You are on page 1of 14

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar | p-ISSN 2085-1243

Vol. 8. No.1 Januari 2016 | Hal 82-95


ANALISIS PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF
SISWA SD MELALUI PROJECT BASED LEARNING
oleh:
Wa Ode Lidya Arisanti1, Wahyu Sopandi, Ari Widodo2
Universitas Pendidikan Indonesia
Abstract: Learning science is not just memorize the concepts, but learn how to process and mastery of
the scientific attitude. Actually, learning is still centered on the teacher, so that students can develop the
knowledge and skills of thinking. Knowledge and thinking skills students can experience a change in
the proper way, one way that can be done by applying the model of project-based learning. This study
aims to determine whether there is a difference mastery of concepts and creative thinking skills between
classes that implement learning model project based learning and classroom rather than project-based
learning on water recycling materials. The research design used in this study was Quasi Experimental
Design devoted no pattern Nonequivalent Control Group Design This design consists of two groups:
the experimental group and the control group. Furthermore, each class were given a pretest and posttest
study with mastery test questions using the concept of multiple choice questions of 15 questions and
test creative thinking skills with five essay questions on each test. Classroom learning experiment
treated with a model project based learning and classroom learning with no control got projet models
based learning. The results showed in general there are significant differences in mastery of concepts
(p = 0.00) between the experimental class learning by applying the model of project-based learning in
the learning process (the average N-gain = 0.477) in the medium category, with students learning by
applying rather than project-based learning (the average N-gain = 0.290) in the low category. There is
no difference in the ability to think creatively (p = 0.22) between the experimental class and control
class, with an average N-gain the experimental class 0,075 while the control class is 0.060 which both
are in the low category.
Keywords: project based learning, mastery of concepts, creative

Abstrak: Belajar IPA bukan hanya menghafal konsep-konsep, akan tetapi belajar bagaimana proses
dan penguasaan sikap ilmiah. Kenyatanyaan pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga siswa
tidak dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya. Pengetahuan dan
keterampilan berpikir siswa dapat mengalami perubahan dengan cara yang tepat, salah satu cara yang
dapat dilakukan dengan menerapkan model project based learning. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif antar kelas
yang menerapkan model pembelajaran project based learning dan kelas yang bukan project based
learning pada materi daur air. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi
Experimental Design yang dikhususkan ada pola Nonequivalent Control Group Design Rancangan ini
terdiri dari dua kelompok yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selanjutnya masing-
masing kelas penelitian diberi pretest dan posttest dengan soal tes penguasan konsep menggunakan soal
pilihan ganda sebanyak 15 soal dan tes keterampilan berpikir kreatif dengan 5 soal essay pada setiap
tes. Kelas eksperimen diberi perlakuan pembelajaran dengan model project based learning dan kelas
kontrol mendapat pembelajaran dengan bukan model projet based learning. Hasil penelitian
menunjukan secara umum terdapat perbedaan penguasaan konsep yang signifikan (p= 0,00) antara kelas
eksperimen yang belajar dengan menerapkan model project based learning pada proses
pembelajarannya (rata-rata N-gain = 0,477) pada kategori sedang, dengan siswa yang belajar dengan
menerapkan bukan project based learning (rata-rata N-gain = 0,290) pada kategori rendah. Tidak ada
perbedaan kemampuan berpikir kreatif (p=0,22) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dengan rata-
rata N-gain pada kelas eksperimen 0,075 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,060 yang mana
keduanya berada pada kategori rendah.
Kata kunci: project based learning, penguasan konsep, kreatif

1
Mahasiswa SPs UPI Bandung, Email: lidyaarisanti@gmail.com
2
Dosen Universitas Pendidikan Indonesia, Email: wsopandi@upi.edu

82 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016


PENDAHULUAN masalah. Berdasarkan hasil observasi yang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dilaksanakan pada bulan Oktober 2013,
berhubungan dengan cara mencari tahu guru dalam proses pembelajarannya masih
tentang alam secara sistematis, sehingga dilakukan secara konvensional yaitu
IPA bukan hanya penguasan kumpulan pembelajaran masih berpusat pada guru,
pengetahuan yang berupa fakta, konsep- siswa mendengar, mencatat dan kemudian
konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga siswa menghafal. Di sisi lain, Indonesia
merupakan suatu proses penemuan menurut hasil studi Programme for
(Iskandar, 1997). Dengan belajar IPA siswa Internasional Student Assessment (PISA)
belajar bagaimana fakta, konsep atau 2013 menepati urutan ke 64 dari 65 negara
prinsip diperoleh dengan menerapkan anggota PISA, dalam survei ini ada tiga
metode dan sikap ilmiah yang kemudian kemampuan siswa yang dinilai yaitu
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. kemampuan matematika, kemampuan
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi membaca dan kemampuan ilmiah (sains).
awal bagi siswa mempelajari dirinya sendiri Sedangkan, hasil survei Trends in
dan alam sekitar, serta prospek International Mathematics and Science
pengembangan lebih lanjut dalam Study (TIMSS) tahun 2011 yang
menerapkannya dalam kehidupan sehari- diselenggarakan oleh Global Institute,
hari. Pendidikan IPA sebagai bagian dari diketahui bahwa indonesia menepati
pendidikan umum memiliki peranan peringkat 38 dari 42 negara dalam bidang
penting khususnya dalam menghasilkan matematika dan peringkat ke 40 dari 42
siswa yang mampu berpikir kritis, kreatif, negara dalam bidang sains. Selain itu
logis, dan berinisiatif dalam menghadapi berdasarkan hasil penelitian yang
perkembangan ilmu pengetahuan/sains dan diungkapkan Ayan (2002) kreativitas akan
teknologi mulai terkekang ketika anak mulai
Tujuan pendidikan IPA untuk anak memasuki usia SD karena dalam
SD seperti yang diungkapkan oleh Harlen pendidikan tradisional siswa harus duduk
(2000) adalah keterampilan dan konsep berderet atau berkelompok dua puluh
yang memungkinkan pemahaman tentang hingga tiga puluh siswa dan diharuskan
aspek ilmiah dari dunia sekitar. Jika melihat tunduk pada peraturan dan prosedur yang
tujuan yang di sampaikan Harlen, idealnya kaku dan kebanyakan membatasi
proses pembelajaran IPA bukan hanya keterampilan berpikir kreatif.
bagaimana siswa menguasai konsep akan Berdasarkan hasil observasi dan data
tetapi dalam prosesnya siswa harus yang dipaparkan di atas menunjukan bahwa
memiliki keterampilan mengidentifikasi siswa kurang didorong untuk
dan menafsirkan. Sejalan dengan itu Bundu mengembangkan keterampilan berpikirnya.
(2006) menyatakan bahwa pembelajaran Akibatnya anak hanya mampu mengingat
IPA di SD hendaknya memiliki hasil apa yang dipelajarinya dan tidak
belajar yaitu penguasaan produk ilmiah, mengetahui bagaimana pengetahuan itu
penguasaan proses ilmiah, penguasaan dapat diaplikasikan. Hal ini juga terlihat
sikap ilmiah dan hasil belajar IPA. Akan dalam kehidupan sehari-hari siswa, dimana
tetapi kenyataannya menurut Arends siswa menjadi konsumtif dan tidak
(1997) dalam Trianto (2009) mengetahui bagaimana mencipta.
mengungkapkan bahwa guru mengajar Berdasarkan fakta tersebut terlihat
selalu menuntut siswa untuk belajar dan bagaimana siswa tidak mampu
jarang memberikan pelajaran tentang mengembangkan konsep yang telah
bagaimana siswa untuk belajar, guru juga diberikan dan keterampilan berpikirnya.
menuntut siswa untuk menyelesaikan Penguasaan konsep yang dimaksud adalah
masalah, tapi jarang mengajarkan siswa kemampuan siswa dalam memahami IPA
bagaimana seharusnya menyelesaikan secara ilmiah, baik konsep secara teori

Wa Ode Lidya Arisanti , Wahyu Sopandi, Ari Widodo : Analisis Penguasaan Konsep 83
maupun penerapannya dalam kehidupan dan kemudian menunjukan, dalam
sehari-hari sehingga siswa mampu pemecahan masalah, sebuah jawaban atas
membawa suatu konsep dalam bentuk lain pertanyaan atau membuat desain baru
yang tidak sama dengan dalam buku teks sendiri. Fokus dalam PjBL terletak pada
Bundu (2006). konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari
Diperlukan usaha merubah disiplin ilmu, melibatkan pembelajaran
pembelajaran yang hanya membuat siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan
hanya mendengarkan dan menghafalkan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain,
saja, menjadi proses pembelajaran yang memberi kesempatan belajar bekerja secara
menantang untuk mengembangkan otonom mengkonstruksi pengetahuan
kemampuan berpikirnya. Salah satu cara mereka sendiri, dan menciptakan produk
yang dapat dilakukan adalah belajar dengan nyata (Thomas, 2000). Project based
memecahkan masalah karena dalam belajar learning menuntut siswa untuk
memecahkan masalah selain melatih siswa mengembangkan pengetahuan konsep dan
untuk menghubungkan konsep yang keterampilan berpikir kreatif, sesuai dengan
dimiliki dengan kehidupan nyata, selain itu perinsip belajar sepanjang hidup yang
siswa dituntut untuk mampu mengacu pada empat pilar pendidikan
mengembangkan keterampilan berpikirnya universal, yaitu belajar untuk mengetahui
untuk menyelesaikan masalah yang (learning to know), belajar dengan
dihadapinya. Agar siswa dapat memiliki melakukan (learning to do), belajar untuk
kemampuan seperti yang disyaratkan dalam hidup dalam kebersamaan (learning to live
tujuan pengembangan kurikulum 2013 guru together) dan belajar menjadi diri sendiri
sebagai ujung tombak keberhasilan (learning to be).
pendidikan dan terlibat langsung dalam Banyak penelitian telah dilakukan
pembelajaran, dituntut untuk mampu berkaitan penerapan PjBL untuk melihat
mengembangkan pembelajaran yang dapat efektivitas PjBL diantaranya: A Review Of
menggali kemampuan siswa dalam The Research dari Thomas (2000)
mengembangkan penguasaan konsep dan mengungkapkan dalam studinya
keterampilan berpikir kreatif. Salah satu menemukan beberapa bukti bahwa
model pembelajaran yang disarankan untuk pendekatan project based learning
digunakan dalam penerapan kurikulum meningkatkan kualitas belajar siswa
2013 adalah project based learning atau dibandingkan dengan model pembelajaran
yang dalam kurikulum 2013 disingkat lain. Pendekatan project based learnig
PjBL. PjBL memungkinkan siswa tidak efektif untuk proses mengajar seperti
hanya mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan
intelektualnya, akan tetapi keterampilan keputusan. Penelitian Egenrieder (2010)
manualnya juga dapat berkembang. Seperti dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa
yang diungkapkan oleh Jhon Dewey (dalam PjBL dapat menumbuhkan kemandirian
Iskandar, 1997) mengungkapkan learning siswa dalam menumbuhkan minat belajar
by doing, maksudnya adalah siswa belajar dan berkarir di bidang STEM (Science,
sesuatu melalui kegiatan manual. Technology, Ergineering dan
Pembelajaran berbasis proyek Mathematics). Penelitian lain dilakukan
merupakan model pembelajaran yang Boaler (dalam Bellanca, 2012) yang
inovatif. Dengan pembelajaran berbasis melakukan studi selama tiga tahun di dua
proyek siswa dengan bantuan guru tidak sekolah menengah di Inggris mencatat
hanya mengumpulkan informasi-informasi, perbedaan penting dalam pemahaman
tapi mereka juga harus menggunakan siswa tentang data prestasi matematika.
kemampuan berfikir dan penalaran mereka, Dimana Boaler menemukan bahwa siswa
untuk memahami informasi sehingga dalam sekolah berbasis proyek memiliki
membentuk konsep-konsep mereka sendiri hasil yang lebih baik dibandingkan sekolah

84 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016


yang lebih tradisional dalam memahami dan mendalam yang idealnya
konsep dan menganalisis masalah merupakan topik yang layak bagi
matematika dengan nilai perbandingan 3:1. perhatian, waktu dan energi anak-anak.
Penelitian yang dilakukan Kwon dkk Pendapat yang sama diungkapkan oleh
(2014) penelitian ini dilakukan utnuk Katz (dalam Clark, 2006) A project is
meningkatkan kualitas sekolah dengan an-depth investigation by children of a
menerapkan proyek dengan disain dari topic that is worthy of their time,
berbagai bidang ilmu. attention, and energy. Dari kedua
Penelitian lain dilakukan oleh pendapat tersebut dapat disimpulkan
Andriana (2012) pada siswa SD bahwa proyek adalah pengkajian
menunjukan kemampuan kerja ilmiah dan sebuah topik dari berbagai aspek yang
penguasaan konsep siswa yang menerpkan dilakukan secara mendalam yang
pembelajaran PjBL mengalami membutuhkan perhatian penuh dan
peningkatan yang lebih baik dibandingkan membutuhkan waktu yang cukup lama.
kelas yang menerapkan pembelajaran Banyak definisi yang diungkapkan
konvensional. Penelitian lain Heryadi para ahli berkaitan dengan project
(2012) yang dilakukan pada siswa SMA based learning Knoll (1997)
menunjukan bahwa kelas yang menerapkan mengungkapkan:
PjBL dalam proses pembelajarannya “The Project is one of the
menguasai konsep lebih baik daripada kelas standard teachings method. The
konvensional. Sedangkan penelitian children work their own, without help
dilakukan oleh Azis (2014) kelas yang and interference from their teacher or
menerapkan PjBL memiliki peningkatan direction from a formal lesson plan.
keterampilan proses sains dan keterampilan The teacher prepare the lessons by
berpikir kritis yang lebih baik dibandingkan selecting the subject matter and
dengan kelas yang belajar secara material and giving thought to what
konvensional. Dalam penelitian ketiganya questions were to be asked, what
proyek yang dikembangkan oleh siswa discussions would be pursued, and
diarahkan oleh guru, oleh sebab itu penulis what activities would be proposed.”
tertarik untuk melakukan penelitian dimana
pada proses pembelajaran dengan Selanjutnya The George Lucas
menerapkan PjBL guru memberikan Educational Foundation (2007)
kebebasan untuk menentukan pertanyaan mengungkapkan Project based
yang akan dikembangkan menjadi proyek learning dirancang untuk digunakan
dan menentukan sendiri proyek yang akan pada permasalahan komplek yang
dikembangkan oleh siswa. Hal tersebut diperlukan siswa dalam melakukan
dilakukan dengan harapan siswa dapat insvestigasi dan memahaminya.
menguasai konsep dan mengembangkan Melalui project based learning, proses
keterampilan berpikir kreatifnya dengan inquiry dimulai dengan memunculkan
lebih baik. Berdasarkan uraian di atas pertanyaan penuntun (a guiding
penulis mengajukan sebuah studi dengan question) dan membimbing siswa
judul “Analisis Penguasaan Konsep dan dalam sebuah proyek kolaboratif yang
Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Sd mengintegrasikan berbagai subjek
Melalui Project Based Learning (materi) dalam kurikulum. Pada saat
pertanyaan terjawab, secara langsung
TINJAUAN TEORETIS siswa dapat melihat berbagai elemen
1. Project Based Learning utama sekaligus berbagai prinsip
Proyek seperti yang diungkapkan dalam sebuah disiplin yang sedang
Roopnarine dan Johnson (2011) adalah dikajinya. Project based learning
penelitian sebuah topik yang diperluas merupakan investigasi mendalam

Wa Ode Lidya Arisanti , Wahyu Sopandi, Ari Widodo : Analisis Penguasaan Konsep 85
tentang sebuah topik dunia nyata, hal then create representations of their
ini akan berharga bagi atensi dan usaha findings. Phase 3 : culminating and
siswa debriefing events”
Menurut Boss & Krauss (2007)
project based learning adalah model Langkah-langkah pembelajaran
yang dapat meningkatkan motivasi project based learning diungkapkan
belajar dan mengembangkan oleh The George Lucas Educational
kemampuan siswa dalam memecahkan Foundation (2007); (a) Start with the
masalah serta dapat mengembangkan essential question; (b) Design a plan
kemampuuan berpikir tingkat tinggi, for the project; (c) Create a schedule;
karena dalam proses pembelajarannya (d) Monitor the students and the
siswa melakukan investigasi terhadap progress of the project; (e) Asses the
pertanyaan terbuka dan outcome; (f) Evaluate the experience;.
mengaplikasikan pengetahuan mereka 2. Penguasaan Konsep
untuk membuat produk nyata. Menurut Anderson (2010) konsep
Roopnarine dan Johnson (2011) adalah skema, model mental, atau teori
mengungkapkan bahwa tujuan dari implisit dan eksplisit. Skema berkaitan
model project based learning adalah dengan bagaimana suatu pengetahuan
memberikan berbagai macam dihubungkan satu sama lain.
pengalaman di dalam kelas yang Sedangkan menurut Dahar (2011)
membentuk peran serta dalam proses konsep merupakan dasar bagi proses
demokratis: kerjasama, menyimak dan mental yang lebih tinggi untuk
merespon ide satu sama lain, merumuskan prinsip dan generalisasi.
mengoordasikan upaya dan kontribusi Konsep adalah kategori-kategori
yang berbeda dari anggota dan seluruh yang mengelompokan objek, kejadian
subkelompok, menyelesaikan dan karekteristik berdasarkan properti
perselisihan meraih kesepahaman umum Zacks & Tversky (Santrok,
bagaimana memecahkan masalah dan 2010). Sedangkan menurut Hahn &
menyelesaikan tugas dan sebagainya. Ramscar (Santrok, 2010)
Pendapat lain diungkapkan Katz dan mengungkapkan konsep adalah elemen
chard (1989) mengemukakan bahwa dari kognitif yang membantu
tujuan The Project Approach terdiri menyederhanakan dan meringkas
dari empat kategori 1. Memperoleh informasi.
pengetahuan dan keterampilan, 2. Penguasaan konsep menurut
Meningkatkan kompetensi sosial, 3. Bundu (2006) siswa yang dianggap
Mengembangkan disposisi atau telah mengusai konsep adalah siswa
karakter, dan 4. Mengembangkan yang dapat memberikan tanggapan
perasaan berkaitan dengan pengalaman terhadap pertanyaan/rangsangaan yang
sekolah. bervariasi pada kelompok atau kategori
Dalam pandangan Killpatrick yang sama. Penguasaan konsep
(dalam Knoll, 1997), proyek memiliki merupakan kemampuan siswa dalam
empat fase: pemaknaan, perencanaan, memahami IPA secara ilmiah, baik
pelaksanaan, dan menilai. Lebih rinci konsep secara teori maupun
Katz (dalam Clark, 2006) penerapannya dalam kehidupan sehari-
mengungkapkan: hari. Siswa dikatakan menguasai
“A Project involves three phases: konsep apabila ia mampu
Phase 1 : children and their teacher mendefinisikan konsep,
select and discuss a topic to be mengidentifikasi dan memberi contoh
explored, Phase 2 : the children atau bukan contoh dari konsep,
conduct firsthand investigation and sehingga dengan kemampuan ini ia

86 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016


bisa membawa suatu konsep dalam Konsep yang harus dikuasai siswa pada
bentuk lain yang tidak sama dengan penelitian ini berkaitan dengan materi
dalam buku teks. Dengan daur air yaitu: manfaat air dalam
penguasaannya seseorang siswa kehidupan, proses daur air, perubahan
mampu mengenali prosedur atau fisika yang terjadi pada proses daur air,
proses menghitung yang benar dan pengaruh kegiatan manusia terhadap
tidak benar serta mampu menyatakan proses daur air, kegiatan manusia yang
dan menafsirkan gagasan untuk mempengaruhi kualitas air, pentingnya
memberikan alasan induktif dan menghemat air dan cara yang dapat
deduktif sederhana baik secara lisan, dilakukan untuk menghemat air.
tertulis atau mendemonstrasikan 3. Keterampilan Berpikir Kreatif
(BSNP, 2006). Santrock (2010) menyatakan
Cara yang digunakan untuk bahwa berfikir adalah memanipulasi
mengukur tingkat penguasaan konsep atau mengelola dan mentransformasi
siswa dilakukan dengan penerapan informasi dalam memori. Ini sering
taksonomi Bloom dalam Aderson & dilakukan untuk membentuk konsep,
Krathwohl (2010) untuk mengukur bernalar dan berfikir secara kritis,
proses kognitif siswa, adapun kategori- membuat keputusan, berfikir kreatif
kategori dalam dimensi proses kognitif dan memecahkan masalah.
siswa yaitu; (1) Mengingat, mengambil Berdasarkan prosesnya berfikir dapat
kembali pengetahuan dari memori dikelompokkan dalam berfikir dasar
jangka panjang. Aspek ini mengacu dan berfikir kompleks. Proses berfikir
pada kemampuan mengenal dan kompleks yang disebut berfikir tingkat
mengingat materi yang sudah tinggi meliputi pemecahan masalah,
dipelajari dari yang sederhana sampai pengambilan keputusan, berfikir kritis
pada hal-hal yang sukar. (2) dan berfikir kreatif.
Memahami, mengkonstruksi makna Kreativitas adalah kemampuan
dari materi pembelajaran, termasuk apa berpikir tentang sesuatu dengan cara
yang diucapkan, ditulis, dan digambar baru dan tidak biasa dan menghasilkan
oleh guru. (3) Mengaplikasikan, solusi yang unik atas suatu problem
menerapkan atau menggunakan suatu (Santrock, 2010). Sedangkan menurut
prosedur dalam keadaan tertentu. (4) May (2004) kreativitas yaitu sebagai
Menganalisis, memecah-mecah materi keindahan dangkal, dan disisi lain,
jadi bagian-bagian penyusunannya dan bentuk autentiknya yaitu proses
menentukan hubungan-hubungan membawa sesuatu yang baru menjadi
antarbagian itu dan hubungan antara ada. Robinson dalam (Brookhart,
bagian-bagian tersebut dan 2010) mendefinisikan kreativitas
keseluruhan struktur dan tujuan. (5) sebagai suatu proses yang memiliki
Mengevaluasi, mengambil keputusan ide-ide asli yang memiliki nilai.
berdasarkan kriteria dan/atau standar. Selanjutnya menurut Supriadi
(6) Mencipta, memadukan bagian- (1994) Kreativitas didefinisikan secara
bagian untuk membentuk sesuatu yang berbeda-beda. Sedemikian beragam
baru dari koheren atau untuk membuat definisi itu, sehingga pengertian
suatu produk yang orisinal. kreativitas bergantung pada bagaimana
Hasil belajar kognitif siswa dalam orang mendifinisikannya. “creating is
penelitian ini hanya ditinjau lima ranah a matter of definition”. Tidak ada satu
kognitif yaitu mengingat, memahami, definisi pun yang dianggap dapat
mengaplikasikan, menganalisis dan mewakili pemahaman yang beragam
mengevaluasi karena disesuaikan tentang kreativitas hal ini disebabkan
dengan standar kompetensi (SK). oleh dua alasan. Pertama sebagai

Wa Ode Lidya Arisanti , Wahyu Sopandi, Ari Widodo : Analisis Penguasaan Konsep 87
konstruk hipotesis kreativitas (redefinition). Torrance dalam
merupakan ranah psikologis yang Supriadi (1994) Torrance Test of
kompleks dan multidimensional yang Creative Thinking (TTCT), yang
mengandung berbagai tafsiran yang disusun oleh Paul Torrance. Mulanya
beragam. Kedua definisi-definisi berpikir kreativitas ini bernama
kreativitas memberikan tekanan yang Minnesota Test of Creative (MTCT).
berbeda-beda, bergantung dasar teori Ada empat indikator berpikir kreatif
yang menjadi acuan pembuat difinisi. yang diukur melalui tes ini, yaitu:
Berdasarkan penekanannya, orisinalitas, fleksibelitas, kelancaran
definisi-definsi kreativitas dapat (fluency), dan elaborasi dalam konsep
dibedakan ke dalam dimensi person, ini Torrance merekomendasikan teori
proses, produk, dan press. Rhodes ini bisa dipakai mulai dari Sekolah
(Supriadi, 1994) menyebut keempat Dasar hingga Perguruaan Tinggi.
dimensi tersebut sebagai “the four P’s Secara garis besar indikator
of Creativity”. Definisi kreativitsa keterampilan berpikir kreatif yang
yang menekankan dimensi person akan diamati pada penelitian ini adalah
dikemukakan oleh Guilford (1950): siswa dapat memberikan banyak
“Creativity refers to the abilities that jawaban dalam menyelesaikan
are characteristics of creative masalah, dapat mencari banyak
people”. Difinisi yang menekakan segi alternatif jawaban yang berbeda,
proses diajukan oleh Munandar (1977): mampu melahirkan ungkapan atau
“Creativity is a process that manifests jawaban yang baru dan tidak biasa,
it self in fluency, in flexibility as well in mampu membuat kombinasi yang
originality of thinking”. Barron (1976) tidak umum dan mampu memperkaya
menekankan segi produk yaitu “the dan mengembangkan gagasan yang
ability to bring something new into terjadi dilikgkungan sekitar yang
existence”. Sementara Amabile (1983) berhubungan dengan daur air dan
mengemukakan “Creativity can be kegiatan manusia yang dapat
regarded as the quality of products or mempengaruhi daur air.
responses judged to be to be creative
by appropriate observers”. METODOLOGI PENELITIAN
May (2004) menyatakan menurut Bentuk penelitian ini adalah Quasi
teori psikoanalisis kreativitas memiliki Experimental Design yaitu desain yang
dua ciri khas. Pertama, reduktif artinya mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak
teori tersebut mempersempit krativitas dapat berfungsi sepenuhnya untuk
pada proses-proses tertentu. Kedua mengontrol variabel-variabel luar yang
teori tersebut pada umumnya membuat mempengaruhi pelaksanaan (Sugiyono,
kreativitas semata-mata suatu ekspresi 2009). Quasi Experimental Design yang
pola-pola neurotik. Definisi umum dikhususkan kepada pola Nonequivalent
tentang kreativitas dilingkaran Control Group Design karena baik
psikoanalisis adalah “regresi dalam kelompok kontrol maupun kelompok
pelayanan ego”. eksperimen tidak dipilih secara random
Berdasarkan analisis faktor (Sugiyono, 2009). Desain penelitian
Guilford (Kim, 2006) menemukan tersebut berbentuk:
bahwa ada empat yang menjadi ciri
kemampuan berpikir kreatif, yaitu R O1 X O2
kelancaran (fluency of thinking),
keluwesan (flexibility), keaslian R O3 O4
(originality), penguraiaan Gambar 1 Desain Penelitian
(elaboration), penyatuan kembali Eksperimen

88 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016


Keterangan: Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi
R : Random 0,05.
X : Perlakukan b) Selanjutnya dilakukan uji homogenitas
O1 : Hasil pretest eksperimen sebelum untuk melihat variansi data pada kedua
perlakuaan kelompok, uji yang dilakukan adalah uji
O2 : Hasil posttest eksperimen setelah Levene dengan taraf signifikansi 0,05.
perlakuan c) Jika data yang diperoleh berdistribusi
O3 : Hasil pretest kontrol sebelum normal dan bervariansi homogen maka
perlakuaan selanjutnya untuk uji hipotesis
O4 : Hasil posttest kontrol setelah dilakukan uji t-testindevendent dua pihak
perlakuan (2-tailed), dengan menggunakan SPSS
Populasi dalam penelitian ini adalah 20 untuk melihat perbedaan penguasaan
siswa Sekolah Dasar Negri di Kab. konsep dan berpikir keratif antara kelas
Sumedang. Teknik pengambilan sampel kontrol dan kelas eksperimen. adapun
pada penelitian ini dilakukan dengan teknik hipotesis statistik untuk uji t-
purposive sampling yaitu penetapan testindevendent sebagai berikut:
responden untuk dijadikan sampel H 0 : 1   2
berdsarkan kriteria-kriteria tertentu
H 1 : 1   2
(Siregar, 2013). Penelitian ini dilaksanakan
di SDN Sawahdadap I dan II di Kab. Dengan syarat :
Sumedang dan yang menjadi subjek H 0 diterima bila, sig. (2-tailed) ≥ 0,05,
penelitian ini adalah siswa kelas V pada begitupun sebaliknya
kedua SDN tersebut, dengan masing- H 1 diterima bila, sig. (2-tailed) < 0,05,
masing jumlah siswa tiap kelas adalah 34. begitupun sebaliknya
Oleh karena itu sampel dalam penelitian ini d) Jika data yang diperoleh berdistribusi
adalah dua kelas dimana satu kelas sebagai tidak normal dan bervariansi tidak
kelas dengan menggunakan model project homogen maka uji yang dilakukan
based learning dan satu kelas lainnya adalah uji Mann Whitney.
adalah kelas dengan menerapkan bukan Selain itu untuk melihat perbedaan
project based learning dalam proses peningkatan kompetensi pada sebelum dan
pembelajarannya sesudah dilakukan pembelajaran antara
Analisis data dilakukan secara kelas kontrol dan kelas eksperimen dihitung
inferensial terhadap data kuantitatif. Data pula N-gain pada setiap indikator.
tersebut berupa data hasil tes penguasaan
konsep dan tes berpikir kreatif dimana data HASIL PENELITIAN DAN
tersebut diperoleh dari hasil pretest dan PEMBAHASAN
posttest yang berupa nilai. Pengujian 1. Penguasaan Konsep Siswa yang
statistik menggunakan bantuan software Menerapkan Project Based Learning
SPSS (Statistik Product adn Servis dan yang Bukan Project Based
Solution) for windows v.20.0. Learning
Teknik analisis data yang digunakan Sebelum melaksnakan
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pemebelajaran kedua kelas melakukan
penguasaan konsep dan keterampilan pretest dengan mengunakan 15 soal
berpikir kreatif antara kelas eksperimen untuk mengukur penguasaan konsep
dengan kelas kontrol adalah sebagai siswa, data yang dikumpulkan
berikut: selanjutnya dihitung. Berikut ini hasil
a) Melakukan uji normalitas pada data pengolahan data pretest penguasaan
nilai pretest dan posttest pada kedua konsep pada kedua kelas:
kelompok, dengan melakukan uji

Wa Ode Lidya Arisanti , Wahyu Sopandi, Ari Widodo : Analisis Penguasaan Konsep 89
Tabel 2. Hasil Pengolahan Data Pretest testindevendent oleh sebab itu uji yang
Penguasaan Konsep dilakukan adalah uji Mann Whitney.
Kelas Hasil uji Mann Whitney menunjukan
Data nilai < 0,05, artinya ada perbedaan
Eksperimen Kontrol
penguasaan konsep yang signifikan
N 34 34
antara kelas kontrol dan kelas
Nilai Rata-rata 38,03 34,51 eksperimen. Belajar dengan menerapkan
Std. Deviasi 11,66 12,00 model project based learning
Sig. Normalitas 0,08 0,09 memberikan pengalaman belajar yang
Sig. berbeda kepada siswa, dimana dalam
0,626
Homogenitas proses pembelajaran dengan
Uji t-testindevendent menerapkan project based learning
0,223
Sig. (2-tailed) siswa dituntut untuk berperaan aktif
untuk mencurahkan ide-ide yang
Berdasarkan tabel di atas dimilikinya serta mencurahkan seluruh
menunjukan bahwa nilai penguasan perhatianya untuk mengumpulkan
konsep pada kelas eksperimen dan kelas informasi untuk menyelesaikan proyek.
kontrol, berdistribusi normal dan Menerapkan model project based
bervariansi homogen oleh sebab itu uji learning menuntut siswa untuk
yang dilakukan untuk mengambil menyelesaikan masalah dan mengatasi
keputusan adalah uji Uji t-testindevendent masalah yang terjadi di dunia nyata yang
Sig. (2-tailed). Dari hasil uji-t berhubungan dengan konsep yang
menunjukan bahwa tidak ada perbedaan diperoleh di sekolah, ketika siswa
yang signifikan penguasaan konsep merasa apa yang dipelajarinya
siswa pada kelas eksperimen dan kelas berhubungan dengan pengalaman
kontrol, oleh sebab itu selanjutnya yang sehari-hari siswa akan merasa
dianalisis adalah data nilai posttest. termotivasi untuk mencari tahu lebih
Berikut ini tabel data hasil pengolahan banyak. Hal tersebut seperti yang
nilai posttest penguasaan konsep siswa diungkapkan Klob (Abidin, 2009)
pada kelas eksperimen dan kelas mengungkapkan bahwa belajar; (a)
kontrol: Diverger yaitu belajar akan lebih baik
dengan melihat dan mengalaminya (b)
Tabel 1. Hasil Pengolahan Data Posttest Assimilator yaitu bahwa belajar akan
Penguasaan Konsep lebih baik dengan melihat dan berfikir.
Kelas (c) Converger yaitu belajar akan lebih
Data baik dengan berpikir dan melakukan. (d)
Eksperimen Kontrol
N 34 34 Accomodator yaitu bahwa belajar akan
mengalami dan melakukan. Dengan
Nilai Rata-rata 68,6 54,9
menerapkan project based learning
Std. Deviasi 11, 89 12,06
seluruh aktivitas belajar dapat
Sig. Normalitas 0,03 0,02 terfasilitasi.
Sig. Homogenitas 0,994
Uji Mann
Whitney Asymp 0,006
Sig. (2-tailed)

Tabel di atas menunjukan jika data


nilai posttes tidak berdisi normal akan
tetapi bervasiansi homogen, artinya data
tidak memenuri syarat untuk uji t-

90 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016


Pendapat tersebut sesuai dengan Secara umum gambar 2 menunjukan
karekteristik pembelajaran poject based peningkatan penguasaan konsep yang lebih
learning yang diungkapkan oleh baik pada kelas eksperimen. Pada indikator
Roopnarine dan Johnson (2011) ke 2, 5 dan 9 kedua kelas mengalami
memiliki tujuan untuk memberkan peningkatan yang sama hal ini dikarenakan
berbagai macam pengalaman di dalam kedua kelas melakukan demonstrasi yang
kelas yang membentuk peran serta sama. Sedangkan pada indikator ke 10 dan
dalam proses demokratis, kerjasama, ke 13 kelas kontrol mengalami peningkatan
menyimak dan merespon ide satu sama yang lebih baik daripada kelas eksperimen
lain, mengoordinasikan upaya dan karena pada kelas kontrol siswa melakukan
kontribusi yang berbeda dari anggota latihan untuk menghitung. Kelima belas
dan seluruh subkelompok,
menyelesaikan perselisihan meraih Tabel 3. Rerata N-gain tiap Aspek Kognitif
kesepahaman bagaimana memecahkan Rata-rata N-Gain
masalah dan menyelesaikan tugas dan Aspek Kognitif Indikator Kelas Kelas
sebagainya. Dengan menerapkan Eksperimen Kontrol
Mengingat 1, 2,3, dan 4 0,5 0,3
pembelajaran dengan PjBL seluruh cara Memahami 5, 6 dan 7 0,5 0,3
belajar dapat terfasilitasi. Selain itu dua Mengaplikasikan 8,9,10 dan 11 0,4 0,3
cara proses pemerolehan konsep yang Menganalisis 12 dan 13 0,4 0,2
diungkapkan Ausubel (Dahar, 2011) Mengevaluasi 14 dan 15 0,6 0,2
yaitu konsep diperoleh pada proses
indikator yang disebutkan sebelumnya
induktif dan asimilasi konsep, dengan
mewakili lima aspek kognitif pada
menerapkan model project based
taksonomi Bloom, dimana setiap aspek
learning kedua proses tersebut dapat
kognitf diwakili oleh dua hingga empat
terfasiliasi. Siswa memperoleh konsep
indikator. Untuk lebih jelas berikut ini tabel
secara induktif pada saat siswa
sebaran indikator berdasrkan aspek kognitif
melakukan observasi terhadap
dan rerata n-gain tiap aspek kognitif pada
1,00
kelas eksperimen dan kelas
0,90 kontrol:
0,80
0,70 Berdasarkan tabel di
Nilai N-Gain

0,60 atas menunjukan meskipun


0,50 ada beberapa indikator yang
0,40 Kelas Eksperimen
mengalami peningkatan
0,30 Kelas Kontrol yang sama dan lebih baik
0,20 pada kelas kontrol, akan
0,10
tetapi jika dilihat rata-rata
0,00
peningkatan pada setiap
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415
aspek kognitif menunjukan
Indikator
peningkatan yang lebih baik
pada kelas eksperimen
Gambar 2. Penguasaan Konsep Siswa pada Setiap Indikator dibandingkan pada kelas
lingkungan sekitarnya dan apa yang kontrol.
dialaminya sehari-hari, dan proses
pemerolehan konsep secara asimilasi 2. Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa
diperoleh siswa pada saat siswa belajar yang Menerapkan Project Based
disekolah. Berikut ini peningkatan Learning dan yang Bukan Project
penguasaan konsep siswa pada setiap Based Learning
indikator: Penjaringan data keterampilan
berpikir kreatif mengunakan lima soal

Wa Ode Lidya Arisanti , Wahyu Sopandi, Ari Widodo : Analisis Penguasaan Konsep 91
dimana setiap soal mengukur empat Tabel di atas menunjukan bahwa
indikator. Adapun hasil pengolahan data data hasil posttest berdisistribusi normal
pretest keterampilan berpikir kreatif dan bervariansi homogen, maka
siswa pada kedua kelas adalah sebagai selanjutnya yang dilakukan uji-t untuk
berikut: membuktikan hipotesis dari hasil hitung
menunjukan nilai 0,22 < 0,05 maka H 0
Tabel 4. Hasil Pengolahan Data Pretest diterima, artinya tidak adanya perbedaan
Keterampilan Berpikir Kreatif antara kemampuan berpikir kreatif siswa
yang menerapkan pembelajaran dengan
Kelas model project based learnig dengan
Data
Eksperimen Kontrol yang bukan project based learning pada
N 34 34 kelas kontrol. Ada beberapa hal yang
Nilai Rata-rata 19,94 19,76 menyebabkan rendahnya hasil tes
Std. Deviasi 0,034 0,028 keterampilan berpikir kreatif diantarnya;
Sig. Normalitas 0,66 0,09 (1) tidak ada latihan secara kontinu yang
Sig. Homogenitas 0,06 dilakukan siswa untuk menguasai
Uji t-testindevendent keempat aktivitas keterampilan berpikir
0,97 kreatif. (2) keterbatasan waktu sehingga
Sig. (2-tailed)
tidak ada pematauan terhadap aktivitas
Berdasarkan tabel di atas menunjukan keterampilan berpikir kreatif siswa,
bahwa nilai keterampilan berpikir kreatif karena siswa apabila sudah
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, menyelesaikan tugas proyek sudah
berdistribusi normal dan bervariansi dianggap menguasai aktivitas-aktivitas
homogen oleh sebab itu uji yang dilakukan keterampilan berpikir kreatif. (3) peran
untuk mengambil keputusan adalah uji Uji guru yang kurang maksimal melibatkan
t-testindevendent Sig. (2-tailed). Dari hasil uji- siswa untuk mengembangkan
t menunjukan bahwa tidak ada perbedaan keterampilan berpikirnya, seharusnya
yang signifikan keterampilan berpikir guru mampu melibatkan siswa dalam
kreatif siswa pada kelas eksperimen dan pemikiran yang lebih tinggi seperti yang
kelas kontrol, oleh sebab itu selanjutnya diungkapkan Vygotski (dalam Kuswana,
yang dianalisis adalah data nilai posttest. 2011) yang menyatakan bahwa pendidik
Berikut ini tabel data hasil pengolahan nilai harus mencoba untuk membantu peserta
posttest penguasaan konsep siswa pada didik terlibat dalam pemikiran tingkat
kelas eksperimen dan kelas kontrol: yang lebih tinggi melalui bantuan
terstruktur. Selain itu seperti yang
diungkapkan Ayan (2002) banyak orang
Tabel 5. Hasil Pengolahan Data Pretest tidak mengembangkan daya kreatif
Keterampilan Berpikir Kreatif mereka karena tidak diberi tahu cara
Kelas memanfaatkan keterampilan kreatif
Data alami ataupuan cara mengembangkan
Eksperimen Kontrol
berbagai teknik. Berikut ini adalah
N 34 34
grafik N-Gain pada setiap indikator pada
Nilai Rata-rata 26,02 24,61
kelas kontrol dan kelas eksperimen:
Std. Deviasi 0,034 0,028
Sig. Normalitas 0,69 0,06
Sig. Homogenitas 0,20
Uji t-testindevendent
0,22
Sig. (2-tailed)

92 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016


0,05 Kedua, tidak ada perbedaan
kemampuan berpikir kreatif antara kelas
0,04 eksperimen dan kelas kontrol (p=0,22),
Nilai N-Gain

dengan rata-rata N-gain pada kelas


0,03
eksperimen 0,075 sedangkan pada kelas
0,02 Kelas Eksperimen kontrol sebesar 0,060 yang mana
Kelas Kontrol keduanya berada pada kategori rendah.
0,01 Berdasarkan kesimpulan
penelitian, berikut ini disajikan
0,00
beberapa implikasi yang bersesuaian,
1 2 3 4
berikut ini:
Indikator Berpikir Krreatif
Pertama, Pembelajaran dengan
menerapkan model project based
Gambar 3. Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa pada learning hendaknya menjadi alternatif
Setiap Indikator pembelajaran bagi guru SD khususnya
dalam pembelajaran IPA materi Daur
Grafik di atas menunjukan Air untuk mengembangkan kemampuan
peningkatan keterampilan berpikir berpikir kreatif dan penguasaan konsep
kreatif yang lebih baik pada kelas siswa.
eksperimen, akan tetapi peningkatan Kedua, untuk dapat
tersebut tidaklah signifikan. Pada memaksimalkan penguasaan konsep dan
indikator pertama yaitu kelancaran kemampuan berpikir keatif siswa, siswa
(fluency) siswa telah mampu harus dibiasakan: Pertama,
memberikan banyak jawaban akan tetapi membiasakan siswa membaca buku
jawbanyang diberikan kurang beragam sebagai dasar untuk mengembangkan
atau tidak luwesan (flexibility). Indikator proyek. Kedua, memberikan
ke 3 keaslian (originality) dan kesempatan dan memfasilitasi siswa
penguraiaan (elaboration) kemampuan untuk mengembangkan kemampuan
siswa masih sanyat rendah karena siswa berpikirnya. Ketiga, membiasakan siswa
tidak memiliki rasa percaya diri dan belajar dengan model pembelajaran
keberanian untuk memiliki jawaban project based learning karena model ini
yang berbeda dari rekan-rekanya. dapat mengembangkan kreativitas dan
meningkatkan penguasaan konsep
Kesimpulan dan saran siswa.
Berdasarkan hasil temuan dan Ketiga, untuk mendapatkan hasil
analisi yang telah dikemukakan pada yang maksimal dalam penerapan model
bab sebelumnya, maka dapat pembelajaran project based learning
disimpulkan: alokasi waktu harus dipertimbangkan
Pertama, secara umum terdapat dan pengawasan serta pendampingan
perbedaan peningkatan penguasaan guru dalam proses pembuatan proyek
konsep yang signifikan (p= 0,00) antara harus lebih ditingkatkan.
kelas eksperimen yang belajar dengan
menerapkan model project based DAFTAR PUSTAKA
learning pada proses pembelajarannya Anderson, L.W. & Krathowhl, D.R. (2010).
(rata-rata N-gain = 0,477) pada kategori Kerangka Landasan Untuk
sedang, dengan siswa yang belajar Pembelajaran, Pengajaran dan
dengan menerapkan yang bukan project Asesmen: Revisi Taksonomi
based learning (rata-rata N-gain = Pendidikan Bloom. Terjemahan.
0,290) pada kategori rendah. Agung Prihantoro. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Wa Ode Lidya Arisanti , Wahyu Sopandi, Ari Widodo : Analisis Penguasaan Konsep 93
Andriana, E. (2012) Peningkatan Hamalik, O. (2003). Kurikulum dan
Kemempuan Kerja Ilmiah Siswa dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Penguasaan Konsep Melalui Model Harlen, W. (2000). Teaching, Learning &
Pembelajaran Berbasis Proyek. Tesis Assessing Science 5-12. London:
SPs UPI: Tidak Diterbitkan. SAGE Publication
Ayan, E.J. (2002). Ways to Free your Heryadi, D. (2012). Model Pembelajran
Creative Spirit and Find Your Great Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi
Ideas. Terjermahan. Ibnu Setiawaan. untuk Meningkatkan Penguasaan
Bandung: Kaifa. Konsep Flida Statis dan Berpikir
Aziz, S. (2014). Peningkatan Keterampilan Kreatif Siswa SMA. Tesis SPs UPI:
Proses Sains dan Keterampilan Tidak Diterbitkan.
Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran Iskandar, M. S. (1997). Pendidikan IPA.
Berbasis Proyek. Tesis SPs UPI: Jakarta: Depdiknas.
Tidak Dipublikasi. Katz, L.G. Dan Chard, S.C. (1991).
Badan Standar Nasional Pendidikan. Engaging Children’s Minds: The
(2006). Standar Isi. Jakarta: BSNP. Project Approach. New jersey:
Bellanca, J. (2012). Proyek Pembelajaran Norwood
Yang Diperkaya. Terjemahan. Ririn Kim, K. H. (2006). Struktur Laten dan
Sjafriani. Jakarta: Indeks. Pengukuran Invarian Dari Skor
Brookhart, S. M. (2010). How To Assess Torrance: SAGE Juornal of Psicologi
Higer-order Thinking Skills In Your and Education assesment, Vol 66,
Classroom. Virginia USA: ASCD Number 3, Pages 459-477.
Alexandria. Knoll, M. (1997). The Project Method: Its
Boss, S. & Krauss, J. (2007). Reinventing Vocational Education Origin and
Project-Based Learning: Your field Internasional Development. Journal
guide to real-world projects in the of Industrial Teacher Education, 34
digital age. Washington: (3), Pages 59-80.
International Society for technology Kuswana, W. S. (2011). Taksonomi
in Education (ISTE) Berpikir. Bandung: PT Remaja
Bundu, P. (2006). Penilaian Keterampilan Rosdakarya.
Proses dan sikap Ilmiah dalam Kwon, S.M., Dkk. (2014) Co-design of
Pembelajaran Sains-SD. Jakarta: Interdisciplinary Projects as a
Depdiknas Direktorat Jendral Mechanism for School Capacity
Pendidikan Tinggi Growth. SAGE Journal of Improving
Clark, AM. (2006). Changing Classroom Schools, Vol 17 (1), Page 54-71.
Practice to Include the Project [Online] Diakses dari:
Approach. [Online] tersedia di: http://imp.sagepub.com/content/17/1
http://ecrp.uiuc.edu/v8n2/clark.html. /54
Diakses pada tanggal 20 Oktober
2014 May, R. (1976). The Courage to Create
Dahar, R.W. (2011). Teori-teori Belajar (Apakah Anda Cukup Berani Untuk
dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Kreatif). Terjemahan 2004. Jakarta:
Egenrieder, J.A. (2010) Facilitating Teraju.
Student Autonomy in Project-Based Munandar, U. (2009). Pengembangan
Learning to Foster Interes adn Kretaivitas Anak Berbakat. Jakarta:
Resilience in STEM Education dan Rineka Cipta
STEM careers. Virginia Tech. Roopnarine, J.L. dan Johnson, J.E. (2011).
[Online] Diakses dari: PAUD: Dalam Bergabai
http://washacadsci.org/journalartices. Pendekatan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

94 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016


Santrock, J. W. (2010). Psikologi http://www.bobpearlman.org/BestPr
Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: actices/PBLResearch.pdf.
Kencana Trianto. (2009). Mendesain Model
Sugiyono. (2009). Model Penelitian Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Jakarta: Kencana.
Bandung: Alfabeta. The George Lucas Educational Foundation.
Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan (2007). Project-Based Learning
Perubahan Konsep Pendidikan Professional Development Guide. An
Fisika. Jakarta: Grasindo. overview of the Edutopia
Supriadi, D. (1994). Kreativitas, professional development guide for
Kebudayaan dan Perkembangan teaching how to use project-based
Iptek. Bandung: CV ALFABETA. learning in the classroom. [online].
Thomas, J.W. (2000). A Review of Tersedia:http://www.edutopia.org/pr
Research of PBL. Vol.2. [Online] oject-based-learning-guide diunduh
Diakses dari: tgl 7 April 2014.

Wa Ode Lidya Arisanti , Wahyu Sopandi, Ari Widodo : Analisis Penguasaan Konsep 95

You might also like