You are on page 1of 12

Identifikasi Miskonsepsi Materi IPA Kelas VII SMP N 1 Gunung

Sugih Lampung Tengah


Ita Reziana*, Arwin Achmad, Rini Rita T. Marpaung
Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri
Brotonegoro No. 1 Bandar Lampung
*E-mail: Rezianaita03@gmail.com, HP: 082182916633
Received: April 09, 2017 Accepted: June 14, 2017 Online Publish: June 19, 2017

Abstract: Identification of Students Misconception of Science Concept on SMPN 1


Gunung Sugih Lampung Tengah. The purpose of the research was to know the
misconception of Biology. The design of the research was descriptive. Research sample
were VII grade students of SMPN 1 Gunung Sugih of Lampung Teng that was choosed
50% of 123 student by random sampling. This research data were qualitative data and
quantitative data. The qualitative data were obtained from science biology teachers
interview result about misconception of Biology, while quantitative data was obtained
from multple choice test and argumentation essay then analyesed used Certainty of
Response Index (CRI) method. The calculation of misconception and dontknow concept
reach 45% students. Score misconception was based on criteria CRI answers obtained
from average value that was 19.16 ± 15,66. The percentage of students that was 15.57%
of misconceptions that was low criteria. The material that had the most dominant
misconception was material "ecosystem" in sub concept of "inter-dependence among
biotic components" with a percentage of 43.90% with moderate criteria.

Keywords: biology, Certainty of Response Index, misconseption

Abstrak: Identifikasi Miskonsepsi Materi IPA Kelas VII SMP N 1 Gunung Sugih
Lampung Tengah. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada
materi IPA Biologi. Desain penelitian ini menggunakan kajian deskriptif. Sampel
penelitian adalah siswa kelas VIII Sekoah Menengah Pertama Negeri 1 Gunung Sugih
Lampung Tengah yang dipilih 50% dari 123 jumlah siswa secara random sampling. Data
penelitian berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil
wawancara tentang miskonsepsi kepada guru IPA Biologi, sedangkan data kuantitatif
diperoleh dari tes soal pilihan jamak dan esay beralasan dan analisis dengan metode
Certainty of Response Index (CRI). Hasil perhitungan dari kategori miskonsepsi dan tidak
tahu konsep siswa mencapai 45% dari jumlah siswa. Skor miskonsepsi berdasarkan
kriteria jawaban CRI diperoleh rata-rata yaitu 19,16 ± 15,16. Persentase miskonsepsi
siswa yaitu 15,57% dengan kriteria rendah. Materi yang memiliki miskonsepsi paling
dominan adalah materi “ekosistem” pada sub konsep “saling ketergantungan diantara
komponen biotik” dengan presentase 43,90% dengan kriteria sedang.

Kata kunci : Certainty Of Response Index, IPA Biologi, miskonsepsi


PENDAHULUAN Menurut Arnyana (dalam
Suryaningsih, 2011: 2) disebutkan
Sampai saat ini, perbaikan di bahwa proses belajar mengajar
bidang pendidikan masih terus ber- mengandung kegiatan interaksi antara
lanjut. Usaha ini bertujuan agar guru dan siswa dalam situasi edukatif
terwujudnya pendidikan yang ber- untuk mencapai tujuan belajar.
kualitas bagi suatu bangsa di masa Berbicara mengenai belajar tidak
yang akan datang. Pendidikan yang hanya mementingkan produk namun
berkualitas akan menghasilkan juga proses belajar tersebut, di mana
generasi yang berkualitas. Generasi proses belajar merupakan suatu
berkualitas akan lahir jika terjadi proses interaksi edukatif yang terikat
interaksi yang baik antara siswa dan pada tujuan, terarah pada tujuan, dan
guru dalam proses pembelajaran. dilaksanakan khusus untuk mencapai
Namun sebaliknya proses pem tujuan. Penguasaan konsep merupa-
belajaran yang hanya di dominasi kan kemampuan seseorang untuk
oleh guru akan menciptakan situasi mengerti apa yang diajarkan, menang-
yang kurang menarik bagi siswa. Ter- kap makna apa yang dipelajari, me-
lebih lagi, jika materi yang di- manfaatkan isi bahan yang dipelajari,
sampaikan guru memiliki konsep- serta memecahkan masalah yang ber-
konsep yang bersifat abstrak sehingga hubungan dengan materi yang di-
akan mempersulit siswa dalam mem- pelajari (Nurjanah dalam Maesyarah,
ahami konsep tersebut. Jufri, dan Kusmiyati, 2013: 2).
Pada kondisi seperti ini, Rendahnya penguasaan konsep
kemungkinan siswa akan mengalami siswa dapat disebabkan oleh kesulitan
perbedaan pemahaman yang tidak belajar biologi (Maesyarah, Jufri, dan
sejalan dengan konsep ilmiah dan Kusmiyati, 2013: 2) dan terjadinya
akan memberikan pengaruh buruk miskonsepsi. Miskonsepsi adalah
terhadap hasil belajar siswa pemahaman yang berbeda yang tidak
(Chaniarosi, 2014: 187). Dalam sesuai dengan penjelasan ilmiah
proses belajar juga hal penting yang (Ross dalam Maesyarah, Jufri, dan
perlu diperhatikan dalam belajar Kusmiyati, 2013: 2). Miskonsepsi
adalah, bahwa semua kebutuhan dapat menghambat pemahaman yang
pembelajaran siswa. Seperti kegiatan, bermakna dan kinerja yang baik
materi, bahan, media, dan sumber dalam pelajaran serta merupakan
belajar, harus diupayakan dan salah satu sumber kesulitan belajar
dikembangkan sendiri oleh guru. (Maesyarah, Jufri, dan Kusmiyati,
Guru tidak selayaknya menggantung 2013: 2).
kan diri pada kegiatan, materi, bahan, Menurut Setyadi (dalam
media, dan sumber belajar yang Maesyarah, Jufri, dan Kusmiyati,
diproduksi oleh pihak lain. Hal ini 2013: 2) menyatakan bahwa salah
mengingat, bahwa tidak semua satu faktor yang menyebabkan tingkat
kegiatan, materi, bahan, media, dan penguasaan rendah dan tingkat mis-
sumber belajar tersebut relevan konsepsi masuk dalam kriteria tinggi
dengan kebutuhan siswa dan karena dalam benak siswa sudah ter-
pembelajaran di masing-masing kelas dapat konsep yang didasarkan pada
atau sekolah (Farisi, 2007: 160). pengetahuan sebelumnya. Hal ini
sejalan dengan pendapat (Carey
dalam Maesyarah, Jufri, dan
Kusmiyati, 2013: 2) yang menyata- Lampung Tengah Kabupaten
kan untuk dapat menguasai konsep, Lampung Tengah Tahun Pelajaran
siswa harus dapat menghubungkan 2015/2016. Populasi dalam penelitian
materi yang telah dibaca dari buku ini adalah seluruh siswa VIII Sekolah
teks atau yang didengar dari pen- Menengah Pertama Negeri 1 Gunung
jelasan guru dengan pengetahuan Sugih Lampung Tengah Kabupaten
yang telah diketahui sebelumnya. Lampung Tengah Tahun Pelajaran
Menurut Suniati, Sadia, dan 2015/2016. Jumlah populasi yaitu 226
Suhandana (2013: 4), sumber pe- siswa. Sampel dalam penelitian ini
nyebab timbulnya miskonsepsi ada adalah siswa kelas VIII Sekolah
yang berasal dari buku sumber, dari Menengah Pertama Negeri 1 Gunung
siswa itu sendiri, dan dari faktor guru. Sugih Kabupaten Lampung Tengah
Terlebih IPA di SMP terdiri dari Tahun Pelajaran 2015/2016. Sampel
Fisika, Kimia, dan Biologi, yang di- yang di gunakan yaitu 50% dari
ajarkan secara terpadu. Hal ini sangat jumlah sampel siswa yaitu 123.
sulit dilakukan dan membutuhkan pe- Pengambilan sampel ini berdasarkan
nyesuaian diri, dan kemampuan untuk teknik random sampling (Sugiyono,
beradaptasi. Apalagi sebagian besar 2014: 120). Sampel yang digunakan
guru IPA di SMP memiliki latar kelas VIII 1, VIII 2, VIII 3, dan VIII
belakang keilmuan yang spesifik, 4.
misalnya pendidikan Fisika, Kimia,
atau Biologi. Oleh karena itu sering Tebel 1. Tabulasi data sampel
kali guru dalam menyampaikan
materi IPA tidak sesuai dengan latar
No Kelas Jumlah Sampel
belakang keilmuannya sehingga me-
ngalami miskonsepsi. Oleh karena itu
1 VIII 1 32
dalam pembelajaran diperlukan suatu
123
media yang bisa membantu guru
2 VIII 2 28
dalam menyampaikan suatu konsep.
Study miskonsepsi penting,
karena untuk mengetahui siswa yang 3 VIII 3 30
mengalami miskonseps. Misal dalam
pembelajaran sains sendri banyak 4 VIII 4 33
miskonsepsi yang ditemukan baik
pada para siswa sekolah dasar, Desain penelitian ini adalah pe-
lanjutan dan mahasiswa. Hal yang nelitian deskriptif sederhana karena
paling penting dari penemuan adanya bertujuan untuk mengetahui miskon-
miskonsepsi ini adalah bahwa sepsi pada materi IPA Biologi
miskonsepsi yang pernah diperoleh semester genap pada siswa kelas VII
siswa waktu sekolah masih tetap ada di SMP Negeri 1 Gunung Sugih
atau menetap pada dirinya (Odom Lampung Tengah.
dalam Adisendjaja, 2007: 4 ).
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE
Setelah dilakukan pengujian
Penelitian ini dilaksanakan pada beberapa soal materi IPA semester
semester genap di Sekolah Menengah genap (mikroskop, ciri-ciri makhluk
Pertama Negeri 1 Gunung Sugih hidup, ekosistem dan peran lingku-
ngan bagi manusia) kepada 123 siswa untuk jawaban salah tapi CRI tinggi
kelas VIII SMP N 1 Gunung Sugih siswa megalami miskosepsi.
Lampung Tengah untuk mengetahui Identifikasi miskonsepsi pada
presentase Tahu Konsep (TK), Tidak siswa kelas VIII SMP N 1 Gunung
Tahu Konsep (TTK), dan Miskon- Sugih Lampung Tengah bahwa
sepsi (M), siswa pada materi tersebut, katogeri miskonsepsi dan tidak tahu
diproleh hasil sebagai berikut. Hasil konsep diperoleh hasil data
penelitian pe-laksanaan tentang kualifikasi siswa mencapai 45% dari
miskonsepsi materi IPA semester jumlah siswa. Hasil persentasi
genap pada siswa kelas VII di- kualifikasi tentang miskonsepsi
tabulasikan pada Tabel 2. materi IPA semester genap pada
siswa kelas VIII SMP ditabulasikan
Tabel 2. Hasil kriteria jawaban CRI pada Tabel 3.

kriteri
CRI 𝑋̅ ± SD CRI 𝑋̅ ± Tabel 3. Persentase hasil kualifikasi
a SD
jawab
rendah (< tinggi miskonsepsi siswa
2,5) (> 2,5)
an
Kategori % 𝑋̅ ± SD Kriteria
Jawaban Jawaban
benar tapi benar
CRI dan CRI TK 72,64 ± 15,49 Tinggi
rendah tinggi
78,76
Jawaba berarti 14,08 berarti
n benar tidak tahu ± 8,99 menguas
± TTK 11,46 ± 7,49 Rendah
18,66
konsep ai konsep
(TTK) dengan M 15,57 ± 12,99 Rendah
baik
(TK)
Jawaban Jawaban Ket: TK = Tahu konsep; TTK = Tidak
salah dan salah tapi tahu konsep; M = Miskonsepsi; 𝑋̅ = rata-
CRI CRI rata; SD = standar deviasi.
rendah tinggi 19,16
14,08
Jawaba berarti berarti ± Merujuk Tabel 3 persentase
tidak tahu ± 8,99 terjadi
n salah 15,16
konsep miskonse hasil kualifikasi miskonsepsi siswa
(TTK) psi (M)
pada materi IPA Biologi (Tabel 3),
diketahui bahwa pada kategori tidak
tahu konsep dan miskonsepsi siswa
Ket: 𝑋̅ = rata-rata; SD = standar deviasi.
masuk dalam kriteria rendah,
sedangkan pada kategori tahu konsep
Berdasarkan Tabel 2 didapatkan
siswa masuk dalam kriteria tinggi.
hasil bahwa pada jawaban benar CRI
Berdasarkan Tabel 4 hasil
rendah atau jawaban salah CRI
identifikasi pada pemahaman konsep
rendah memiliki nilai yang sama.
oleh siswa, siswa yang mengalami
Jawaban benar dan CRI tinggi,
miskonsepsi rata-rata pada meteri
memiliki nilai yang cukup tinggi dan
ekosistem yaitu sub konsep saling
untuk jawaban salah tapi CRI tinggi
ketergantungan diantara kompenen
memiliki nilai yang rendah. Pada
biotik. Dari hasil identifikasi pada sub
jawaban benar CRI rendah atau
konsep yang mengalami miskonsepsi
jawaban salah CRI rendah siswa tidak
tentang saling ketergantungan
tahu konsep, sedangkan pada jawaban
diantara komponen biotik masuk
benar dan CRI tinggi siswa
dalam kriteria sedang.
menguasai konsep dengan baik dan
Tabel 4. Hasil identifikasi konsep SMP N 1 Gunung Sugih Lampung
yang miskonsepsi Tengah dapat diperoleh yaitu hasil
kriteria jawaban CRI berdasarkan
Sub
Materi
konsep
Jumlah Persentase Kriteria hasil identifikasi data dilihat dari
Ciri- kegiatan siswa dalam mengerjakan
ciri
Ciri dan
makhlu
57 06,62 Rendah instrumen yang diberikan dan dilaku-
k hidup
klasifikasi
Keanek
kan pengelolaan data. Untuk kegiatan
makhluk
hidup
aragam mengerjakan soal instrumen di-
an 25 20,32 Rendah
makhlu ketahui bahwa siswa ada yang tahu
k hidup
Satuan- konsep, tidak tahu konsep, dan
satuan
ekosist
11 08,94 Rendah miskonsepsi. Data yang diperoleh
em siswa diolah dengan menggunakan
Kompo
nen kriteria nilai CRI. Teknik yang dapat
19 07,72 Rendah
ekosist
em
digunakan untuk menelusuri keadaan
Ekosistem
Pola miskonsepsi siswa yaitu dengan me-
interak 55 22,35 Rendah
si rancang dan menyusun seperangkat
Saling
ketergantu
tes berbentuk pilihan benar (B) atau
ngan
162 43,90 Sedang salah (S) dengan menggunakan model
diantara
komponen Certainty of Response Index ( CRI ).
biotik
Penyebab
Model ini dapat menggambarkan
perubaha keyakinan mahasiswa (responden)
n 38 07,72 Rendah
populasi
terhadap kebenaran alternatif
Kepadatan
manusia jawaban yang direspons. Berdasar-
Akibat kan petunjuk dalam mengerjakan
populsai
peruba
manusia
han soal, siswa diminta merespons setiap
popula 37 15,04 Rendah pilihan pada masing-masing item tes
si
manusi pada tempat yang telah disediakan.
a Berdasarkan tabulasi data untuk
Peran
manusia setiap siswa, demikian juga untuk
Pence
dalam setiap item soal tes yang berpedoman
maran
pengelola 75 20,32 Rendah
lingku pada kombinasi jawaban yang benar
an
ngan
lingkunga dan yang salah serta CRI yang tinggi
n
𝑋̅ ± SD 45,51 11,84 Rendah dan CRI yang rendah, sehingga siswa
yang mengalami miskonsepsi dapat
Merujuk Tabel 4 hasil iden- terungkap (Taufik, 2012: 199-200).
tifikasi pada pemahaman konsep oleh Kriteria jawaban benar tapi CRI
siswa, siswa yang mengalami rendah berarti tidak tahu konsep atau
miskonsepsi rata-rata pada meteri jawaban salah dan CRI rendah berarti
ekosistem yaitu sub konsep saling tidak tahu konsep memiliki nilai rata-
ketergantungan diantara kompenen rata 14,08. Pada jawaban benar dan
biotik. Dari hasil identifikasi pada sub CRI tinggi berarti menguasai konsep
konsep yang mengalami miskonsepsi atau tahu konsep memiliki nilai rata-
tentang saling ketergantungan rata 78,76. Sedangkan jika jawaban
diantara komponen biotik masuk salah tapi CRI tinggi berarti terjadi
dalam kriteria sedang. miskonsepsi memiliki nilai rata-rata
Hasil penelitian (Tabel 2) 19,16. Dalam hal ini siswa ke-
identifikasi miskonsepsi materi IPA cenderungan hanya mengandalkan
semester genap pada siswa kelas VII buku teks yang ada. Buku teks juga
dijadikan satu-satunya sumber yang disampaikan. Hal ini juga
informasi bagi guru maka akan men- didukung oleh (Dykstra dalam Taufik,
dorong terjadinya miskonsepsi pada 2012: 200), miskonsepsi dapat diubah
siswa. Pendapat ini didukung juga melalui pemberian pertanyaan dan
oleh (Odom dalam Adisendjaja, 2007: eksperimen. Karena belajar merupa-
4) yang disebabkan penggunaan buku kan kegiatan aktif pembelajar untuk
teks oleh lebih dari 90% guru sains membangun pengetahuannya, dimana
dari 95% dan miskonsepsi yang ada pembelajar sendiri yang bertanggung
pada siswa akan dilipatgandakan oleh jawab atas peristiwa belajar dan hasil
miskonsepsi buku teks. belajarnya.
Persentase hasil kualifikasi Peresentase yang “miskonsepsi”
miskonsepsi siswa dapat di- pada materi IPA semester genap
identifikasi pada (Tabel 3), hasilnya siswa kelas VIII SMP Negeri 1
menunjukan besar persentase siswa Gunung Sugih Lampung Tengah
yang tahu konsep, tidak tahu konsep, yaitu diperoleh nilai rata-rata per-
dan miskonsepsi. Telah diketahui sentase 15,57% sehingga masuk ke
bahwa siswa yang telah mendapat- dalam kriteria “rendah”. Dalam peng-
kan pengalaman kognitif mengenai uasaan konsep pada siswa sangat baik
konsep dan di uji dengan tes pilihan sebab masuk ke dalam kriteria
jamak beralasan menunjukkan siswa “tinggi” karena memiliki nilai rata-
yang tahu konsep, tidak tahu konsep, rata persentase 72,64%. Miskonsepsi
dan miskonsepsi telah diperoleh nilai yang dialami siswa kelas VIII SMP
rata-rata persentase. Pada kategori Negeri 1 Gunung Sugih Lampung
“Tahu Konsep (TK)” memiliki nilai Tengah hanya pada materi ekosistem
rata-rata persentase 72,64% sehingga sub konsep saling ketergantungan di
masuk ke dalam kriteria “tinggi”. Jika antara kompenen biotik, dikarenakan
kategori “Tidak Tahu Konsep (TTK)” siswa hanya terpacu kepada buku
memiliki nilai rata-rata persentase teks, kemudian saat proses belajar
11,46% sehingga masuk ke dalam guru hanya menggunakan metode
kriteria “rendah”. Sedangkan pada ceramah. Untuk menghindari miskon-
kategori “Miskonsepsi (M)” memiliki sepsi guru dan siswa sama-sama harus
nilai rata-rata persentase 15,57% belajar tidak hanya pada satu buku
sehingga masuk ke dalam kriteria saja, melainkan harus banjak referensi
“rendah”. Dalam proses belajar guru yang didapat saat proses pem-
hanya menggunakan metode ceramah belajaran. Seperti yang dijelaskan
dan tanya jawab. oleh Odom (dalam Adisendjaja, 2007:
Metode ceramah ini bisa di- 4).
ganti dengan belajar kelompok atau Miskonsepsi yang ada pada
praktikum. Sealain itu, dalam pem- siswa ini kemungkinan disebabkan
belajaran saat proses tanya jawab pun oleh guru dan lebih besar lagi ke-
siswa kurang aktif, karena itu siswa mungkinannya disebabkan oleh buku
sering mengalami miskonsepsi. Untuk teks. Miskonsepsi yang ada pada
menghindari miskonsepsi ini sebaik- siswa akan dilipatgandakan oleh
nya guru tidak hanya terpaku pada miskonsepsi buku teks. Buku teks
buku teks, melinkan harus mencari yang dijadikan satu-satunya sumber
bahan yang akan diajarkan dari media informasi bagi guru maka akan
lain misal internet atau buku cetak mendorong terjadinya miskonsepsi
yang berhubungan tentang materi pada guru. Miskonsepsi dapat meng-
hambat pemahaman dalam materi ceramah yang digunakan dalam
biologi, karena konsep dalam biologi proses pembelajaran.
saling berhubungan erat dan me-
rupakan kunci untuk memahami LKS sendiri merupakan
konsep lain, sehingga miskonsepsi lembaran-lembaran yang berisi materi
pada satu konsep mengakibatkan ajar yang memiliki tujuan untuk
miskonsepsi pada konsep lain memberikan pengetahuan dan ke-
(Tekkaya dalam Muntiani, 2015: 2). trampilan menguasai materi. Namun
Miskonsepsi dapat diubah me- LKS tidak mencakup semua materi,
lalui pemberian pertanyaan, eksperi- hanya ada uraian singkat tentang
men (hukum alam selalu benar), pokok bahasan dan terdapat puluhan
situasi hipotetis tanpa didasari hukum soal-soal pilihan ganda dan soal-soal
fisika, konflik kognitif, dan isian. LKS sering di gunakan untuk
eksperimen atau demonstrasi untuk bahan ajar yang tidak efektif, karena
menguji hipotesis (Dykstra dalam sebagian besar hanya di jadikan bahan
Taufik, 2012: 200). Model learning hafalan sehingga cendrung di
cycle (siklus belajar) 5E dapat meng- gunakan dengan pasif tanpa pahaman
akomodasi keseluruhan kegiatan yang yang memadai. Hal ini dimungkinkan
diharapkan dapat meremidiasi mis- menjadi salah satu penyebab
konsepsi. Model learning cycle terjadinya miskonsepsi.
(siklus belajar) merupakan salah satu Metode ceramah merupakan
strategi mengajar yang menerapkan metode mengajar yang paling banyak
model konstruktivistik. Menurut para- digunakan, hal ini mungkin dianggap
digma konstruktivistik belajar me- oleh guru sebagai metode mengajar
rupakan proses regulasi diri dalam yang paling mudah di laksanakan,
menyelesikan konflik kognitif yang namun peluang terjadinya miskon-
sering muncul melalui pengalaman sepsi juga besar. Siswa hanya bisa
konkrit, wacana kolaboratif, dan mendengar dan belum tentu bisa
interpretasi. Oleh karena itu, belajar mencerna perkataan dari gurunya,
adalah kegiatan aktif pembelajar karena metode ceramah tidak dapat
untuk membangun pengetahuannya, memberikan kesempatan untuk ber-
dimana pembelajar sendiri yang ber- diskusi memecahkan masalah
tanggung jawab atas peristiwa belajar sehingga proses penyerapan pen-
dan hasil belajarnya. getahuan kurang, kemudian kurang
Materi yang paling banyak ter- memberi kesempatan kepada para
jadi miskonsepsi pada siswa kelas siswa untuk mengembangkan kebe-
VIII SMP Negeri 1 Gunung Sugih ranian mengemukakan pendapatnya.
Lampung Tengah yaitu tentang Metode ceramah ini juga merupakan
“ekosistem”. Untuk mengetahui metode yang membosankan, tidak
materi yang paling banyak terjadi menjadikan siswa kreatif, yang
miskonsepsi maka dikelompokkan terlihat hanya menjadikan siswa
kedalam butirbutir soal berdasarkan sebagai objek didik. Kemungkinan
materi, sehingga materi yang banyak besar akan terjadi miskonsepsi pada
terjadi miskonsepsi. Berdasarkan siswa jika metode ceramah terus-
identifikasi alasan siswa, sebagian terusan di gunakan dalam proses
siswa mengungkapkan bahwa sumber belajar mengajar.
belajar dari guru hanya mengandalkan
LKS yang diberikan, dan metode
Adapun contoh butir soal nomor (Trianto dalam Khudori, Ashadi dan
2 pada Gambar 1 yang mengalami Masykuri, 2012: 154 ).
miskonsepsi Kemudian contoh butir soal
nomor 13 pada Gambar 2 yang
mengalami miskonsepsi

Gambar 1. Contoh jawaban siswa


nomor 2 yang mengalami
miskonsepsi

Contoh jawaban siswa yang


mengalami miskonsepsi pada materi Gambar 2. Contoh jawaban siswa
ekosistem Sub konsep Saling nomor 13 yang mengalami
ketergantungan diantara komponen miskonsepsi
biotik. Pada soal ini termasuk dalam
jenjang kognitif C1 yang mengenai Contoh jawaban siswa yang
ekosistem pada Standar Kompetensi mengalami miskonsepsi pada materi
7. Memahami saling ketergantungan ekosistem. Sub konsep Saling keter-
dalam ekositem dan Kompetensi gantungan diantara komponen biotik.
Dasar 7.1 Menentukan ekosistem dan Soal ini termasuk dalam jenjang
saling hubungan antara komponen kognitif C4 yang mengenai ekosistem
ekosistem dengan indikator men- pada Standar Kompetensi 7. Me-
getahui interaksi dan saling hubungan mahami saling ketergantungan dalam
antara komponen ekosistem. Dari soal ekositem dan Kompetensi Dasar 7.1
diatas siwa banyak mengalami Menentukan ekosistem dan saling
miskonsepsi, jawaban pada alasan hubungan antara komponen ekosistem
yang dijelaskan tidak sesuai dengan dengan indikator mengevaluasi
konsep yang ada. Disini guru dalam gambar jaring-jaring makanan. Di-
proses pengajaraan banyak menguna- lihat pada jawaban bahwa siswa
kan metode ceramah dan mengisi belum mampu menjelaskan secara
LKS. singkat mengenai konsep ekosistem
Sedangkan proses pembelajar- tentang jaring-jaring makanan. Hal ini
an itu sendiri menekankan pada pem- menunjukkan bahwa siswa tidak
berian pengalaman langsung untuk memahami konsep dengan baik pada
mengembangkan kompetensi siswa materi yang disajikan. Pada soal
agar peserta didik dapat menjelajahi tersebut, secara umum siswa mem-
dan memahami alam sekitar secara berikan jawaban yang berbeda dengan
ilmiah. Siswa diarahkan untuk men- konsep yang ada. Miskonsepsi dapat
cari tahu dan berbuat sesuatu sehingga menghambat pemahaman dalam
dapat membantu subyek didik untuk materi biologi, karena konsep dalam
memperoleh pemahaman yang lebih biologi saling berhubungan erat dan
mendalam tentang alam sekitar. merupakan kunci untuk memahami
konsep lain, sehingga miskonsepsi sumber informasi bagi guru maka
pada satu konsep mengakibatkan akan mendorong terjadinya miskon-
miskonsepsi pada konsep lain sepsi pada guru dan berdampak untuk
(Tekkaya dalam Muntiani, 2015: 2) siswanya (Odom dalam Adisendjaja,
Selanjutnya contoh butir soal 2007: 4).
nomor 16 pada Gambar 3 yang Lalu butir soal nomor 20 pada
mengalami miskonsepsi Gambar 4 yang mengalami miskon-
sepsi

Gambar 3. Contoh jawaban siswa Gambar 4. Contoh jawaban siswa


nomor 16 yang mengalami nomor 20 yang mengalami
miskonsepsi miskonsepsi

Contoh jawaban siswa yang Contoh jawaban siswa yang


mengalami miskonsepsi. Pada soal ini mengalami miskonsepsi pada materi
termasuk dalam jenjang kognitif C4 ekosistem Sub konsep Saling keter-
yang mengenai ekosistem pada gantungan diantara komponen biotik.
Standar Kompetensi 7. Memahami Pada soal ini termasuk dalam jenjang
saling ketergantungan dalam eko- kognitif C6 mengenai konsep
sistem dan Kompetensi Dasar 7.3 ekosistem pada Standar Kompetensi
Memprediksi pengaruh kepadatan 7. Memahami saling ketergantungan
populasi manusia terhadap lingkungan dalam ekositem dan Kompetensi
dengan indikator menjelaskan Dasar 7.1 Menentukan ekosistem dan
hubungan antara grafik dengan per- saling hubungan antara komponen
tumbuhan penduduk dengan kualitas ekosistem dengan indikator meng-
lingkungan. Siswa menjawab kurang implementasikan perbedaan jaring-
tepat dan tidak sesuai grafik per- jaring makanan pada gambar. Ber-
tumbuhan penduduk yang ada pada dasarkan pada soal di atas, terlihat
soal. Dalam hal itu siswa kurang me- bahwa siswa belum mampu men-
mahami soal yang diberikan sehingga jelaskan secara singkat mengenai
susah dalam menjawabnya. konsep ekosistem. Hal ini menunjuk-
Miskonsepsi yang ada pada kan bahwa siswa tidak pahaman akan
siswa ini kemungkinan disebabkan konsep materi dan gambar yang di-
oleh terpacunya siswa belajar ter- sajikan. Pada soal tersebut, secara
hadap buku teks. Miskonsepsi yang umum siswa memberikan jawaban
ada pada siswa akan dilipatgandakan yang berbeda dengan konsep ilmiah-
oleh miskonsepsi buku teks. Buku nya, ini yang akan menyebabkan
teks yang dijadikan satu-satunya
siswa mengalami miskonsep pada Pada gambar 5 bagaimana per-
mataeri yang dipelajarinya. ubahan ukuran populasi dari kelinci
Miskonsepsi dapat diubah dan serigala yang saling berkaitan.
melalui pemberian pertanyaan, eks- Pada soal ini termasuk dalam jenjang
perimen (hukum alam selalu benar). kognitif C5 mengenai konsep eko-
Belajar adalah kegiatan aktif sistem pada Standar Kompetensi 7.
pembelajar untuk membangun penge- Memahami saling ketergantungan
tahuannya, dimana pembelajar sendiri dalam ekositem dan Kompetensi
yang bertanggung jawab atas Dasar 7.3 Memprediksi pengaruh ke-
peristiwa belajar dan hasil be- padatan populasi terhadap lingkung-
lajarnya. Pembelajar sendiri yang me- an dengan indikator mengevaluasi
lakukan penalaran melalui seleksi dan bagaimana perubahan ukuran popu-
organisasi pengalaman serta meng- lasi dari makhluk hidup yang saling
integrasikannya dengan apa yang berkaitan. Berdasarkan pada soal di
telah diketahui. Belajar merupakan atas, terlihat bahwa siswa belum
proses negosiasi makna berdasarkan mampu menjelaskan dengan benar
pengertian yang dibangun secara mengenai konsep ekosistem. Hal ini
personal. Belajar bermakna terjadi menunjukkan bahwa siswa tidak
melalui refleksi, resolusi konflik paham akan konsep materi dan
kognitif, dialog, penelitian, pengujian gambar yang disajikan. Pada soal ter-
hipotesis, pengambilan keputusan, sebut, secara umum siswa mem-
yang semuanya ditujukan untuk mem- berikan jawaban yang tidak paham
perbaharui tingkat pemikiran individu akan konsep. Miskonsepsi dapat
sehingga menjadi semakin sempurna. menghambat pemahaman dalam
Dengan demikian ada upaya materi biologi, karena konsep dalam
optimalisasi pengalaman belajar siswa biologi saling berhubungan erat dan
melalui penerapan model siklus merupakan kunci untuk memahami
belajar (Taufik, 2012: 200). konsep lain, sehingga miskonsepsi
Kemudian contoh butir soal pada satu konsep mengakibatkan
esay nomor 24 pada Gambar 5 yang miskonsepsi pada konsep lain
mengalami miskonsep: Sebuah popu- (Tekkaya dalam Muntiani, 2015: 2).
lasi pada kelinci dan serigala hidup di
daerah terpencil. Selain serigala tidak SIMPULAN
ada predator lainnya. Pada per-
hitungan sains angka kelinci dan Berdasarkan hasil penelitian
serigala dalam periode yang lama dan dan identifikasi data, disimpulkan
hasil yang mereka amati bahwa materi identifikasi miskon-
sepsi materi IPA semester genap pada
siswa kelas VII SMP N 1 Gunung
Sugih Lampung Tengah adalah
sebagai berikut :
1. Pada siswa SMP N 1 Gunung
Sugih Lampung Tengah kategori
miskonsepsi dan tidak tahu
konsep mencapai 45% dari
Gambar 5. Contoh jawaban siswa jumlah 123 siswa, persentase
nomor 24 yang mengalami miskonsepsi di-peroleh 15,57 dan
miskonsepsi persentase tidak tahu konsep
diperoleh 11,46 AL-PORTAL-3.pdf), diakses
2. Materi yang paling banyak terjadi 22 Mei 2016.
miskonsepsi yaitu eko-sistem
pada sub konsep saling Khudori, M., Ashadi dan M.
ketergantungan diantara kom- Masykuri. 2012. Pembela-
ponen biotik 43,90% dengan jaran IPA Dengan Metode
persentase sedang TGK Dengan Menggunakan
Media Games Ular Tangga
DAFTAR RUJUKAN Dan Puzzel Ditinjau Dari
Gaya Belajar Dan Kreati
Adisendjaja, Y.H. 2007. Identifikasi fitas Siswa. Universitas
Kesalahan Dan Miskonsepsi Sebelas Maret Surakarta.
Buku Teks Biologi SMU. Volume 1 (2): 154-162
Universitas Pendidikan In- (Online), (https://core.ac.uk/
donesia. (Online), (http:// fil download/files/478/1234638
e.upi.edu/Direktori/FPMIPA 2. pdf), diakses 06 Febuari
/JUR._PEND._BIOLOGI/19 2016.
5512191980021-YUSUF_ HI
LMI_ADISENDJAJA/KESAL Maesyarah, A. W. Jufri dan
AHAN_DAN_MISKONSEPS Kusmiyati. 2013. Analisis
I.pdf), diakses 23 Oktober Penguasaan Konsep Dan
2015. Miskonsepsi Biologi Deng
an Teknik Modifikasi Certa
Chaniarosi, L.F. 2014. Identifikasi inty Of Response Index Pada
Miskonsepsi Guru Biologi Siswa Smp Se-Kota
SMA Kelas XI IPA Pada Sumbawa Besar. Universitas
Konsep Sistem Reproduksi Mataram. (Online), (http://
Manusia. Universitas Syiah biologi.fkip.unram.ac.id/wp
Kuala, Banda Aceh, Aceh. content/uploads/2015/01/MA
Volum 2 (2): 187-250. ESYARAH_E1A009012_.pdf)
(Online), (https://www.Goog , diakses 21 Oktober 2015.
le.com/search?q=iskonsepsi
+Guru%2C+Certainty+of+ Muntiani, A. A. 2015. Analisis
Respons+Index&ie=utf8&oe Miskonsepsi Biologi Materi
=utf8&client=firefoxbab#q= Struktur Dan Fungsi Jar
miskonsepsi+Guru%2C+Cer ingan Pada Hewan Men
tainty+of+Respons+IndexLy ggunakan Certainty Of
anda+Fitriani+Chaniarosi), Response Index (CRI) Pada
diakses 27 Mei 2016. Siswa Kelas XI IPA.
(Online), (http://digilib.uin-
Farisi, M.I. 2007. Struktur Kopetensi suka.ac.id/18636/1/BAB%20
Ilmu Pengetahuan Sosial I,%20V,%20DAFTAR%20P
Sekolah Dasar Dan Pen USTAKA.pdf), diakses
gorganisian Pengalaman Be- tanggal 19 mei 2016.
lajar Siswa. Universitas
Madura (UNIRA). (Online), Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
(http://fkip.unira.ac.id/wpcon Pendidikan: Pendekatan
tent/uploads/2012/05/JURN
Kuantitatif, kualitatif dan Universitas Negeri
R&D. Bandung: Alfabeta. Semarang, Volume 1 (2):
198-203. (Online), (http://jou
Suniati, N.M.S; W. Sadia dan A. rnal.unnes.ac.id/index.php/jp
Suhandana. 2013. Pengaruh ii), diakses 22 Oktober 2015.
Implementasi Pembelajaran
Kontekstual Berbantuan
Multimedia Interaktif Tehadap
Penurunan Miskonsepsi (Studi
Kuasi Eksperimen Dalam Pem
belajaran Cahaya Dan Alat
Optik Di Smp Negeri 2
Amlapura). Universitas Pen
didikan Ganesha, Volume 4:
1-13. (Online),
(http://www.google.com/url?s
a=t&rct=j&q=&esrc=s&sour
ce=web&cd=1&ved=0CB8Q
FjAAahUKEwjck7vlqPjIAhUC
I6YKHYhzD2E&url=http%3A
%2F%2Fpasca.undiksha.ac.id
%2Fejournal%2Findex.php%
2Fjurnal_ap%2Farticle%2Fd
ownload%2F1019%2F768&u
sg=AFQjCNFbAZSf2YLyf814
x33EH9OXkLXJxQ), diakses
14 Oktober 2015.

Suryaningsih, N.M.A. 2011.


Komparasi Penggunaan Model
Pembelajaran 5E Dengan
Model pengajaran Langsung
Terhadap Hasil Be lajar
Biologi Dan Kinerja Ilmiah
Siswa SMA. Universitas
pendidikan Ganesha. (Online),
(http://pasca.undiksha.ac.id/ej
ournal/index.php/jurnal_ipa/a
rticle/viewFile/484/276),
diakses tanggal 22 oktober
2015.

Taufiq, M. 2012. Remediasi


Miskonsepsi Mahasiswa
Calon Guru Fisika Pada
Konsep Gaya Melalui Pene-
rapan Model Siklus Belajar
(Learning Cycle) 5E.

You might also like