You are on page 1of 8

Pillar of Physics Education, Vol. 9.

April 2017, 185-192

DESAIN LKPD BERORIENTASI KOMPLEKSITAS KONTEN DAN PROSES KOGNITIF


PADA MATERI VEKTOR UNTUK PEMBELAJARAN
FISIKA SMA/MA

Vindy Hifarianti1)Amali Putra2) Syafriani2)


1)
Mahasiswa Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
2)
Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
vindyhifarianti@yahoo.com

ABSTRACT
This study is based on the background that in physics learning teaching materials in the form of Student’s
Worksheet (LKPD) is necessary, so that learning is not inclined to the teacher-centered. In addition, the students’
competence is still low in terms of levels of cognitive processes can be improved through the use of LKPD. This
study aims to produce the products such as oriented LKPD complexity of content and cognitive processes in the
material vectors, also to know the quality of LKPD terms of validity and practicality. This study is the research
and development using the 4D model. This model consists of 4 stages, such as define stage, design stage,
develop stage, and disseminate stage. However, in this study the 4D model reduced to 3D, so the study was only
done to develop stage. The subjects of the study consist of three lecturers from the Physics Department, FMIPA
UNP as a validators and 2 Physics teachers SMAN 10 Padang as validators and practitioners. Data were
analyzed by using qualitative and quantitative analysis. Based on the research that has been conducted, it was
resulted the LKPD oriented complexity of content and cognitive processes. Product research is categorized as
very valid aspects LKPD requirements, aspects of the complexity of the content in LKPD, aspects of the
complexity level of cognitive processes in LKPD, and aspects of learning model components the guided inquiry
in LKPD with an average values of 81.8. Product research is also categorized as very practical by teachers with
average values of 84.6 from the aspect of completeness, scope, presentation, benefits, and opportunities
implementation of LKPD.

Keywords : Cognitive Processes, Complexity of Content, Guided Inquiry, Student’s Worksheet

PENDAHULUAN berkualitas adalah bahan ajar yang memuat


kelengkapan dimensi pengetahuan serta dapat
Fisika merupakan bagian ilmu yang dipelajari melatih tingkatan proses kognitif peserta didik. Salah
dalam IPA[1]. Sebagai bagian dari IPA, Fisika satu bentuk bahan ajar adalah Lembar Kerja Siswa
berperan penting dalam menghasilkan Sumber Daya (LKS), sekarang disebut Lembar Kerja Peserta Didik
Manusia (SDM) yang berkualitas guna mengikuti (LKPD). LKPD merupakan lembaran-lembaran yang
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik,
(IPTEK) yang dewasa ini semakin pesat. Oleh karena lembaran-lembaran ini biasanya berisi petunjuk dan
itu, Fisika telah diajarkan kepada peserta didik di langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas[3].
jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Dengan LKPD, peserta didik akan dituntut untuk
Pertama (SMP/MTs) dalam mata pelajaran IPA, dan menemukan sendiri pengetahuan yang dipelajarinya,
pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA/MA) sehingga tingkat proses kognitif peserta didik dilatih
Fisika diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri. dan dapat berkembang.
Mata pelajaran Fisika di SMA/MA bertujuan Dalam rangka mewujudkan tujuan
untuk membentuk peserta didik yang memiliki pembelajaran tersebut yang disesuaikan dengan
kompetensi mencakup 3 aspek, yaitu: aspek perkembangan IPTEK, pemerintah melalui
pengetahuan, sikap, dan keterampilan[1]. Dalam Kemdikbud mengamanatkan penerapan Kurikulum
upaya mencapai tujuan tersebut diperlukan 2013 dengan pendekatan pembelajaran yang dikenal
pembelajaran yang kondusif, dimana pembelajaran dengan pendekatan saintifik (scientific approach).
ini dapat mengaktifkan peserta didik, sehingga
Untuk memperkuat pendekatan saintifik, perlu
pembelajaran dengan metode ceramah dapat
diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/
dihindari. Salah satu cara agar pembelajaran seperti
ini dapat tercipta yaitu dengan menggunakan bahan penelitian. Gagasan Kurikulum 2013 tersebut telah
ajar yang berkualitas dalam pembelajaran. Bahan ajar disesuaikan dengan taksonomi Bloom revisi yang
adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran dilakukan oleh Anderson dan Krathwohl[4]. Dalam
yang berisikan materi pembelajaran, metode, taksonomi Bloom revisi, Anderson dan Krathwohl
batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang mengelompokkan tingkatan proses kognitif menjadi
didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka 6 kategori, yaitu: remembering (mengingat),
mencapai tujuan yang diharapkan[2]. Bahan ajar yang understanding (memahami), apply (menerapkan),

185
analyze (menganalisis), evaluate (mengevaluasi), dan pembelajaran yang dapat mengakomodir pencapaian
create (berkreasi). Keenam level tersebut dipadukan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
dengan 4 dimensi pengetahuan yang terdapat dalam Setiap pembelajaran memiliki karakteristik
konten (materi pembelajaran) yang dibedakan atas tertentu. Pembelajaran Fisika dilakukan dengan
pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, memperhatikan keseimbangan materi pembelajaran.
pengetahuan prosedural, dan pengetahuan Materi pembelajaran tersebut mencakup seluruh
kompetensi serta mengandung kompleksitas
metakognitif. Tujuan penyesuaian Kurikulum 2013
pengetahuan, sehingga peserta didik dapat
dengan taksonomi Bloom revisi tidak lain adalah
berkembang kompetensinya setelah mempelajari
untuk memaksimalkan pencapaian kompetensi Fisika. Untuk mewujudkan hal itu, maka
peserta didik. pembelajaran Fisika dilaksanakan dengan
Kenyataan yang terjadi di lapangan kurang menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan ini
sesuai dengan yang diharapkan, kualitas pelajaran akan menumbuhkan sikap kritis dan analitis pada diri
Fisika masih rendah. Hal ini diketahui dari sebuah peserta didik[8].
penelitian yang telah dilakukan pada 4 buah SMA Berdasarkan hasil observasi kelas diperoleh
Negeri di kota Padang yang melaksanakan informasi bahwa pendekatan saintifik dalam
Kurikulum 2013[5]. Instrumen penelitian disusun pembelajaran Fisika sudah terlaksana, namun belum
berdasarkan 6 level proses kognitif dan 4 dimensi
maksimal. Pembelajaran Fisika masih didominasi
pengetahuan seperti yang dikembangkan oleh
oleh kegiatan mengamati, sedangkan kegiatan
Anderson & Krathwohl[4], dengan instrumen yang
berjumlah 24 item. Uji kompetensi dilakukan menalar dan mengkomunikasikan belum begitu
terhadap 12 orang peserta didik dari 4 sekolah terlihat dalam proses pembelajaran, dimana
(masing-masing sekolah 3 orang yang termasuk sesungguhnya melalui kegiatan inilah peserta didik
kategori rangking 1,2, dan 3 pada kelas X. akan memperoleh pengetahuan yang lengkap
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (faktual, konseptual, prosedural). Pengetahuan yang
sebanyak 5,55% kompetensi peserta didik berada diberikan dalam pembelajaran masih didominasi oleh
dibawah level 1 (peserta didik tidak menjawab soal), pengetahuan konseptual, kemudian pengetahuan
54,17% kompetensi peserta didik berada pada level 1 faktual, sedangkan pengetahuan prosedural masih
(mengingat), 12,15% pada level 2 (memahami), sangat jarang diberikan.
12,50% pada level 3 (menerapkan), 10,42% pada Selain dilakukan observasi terhadap proses
level 4 (menganalisis), 3,13% pada level 5 pembelajaran, dilakukan juga obeservasi terhadap
(mengevaluasi), dan 2,08% pada level 6
bahan ajar yang digunakan di sekolah. Hal ini
(mencipta)[5]. Data tersebut menunjukkan bahwa
dikarenakan bahan ajar merupakan salah satu
kualitas pencapaian kompetensi peserta didik,
ditinjau dari tingkatan proses kognitif dan dimensi komponen pembelajaran yang disediakan oleh guru
pengetahuan pada konten pelajaran Fisika masih agar tercipta pembelajaran yang berpusat kepada
rendah, karena masih mayoritas berada pada level 1, peserta didik (student centered). Pembelajaran yang
diikuti pada level 2, dan level 3. Sedangkan untuk seperti ini akan terlaksana apabila bahan ajar yang
level 4,5, dan 6 masih sangat sedikit dan cenderung digunakan dapat menuntun peserta didik untuk
tidak muncul. menemukan sendiri apa yang dipelajarinya. Salah
Faktor penyebab permasalahan di atas satu bahan ajar yang dapat membantu peserta didik
diketahui melalui observasi pada salah satu SMA untuk mempelajari materi ajar secara mandiri adalah
Negeri di kota Padang yang telah menerapkan LKPD[9]. Oleh sebab itu, dilakukan analisis
Kurikulum 2013. Observasi dilaksanakan untuk dokumentasi dan wawancara terhadap guru Fisika
mengetahui bagaimana pembelelajaran Fisika di mengenai LKPD yang digunakan di sekolah.
kelas. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
Berdasarkan hasil analisis dokumentasi
terorganisir yang meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan dan prosedural yang diketahui bahwa LKPD yang dibuat oleh guru
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan[6]. Unsur didominasi oleh tugas-tugas untuk melakukan
terpenting dalam pembelajaran yang baik adalah praktikum. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
peserta didik, guru, bahan pelajaran; dan hubungan terhadap guru Fisika, dimana sebagian besar guru
antara guru dan peserta didik[7]. Dalam proses mengungkapkan bahwa hanya membuat LKPD untuk
pembelajaran, guru berperan dalam menciptakan kegiatan praktikum di laboratorium. Sedangkan
interaksi antara peserta didik dengan objek untuk pembelajaran di kelas guru menggunakan
belajarnya. Sedangkan terhadap objek belajar, guru LKPD dari penerbit. LKPD yang dibuat guru belum
berperan dalam hal memilih materi pelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk berpendapat,
sesuai dengan pencapaian kompetensi peserta didik, berdiskusi, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan
merencanakan pembelajaran, dan mendesain hasil diskusi yang telah dilakukan, yang mana pada
kegiatan inilah tingkatan proses kognitif peserta didik

186
akan dilatih. Selanjutnya, hasil analisis dokumentasi pengetahuan, pembelajaran diharapkan juga dapat
terhadap soal-soal yang terdapat pada LKPD ditinjau melatih tingkatan proses kognitif peserta didik.
dari tingkat proses kognitif menunjukkan bahwa Proses kognitif diartikan sebagai proses berpikir
LKPD masih didominasi oleh soal-soal dengan peserta didik. Proses kognitif ini terdiri dari 6
tingkat proses kognitif pada level 1 (C1), kemudian tingkatan, yaitu: mengingat, memahami,
C2, dan C3, sedangkan untuk C4, C5, dan C6 masih menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
kurang tersedia. berkreasi .
Berdasarkan penyebab permasalahan yang Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa menggunakan pendekatan saitifik, yang terdiri dari 5
guru memiliki peranan yang penting dalam langkah, yaitu: mengamati, menanya, mencoba/
mengatasi permasalah-permsalahan tersebut. Salah mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi,
satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah dengan dan mengkomunikasikan[1]. Salah satu model
menggunakan bahan ajar yang berkualitas. Bahan pembelajaran yang dianjurkan untuk digunakan
adalah model pembelajaran temuan terbimbing.
ajar yang dapat menciptakan pembelajaran yang
Fase-fase dalam model pembelajaran temuan
berpusat kepada peserta didik, serta dapat
terbimbing terdiri atas fase pendahuluan, fase
memaksimalkan keterlaksanaan pendekatan saintifik. berujung terbuka, fase konvergen, dan fase penutup
Salah satu contoh bahan ajar yang demikian adalah dan penerapan[10].
LKPD. Dengan LKPD, peserta didik akan diminta Pada fase pendahuluan, guru berusaha
untuk mengerjakan tugas-tugas atau kegiatan- menarik perhatian peserta didik dan menetapkan
kegiatan dalam menemukan pengetahuan yang fokus pelajaran. Pada fase berujung-terbuka, guru
sedang dipelajarinya, sehingga peserta didik lebih memberi contoh dan meminta peserta didik untuk
aktif dalam pembelajaran. LKPD ini hendaknya mengamati dan membandingkan contoh-contoh
memuat dimensi pengetahuan yang lengkap agar tersebut. Pada fase konvergen, guru menanyakan
tingkat proses kognitif peserta didik dapat pertanyaan-pertanyaan lebih spesifik yang dirancang
berkembang, sehingga pencapaian kompetensi untuk membimbing peserta didik memahami tentang
peserta didik semakin baik. Untuk itu, dirasa perlu pokok bahasan. Pada fase penutup dan penerapan,
guru membimbing peserta didik memahami definisi
untuk mendesain LKPD yang diorientasikan pada
suatu konsep dan peserta didik menerapkan
kelengkapan konten (pengetahuan dalam materi pemahaman mereka ke dalam konteks baru. Keempat
pembelajaran) dan tingkatan proses kognitif yang fase tersebut diimplementasikan dalam LKPD
merujuk pada taksonomi Bloom revisi melalui model sehingga bagian inti dari LKPD terdiri dari acuan
pembelajaran yang mengandung komponen pembelajaran, pengamatan, permasalahan,
pendekatan saintifik untuk membiasakan peserta penyelidikan, diskusi dan konfirmasi, kesimpulan
didik membangun pengetahuan melalui pembelajaran dan komunikasi, penutup dan penerapan.
yang mampu melatih dan meningkatkan kemampuan Pada acuan pembelajaran dan pengamatan,
berfikirnya. peserta didik peserta didik difasilitasi untuk
Berpedoman kepada taksonomi Bloom melakukan pengamatan, melatih mereka untuk
revisi[4], pengetahuan yang terdapat dalam konten memperhatikan melalui kegiatan melihat, menyimak,
pembelajaran dapat dibedakan atas 4 dimensi, yaitu mendengar, dan membaca hal yang penting dari
suatu benda atau objek. Pada bagian permasalahan,
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
peserta didik difasilitasi untuk bertanya mengenai
metakognitif. Pengetahuan Faktual berkaitan dengan
apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca, dan
pernyataan benar jika sesuai dengan keadaan didengar, selain itu peserta didik juga difasilitasi
sesungguhnya. Pengetahuan Konseptual merupakan untuk merumuskan masalah dan hipotesis dari
pengetahuan kategori, klasifikasi, dan hubungan permsalahan yang diberikan.
antara dua atau lebih kategori atau klasifikasi. Pada bagian penyelidikan, peserta didik
Pengetahuan Prosedural adalah pengetahuan tentang menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai
beragam proses, cara melakukan sesuatu atau sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik
rangkaian langkah yang harus diikuti dalam dapat membaca buku yang lebih banyak,
mengerjakan sesuatu. Pengetahuan Metakognitif memperhatikan fenomena atau objek yang lebih
merupakan pengetahuan tentang kognisi secara teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Pada
umum dan kesadaran akan, serta pengetahuan bagian diskusi dan konfirmasi, peserta didik
tentang, kognisi diri sendiri. Pengetahuan yang diberikan kesempatan untuk mendiskusikan apa yang
diberikan kepada peserta didik kelas X SMA/MA telah diperoleh melalui kegiatan sebelumnya kepada
dibatasi sampai pada pengetahuan faktual, teman dan dikonfirmasikan kepada guru, selain itu
pengetahuan konseptual, dan pengetahuan juga diberikan pertanyaan-pertanyaan untuk
[1]
prosedural . Selain terdapat kelengkapan dimensi didiskusikan dalam kelompok. Pada bagian

187
kesimpulan dan komunikasi, dan latihan dan Selanjutnya, pada tahap develop dilakukan uji
penerapan, peserta didik diberikan kesempatan untuk validitas dan uji praktikalitas terhadap LKPD yang
menyimpulkan dan mengkomunikasikan apa yang telah didesain. Uji validitas dilakukan oleh 5 orang
telah mereka pelajari. validator (para ahli) yang terdiri dari 3 orang staf
Kualitas LKPD yang didesain ditinjau dari pengajar Fisika FMIPA UNP dan 2 orang guru Fisika
validitas dan praktikalitasnya[11]. Validitas SMAN 10 Padang menggunakan instrumen validitas.
merupakan ketepatan suatu instrumen dalam Uji praktikalitas dilakukan oleh 2 orang guru Fisika
mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian SMAN 10 Padang menggunakan instrumen
ini validitas merupakan ketepatan dan kelayakan praktikalitas.
LKPD untuk digunakan pada subjek penelitian. Teknik analisis data dalam penelitian ini
Praktikalitas LKPD berhubungan dengan kemudahan dilakukan dengan 2 cara, analisis data kualitatif dan
dalam menggunakan LKPD yang akan didesain. analisis data kuantitatif. Analisis data kualitatif
Pertimbangan praktikalitas dapat dilihat dari aspek: diperoleh dari pedoman wawancara, lembar
penggunaan, meliputi mudah diatur, disimpan, dan observasi, dan angket peserta didik dengan memilih
dapat digunakan sewaktu-waktu; waktu yang hal-hal pokok, membuat rangkuman, serta
diperlukan dalam pelaksanaan sebaiknya singkat, membuang hal-hal yang dianggap tidak perlu,
cepat, dan tepat; daya tarik perangkat terhadap minat kemudian menyajikan data secara sistematis dan
siswa; mudah diinterpretasikan oleh guru; memiliki menarik kesimpulan. Hasil angket dianalisis dengan
ekivalen yang sama[12]. menghitung persentase data yang didapatkan.
Analisis data kuantitatif diperoleh dari instrumen
validitas dan praktikalitas.
METODE PENELITIAN Analisis validitas LKPD dilakukan dengan
beberapa langkah, yaitu: pertama, memberikan skor
Jenis penelitian ini adalah penelitian penilaian terhadap validitas LKPD. Jika validator
pengembangan (Research and Development, memberikan alternatif jawaban “sangat setuju”, maka
disingkat R&D). Model desain yang digunakan diperoleh skor 4. Jika validator memberikan alternatif
adalah model 4D (four-D models)[13]. Model ini jawaban “setuju”, maka diperoleh skor 3. Jika
terdiri dari 4 tahap, yaitu: define (pendefinisian), validator memberikan alternatif jawaban “tidak
design (perancangan), develop (pengembangan) dan setuju”, maka diperoleh skor 2. Jika validator
disseminate (penyebarluasan). Namun dalam memberikan alternatif jawaban “sangat tidak setuju”,
penelitian ini hanya dilakukan sampai tahap develop maka diperoleh skor 1[14]. Kedua, melakukan
(pengembangan). perhitungan nilai akhir dengan rumus berikut [14].
Pada tahap define dilakukan analisis awal, 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
analisis peserta didik, analisis tugas, analisis konsep, 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 = × 100 .........(1)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
dan perumusan tujuan pembelajaran. Analisis awal
terhadap pembelajaran dilakukan melalui kajian Ketiga, menentukan kriteria validitas. Jika diperoleh
literatur dan observasi sekolah (observasi kelas, nilai akhir pada rentang 0-20, maka LKPD
wawancara guru Fisika, dan analisis dokumentasi). dikategorikan “tidak valid”. Jika diperoleh nilai akhir
Analisis peserta didik dilakukan melalui observasi pada rentang 21-40, maka LKPD dikategorikan
dan penyebaran angket. Analisis tugas dilakukan “kurang valid”. Jika diperoleh nilai akhir pada
melalui observasi dan analisis dokumentasi terhadap rentang 41-60, maka LKPD dikategorikan “cukup
tugas-tugas yang diberikan guru kepada peserta valid”. Jika diperoleh nilai akhir pada rentang 61-80,
didik. Analisis konsep dilakukan melalui analisis KI, maka LKPD dikategorikan “valid”. Jika diperoleh
KD, dan dipilih konsep yang akan disampaikan nilai akhir pada rentang 81-100, maka LKPD
kepada peserta didik dengan pertimbangan hasil dikategorikan “sangat valid” [14].
observasi pada tahap sebelumnya. Perumusan tujuan LKPD yang didesain dinyatakan valid apabila
pembelajaran yang dibuat disesuaikan dengan konsep kriteria nilai akhir dari keseluruhan aspek yang
yang disampaikan. dinilai ≥ 61. Jika belum mencapai nilai untuk
Pada tahap design, dirancang LKPD memperoleh kriteria valid, maka dilakukan revisi
berorientasi kompleksitas konten dan proses kognitif sesuai saran validator dan dilakukan validasi
yang disesuaikan dengan hasil yang telah diperoleh kembali, begitu seterusnya hingga diperoleh kriteria
pada tahap define. LKPD didesain sesuai dengan valid.
karakteristik materi dan karakteristik peserta didik. Analisis praktikalitas LKPD dilakukan dengan
LKPD disajikan dengan format yang mengacu pada beberapa langkah, yaitu: pertama, memberikan skor
fase-fase dalam model pembelajaran temuan penilaian terhadap praktikalitas LKPD. Jika praktisi
terbimbing. Selain merancang LKPD, pada tahap ini memberikan alternatif jawaban “sangat setuju”, maka
jugadilakukan penyusunan instrumen validitas dan diperoleh skor 4. Jika praktisi memberikan alternatif
praktikalitas. jawaban “setuju”, maka diperoleh skor 3. Jika

188
praktisi memberikan alternatif jawaban “tidak pembelajaran yang baik yang sesuai dengan tuntutan
setuju”, maka diperoleh skor 2. Jika praktisi Kurikulum 2013. Proses pembelajaran yang
memberikan alternatif jawaban “sangat tidak setuju”, seharusnya menggunakan pendekatan saintifik yang
maka diperoleh skor 1[14]. Kedua, melakukan terdiri dari 5 langkah kegiatan (mengamati, menanya,
perhitungan nilai akhir dengan rumus (1). Ketiga, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan), justru
menentukan kriteria praktikalitas. Jika diperoleh nilai belum terlaksana secara maksimal. Kegiatan menalar
akhir pada rentang 0-20, maka LKPD dikategorikan
dan mengkomunikasikan belum begitu terlihat dalam
“tidak praktis”. Jika diperoleh nilai akhir pada
proses pembelajaran, dimana sesungguhnya melalui
rentang 21-40, maka LKPD dikategorikan “kurang
praktis”. Jika diperoleh nilai akhir pada rentang 41- kegiatan inilah peserta didik akan memperoleh
60, maka LKPD dikategorikan “cukup praktis”. Jika pengetahuan yang lengkap (faktual, konseptual,
diperoleh nilai akhir pada rentang 61-80, maka prosedural). Pengetahuan yang diberikan dalam
LKPD dikategorikan “praktis”. Jika diperoleh nilai pembelajaran masih didominasi oleh pengetahuan
akhir pada rentang 81-100, maka LKPD konseptual, sedangkan pengetahuan faktual dan
dikategorikan “sangat praktis” [14]. prosedural masih kurang.
Selain itu, keterbatasan bahan ajar yang
digunakan juga menjadi faktor penyebab timbulnya
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN permasalahan di atas. Bahan ajar yang digunakan
dalam hal ini adalah LKPD. Guru hanya membuat
Penelitian pengembangan ini menghasilkan LKPD untuk kegiatan praktikum, sedangkan untuk
produk berupa LKPD berorientasi kompleksitas latihan-latihan di kelas guru menggunakan LKPD
konten dan proses kognitif. Penelitian dilakukan dari penerbit. LKPD yang ada belum memfasilitasi
melalui 3 tahap, yaitu tahap pendefinisian (define), peserta didik untuk berpendapat, berdiskusi,
tahap perancangan (design), dan tahap menyimpulkan, dan mengkomunikasikan hasil
pengembangan (develop). Pada tahap define diskusi yang telah dilakukan, yang mana pada
dilakukan analisis untuk menetapkan masalah dan kegiatan inilah tingkatan proses kognitif peserta didik
memperoleh informasi mengenai kriteria desain akan dilatih, sehingga LKPD yang ada belum dapat
LKPD yang akan dibuat. Pada tahap design melatih tingkat proses kognitif peserta didik.
dilakukan perancangan awal LKPD dan penyusunan Kedua, dilakukan analisis peserta didik untuk
instrumen uji coba. Pada tahap develop dilakukan uji mengetahui minat dan karakteristik peserta didik.
validitas dan uji praktikalitas terhadap LKPD. Kegiatan dalam tahap ini antara lain observasi
Tahap define (pendefinisian) merupakan tahap peserta didik dan penyebaran angket kepada peserta
untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat didik. Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap
yang dibutuhkan dalam mendesain produk. Pada peserta didik kelas X SMAN 10 Padang, diketahui
tahap ini ada 5 langkah yang dilakukan. Hasil yang bahwa peserta didik memiliki usia rata-rata 15-16
diperoleh dari kelima langkah tersebut adalah tahun yang berada pada tahap operasional formal.
sebagai berikut. Pada tahap ini peserta didik sudah mampu
Pertama, dilakukan analisis awal untuk menganalis, mengevaluasi dan merencanakan
melihat efektivitas pembelajaran. Pada tahap ini sehingga tingkatan proses kognitif peserta didik
dilakukan kajian literatur dan observasi sekolah. Dari sudah kompleks (C1-C6). Oleh sebab itu, peserta
kajian literatur, diperoleh informasi bahwa didik hendaknya memiliki kemampuan sesuai dengan
pembelajaran di sekolah akan berjalan efektif jika tingkat usia.
pembelajaran berpusat pada peserta didik. Berdasarkan hasil analisis angket, diketahui
Pembelajaran yang seperti ini akan terlaksana jika bahwa peserta didik tidak begitu menyukai pelajaran
didukung oleh bahan ajar yang berkualitas. Salah Fisika, karena menganggap Fisika sebagai pelajaran
satu bahan ajar yang dapat mengaktifkan peserta yang sulit. Terlihat dari persentase yang diberikan
didik dalam pembelajaran adalah berupa Lembar peserta didik terhadap tingkat pemahaman pada salah
Kerja Peserta Didik (LKPD). Selain dapat satu materi dalam Fisika, yaitu vektor yang masih
mengaktifkan peserta didik, LKPD juga akan melatih rendah (25%). Peserta didik menyukai pembelajaran
tingkat proses kognitif peserta didik, sehingga secara berkelompok dengan menggunakan LKPD
kompetensi yang diharapkan dapat tercapai. (≥75%). Selain data di atas, dari angket yang telah
Berdasarkan berbagai kegiatan observasi yang disebar juga diketahui bahwa peserta didik menyukai
telah dilakukan di salah satu SMA Negeri di kota LKPD yang didominasi oleh warna cerah,
Padang yang telah menerapkan Kurikulum 2013 menggunakan tulisan dengan jenis Cambria, serta
(SMA Negeri 10 Padang), dapat ditarik kesimpulan ada keseimbangan antara tulisan dan gambar yang
bahwa pencapaian kompetensi peserta didik masih disajikan. Oleh sebab itu, didesain LKPD yang
rendah dikarenakan belum terlaksananya

189
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik Sementara itu, alat dan bahan yang dibutuhkan untuk
tersebut. keperluan pengamatan dan percobaan terdiri atas
Ketiga, dilakukan analisis tugas untuk statif, neraca pegas, busur derajat, beban, benang,
mengetahui tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan benda-benda di sekitar peserta didik.
kepada peserta didik dalam pelajaran Fisika. Dari Ketiga, dilakukan pemilihan format yang
observasi diketahui bahwa tugas-tugas yang sesuai untuk mendesain LKDP. Format yang dipilih
diberikan berupa soal-soal latihan dan melakukan untuk desain LKPD ini adalah format yang mengacu
praktikum. Peserta didik diminta untuk mengerjakan pada fase-fase yang terdapat dalam model
soal latihan yang terdapat pada LKPD dari penerbit pembelajaran temuan terbimbing. Alasan memilih
serta melakukan praktikum berdasarkan panduan dari format ini adalah karena fase-fase dalam model
LKPD yang dibuat guru. pembelajaran temuan terbimbing sesuai dengan
Keempat, dilakukan analisis konsep untuk pendekatan saintifik, serta merupakan salah satu
mengidentifikasi konsep pokok yang akan model pembelajaran berbasis penelitian yang
disampaikan kepada peserta didik melalui LKPD. diamanatkan dalam Kurikulum 2013. Dengan format
Berdasarkan hasil observasi pada tahap sebelumnya ini peserta didik akan lebih aktif dan dapat
serta analisis KI dan KD, maka ditetapkan konsep menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya.
yang akan diajarkan kepada peserta didik adalah Format LKPD yang didesain terdiri atas acuan
materi “vektor” yang terdiri dari 4 sub materi, yaitu pembelajaran, pengamatan, permasalahan,
besaran vektor dan skalar, cara menyatakan vektor, penyelidikan, diskusi dan konfirmasi, kesimpulan
penjumlahan vektor, dan fenomena vektor dalam dan komunikasi, serta latihan dan penerapan. Pada
Fisika. Setelah didapat materi pokok dari LKPD yang
ketujuh tahapan ini tersebar langkah-langkah
akan didesain selanjutnya materi pokok dijabarkan
pembelajaran dalam pendekatan saintifik yang terdiri
kedalam pengetahuan faktual, konseptual dan
prosedural. atas kegiatan mengamati, menanya, mencoba,
Kelima, dilakukan perumusan tujuan menalar, dan mengkomunikasikan. Kegiatan
pembelajaran yang berpedoman pada KI dan KD, mengamati dilakukan pada tahap acuan pembelajaran
yaitu KI dan KD materi vektor. Tujuan pembelajaran dan pengamatan. Kegiatan menanya dilakukan pada
mengacu pada kata kerja operasional pada taksonomi tahap permasalahan. Kegiatan mencoba dilakukan
Bloom revisi yang dikembangkan oleh Anderson dan pada tahap penyelidikan. Kegiatan menalar dilakukan
Krathwohl[2] yang terdiri dari 6 tingkatan proses pada tahap diskusi dan konfirmasi. Kegiatan
kognitif. mengkomunikasikan dilakukan pada tahap
Setelah kegiatan-kegiatan pada tahap define kesimpulan dan komunikasi, serta latihan dan
selesai dilakukan, selanjutnya masuk pada tahap penerapan.
design. Pada tahap ini ada 4 langkah yang dilakukan. Keempat, membuat rancangan awal LKPD
Hasil dari keempat langkah tersebut adalah sebagai sebelum uji coba dilakukan. Struktur LKPD yang
berikut. Pertama, penyusunan tes acuan patokan. didesain terdiri atas halaman cover, kata pengantar,
Pada tahap ini dilakukan penyusunan instrumen daftar isi, petunjuk umum, kompetensi yang akan
validitas dan praktikalitas. dicapai, bahan belajar peserta didik, inti LKPD, dan
Kedua, dilakukan pemilihan media untuk daftar pustaka.
mengidentifikasi media pembelajaran yang relevan Setelah tahap design selesai dilakukan,
dengan karakteristik materi. Selain itu, pemilihan selanjutnya tahap terakhir yang dilakukan, yaitu
media bertujuan untuk membantu peserta didik tahap develop. Hasil yang diperoleh dari setiap
memahami materi pada LKPD. Media yang kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
diperlukan dapat berupa alat, bahan, gambar atau sebagai berikut.
animasi. Media ini berguna untuk mempermudah Pertama, dilakukan uji validitas LKPD. Hasil
peserta didik dalam memperoleh pengetahuan Uji validitas LKPD diperoleh melalui analisis data
faktual, konseptual, dan prosedural yang disajikan
dari instrumen validitas yang diisi oleh 5 orang
dalam LKPD.
Materi yang disajikan dalam LKPD adalah validator yang terdiri dari 3 orang staf pengajar
materi vektor. Oleh sebab itu, media yang dipilih jurusan Fisika FMIPA UNP dan 2 orang guru Fisika
disesuaikan dengan karakteristik materi tersebut. SMAN 10 Padang. Instrumen validitas tersebut
Contoh gambar yang diperlukan dalam LKPD ini terdiri dari 4 jenis, yaitu instrumen validitas aspek
adalah gambar pesawat terbang, burung yang sedang persyaratan didaktik, aspek kompleksitas konten
terbang, anak panah, perlombaan tarik tambang, dalam LKPD, aspek kompleksitas tingkatan proses
seseorang yang sedang memanah, perahu kognitif dalam LKPD, dan aspek komponen model
menyebrangi sungai, grafik penjumlahan beberapa pembelajaran temuan terbimbing dalam LKPD.
vektor, serta gambar-gambar pendukung yang Masing-masing instrumen tersebut terdiri atas
digunakan untuk menambah daya tarik LKPD.

190
beberapa indikator. Berikut disajikan hasil validitas Dari keempat aspek tersebut diperoleh nilai
LKPD oleh para ahli. rata-rata 81,8 dengan kategori sangat valid. Hal ini
menunjukkan bahwa LKPD yang didesain telah
Tabel 1. Hasil uji validitas LKPD memenuhi persyaratan LKPD, memiliki
kompleksitas konten, memiliki kompleksitas proses
No Aspek Penilian Rata-rata Kriteria
kognitif dan telah mengacu pada model temuan
Persyaratan Sangat terbimbing. Selama validasi, saran-saran dari
1 82,3 validator menjadi dasar pertimbangan untuk merevisi
LKPD Valid
Kompleksitas Sangat LKPD berorientasi kompleksitas konten dan proses
2 82,5 kognitif. Setelah direvisi, dilakukan tahap selanjutnya
konten Valid
Kompleksitas untuk menguji tingkat kepraktisan LKPD.
Sangat
3 tingkatan proses 81,1 Kedua, dilakukan uji praktikalitas LKPD.
Valid
kognitif Hasil uji praktikalitas LKPD diperoleh melalui
Model temuan Sangat instrumen praktikalitas oleh 2 orang guru Fisika
4 81,3
terbimbing Valid SMAN 10 Padang. Terdapat lima aspek penilaian
Sangat yang diisi oleh praktisi, diantaranya aspek
Rata-rata keseluruhan 81,8
Valid kelengkapan LKPD, cakupan LKPD, penyajian
LKPD, manfaat LKPD, dan peluang implementasi
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa untuk aspek LKPD. Masing-masing aspek tersebut terdiri atas
persyaratan LKPD, LKPD berorientasi kompleksitas beberapa indikator. Berikut disajikan hasil
konten dan proses kognitif dinyatakan sangat valid praktikalitas LKPD oleh para ahli.
oleh validator dengan nilai rata-rata 82,3. Hal ini
berarti materi dalam LKPD telah sesuai dengan Tabel 2. Hasil uji praktikalitas LKPD
Kurikulum 2013 dan sesuai dengan tuntutan
No Aspek Penilian Rata-rata Kriteria
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
yang dijabarkan melalui indikator. Selain itu, LKPD Kelengkapan Sangat
ini juga telah menggunakan kalimat yang mudah 1 83,3
LKPD Praktis
dicerna peserta didik dan terdapat keseimbangan Sangat
antara gambar dan tulisan, sehingga dapat 2 Cakupan LKPD 81,3
Praktis
memotivasi peserta didik untuk belajar. Penyajian Sangat
Berdasarkan aspek kompleksitas konten, 3 83,3
LKPD Praktis
LKPD ini dinyatakan sangat valid oleh validator
Sangat
dengan nilai rata-rata 82,5. Hal ini berarti LKPD 4 Manfaat LKPD 87,5
Praktis
memiliki kelengkapan dimensi pengetahuan yang Peluang
terdiri dari pengetahuan faktual, konseptual, dan Sangat
5 implementasi 87,5
procedural yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum Praktis
LKPD
2013. Berdasarkan aspek kompleksitas tingkatan
Sangat
proses kognitif, LKPD ini dinyatakan sangat valid Rata-rata keseluruhan 84,6
Praktis
oleh validator dengan nilai rata-rata 81,1. Hal ini
berarti bahwa LKPD dapat melatih tingkat proses Berdasarkan Tabel 2, diketahui nilai rata-rata
kognitif peserta didik. Tingkatan proses kognitif yang praktikalitas oleh guru adalah 84,6 dengan kategori
dilatih juga telah sesuai dengan taksonomi Bloom sangat praktis. Dapat disimpulkan bahwa LKPD yang
revisi oleh Anderson dan Krathwohl[4], yang terdiri didesain mudah digunakan oleh guru. Hal ini salah
atas 6 tingkatan, yaitu mengingat, memahami, satunya disebabkan karena adanya petunjuk
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan penggunaan LKPD yang jelas sehingga guru dan
berkreasi. peserta didik mengetahui langkah-langkah yang
Berdasarkan aspek komponen model harus dilaksanakan dalam pembelajaran. Petunjuk
pembelajaran temuan terbimbing, LKPD ini untuk guru bertujuan agar guru melaksanakan
dinyatakan sangat valid oleh validator dengan nilai pembelajaran dengan efisien[15]. LKPD juga dinilai
rata-rata 81,3. Hal ini berarti bahwa LKPD telah praktis karena materi pada LKPD telah disajikan
memuat komponen model pembelajaran temuan secara jelas dan sederhana serta menggunakan
terbimbing yang dapat menuntun peserta didik untuk ukuran dan jenis huruf yang mudah dibaca. Ukuran
menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya. Hal dan jenis huruf yang digunakan untuk media harus
ini sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013, bahwa mudah dibaca[16].
pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik
yang berbasis penelitian[1].

191
Berdasarkan hasil kedua uji di atas, dapat Pengajaran dan Asesmen (Terjemahan Agung
disimpulkan bahwa LKPD berorientasi kompleksitas Prihantoro).Yokyakarta: Pustaka Belajar.
konten dan proses kognitif telah valid dan praktis
untuk digunakan. Dengan demikian LKPD ini dapat [5] Putra, Amali. 2015. Implementasi pendekatan
digunakan dalam pembelajaran guna meningkatkan ilmiah dalam pembelajaran fisika disekolah:
kompetensi pengetahuan peserta didik. LKPD yang prosiding Semnas FMIPA. ISBN:978-602-
19877-2-9.Padang: FMIPA UNP
didesain ini terbatas pada satu kompetensi dasar yang
ada pada mata pelajaran Fisika kelas X, yaitu materi
[6] Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan
vektor.
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

[7] Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran


KESIMPULAN Fisika. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma

Penelitian pengembangan ini telah [8] Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014.
menghasilkan LKPD berorientasi kompleksitas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
konten dan proses kognitif dengan kriteria sangat Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2014
valid dan esangat praktis. LKPD dihasilkan melalui 3 tentang Standar Kompetensi Lulusan
tahap, yaitu tahap define (pendefinisian), tahap Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
design (perancangan), tahap develop Kemdikbud
(pengembangan). LKPD yang didesain berada pada
kategori sangat valid dengan nilai rata-rata 81,8. [9] Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif
LKPD yang didesain juga berada pada kategori Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
sangat praktis dengan nilai rata-rata 84,6. Diva Press
Berdasarkan hasil ini, maka LKPD berorientasi
[10] Eggen, Paul & Kauchak, Don. 2012. Strategi
kompleksitas konten dan proses kognitif ini dapat
dan Model pembelajaran Mengajarkan konten
digunakan oeh guru sebagai salah satu alternatif dan keterampilan berpikir (Terjemahan Satrio
solusi dari kurangnya bahan ajar yang dapat Wahono). Jakarta : Permata Putri Media.
mendukung pembelajaran Fisika menggunakan
Kurikulum 2013. [11] Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
DAFTAR PUSTAKA
[12] Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan
Operasional. Yogyakarta: Bumi Aksara
[1] Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
[13] Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel, M. I.
Republik Indonesia Nomor 59 tahun 2014
1974. Instructional Development for Training
tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Teachers of Expectional Children. Minneapolis,
Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Kemdikbud
Minnesota: Leadership Training
Institute/Special Education, University of
[2] Widodo, Chomsin S. dan Jasmadi. 2008.
Minnesota.
Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis
Kompetensi. Jakarta: PT Elex Media
[14] Riduwan. 2012. Skala Pengukuran Variabel –
Kompetindo
Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta
[3] Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan [15] Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2011. Media
Bahan Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Nasional Bandung

[16] Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran


[4] Anderson, L.R & Krathwohl, D.R. 2001.
Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers
Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,

192

You might also like