You are on page 1of 9

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN.

2407-6902) Volume II No 2, April 2016

Pengaruh Model Problem Based Learning dengan Metode Eksperimen dan Diskusi Terhadap
Hasil Belajar Fisika Ditinjau dari Sikap Ilmiah Siswa Kelas X MIPA
SMA N 1 Mataram

Muhamad Khairul Azmi1, Satutik Rahayu1, Hikmawati1


1
Program Studi Pendidikan Fisika
FKIP Universitas Mataram
Mataram, Indonesia
Email: azmi24041994@gmail.com

Abstract-This study aims to determine: (1) the effect of problem based learning models with experimental
methods and discussion on learning outcomes; (2) the effect of Scientific Attitude of students towards learning
outcomes; (3) the interaction between the model problem based learning with experimental methods and
discussion with scientific attitude of students towards learning outcomes. This type of research is an
experimental research study design with Factorial Design 2 x 2. Population in research of all X grade student
of MIPA at SMA Negeri 1 Mataram academic year 2015/2016. Sampling studies using cluster random
sampling, and get class X MIPA 4 as an experimental class I and class X MIPA 7 as experimental class II.
The research’s instrument used was a multiple choice test with five alternative answers and considering the
validity, reliability, power and the level of difficulty depending matter and using scientific attitude
questionnaire instrument. This research showed that the average value of posttest experimental class I was
76.50 and the experimental class II at 79.83 with the average value of the value of the scientific attitude to the
experimental class I was 52.42 and 50.70 of the experimental class II. Data obtained beforehand tested
normality and homogeneity, earned both classes of normally distributed and homogeneous, then followed by
hypothesis testing using analysis of variance (ANOVA) with two different cell. The results of this study show
that: (1) There is effect problem based learning model with experimental methods and discussion on learning
outcomes; (2) Scientific Attitude effected on the student learning outcomes; (3) There is no interaction
between the problem based learning model with experimental methods and discussion with scientific attitude
towards learning outcomes.

Keywords: discussion method, experimental method, learning outcomes, scientific attitude, problem based
learning.
2013, dalam sistem pendidikan nasional,
PENDAHULUAN mengupayakan ketiga aspek dalam tujuan pendidikan
Pendidikan merupakan usaha untuk membantu nasional dapat dilaksanakan dalam setiap proses
peserta didik mengembangkan seluruh potensinya pembelajaran [3].
(hati, pikir, rasa, dan karsa, serta raga) untuk Proses pembelajaran pada kurikulum 2013
menghadapi masa depan [1]. Hal ini sejalan dengan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
tujuan pendidikan yang terdapat dalam Undang- menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
2003 menyatakan bahwa, tujuan Pendidikan Nasional yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan
adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, Hal ini sesuai dengan tema pengembangan kurikulum
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi 2013 yaitu kurikulum yang dapat menghasilkan insan
warga negara yang demokratis serta bertanggung Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, efektif
jawab. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, melalui penguatan sikap, keterampilan dan
tentu tidak terlepas dari proses belajar. Proses belajar pengetahuan yang terintegritas. Sehubungan dengan
terjadi karena adanya intraksi antara seseorang itu, kurikulum 2013 menerapkan pendekatan saintifik
dengan lingkungannya [2]. Dalam proses belajar dalam proses pembelajaran.
diharapkan dapat mencerminkan tiga aspek dalam Pendekatan saintifik merupakan pendekatan di
kegiatan pembelajaran, yaitu aspek sikap, dalam kegiatan pembelajaran yang mengutamakan
pengetahuan dan keterampilan. kreativitas dan temuan-temuan peserta didik.
Dikembangkangkannya kurikulum baru, kurikulum Pengalaman belajar yang mereka proleh tidak bersifat
86
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 2, April 2016

indoktrinisasi, hafalan, dan sejenisnya. Pengalaman guru, mengganggu teman sebelahnya, dan ada pula
belajar, baik itu yang berupa pengetahuan, yang mengantuk. Hal ini terjadi karena proses
keterampilan, dan sikap mereka proleh berdasarkan pembelajaran yang dirancang oleh guru masih belum
kesadaran dan kepentingan mereka sendiri. efektif, baik dari segi model pembelajaran, metode
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dirancang pembelajaran, maupun media pembelajaran.
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif Sementara itu, hasil wawancara peneliti dengan
mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip melalui salah satu guru IPA Fisika di SMA Negeri 1
tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi Mataram, diperoleh informasi bahwa siswa tidak
atau menemukan masalah), merumuskan masalah, memperhatikan guru, yang ditunjukan dengan adanya
mengajukan atau merumuskan hipotesis, beberapa siswa yang main-main sendiri dan
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, terkadang main HP karena di SMA Negeri 1 Mataram
menganalisis data, menarik kesimpulan dan siswa di bebaskan untuk membawa HP dalam proses
mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip pembelajaran dengan tujuan dapat digunakan sebagai
yang “ditemukan”. Tujuan pembelajaran dengan sumber belajar. Namun banyak siswa yang menyalah
pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan gunakan HP yang dibawa untuk main-main saja hal
pendekatan ilmiah. Beberapa tujuan pembelajaran ini tentunya tidak menunjukan sikap ilmiah seorang
dengan pendekatan saintifik diantaranya untuk siswa dalam pembelajaran Fisika yang sesuai dengan
membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan tuntunan kurikulum 2013. Sementara itu dalam
suatu masalah secara sistematik [4]. proses pembelajaran guru memang sudah melakukan
Pendekatan saintifik sangat sesuai jika penilaian sikap siswa. Namun guru tidak pernah
diterapkan dalam Pembelajaran Sains (IPA). Sains memperhatikan sikap ilmiah pada saat proses belajar
(IPA) didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari mengajar. Seharusnya dalam kegiatan belajar
tentang sebab akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi mengajar fisika sikap ilmiah penting untuk
di alam. Sains juga dapat diartikan sebagai kumpulan diperhatikan terlebih bahwa fisika sebagai suatu
pengetahuan yang sistematis dari gejala-gejala alam. proses, fisika merupakan serangkaian proses ilmiah
Sains (IPA) juga kadang diartikan sebagai yang dilakukan dalam menenemukan pengetahuan-
pengetahuan yang sistematis atau tersusun secara pengetahuan tentang fisika. Hal ini tentunya
teratur berlaku umum dan berupa kumpulan data hasil membutuhkan sikap ilmiah dalam mempelajari fisika.
observasi dan eksperimen [5]. Sains (IPA) ialah suatu Oleh karena itu sikap ilmiah sangat penting untuk di
cara mencari tahu tentang alam secara sitematis untuk perhatikan oleh guru. Selain itu disebabkan olek
menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, faktor yang berasal dari siswa seperti sikap dan
prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap minat mereka terhadap pelajaran Fisika, mereka
ilmiah [6]. Dengan kata lain, IPA merupakan beranggapan bahwa pelajaran Fisika itu sulit,
kombinasi dari unsur produk berupa pengetahuan dan sehingga siswa merasa jenuh dan kurang serius dalam
proses [3]. mengikuti proses pembelajaran. Hal ini berdampak
Fisika sebagai salah satu rumpun ilmu IPA, pada hasil belajar fisika siswa yang rendah, rata-rata
pada hakikatnya juga terdiri atas aspek produk dan dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
proses. Sebagai sebuah produk, fisika merupakan Adapun KKM untuk mata pelajaran Fisika adalah 70.
sekumpulan pengetahuan tentang fakta, konsep, Data hasil belajar siswa kelas X MIPA SMAN 1
generalisasi, prinsip, teori dan hukum fisika. Mataram dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Sementara sebagai suatu proses, fisika merupakan
serangkaian proses ilmiah yang dilakukan dalam Tabel 1. Nilai Rata-rata Ulangan Tengah Semester
menenemukan pengetahuan-pengetahuan tentang Genap Mata Pelajaran Fisika Kelas X MIPA
fisika. Maka, pemahaman terhadap fisika seharusnya SMAN 1 Mataram
tidak hanya memandang fisika sebagai produk tetapi No Kelas Nilai KK Keterangan
juga sebagai proses. Dalam proses pembelajaran . Rata- M
fisika, kegiatan pembelajaran tidak hanya ditekankan Rata
pada aspek produk saja, tetapi juga harus diimbangi 1. X MIPA 1 49,05 Tidak
dengan aspek proses. Hal ini sejalan dengan tuntutan Tuntas
kurikulum 2013 yang menginginkan agar dalam 2. X MIPA 2 62,35 Tidak
proses pembelajaran harus terdapat aspek sikap, Tuntas
pengetahuan dan keterampilan. 3. X MIPA 3 44,80 70 Tidak
Berdasarkan hasil observasi yang sudah Tuntas
peneliti lakukan pada siswa kelas X MIPA di SMA 4. X MIPA 4 72,39 Tuntas
Negeri 1 Mataram, terdapat beberapa masalah yang 5. X MIPA 5 62,28 Tidak
ditemukan pada saat proses pembelajaran. Banyak Tuntas
siswa yang tidak begitu memperhatikan penjelasan
87
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 2, April 2016

6. X MIPA 6 73,50 Tuntas Metode diskusi merupakan metode mengajar yang


7. X MIPA 7 67,70 Tidak menyajikan bahan-bahan pembelajaran dalam bentuk
Tuntas masalah-masalah yang harus di pecahkan oleh siswa
8. X MIPA 8 55,68 Tidak [9]. Fisika juga dikatakan sebagai sikap yang
Tuntas tentunya membutuhkan sikap ilmiah dalam
(Sumber: Guru Mata Pelajaran IPA Fisika, mempelajari fisika. Sikap ilmiah merupakan sikap
2016) ingin tahu, respek terhadap data/fakta, berpikir kritis,
Berdasarkan data tersebut, maka dibutuhkan penemuan dan kreativitas, berpikiran terbuka dan
solusi alternatif yang dapat membantu siswa belajar kerjasama, ketekunanan, dan peka terhadap
efektif sehingga akan berdampak pada hasil belajar lingkungan sekitar [10].
Fisika siswa. Terlebih lagi SMA Negeri 1 Mataram Kolaborasi antara model problem based
merupakan salah satu sekolah yang ditetapkan learning dengan metode eksperimen dan diskusi
sebagai sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 di diharapkan dapat menciptakan proses pembelajaran
Nusa Tenggara Barat. SMA Negeri 1 Mataram yang efektif dan menyenangkan sehingga kesan
seharusnya mampu mengimplementasi kurikulum membosankan dalam pembelajaran fisika dapat
2013 dengan utuh sesuai dengan tuntutan kurikulum teratasi. Selain itu, siswa dapat berperan aktif karena
tersebut dalam proses pembelajaran. Namun, hal itu siswa berpartisipasi langsung dalam proses
tidak secara utuh diimplementasikan sehingga pembelajaran dan diharapkan dapat berpengaruh pada
menimbulkan beberapa permasalahan dalam proses hasil belajar siswa. Hal ini juga didukung oleh hasil
pembelajaran sebagaimana uraian di atas. penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh [11]
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti menyatakan penggunaan model PBL dengan metode
mengambil suatu alternatif solusi pembelajaran yakni eksperimen memberikan pengaruh positif, serta
dengan menerapkan model Problem Based Learning penelitian yang dilakukan oleh [12] menyatakan sikap
(PBL) dengan metode eksperimen dan metode ilmiah memberikan pengaruh positif terhadap hasil
diskusi. PBL merupakan model pembelajaran yang belajar siswa, dalam penelitian ini, Peneliti ingin
menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, melihat model problem based learning dengan
bekerja secara kelompok untuk mencari solusi dari metode eksperimen atau model problem based
permasalahan. Dalam PBL, fokus pembelajaran pada learning dengan metode diskusi yang lebih
masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja berpengaruh terhadap hasil belajar.
mempelajari konsep-konsep yang berhubungan
dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk TINJAUAN PUSTAKA
memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, siswa A. Model Problem Based Learning
tidak saja harus memahami konsep yang relevan
Model problem based learning merupakan
dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi
sebuah model pembelajaran yang menyediakan
juga memperoleh pengalaman belajar yang
pengalaman autentik yang mendorong siswa untuk
berhubungan dengan keterampilan menerapkan
belajar aktif, mengkonstruksi pengetahuan, dan
metode ilmiah dalam memecahkan masalah serta
mengintegrasikan konteks belajar di sekolah dan
menumbuhkan pola berpikir kritis. Dengan adanya
belajar di kehidupan nyata secara alamiah [13].
keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam
Model problem based learning merupakan suatu
mememcahkan masalah maka akan memicu siswa
model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya
untuk terus giat belajar dan mencari solusi untuk
permasalahan yang membutuhkan penyelidikan
mengatasi setiap permasalahan yang terjadi
autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan
khususnya dalam pembelajaran fisika. Dengan
penyelesaian nyata dari permasalahan nyata [14].
demikian, diharapkan siswa dapat belajar dengan baik
dan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Hal ini
B. Metode Belajar
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh bahwa
model problem based learning berpengaruh 1. Metode Eksperimen
signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa [7]. Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan
Fisika sebagai produk, sikap, dan proses dalam pelajaran di mana siswa melakukan percobaan
pembelajarannya membutuhkan metode pembelajaran dengan mengalami untuk membuktikan sendiri
yang dapat mengefektifkan proses pembelajaran. sesuatu pernyataan atau hipotesis yang dipelajari
Beberapa metode yang cocok digunakan yaitu metode [15]. Dalam metode ini, siswa diberi kesempatan
ekpserimen dan metode diskusi. Metode eksperimen untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri,
merupakan cara penyajian pelajaran di mana siswa mengikuti proses, mengamati suatu objek,
melakukan percobaan dengan mengalami dan menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari [8]. sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses
sesuatu. Peran guru untuk membuat kegiatan ini
88
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 2, April 2016

menjadi faktor penentu berhasil atau gagalnya metode mampu aktif dan kreatif dalam pembelajaran [20]
eksperimen ini.
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara D. Hasil Belajar
penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-
percobaan dengan mengalami dan membuktikan nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi
sendiri sesuatu yang dipelajari [8]. Metode dan keterampilan [21]. Hasil belajar sebagai
eksperimen adalah salah satu cara mengajar di mana pencapaian kompetensi-kompetensi yang mencakup
siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-
hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan
percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu bertindak, hasil belajar merupakan akibat dari suatu
disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru [16]. proses belajar [14].
2. Metode Diskusi Berdasarkan pengertian di atas, peneliti
Metode ialah cara untuk mencapai sesuatu, menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan
metode pengajaran termasuk dalam perencanaan pada diri individu dari segi kognitif, afektif, maupun
kegiatan atau strategi [17]. Menurut Kamus Besar psikomotor yang didapatkannya sebagai akibat dari
Bahasa Indonesia (1995) dalam [18] diskusi adalah suatu proses belajar. Dalam penelitian ini, hasil
pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri
sesuatu masalah. individu yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu
Diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar ditinjau dari aspek pengetahuan akibat dari proses
informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman belajar yang ia lakukan atau alami.
secara teratur dengan maksud untuk mendapat Hasil belajar pada penelitian ini mengacu pada
pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti revisi taksonomi Bloom, yakni pada ranah kognisi.
tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan Adapun ranah kognisi dalam revisi taksonomi Bloom
merampungkan keputusan bersama. Oleh karena itu, yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan,
diskusi bukan debat, karena debat adalah perang menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta [22].
mulut; orang beradu argumentasi, beradu paham, dan
METODE PENELITIAN
kemampuan persuasi untuk memenagkan pahamnya
Jenis penelitian ini adalah penelitian
sendiri. Dalam diskusi, tiap orang diharapkan
eksperimen, yang merupakan metode penelitian yang
memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
kembali dengan paham yang telah dibina bersama
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan
[10].
[19]. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan
C. Sikap Ilmiah september 2015 sampai dengan Juli 2016 bertempat
Sikap adalah kemampuan menerima atau di SMAN 1 Mataram. Pada penelitian ini ada tiga
menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek variabel yang menjadi fokus penelitian yaitu variabel
tersebut [19]. Selaras dengan pendapat dari bebas, variabel terikat dan variabel moderator.
Suprijono, sikap merupakan kesiapan dan kesediaan Variabel bebas pada penelitian ini adalah metode
seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek pembelajaran, variabel terikat adalah hasil belajar
berdasarkan penilaian terhadap objek itu. Sikap fisika siswa, dan variabel moderator adalah sikap
berhubungan dengan pengetahuan dan perasaan ilmiah. Desain penelitian yang digunakan adalah
seseorang terhadap obyek. Sikap dapat dipelajari dan faktorial design 2×2, faktorial design ini digunakan
dapat diubah melalui proses belajar [10]. apabila peneliti mempertimbangkan pengaruh
Sikap ilmiah merupakan salah satu bentuk variabel bebas lain (biasanya variabel moderator)
kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu. Sikap dalam penelitiannya [23]. Faktorial design 2×2 dapat
ilmiah siswa pada dasarnya tidak berbeda dengan digambarkan seperti pada tabel 2.
keterampilan-keterampilan lain (kognitif, sosial, dan Tabel 2. Desain Faktorial 2×2
psikomotor). Untuk memunculkan sikap ilmiah siswa
Model Problem Based
juga diperlukan sebuah model pembelajaran yang
sesuai dengan indikator-indikator yang dimiliki oleh A Learning (B)
sikap ilmiah siswa itu. Dalam pembelajaran sikap Metode Metode
Eksperimen (B1) Diskusi
ilmiah siswa sangat diperlukan sikap rasa ingin tahu,
bekerja sama secara terbuka, bekerja keras, (B2)
bertanggung jawab, kepedulian, kedisiplinan dan Tinggi A1B1 A1B2
Sikap
kejujuran. Ini dikarenakan dengan sikap ilmiah (A1)
ilmiah
tersebut pembelajaran akan berjalan dengan baik, Rendah A2B1 A2B2
(A)
sehingga mencapai tujuan pembelajaran dan hasil (A2)
belajar yang diinginkan, dimana siswa diharapkan Diadaptasi dari Setyosari (2013)
89
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 2, April 2016

Jumlah Siswa 38 40
Skor Tertinggi 62 58
Keterangan:
Skor
43 44
A = Sikap ilmiah Terendah
A1 = Sikap ilmiah Tinggi Rata-rata 52,42 50,70
A2 = Sikap ilmiah Rendah Jumlah Siswa
B = Model Problem Based Learning kategori 20 24
B1 = Model Problem Based Learning dengan Tinggi
Metode Eksperimen Jumlah Siswa
B2 = Model Problem Based Learning dengan kategori 18 16
Metode Diskusi rendah
Adapun teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik cluster random sampling yaitu Berdasarkan Tabel 3 pada kelas eksperimen I
mengambil secara acak sekelompok individu diperoleh jumlah siswa kategori sikap ilmiah tinggi
(rumpun/ kelas), bukan mengambil secara acak sebanyak 20 dan kategori sikap ilmiah rendah
individu dari populasi yang ada. Dalam penelitian ini sebanyak 18 dengan rata-rata sikap ilmiah 52,42.
yang dijadikan sampel yaitu kelas X MIPA 4 sebagai Pada kelas eksperimen II diperoleh jumlah siswa
kelas eksperimen I dengan model problem based kategori sikap ilmiah tinggi sebanyak 24 dan jumlah
learning dengan metode eksperimen dan X MIPA 7 siswa kategori sikap ilmiah rendah sebanyak 16
sebagai kelas eksperimen II dengan model problem
based learning dengan metode diskusi. Kelas Eks I Eks II
Prosedur dan langkah-langkah yang digunakan
dalam melaksanakan penelitian ini mengikuti Jumlah Siswa 38 40
langkah-langkah pada model pembelajaran problem Nilai Terendah 63 57
based learning dengan metode eksperimen dan Nilai Tertinggi 90 90
diskusi. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian
Rata-rata 76,50 79,83
ini adalah melihat pengaruh model problem based
learning dengan metode ekperimen dan diksui SD 7,00 6,72
terhadap hasil belajar, dan melihat pengaruh sikap Keterangan Tuntas Tuntas
ilmiah terhadap hasil belajar, serta melihat interaksi dengan rata-rata 50,70.
model problem based learning dengan metode Tabel 4. Hasil Potess
eksperimen dan diskusi terhadap hasil belajar fisika
siswa. Dengan menggunakan desain faktorial 2x2 Hasil posttest siswa pada kelas eksperimen I
dengan dua sel taksama. Data hasil belajar fisika dan kelas ekserimen II dapat dilihat pada Tabel 4.
siswa diperoleh dengan menggunakan instrumen Berdasarkan tabel 4, diperoleh nilai rata-rata untuk
yang telah diuji cobakan dengan mempertimbangkan kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II masing-
uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya masing sebesar 76,50 dan 79,83. Adapun
beda soal, serta menggunakan angket sikap ilmiah nilai KKM untuk materi pokok suhu,kalor dan
siswa yang yang telah diuji cobakan dengan perpindahannya adalah 67.
mempertimbangkan uji validitas dan reliabilitas Uji normalitas menggunakan rumus chi kuadrat
angket. Berdasarkan hasil uji coba diperoleh 30 soal pada taraf signifikan 5% dengan 𝑑𝑏 = 𝑘 − 1. Hasil
yang baik digunakan untuk tes hasil belajar siswa dan perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada tabel 5.
16 soal angket untuk menguji sikap ilmiah. Analisis
data tes hasil belajar siswa menggunakan anava 2x2 Tabel 5. Hasil Uji Normalitas
dengan dua sel taksama. Kelas Jumlah 𝝌𝟐 𝝌𝟐 Kriteria
Hasil penelitian berupa deskripsi data hasil Siswa hitung tabel
belajar fisika siswa dengan menggunakan uji Eks I 38 2,522 11,070 Normal
homogenitas, uji normalitas dan uji hipotesis (anava Eks II 40 3,962 11,070 Normal
2x2 dengan dua sel taksama). Adapun hasil
rekapitulasi data sikap ilmiah dan data hasil belajar Berdasarkan tabel 5, terlihat bahwa nilai 𝝌𝟐
fisika pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen hitung < 𝝌𝟐 tabel baik pada kelas eksperimen I
II pada materi suhu, kalor dan perpindahan kalor mapun kelas eksperimen II. Hal ini menunjukan
dapat dilihat pada tabel berikut ini: bahwa data hasil belajar IPA-Fisika siswa pada
Tabel 3. Data Sikap Ilmiah Siswa Kedua Kelompok kedua kelas terdistribusi normal.
Sampel Hasil perhitungan uji homogenitas hasil belajar
Data Kelas Eks I Kelas Eks II IPA-Fisika siswa dapat dilihat pada tabel 6.

90
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 2, April 2016

Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas sikap ilmiah terhadap hasil belajar siswa pada ranah
kognitif.
SV JK DB KR Fhitung Ftabel 3) Hipotesis 3
Metode 181.34 1 181.34 3.91 1.71 Pada tabel 4.5 diperoleh 𝐹𝐴𝐵 =
Sikap 0,18 sedangkan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,71 dengan taraf
215.44 1 215.44 4.64 1.71 signifikan 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa 𝐹𝐴𝐵 <
Ilmiah
Intraksi 8.55 1 8.55 0.18 1.71 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , dengan demikian 𝐻03 diterima dan 𝐻𝑎3
ditolak, artinya tidak ada interaksi antara metode
Dalam
eksperimen dan diskusi dengan sikap ilmiah terhadap
Group (D) 3433.38 74 46.40
hasil belajar siswa pada ranah kognitif.
Residu Perhitungan dengan menggunakan SPSS 22,
Total 3838.72 77 didapat hubungan antara sikap ilmiah dengan model
problem based learning dengan metode eksperimen
Dari data di atas, diperoleh Fhitung sebesar 0,922 dan diskusi terhadap hasil belajar melalui gambar
dan Ftabel sebesar 1,71. 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sehingga sebagai berikut.
varian-varian homogen.
Dalam penelitian ini, uji hipotesis dilakukan Gambar 1. Hubungan antara Metode Pembelajaran
untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang dengan Sikap Ilmiah.
diberikan dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa
terhadap hasil belajar. Setelah melakukan uji

Kelas Jumlah Varian Fhitu Ftabe Kriteria


Siswa ng l
Eks I 38 48,986 0,92 Homog
1,71
Eks II 40 45,174 2 en
homogenitas dan uji normalitas sampel dari data hasil
belajar posttest , diperoleh bahwa siswa berasal dari
populasi yang berdistribusi normal dan memiliki
varians yang homogen sehingga uji hipotesis yang
digunakan adalah uji statistik parametrik. Adapun uji
statistik parametrik yang digunakan dalam penelitian
ini adalah uji anava dua jalur dengan frekuensi sel tak
sama. Hasil analisis uji hipotesis data terhadap hasil Gambar 1 menunjukkan hubungan sikap ilmiah
belajar siswa dapat dilihat pada Tabel berikut: dan model pembelajaran terhadap hasil belajar.
Tabel 7. Analisis Hipotesis
Kedua garis menunjukkan hubungan tingkat sikap
ilmiah siswa pada kedua kelas yakni sikap ilmiah
Berdasarkan Tabel 7 didapatkan hasil sebagai tinggi dan sikap ilmiah rendah. Keduanya tidak
berikut: berpotongan di satu titik melainkan terpisah satu
1) Hipotesis 1 sama lain, artinya tidak ada hubungan atau intraksi
Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.5 antara model pembelajaran dengan metode
diperoleh 𝐹𝐴 = 3,91 sedangkan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,71 eksperimen dan diskusi dengan sikap ilmiah terhadap
dengan taraf signifikan 0,05. Hal ini menunjukkan hasil belajar.
bahwa 𝐹𝐴 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , dengan demikian 𝐻01 ditolak Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1
dan 𝐻𝑎1 diterima, artinya Ada pengaruh metode Mataram pada kelas X MIPA semester 2 tahun ajaran
terhadap hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Hal 2015/2016. Pada penelitian ini digunakan dua kelas,
ini disebabkan karena pada pembelajaran satu kelas sebagai kelas eksperimen I, yaitu kelas X
menggunkan model problem based learning dengan MIPA 4 dan satu kelas sebagai kelas eksperimen II,
metode eksperimen dan dikusi siswa siswa lebih aktif yaitu kelas X MIPA 7. Perlakuan yang diberikan
dalam proses pembelajaran. kepada peserta didik kelas eksperimen I adalah model
2) Hipotesis 2 pembelajaran berbasis masalah dengan metode
eksperimen dan kelas Eksperimen II diberikan adalah
Pada tabel 4.5 diperoleh 𝐹𝐵 = 4,64 sedangkan
model pembelajaran berbasis masalah dengan metode
𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,71 dengan taraf signifikan 0,05. Hal ini
diskusi. Kedua kelas kemudian dibagi menjadi empat
menunjukkan bahwa 𝐹𝐵 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , dengan demikian
kelompok yaitu siswa yang menggunakan metode
𝐻02 ditolak dan 𝐻𝑎2 diterima, artinya ada pengaruh
eksperimen dengan sikap ilmiah tinggi (𝐴1 𝐵1 ), siswa
yang menggunakan metode eksperimen dengan sikap
91
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 2, April 2016

ilmiah rendah ( 𝐴2 𝐵1 ) , siswa yang menggunakan rata kelas eksperimen II lebih tinggi dibandingkan
metode diskusi dengan sikap ilmiah tinggi ( 𝐴1 𝐵2 ) dengan kelas eksperimen II. Beberapa faktor yang
dan siswa yang mengunakan metode diskusi dengan menyebabkan hasil belajar Fisika siswa pada kelas
sikap ilmiah rendah (𝐴2 𝐵2 ). eksperimen II lebih tinggi daripada kelas eksperimen
Pengambilan data mengenai sikap ilmiah I, salah satunya adalah diterapkannya model problem
siswa dilakukan setelah selesai proses pembelajaran based learning dengan metode diskusi kelas
untuk menentukan kelompok siswa yang memiliki eksperimen II. Penerapan model problem based
sikap ilmiah tinggi dan rendah. learning dengan metode diskusi dalam proses
pembelajaran memberikan dampak pada siswa yaitu,
1. Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Hasil siswa menjadi lebih aktif selama kegiatan
Belajar Siswa pembelajaran, siswa leluasa mengungkapkan ide
Berdasarkan tabel 4 terlihat nilai rata-rata pemikiranya dan siswa lebih cenderung antusias
posttest siswa kelas eksperimen I adalah 76,50 dalam belajar karena prinsip model problem based
sedangkan nilai rata-rata siswa kelas ekserimen II learning dengan metode diskusi menekankan masalah
adalah 79,83. Dari data tersebut terlihat bahwa nilai pada awal pembelajaran dan mereka diharapkan
rata-rata kelas eksperimen II lebih tinggi daripada mampu untuk menyelesaikan masalah yang
nilai rata-rata kelas eksperimen I, artinya bahwa hasil diberikan dengan cara diskusi bersama kelompok
belajar Fisika siswa kelas eksperimen II lebih tinggi serta mendiskusikan soal-soal yang berkaitan dengan
daripada kelas eksperimen I. Selain itu, berdasarkan masalah yang diberikan. Adapun masalah yang
analisi dengan menggunakan anava dengan bantuan diberikan selalu terkait dengan kehidupan sehari-hari
Ms. Excel 2010 diperoleh Fhitung untuk hipotesis siswa, dengan demikian pikiran siswa lebih terbuka
pertama lebih besar dari pada Ftabel hasil ini dan mampu menghubungkan pelajaran fisika dengan
menunjukkan bahwa model problem based learning kehidupan sehari-hari dan menjadikan hasil belajar
dengan metode eksperimen dan diskusi yang siswa lebih baik dari sebelumnya. Hal ini sejalan
diterapkan pada kedua kelas berpengaruh terhadap dengan hasil penelitian bahwa model problem based
hasil belajar fisika siswa sehingga Ha1 diterima, learning dengan metode diskusi berpengaruh
artinya ada pengaruh model problem based learning terhadap hasil belajar siswa [24].
dengan metode eksperimen dan diskusi terhadap hasil Adapun pada kelas Eksperimen II menggunakan
belajar fisika siswa. Ada beberapa faktor yang model problem based learning dengan metode
menyebabkan model problem based learning dengan eksperimen. Model problem based learning dengan
metode eksperimen dan diskusi berpengaruh terhadap metode eksperimen adalah model pembelajaran yang
hasil belajar, diantaranya dengan penerapan model berbasis masalah dengan metode penyelesaiaan
problem based learning yang berbasis masalah dengan eksperimen, model pembelajaran berbasis
sehari-hari sehingga siswa lebih mudah dalam masalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyelesaikan permasalahan yang disajikan karena lebih aktif terlebih dengan metode eksperimen degan
sudah mengenal permasalahan yang dihadapi serta menggunakan model problem based learning dengan
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. metode eksperimen berpengaruh terhadap hasil
Model pembelajaran berbasis masalah belajar hal ini sejalan dengan hasil penelitian [25].
memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk Jadi, siswa menyelesaikan permasalahan dengan
aktif dalam proses pembelajaran, terlebih lagi untuk menggunakan eksperimen, antusiasme siswa dalam
menyelesaikan permasalahan yang disedikan dalam belajar sangat tinggi karena proses belajar yang
proses pembeajaran dengan cara melakukan berbeda dari sebelumnya. Hasil yang didapatkan
eksperimen dan diskusi sehingga siswa dapat ternyata menggunakan model problem based learning
membuktikan sendiri dengan melakukan sendiri dengan metode diskusi jauh lebih efektif dari ada
proses percobaan untuk membuktikan serta menggunakan model promlem based learning dengan
melakukan diskusi untuk menyelesaikan metode eksperimen hal ini dikarenakan pada saat
permasalahan yang telah disediakan dalam Lembar proses pembelajaran kelas eksperimen II lebih
Kerja Siswa (LKS) dan Lembar Diskusi Siswa berorientasi terhadap diskusi soal yang berkaitan
(LDS). Hal ini tentunya memberikan pengaruh dengan masalah yang diberikan sehingga
terhadap hasil belajar fisika siswa yang dapat memberikan pelatihan mengerjakan soal lebih dari
dibuktikan dengan nilai rata-rata kedua sampel berada kelas ekserimen I.
diatas KKM. Nilai rata-rata kelas ekperimen I dan 2. Ada Pengaruh Sikap Ilmiah Terhadap Hasil
kelas eksperimen II berturut-turut adalah 76,50 dan Belajar siswa
79,83 lebih besar dari nilai KKM yaitu 67. Berdasarkan tabel 7 hasil analisis menunjukkan
Berdasarkan nilai rata-rata antara kelas bahwa Fhitung lebih besar dari pada Ftabel sehingga Ha2
eksperimen I dan ekserimen II didapatkan nilai rata- diterima, maka terdapat pengaruh sikap ilmiah
92
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 2, April 2016

terhadap hasil belajar siswa. Ada beberapa faktor dengan variabel lainnya jika pada grafik terdapat titik
yang menyebabkan sikap ilmiah siswa berpengaruh temu [28].
terhadap hasil belajar fisika siswa. Faktor yang Siswa yang menggunakan model problem
dimakasud adalah indikator, indikator sikap ilmiah based learning dengan metode eksperimen yang
memberikan pengaruh besar terhadap hasil belajar memiliki sikap ilmiah tinggi memiliki hasil belajar
seperti antusias dalam mencari jawaban, tidak yang lebih baik dari padayang memiliki sikap ilmiah
manipulasi data, menghargai pendapat teman, dan rendah. Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi pada
bekerjasama dalam kelompok ini dilakukan pada saat kelas eksperimen II dengan model problem based
proses pembelajaran berlangsung sehingga learning dengan metode diskusi juga memiliki hasil
memberikan pelatihan serta pembiasaan untuk belajar lebih baik dari pada yang memiliki sikap
menyelesaikan soal dengan baik hal ini dibuktikan ilmiah rendah. Ini membuktikan bahwa interaksi
dengan hasil analisis data sikap ilmiahyang terdapat antara sikap ilmiah dan model problem based
pada tabel 3 bahwa hasil belajar siswa yang learning dengan metode eksperimen dan diskusi tidak
mempunyai sikap ilmiah tinggi mempunyai rerata tampak pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Pada
yang lebih besar dibanding siswa yang mempunyai gambar 4.3, terlihat bahwa tidak ada titik temu antara
sikap ilmiah rendah yaitu baik dikelas eksperimen I kedua garis yang menghubungkan kedua variabel
maupun di kelas eksperimen II. Hal ini membuktikan yakni sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah
bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi akan sehingga jelas bahwa model problem based learning
memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap hasil dengan metode eksperimen dan diskusi serta sikap
belajar jika dibandingkan dengan siswa yang ilmiah tidak saling berinteraksi terhadap hasil belajar.
mempunyai sikap ilmiah rendah. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian terdapat pengaruh sikap KESIMPULAN
ilmiah terhadap hasil belajar siswa [26]. Namun ada Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil dari
beberapa siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah analisis data yang telah dikemukakan dapat
namun memiliki nilai kognitif yang tinggi, ini disimpulkan beberapa hal, yaitu:
dikarenakan pada saat pengambilan data sikap ilmiah 1. Terdapat pengaruh model Problem Based
siswa tersebut kurang serius dalam mengisi angket Learning (PBL) dengan metode eksperimen dan
yang diberikan. Namun, ketika diberikan soal ujian diskusi terhadap hasil belajar fisika. Model PBL
siswa tersebut sangat serius dalam mengerjakan soal
dengan metode diskusi memberikan pengaruh
yang diberikan.
yang lebih baik dari pada menggunakan model
3. Interaksi Model Problem Based Learning PBL dengan metode eksperimen.
dengan metode eksperimen dan diskusi serta 2. Terdapat pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap
Sikap Ilmiah terhadap Hasil Belajar Siswa. hasil belajar fisika. Hasil belajar fisika siswa
yang mempunyai sikap ilmiah tinggi akan
Hasil analisis menunjukkan bahwa Fhitung lebih memberikan pengaruh yang jauh lebih baik
kecil dari pada Ftabel sehingga hipotesis 3 ditolak, ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara dibanding dengan siswa yang mempunyai sikap
penggunaan model problem based learning dengan ilmiah rendah.
metode eksperimen dan diskusi serta sikap ilmiah. 3. Tidak terdapat interaksi antara model Problem
Model problem based learning dengan metode Based Learning (PBL) dengan metode
eksperimen dan diskusi serta sikap ilmiah eksperimen dan diskusi dengan sikap ilmiah siswa
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar terhadap hasil belajar fisika siswa.
fisika, namun diantara keduanya tidak memiliki
interaksi untuk saling mempengaruhi hasil belajar
UCAPAN TERIMA KASIH
secara bersama-sama. Jika tidak terjadi interaksi
maka tidak diperlukan uji komparasi ganda antar sel Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu
anava, dengan demikian peneliti tidak melakukan uji Satutik Rahayu, SPd., M.Pd., selaku dosen
lanjut [27]. pembimbing skrisi I dan Ibu Hikmawati, S.Pd., M.Pd.,
Hasil pengujian menggunakan SPSS 22, selaku dosen pembimbing skripsi II yang dengan
berdasarkan gambar 1 grafik hubungan model sabar membimbing, memberikan arahan, dan nasehat
pembelajaran dan sikap ilmiah, diperoleh bahwa tidak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan
terjadi interaksi antara model pembelajaran dan sikap dengan baik. Tak lupa pula penulis mengucapkan
ilmiah terhadap hasil belajar. Hal ini ditunjukkan dari terima kasih kepada Bapak Dr. H. Wildan, M.Pd.,
grafik dengan tidak adanya perpotongan antara sikap selaku Dekan FKIP Universitas Mataram. Bapak Dr.
ilmiah tinggi dan rendah. Berdasarkan teori statistik Drs. Karnan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
bahwa suatu variabel dapat dikatakan berinteraksi MIPA. Bapak Dr. Ahmad Harjono, S.Si., M.Pd.,
93
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 2, April 2016

selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika, Bapak [16] Roestiyah, N.K. 2012. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Drs. H. Lalu Fatwir Uzali, S.Pd, M.Pd., selaku
Kepala SMAN 1 Mataram yang telah mengizinkan [17] Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
sekolahna untuk dijadikan tema penelitian. Ibu Dra.
Sri Murni, M.Pd., selaku guru mata pelajaran IPA [18] Gayatri, K. 2009. Penggunaan Metode Diskusi
untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada
Fisika di SMAN 1 Mataram yang telah memberikan Siswa Kelas IV SDN SAMBI 4 Tahun Pelajaran
bimbingan selama penelitian, serta semua pihak lain 2009/2010. Skripsi. Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
yang telah membantu penelitian ini.
[19] Sudjana, N. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosadakarya.
REFERENSI
[20] Fakhruddin. 2010. Sikap Ilmiah Siswa dalam
[1] Samani, M., dan Hariyanto. 2013. Konsep dan Pembelajaran Fisika dengan Menggunakan
Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Media Komputer Melalui Model Kooperatif Tipe
Remaja Rosdakarya. STAD Pada Siswa Kelas X3 SMA Negeri
Bangkinan Barat. Jurnal Geliga Sains.
[2] Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Universitas Riau.
PT Raja Grafindo Persada.
[21] Trianto. 2009. 2011. Model-Model Pembelajaran
[3] Suprijono, A. 2013. Cooperative Learrning. Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Surabaya: Pustaka Pelajar. Prestasi Pustaka.
[4] Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan [22] Anderson, L.W., Krathwohl, D.R. 2001. A
Pebelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Taxonomy for Learning, Teaching, and
Bandung: Yrama Widya. Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of
[5] Gunawan. 2015. Model Pembelajaran Sains Educational Objectives. New York: Longman.
Berbasis ICT. Mataram: FKIP Universitas [23] Setyosari, P. 2013. Metode Penelitian Pendidikan
Mataram. dan Pengembangan. Jakarta: Prenadamedia.
[6] Lestari, P. A. S., Rahayu, S., dan Hikmawati. [24] Mudalara, I.,P. 2012. Pengaruh Model
2015. Profil Siswa Kelas X SMKN 4 Mataram Pembelajaran Ingkuiri Bebas Terhadap Hasil
pada Materi Pokok Suhu, Kalor, dan Perpindahan Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri
Kalor. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi. 1 Gianyar Ditinjau dari Sikap Ilmiah. Jurnal
Vol. 1. No. 3, hal. 146-153. Penelitian Pascasarjana Undiksha. Vol. 2. No. 2.
[7] Susanto, D., Sutrio., dan Wahyudi. 2015. [25] Budiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian.
Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Surakarta: Sebelas Maret University.
melalui Metode Eksperimen Terhadap
Keterampilan Proses Sains Fisika Siswa SMA [26] Cardinal, R. N. 2004. Anova In Practice And
Negeri 1 Selong Tahun Pelajaran 2014/2015. Complex Anova Designs. United States of
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi. Vol. 1. America: Thompson Learning.
No. 3, hal. 161-165.
[27] Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014.
[8] Djamarah, S. B. dan Zain, A. 2009. Strategi Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Pusat
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Kurikulum dan Pembukuan.
[9] Rahman, T. 2006. Pendekatan dan Metode dalam [28] Saregar, A., Sunarno, Widha., dan Cari. 2013.
Program Pembelajaran Praktikum. Bandung. Pembelajaran Fisika Kontekstual melalui Metode
Jurusan Pendidikan Biologi UPI. Ekperimen dan Demostrasi Diskusi
menggunkaan Multimedia Intraktif ditinjau dari
[10] Setyowati, M., Endardo, D., dan Prihadi, S. 2013. Sikap Ilmiah dan Kemampuan Verbal Siswa.
Desain Model Problem Based Learning dengan Jurnal FKIP Universitas Negeri Semarang.
Metode Diskusi dan Insiden Ditinjau dari ISSN: 2252-7893, Vol.2, No.2, 2013, hal. 100-
Kualitas Proses dan Hasil Belajar Geografi pada 113.
Kompetensi Dasar Hubungan Manusia dan
Lingkungan Akibat Dinamika Atmosfer. Skripsi.
Universitas Sebelas Maret Surakarta. BIOGRAFI PENULIS
[11] Nurqomariah., Gunawan., dan Sutrio. 2015.
Pengaruh Problem Based Learning dengan Muhamad Khairul Azmi, lahir di Pesanggrahan
Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar IPA
Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri 19 Mataram Lombok Timur, tanggal 24 April 1994. Penulis
Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan menelesaikan bangku pendidikan SD di SDN 6
Fisika dan Teknologi. Vol. 1. No. 3, hal. 173-179.
Montong Betok, Melanjutkan ke SMPN 1 Montong
[12] Samani, M., dan Hariyanto. 2013. Konsep dan Gading, serta melanjutkan ke SMAN 1 Sikur.
Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. Penulis, melanjutkan Studi di Universitas Mataram
[13] Abidin, Y. 2014. Desain Pembelajaran dalam pada FKIP mengambil Studi Pendidikan Fisika dan
Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika lulus tahun 2016.
Aditama.
[14] Tika, I. K. 2008. Penerapan Problem Based
Learning Berorientasi Penilaian Kinerja dalam
Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan
Kompetensi.
[15] Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
94

You might also like