Professional Documents
Culture Documents
Abstrak: Identifikasi Miskonsepsi Materi IPA Kelas VII SMP N 1 Gunung Sugih
Lampung Tengah. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada
materi IPA Biologi. Desain penelitian ini menggunakan kajian deskriptif. Sampel
penelitian adalah siswa kelas VIII Sekoah Menengah Pertama Negeri 1 Gunung Sugih
Lampung Tengah yang dipilih 50% dari 123 jumlah siswa secara random sampling. Data
penelitian berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil
wawancara tentang miskonsepsi kepada guru IPA Biologi, sedangkan data kuantitatif
diperoleh dari tes soal pilihan jamak dan esay beralasan dan analisis dengan metode
Certainty of Response Index (CRI). Hasil perhitungan dari kategori miskonsepsi dan tidak
tahu konsep siswa mencapai 45% dari jumlah siswa. Skor miskonsepsi berdasarkan
kriteria jawaban CRI diperoleh rata-rata yaitu 19,16 ± 15,16. Persentase miskonsepsi
siswa yaitu 15,57% dengan kriteria rendah. Materi yang memiliki miskonsepsi paling
dominan adalah materi “ekosistem” pada sub konsep “saling ketergantungan diantara
komponen biotik” dengan presentase 43,90% dengan kriteria sedang.
kriteri
CRI 𝑋̅ ± SD CRI 𝑋̅ ± Tabel 3. Persentase hasil kualifikasi
a SD
jawab
rendah (< tinggi miskonsepsi siswa
2,5) (> 2,5)
an
Kategori % 𝑋̅ ± SD Kriteria
Jawaban Jawaban
benar tapi benar
CRI dan CRI TK 72,64 ± 15,49 Tinggi
rendah tinggi
78,76
Jawaba berarti 14,08 berarti
n benar tidak tahu ± 8,99 menguas
± TTK 11,46 ± 7,49 Rendah
18,66
konsep ai konsep
(TTK) dengan M 15,57 ± 12,99 Rendah
baik
(TK)
Jawaban Jawaban Ket: TK = Tahu konsep; TTK = Tidak
salah dan salah tapi tahu konsep; M = Miskonsepsi; 𝑋̅ = rata-
CRI CRI rata; SD = standar deviasi.
rendah tinggi 19,16
14,08
Jawaba berarti berarti ± Merujuk Tabel 3 persentase
tidak tahu ± 8,99 terjadi
n salah 15,16
konsep miskonse hasil kualifikasi miskonsepsi siswa
(TTK) psi (M)
pada materi IPA Biologi (Tabel 3),
diketahui bahwa pada kategori tidak
tahu konsep dan miskonsepsi siswa
Ket: 𝑋̅ = rata-rata; SD = standar deviasi.
masuk dalam kriteria rendah,
sedangkan pada kategori tahu konsep
Berdasarkan Tabel 2 didapatkan
siswa masuk dalam kriteria tinggi.
hasil bahwa pada jawaban benar CRI
Berdasarkan Tabel 4 hasil
rendah atau jawaban salah CRI
identifikasi pada pemahaman konsep
rendah memiliki nilai yang sama.
oleh siswa, siswa yang mengalami
Jawaban benar dan CRI tinggi,
miskonsepsi rata-rata pada meteri
memiliki nilai yang cukup tinggi dan
ekosistem yaitu sub konsep saling
untuk jawaban salah tapi CRI tinggi
ketergantungan diantara kompenen
memiliki nilai yang rendah. Pada
biotik. Dari hasil identifikasi pada sub
jawaban benar CRI rendah atau
konsep yang mengalami miskonsepsi
jawaban salah CRI rendah siswa tidak
tentang saling ketergantungan
tahu konsep, sedangkan pada jawaban
diantara komponen biotik masuk
benar dan CRI tinggi siswa
dalam kriteria sedang.
menguasai konsep dengan baik dan
Tabel 4. Hasil identifikasi konsep SMP N 1 Gunung Sugih Lampung
yang miskonsepsi Tengah dapat diperoleh yaitu hasil
kriteria jawaban CRI berdasarkan
Sub
Materi
konsep
Jumlah Persentase Kriteria hasil identifikasi data dilihat dari
Ciri- kegiatan siswa dalam mengerjakan
ciri
Ciri dan
makhlu
57 06,62 Rendah instrumen yang diberikan dan dilaku-
k hidup
klasifikasi
Keanek
kan pengelolaan data. Untuk kegiatan
makhluk
hidup
aragam mengerjakan soal instrumen di-
an 25 20,32 Rendah
makhlu ketahui bahwa siswa ada yang tahu
k hidup
Satuan- konsep, tidak tahu konsep, dan
satuan
ekosist
11 08,94 Rendah miskonsepsi. Data yang diperoleh
em siswa diolah dengan menggunakan
Kompo
nen kriteria nilai CRI. Teknik yang dapat
19 07,72 Rendah
ekosist
em
digunakan untuk menelusuri keadaan
Ekosistem
Pola miskonsepsi siswa yaitu dengan me-
interak 55 22,35 Rendah
si rancang dan menyusun seperangkat
Saling
ketergantu
tes berbentuk pilihan benar (B) atau
ngan
162 43,90 Sedang salah (S) dengan menggunakan model
diantara
komponen Certainty of Response Index ( CRI ).
biotik
Penyebab
Model ini dapat menggambarkan
perubaha keyakinan mahasiswa (responden)
n 38 07,72 Rendah
populasi
terhadap kebenaran alternatif
Kepadatan
manusia jawaban yang direspons. Berdasar-
Akibat kan petunjuk dalam mengerjakan
populsai
peruba
manusia
han soal, siswa diminta merespons setiap
popula 37 15,04 Rendah pilihan pada masing-masing item tes
si
manusi pada tempat yang telah disediakan.
a Berdasarkan tabulasi data untuk
Peran
manusia setiap siswa, demikian juga untuk
Pence
dalam setiap item soal tes yang berpedoman
maran
pengelola 75 20,32 Rendah
lingku pada kombinasi jawaban yang benar
an
ngan
lingkunga dan yang salah serta CRI yang tinggi
n
𝑋̅ ± SD 45,51 11,84 Rendah dan CRI yang rendah, sehingga siswa
yang mengalami miskonsepsi dapat
Merujuk Tabel 4 hasil iden- terungkap (Taufik, 2012: 199-200).
tifikasi pada pemahaman konsep oleh Kriteria jawaban benar tapi CRI
siswa, siswa yang mengalami rendah berarti tidak tahu konsep atau
miskonsepsi rata-rata pada meteri jawaban salah dan CRI rendah berarti
ekosistem yaitu sub konsep saling tidak tahu konsep memiliki nilai rata-
ketergantungan diantara kompenen rata 14,08. Pada jawaban benar dan
biotik. Dari hasil identifikasi pada sub CRI tinggi berarti menguasai konsep
konsep yang mengalami miskonsepsi atau tahu konsep memiliki nilai rata-
tentang saling ketergantungan rata 78,76. Sedangkan jika jawaban
diantara komponen biotik masuk salah tapi CRI tinggi berarti terjadi
dalam kriteria sedang. miskonsepsi memiliki nilai rata-rata
Hasil penelitian (Tabel 2) 19,16. Dalam hal ini siswa ke-
identifikasi miskonsepsi materi IPA cenderungan hanya mengandalkan
semester genap pada siswa kelas VII buku teks yang ada. Buku teks juga
dijadikan satu-satunya sumber yang disampaikan. Hal ini juga
informasi bagi guru maka akan men- didukung oleh (Dykstra dalam Taufik,
dorong terjadinya miskonsepsi pada 2012: 200), miskonsepsi dapat diubah
siswa. Pendapat ini didukung juga melalui pemberian pertanyaan dan
oleh (Odom dalam Adisendjaja, 2007: eksperimen. Karena belajar merupa-
4) yang disebabkan penggunaan buku kan kegiatan aktif pembelajar untuk
teks oleh lebih dari 90% guru sains membangun pengetahuannya, dimana
dari 95% dan miskonsepsi yang ada pembelajar sendiri yang bertanggung
pada siswa akan dilipatgandakan oleh jawab atas peristiwa belajar dan hasil
miskonsepsi buku teks. belajarnya.
Persentase hasil kualifikasi Peresentase yang “miskonsepsi”
miskonsepsi siswa dapat di- pada materi IPA semester genap
identifikasi pada (Tabel 3), hasilnya siswa kelas VIII SMP Negeri 1
menunjukan besar persentase siswa Gunung Sugih Lampung Tengah
yang tahu konsep, tidak tahu konsep, yaitu diperoleh nilai rata-rata per-
dan miskonsepsi. Telah diketahui sentase 15,57% sehingga masuk ke
bahwa siswa yang telah mendapat- dalam kriteria “rendah”. Dalam peng-
kan pengalaman kognitif mengenai uasaan konsep pada siswa sangat baik
konsep dan di uji dengan tes pilihan sebab masuk ke dalam kriteria
jamak beralasan menunjukkan siswa “tinggi” karena memiliki nilai rata-
yang tahu konsep, tidak tahu konsep, rata persentase 72,64%. Miskonsepsi
dan miskonsepsi telah diperoleh nilai yang dialami siswa kelas VIII SMP
rata-rata persentase. Pada kategori Negeri 1 Gunung Sugih Lampung
“Tahu Konsep (TK)” memiliki nilai Tengah hanya pada materi ekosistem
rata-rata persentase 72,64% sehingga sub konsep saling ketergantungan di
masuk ke dalam kriteria “tinggi”. Jika antara kompenen biotik, dikarenakan
kategori “Tidak Tahu Konsep (TTK)” siswa hanya terpacu kepada buku
memiliki nilai rata-rata persentase teks, kemudian saat proses belajar
11,46% sehingga masuk ke dalam guru hanya menggunakan metode
kriteria “rendah”. Sedangkan pada ceramah. Untuk menghindari miskon-
kategori “Miskonsepsi (M)” memiliki sepsi guru dan siswa sama-sama harus
nilai rata-rata persentase 15,57% belajar tidak hanya pada satu buku
sehingga masuk ke dalam kriteria saja, melainkan harus banjak referensi
“rendah”. Dalam proses belajar guru yang didapat saat proses pem-
hanya menggunakan metode ceramah belajaran. Seperti yang dijelaskan
dan tanya jawab. oleh Odom (dalam Adisendjaja, 2007:
Metode ceramah ini bisa di- 4).
ganti dengan belajar kelompok atau Miskonsepsi yang ada pada
praktikum. Sealain itu, dalam pem- siswa ini kemungkinan disebabkan
belajaran saat proses tanya jawab pun oleh guru dan lebih besar lagi ke-
siswa kurang aktif, karena itu siswa mungkinannya disebabkan oleh buku
sering mengalami miskonsepsi. Untuk teks. Miskonsepsi yang ada pada
menghindari miskonsepsi ini sebaik- siswa akan dilipatgandakan oleh
nya guru tidak hanya terpaku pada miskonsepsi buku teks. Buku teks
buku teks, melinkan harus mencari yang dijadikan satu-satunya sumber
bahan yang akan diajarkan dari media informasi bagi guru maka akan
lain misal internet atau buku cetak mendorong terjadinya miskonsepsi
yang berhubungan tentang materi pada guru. Miskonsepsi dapat meng-
hambat pemahaman dalam materi ceramah yang digunakan dalam
biologi, karena konsep dalam biologi proses pembelajaran.
saling berhubungan erat dan me-
rupakan kunci untuk memahami LKS sendiri merupakan
konsep lain, sehingga miskonsepsi lembaran-lembaran yang berisi materi
pada satu konsep mengakibatkan ajar yang memiliki tujuan untuk
miskonsepsi pada konsep lain memberikan pengetahuan dan ke-
(Tekkaya dalam Muntiani, 2015: 2). trampilan menguasai materi. Namun
Miskonsepsi dapat diubah me- LKS tidak mencakup semua materi,
lalui pemberian pertanyaan, eksperi- hanya ada uraian singkat tentang
men (hukum alam selalu benar), pokok bahasan dan terdapat puluhan
situasi hipotetis tanpa didasari hukum soal-soal pilihan ganda dan soal-soal
fisika, konflik kognitif, dan isian. LKS sering di gunakan untuk
eksperimen atau demonstrasi untuk bahan ajar yang tidak efektif, karena
menguji hipotesis (Dykstra dalam sebagian besar hanya di jadikan bahan
Taufik, 2012: 200). Model learning hafalan sehingga cendrung di
cycle (siklus belajar) 5E dapat meng- gunakan dengan pasif tanpa pahaman
akomodasi keseluruhan kegiatan yang yang memadai. Hal ini dimungkinkan
diharapkan dapat meremidiasi mis- menjadi salah satu penyebab
konsepsi. Model learning cycle terjadinya miskonsepsi.
(siklus belajar) merupakan salah satu Metode ceramah merupakan
strategi mengajar yang menerapkan metode mengajar yang paling banyak
model konstruktivistik. Menurut para- digunakan, hal ini mungkin dianggap
digma konstruktivistik belajar me- oleh guru sebagai metode mengajar
rupakan proses regulasi diri dalam yang paling mudah di laksanakan,
menyelesikan konflik kognitif yang namun peluang terjadinya miskon-
sering muncul melalui pengalaman sepsi juga besar. Siswa hanya bisa
konkrit, wacana kolaboratif, dan mendengar dan belum tentu bisa
interpretasi. Oleh karena itu, belajar mencerna perkataan dari gurunya,
adalah kegiatan aktif pembelajar karena metode ceramah tidak dapat
untuk membangun pengetahuannya, memberikan kesempatan untuk ber-
dimana pembelajar sendiri yang ber- diskusi memecahkan masalah
tanggung jawab atas peristiwa belajar sehingga proses penyerapan pen-
dan hasil belajarnya. getahuan kurang, kemudian kurang
Materi yang paling banyak ter- memberi kesempatan kepada para
jadi miskonsepsi pada siswa kelas siswa untuk mengembangkan kebe-
VIII SMP Negeri 1 Gunung Sugih ranian mengemukakan pendapatnya.
Lampung Tengah yaitu tentang Metode ceramah ini juga merupakan
“ekosistem”. Untuk mengetahui metode yang membosankan, tidak
materi yang paling banyak terjadi menjadikan siswa kreatif, yang
miskonsepsi maka dikelompokkan terlihat hanya menjadikan siswa
kedalam butirbutir soal berdasarkan sebagai objek didik. Kemungkinan
materi, sehingga materi yang banyak besar akan terjadi miskonsepsi pada
terjadi miskonsepsi. Berdasarkan siswa jika metode ceramah terus-
identifikasi alasan siswa, sebagian terusan di gunakan dalam proses
siswa mengungkapkan bahwa sumber belajar mengajar.
belajar dari guru hanya mengandalkan
LKS yang diberikan, dan metode
Adapun contoh butir soal nomor (Trianto dalam Khudori, Ashadi dan
2 pada Gambar 1 yang mengalami Masykuri, 2012: 154 ).
miskonsepsi Kemudian contoh butir soal
nomor 13 pada Gambar 2 yang
mengalami miskonsepsi