You are on page 1of 10

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar | p-ISSN 2085-1243

Vol. 8. No.1 Januari 2016 | Hal 12-21

PENERAPAN STRATEGI PREDICT, DISCUSS, EXPLAIN,


OBSERVE, DISCUSS, EXPLAIN (PDEODE) PADA PEMBELAJARAN
IPA SD UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN
MENURUNKAN KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI PADA
MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA DI KELAS V
Oleh:
Suci Zakiah Dewi1, Andi Suhandi2
Universitas Pendidikan Indonesia

Abstract: Understanding of concepts in science learning is very important in order to avoid students
misconceptions and is one of the requirements for success in learning science. the purpose of this
study was to determine the extent of students' understanding of the concept and the ability to decrease
the quantity of misconceptions by using learning strategies PDEODE at primary school level
precisely in one of the Government Elementary School in the city of Bandung. The method used is
quasi-experimental with pretest-posttest control group design. The process of learning happens in the
classroom control with traditional learning in the classroom and experiment with strategies
PDEODE. Learning takes place during the four meetings of each class and in each of the activities
carried out are also observations about the enforceability of the learning activities as described in the
steps in the lesson plan. The results showed an increased understanding of the concept as well as a
decrease in the quantity of students' misconceptions after learning implemented. T test results showed
that between ttabel predetermined with the calculation results tcount discovered show that thitung
thitung<ttabel and means Ho rejected. Furthermore, students' responses to the use PDEODE strategy is
positive. Students feel more involved in the learning process and thus deemed not to saturate a given
learning can improve understanding of concepts and reconstruct his conception so in accordance with
the scientific concept indeed.
Keyword: PDEODE Strategy, Conceptual Understanding, Misconception

Abstrak: Pemahaman konsep dalam pembelajaran sains merupakan hal yang sangat penting guna
menghindari miskonsepsi pada siswa dan merupakan salah satu syarat dalam mencapai keberhasilan
belajar sains. tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
pemahaman konsep siswa dan penurunan kuantitas miskonsepsi dengan mengunakan strategi
pembelajaran PDEODE di jenjang sekolah dasar tepatnya di salah satu Madrasah Ibtidaiyah di kota
Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan control group pretest-
postest design. Proses pembelajaran terjadi di kelas kontrol dengan pembelajaran tradisional dan di
kelas eksperimen dengan strategi PDEODE. Pembelajaran berlangsung selama 4 kali pertemuan
masing-masing kelas dan dalam setiap kegiatannya dilakukan juga observasi mengenai
keterlaksanaan kegiatan pembelajaran seperti tertera dalam langkah-langkah di RPP. Hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep serta penurunan kuantitas siswa miskonsepsi
setelah pembelajaran dilaksanakan. Hasil uji t menunjukkan bahwa antara ttabel yang telah ditentukan
dengan hasil penghitungan thitung yang ditemukan menunjukkan bahwa thitung<ttabel dan artinya Ho
ditolak. Selanjutnya tanggapan siswa terhadap penggunaan strategi PDEODE adalah positif. Siswa
merasa lebih terlibat dalam proses pembelajaran dan dianggap tidak membuat jenuh sehingga
pembelajaran yang diberikan mampu meningkatkan pemahaman konsep dan merekontruksi
konsepsinya sehingga sesuai dengan konsep ilmiah sesungguhnya.
Kata kunci: Strategi PDEODE, pemahaman konsep, miskonsepsi, perubahan wujud benda

PENDAHULUAN berarti pengetahuan. Pengetahuan yang


IPA dikenal sebagai sains yang diperoleh melalui pembelajaran dan
berasal dari bahasa Latin “scientia” yang pembuktian. Dalam bahasa Inggris sains

1
Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UPI Bandung, Email: suci.zakiah@yahoo.com
2
Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

12 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016


dikenal juga sebagai Natural Science atau terdapat banyak miskonsepsi yang dialami
Science. Natural berarti alamiah atau siswa dalam memahami konsep IPA
segala hal yang memiliki sangkut paut dengan benar, konsep-konsep yang
dengan alam dan Science berarti ilmu menjadi tema utama penelitian
pengetahuan. Jadi secara harfiah IPA diantaranya adalah : (1) Konsep udara
merupakan ilmu pengetahuan yang menghasilkan tekanan ke segala arah,
membahas tentang alam semesta. Carin & jawaban benar siswa dalam konsep ini
Sund (1989) mendefinisikan sains adalah masih rendah dengan rata-rata persentase
suatu sistem untuk memahami alam dari jawaban benar hanya 27,95%.
semesta melalui observasi dan eksperimen Pertanyaan yang diajukan adalah
yang terkontrol. Selain itu Carin & Sund “Dapatkah balon mengembang (bila
juga memberikan petunjuk tentang ditiup), apabila balon tersebut diikat pada
bagaimana seharusnya IPA diajarkan mulut botol?” Kebanyakan siswa
yaitu dengan menanamkan rasa ingin tahu menjawab balon tersebut dapat
dalam diri siswa tentang alam sekitar dan mengembang mengikuti bentuk botol
memahami penjelasan-penjelasan ilmiah yang lonjong. (2) Konsep pengembunan,
tentang fenomena alam. miskonsepsi siswa cukup rawan karena
Dalam pembahasan mengenai hakikat jawaban benar hanya 24,8%, dengan
IPA, Hardy dan Fleer (1996) membahas pertanyaan apa yang terjadi jika es
bahwa sains dapat dipahami dalam disimpan di dalam gelas kaca? apa
perspektif yang lebih luas lagi, hakikat alasannya? Jawaban siswa diantaranya air
yang terkandung didalamnya diantaranya keluar dari gelas melalui pori-pori gelas
adalah: (1) Sains sebagai kumpulan dan karena siswa pernah melihat bahwa es
pengetahuan (body of knowledge), sains mengluarkan asap maka dari situasi
sebagai kumpulan pengetahuan mengacu tersebut diturunkan suatu teori bahwa es
pada kumpulan berbagai konsep sains menguap.
yang sangat luas. (2) Sains sebagai suatu Selain itu, penelitian lainnya
proses penelusuran umunnya merupakan dilakukan oleh Clara, dkk tahun 2013
suatu pandangan yang menghubungkan mengenai miskonsepsi yang terjadi pada
gambaran sains yang berkaitan erat siswa SD materi sifat dan perubahan
dengan kegiatan laboratorium beserta wujud benda di kelas III dan IV SDN 47
perangkatnya. (3) Sains sebagai kumpulan Sekadau Pontianak menunjukkan bahwa
nilai. Hal ini berhubungan erat dengan siswa masih memiliki konsepsi yang
penekanan sains sebagai proses, keliru (miskonsepsi). Konsep mengenai
bagaimanapun juga pandangan ini sifat-sifat benda cair dan contohnya, siswa
menekankan pada aspek nilai ilmiah kelas III yang miskonsepsi sebanyak
yang melekat dalam sains dan termasuk 78,57% dan kelas IV sebanyak 80%,
didalamnya nilai kejujuran, rasa ingin konsep sifat-sifat benda gas dan
tahu, dan keterbukaan akan berbagai contohnya, siswa kelas III yang
fenomena yang barusekalipun. (4) Sains miskonsepsi sebanyak 71,43% dan kelas
sebagai suatu cara untuk mengenal dunia IV sebanyak 73,33%, konsep perubahan
karena proses sains dipengaruhi oleh cara yang terjadi pada benda akibat pemanasan
di mana orang memahami kehidupan dan hanya dilaksanakan di kelas III dan siswa
dunia di sekitarnya, sains yang miskonsepsi sebanyak 57,14%.
dipertimbangkan sebagai suatu cara Sementara konsep perubahan wujud dan
dimana manusia mengerti dan memberi contohnya hanya dilaksanakan di kelas
makna pada dunia di sekeliling mereka. IV, siswa yang miskonsepsi sebanyak
Berdasarkan temuan di lapangan hasil 73,33%. Data diperoleh dari keseluruhan
penelitian Sigit & Nurmala (2013)

Suci Zakiyah Dewi & Andi Suhandi: Penerapan Strategi PDEOD 13


sampel yakni 14 siswa kelas III dan 15 kerja sama siswa dalam hal mencari fakta
siswa kelas IV. secara bersama-sama, faham
Penyebab miskonsepsi bisa saja dari konstruktivisme dijadikan landasan
faktor guru, seperti dalam penelitian yang karena mengandung unsur bahwa
dilakukan oleh Kambouri tahun 2012 seseorang membina pengetahuan dirinya
bahwa penyebab miskonsepsi yang terjadi secara aktif dengan cara membandingkan
pada anak-anak melibatkan guru sebagai informasi baru dengan pemahaman yang
salah satu penyebabnya. Dalam kegiatan sudah ada. Pentingnya kolaborasi dari
wawancara dengan beberapa narasumber ketiga hal ini adalah agar dapat
(guru) di 150 sekolah di Cyprus memfasilitasi terjadinya konstruksi
menunjukkan bahwa sebanyak 72% setuju pengetahuan melalui proses asimilasi dan
bahwa keyakinan guru dalam mengajar akomodasi dengan strategi yang dipilih
bisa menjadi salah satu penyebab tidak adalah strategi PDEODE (Predict,
fokus dalam memberikan materi kepada Discuss, Explain, Observe, Discuss,
siswa, ketidakyakinan tersebut berarti Explain). Strategi PDEODE awalnya
berkurangnya kepercayaan diri karena digunakan oleh Kolari, dkk tahun 2005
materi yang akan diajarkan belum terlalu dalam pendidikan teknik. Strategi
dikuasai oleh guru. Guru lebih percaya diri mengajar ini merupakan strategi yang
mengajarkan materi tanaman dan hewan mendukung suasana diskusi dengan latar
dibandingkan materi listrik maka hasilnya belakang perbedaan pendapat.
banyak murid yang miskonsepsi dalam Salah satu strategi pembelajaran yang
materi tersebut karena disadari oleh guru digunakan dalam dunia pendidikan
mereka tidak terlalu percaya diri dalam khususnya pembelajaran IPA adalah
mengajarkannya sehingga banyak sekali strategi PDEODE. Sebelum strategi
konsep-konsep yang kurang dipahami PDEODE ini sebenarnya ada strategi lain
oleh siswa. Selain dari faktor guru, yang hampir sama dengan strategi ini
beberapa hal lain yang mempengaruhi yaitu strategi POE (Predict, Discuss,
miskonsepsi adalah kurangnya waktu Observe). Menurut Palmer tahun 1996
untuk belajar yang disediakan kurikulum strategi ini dapat digunakan untuk
dengan kapasitas kemampuan siswa mengetahui prakonsepsi peserta didik,
dalam menerima materi pelajaran serta memberikan informasi tentang pemikiran
tidak sesuainya pengetahuan yang peserta didik, dan memotivasi peserta
diberikan guru dengan buku-buku didik untuk menggali konsep. Namun,
pelajaran yang digunakan. Buku-buku langkah pembelajarannya hanya terdiri
yang digunakan tersebut tidak dari 3 kegiatan saja yaitu memprediksi,
memperhatikan aspek-aspek yang dapat diskusi dan observasi saja sehingga dirasa
menimbulkan miskonsepsi dalam diri kurang kompleks untuk mengatasi
siswa, sehingga sebaliknya ketika seorang permasalahan belajar dalam hal remediasi
guru sudah memahami dan menguasai miskonsepsi sains di MI/SD.
betul materi yang akan diajarkan namun Strategi PDEODE memiliki enam
kenyataannya konsep yang ada dalam tahapan, yaitu tahap prediction, tahap
buku pelajaran menjadi awal munculnya discuss, tahap explain, tahap observe,
miskonsepsi. tahap discuss, tahap explain (Costu,
Pembelajaran inkuiri dapat 2008).
membantu siswa belajar lebih ilmiah 1. Tahap memprediksi (Prediction).
terampil mengumpulkan fakta, menyusun Pada tahap ini guru mengenalkan
konsep, menyusun generalisasi secara suatu fenomena yang berkaitan
mandiri. Kemudian pembelajaran dengan materi yang akan dibahas dan
kooperatif juga membangun kemampuan yang ada dalam kehidupan sehari-hari
14 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016
sehingga berlaku dan dialami oleh konsep menjadi sesuatu yang benar
semua siswa. Awalnya siswa diminta dan sesuai dengan konsep ilmiah yang
secara individu untuk memprediksi sudah diuji kebenarannya.
masalah dan alasannya berdasarkan 6. Tahap menjelaskan II (Explain II).
pengetahuan awal mereka. Tahap ini siswa selesai mengkonstruk
2. Tahap diskusi I (Discuss I). Siswa pengetahuan lama dan pengetahuan
dibagi ke dalam beberapa kelompok, barunya kemudian menjelaskan
dan mendiskusikan pendapat masing- kembali sesuai dengan kesepakatan
masing untuk menghasilkan jalan baru yang telah di diskusikan
keluar dari permasalahan yang sebelumnya dalam kelompok masing-
dihadapi. Diharapkan juga siswa masing.
mampu membuat hipotesis awal Pertimbangan dalam memilih strategi
berdasarkan buku sumber yang terkait PDEODE sejalan dengan pendapat
dengan fenomena yang diberikan Wulandari (2013) yang mengemukakan
guru. bahwa dengan strategi PDEODE siswa
3. Tahap menjelaskan I (Explain I). terlatih untuk memprediksi, berdiskusi,
Tahap ini lebih mengarah kepada menjelaskan, mengobservasi,
penjelasan antar kelompok, siswa mendiskusikan hasil observasi, kemudian
diminta menjelaskan prediksinya menjelaskan kembali, dengan kegiatan
berdasarkan pendapat masing-masing yang berulang melatih mahasiswa
kelompok sehingga memungkinkan semakin terasah dalam keterampilan
timbulnya konflik kognitif. Pemikiran berpikir kritis. Dalam strategi PDEODE
awal siswa dapat bertentangan ini terdapat pembelajaran bermakna yang
dengan konsep ilmiah sehingga dari mengabungkan beberapa strategi
sinilah dapat muncul miskonsepsi. diantaranya strategi belajar kolaboratif,
Miskonsepsi yang ada dapat strategi student centered yang
membedakan hasil diskusi antar mengutamakan aktivitas siswa, kegiatan
kelompok. observasi langsung dengan melakukan
4. Tahap Observasi (Observe). percobaan-percobaan, dan strategi
Perbedaan pendapat yang terjadi tidak pemecahan masalah. Penelitian ini
dibiarkan berlarut-larut dan dilaksanakan di kelas V di salah satu MI
selanjutnya perlu dilakukan tindakan di kota Bandung, yang sebelumnya telah
melalui kegiatan observasi langsung. diadakan penelitian secara informal
Observasi dilakukan dengan mengenai pemahaman siswa dalam
percobaan-percobaan yang berkaitan pembelajaran sains pada materi perubahan
dengan fenomena tersebut, dari wujud benda yang dimiliki oleh siswa.
kegiatan ini akan diperoleh kebenaran Dari 30 siswa rata-rata hanya 10% siswa
mengenai hipotesis yang diramalkan yang mampu menjawab setiap pertanyaan
serta pendapat siswa dan membenahi untuk menguji kemampuan pemahaman
miskonsepsi yang terjadi. konsep.
5. Tahap diskusi II (Discuss II). Miskonsepsi siswa, langkah-langkah
Kegiatan diskusi yang kedua ini untuk strategi PDEODE serta penelitian-
merumuskan kembali dan penelitian yang dianggap relevan
membandingkan antara hipotesis mengenai miskonsepsi dengan rencana
awal sebelum percobaan dengan penelitian ini mendorong penulis untuk
kenyataan yang diperoleh setelah melakukan penelitian lebih jauh lagi
dilakukan percobaan. Dalam tahap ini mengenai penerapan strategi PDEODE
siswa belajar membenahi apa yang dalam upaya mengurangi kuantitas
dianggap benar tapi ternyata salah miskonsepsi siswa khususnya pada materi

Suci Zakiyah Dewi & Andi Suhandi: Penerapan Strategi PDEOD 15


wujud benda di kelas V MI. Upaya diberikan treatment kepada siswa di kelas
tersebut dituangkan dalam bentuk kontrol dan kelas eksperimen. kemudian
penelitian kuantitatif dengan rumusan siswa diberikan treatment (pada kelas
permasalahan “Bagaimana pengaruh eksperimen), dan terakhir diberikan tes
penerapan strategi PDEODE dalam akhir (post-test) terhadap kedua jenis kelas
meningkatkan pemahaman konsep dan dengan soal yang sama juga.
menurunkan kuantitas siswa yang Prosedur penelitian yang
miskonsepsi pada materi perubahan wujud dilaksanakan yaitu (1) Melakukan kajiaan
benda di kelas 5 MI?”. Lebih khusus lagi pustaka mengenai strategi PDEODE,
rumusan masalah dituangkan dalam pemahaman konsep, miskonsepsi dan
pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) materi-materi pelajaran IPA di MI
Bagaimana peningkatan pemahaman khususnya kelas V. (2) Melakukan
konsep siswa MI yang mendapatkan observasi awal di sekolah yang menjadi
pembelajaran IPA dengan strategi target penelitian berupa pengamatan
PDEODE dibandingkan siswa yang langsung mengenai proses pembelajaran
mendapatkan pembelajaran IPA dengan di kelas dan wawancara dengan guru,
pembelajaran tradisional pada materi kemudian melakukan tes untuk
perubahan wujud benda ? (2) Bagaimana memperoleh gambaran mengenai
penurunan kuantitas siswa miskonsepsi pemahaman konsep dan miskonsepsi
yang mendapatkan pembelajaran IPA siswa. (3) Merancang perangkat
dengan strategi PDEODE dibandingkan pembelajaran berdasarkan silabus
siswa yang mendapatkan pembelajaran kemudian dibuat dalam bentuk Rencana
IPA dengan pembelajaran tradisional pada Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
materi perubahan wujud benda ? kegiatan pembelajaran dan LKS untuk
kelas eksperimen dan kelas kontrol. (4)
METODOLOGI PENELITIAN Menyusun instrumen penelitian berupa tes
Penelitian ini menggunakan pilihan ganda untuk mengukur
metode eksperimen dengan jenis pemahaman konsep siswa dan three tier
penelitian eksperimen semu (Quasi test untuk mengukur kuantitas
Experimental Research) karena tidak miskonsepsi. (5) Melakukan validasi
mungkin dapat mengontrol semua instrumen tes (judgment). (6) Mengolah
variabel yang relevan. Variabel bebas data hasil uji coba yang meliputi tingkat
dalam penelitian ini adalah strategi kesukaran, reliabilitas dan daya pembeda,
pembelajaran yang digunakan, untuk kelas kemudian menganalisisnya dan
eksperimen pembelajaran PDEODE dan menentukan soal yang akan digunakan
untuk kelas kontrol pembelajaran dalam penelitian. (7) Memberikan pre-test
tradisional. Variabel terikat dalam pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
penelitian ini adalah pemahaman konsep (8) Memberikan perlakuan (treatment)
dan penurunan kuantitas miskonsepsi pembelajaran IPA dengan strategi
siswa. Sedangkan variabel terikat dalam PDEODE pada kelas eksperimen dan
penelitian ini adalah kondisi kelas yang dengan pembelajaran tradisional pada
sama, alokasi waktu belajar yang sama, kelas kontrol. (9) Memberikan post-test
usia siswa yang relative sama, instrument untuk mengetahui pemahaman konsep dan
yang diberikan untuk penilaian yang sama kuantitas miskonsepsi setelah
pula. Desain yang digunakan adalah mendapatkan treatment. (10) Memberikan
control group pre-test – post-test design. tes skala sikap pada siswa untuk
Sebelum dilaksanakan penelitian maka mengetahui tanggapan siswa mengenai
dilakukan pengukuran dulu di awal pelaksanaan pembelajaran dengan strategi
disebut pre-test ini dilakukan sebelum PDEODE (11)Mengolah data hasil post-
16 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016
test, tes skala sikap dan hasil observasi PDEODE yang terdiri dari dua pilihan
dari seluruh pembelajaran yang dilakukan yaitu setuju dan tidak setuju. Instrumen
pada kedua kelompok sampel. (11) skala siswa ini juga menggunakan
Menganalisis data hasil penelitian dan checklist () artinya siswa hanya
membahas temuan penelitian, memberikan tanda  jika sesuai dengan
memberikan kesimpulan berdasarkan yang mereka rasakan. Data yang diperoleh
hasil pengolahan data dan memberikan dalam penelitian ini merupakan data
rekomendasi berdasarkan hasil penelitian. kuantitatif yang diperoleh melalui tes
Instrumen tes diberikan untuk tertulis dan hasil observasi keterlaksanaan
mengukur pemahaman konsep dan model pembelajaran.
miskonsepsi. Soal untuk mengukur 70 62,764,93
pemahaman konsep adalah pillihan ganda
60 52,86
biasa dan hasil tes pemahaman konsep 49,73
akan dihitung gain dinormalisasi (N-gain) 50
dan digunakan untuk melihat pemahaman 40 32,65
konsep pada kelas kontrol dan kelas 30 24,61
eksperimen. Soal untuk tes konsepsi siswa 20
meskipun berupa soal pilihan ganda
10
namun menggunakan TTT yaitu diberikan
0
soal pilihan ganda pada tingkat pertama,
% Pretest % Posttest % PKM
kemudian tingkat kedua siswa harus
menyertakan alasan menjawab opsi Eksperimen Kontrol
pertama dan tingkat ketiga siswa harus
memberikan keyakinan dalam menjawab Gambar 1 Presentase PKM Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
jawaban sebelumnya yakni terdiri dari
yakin dan tidak yakin. Sedangkan TTT
digunakan untuk mengidentifikasi adanya HASIL DAN PEMBAHASAN
miskonsepsi, konsepsinya sudah benar, Hasil keterlaksanaan proses
kurang paham konsep, menebak atau tidak pembelajaran dan aktivitas siswa pada
tahu konsep. kelas eksperimen di atas 75% dengan
Instrumen non tes yang digunakan kriteria hampir seluruh kegiatannya
adalah lembar observasi dan tes skala terlaksana. Dalam penelitian ini siswa
sikap siswa. lembar observasi merupakan yang mengalami miskonsepsi, paham
daftar isian yang diisi oleh observer untuk konsep, kurang paham konsep, menebak
mengamati secara langsung kegiatan dan tidak paham konsep dapat
pembelajaran di kelas dengan tujuan untuk diidentifikasi menggunakan Three Tier
mengetahui apakah aktivitas guru dan Test (TTT). TTT terdiri dari tiga tingkat
siswa sesuai dengan batasan-batasan yang soal, soal tingkat pertama (first tier)
telah digariskan dalam tahapan langkah- merupakan pertanyaan pilihan ganda dan
langkah strategi PDEODE yang soal tingkat kedua (second tier)
ditetapkan. Bentuk dari lembar observasi merupakan alasan dari pemilihan jawaban
ini adalah checklist () artinya observer first tier. Soal tingkat ketiga (third tier)
akan memberikan tanda checklist () jika berupa pilihan tingkat keyakinan siswa
kriteria yang dimaksud dalam format dalam memilih jawaban first tier dan
observasi terlaksana. Tes skala sikap second tier. Data yang diperoleh dari hasil
siswa atau angket untuk siswa berupa pretest dan posttest siswa kemudian di
daftar isian yang harus diisi oleh siswa analisis setiap butirnya. Berdasarkan data
dengan tujuan mengetahui tanggapan yang diperoleh, presentase jumlah siswa
siswa mengenai strategi pembelajaran pada kelas eksperimen yang mengalami

Suci Zakiyah Dewi & Andi Suhandi: Penerapan Strategi PDEOD 17


miskonsepsi saat pretest dan posttest rata-rata skor pretest awalnya 18,03
mengalami penurunan. Penurunan jumlah meningkat menjadi 20,73 pada saat
siswa yang mengalami miskonsepsi posttest dengan gain yang di normalisasi
terjadi pada seluruh konsep perubahan sebesar 0.172 berkategori rendah. Rata-
wujud benda. Hal ini menunjukkan rata N-gain kelas eksperimen termasuk ke
treatment yang dilakukan pada kelas dalam kategori sedang dan kelas kontrol
eksperimen dapat meningkatkan termasuk dalam kategori rendah dan N-
pemahaman konsep siswa dari yang tidak Gain pemahaman konsep yang paling
tahu konsep, kurang paham konsep, tinggi terdapat pada kelas eksperimen. Hal
menebak maupun yang miskonsepsi ini menunjukkan bahwa peningkatan
menjadi paham konsep. pemahaman konsep siswa kelas
Penurunan jumlah siswa yang eksperimen lebih tinggi dari pada kelas
mengalami miskonsepsi terjadi pada kontrol pada konsep perubahan wujud
seluruh konsep perubahan wujud benda. benda.
Penurunan yang terjadi lebih besar di Selanjutnya diagram berikut
kelas eksperimen hal ini menunjukkan menyajikan perbedaan N-gain antara kelas
bahwa treatment yang dilakukan pada eksperimen dan kelas kontrol pada gambar
kelas eksperimen dapat lebih berikut:
meningkatkan pemahaman konsep siswa 0,36
0,4
dari yang tidak tahu menjadi tahu.
Perbandingan presentase rata-rata 0,3
0,17
miskonsepsi pretest, posttest, dan 0,2
penurunan kuantitas miskonsepsi siswa 0,1
antara kelas eksperimen dan kontrol 0
disajikan pada gambar berikut : Eksperimen Kontrol
Hasil pretest di kelas eksperimen
Gambar 2. Perbedaan N-Gain
banyak siswa yang mengalami
miskonsepsi sebanyak 62.7% dan hasil Pada gambar 2 diatas menunjukkan
posttest menunjukkan terjadi penurunan bahwa perhitungan N-gain berdasarkan
yang cukup siginifikan menjadi 32.65% hasil pretest dan posttest kelas eksperimen
siswa yang mengalami miskonsepsi, dan kelas kontrol terdapat perbedaan yang
presentasi penurunan kuantitas cukup signifikan di antara keduanya. Gain
miskonsepsi untuk kelas eksperimen yang untuk kelas eksperimen 0.36 dan untuk
menggunakan strategi pembelajaran kelas kontrol 0.17. Selanjutnya untuk
PDEODE adalah sebanyak 52.86%. hasil mengetahui signifikansi perbedaan
tersebut cukup signifikan disbanding kelas peningkatan pemahaman konsep pada
kontrol yang mengalami penurunan hanya konsep perubahan wujud benda kelas
24.61%. eksperimen dan kelas kontrol, maka
Dari kegiatan yang telah dilaksanakan, dilakukan uji statitstik terhadap hipotesis
diperoleh data skor pretest dan posttest yang telah diajukan. Tahap pertama
untuk mengetahui peningkatan pengujian ini adalah uji normalitas data
pemahaman konsep siswa pada materi terhadap N-Gain untuk semua siswa pada
perubahan wujud benda. Berdasarkan data kelas eksperimen dan kelas kontrol.
hasil pretest dan posttest diperoleh rata- Selanjutnya dilakukan uji hipotesis
rata skor pretest untuk kelas eksperimen dengan menggunakan statistik parametrik
awalnya 17,83 meningkat menjadi 23,57 (uji-t). Hal ini dilakukan karena data
pada saat posttest dengan gain yang di kedua kelompok berdistribusi normal dan
normalisasi sebesar 0.361 kategori memiliki varians yang sama (homogen).
sedang. Sedangkan untuk kelas kontrol
18 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016
Uji ini dimaksudkan untuk memastikan PDEODE ini sedangkan 16% siswa
apakah hipotesis yang diajukan dapat merasa bahwa pembelajaran PDEODE ini
diterima atau ditolak. Berdasarkan hasil tidak ada bedanya dengan pembelajaran
perhitungan, hasil uji t satu ekor untuk sebelumnya, hal ini bisa disebabkan
pembelajaran kedua kelas dapat dilihat beberapa siswa tersebut kurang
pada tabel 1.1 berikut : konsentrasi dan kurang menyimak pada
Tabel 1. Hasil Uji-t saat kegiatan belajar berlangsung.
Data Peningkatan Pemahaman Konsep Sebanyak 87% siswa mengalami
Thitung ttabel Kesimpulan peningkatan pada aspek menjelaskan dan
4.01 2.00 Ha diterima 84% siswa mampu menginferensi dan
Berdasarkan data pada tabel diatas, membandingkan konsep-konsep yang
terlihat bahwa hasil uji hipotesis dengan dipelajari dan sisanya dengan rata-rata
uji satu ekor adalah thitung > ttabel, artinya 15% siswa belum mengalami peningkatan
skor rata-rata N-gain kelas eksperimen tersebut.
lebih tinggi dari skor rata-rata kelas Selanjutnya hampir 84,75% siswa
kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa Ho merasa tertarik dengan pembelajaran
berada di daerah penolakan artinya Ho PDEODE sisanya sebanyak 15.25%
ditolak dengan demikan diperoleh merasa kurang tertarik dengan
kesimpulan bahwa terjadi peningkatan pembelajaran PDEODE, dan 90% siswa
pemahaman konsep siswa yang merasa dilibatkan secara penuh dalam
memperoleh pembelajaran dengan strategi kegiatan belajarnya sedangkan sisanya
PDEODE yang signifikan dibandingkan 10% siswa merasa tidak ikut terlibat
peningkatan pemahaman konsep siswa dalam kegiatannya. Hal ini bisa jadi
yang mendapatkan pembelajaran disebabkan karena masih adanya sebagian
tradisional. Berdasarkan hal tersebut maka siswa yang mendominasi dan kurang
hasil uji-t dapat dilihat pada Gambar 3. memberikan kesempatan pada siswa
lainnya untuk ikut berpartisipasi dalam

Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho

Daerah Penerimaan
Ho

-ttabel ttabel
-2.00 2.00
Gambar 3. Hasil Uji t Data Pemahaman Konsep

Untuk mengetahui skala sikap siswa kegiatannya.


terhadap pembelajaran PDEODE pada Masalah yang ditemui dalam proses
materi perubahan wujud benda, dilakukan pembelajaran adalah kesulitan
dengan membagikan lembar skala sikap menganalisis dan kesulitan memprediksi,
kepada siswa. Pengisian lembar skala sebanyak 75% siswa mengalami kesulian
sikap dilakukan setelah seluruh memprediksi jawaban dan sebanyak 78%
pembelajaran dilaksanakan dengan mengalami kesulitan menganalisis
jumlah responden 30 siswa. Hasil yang jawaban setelah dilakukan kegiatan
diperoleh menunjukkan bahwa sebanyak observasi. Namun, penurunan kuantitas
84% siswa menganggap bahwa baru siswa yang miskonsepsi cukup signifikan
pertama kali mendapatkan pengalaman yakni sebanyak 84% siswa mengalami
belajar dengan percobaan seperti penurunan.

Suci Zakiyah Dewi & Andi Suhandi: Penerapan Strategi PDEOD 19


2. Hasil tanggapan siswa
KESIMPULAN menunjukkan kesulitan terbanyak
Berdasarkan hasil temuan, hasil dalam kegiatan belajara dengan
pengolahan dan analisis data terhadap data stategi PDEODE ini adalah dalam
hasil penelitian yang telah dilakukan, hal prediksi dan menganalisis,
diperoleh kesimpulan bahwa : maka guru perlu membimbing
1. Pembelajaran di kelas yang terutama dalam 2 kegiatan tersebut
menggunakan strategi Predict- prediksi dan analisis hasil prediksi
Discuss-Explain-Observe-Discuss- karena ternyata banyak siswa yang
Explain (PDEODE) mengalami kesulitan dalam menjelaskan
peningkatan dalam pemahaman antara hasil eksperimen dengan
konsep dengan gain rata-rata 0.36 hasil observasi.
sedangkan pembelajaran di kelas 3. Berdasarkan hasil belajar di kelas
yang menggunakan pembelajaran dengan jumlah siswa yang cukup
tradisional meskipun mengalami banyak maka kemampuan guru
peningkatan namun tidak terlalu dalam manajemen kelas harus
signifikan dengan gain rata-rata 0.17. lebih dioptimalkan lagi.
2. Pembelajaran yang menggunakan 4. Guru harus mampu memilih
PDEODE juga mengalami penurunan pertanyaan apersepsi sebelum
kuantitas siswa yang miskonsepsi kegiatan pembelajaran agar dapat
dengan persentase siswa sebanyak mengarahkan siswa untuk berpikir
52.86% siswa yang mengalami kritis sehingga siswa terbantu
penurunan miskonsepsi, sedangkan untuk mengubah konsepnya yang
kelas yang menggunakan salah pada saat kegiatan belajar
pembelajaran tradisional meskipun berlangsung.
mengalami penurunan kuantitas
miskonsespsi juga namun tidak cukup DAFTAR PUSTAKA
signifikan hanya sekitar 24.61% Carin, A. & Sund, R. (1989). Teaching
siswa saja. science through discovery
rd
(6 edition). Merril Publishing
SARAN Company: Columbus, Ohio.
Penelitian yang telah dilaksanakan Clara, dkk. (2013). Miskonsepsi siswa
masih jauh dari penelitian sempurna. kelas rangkap SDN 47 sekadau pada
Berdasarkan hasil penelitian yang telah materi sifat & perubahan wujud
dilaksanakan, peneliti mengajukan benda. Jurnal Pendidikan dan
beberapa rekomendasi kepada pihak- Pembelajaran Universitas
pihak terkait dalam kegiatan pembelajaran Tanjungpura Pontianak Vol 2, No
di lembaga pendidikan sebagai berikut : 10.
1. Strategi pembelajaran PDEODE Costu, B., et.all. (2008). Learning science
merupakan kegiatan belajar yang through the PDEODE teaching
memusatkan kegiatannya pada strategy: helping students make
siswa, maka guru harus melakukan sense of everyday situations.
pengawasan secara lebih intensif Eurasia Journal of Mathematics,
lagi kepada setiap kelompok- Science & Technology Education,
kelompok siswa sehingga Vol 4(1) no 3-9.
kesulitan siswa dalam mengambil Kambouri, M. (2012). Children’s
data dapat diatasi bersama antara misconceptions and a look on how
guru dan murid. teachers respond to them. Paper.
London: University of Reading.
20 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016
Palmer, D. (1996). Assesing students miskonsepsi dan meningkatkan
using the “POE‟. Australian keterampilan berpikir kritis pada
Primary & Junior Science Journal botani tumbuhan rendah. Diakses
Vol 12 No 3. dari:
Sigit, A. & Nurmala. (2011). Pemahaman http://id.portalgaruda.org/index.php
siswa SD terhadap konsep IPA ?ref=browse&mod=viewarticle&art
berbasis kimia. Universitas icle=139061. Prosiding Seminar
Terbuka. Diakses dari: Nasional X Pendidikan Biologi
http://lppm.ut.ac.id/htmpublikasi/42 Universitas Sebelas Maret Vol 10,
arganur.htm. 7 Januari 2015. No 1. 15 Januari 2016
Wulandari, T. S. H. (2013). Penerapan
strategi PDEODE dalam mengatasi

Suci Zakiyah Dewi & Andi Suhandi: Penerapan Strategi PDEOD 21

You might also like