You are on page 1of 10

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.

2, Juni 2017

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA SMA TOPIK FLUIDA


BERORIENTASI MASALAH LAHAN BASAH MELALUI PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

Mega Selvia, M. Arifuddin, Andi Ichsan Mahardika


Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
Megaselvia321@gmail.com

Abstract: school physics teaching materials problem-oriented topics fluid wetlands


through approach Contextual Teaching and Learning (CTL) has not been optimally used
in SMA PGRI 4 Banjarmasin. This adversely affects the learning outcomes. Therefore,
research material development through an approach Contextual Teaching and Learning
(CTL) which aims to develop teaching materials such as lesson plans, worksheets, THB,
and material teaching approach Contextual Teaching and Learning (CTL). The specific
objective of the research to result in: (1) the validity of teaching materials school physics
problem-oriented topics fluid wetlands through Contextual Teaching and Learning
approach; (2) the practicality of teaching materials school physics problem-oriented
topics fluid wetlands through Contextual Teaching And Learning approach, and (3) the
effectiveness of teaching materials-oriented high school physics topics fluid wetland
problem through an approach Contextual Teaching And Learning. Development of
research methods to the design of Dick and Carey. Data obtained through the instrument
validation sheet materials, lesson plan observation sheets, and test. The results showed
that: (1) teaching materials declared invalid by the high category. (2) teaching materials
developed otherwise practical with very good category. (3) teaching materials developed
that was declared effective in the high category. Research concluded that high school
physics teaching materials problem-oriented topics fluid wetlands through approach
Contextual Teaching Learning (CTL) is declared unfit for use.
Keywords: Teaching materials, contextual teaching and learning, wetlands, fluid.

PENDAHULUAN disajikan merupakan wujud pelayanan


Bahan ajar bagian yang sangat satuan pendidikan terhadap siswa.
penting dalam proses pembelajaran. Pelayanan individual dapat terjadi
Bahan ajar dapat dikatakan sebagai isi dengan bahan ajar. Siswa berhadapan
pembelajaran yang akan disampaikan dengan bahan yang terdokumentasi.
guru kepada siswa. Adanya bahan ajar Siswa yang cepat belajar, akan dapat
dapat membantu mengoptimalkan hasil mengoptimalkan kemampuannya
belajar siswa, fungsinya sebagai alat dengan bantuan bahan ajar. Dengan
atau sarana untuk mencapai standar demikian, optimalisasi pelayanan
kompetensi dan kompetensi dasar. pembelajaran terhadap siswa dapat
pembuatan bahan ajar harus berpedoman terjadi dengan keberadaan bahan ajar.
kepada standar kompetensi (SK), dan Kalimantan Selatan banyak
kompetensi dasar (KD). Bahan ajar yang memiliki rawa dan lahan basahnya yang

213
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

belum dimanfaatkan secara maksimal. dengan menghubungkan pokok materi


Lahan basah memiliki fungsi tempat pelajaran dengan penerapannya dalam
resapan air hujan dan limpasan dari kehidupan sehari-hari. Berlandaskan
daerah hulu. Lahan basah yang pada konstrukstivisme, pengetahuan
dimaksud disini adalah ekosistem rawa, dibangun sedikit demi sedikit, yang
termasuk rawa bergambut, air tawar hasilnya diperluas melalui konteks yang
maupun payau (Hardjoamidjojo, 2001). terbatas (sempit). Pengetahuan bukanlah
Pada dasarnya, setiap daerah seperangkat fakta-fakta yang harus
memiliki karakteristik yang dapat dihapal, konsep, atau kaidah yang siap
diambil dalam proses belajar mengajar untuk diambil dan diingat oleh siswa
di kelas, baik sebagai sumber belajar, namun harus mengontruksi pengetahuan
maupun sebagai objek masalah yang itu dan memberi makna melalui
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pengalaman nyata (Priansa, 2015).
disebabkan adanya relevansi pada mata Strategi pembelajaran CTL merupakan
pelajaran dengan lingkungan keseharian pembelajaran yang membantu siswa
mereka. Pengintegrasian masalah lahan memahami kosep dengan
basah pada saat belajar mengajar juga mengaitkannya dalam kehidupan nyata
akan menambah wawasan kearifan lokal tidak hanya berpusat pada pemahaman
siswa terhadap lingkungannya. Mata konsep secara konvensional (Bayyinah,
pelajaran fisika khususnya SMA kelas 2014) .Oleh sebab itu, dipandang bahwa
XI terdapat topik fluida yang dapat penggunaan pendekatan CTL relevan
dikaitkan dengan kondisi lahan basah di dalam mengaitkan pembelajaran fisika
Kalimantan Selatan. Pada pembelajaran topik fluida dengan masalah lahan
fisika materi fluida, pemanfaatan lahan basah.
basah dapat diangkat menjadi objek Berdasarkan observasi pada bahan
masalah. Akan lebih menarik dan lebih ajar di SMA PGRI 4 Banjarmasin, bahan
baik jika dibandingkan dengan ajar yang digunakan masih bersifat
memberikan permasalahan yang sifatya tekstual yang belum menyentuh secara
tekstual dibuku. langsung lingkungan lahan basah. Oleh
Pendekatan CTL (Contextual karena itu, dari latar belakang tersebut
Teaching and Learning) merupakan dipandang perlu untuk melakukan
proses menghubungkan pelajaran di penelitian pengembangan bahan ajar
kelas dengan dunia nyata dan bertujuan yang berjudul “Pengembangan Bahan
untuk membantu siswa memahami Ajar Fisika SMA Topik Fluida
materi pelajaran yang sedang dipelajari Berorientasi Masalah Lahan Basah

214
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

Melalui Pendekatan Contextual Pengembangan Bahan Ajar


Teaching and Learning (CTL)”. Kegiatan seorang guru sebelum
Penelitian ini bertujuan secara melakukan proses pembelajaran yaitu
umum yaitu untuk menghasilkan bahan membuat sebuah bahan ajar yang
ajar fisika SMA topik fluida berorientasi dikembangnkan berkualiatas baik
masalah lahan basah melalui pendekatan dengan persiapan mengajar guru
Contextual Teaching and Learning yang tersebut mengetahui tolak ukur dari
layak untuk digunakan. Tujuan khusus berhasil atau tidaknya yang dicapai oleh
dari penelitian ini adalah: pendidik. Hal tersebut menyatakan
Mendeskripsikan validitas, kepraktisan, pentingnya melakukan persiapan melalui
dan efektivitas bahan ajar fisika SMA pengembangan bahan ajar. Peraturan
topik fluida melalui pendekatan CTL. Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan
KAJIAN PUSTAKA pasal 20 yaitu perencanaan proses
Penelitian dan Pengembangan pembelajaran yang terdiri dari tujuan
Penelitian dan pengembangan, pembelajaran, buku ajar, metode
atau sering didengar dengan istilah pengajaran, sumber belajar, dan
Research and Development (R & D) penilaian hasil belajar dengan demikian,
merupakan strategi untuk bahan ajar adalah serangkaian proses
mengembangkan ata menciptakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
produk pendidikan. Penelitian menghasilkan suatu bahan ajar
pengembangan menurut Borg & Gall berpedoman dengan teori
(dalam Setyosari, 2013) adalah untuk pengembangan yang telah ada
mengembangkan dan memvalidasi (Daryanto, 2014).
produk pendidikan. Langkah penelitian Kelayakan Bahan Ajar
ini memiliki posedur yaitu Richey and Nelson (dalam
megidentifikasi tujuan, menganalisis, Hamdani, 2011), menerangkan bahwa
merumusmuskan tujuan, memilih penelitian pengembangan sebuah
strategi, mengembangkan barang atau pendesainan, pengembangan dan
produk yang ingin dikembangkan, evaluasi produk, suatu proses dan
melaksanakan validasi, simulasi, uji produk pembelajaran yang baik pasti
coba dan membuat laporan. (Setyosari, akan memenuhi kriteria validitas yang
2013). tinggi, kepraktisan, dan efektif untuk
digunakan.

215
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

Pendekatan Contextual Teaching and mampu menerapkan metode dan model


Learning dengan sangat baik (Priansa, 2015).
Priansa (2015) menjelaskan ada Penilaian Hasil Belajar
tujuh komponen CTL yaitu: (1) Proses pembelajaran melibatkan
kontruktivistik, (2) menemukan (3) dua subjek yaitu pendidik dan peserta
bertanya, (4) masyarakat belajar, (5) didik yang akan menghasilkan suatu
pemodelan, (6) refleksi, dan (7) perubahan pada siswa, perubahan
penilaian sebenarnya. tersebut sebagai tanda akibat dari proses
Menurut Zainuddin & Suriasa, belajar mengajar yang akan mengalami
2006 pembelajaran CTL diperlukan agar perilaku, pengetahuan dan kecakapan
siswa mudah mengerti, karena yang baik. Dalam proses belajar
mengaitkan dengan lingkungan mengajar terdapat rangkaian tes awal
disekitarnya. Siswa mudah mengerti pemelajaran dan tes akhir untuk
manfaatnya, sehingga dapat termotivasi. mengukur kemampuan siswa (Rusman,
Pengalaman belajar lebih bermakna, 2016).
karena bisa diaplikasikan dalam Untuk mengukur tingkat
kehidupan sehari-hari. keberhasilan dalam kegiatan belajar dan
Penemuan Terbimbing mengajar yang ditentukan secara
Pembelajaran penemuan kuantitatif dan pengukuran tersebut
merupakan suatu rencana yang mengatur dilakukan secara tes tertulis. Penilaian
sedemikian rupa bagaimana siswa merupakan peengambilan sebuah
memperoleh pengetahuan yang belum keputusan yang diambil melalui
diketahuinya. Dalam pembelajaran pengkuran hasil belajar. Tujuan
penemuan, peserta didik diberikan penilaian anatra lain: (1) mengetahui
keleluasaan dalam menyusun kegiatan, kemampuan siswa, sebagai hasil dari
menyusun strategi pencapaiannya, dan proses belajar mengajar; (2) mengetahui
mengatasi masalah sehingga siswa akan efektivitas proses belajar mengajar; (3)
mengetahui sendiri dan guru berperan mengetahui ketepatan dan efektivitas
untuk memberikan penjelasan atas program pembelajaran, dan (4)
temuan-temuan yang dihasilan oleh megetahui ketepatan teknik, bentuk, dan
siswa. Strategi yang diterapkan guru di kualitas instrumen penilaian yang
dalam kelas sangat mempengaruhi digunakan. Adapun prinsi-prinsip
aktivitas belajar dan hasil pembelajaran. penilaian yaitu: (1) valid; (2) mendidik;
Tujuan pembelajaran mampu diraih (3) objektif; (4) transparan; (5)
siswa tergantung pada sejauh mana guru

216
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

bermakna; (6) menyeluruh, dan tawar, asin, termasuk wilayah dengan air
berkelanjutan (Hamdayama, 2016). laut yang kedalamannya pada saat
Faktor-faktor yang mempengaruhi pasang surut tidak melebihi enam meter.
terhadap sistem pembelajaran yaitu: (1) Terdapat beberapa klasifikasi lahan-
guru adalah memiliki peranan penting basah. Klasifikasi itu tampaknya bersifat
dalam proses pembelajaraan. Tanpa dinamis. Terdapat 3 kategori lahan-
seorang guru bagaimanapun bagusnya basah berdasarkan pada letaknya secara
metode, maka tidak mungkin bsia umum dan kaitannya dengan aktivitas
diaplikasikan. (2) siswa adalah termasuk manusia, yaitu lahan basah laut, lahan-
yang mempengaruhi faktor proses basah daratan, dan lahan-basah buatan
pembelajaran karena siswa meiliki (Soendjoto, 2015).
kemampuan dan keterampilan yang
berbeda, sebab itu ada siswa yang aktif METODE PENELITIAN
dan ada juga yang pasif. Jadi dalam Penelitian ini yakni penelitian
interaksi guru dan siswa sangat pengembangan. Disebut penelitian
diperlukan saat proses pembelajaran. (3) pengembangan karena mengembangkan
sarana dan prasarana merupakan bahan ajar berorientasi masalah lahan
pendukung secara langsung dan tidak basah pada siswa kelas XI IPA SMA
langsung mendukung keberhasilan PGRI 4 Banjarmasin dengan
proses pembelajaran terhadap menggunakan model pembelajaran
kelancaran proses belajar mengajar. (4) penemuan terbimbing dan melalui
faktor lingkungan yaitu faktor pendekatan CTL pada materi hukum
organisme siswa yang merupakan Archimedes dan asas Bernoulli. Bahan
jumlah siswa dan faktor iklim sosial- ajar yag dikembangkan terdiri dari:
psikologis adalah hubungan baik yang rencana pelaksanaan pembelajaran
terjalin antara orang yang terlibat dalam (RPP), LKS, materi ajar siswa, dan THB
aktivitas belajar tersebut yaitu antara yakni pretest dan post-test yang
siswa dengan siswa, anatara siswa dikembangkan
dengan guru (Sanjaya, 2006). Data yang diperoleh dari hasil
Lahan Basah penilaian bahan ajar berupa materi ajar
Lahan-basah adalah mencakup siswa, rencana pelaksanaan
wilayah payau, rawa, gambut, dan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan
perairan, alami maupun buatan, siswa (LKS), dan tes hasil belajar (THB)
permanen atau sementara, air yang dianalisis secara deskriptif kualitatif dan
mengalir atau diam (menggenang), kuantitaitf. Menganalisis hasil validasi

217
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

tersebut denga menggunakan Passing aspek penilaian bahan ajar


grade (X) yang merupakan skor rerata pembelajaranyang telah ditentukan pada
dari hasil penilaian para pakar dan Tabel 1.
praktisi, dan disesuaikan dengan kriteria
Tabel 1. Kriteria aspek validasi bahan ajar
Rumus Interval Kategori
X ≥ 3,4 Sangat Baik
2,8 X ≤ 3,4 Baik
2,2  X ≤ 2,8 Cukup
1,6 X ≤ 2,2 Kurang
X ≤ 1,6 Sangat Kurang
(Adaptasi Widoyoko, 2009).
Keterangan:
Rerata Ideal Tabel 2. Kriteria indeks koefisien

= Simpangan Baku Ideal kesepakatan bahan ajar

Perhitungan reabilitas Koefisien


No. Interpretasi
Kesepakatan
instrumen penilaian menggunakan 1 0,800< kk< 1,00 Tinggi
rumus (Arikunto, 2010) sebagai berikut: 2 0,600< kk< 0,800 Cukup
3 0,400< kk< 0,600 Agak rendah
4 0,200< kk< 0,400 Rendah
5 0,000< kk< 0,200 Sangat rendah
Keterangan: (Arikunto, 2010).
KK = koefisien kesepakatan (reabilitas) Data kepraktisan pembelajaran
S = sepakat, jumlah kode yang sama berdasarkan analisis keterlaksanaan RPP
untuk objek yang sama. yang berisi langkah-langkah yang harus
N1 = jumlah kode yang dibuat oleh dilakukan guru, diamati oleh 2 orang
pengamat 1 pengamat untuk memberikan penilaian
N2 = jumlah kode yang dibuat oleh skor yang tepat pada tiap kali pertemuan
pengamat 2 dan berdasarkan pada petunjuk penilaian
yang ada. Kriteria penilaian
Koefisien kesepakatan (KK) yang keterlaksanaan RPP sama dengan
digunakan disini digunakan sebagai kriteria aspek penilaian validasi bahan
koefisien reabilitas (r). ajar pada Tabel 1.
Hasil perhitungan diatas, Pengamatan dilakukan oleh dua
kemudian diinterferensikan sesuai orang pengamat sehingga reliabilitas
indeks korelasi sebagai berikut: keterlaksanaan RPP dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai mana
persamaan (1) dan kriteria koefisien

218
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

kesepakatan keterlaksanaan RPP dapat Tabel 4 memperlihatkan bahwa


dilihat pada Tabel 2. hasil penilaian validasi rencana
Efektivitas pembelajaran diukur pelaksanaan pembelajaran meliputi
dari tes hasil belajar dengan melakukan aspek penilaian format RPP, bahasa, dan
pretest dan posttest, untuk mengetahui isi RPP oleh kedua validator dalam
peningkatan tes hasil belajar kognitif kategori sangat baik. Selain itu, nilai
siswa maka ditentukan dengan reliabilitas pada validasi RPP adalah
menggunakan persamaan normalized 0,903 dengan kategori reliabilitas tinggi.
gain (N-gain) menurut Richard Hake Tabel 5. Hasil validasi LKS untuk dua
(1998) sebagai berikut: pertemuan
Aspek Rata-
Kategori
Penilaian rata
Format 3,1 Sangat baik
Kriteria efektifitas dari hasil Bahasa 3,2 Sangat baik
belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 3 Isi 3,1 Sangat baik
Reabilitas 0,818
sebagai berikut: Kategori Tinggi
Tabel 3. Kriteria efektifitas
pembelajaran Tabel 5. diatas memperlihatkan
No. Nilai Kriteria hasil penilaian validasi lembar kerja
1 g > 0,7 Tinggi/ Sangat Efektif
0,3 ≤ g ≤ 0,7 siswa meliputi aspek format lembar
2 Sedang/ Efektif
3 g < 0,3 Rendah/ Cukup Efektif kerja siswa, bahasa, dan isi lembar kerja
(Hake, 1998). siswa berkategori sangat baik dengan
revisi kecil. Nilai reliabilitas pada
HASIL DAN PEMBAHASAN validasi LKS adalah, 0,818 dengan
Hasil validasi bahan ajar yang
kategori reliabilitas tinggi. Lembar
dikembangkan layak untuk digunakan.
kegiatan siswa berisi tugas kinerja yang
Berikut ini adalah hasil pengembangan
harus dilakukan siswa yang berisi
bahan ajar dan pembahasannya. tujuan, landasan teori, alat dan bahan,
Validitas Bahan Ajar identifikasi masalah, rumusan masalah,
Tabel 4. Hasil validasi RPP untuk dua
hipotesis, identifikasi variabel, definisi
pertemuan
operasional variabel, mendiskusikan
Aspek Rata- hasil percobaan, kesimpulan, serta
Kategori
Penilaian rata
pertanyaan pemantapan. Pada LKS ini
Format 3,6 Sangat baik
Bahasa 3,1 Sangat baik juga diberi deskripsi masalah terkait
Isi 3,2 Sangat baik
dengan lahan basah sesuai dengan
Reabilitas 0,903
Kategori Tinggi lingkungan di sekitar siswa. Pada LKS
pertama diberi deskripsi masalah terkait

219
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

perbedaan massa jenis air yang keruh Adapun keseluruhan total validasi
dan jernih, pada LKS kedua deskripsi dapat dilihat pada Tabel 4.
masalah terkait dengan dua perahu yang Tabel 4. Hasil validitas THB
melaju sejajar. Hal ini dikaitkan dengan Aspek Rata-
Kategori
Penilaian rata
kegiatan yang biasa ditemui siswa
Kontruksi umum 3,2 Sangat baik
disekitar lingkungannya. Sesuai dengan Validitas butir 3,5 Sangat baik
Relibilitas 0,750 Cukup
definisi Contextual Teaching and
Learning (CTL) bahwa pembelajaran
CTL diperlukan agar siswa mudah Tabel 4. menunjukkan bahwa
mengerti, karena dihubungkan dengan hasil penilaian validasi tes hasil belajar
kehidupan sehari-hari. Siswa mudah yang meliputi aspek kontruksi umum
mengerti manfaatnya, sehingga dapat dan validitas butir dengan kategori
termotivasi. Pengalaman belajar lebih validitas sangat baik dan besar realibitas
bermakna, karena dapat diterapkan adalah 0,750 dengan kategori cukup.
dalam kehidupan sehari-hari.
Tabel 6. Hasil validasi butir tes belajar Tabel 5. Hasil validasi materi ajar

Butir Aspek pada validitas butir Rata- Kategori


Aspek Penilaian
rata
Pakar Praktisi
Format buku siswa 3,4 Sangat baik
1 H H
Bahasa 3,1 Sangat baik
2 A A
Isi buku siswa 3,5 Sangat baik
3 A A
Penyajian 3,1 Sangat baik
4 A A
Manfaat 4,0 Sangat baik
5 A A
6 A A Reliabilitas 0,938
Kategori Tinggi
7 A A
8 A A
Dari Tabel 5. Hasil penilaian
Keterangan: validasi materi ajar meliputi aspek
A= Dinyatakan dengan tidak ada revisi. format buku ajar, bahasa, isi buku ajar,
H= Dinyatakan dengan revisi, kesalahan penyajian, dan manfaat atau kegunaan
pengetikan. materi, menghasilkan kategori valid
dengan revisi kecil dengan kategori
Tes hasil belajar dikembangkan rerata sangat baik. Nilai reliabilitas pada
terdiri dari 8 soal tentang materi fluida validasi buku ajar sebesar 0,938 dengan
dengan berbagai tingkatan yaitu dua soal kategori reliabilitas tinggi.
(C1), dua soal (C2), dua soal (C3), dan Kepraktisan Bahan Ajar
dua soal (C4). Pembelajaran CTL dan model
penemuan terbimbing pada materi

220
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

fluida, yang dilakukan sebanyak dua SIMPULAN DAN SARAN


kali pertemuan, yaitu pertemuan Simpulan
pertama pada materi hukum Archimedes Berdasarkan pada hasil
dan pertemuan kedua pada materi asas pengembangan dan uji coba, maka
Bernoulli. Kepraktisan yang dilihat diperoleh simpulan bahwa: Bahan ajar
berdasarkan pada keterlaksanaan RPP fisika SMA topik fluida berorientasi
adalah: pertemuan pertama sebesar 3,9 masalah lahan basah melalui pendekatan
berkategori sangat baik dengan CTL dan model penemuan terbimbing
reliabilitas 0,750 kategori cukup, dan berorientasi masalah lahan basah yang
pertemuan kedua nilai rata- rata adalah dikembangkan layak untuk digunakan
3,4 kategori sangat baik dengan dalam proses pembelajaran. Hal ini
reliabilitas 0,864 kategori tinggi. didukung oleh temuan berikut: (1)
Adapun skor rerata untuk keterlaksanaan Validitas bahan ajar yang dikembangkan
RPP selama dua pertemuan keseluruhan menurut validator adalah valid dengan
pertemuan adalah 3,7 kategori sangat revisi kecil. (2) Kepraktisan bahan ajar
baik dengan reliablitasi 0,807 kategori adalah 3,7 berkategori sangat baik
tinggi. dengan reliablilitas 0,807 yang
Keefektifan Bahan Ajar berkategori tinggi dengan menggunakan
Efektifitas dari bahan ajar yang model penemuan terbimbing diamati
dikembangkan dapat diketahui melalui dengan lembar keterlaksanaan RPP. (3)
hasil belajar siswa pada penelitian ini, Efektivitas bahan ajar ini tergolong
diukur dari pretest dan post test efektif dilihat dari tingkat pencapaian
berbentuk tes essay sebanyak 8 soal. ketuntasan hasil belajar kognitif siswa
Adapun rata-rata pretest pada pertemuan yang telah ditetapkan dengan gain score
pertama dan kedua adalah 6,29 dan rata- adalah 0,8 yang berkategori tinggi.
rata posttes pada pertemuan pertama dan Saran
kedua adalah 79,38 dengan demikian Adapun sarannya adalah: (1) Bagi
keefektifan dari tes hasil belajar siswa sekolah, hendaknya pendekatan CTL
yang dihitung dengan N-gain secara dan model penemuan terbimbing dapat
keseluruhan adalah 0,8 berkategori lebih sering diterapkan agar siswa lebih
tinggi. Hal ini didukung oleh hasil aktif dalam kegiatan belajar mengajar di
penelitian Fatmasari (2013) dengan sekolah. (2) pendekatan CTL dan model
mengaplikasikan CTL dapat pembelajaran penemuan terbimbing
meningkatkan pemahaman konsep yang berorientasi masalah lahan basah
siswa. dapat dimanfaatkan untuk melatihkan

221
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

kemampuan siswa. (3) Bagi siswa, Hamdani. (2011). Strategi Belajar


Mengajar. Bandung: Pustaka
materi ajar yang dibagikan pada siswa
Setia.
sangat bermanfaat untuk proses
Hamdayana, J. (2016). Metodologi
pembelajaran. (4) Bagi mahasiswa, yang
Pengajaran. Jakarta: Bumi
nantinya melakukan penelitian sejenis Aksara.
berkenaan tentang pendekatan CTL dan Hardjoamidjojo, S & Setiawan, B. I.
model penemuan terbimbing (2001). Pengembangan Dan
Pengelolaan Air di Lahan Basah.
diharapakan hasil ini dapat dijadikan Jurnal Keteknikan Pertanian
bahan rujukan untuk membantu FATETA-IPB. 15.
berkembangnya penelitian sejenis ini. Priansa, D. J. (2015). Manajemen
Peserta Didik dan Model
Pembelajaran. Bandung:
DAFTAR PUSTAKA
Alfabeta, cv.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian
suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rusman. (2016). Model-model
Rineka Cipta. Pembelajaran. Jakarta: Rajawali
Pers.
Bayyinah, R., Annur, S., & Suriasa.
(2014). Perbedaan Keterampilan Sanjaya, W. (2006). Strategi
Berpikir Kreatif Siswa Terhadap Pembelajaran Berorientasi
Strategi Pembelajaran Multiple Standar Proses Pendidikan.
Intelligences dan Contextual Jakarta: Kencana.
Teaching Learning. Berkala
Ilmiah Pendidikan Fisika, 2(3), Setyosari, P. (2013). Metode Penelitian
325-339. Pendidikan & Pengembangan.
Jakarta: Penerbit Kencana.
Fatmasari, D., Zainuddin, & Annur, S.
(2013). Aplikasi Pendekatan Soendjonto, M. A. & Dharmono. (2015).
Contextual Teaching And Potensi, Peluang, dan Tantangan
Learning (CTL) untuk Pengelolaan Lingkungan Lahan
Meningkatkan Pemahaman Basah Secara Berkelanjutan.
Konsep Siswa. Berkala Ilmiah Banjarmasin: Lambung
Pendidikan Fisika, 1(1), 97-112. Mangkurat University Press.

Hake, R. R. (1998). Interactive- Widoyoko, E. P. (2009). Evaluasi


engagement versus Traditional Program Pembelajaran.
Methods: A Six-thousand-student Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
survey of mechanics test data for
introductory phhysics courses. Zainuddin & Suriasa. (2006). Strategi
American Journal of Physics, 66: Belajar-Mengajar Fisika.
Indiana University. Banjarmasin: Pendidikan Program
Studi Fisika Jurusan PMIPA
FKIP UNLAM Banjarmasin.

222

You might also like