Professional Documents
Culture Documents
Abstract—This research aimed to describe the students misconception profile for grade X SMKN 4 Mataram on the
subject matter of Temperature, Heat, and Heat Transfer. This research is descriptive with case study design. The
population in this research were all students of grade X SMK 4 Mataram which amounts to 424 people. The
sampling technique used was purposive sampling, so that the sample in this research were all students of grade X
SMK 4 Mataram except for class X of Office Administration 1 (X APK 1) and X of Office Administration 2 (X
APK 2) which amounts to 333 people, because only both of this grade that do not get science subjects. Data were
obtained from the test instrument identification shaped misconceptions reasoning multiple choice with an open
reasoning and the analyzed using descriptive statistics which have previously been validated by one person subject
teacher Science grade X and two person physical education lecturer. Based on this research, it was found that the
students of grade X SMK 4 Mataram academic year 2014/2015 have misconceptions identified by the average
percentage of misconceptions on the concept of temperatures by 11.53%, on the concept of heat by 16.44%, on the
concept of expansion by 8.61%, and on the concept of heat transfer by 15.22%, so it can be concluded that the
misconceptions experienced by the students of grade X SMK 4 Mataram in Akademic Year 2014/2015.
Keywords: Concept of Heat, and Concept of Heat Transfer, Concept of Temperature, Misconceptions
Profile.
melainkan selalu berhubungan dengan konsep-konsep subbidang seperti mekanika, termodinamika, optika,
yang lain. Maka setiap konsep dapat dihubungkan bunyi dan gelombang, listrik dan magnet, serta fisika
dengan banyak konsep lain dan hanya mempunyai arti modern [8]. Adapun salah satu materi pokok yang ada
dalam hubungan dengan konsep-konsep lain. Semua pada subbidang termodinamika untuk jenjang SMK
konsep secara bersama-sama membentuk semacam kelas X adalah materi pokok Suhu, Kalor, dan
jaringan pengetahuan di dalam pikiran manusia. Perlu Perpindahan Kalor.
diketahui, Siswa sering membangun teori mereka
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti memilih
sendiri tentang bagaimana alam bekerja, sebelum
konsep Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor yang ada
pendidikan sains formal [5]. Selain itu, siswa juga
di semester II (Genap) Tahun Pelajaran 2014/2015
telah memiliki konsep-konsep yang dipahaminya
untuk diteliti karena merupakan materi yang paling
berdasarkan pengalaman kesehariannya. Konsep-
sering berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa,
konsep yang didapatkan dari keseharian ini bisa
sehingga lebih memudahkan peneliti dalam
bersumber dari orang tua, teman, dan lingkungannya
mengidentifikasi miskonsepsi siswa kelas X SMKN 4
yang bisa jadi tidak sesuai dengan konsep yang
Mataram.
diyakini oleh para ahli [6]. Konsep-konsep yang
dikembangkan oleh siswa ini juga sering tidak cocok Sesuai dengan permasalahan yang telah
dengan konsep-konsep ilmiah [7]. dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan untuk mendeskripsikan profil miskonsepsi siswa kelas
dengan salah seorang guru mata pelajaran IPA di X SMKN 4 Mataram pada materi pokok Suhu, Kalor,
SMKN 4 Mataram, diketahui bahwa mata pelajaran dan Perpindahan Kalor. Hasil penelitian ini
IPA di sekolah ini sebelumnya menggunakan diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
Kurikulum KTSP yang hanya mencakup mengenai sumbangan positif terhadap pengembangan
pelajaran IPA secara umum. Akan tetapi sejak pembelajaran IPA khususnya fisika, serta dapat
penerapan Kurikulum 2013 pada bulan Juli tahun bermanfaat bagi kepala sekolah, guru, mahasiswa,
2014, cakupan materi dalam pembelajaran IPA sudah serta peneliti yang ingin mengambil kajian yang sama.
lebih mengarah ke IPA Aplikasi atau IPA Terapan.
Oleh karena itu, dibutuhkan pemahaman konsep TINJAUAN PUSTAKA
dalam pembelajaran IPA Aplikasi/Terapan ini. Selain
A. Belajar Konsep
itu, didapatkan pula informasi mengenai belum
tersedianya buku literatur untuk mata pelajaran IPA Proses pendidikan di sekolah diisi oleh kegiatan
pada jenjang SMK. Buku literatur yang dimaksud belajar yang merupakan kegiatan yang paling pokok.
adalah buku literatur yang diterbitkan oleh Depdiknas Ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan
yaitu buku guru dan buku siswa. pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa selaku peserta didik.
Ketidaktersediaan buku literatur untuk mata
pelajaran IPA ini, dirasa cukup menjadi kendala dalam Para siswa sering hanya menghafalkan definisi
proses pembelajaran. Guru juga memberi pernyataan konsep tanpa memperhatikan hubungan antara konsep
bahwa untuk materi-materi pada semester 1 (Ganjil) yang satu dengan yang lain. Dengan demikian konsep
Tahun Pelajaran 2014/2015, tidak sedikit siswa yang baru yang dipelajari tidak dapat dipahami atau dicerna
mengalami miskonsepsi. Bahkan dari sejumlah siswa dengan mudah oleh siswa, akan tetapi konsep tersebut
di dalam kelas, tak banyak siswa memiliki konsep berdiri sendiri dan tidak memiliki hubungan dengan
awal yang benar. konsep lainnya. Konsep baru tersebut tidak dapat
digunakan oleh siswa dan tidak memiliki arti [6].
Hal-hal tersebut di atas tentu saja dapat
menghambat pemahaman siswa akan konsep, bahkan Dasar dari belajar konsep adalah sama halnya
berpeluang menimbulkan kesalahan dalam memahami dengan bentuk belajar yang lain berupa asosiasi
konsep. Kesalahan dalam memahami konsep ini stimulus dan respon, dimana biasanya konsep awal itu
biasanya disebut dengan istilah miskonsepsi. kurang sempurna, maka perlu dikembangkan atau
Miskonsepsi ini terdapat dalam semua bidang sains, dibenahi dalam pelajaran formal [8]. Selain itu, [9]
seperti fisika, biologi, kimia, dan astronomi. mengemukakan adanya dua pendekatan yang
Miskonsepsi dalam bidang fisika meliputi banyak digunakan dalam belajar konsep yaitu pendekatan
147
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015
frekuensi dan persentase tingkat pemahaman siswa, jawaban siswa pada setiap butir soal ke dalam tiga
membuat diagram tingkat pemahaman siswa kategori yaitu memahami konsep, miskonsepsi, dan
berdasarkan persentase hasil jawaban tes identifikasi tidak memahami konsep. Adapun data tingkat
miskonsepsi, serta membuat tabel persentase rata-rata pemahaman konsep, miskonsepsi, dan ketidak
siswa yang mengalami miskonsepsi pada tiap tipe soal pahaman konsep siswa berdasarkan hasil analisis data
miskonsepsi. yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 333 siswa yang atas, dapat dibuat diagram seperti pada gambar berikut
diteliti, terlihat bahwa persentase tingkat pemahaman ini:
konsep siswa cukup beragam. Berdasarkan Tabel 1 di
70
60
Persentase
50
40
30
20
10
0
Tidak Paham
Konsep (TP)
Konsep
Gambar di atas menunjukkan bahwa siswa Agar data di atas lebih terperinci, maka data-data
mengalami miskonsepsi pada semua tipe konsep. tersebut dibuat dalam bentuk rekapitulasi sehingga
Miskonsepsi dengan persentase tertinggi terjadi pada dapat disajikan secara lengkap frekuensi dan
konsep kalor yakni sebesar 16.44%. Sebaliknya, persentase tingkat pemahaman siswa pada masing-
miskonsepsi dengan persentase terendah terjadi pada masing kategori untuk setiap butir soal sebagai
konsep pemuaian yakni sebesar 8.61%. berikut:
149
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat menjawab benar pada semua soal yang di ujikan.
dikemukakan bahwa siswa mengalami miskonsepsi Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat dibuat diagram
pada semua butir soal yang di ujikan. Selain itu, seperti pada gambar berikut ini:
berdasarkan data jawaban 333 siswa yang didapatkan,
diketahui bahwa tidak ada satupun siswa yang
150
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015
80
Jawaban Tes
Miskonsepsi
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nomor Soal
Gambar 2. Diagram Batang Hasil Tes Identifikasi Miskonsepsi
Gambar di atas menunjukkan bahwa siswa Berdasarkan analisis data lanjut terhadap lembar
memiliki tingkat miskonsepsi yang berbeda-beda pada jawaban siswa, maka diperoleh persentase rata-rata
setiap soal. Soal yang memiliki persentase jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi pada setiap tipe
miskonsepsi paling tinggi adalah soal nomor 13 soal miskonsepsi yang ditunjukkan oleh tabel di
dengan persentase 54.95 %, sedangkan soal yang bawah ini:
memiliki persentase jawaban miskonsepsi paling
rendah adalah nomor 10 dengan persentase 2.40 %.
Tabel 3. Persentase Rata-Rata Siswa Yang Mengalami Miskonsepsi
Pada Tiap Tipe Soal Miskonsepsi
Persentase Rata-Rata
No. Tipe Miskonsepsi Siswa yang Mengalami
Miskonsepsi
1. Konsep Suhu 11.53 %
2. Konsep Kalor 16.44 %
3. Konsep Pemuaian 8.61 %
4. Konsep Perpindahan Kalor 15.22 %
Berdasarkan tabel yang tersaji di atas, terlihat yang mengalami miskonsepsi paling sedikit adalah
bahwa persentase rata-rata siswa yang mengalami pada konsep pemuaian yakni sebesar 8.61%.
miskonsepsi terbanyak pada konsep kalor yaitu Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat dibuat diagram
sebesar 16.44%, sedangkan persentase rata-rata siswa seperti pada gambar berikut ini:
20
Miskonsepsi
Persentase
15
10
5
0
Suhu Kalor Pemuaian Perpindahan
Konsep Kalor
151
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang siswa menganggap suhu dapat mengalir, miskonsepsi
telah dilakukan, terlihat bahwa miskonsepsi tentang tentang fenomena konduksi, konveksi dan radiasi
konsep Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor yang dalam kehidupan sehari-hari, dan tebal tipisnya benda
dimiliki oleh siswa kelas X SMKN 4 Mataram pada mempengaruhi banyaknya kalor yang diserap.
tahun 2015 dapat diidentifikasi dengan menggunakan
Berdasarkan penjabaran di atas, terlihat bahwa
instrumen tes identifikasi miskonsepsi pada penelitian
hanya sebagian kecil dari siswa Kelas X SMKN 4
ini.
Mataram yang mengalami miskonsepsi, hal tersebut
1. Konsep Suhu (Butir Soal Nomor 1, 2, 3, 4,dan 5) dikerenakan tes ini diberikan setelah materi pokok
Pada konsep Suhu ini, rerata siswa yang suhu, kalor, dan perpindahan kalor diajarkan di
mengalami miskonsepsi adalah 11.53%, dimana siswa sekolah tersebut, terdapat beberapa siswa yang
menganggap suhu benda sebanding dengan massa memiliki konsep awal yang sudah benar, guru
benda, miskonsepsi tentang kesetimbangan termal, menggunakan model pembelajaran kontekstual yang
jenis alat memasak tak mempengaruhi banyaknya disertai dengan LKS saat melaksanakan proses
kalor, dan ukuran benda sebanding dengan suhu. pembelajaran di kelas, dan siswa memiliki antusiasme
dalam belajar dan berupaya memiliki konsep yang
2. Konsep Kalor (Butir Soal Nomor 6, 7, 8, 9, 10, 11, benar.
12, dan 13)
Meskipun pembelajaran sudah dirancang
Pada konsep Kalor ini, rerata siswa yang sedemikian rupa, akan tetapi berdasarkan hasil tes
mengalami miskonsepsi adalah 16.44%, dimana siswa yang diberikan ternyata jumlah siswa yang tidak
menganggap kalor merupakan energi yang mengalir paham konsep ternyata cukup banyak. Hal ini dapat
dari energi yang satu ke energi yang lain, berat benda disebabkan oleh rendahnya ketertarikan siswa akan
sebanding dengan kalor, benda logam/mudah meleleh mata pelajaran IPA khususnya pada materi Fisika dan
akan menerima kalor lebih banyak, miskonsepsi siswa terbiasa hanya menghafalkan konsep sehingga
tentang pelepasan dan penyerapan kalor, benda yang konsep yang baru dipelajari tidak mampu dipahami.
dipanaskan suhunya selalu naik, massa benda Selain itu, juga dapat disebabkan oleh rendahnya
berbanding terbalik dengan kalor, dan benda minat belajar siswa, siswa belum mampu
menyublim karena pengaruh suhu dingin serta posisi menghubungkan konsep awal dengan konsep baru
yang berdesakan. yang diberikan, serta kurangnya bakat dan
3. Konsep Pemuaian (Butir Soal Nomor 14, 15, 16, kemampuan siswa dalam memahami materi.
17, 18, dan 19)
PENUTUP
Pada konsep Pemuaian ini, rerata siswa yang
mengalami miskonsepsi adalah 8.61%, dimana siswa Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
menganggap diameter benda mengecil saat memuai, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat miskonsepsi
besar kecilnya pemuaian tergantung besar kecilnya pada siswa kelas X SMKN 4 Mataram Tahun
api, besar kecilnya koefisien muai benda tergantung Pelajaran 2014/2015 untuk materi pokok Suhu, Kalor,
alat pemanas yang digunakan, partikel-partikel benda dan Perpindahan Kalor yang dinyatakan dalam rerata
ukurannya semakin besar dan mendesak ke segala sebagai berikut:
arah saat memuai, hanya akan terjadi pemuaian pada 1. Pada konsep suhu, persentase siswa yang tidak
kayu yang dapat membuat kaca pecah, dan koefisien memahami konsep sebesar 30.45%, siswa yang
muai bagian dalam dan luar sebuah benda adalah mengalami miskonsepsi sebesar 11.53%, dan
berbeda. siswa yang memahami konsep sebesar 57.36%.
4. Konsep Perpindahan Kalor (Butir Soal Nomor 2. Pada konsep kalor, persentase siswa yang tidak
20, 21, 22, 23, 24 dan 25) memahami konsep sebesar 41.74%, siswa yang
mengalami miskonsepsi sebesar 16.44%, dan
Pada konsep Perpindahan Kalor ini, rerata siswa siswa yang memahami konsep sebesar 42.70%.
yang mengalami miskonsepsi adalah 15.22%, dimana
152
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015
3. Pada konsep pemuaian, persentase siswa yang Tesis Program Studi Pendidikan Sains Universitas
tidak memahami konsep sebesar 46.90%, siswa Sebelas Maret.
yang mengalami miskonsepsi sebesar 8.61%, dan [5] Demircioglu, Gokhan, Alipayasa Ayas and Hulya
siswa yang memahami konsep sebesar 44.54%. Demircioglu. 2005. Conceptual Change Achieved
4. Pada konsep perpindahan kalor, persentase siswa Through a New Teaching Program on Acid and
yang tidak memahami konsep sebesar 37.29%, Bases. Journal of Chemistry Educational
siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar Research and Practice Volume 6 Number 1, 36-
15.22%, dan siswa yang memahami konsep 51.
sebesar 47.35%. [6] Berg, Euwe Van Den. 1991. Miskonsepsi Fisika
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijabarkan, dan Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya
maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai Wacana.
berikut: [7] Barke, Hans-Dieter, Al Hazari and Sileshi
Yitbarek. 2009. Misconceptions in Chemistry
1. Guru sebaiknya perlu mengetahui prakonsepsi
Addressing Perceptions in Chemical Education.
siswa sebelum memulai pembelajaran serta Germany: Springer.
memberikan penekanan pada konsep yang benar
untuk meminimalisasi terjadinya miskonsepsi pada [8] Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan
siswa. Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: PT
2. Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut Grasindo.
dengan mengaitkan aspek-aspek yang belum [9] Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-Teori Belajar.
diungkap seperti metode guru mengajar, buku ajar Bandung: Erlangga.
yang digunakan, dan prakonsepsi siswa agar lebih [10] Mahmudah, Roisatul. (2013). Identifikasi
bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya Miskonsepsi Peserta Didik Konsep Suhu dan
pendidikan IPA (Fisika). Kalor dengan Menggunakan Peta Konsep dan
3. Penelitian ini dapat pula dikembangkan lebih lanjut Wawancara. Skripsi Program Studi Pendidikan
dengan memberikan cara menanggulangi Fisika Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
miskonsepsi yang terlanjur dimiliki oleh siswa. Yogyakarta: tidak diterbitkan.
153