dilakukan guna
satu pendekatan pembelajaran yang untuk bisa saling bertukar pikiran antara
berorientasi atau berpusat pada siswa peneliti dengan tim FGD agar produk
(Yerimadesi, 2016). yang dikembangkan semakin baik
Berdasarkan pendapat beberapa ahli sebelum produk tersebut akan divalidasi
di atas dapat disimpulkan bahwa oleh para validator yang ahli di bidangnya
pendekatan scientific adalah pendekatan masing-masing.
yang merujuk pada teknik-teknik Validator yang akan memvalidasi
investigasi atas fenomena atau gejala buku ajar yang dikembangkan adalah ahli
untuk mendapatkan pengetahuan baru dan materi oleh bapak Yaspin Yolanda,
pembelajaran yang berorientasi pada M.Pd.Si dan ibu R.Okti Syahli, S.Pd ahli
siswa. Pendekatan saintifik (scientific tata bahasa dilakukan oleh ibu Dr.
approach) memiliki 5 tahapan di Yohanna Satinem, M.Pd serta ahli media
dalamnya. Tahapan tersebut yaitu : dilakukan oleh bapak Dodik Mulyono,
Mengamati, menanya, menalar, mencoba, M.Pd.
mengkomunikasikan. Peneliti menggunakan desain One
Shot Case Study dimana peneliti hanya
METODE PENELITIAN melihat hasil akhir dari sebuah penelitian.
Dalam penelitian ini untuk Peneliti melakukan 3 tahap pengujian
mengembangkan sebuah bahan ajar yaitu dengan menggunakan One To One,
berbasis scientific approach pada materi uji kelompok terbatas dan uji kelompok
gelombang cahaya menggunakan model luas. Pada uji One To One peneliti
pengembangan Sugiyono. Dimana dalam menggunakan lembar wawancara dengan
penelitian ini mengadaptasi 9 langkah dari 3 orang siswa kelas XI MIPA 1,
10 langkah milik Sugiyono. Adapun kemudian memberikan angket dengan 6
langkah dari pengembangan model orang siswa kelas XI MIPA 3. Angket ini
Sugiyono terdapat 10 tahapan yaitu: tahap berisi 10 pernyataan yang harus diberikan
potensi dan masalah, pengumpulan data, tanggapan oleh siswa dan guru. Pada
akhirnya tahap uji coba kelompok luas
20
2018. SPEJ (Science and Physics Education Journal ) 2 (1): 18-29

dilakukan di kelas XI MIPA 2 SMAN 5 keterbatasan waktu dan biaya penelitian.


Lubuklinggau dengan menggunakan 10 Serta dimaksudkan untuk membantu
soal tes sebagai instrumen pengujian mempermudah siswa dalam memahami
keefektifan produk. Untuk menghitung materi yang diajarkan.
skor angket menggunakan rumus: Buku ajar yang akan dikembangkan
akan didesain dengan menggunakan
program photoshop, photoschape, dan ms
ko ang dipe ole
Persentase = x 100 % word. Buku ajar yang dikembangkan
ko mak imum didesain semenarik mungkin dengan
tampilan yang menarik dan perpaduan
Persentase ketuntasan menurut warna yang dapat menarik perhatian
Fatmawati (2016) ada 2 yaitu ketuntasan siswa untuk belajar. Selain itu dalam buku
individual dan ketuntasan klasikal. ajar nantinya akan mengunakan beberapa
Persentase ketuntasan individual tambahan gambar kartun dan gambar
: yang sesuai dengan materi yang
digunakan. Gambar digunakan untuk
membuat siswa lebih paham dengan
N= x 100% materi dan membuat siswa tidak jenuh
dan bosan dalam membaca buku.
Buku ajar ini dibuat dengan 2
macam yaitu buku ajar bagi guru dan
Persentase ketuntasan klasikal buku ajar bagi siswa. Buku guru
didalamnya memuat materi, Lembar
Kerja Praktikum (LKP), contoh soal dan
i a ang tunta pembahasannya, soal latihan dan
N= x 100%
jumla elu u i a pembahannya, serta soal evaluasi dan
penyelesaiannya. Sedangkan pada buku
siswa terdapat materi, Lembar Kerja
Untuk menguji hipotesis tersebut Praktikum (LKP), contoh soal, dan soal
dapat menggunakan t-test satu sampel latihan.
dengan rumus sebagai berikut: Buku ajar yang dikembangkan
melewati beberapa tahapan untuk
̅– mendapatkan buku ajar final atau buku
t= ajar yang digunakan untuk penelitian.
√n Tahapan tersebut seperti yang dijelaskan
HASIL DAN PEMBAHASAN di bawah ini:
Pada penelitian ini dipilih 1 pokok Buku ajar Draf I
bahasan materi, materi yang dipilih untuk Pada buku ajar draf 1, peneliti telah
pengembangan buku ajar berbasis merancang buku ajar berbasis scientific
pendekatan saintifik ini adalah materi approach dengan materi gelombang
gelombang cahaya. Pembelajaran akan cahaya yang belum divalidasi dan belum
dilaksanakan dua kali dalam 1 minggu. dinilai. Buku ajar yang dikembangkan
Dalam satu pertemuan dengan waktu 2 x adalah yang paling awal dan sangat
45 menit dalam satu hari maka sebisa sederhana. Buku ajar dikembangkan
mungkin guru memanfaatkan waktu yang menggunakan ms word, photoshop, dan
diberikan agar bisa mencapai photoscape. Buka ajar dikembangkan
keterlaksanaan pembelajaran yang terdiri dari dua buku yaitu: buku siswa
maksimal. Peneliti mengambil 1 materi dan buku guru. Berikut buku ajar draf 1
saja karena mengingat adanya pada gambar 2.

21
2018. SPEJ (Science and Physics Education Journal ) 2 (1): 18-29

Pada buku ajar draf II ini


merupakan perbaikan dari buku ajar draf I
sebelumnya. buku ajar direvisi dari saran
dan masukan melalui Forum Grup
Diskusi (FGD) yang diberikan pada buku
ajar draf 1 tadi, selanjutnya penulis
melakukan beberapa hal yang harus
diperbaiki sebelum melakukan penelitian.
Buku ajar dikembangkan menggunakan
ms word, photoshop, dan photoscape.
Berikut perbaikan setelah melakukan
Cover buku ajar peta konsep buku Forum Grup Diskusi (FGD) sesuai saran,
draf 1 ajar draf 1 masukan dan kritik yang disajikan pada
gambar 3 buku ajar draf II.

Isi buku ajar draf 1 Isi buku ajar draf 1


Cover buku ajar drafII Isi buku ajar draf II

Isi buku ajar draf 1


Gambar 1 Draf buku ajar I
Isi buku ajar draf II Isi buku ajar draf II
Setelah buku ajar draf 1 selesai
dirancang, selanjutnya peneliti melakukan
Forum Grup Diskusi (FGD) bersama guru
Fisika di MA Negeri 1 Model
Lubuklinggau dan dosen Fisika untuk
memberikan saran dan masukan terhadap
buku ajar yang dirancang.

Buku ajar draf II


Isi buku ajar draf II

22
2018. SPEJ (Science and Physics Education Journal ) 2 (1): 18-29

Isi buku ajar draf II final final


Gambar 2 Draf buku ajar II

Setelah buku ajar draf 2 selesai


dirancang, selanjutnya peneliti
memberikan buku ajar untuk divalidasi
oleh ahli materi dan media untuk
memberikan saran dan masukan terhadap
buku ajar yang dirancang.

Buku Ajar Final Gambar 3 Draf buku ajar Final


Dari buku ajar draf 1 dan draf 2
yang telah dinilai dan diperbaiki oleh Setelah melewati beberapa kali
validator ahli, dosen Fisika, dan guru revisi, pada buku ajar final ini penulis
Fisika akhirnya didapat buku ajar final tetap memberikan buku ajar kepada para
yang dapat digunakan dalam penelitian. ahli untuk dinilai. Pada buku ajar final,
Buku ajar dikembangkan menggunakan ahli materi dan media memberikan nilai
ms word, photoshop, dan photoscape. yang sangat baik dan tanpa ada yang
Buku ajar draf final ini adalah buku ajar harus diperbaiki. Sedangkan untuk ahli
yang akan digunakan dalam penelitian di bahasa juga memberikan nilai yang sangat
SMA Negeri 5 Lubuklinggau. Berikut baik, tetapi hanya ada satu kata
buku ajar final dapat dilihat pada gambar pengetikan yang kurang tepat. Untuk ahli
4. bahasa menyarankan tidak perlu
melakukan perbaikan yang banyak hanya
merevisi pengetikan kata yang salah.

Kelayakan Buku Ajar


Kelayakan dari buku ajar Fisika
berbasis scientific approach ini dilihat
dari hasil validasi yang dilakukan kepada
beberapa ahli dan dari beberapa aspek.
Evaluasi ahli dilakukan untuk
menyempurnakan buku ajar yang
dikembangkan dari segi materi, media,
dan bahasa. Sebagai ahli materi dipilih
Cover buku ajar draf Isi buku ajar draf seorang dosen prodi Fisika yaitu bapak
final final Yaspin Yolanda, M.Pd.Si dan sebagai
tambahan guru Fisika sekolah ibu R. Okti
Syahli, S.Pd.
Sebagai ahli media dipilih dosen
prodi Fisika yaitu bapak Dodik Mulyono,
M.Pd. Sedangkan sebagai ahli bahasa
dipilih seorang dosen prodi bahasa
Indonesia yaitu ibu Dr. Yohana Satinem,
M.Pd. Ketiga validator ini dipilih melalui
rekomendasi dari pihak LP4MK STKIP-
PGRI Lubuklinggau untuk memberikan
penilaian dan saran terhadap buku ajar
yang peneliti kembangkan. Sedangkan
Isi buku ajar draf Isi buku ajar draf guru sekolah dipilih oleh peneliti.

23
2018. SPEJ (Science and Physics Education Journal ) 2 (1): 18-29

Instrumen yang digunakan adalah angket Satinem, M.Pd. Validasi yang dilakukan
terbuka, berdasarkan indikator dan saran dari segi tata bahasa ini hanya
yang dibutuhkan dalam mengembangkan dilaksanakan satu kali. Hasil tanggapan
buku ajar berbasis scientific. Secara rinci dari validasi komponen tata bahasa
peneliti uraikan sebagai berikut. mendapatkan skor 19. Dari hasil analisis
Validasi materi dilakukan kepada validasi ini termasuk dalam kategori baik
dua validator ahli materi yaitu kepada yaitu dengan persentase 79,1% dan buku
dosen Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau ajar yang dikembangkan layak digunakan
dan guru Fisika SMA Negeri 5 dari tata bahasa dengan tetap adanya
Lubuklinggau. Validasi materi yang beberapa revisi sesuai dengan saran. Ibu
dilakukan kepada dosen Fisika yaitu Dr. Yohana Satinem, M.Pd memberikan
bapak Yaspin Yolanda, M.Pd.Si sebanyak beberapa saran untuk perbaikan buku ajar
tiga kali. Hal ini dimaksudkan untuk yaitu perbaiki kata pengantar karena
memaksimalkan dan agar materi dalam terdapat kekurangan kalimat dan perbaiki
buku ajar yang dikembangkan semakin penulisan serta perhatikan penggunaan
baik. Dari hasil analisis validasi yang kata depan dan awalan.
ketiga ini termasuk dalam kategori sangat Validasi ketiga adalah hasil dari
baik yaitu dengan persentase 87,50%. validasi media atau desain. Validasi
Artinya buku ajar yang dikembangkan media atau desain dilakukan kepada ahli
memiliki progres peningkatan yang baik media desain yang ada di STKIP PGRI
dari setiap validasinnya. Lubuklinggau yaitu salah satu dosen
Sedangkan validasi yang dilakukan matematika yang menjadi ahli media di
guru Fisika yaitu ibu R. Okti Syahli, S.Pd STKIP PGRI Lubuklinggau yaitu bapak
hanya dilakukan sekali. Hal ini Dodik Mulyono, M.Pd. Hasil tanggapan
dikarenakan sebelumnya buku ajar telah dari validasi komponen tata bahasa
divalidasi oleh ahli yang lainnya yaitu mendapatkan skor 30. Dari hasil analisis
Bapak Yaspin Yolanda, M.Pd,Si. Hasil validasi ini termasuk dalam kategori
tanggapan dari validasi komponen materi sangat baik yaitu dengan persentase 83,3%
mendapatkan skor 39. Dari hasil analisis dan buku ajar yang dikembangkan layak
validasi ini termasuk dalam kategori digunakan dari segi media desain dengan
sangat baik yaitu dengan persentase tetap adanya beberapa revisi sesuai
81,25%. Ibu Okti memberikan beberapa dengan saran.
saran untuk perbaikan buku ajar yaitu Berdasarkan hasil penilaian tahap
perdalam lagi materi pada tahap-tahap validasi oleh para ahli yang telah
saintifik dan kedalaman materi harus dilakukan terhadap buku ajar berbasis
sesuai dengan kemampuan siswa. scientific approach yang telah diuraikan
Sehingga hasil akumulasi dari di atas menunjukkan maka kevalidan
validasi komponen materi yang telah buku ajar yang dikembangkan
dilakukan kepada dua ahli materi terhadap persentasenya mencapai 79,1% yang
buku ajar yang dikembangkan dapat termasuk dalam kategori baik sehingga
diakumulasikan menjadi 75% yang buku ajar yang dikembangkan layak
termasuk kedalam kategori baik. untuk digunakan dalam kegiatan belajar
Sehingga dengan perolehan persentase mengajar dengan tetap melakukan
yang dalam kategori baik maka buku ajar perbaikan sesuai dengan saran dan
yang dikembangkan layak digunakan dari komentar yang diberikan dan buku ajar
segi materi. berbasis scientific approach dapat
Validasi Kedua adalah hasil dari digunakan untuk tahap selanjutnya yaitu
validasi tata bahasa. Validasi tata bahasa uji coba yang akan dilaksanakan di SMA
dilakukan kepada ahli bahasa yaitu dosen Negeri 5 Lubuklinggau. Hasil validasi
bahasa indonesia, ibu Dr. Yohana
24
2018. SPEJ (Science and Physics Education Journal ) 2 (1): 18-29

yang telah dilaksanakan oleh ketiga ahli Hasil wawancara one to one pada
dapat dilihat pada tabel 1. buku ajar berbasis scientific approach;
Tabel 1 Rekapitulasi Tanggapan Ketiga Ahli dilakukan pada tiga indikator yaitu: a)
Hasil desain buku ajar; b) kemudahan
No. Validator Presentase Kategori
Penilaian pemahaman materi; dan c) keterbacaan isi
1 Validasi 144 75% Baik materi; tersebut. Pelaksanaan uji coba one
Materi to one dilakukan guna melihat kepraktisan
2 Validasi Media 30 83,3% Sangat
baik
penggunaan buku ajar berbasis scientific
3 Validasi Tata 19 79,1% Baik approach.
Bahasa Pelaksanaan uji coba one to one
Total 193 76,58% Baik yang dilakukan oleh tiga siswa
menyatakan bahwa buku ajar berbasis
Kepraktisan Buku Ajar scientific approach sangat menarik dilihat
Kepraktisan buku ajar di ujikan dari segi penampilan, desain, dan matei
dengan melewati beberapa uji coba. Uji yang digunakan. Materi yang disajikan
coba yang dilakukan adalah uji coba mudah dipahami karena penyajiannya
melalui tahapan uji coba one to one, lengkap beserta gambar dan kesesuaian
kelompok kecil, dan kelompok luas untuk antara gambar dengan ilustrasi sangat
melihat kepraktisan buku ajar yang tepat dan dapat membuat materi lebih
dilaksanakan di SMA Negeri 5 mudah dimengerti. Pada tahap uji coba
Lubuklinggau. Setiap uji coba dilakukan one to one buku ajar berbasis scientific
dengan mengunakan subjek penelitian approach didapatkan hasil dari
yang berbeda. pelaksanaan tahap uji coba one to one
Uji coba one to one dilaksanakan bahwa tidak ada masukan maupun
pada Senin, 23 Juli 2018, dengan perbaikan dari yang disarankan, itu
melakukan wawancara kepada tiga orang artinya buku ajar tersebut dapat
siswa kelas XI MIA I. Uji coba one to one digunakan untuk tahap uji coba
dilakukan di dalam kelas pada saat jam selanjutnya tanpa revisi, jawaban siswa
pelajaran Fisika. Hal ini dikarenakan guru diukur dengan cara analisis deskriptif
Fisikanya yaitu ibu Siska, S.Pd telah kuantitatif dilihat dari jawaban yang
memberikan izin untuk menggunakan diberikan pada saat wawancara
kelasnya. Langkah-langkah yang berlangsung, dan dapat digunakan pada
dilakukan dalam uji coba one to one tahap selanjutnya yang akan diuji
adalah: (a) siswa diminta untuk membaca kepraktisanya dalam pelaksanaan uji coba
atau melihat-lihat sekilas buku ajar kelompok kecil.
berbasis scientific approach selama Uji coba kelompok kecil
 5 menit ; (b) siswa diminta untuk dilaksanakan pada hari selasa 24 juli 2018
di kelas XI IPA 3 dengan 6 orang siswa.
memperhatikan materi yang diambil Siswa yang dipilih merupakan
secara acak sebagai sampel untuk rekomendasi dari guru Fisika yang
ditanyakan; (c) setelah itu siswa ditanya mengajar di kelas tersebut. Pada saat uji
secara lisan tentang materi yang ditanya, coba kecil/terbatas pelaksanaannya di luar
apabila jawaban siswa sama seperti apa kelas. Hal ini dikarenakan agar tidak
yang kita pikirkan artinya keterbacaannya mengganggu jam pelajaran Fisika dan
baik, produk yang dihasilkan praktis dan tidak mengganggu siswa lain untuk
materi yang disajikan mudah dimengerti. belajar. Pada saat uji coba kecil
(d) setelah itu siswa ditanya secara lisan dilaksanakan yang dilakukan oleh peneliti
atau wawancara dengan beberapa untuk mendapatkan respon siswa
pertanyaan mengengai buku ajar berbasis menggunakan angket yaitu : 1) meminta
scientific approach. siswa untuk melihat dan membaca sekilas
25
2018. SPEJ (Science and Physics Education Journal ) 2 (1): 18-29

buku ajar berbasis scientific approach Gambar 4 Diagram hasil Respon siswa uji
sekitar ± 20 menit, dan 2) memberikan cobakelompok kecil
tanggapan dan komentar tentang buku Tabel 2 Hasil Rekapitulasi Penilaian Angket
Kepraktisan Kelompok Kecil
ajar yang dikembangkan melalui angket
Hasil
yang diberikan. 3) peneliti menajukan No. Subjek Persentase Ketegori
penilaian
beberapa pertanyaan ringan mengenai
1 Siswa 184 76,66% Setuju
buku ajar berbasis scientific approach
Sangat
yang telah dibaca sekilas. Uji coba 2 Guru 34 85%
Setuju
kelompok terbatas juga digunakan untuk Total 218 80,83% Setuju
melihat tingkat kepraktisan dari buku ajar
yang dikembangkan dengan
Uji coba luas adalah uji coba
menggunakan angket berjenis Check List
pemakaian buku ajar yang dikembangkan.
dan terbuka.
Dalam uji coba kelompok luas ini juga
Angket yang diberikan untuk
digunakan untuk melihat kepraktisan
penilaian buku ajar berbasis scientific
diberikan ke kelas XI IPA 2 SMA Negeri
approach indikatornya sama seperti
5 Lubuklinggau dilaksanakan pada hari
lembar wawancara yaitu, 1) kemenarikan
senin, 6 Agustus 2018 yang melibatkan
bahan pembelajaran Fisika, 2)
34 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-
keterbacaan materi, dan 3) kemudahan
laki 20 siswa perempuan. Pelaksanaan
pemahaman materi. Dari angket respon
pengerjaan angket respon kepraktisan
siswa yang telah diberikan hanya 1 orang
dilakukan saat pembelajaran belum
siswa yang memberikan komentarnya dan
dimulai di dalam kelas pada jam 13.30
5 orang siswa lainnya tidak memberikan
WIB pada pertemuan keempat.
komentar. Untuk siswa yang tidak
Uji coba kepraktisan dilakukan
memberikan komentar maka peneliti
kembali karena sesuai dengan model
menganggap bahwa buku ajar berbasis
pengembangan yang digunakan mengenai
scientific approach pada materi
buku ajar Fisika berbasis scientific
Gelombang Cahaya yang dikembangkan
approach materi Gelombang Cahaya.
sudah baik dan sesuai dengan yang
Angket yang diberikan sama dengan
mereka inginkan. Dari uji coba yang
angket yang diberikan pada kelompok
dilakukan terhadap siswa dan guru
terbatas dan siswa dianjurkan untuk
dengan menggunakan angket didapatkan
mengisi saran atau komentar di tempat
hasil data kepraktisan buku ajar Fisika
yang telah disediakan. Dalam hal ini tidak
berbasis berbasis scientific approach
ada lagi saran mengenai buku ajar namun
materi Gelombang Cahaya di kelas XI
terdapat beberapa komentar mengenai
SMA Negeri 5 Lubuklinggau yaitu cukup
buku ajar yang dikembangkan. Selain
praktis sehingga dapat digunakan untuk
siswa terdapat pula komentar kembali dari
melakukan uji coba luas/besar. Hasil
guru Fisika. Komentar yang diberikan
persentase respon siswa pada uji coba
berasal dari 27 siswa di kelas XI IPA 2
kelompok kecil disajikan dalam bentuk
SMA Negeri 5 Lubuklinggau.
diagram berikut:
Komentar yang diberikan
Sangat Setuju menunjukkan bahwa buku ajar yang
3% 7% dikembangkan telah sangau baik dan
26%
Setuju praktis untuk digunakan dalam
pembelajaran. Melihat hal tersebut buku
64% Tidak Setuju ajar berbasis scientific approach yang
Sangat Tidak
dikembangkan bisa diproduksi massal
Setuju tanpa harus direvisi kembali. Dengan
adanya komentar, peneliti mengetahui

26
2018. SPEJ (Science and Physics Education Journal ) 2 (1): 18-29

hal-hal yang dipikirkan siswa mengenai angket kelompok terbatas dan angket
buku ajar yang diproduksi sehingga buku kelompok luas:
ajar bisa dikatakan praktis. Terbukti
dengan banyaknya siswa yang merespon Tabel 4 Hasil Rekapitulasi Penilaian Angket
setuju untuk pernyataan yang dituliskan Kepraktisan
Hasil
pada angket yang diberikan. No. Subjek
penilaian
Persentase Ketegori
Selain siswa, ibu Siska, S.Pd juga 1 184 76,66% Baik
kembali memberikan komentar terhadap Siswa Sangat
2 1143 84%
buku ajar yang telah diperbaiki saat jam Baik
kosong di ruang guru. Saran dan Sangat
3 34 85%
masukkan untuk perbaikan buku ajar Baik
Guru
Sangat
kedepannya sudah tidak ada lagi karena 4 35 87,55%
Baik
komentar yang diberikan merupakan Sangat
tanggapan persetujuan atas semua Total 1396 83,22%
Baik
indikator yang telah ada di dalam buku
ajar. Dari hasil perhitungan angket Keefektivan Buku Ajar
kelompok luas didapatkan data sebagai Susanto (2013) menyatakan bahwa
berikut: pembelajaran efektif merupakan tolok
ukur pembelajaran guru dalam mengelola
kelas. Proses pembelajaran dikatakan
Sangat Setuju efektif apabila seluruh peserta didik dapat
13% terlibat secara aktif, baik mental, fisik,
26% Setuju maupun sosialnya. Nini,dkk (2015)
17%
mengungkapkan bahwa efektifitas secara
44% Tidak Setuju umum menunjukan sampai seberapa jauh
tercapainya suatu tujuan yang lebih
Sangat Tidak
dahulu ditentukan. Berdasarkan pendapat
setuju
yang telah dikemukakan di atas maka
dapat disimpulkan bahwa efektifitas
Gambar 5 Diagram hasil Respon siswa uji coba pembelajaran adalah sebuah tolok ukur
kelompok Luas tentang keberhasilan suatu proses belajar
mengajar dan juga untuk menunjukan
Tabel 3 Hasil Rekapitulasi Penilaian Angket sampai seberapa jauh tercapainya suatu
Kepraktisan Kelompok Luas tujuan pembelajaran selain itu
Hasil
No. Subjek
penilaian
Persentase Ketegori pembelajaran dikatakan efektif jika
Sangat peserta didik yang tuntas dalam belajar
1 Siswa 1143 84% adalah 75% dari jumlah siswa.
Baik
2 Guru 35 87,55%
Sangat Untuk mengetahui keefektifan dari
Baik buku ajar yang dikembangkan maka akan
Sangat diketahui dari hasil belajar kognitif siswa.
Total 1178 85,77%
Baik
Berdasarkan uraian di atas peneliti telah
mendapatkan hasil dari uji coba kelompok
Dikarenakan angket yang diberikan
luas untuk melihat keefektifan dari buku
terjadi 2 kali maka perlu diketahui nilai
ajar yang dikembangkan. Uji kelompok
rata-rata untuk melihat persentase
luas ini dilakukan di kelas XI IPA 2 SMA
kepraktisan terhadap buku ajar Fisika
Negeri 5 Lubuklinggau dengan
berbasis scientific approach materi
menggunakan 1 kelas sebagai subjek
Gelombang Cahya di kelas XI. Berikut
dalam penelitian ini. Keefektifan buku
hasil analisis data dari penjumlahan nilai
ajar dilihat dari hasil belajar kognitif

27
2018. SPEJ (Science and Physics Education Journal ) 2 (1): 18-29

siswa. Hasil belajar dengan menggunakan SIMPULAN


soal tes yang berjumlah 10 soal dengan Peneliti melakukan proses
kriteria C1-C6. Nur (2015) pengembangan bahan ajar berbasis
mengungkapkan bahwa hasil belajar scientific approach pada materi
adalah ukuran keberhasilan siswa berupa gelombang cahaya. penelitian ini
pengetahuan ilmu, kecakapan yang menggunakan model pengembangan
dicapai sebagai hasil dari suatu yang milik Sugiyono melalui 10 tahapan mulai
dipelajari dalam jangka waktu tertentu. dari potensi dan masalah, pengumpulan
Hasil belajar siswa yang sesuai dengan data, desain produk, validasi desain, revisi
penelitian yang telah dilakukan di kelas desain, uji coba produk, revisi produk, uji
XI IPA 2 SMA Negeri 5 Lubuklinggau coba pemakaian, revisi produk, dan
dengan ketuntasan klasikal sebesar 82% produksi massal.
yang mampu melebihi nilai minimal 75% Hasil penilaian validator terhadap
dari jumlah keseluruhan siswa dalam satu kualitas bahan ajar berbasis scientific
kelas. Dengan demikian dapat approach pada komponen kelayakan
disimpulkan Buku ajar yang materi memiliki persentase sebesar 75%,
dikembangkan telah memenuhi kriteria sementara itu untuk komponen media
keefektifan ditinjau dari hasil belajar memiliki persentase sebesar 83,3% dan
kognitif siswa. untuk komponen kebahasaan memiliki
Untuk mencapai ketuntasan tersebut persentase sebesar 79,1%. Persentase
terdapat pula nilai rata-rata siswa yang keseluruhan komponen adalah 76,58%
bisa dihitung menggunakan t-test satu sehingga bahan ajar berbasis scientific
sampel dimana dalam hal ini thitung = 6,53 approach dikatakan valid dan memenuhi
dan ttabel = 1,692 karena thitung ≥ ttabel kriteria baik. Persentase keseluruhan
sehingga dapat dikatakan Ha diterima dan komponen bahan ajar yang divalidasi oleh
Ho ditolak. Dengan demikian rata-rata para ahli adalah 73,04% sehingga bahan
nilai hasil belajar kognitif siswa dapat ajar berbasis scientific approach
dikatakan tuntas. Dari beberapa dikatakan valid dan memenuhi kriteria
penjelasan mengenai instrumen yang baik.
digunakan untuk mengukur keefektifan Persentase keseluruhan respon
dari buku ajar berbasis scientific siswa terhadap bahan ajar berbasis
approach yang dikembangkan maka buku scientific approach adalah 85,77%
ajar dapat dikatakan efektif hasil belajar sehingga bahan ajar dikatakan praktis dan
siswa mencapai angka >75% dari jumlah memenuhi kriteria setuju atau positif. Dan
keseluruhan siswa di dalam kelas. Dari persentase hasil tes ulangan harian 82%
hasil data diperoleh bahwa buku ajar siswa yang memperoleh nilai di atas 70
yang dikembangkan telah efektif ada 28 siswa dan 6 siswa nilainya
digunakan dalam proses pembelajaran. dibawah 70 dari sepuluh butir soal tes
Dengan peresentasi seperti dijelaskan sehingga bahan ajar dikatakan efektif.
pada gambar di bawah ini: Oleh karena itu, bahan ajar berbasis
scientific approach materi Gelombang
Ketuntasan Hasil Belajar Cahaya tahun pelajaran 2018/2019 dapat
18%
Kognitif Siswa dikatakan valid, praktis dan efektif

TUNTAS
82%

Gambar 6 Diagram hasil Kefektifan buku ajar


dari segi Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif Siswa

28
2018. SPEJ (Science and Physics Education Journal ) 2 (1): 18-29

DAFTAR PUSTAKA
Fatmawati, Agustina. (2016).
Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Konsep Pencemaran
Lingkungan Menggunakan Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Untuk Sma Kelas X. EduSains. 4
(2), 97.
Nini, Wa Ode, (2015).Efektivitas
Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share
Terhadap Hasil Belajar Matematika
Materi Pokok Statistika Pada Siswa
Kelas IX SMP Negeri 2 Kendari.
Jurnal Penelitian Pendidikan
Matematika 3(1), 153-166.
Nur, Anis. (2015). Penerapan Model
Pembelajaran Generatif Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Fisika
Siswa Kelas XII IPA1 SMA Negeri
9 Makasar. Jurnal Pendidikan
Fisika 3(1):1-13.
Prastowo, Andi. (2014). Pengembangan
Bahan Ajar Tematik Tinjauan
Teoretis Dan Praktis. Jakarta :
Kencana.
Sukerni, Putu. (2014). Pengembangan
Buku Ajar Pendidikan IPA Kelas IV
Semester 1 SD No.4 Kaliuntu
Dengan Model Dick And Carey.
Jurnal Pendidikan Indonesia 3(1),
386-396.
Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar
Dan Pembelajaran di Sekolah
Dasar. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Susilo, Agus, (2016). Pengembangan
Modul Berbasis Pembelajaran
Saintifik Untuk Peningkatan
Kemampuan Mencipta Siswa
Dalam Proses Pembelajaran
Akuntansi Siswa Kelas XII SMA N
1 Slogohimo 2014. Jurnal Ilmu
Pendidikan Sosial 26(1), 50-56.
Yerimadesi, (2016). Pengembangan
Modul Kesetimbangan Kimia
Berbasis Pendekatan Saintifik
Untuk Kelas XI SMA/MA. Journal
of Sainstek 8(1), 85-97.

29

You might also like