You are on page 1of 22

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR

TERHADAP PENINGKATAN KETRAMPILAN BERPIKIR RASIONAL ANAK


SEKOLAH DASAR

Sri Handayani
Sumarno
Unit Program Belajar Jarak Jauh, Universitas Terbuka Semarang
shandayani@ut.ac.id, marno@ut.ac.id

ABSTRACT

The study was conducted to find a suitable model in science learning that can
improve rational thinking skills of children. Based on observations in the field of
learning science is still centered on the teacher and less provide opportunities for
students to build their own knowledge through rational thinking skills. Rational
thinking skills need to be developed early on because it is the basis of complex
thinking ability to understand the problems of science and mathematics. To
achieve these objectives GBPP analysis, teaching materials and learning theories
IPA. Furthermore, designing a learning model that fits the model cycle of learning
that is based on constructivism views so as to improve rational thinking skills of
children. Model of student-centered learning, students' attention to the initial
conception and use the student environment as a learning resource. Hallmark of
this model is in melaksanakamn learning process in three stages ranging from
exploration, introduction of the concept and application of the concept. Data
collected mel; Alui achievement test, observation and interviews. Further analysis
of data normality, homogeneity and a t test on the test results. Percentage mastery
of concepts, rational thinking skills, procedural skills IPA and interviews are
described later concluded. The trial results showed that the learning cycle model
developed for the adjustment of material living beings meningkatkn rational
thinking skills, science process skills and mastery of concepts students.

Keywords: Learning Cycle, rational thinking

PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan Alam (IPA) yang produk IPA yang baru . Oleh karena itu
diajarkan di sekolah dasar merupakan sarana peningkatan kualitas pendidikan IPAdi
yang baik untuk memahami tehnologi , sekolah dasar merupakan awal dari
karena tehnologi erat kaitannya dengan IPA. pembinaan masyarakat yang melek IPA dan
Prinsip IPA merupakan dasar dalam tehnologi. Hal ini dapat dicapai melalui
pengembangan tehnologi sedangkan hasil peningkatan pemahaman sisewa terhadap
tehnologi akan membantu para ahli untuk produk IPA , mengembangkan
melakukan p-roses IPA sehingga ditemukan

55
keterampilaqn proises IPA dan keterampilan menggunakan metode ceramah dalam
berpikir siswa. pembelajaran IPA. Pada hal banyak pokok
bahasan yang diajarkan dengan mengamati
Berdasarkan hasil pengamatan di benda asli atau kejadian-kejadian secara
lapangan masih banyak hal yang perlu langsung di lingkungan sekolah sepertti
dibenahi untuk meningkatkan kualitas mengakjjarkan tentang hewan , tuimbuhan ,
ppembelajaran IPA sekolah dasar . Proses penyesuaian makhluk hidup , makanan sehat
pembelajaran IPA masih berpusat pada guru dan lain-lain.
sehingga siswa hanya menerima informasi Model pembelajaran yang menekankan
dari guru. Situasi kelas sangat formal , siswa pada aktivitas siswa diantaranya model
kurang mendapat kesempatan untuk bertanya siklus belajar dengan dasar pandangan
dan jarang melalukan diskusi. Pemberian konstruktivisme dari Piaget . Menurut
konsep jadi dalam proses belajar mengajar Piaget (dalam Dahar, 1989 : 159)
guna mengejar target pencapaian kurikulum , pengetahuan yang diperoleh siswa dibangun
tidak melatih kemampuan berpikir sehingga dalam pikiran siswa sendiri. Pengetahuan
siswa mudah lupa terhadap konsep tersebut. fisik dan pengetahuan logika
Nilai Ebtanas Murni (NEM) digunakan matematiktidak dapart dipindahkan dari
sebagai criteria untuk menentukan peringkat pikirean guru kepikiran siswa secara utuh
sekolah sehingga para guru berusaha untuk tetapi dibangun sendiri melalui operasi-
mengajarkan konsep sebanyak-banyaknya operasi . Salah satu operasi tersebut
dan kurang melatih keterampilan berpikir adalah berinteraksi dengan lingkungan dan
siswa. Padahal mengembangkan menyerap poengetahuan melalui pengalaman
keterampilan berpikir merupakan dimensi sendiri. Dengan bertitik tolak pada
terpenting dalkam pembelajaran IPA. Guru pengetahuan siswa tersebut , guru
menugaskan siswa mencari informasi melaksanakan pembelajaran untuk
sendiri melalui membaca atau sumber lain menanamkan konsep baru yang mungkin
khususnya tentang IPA merupakan salah satu sesuai atau tidak sesuai dengan konsep
cara untuk mebiasakan anak belajar sendiri pengetahuan awal siswa . Disinilah siswa
dan meningkatkan minat belajar anak sendiri dilatih berpikir untuk menemukan konsep
. Masih banyak siswa ttyang kurang sendiri berdasarkan fakta-fakta melalui
berminat terhadap pelajaran IPA dan proses berpikir yang logis atau dilatih
menganggap pelajaran ini sulit . Apabila beropikir rasional.
dilihat dari faktor guru antara lain : (1) Model yang dikembangkan adalah
kurang memperhatikan tahap perkembangan siklus belajar yang dilandasi dengan
anak (2) kurang melibatkan siswa dalam pandangan konstruktivisme , pembelajaeran
pembelajaran (3) kurang mengkaitkan berpusat pada siswa melalui aktivitas hand-
konsep yang diajarkan dengan pengetahuan on/minds-on , memperhatikan pengetahuan
awal siswa (4) kurang member contoh awal siswa dan menggunakan lingkungan
penerapan konsep dalam kehidupan sehari- sebagai sumber belajar . Dipilih model
hari. Kekurangan alat bantui (KIT) IPA siklus belajar karena (1) melakukan kegiatan
selalu menjadi alasan utama guru dalam

56
yang dapat melatih keteranmpilan berpikir mel;kukan ketermpilan proses IPA untuk
(2) tahapannya sederhana dan mudah diikuti menemukan konsep-konsep serta
(3) disesuaikan dengan tingkat penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
bperkembangan siswa (4) memperhatikan Menurut Gega (1994 ; 71)
konsepsi awal siswa (5) pembelajaranny6a ketrampilan proses IPA uyng diajarkan di
lebihy bermakna karena siswa membangun sekolah dasar meliputi mengamati
pengetahuan sendiri. (observing) , mengelompokan (classifying) ,
Berdasarkan uraian latar belakang mengukur (measuring) ,
diatas masaklah dalam penelitian dapat mengkomunikasikan (communicating) ,
dirumuskan sebagai berikut : Apakah model menafsirkan dan memprediksi (inferring and
pembelajaran siklus belajar yang predicting) serta melakukan percobaan
dikembangkan pada materi penyesuaian (experimenting). Bila dihubungkan dengan
makhluk hidup dapat mneningkatkan teori perkembangan kognitif Piaget , maka
berpikir rasional disamping ppenguasaan penerapan keterampilan proses IPA tersebut
konsep siswa sekolah dasar. untuk pembelajaran di sekolah dasar
Sesuai dengan rumusan masalah diatas dihubungkan dengan kejadian nyata atau
maka tujuan pene3litian adalah memperbaiki kejadian yang ada disekitarnya. Menurut
pembelajaran IPA dengan model srini M iskandar (1995:39) menyatakan
pembelajaran siklus belajar dapat bahwa siswa sekolah dasar mempunyai
meningkatkabn keterampilan berpikir kecenderungan belajar beranjak dari hal-hal
rasional pada keterampuilan proses IPA , yang konkrit mempelajari susuatu sebagai
serta penguasaan konsep siswa pada pokok suatu keutuhan terpadu , melalui proses
bahasan penyesuaian makhluk hidup. manipulatif dan berkembang mengikuti
tahapan secara herarki . Menurut Carin (1993
Pendidikan IPA di Sekolah Dasar :30) menyarankan bahwa sekolah sebagai
IPA diajarkan di sekolah dasar instuisi social hendaknya dalam menyusun
bertujuan untuk menanamkan dan tujuan pembelajaran mempertimbangkan isu-
mengembangkan pengetahun , keterampilan , isu social , minat dan hakekat anak sehingga
sikap dan nilai-nilai pada siswa serta rasa dapoat mengembangkan : (1) rasa ingin tahu
mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan (2) keterampilan penyelidikanb tahapan awal
(Depdikbud, 1994: 73). Pembelajaran IPA (3) pewngetahuan sains dan tehnologi serta
harus memberikan kesempatan pada siswa (4) pemahaman tentang sains teknologi dan
untuk mengembangkan ketiga aspoek yaitu masyarakat (STM).
pengetahuan , ketermpilan dan sikp. Melalui Dengan demikian untuk mencapai
proses IPA akan ditemukan proiduk IPA tuyjuan pembelajaran guru harus
berupa fakta , konsep , hukum dan teori yang merencanakan dan melaksanakan
dapat diaplikasikan kedalam tehnologi pembelajaran IPA yang berpusat pada
(Carin , 1997 : 4-5). Oleh karena itu siswa , memperhatikan tingkat
pembel;ajaran IPA difokuskan pada tiga hal perkembangan siswa baik secara fisik,
yaitu produk IPA , proses IPA dn sikp me4ntal , social maupun emosionalnya ,
melalui minds-on/hand-on siswa dilatih

57
memperhatikan adanya perbedaan individu , Pembelajaran Generartif (Generative
memberikan kebebasan pada siswa untuk Learning Model) , Model Pembelajaran
belajar dengan caranya sendiri . Jadi dealam Interaktif (Interatuive Learning Model ) ,
hal mini guru bukan satu-satunya sumber Model CLIS (Children Learning in Science
belajar, tetapi bagaimana mengatur proses Model). Masing-masing model itu
belajar m engajar dapat mencapai tujuan mempunyai kekhasan tersendiri , namun
pembelajaran . Uzer Usman (1999:9) semuanyamengembangkan kemampuan
mengatakan bahwa perean guru dalam proses kognitif siswa untuk membangun
belajar mengajar adalah sebagai pengetahuan sendiri melalui proses berpikir
demonstrator , pengelola kelas , mediator rasional . Kekhasan dari model tersebut
dan fasilitator serta evaluator. tampak pada tahapan kegiatan pembelajaran
Model Pembelajaran IPA dilandasi yang dilakukan . Tytler (1996 : 11)
Pandangan Konstruktivisme mengatakan bahwa setiap model memiliki
fase-fase yang berbeda, tetapi pada dasarnya
Pembelajaran IPA yang dilandasi mempumnyai tujuan yang sama yaitu
dengan pandangan konstruktivisme dari menggali ide-ide siswa , mengadakan
Piaget. Pandangan ini berpendapat bahwa klarifikasi dan perluasan terhadap ide-ide
dalam proses belajar anak membangun tersebut , kemudian merefleksinya secara
pengetahuan sendiri dan memperoleh exsplisit .
pengetahuan di luar sekolah (Dahar , 1989
:160) . Oleh karena itu setiap siswa akan
membawa konsepsi awal mereka yang
diperoleh selama berinteraksi dengan
lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar.
Ada beberapa hal yang perlu ditekankan
dalam pandangan konstruktivisme yaitu (1)
peran aktif siswa dalam mengkonstruksi
pengetahuan secara bermakna (2) pentingnya
membuat kairtan antar gagasan siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan (30
mengkaitkan antar gagasan siswa dengan
informasi baru dikelas (Tasker , 1992 :30) .
Konstruktivisme menggunakan kegiatan
hands-on sertra memberikan kesempatan
yang luas untuk melakukan dialog dengan
guru dan teman-temannya akan dapat
mengembangkan konsep dan keterampilan
berpikir kritis siswa (Horsley , 1990 : 49) .
Ada beberapa model pembelajaran
yang dilandasi konstruktivisme yaitu Model
Siklus Belajar (Learning Cycle), model

58
Tabel 2.1. Fase-fase pembelajaran Pada Kelompok Model Konstruktivis

Model Fase-fase Pembelajaran


I II III IV v
1.Model Exsplorasi Pengenalan Penerapan - -
Siklus
Belajar
2.Model Persiapan Fokus Aplikasi -
Pembelajaran Tantangan
generatif
3.Model Persiapan Eksplorasi Pertanyaa Refleksi -
Pembelajaran n siswa
Interaktif
4.Model CLIS Orientasi Pengumpula Penyusuna Penerapan Pengece
n ide n kembali Ide kan
ide perubaha
n ide

Model siklus belajar mempunyai menyususn ide-ide mereka . Fase terakhir


fase-fase yang sederhana , pembelajaran adalah penerapan konsep ysitu siswa
dilaksanakan secara kelompok , maupun mencoba menggunakan konsep baru
individu dan bersifat fleksibel , aktifitas tersebut untuk memecahkan masalah
setiap fase dapat disesuaikan dengan dalam situasi yang berbeda.
tingkat perkembangan anak dan
lingkungan . Model siklus belajar tipe Carin (1993 :64) menyatakan
diskriptif dilakukan dengan observasi dan bahwa dengan menggunakan siklus belajar
mensdiskripsikan hasil pengamatan ini pemahaman dan penerapan IPA para siswa
sangat cocok untuk anak sekolah dasar menjadi lebih baik,. Memberikan
(Ramsey , 1993 :3). Fase-fase dalam siklus kesempatan pada siswa dan waktu yang
bvelajar adalah fase explorasi lebih banyak untuk mengeksplorasi
(exploratrion) , pengenalan konsep fenomina alam secara langsung serta
(concept introduction) dan penerapan berinteraksi dengan pengal;aman guru
konsep (concept application ) . melalui pertanyaan-pertanyaan .

Pada fase eksplorasi siswa Karakteristik Anak Sekolah Dasar


mengeksplorasi materi secara bebas untuk Keberhasilan suatu pembelajaran
memunculkan pertamnyaan dfan ide-ide dipengaruhi banyak faktor , salah satu
siswa . Pada fase pengenalan konmsep , diantaranya factor siswa. Karakteristik
guru dengan metode yang sesuai siswa ditinjau dari perkembangan fisik,
menjelaskan konsep dan teori-teori yang intelektual dan emosional sangat
dapoat membantu siswa untuk menjawab mem,bantu guru dalam merencanakan dan
permasalahan yang muncul dan
59
melaksanakan pembelajaran di kelas. dengan anak yang lain , dan tidak ada anak
Pembelajaran akan menarik dan yang loncat tahap .
menyenangkan apabila sesuai dengan alam Berdasarkan batasan usia tersebut
pikiran anak . Pada usia anak sekolah diatas , maka anak sekolah dasar secara
dasar banyak dipengaruhi oleh teman- umujm ada pada tahap opersional konkrit .
teman sebaya , sebagai anggota berusaha Pada tahap ini anak mampu berpikir logis
untuk menyesuaikan diri terhadap kriteria melalui obyek-obyek konkrit dan
kelompoknya . Kebiasaan-kebiasaan yang merupakan permulaan berpikir rasional.
diperoleh pada anak usia sekolah dasar Apabila terjadi konflik kognitif yaitu
cenderung menetap sampai dewasa . pertentangan antara pikiran dengan
Dengan demikian pada usia ini anak persepsi , maka anak akan mengambil
diharapkan memperoleh dasar-dasar keputusan secara logis (Dahar , 1989
pengertahuan dan keterampilan yang ;154).
dianggappenting untuk keberhsilan Anak pada tahap operasional
penyesuaian diri setelah dewasa (Hurlock , konkrit belum mampu melakukan berpikir
1994 :146). yang abstrak seperti membayangkan
Bermain adalah bagian dari bagaimana proses fotosintesis ataupun
kehidupan anak usia sekolah dasar . secara peristiwa osmosis itu terjadi .
alamiah mereka cenderung bergerak untuk Kemampuan untuk melakukan
melatih fisik dan berbagai keterampilan penambahan , pengurangab , klasifiksi ,
psikomotoriknya. Memasukan unsure perkalian sederhana dan pembagian telh
belajar dalam aktifitas bermain dikenal berkembang . Kemampuan untuk
dengan istilah ; bermain sambil belajar ; melkuukan klasifikasi yang masih bersifat
adalah relevan un tuk anak usia sekolah konkrit melalui bentuk lain seperti warna ,
dasar (Hurtlock , 1994:148) memberikan panjang , besar , dan belum dapat
label pada anak usia ini sebagai usia mengklasifikasikan berdasarkan berat.
penyesuaian diri, usia kreatif dan usia Pemahaman tentang ruang telah
bermain. berkembang dan dapat mengerti peristiwa
Pikiran dan tingkah laku anak yang terjadi masa lalu , memahami kota
selalu dilandasi oleh perkembangan dan langit beserta bintang-bintangnya.
intelektualnya . Kematangan beerpikirnya Pada tahap akhir operasional
berubah sesuai dengan bertambahnya konkrit mereka telah dapat memahami
pengelaman baru serta interprestasi tentang perkalian , pembagian , subtansi ,
terhadap pengalaman tersebut. Piaget ( analisis dan sintesis . mereka sudah dapat
dalam Dahar , 1989 :152) mengatakan menulis dan berkorespodensi , dan mulai
bahwa perkembangan intel;ektual anak dapat berpikir abstrak sederhana misalnya
melalui empat tahap sebagai berikut : (1) memahami k,onsep berat , gaya dan ruang
tahap sensori motor usia 0 – 2 tahun (2) (Hendro Darmodjo, 1992 : 20). Sejalan
tahap praoperasional pada usia 2 – 7 tahun dengan berkembangnya kemampuan
(3) tahap operasional konkrit usia 7 – 11 berbahasa , anak-anak kurang egosentris
tahun (4) tahap olperasional formal usia 11 dan lebih sosiosentris dalam
tahun keatas . Perubahan tahap ke tahap berkomunikasi. Mereka berusaha untuk
berikutnya tidak sama antara anak satu mengerti orang lain dan mengemukakan

60
perasaan serta gagasan kepada orang SD masih menekankan pada proses
dewasa dan teman-temannya . Dalam berpikir dasar.
proses berpikir mereka sudah dapat Menurut Novak (1979)
menerima pendapat orang lain (Dahar , mengatakan ada sepuluh aspek
1989:55) . Perkembangan intelektual anak ke4mampuan berpikir rasional dalam
tidak terlepas dari perkembangan merumuskan tujuan pembelajaran khusus
emosionalnya meliputi sikap , perasaan , yaitu mengingat , membayangkan ,
nilai-nilai dan motivasi . Sesuai dengan mengelompokan , menggeneralisasikan ,
tingkat perkembangan intelektual , emosi membandingkan , mengevaluasi ,
anak berkembang semakin kompleks . menganalisis, mensintesis , mendeduksi ,
Pada tahap operasional konkrit berusaha dan menyimpulkan . Agar pembelajaran
untuk mengatasi konflik pada diri sendiri dapat meningkatkan berpikir rasional maka
serta nilai yang ada pada dirinya berusaha guru merencanakan pembelajaran dengan
untuk menyesuaikan dengan nilai yang ada konsep dan sub konsep yang ada
dalam masyarakat sekitarnya. hubungannya dengan obyek yang akan
diajarkan . Konsep-konsep akan
Pengembangan Kemampuan Berpikir membentuk peta konsep- yang dap;at
Rasional Siswa Sekolah Dasar menunjukkan hubungan antara konsep
Papalia (1992) menjelaskan yang satu dengan konsep yang lain dan
bahwa ke4terampilan berpikir dapat urutan pembelajaran yang akan diajarkan
dilatihkan padsa anak , berpikir adalah (Novak , 1979 :205). Untuk anak SD yang
bagianb dari pengalaman. Oleh karena itu , perkembangan intelektualnya berada pada
agar anak berpikir tentang cara fase operasional konkrit , maka
mengevaluasi situasi , cara memfokuskan pembelajaran akan lebih baik jika dimulai
hal-hal penting , cara mengerjakan sesuatu dari konsep-konsep bersifat konkrit .
yang harus dikerjakan, semuanya Dengan menggunakan peta konsep , guru
memerlukn pengalaman . Belajar berpikir dapat menentukan konsep=konsep yang
dari hal yang sederhana dalam kehidupan telah dimiliki siswa kemudian
sehari-hari yang dimul;ai dari pertanyaan memberikan konsep-konsep baru yang
dengan apa , mengapa , dan bagaimana relevan sehingga belajar menjadi lebih
tentang sesuartu obyek. Berpikir secar bermakna .
umum diasumsikan sebagai proses kognitif
, kegiatan mental untuik mendapat
pengetahuan . Dalam Taksonomi Bloom Penyesuaian Makhluk Hidup
kognitif mengandung keterampilan Pokok bahasan ini diajarkan
berpikir yang ditunjukan melalui tingkah dengan tujuan agar siswa memahami
laku .Proses berpikir meliputi proses penyesuaian makhluk hidup dengan
berpikir dasar yang merupakan gambaran lingkunganny6a , dengan menafsirkan
berpikir rasional dan proses berpikir pengalamannya , informasi dan hasil
kompleks (Costa , 1985 :44). Jadi proses pengamatnnya (Depdikbud , 1995 : 78) .
berpikir mempunyai rentangan dari yang Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
sederhana ke yang kompleks , sehingga dalam mengajarkabn pokok bahasan yaitu
dalam melatih keterampilan berpikir anak (1) menguasai mkonsep-konsep tentang

61
penyesuaian makhluk hidup (2) udara untuk bernapas. Penyesuaian diri
mengembangkan keterampilan proses IPA dengan lingkungan juga berguna untuk
seperti mengamati , menafsirkan hasil menghindari musuh . Misalnya dengan
pengamatan , mengelompokkan serta menggunakan bau pada walang sangit ,
keterampilan lain yang sesuai (3) menyamakan warna dengan lingkungan
mengembangkan keterampilan berpikir pada bungl;on dan menyamakan motif
rasional seperti mengingat , menyerupai motif kulit kayu .
mengelompokan , menggeneralisasi ,
mengevaluasi dean menganalisis (4) Metodologi Penelitian
mengembangkan sikap ilmiah para siswa. Penelitian ini termasukl penelitian
Makhluk hidup berkemampuan untuk kelas yang bertujuan untuk memperbaiki
menyesuaikan diri dengan lingkungannya hasil belajar siswa dengan kajian
di IPA disebut dengan adaptasi. penyesuaian makhluk hidup dengan
Penyesusian dilakukan untuk memperoleh menggembangkan model pembelajaran
makanan dan untuk melindungi diri yang cocok. Penelitian yang bertujuan
terhadap musuh , yang dapat dilihat pada untuk mengembangkan suartu model
organ-organ hewan seperti paruh , kaki , digolongkan ke dalam jenis penelitian
cakar yang bervariasi bentuknya sesuai pengembangkan (Arikunto , 1998 :9) .
dengtan makanan hewan tersebut . Untuk menjawab permasalahan penelitian
Contohnya paruh elang melengkung dan dilakukan kajian terhadap hasil observasi
tajam cocok untuk mengoyak daging , kaki lapangan dan kajian teoritis terhadap
itik mempunyai selaput renang agar dapat hakekat IPA dan hasil pre-tes , pos-tes ,
beregerak cepat di air , burung yang wawancara dan LKS dianalisis untuk
mengisap madu bunga mempunyai paruh memperoleh kesimpulan tentang
lurus dan panjang . semua kejadian pemngaruh model pembelajaran yang
tersebut di atas dapat ditemukan di digunakan terhadap peningkatan
lingkungan siswa . Dalam mempelajari penguasaan konsep dan keterampilan
masalah teersebut siswa diberi tugas untuk berpikir rasional siswa .
melakukan pengamatan di kelas maupun di Instrument penelitian untuk
lingkungan rumah sehingga siswa mengumpulkan data yang berupa tes hasil
memperoleh sumber informasi langsung belajar. Tes hasil belajar untuk mengukur
untruk memahami suatu konsep . pencapaian konsep , peningkatan
Manusia mempunyai kemampuan keterampilan berpikir rasional dan
yang sangat hebat dalam menyesuaikan peningkatan keterampilan proses IPA para
diri dengan lingkungan . Penyesuaian siswa . Jumlah soal ada 44 butir yang
dilakukan bukan denganh mengubah terdiri dari 35 butir soal piliohan ganda
bentuk , tetapi m,emnggunakan alat bantu dan 9 butir soal melengkapi . Bentuk soal
agar tetap merasa nyaman . Contohnya pilihan ganda disesuaikan dengamn soal-
untuk tempat yang dingin manusia soal yang digunakan untuk siswa tingkat
menggunakan baju yang tebal , sehingga sekolah dasar yaitu dengan menggunakan
tidak merasa kedinginan. Di air manusia tiga pilihan tetapi setiap soal harus
dapat menggubnakan alat berenangf ditanggapi oleh siswa dengan memberi
seperti kaki katak dan membawa tabung tanda cek (V) yang tepat pada tempat yang

62
sudah disediakan. Untuk soal yang yang menyangkut kekuatan dan kelemahan
melengkapi siswa diminta untuk mengisi LKS dan keadaan umum dalam kegiatan
bagian yang kosong dengan kalimat yang pembelajaran .
pendek dan tepat . tiap butir soal pilihan Tehnik Pengumpulan Data pada
ganda diberi bobot tiga sedangkan soal setiap aktivitas dan kejadian yang
melengkapi diberi bobot lima . berhubungan dengan penelitian , cara
Panduan wawancara guru dan siswa , pengumpulan data sebagai berikut :
tujuan wawancara dengan guru bertujuan 1. Hasil belajar meliputi pre-tes dan pops-
untuk mendapatkan respon guru terhadap tes untuk menjaring penguasaan
model yang dibuat . Wawancara konsep , keterampilan berpikir rasional
dilakukan pada minggu kedua setelah guru dan keterampilan proses IPA para
diberi satu perangkat . wawancara dengan siswa.
guru dilakukan secara informal setiap ada 2. Mengadakan wawancara dengan guru
kesempatan. Respon terhadap kegiatan untuk memperoleh data tentang tan
setelah kegiatan berakir dan dilakukan ggapan guru terhadap rancangan dan
apabila guru dapat mengikuti kegiatan dari penerapan model yang dikembangkan.
awal sampai akhir. Panduan wawancara 3. Mengadakan wawancara dengan
menyangkut masalah ketertarikan sejumlah siswa yang mewakili kategori
terhadap kegiatan pembelajaran , tinggi , sedang dan rendah untuk
pemahaman terhadap konsep , penggunan memperoleh datra tentang tanggapan
LKS , bahan ajar , kesulitan soal , tugas- siswa terhadap model yang
tugas dan kesempatan yang diberikan dikembangkan.
untuk melkukn kegiatan dan bertanya . 4. Membuat catatan lapangan dan
Wawancara bebas dilakukan secara memeriksa hasil LKS untuk
bergilir (2-3 siswa) setyelah selesai memperoleh data tentang kendala-
pelajaran dan jam istirahat . kendala dalam menerapkan model
LKS disusun berdasarkan bahan tersebut.
pembelajaran , di dalamnya terdapat Prosedur Penelitian ini ada beberapa
petunjuk siswa untuk melakukan kegiatan tahapan yaitu penjajagan , persiapan ,
dalam rangka mencapai tujuan pengumpulan data , pengelolaan data dan
pembelajaran . Ada delapan kegiatan yang penulisan laporan , penjelasan sebagai
disajikan dengan alokasi waktu masing- berikut :
masing 80 menit . Tiap LKS diberikan (1) Tahap penjajagan dilakukan kajian
pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan teoritis dan observasi awal terhadap
siswa , kemudian dijelaskan alat dan sekolah yang akan digunakan sebagai
bhahan yang diperlukan dan cara siswa tempat penelitian untuk menemukan
bekerja. Dalam kegiatan opembelajarean masalah dan focus penelitian .
ini guru bertugas sebagai demonstratoir , Pengumpulan informasi dilakukan
pengelola kelas , fasilitator dan evaluator . dengan wawancara tyerhadap kepala
LKS dilengkapi dengan petunjuk agar sekolah , guru dan siswa serta
tidak ada kesalahan mengerjakan . Buku observasi terhadap kegiatan belajar
catatan lapangan berfungsi untuk mencatat mengajar dan sarana penunjangnya ,
hal-hal penting pada setiap pertemuan pemberian angket pada guru dan

63
pencatatan dokumen. Model bahan jar , LKS , petunjuk guru , kisi-
pembelajaran siklus belajar dilandasi kisi soal dan naskah soal.
pandangn konstruktivisme, (3) Tahap Pengumpulan data,
pembelajaran berpusat pada anak , dimaksudkan untuk memperoleh data
melakukan kegiatan hands-on/minds- yang selengkap mungkin yaitu
on , memperhatikan pengetahuan melalui wawancara , memberikan pre-
awal siswa dan menggunakan tes dn pos-tes serta melakukan
lingkungan siswa sebagai sumber pengamatan selama proses
belajar . Dipilihnya keterampilan pembelajaran . Wawancara terhadap
berpikir rasional karena anak SD siswa dilakukan setiap akhir
berada pada tahap operasional konkrit pembelajaran , sedang wawancara
dan mampu berpikir melalui obyek- pada guru dilakukan pada minggu
obyek konkrit dan merupakan kedua untuk memperoleh tanggapan
permulaan berpikir rasional. Apabila tentang rancangan model . Pre-tes
terjadi komplek kognitif yaitu dilakukan sebelum pembelajaran dan
p[ertentangan antara pikiran dengan pos-tes diulaksanakan setelah
persepsi mereka , maka anak akan pembelajaran sebgai hasil belajar.
mengambil keputusan logis (Dahar , (4) Tahap Pengolahan Data ini
1989:154) . Selain itu berpikir menganalisis terhadap data yang telah
rasional merupakan dasaer dari terkumpul , temuan-temuan dari
berpikir kompleks seperti analisis dibahas berdasarkan teori-
memecahkan masalah , membuat teori yang ada sehingga suatu
keputusan , berpikir kritis dan berpikir kesimpulan .
kreatif (Presseisen, 1985 :45). (5) Tahap Penulisan laporan adalah
(2) Tahap persiapan , dilakukan untruk menyusun laporan hasil penelitian
mempersiapkan pelaksanaan yaitu memaparkan seluruh kegiatan
penelitian meliputi menyusun model penelitian dalam bentuk tulisan sesuai
pembelajaran yang dilkengkapi dengan aturan yang berlaku .
dengan LKS, petunjuk guru ,dan tes. Pengolahn Data berupa tes hasil
Disamping itu penyusunan instrument belajar baik pre-tes maupun pos-tes
yang diperlukan untuk proses disusun dalam tabel kemudian dilakukan
pengumpulan data dan penggandaan analisis normalitas selanjutny diuji-t
seluruh perangkat penelitian . dengan menggunakan miniktab for
Selanjutnya membuat bagan konsep Window. Dengan demikian akan diketahui
dan menyusun model pembelajaran . signifikansi perbedaan hasil belajar
komponen model tersebut adalah sebelum dan sesudahnya uji coba model .
definisi konsep , keterampilan Mengelompokan soal-soal yang menjaring
berpikir reasional dan keterampilan aspek-aspek keterampilan berpikir
proses IPA yang akan dikembangkan , rasional , keterampilan proses IPA ,
tujuan pembelajaran khusus , diskripsi penguasaan konsep untuk dianalisis . Data
pembelajaran , asesmen yang penunjang yang lain seperti hasil
digunakann. Dari model ini disusun wawancara , LKS dan hasil catatan
lapangan kemudian diadakan pembahasan

64
dan membuatg kesimpulan terhadap model yang digunakan.

Kajian Teori
-Hakekat IPA Kajian Empiris
Kajian
-Teori Belajar
- Hasil Penelitian
-GBPP -Keadaan Fisik Sekolah
-Buku Ajar -Profil Guru
-Model Pembelajaran -Profil Siswa
-Hasil Penelitian -Pelaksanaan KBM
-Sarana Penunjang
KBM

Merancang Model

Menyusun Instrumen

Penerapan Model Pembelajaran

Pre-tes

Melakukan KBM Observasi


KBM

Post-tes

Pembelajaran
wawancara

Analisis data

Menarik kesimpulan

65
Gambar 3.1 : alur Pelaksanaan Penelitian

Hasil dan Pembahasan. dikembangkan dapat meningkatkan


Data yang diperoleh berupa keterampilan berpikir rasional siswa ,
kumpulan skor hasil belajar baik pre-tes selanjutnya dilakukan analisis dfata untuk
maupun pos-tes. Keberhasilan suatu menelusuri peningkatan penguasaan
pembelajaran selain kemampuan guru juga konsep , peningkatan keterampilan
partisipasi siswa dalam proses berpikir rasional dan keterampilan proses
pembelajaran , olek karena itu respon IPA yang dikembangkan serta rincian hasil
siswa terhadap model yang digunakan wawancara dengan guru dan siswa.
akan membantu dalam mengembangkan
model tersebut . Untuk mengetahui
apakah model pembelajaran yang

Tabel 4.1 Skor pre-tes dan P[os- Tes Siswa

no Kode TesHasil Belajar


siswa
Pre-tes Pos-tes Perolehan
1 L-32 111,5 34,5
77
2 P-19 64 95,5 31,5
3 L-14 81 111 30
4 L-35 85 121 36
5 P-33 71 120 49
6 L-31 67 104 37
7 L-25 82,5 114,5 32
8 p-34 78,5 93,5 15
9 P-26 81 90 9
10 p-28 71,5 94,5 23
11 P-24 77,5 92,5 15
12 L-30 63 108,5 45,5
13 L-29 63 107,5 44,5
14 L-21 82 119 44,5
15 L-7 69 96,5 27,5
16 P-31 70 74,5 4,5
17 p-16 59,5 86,5 27
18 P-22 70 107,5 37,5
19 p-18 7 82,5 11,5

66
20 P-4 56 60 4
21 p-20 68,5 92 23,5
22 P-23 71 103,5 32,5
23 L-3 76,5 82,5 4
24 P-27 66,5 77 10,5
25 L-6 66 59 -7
26 L-9 75 61,5 -13,5
27 P-11 55 68 13
28 P-2 61 76 15
29 L-15 72 87 15
30 P-10 72,5 81 8,5
31 P-12 61,5 75 13,5
32 L-17 73,5 96,5 23
33 P-8 62 68,5 6,5
34 P-5 58 68 10
35 L-1 58 61,5 3,5
JUMLAH 2438,5 3147,5 709
Rata-rata 69,67 89,93 20,26

Pada tes hasil belajar terjadi peningkatan Selanjutnya dilakukan analisis


skor rata-rata cukup tinggi (20,16) . terhadap skor pre-tes dan pos-tes sebagai
Rentangan skor pre-tes hasil belajar adalah hasil belajar yang dipengaruhi oleh banyak
55 sampai 85 dengan rata-rata 69,67 dan factor sehingga kenaikan skor siswa sangat
unt6uk pos-tes 59-120 dengan rata-rata bervariasi . Uji normalitas terhadap skor
89,93, skor maksimal ideal yang hasil belajar sebagai berikutr :
digunakan adalah 150 .
Tabel 4.2 hasil Uji Nurmalitas skor Tes Hasil Belajar

Jenis Tes D.F X– X– tabel 0,05


hitung
Pre-tes Hasil Belajar 27 5,8 40,11
Pos-tes Hasl Belajar
Berdasarkan 29 harga
tabel 4.2 semua 3,57 42,56 kecil dari harga X – tabel 0,05 . X – hitung
X – hitunglebih

Penguasaan Konsep

Dalam uji coba model hubungan antar maklhuk hidup .


pembelajaran dip[ilih dua bagian kajian Penguasaan konsep-konsep yang terdapat
yaitu penyesuaian maklhuk hidup dan pada bahan kajian pertama diukur dengan

67
28 butir soal dengan skor maksimal 98 dengan 18 butir soal dengan skor
sedangkan bahan kajian yang kedua diukur maksimal 52.
Tabel 4.3 Hubungan Antara Bahan Kajian dan Soal

No Bahan Kajian Nomor Soal Jumlah


soal
1 Penyesuain Makhluk 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 28
Hidup 16, 17, 18, 19, 20, 20, 21, 36, 37, 38, 39,
40, 41, 42
2 Hubungan Antar 22, 2, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 16
Makhluk Hidup 33, 34, 35, 43, 44

Penguasaan konsep siswa dinyatakan penguasaan konsep kelas mereka .


dalam persen yaitu dengan membandingkn Dengan membandingkan rata-rata
skor yang diperoleh dengan skor maksimal penguasaan konsep saat pre-tes dan pos-tes
dikalikan seratus. Rata-rata penguasaan ada peningkatan pada kedua pokok
konsep dari seluruh siswa merupakan bahasan .
Tabel 4.4 Rata-rata Penguasaan Konsep

Bahan Kajian Skor Skor Rata Persen Rata %


maks rata- rata- Perolehan
Pre-tes Pos-tes Pre-tes Pos-tes
Penyesuaian 98 44,53 57,64 45,44 58,82 13,38
makhluk Hidup
Hubungan antar 52 24,97 32,296 48,02 62,09 14,07
makhluk hidup

Persen rata-rata pre4-tes bahan kajian kajian masih dibawah 50%. Setelah ada
penyesuaian maklhuk hidup berkisar 45% pembelajaran ada kenaikan sekitar 13% .
- 50% , sedangkan untuk persen pos-tesnya Penguasaan sekitar 65% sudah cukup baik
mencapai angka diatas 55% tapi dibawah tetapi ditinjau dari segi ketuntasan masih
65% . Secara umum penguasaan awal perlu ditingkatkan .
siswa terhadap konse-konsep pada bahan

68
Rata-rata Pre-tes (%)

Rata-rata Pos-tes (%)

0 Penyesuaian Hubungan antar

Makhluk hidup Makhluk Hidup

Bahan Kajian
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Penguasaan Konsep

Peningkatan Keterampilan Berpikir menggeneralisasi , me4mbandingkan ,


Rasional mengevaluasi dan menganalisis . Soal-
soal yang digunakan untuk menelusuri
Aspek keterampilan berpikir aspek keterampilan berpikir rasional
rasional yang dikembangkan dalam model ditunjukan pada tabel berikut :
ini adalah mengingat, mengelompokkan ,

Tabel 4.5 Hubungan Aspek Keterampilan Berpikir Rasional dengan Soal

Nol Aspek Nomor Soal Jumlah


Keterampilan Soal
Berpikir Rasional
1 Mengingat 8, 13, 28, 36, 37, 40, 41 7
2 Mengelompokkan 1, 22, 23, 32 4
3 Menggeneralisasi 2, 4, 5, 65, 7, 9, 25 7
4 Membandingkan 3, 10, 30, 38 4
5 Mengevaluasi 11, 12, 20, 21, 26, 33, 34 7
6 Menganalisa 14, 15, 16, 17, 18, 19, 24, 27, 15
29, 31, 35, 39, 42, 43, 44 15

Skor yang diperoleh siswa untuk setiap dengan presentasenya pada saat pre-tes
aspek keterampilan berpikir rasional dan dan pos-tes pda tabel berikut :
penguasaan konsepnya dapat dilihat

69
Tabel 4.6 peningkatanj Keterampilan Berpikir Rasional

Aspek Skor Skor rata-rata Persen rata-rata %


Keterampilan Maks Perolehan
Berpikir Rasional
Pre-tes Pos-tes Pre-tes Pos-tes
Mengingat 29 5,5 13,3 18,79 45,86 26,89
Mengelompokan 12 7,86 8,91 65,48 74,29 8,81
Menggeneralisasika 21 12,37 15,74 58,91 74,97 16,06
n
Membandingkan 14 8,11 9,39 57,96 67,04 9,08
Mengevaluasi 21 13,17 14 62,72 66,67 3,95
Menganalisis 53 22,49 28,59 42,43 53,94 11,51

Pada kolom persen rata-rata pre- membandingkan dan mengevaluasi


tes tampak aspek mengelompokkan , mencapai angka 65%-75% , tetapi untuk
menggeneralisasi , membandingkan dan aspek mengingat dan menganalisis masih
mengevaluasi sudah mencapai angka yang rendah yaitu 46% dan 54% . Pada kolom
cukup tinggi yaitu 60%-65% , sedangkan perolehan tertinggi pada aspek mengingat
aspek mengingat dan menganalisis masih sebesar 27% dan terendah pada
rendah yaitu 19% dan 42% . berarti sejak mengevaluasi sebesar 4% . Dengan
awal anak sudah memiliki kemampuan demikian dapat disimpulkan bahwa
mengelompokkan , menggeneralisasi , pembelajaran dengan menggunakan model
membandingkan dan memngevaluasi siklus belajar pada pokok bahasan
cukup baik. Ada peningkatan penguasaan penyesuaian maklhuk hidup dan hubungan
pada semua aspek keterampilan berpikir antar maklhuk hidup dapat meningkatkan
rasional . Penguasaan pada aspek keterampilan berpikir rasional yang dapat
mengelompokkan , menggeneralisasi , dilihat pada grafik batang dibawah ini :

70
Rata-rata Pre-tes (%)

Rata-rata Pos-tes (%)

1 2 3 4 5 6

Aspek keterampilan Berpikir rasional

Keterangan : 1. Mengingat 4. Membandingkan

2. Mengelompokan 5. Mengevaluasi

3. Menggeneralisasi 6. Menganalisis

Grafik 4.2 Grafik Peningkatan Keterampilan Berpikir rasional

Tampak pada grafik diatas bahwa keenam dikembangkan adalah mengelompokkan


aswpek mengalami peningkatan melalui dan menapsirkan . Untuk aspek
model siklus belajar. keteramnpilan mengelompokkan ditelusuri
melalui 8 butir soal deengan skor
Peningkatan Keterampilan Proses IPA . maksimal 24 , sedangkan untuk
Berdasarkan analisis tujuan keterampilan mkenafsirkan ditelusuri
pembelajaran dan jenis konsep yang dengan 14 butir soal dengan skor
terdapat dalam bahan kaji9an maka aspek maksimal 42 . Hubungan antara soal dan
keterampilan proses IPA yang keterampilan proses IPA dpat dilihat pada
tabel dibawah :

Tabel 4.7 Hubungan Aspek Keterampilan Proses ipA dengan Soal

No Aspek keterampilan Proses Nomor Soal Jumlah Soal


IPA
1 Mengelompokkan 1, 12, 18, 22, 23, 24, 26, 8
30
2 Menafsirkan 2, 3, 4, 5, 6, 7, 14, 15, 14
17, 19, 25, 28, 31

71
Berdasarkan analisis hasil pre-tes dan pos-tes diperoleh hasil persen rata-rata untuk
masing-masing aspek seperti pada tabel dibawah

Tabel 4.8 Peningkatan Keterampilan proses IPA

Aspek Keterampilan Skor Skort rata- Persen rata-rata %


Berpikir Rasional Maks rata Perole
han
Pre-tes Pos- Pre-tes Pos-tes
tes
Mengelompokkan 24 14,97 16 62,36 66,67 4,29
Menafsirkan 42 25,77 30,46 61,36 72,52 11,16

Rata-rata Pre-tes (%)

Rata-rata Pos-tes (%)

Mengelompokkan Menafsirkan

Aspek Keterampilan Proses IPA

Gambar 4.3 Grafik Penbingkatan Keterampilan Proses IPA

Pada tabel perolehan persen rata-rata pre- Hasil Wawancara dengan Siswa
tes cukup tinggi diatas 60% dibawah 65% ,
sedangkan pada pos-tes mengalami Wawancara dengan siswa untuk
kenaikan dan persen rata-rata menjadi 65% memperoleh data tentang tanggapan siswa
dibawah 75%. Pada aspek terhadap model yang digunakan , isi
mengelompokkan masih rendah yaitu wawancara mencakup proses pembelajaran
dibawah 5% , untuk menafsirkan , LKS , bahan ajar dan soal yang
mengalami peningktan sampai di atas 10% digunakan. Model yang digunakan adalah
di bawah 15% . Peningkatan pembelajaran yang berpusat pada siswa
Keterampilan Proses IPA digambarkan seperti percobaan , pengamatan dan
dalam grafik batang pada tabel dibawah : kegiatan ini mendapat respon baiki dari

72
siswa. Hasil wawancara adalah 70% lebih menggunakan konsep IPA dalam
siswa senang melakukan pengamatan dan kehidupan sehari-hari menumbuhkan rasa
percobaan , 50% siswa suka melakukan ingin tahu dan rasa senang sebesar 64%
diskusi dan merasa lebih mudah dan 75% belajar lebih dalam.
memahami pelajaran. Kemampuan

Tabel 4.9 Hasil Wawancara Dengan Siswa Tentang Penggunaan Model

No Lingkup Pertanyaan Respon Siswa Jumlah %


1 Belajar IPA dengan Sangat 8 72,7
melakukan pengamatan dan menyenangkan 1 9,1
percobaan Merepotkan 2 18,2
Biasa sja
2 Melalui pengamatan, Ya , lebih mudah 6 54,5
percobaan dan diskusi lebih Tidak selalu 3 27,3
mudah memahami konsep IPA Tidak tahu 2 18,2
3 Dengan melakukan percobaan Setuju 8 72,7
dan pengamatan ingin tahu Tidak tahu 3 27,3
banyak tentang IPA
4 Siswa dapat melihat hubungan Setuju 7 63,65
antara IPA dengan kejadian Tidak selalu 3 27,3
dalam kehidupan sehari-hari Tidak ttahu 1 9,1
melalui belajar IPA dengan
pengamatan, percobaan dan
diskusi
5 Keinginan siswa untuk tetap Setuju 11 100
menggunakan model yang Tidak setuju 0 0
dikembangkan
6 Merasakan adanya perbedaan Ada percobaan 9 81,8
cara belajar IPA sekarang Sama saja 2 18,2
dengan sebelumnya
7 Kegiatan dalam pembelajaran Sangat setuju 8 72,7
dibuat bervariasi (di kelas/di Sama saja 3 27,3
luar kelas, melakukan
pengamatan, percobaan ,
bermain)
8 Belajar dalam kelompok kecil Senang 7 63,6
Tidak senang 4 36,4
9 Kesempatan bertanya kepada Tersedia banyak 11 100
guru atau teman sekelompok waktu untuk
bertanya
10 Petunjuk dalam LKS Dapat diikuti 5 45,5

73
dengan baik Perlu 6 54,54
dijelaskan kembali
sebelum
mengerjakan
11 Cara mengisi atau menjawan Perlu ada contoh, 11 100
LKS terutama untuk
tabel
12 Materi yanmg diuraiakan Dapat dimengerti 11 100
dalam bahan ajar
13 Penyajian bahan ajar Menarik banyak 8 72,7
gambar Banyak 3 27,3
hewan tidak dikenal
14 Manfaat bahan ajar Menambahpengetah 5 45,5
uan 6 54,5
Membantu dalam
menjawab LKS
15 Tanggapan terhadap soal-soal Banyak soal yang 4 36,4
dalam tes sulit 7 63,6
Perlu berpikir lebih
banyak dalam
menjawab soal-soal

74
Adanya variasi kegiatan selama 3. Aspek keterampilan proses IPA dapat
pembelajaran , menyebabkan pembelajaran dikembangkan dalam model siklus
IPA tidak membosankan . Hasil wawancara belajar tersebut adalah mengingat ,
lebih dari 70% siswa setuju dengan variasi menggeneralisasi , membandingkan ,
pembelajaran yang didsajiokan pada model, mengevaluasi dan menganalisis tetapi
100% setuju model diteruskan dan 80% untuk aspek mengelompokkan dan
siswa merasa ada perubahan dalam menafsirkan dapat ditelusuri
pembelajaran IPA. peningkatan penguasaannya emelalui
tes.
Kesimpulan dan Saran 4. Siswa memberikan respon positif
Model siklus belajar yang terhadap pelaksanaan model siklus
dikembangkan pada kajian penyesuaian belajar dan menyatakan senang serta
makhluk hidup dan hubungan antar maklhuk ingin terus menggunakan model tersebut
hidup dilandasi oleh pandangan .
konstruktivisme , menekankan pembelajaran Saran
berpusat pada siswa , melakukan aktivitas Dalam rangka menindak lanjuti hasil
hans-on/minds-on , memperhatikan penelitian yang menggunakan model siklus
pengetahuan awal siswa dan menggunakan belajar agar bermanfaat bagi peningkatan
lingkungan sebagai sumber belajar . Model kualitas pembelajaran IPA di SD ada
Siklus Belajar dapat meningkatkan beberapa saran yang bias dilakukan :
keterampilan berpikir rasional siswa sekolah 1. Pembelajaran dengan model ini harus
dasar. Berdasarkan analisis data , maka ada LKS dengan petunjuk yang jelas
dapat disimpulkan sebagai berikut : sehingga siswa tidak mengalami
1. Model siklus belajar untuk bahan kajian kesulitan dalam mengerjakan LKS.
penyesuaian makhluk hidup dan 2. Kegiatan model ini siswa melakukan
hubungan antar makhluk hidup pengamatan , melakukan percobaan
meningkatkan enam aspek ketrampilan juga dalam bentuk bermain dengan
berpikir rasional yaitu mengingat , alokasi waktu yang tepat sesuai dengan
mengelompokkan , menggeneralisasi , rancangan .
membandingkan , mengevaluasi dan 3. Siswa dilibatkan secara langsung baik
menganalisis. individu maupun kelompok dalam
2. Model siklus belajar yang dikembangkan menyiapkan bahan dan alat bantu dalam
pada kajian penyesuaian makhluk hidup kegiatan pembelajaran .
dan hubungan antar makhluk hidup 4. Peneliti lain bisa menggunakan model
meningkatkan enam aspek keterampilan tersebut dengan meningkatkan aspek
berpikir rasional yaitu mengingat , yang lain dikembangkan diluar
mengelompokkan , menggeneralisasi , keterampilan berpikir rasional.
membandingkan , mengevaluasi dan
menganalisis.

75
DAFTAR PUSTAKA Ramsey , J , 1993 , Developing conceptual
storylines with the learning cycle ,
Arikunto , S , 1998 , Prosedur Penelitian , Journal of Elementary Science
Suatu Pendekatan Praktek , Jakarta , Education , 5 (2) , 1-20
Rineka Cipta Srini M. Iskandar , 1995 , Kecenderungan
Carin ,A.A , 1993 , Teaching Science Pembelajaran di Sekolah Dasar , Jakarta
Through Discopvery , Colombus Ohio, , Depdikbud
Merril Publishing Company Tasker , R . 1996 , Contructivism and
Carin, A.A & Sund R.B, 1989 , Teaching conceptual change views of learning in
Science Through Discovery, Columbus science , Khazanah Pengajaran IPA 1
Ohio , Merril Publishing Company (3) , 4-20
Dahar , R.w, 1989 , Teori-teori Belajar , Tasker . R , 1992 , Effective teaching what
Jakarta , Erlangga can a constructivist view of learning
Darliana & Yeni Hendriani , 1995 , Petunjuk offer , The Australian Science Teachers
Guru Alam Sekitar Kita 3 , Jakarta , Journal , 38 (1) 25-34
Balai Pustaka Uzer Usman , M , 1999 , Menjadi Guru
Depdikbud , 1994 , Kurikulum Pendidikan Profesional , Bandung , Rosdakarya.
Dasar Landasan Program dan
Pengembangan , Jakarta , Depdikbud
---------------- , 1994 , Kurikulum Pendidikan
Dasar , Landasan , Program dan
Pengembangan , Jakarta , Depdikbud
Gega , P.C. 1994 , Science in Elementary
Education , Seventh Edition , New York
, Macmillan Publishing Company
Hendro Darmodjo & Jenny R.E.Kaligis ,
1992 , Pendidikan IPA II , Jakarta , Balai
Pustaka
Hurlock , E.B , 1994 , Psikolopgi
Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan
, Jakarta , Erlangga
Novak , J.D. , 1979 , Meaningful resection
learning as a basis forrational thinking ,
in A.e. Lawson (ed) , 1980, AETS
Yearbook The Psychology of Teaching
for Thinking and Creativity .
Papalia, D.E. 1992 , Human Development
Fifth Edition New York Mc Graw-Hill ,
Inc

76

You might also like