You are on page 1of 8

jurnal.krbogor.lipi.go.id Buletin Kebun Raya Vol. 22 No.

1, Januari 2019 [13–20]


e-ISSN: 2460-1519 | p-ISSN: 0125-961X
Scientific Article

IRADIASI AKUT DENGAN SINAR GAMMA PADA PROTOKORM ANGGREK


Dendrobium macrophyllum A. Richard DAN Dendrobium undulatum M. A.
Clem & D. L. Jones

Acute Gamma Rays Irradiation in Protocorm of Dendrobium macrophyllum A. Richard and


Dendrobium undulatum M. A. Clem & D. L. Jones

Elizabeth Handini
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya–LIPI,
Jl. Ir. H. Juanda 13, Bogor 16003
Email: lizahandini@yahoo.com

Diterima/Received: 15 Juni 2018 Disetujui/Accepted: 13 Agustus 2018

Abstract

Increasing genetic variation in plants can be done by irradiation technique. The purpose of this study was to
improve genetic variation in Dendrobium macrophyllum and D. undulatum orchids by gamma irradiation to
obtain superior seeds. Accute Irradiation treatment was perfomed using orchid protocorms. Irradiation doses
given: 0, 10, 20, and 25 Gy. The observed parameters were the number of explants, shoots, dead shoots, and
leaves at five months after treatment (MAT) and number of roots in seven MAT. Calculation of Lethal Dosage
(LD) 20 and 50 was carried out on three MAT. The results of Curve Expert analysis showed that different levels
of radiosensitivity in D. macrophyllum were more sensitive than D. undulatum. D. macrophyllum showed LD 20
at an irradiation dose of 13,98 Gy, LD 50 at an irradiation dose 48,42 Gy, while D. undulatum experienced LD 20
at an irradiation dose of 195,67 Gy, LD 50 at an irradiation dose of 490,67 Gy. Acute irradiation effects were seen
in protocorm D. macrophyllum at seven MAT in the presence of inhibition at 10 Gy irradiation doses, which was
a decrease in the number of shoot of 2,66, decrease in leaf number 18,84 and decrease in root number 5,17
compared to control.

Keyword: Dendrobium macrophyllum, Dendrobium undulatum, gamma irradiation, protocorm,


radiosensitivity

Abstrak

Peningkatan variasi genetik pada tumbuhan dapat dilakukan dengan teknik iradiasi. Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan variasi genetik anggrek Dendrobium macrophyllum dan D. undulatum dengan pemberian
iradiasi gamma untuk mendapatkan bibit yang unggul. Perlakuan iradiasi akut dilakukan menggunakan
protokorm anggrek. Dosis iradiasi yang diberikan: 0, 10, 20, dan 25 Gy. Paramater yang diamati setelah iradiasi
adalah jumlah eksplan yang hidup, jumlah tunas, jumlah tunas yang mati, dan jumlah daun pada lima bulan
setelah perlakuan (BSP) dan jumlah akar pada tujuh BSP. Penghitungan Lethal Dosage (LD) 20 dan 50 dilakukan
pada tiga BSP. Hasil analisis Curve Expert menunjukkan perbedaan tingkat radiosensitivitas D. macrophyllum
lebih peka daripada D. undulatum. D. macrophyllum menunjukkan LD 20 pada dosis iradiasi 13,98 Gy, LD 50 pada
dosis iradiasi 48,42 Gy, sedangkan D. undulatum mengalami LD 20 pada dosis iradiasi 195,67 Gy, dan LD 50 pada
dosis iradiasi 490,67 Gy. Efek iradiasi akut terlihat pada protokorm D. macrophyllum pada tujuh BSP dengan
adanya penghambatan pada dosis iradiasi 10 Gy yaitu penurunan jumlah tunas 2,66, penurunan jumlah daun
18,84, dan penurunan jumlah akar 5,17 dibandingkan dengan kontrol.

Kata kunci: Dendrobium macrophyllum, Dendrobium undulatum, iradiasi gamma, protokorm, radiosensitivitas

| 13
E. Handini, Iradiasi Akut dengan Sinar Gamma pada Protokorm Anggrek Dendrobium macrophyllum A. Richard…

PENDAHULUAN Pemuliaan tanaman dilakukan agar


mendapatkan banyak pilihan untuk dijadikan
Anggrek alam mempunyai potensi untuk kandidat bibit unggul. Pemuliaan tanaman dapat
dimanfaatkan dalam perakitan varietas baru yang dilakukan dengan cara konvensional (persilangan
dibutuhkan oleh pasar. Salah satu genus anggrek antar tanaman) maupun dengan mutasi. Sistem
yang memiliki potensi besar sebagai bahan pemuliaan mutasi sangat ideal untuk tanaman hias
perakitan varietas baru adalah Dendrobium. Spesies yang bernilai ekonomi, karena memiliki bunga
dalam genus ini memiliki keragaman dalam bentuk maupun habitus yang mudah dipantau
dan warna bunga, ukuran perawakan, bentuk umbi perubahannya setelah mendapat perlakuan
semu, maupun daun (Widiastoety et al., 2010). mutagen. Iradiasi merupakan salah satu mutagen
Dendrobium merupakan genus kedua terbesar dari fisik. Frekuensi terjadinya mutasi meningkat dengan
famili Orchidaceae, memiliki anggota sekitar meningkatnya dosis sinar X atau gamma, meskipun
900−1600 spesies (Lokho, 2013). Dendrobium vitalitas dan kemampuan regenerasi menjadi
macrophyllum dan D. undulatum bukan merupakan berkurang (Schum, 2003).
anggrek yang langka karena mudah dalam Untuk memperkaya plasma nutfah anggrek
perbanyakannya secara in vitro, namun belum dan memperbaiki varietas atau beberapa sifat yang
banyak yang membudidayakannya. Kebanyakan diinginkan seperti warna bunga dan daun pada
para penjual anggrek spesies hanya mengambil dari anggrek, dapat dilakukan dengan menggunakan
hutan secara langsung, sedangkan anggrek spesies iradiasi sinar gamma. Satuan dosis iradiasi yang
membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai digunakan adalah Gray (Gy) yang setara dengan
masa reproduksi, sehingga perbanyakan di alam penyerapan satu Joule energi radiasi per kilogram
tidak dapat mengimbangi kebutuhan pasar. bahan yang diiradiasi (Abomohra et al., 2016).
Pada umumnya anggrek dapat diperbanyak Lethal Dosage (LD) merupakan nilai sensitivitas
dengan biji. Biji yang dihasilkan oleh buah anggrek terhadap iradiasi, diukur pada dosis yang
sangat banyak namun tidak mempunyai menyebabkan kematian pada suatu populasi
endosperma dan hampir tidak mengandung nutrisi. tanaman (Sari et al., 2015).
Di alam, perkecambahan dan perkembangan awal Iradiasi dapat dilakukan dengan dua cara
anggrek sangat tergantung pada asosiasi dengan yaitu akut dan kronik. Iradiasi akut merupakan
jenis jamur tertentu yang disebut dengan mikoriza. iradiasi yang menggunakan dosis tertentu dengan
Bahkan pada anggrek dewasa di alam juga masih sekali tembakan. Sementara untuk iradiasi kronik
terdapat interaksi dengan mikoriza. Secara umum menggunakan dosis tertentu dengan beberapa kali
jamur mikoriza pada anggrek merupakan anggota tembakan dalam selang waktu tertentu. Iradiasi
dari Rhizoctonia seperti Basidiomycetes. Penelitian akut pada tanaman akar wangi (Chrysopogon
yang terbaru mengungkapkan bahwa anggota dari zizaninoides) menyebabkan lebih banyak kerusakan
jamur karat seperti Atractiellomycetes dan daripada iradiasi kronik (Roongtanakiat et al.,
Pucciniomycotina juga merupakan mycobiont pada 2012).
anggrek (Otero et al., 2013). Perbanyakan anggrek
secara alami menghasilkan kecambah dalam Iradiasi dengan dosis lebih dari 50 Gy dapat
persentase yang rendah. Penetapan sejumlah menghambat pertumbuhan dan menyebabkan
media yang mengandung nutrisi untuk kematian pada anggrek Phalaenopsis amabilis L.
perkecambahan dan perbanyakan biji anggrek yang berasal dari Jawa. Iradiasi sinar gamma dengan
secara asimbiotik melalui kultur in vitro sangatlah dosis 20 Gy merupakan dosis yang paling optimal
penting (Sagaya & Divakar, 2015). Perbanyakan tanaman tersebut (Suwarno et al., 2013). Induksi
anggrek dengan biji mempunyai tantangan baik dari mutasi dengan iradiasi sinar gamma merupakan
segi teknologi maupun budidayanya. Namun cara yang efektif untuk memperoleh mutan yang
demikian perbanyakan dari biji mempunyai peran berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
penting dalam mempertahankan keragaman meningkatkan keragaman genetik dengan induksi
genetik dalam spesies tersebut. mutasi menggunakan iradiasi sinar gamma
terhadap dua spesies anggrek (D. macrophyllum

14 |
Buletin Kebun Raya Vol.22 No. 1, Januari 2019 [13–20]

dan D. undulatum), sehingga akan didapatkan HASIL DAN PEMBAHASAN


mutan puntatif yang memiliki kriteria agronomis
yang lebih baik untuk dijadikan bibit unggul. Iradiasi sinar gamma akut pada protokorm
Protokorm merupakan perkembangan
METODOLOGI embrio biji anggrek yang pertama sebelum
membentuk planlet. Embrio dalam testa akan
Iradiasi sinar gamma dilakukan di Badan membengkak dan menjadi protokorm ketika
Tenaga Atom Nasional (BATAN) pada bulan Maret diletakkan dalam media yang tepat (Yeung, 2017).
2018. Pengamatan kultur setelah radiasi dilanjutkan Protokorm hasil semaian pada uji kecambah
di Laboratorium Kultur Jaringan PKT Kebun Raya- menghasilkan umur semaian yang sama, sehingga
LIPI, di Bogor. dapat digunakan sebagai eksplan pada percobaan
iradiasi gamma.
Bahan tanaman yang digunakan adalah
protokorm D. macrophyllum dengan kode semai Pengaruh iradiasi terlihat nyata pada
2.x.2017 dan D. undulatum dengan kode semai protokorm D. macrophyllum dengan adanya
3.x.2017, umur lima bulan di media semai yaitu penurunan persentase hidup hingga 20% yaitu pada
modifikasi Vacin and Went (VW). Perlakuan dosis dosis 13,98 Gy (LD 20) dan dosis 48,42 Gy (LD 50)
iradiasi yang digunakan adalah 0, 10, 20, dan 25 Gy. (Gambar 1). Berbeda halnya dengan hasil yang
Hasil iradiasi kemudian disubkultur pada media diperoleh dari iradiasi pada protokorm D.
semai VW. Kultur yang awalnya disebut M0 setelah undulatum, karena persentase hidupnya belum
diiradiasi menjadi M1 dan setelah disubkultur menunjukkan penurunan meskipun hingga dosis 25
menjadi M1V1 dan seterusnya. Pengamatan Gy (Gambar 1). Hasil analisis menggunakan Curve
dilakukan dengan menghitung jumlah protokorm Expert menemukan bahwa LD 20 dari anggrek ini
awal sebagai eksplan, protokorm yang masih hidup, terletak pada dosis 195,67 Gy dan LD 50 terletak
jumlah rerata pertambahan protokorm tiap pada dosis 490,67 Gy (Gambar 1), sehingga untuk D.
eksplan, dan jumlah tunas pada pengamatan umur undulatum belum didapatkan bibit yang mengalami
tiga bulan setelah iradiasi. perubahan fenotipe karena dosis iradiasi yang
digunakan dalam penelitian ini masih terlalu rendah
Penghitungan radiosensitivitas pada eksplan
bagi spesies ini untuk dapat menyebabkan
yang diiradiasi ditentukan pada dosis yang
kematian 20% populasi (LD 20). Sehingga untuk
menimbulkan reduksi daya hidup atau pada tingkat
pengamatan secara detil pada tahap regenerasi
kematian eksplan 20% dan 50% (LD 20 dan LD 50)
hanya terpusat pada D. macrophyllum saja yang
dalam siklus vegetatif yang pertama (M1V1)
telah melampaui LD 20.
(Indrayanti et al., 2011). Pengukuran
radiosensitivitas dilakukan dengan menggunakan Hasil penelitian Soedjono et al. (1996)
Curve Expert 1.3. Pengamatan dilanjutkan terhadap tentang iradiasi terhadap protokorm Dendrobium
bibit anggrek yang mampu melampaui LD 20. ‘Ekapol Panda’ (hibrida) menyatakan bahwa
pertumbuhan protokorm yang diiradiasi cenderung
Subkultur kedua (M1V2) menggunakan
lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan
media modifikasi VW dengan penambahan pisang
tanpa perlakuan, meskipun tidak ada beda nyata.
20 g L-1(T1V). Tiap satuan unit pengamatan (botol)
Dosis iradiasi sinar gamma 40 Gy memberikan hasil
terdiri atas lima protokorm. Masing-masing
pertumbuhan tunas yang terbaik pada Dendrobium
perlakuan terdiri atas enam ulangan. Pengamatan
tersebut. Sementara pertumbuhan protokorm
kultur dilakukan pada lima bulan setelah perlakuan
sekunder terbaik pada dosis iradiasi 80 Gy. Dengan
(BSP), dengan parameter yang diamati adalah
demikian dapat disimpulkan bahwa masing-masing
jumlah tunas dan daun. Kemudian dilakukan
spesies anggrek memiliki radiosensitivitas atau nilai
pengamatan kultur lagi pada tujuh BSP, dengan
sensitivitas yang berbeda-beda terhadap iradiasi,
parameter yang diamati adalah jumlah tunas, daun,
meskipun masih dalam satu genus.
dan akar. Analisis sidik ragam antar perlakuan
menggunakan SAS dan jika terjadi beda nyata
dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT).

| 15
E. Handini, Iradiasi Akut dengan Sinar Gamma pada Protokorm Anggrek Dendrobium macrophyllum A. Richard…

Gambar 1. Penentuan LD 20 dan LD 50 pada protokorm anggrek Dendrobium macrophyllum (A) dan D. undulatum (B) dengan
menggunakan analisis Curve Expert. Hasil iradiasi sinar Gamma dengan dosis iradiasi 0-25 Gy

Efek iradiasi sinar gamma pada tahap regenerasi mendapat perlakuan iradiasi dengan dosis iradiasi
Pada tahap regenerasi ini terlihat 0−25 Gy pada umur lima BSP dalam siklus vegetatif
pertumbuhan D. macrophyllum makin terhambat yang kedua (Gambar 2).
jika dibandingkan dengan D. undulatum setelah

Gambar 2. Keragaan Dendrobium macrophyllum dan D. undulatum hasil iradiasi sinar gamma dengan dosis
iradiasi 0−25 Gy pada umur lima BSP dalam siklus vegetatif yang kedua (M1V2) setelah iradiasi.

16 |
Buletin Kebun Raya Vol.22 No. 1, Januari 2019 [13–20]

Efek iradiasi pada tahap regenerasi akibat iradiasi sehingga sel tidak berkembang atau
protokorm D. macrophyllum di media modifikasi bahkan mengakibatkan kematian sel. Jumlah tunas
VW dengan penambahan pisang 20 g L-1 (T1V) yang tumbuh dari eksplan dengan perlakuan dosis
selama lima BSP terlihat adanya reduksi jumlah iradiasi 10 Gy adalah 4,33 tunas, belum
tunas dan daun (Tabel 1). Penurunan jumlah tunas menunjukkan adanya beda nyata dengan kontrol
maupun daun ini menunjukkan adanya kerusakan saat lima BSP.

Tabel 1. Pengaruh dosis iradiasi sinar gamma terhadap jumlah tunas dan daun Dendrobium macrophyllum
setelah regenerasi di media modifikasi VW dengan penambahan pisang 20 g L-1 (T1V) selama lima BSP

Dosis (Gy) Jumlah tunas Perbedaan Jumlah daun Perbedaan dengan


per botol dengan kontrol per botol kontrol
0 6,17 0 33,50 0
10 4,33 -1,84tn 15,67 -17,83*
20 1,67 -4,50* 2,50 -31,00*
25 1,50 -4,67* 3,83 -29,67*
Keterangan: * = berbeda nyata dibandingkan kontrol pada taraf 5 % berdasarkan uji BNT;
tn = tidak berbeda nyata dibandingkan kontrol berdasarkan uji BNT

Pengaruh dosis iradiasi terhadap jumlah Pemberian iradiasi sinar gamma berkorelasi
tunas, daun, dan akar D. macrophyllum setelah negatif terhadap jumlah akar D. macrophyllum.
regenerasi di media modifikasi VW dengan Pengaruh penghambatan terhadap pertumbuhan
penambahan pisang 20 gL-1 (T1V) terjadi akar semakin kuat dengan semakin besarnya
penghambatan setelah 7 BSP. Penghambatan perlakuan dosis sinar gamma (r2 = 96%).
pertumbuhan tunas akibat iradiasi mulai terlihat Penghambatan akar dimulai pada dosis terkecil
sehingga ada beda nyata dengan kontrol (Tabel 2). yang diberikan yaitu 10 Gy (Gambar 3). Semakin
Penurunan jumlah tunas dan daun menyebabkan tinggi dosis iradiasi yang diberikan maka
pertumbuhan akar juga menurun. Hal ini kemampuan untuk membentuk organ tanaman
kemungkinan disebabkan karena adanya kompetisi juga semakin menurun (Tabel 1 dan 2).
antar sel-sel mutan dan sel-sel normal dalam
jaringan somatik, yang disebut diplontic selection
(van Harten, 1998).

Tabel 2. Pengaruh dosis iradiasi sinar gamma terhadap jumlah tunas, daun, dan akar Dendrobium macrophyllum
setelah regenerasi di media modifikasi VW dengan penambahan pisang 20 g L-1 (T1V) selama tujuh BSP

Dosis Jumlah Perbedaan Jumlah Perbedaan Jumlah akar Perbedaan


(Gy) tunas dengan daun dengan per botol dengan
per botol control per botol kontrol kontrol
0 7,33 0 40,67 0 16,00 0
10 4,67 -2,66* 21,83 -18,84* 10,83 -5,17*
20 2,00 -5,33* 5,33 -35,34* 1,67 -14,33*
25 1,33 -6,00* 3,00 -37,67* 1,17 -14,83*
Keterangan: * = berbeda nyata dibandingkan kontrol pada taraf 5 % berdasarkan uji BNT;
tn = tidak berbeda nyata dibandingkan kontrol berdasarkan uji BNT

| 17
E. Handini, Iradiasi Akut dengan Sinar Gamma pada Protokorm Anggrek Dendrobium macrophyllum A. Richard…

Gambar 3. Hubungan antara dosis iradiasi sinar gamma dengan jumlah akar Dendrobium macrophyllum pada tahap
regenerasi pada tujuh BSP

Hasil yang sama juga dijumpai pada anggrek DAFTAR PUSTAKA


D. lasianthera, dimana terjadi kerusakan sel yang
semakin besar dengan semakin tinggi dosis iradiasi Abomohra, A.E.F., W. El-Shouny, M. Sharaf & M.
yang diberikan kepada protokorm, sehingga Abo-Eleneen. 2016. Effect of gamma
protokorm tidak mampu melakukan pemulihan dan radiation on growth and metabolic activities
akhirnya mati (Cahyo & Dinarti, 2015). Planlet yang of Arthrospira platensis. Brazilian Archives of
mampu tumbuh pada perlakuan iradiasi gamma ini Biology and Technology 59:1−12.
dapat disebut sebagai mutan putatif (M1).
Cahyo, F.A. & D. Dinarti. 2015. Pengaruh iradiasi
sinar gamma terhadap pertumbuhan
KESIMPULAN
protocorm like bodies anggrek Dendrobium
lasianthera (JJ. Smith) secara in vitro. Jurnal
Pemberian perlakuan iradiasi akut untuk
Hortikultura Indonesia 6(3):177−186.
meningkatkan keragaman genetik pada D.
undulatum belum tercapai, karena sampai dosis 25 Indrayanti, R., A.M. Nurhajati, S. Asep & Sudarsono.
Gy belum melampaui LD 20 sehingga harus 2011. Radiosensivitas pisang cv. ampyang
dilakukan penelitian ulang dengan dosis iradiasi dan potensi penggunaan iradiasi gamma
yang lebih tinggi. Pada D. macrophyllum sudah untuk induksi varian. Jurnal Agronomi
terjadi penurunan persentase hidup protokorm Indonesia 39(2):112−118.
hingga 20% yaitu pada dosis 13,98 Gy (LD 20) dan Lokho, A. 2013. Diversity of Dendrobium Sw. its
mulai terhambat pertumbuhannya pada 10 Gy. Efek distributional patterns and present status in
iradiasi akut terlihat pada dosis iradiasi 10 Gy pada the Northeast India. International Journal of
D. macrophyllum tujuh BSP dengan adanya Scientific and Research Publications 3 (5): 9p.
penghambatan pertumbuhan yaitu penurunan
Otero, J.T., A. T. Mosquera, & N. S. Flanagan. 2013.
jumlah tunas 2,66, penurunan jumlah daun 18,84,
Tropical orchid mycorrhizae: potential
dan penurunan jumlah akar 5,17 dibandingkan
application in orchid conservation,
dengan kontrol. Keragaman telah terbentuk pada D.
commercialization, and beyond.
macrophyllum namun masih dibutuhkan waktu
Lankesteriana 13(1−2):57−63.
yang lebih lama untuk seleksi bibit yang unggul.
Roongtanakiat, N., P. Jompuk, T.
Rattanawongwiboon & R. Puingam. 2012.
Radiosensitivity of vetiver to acute and
chronic gamma irradiation. Kasetsart Journal
(National Science), 46: 383−393.

18 |
Buletin Kebun Raya Vol.22 No. 1, Januari 2019 [13–20]

Sagaya, Sr. M.B. & K.M. Divakar. 2015. In vitro seed sinar gamma. Aplikasi Isotop dan Radiasi
germination studies and flowering in 1993: 83−87.
micropropagated plantlets of Dendrobium Suwarno, A., N.A. Habibah & L. Herlina. 2013.
ovatum Lindl. IOSR Journal of Biotechnology Respon pertumbuhan planlet anggrek
and Biochemistry (IOSR-JBB) 1(3):04−09. Phalaenopsis amabilis L. var. Jawa
Candiorchid akibat radiasi sinar gamma.
Sari, L., A. Purwito, D. Soepandie, R.
Unnes Juornal of Life Science 2(2): 78−84.
Purnamaningsih & E. Soedarmonowati.
van Harten, A.M. 1998. Mutation Breeding: Theory
2015.Pengaruh iradiasi sinar gamma pada
and Practical Application. Cambridge
pertumbuhan kalus dan tunas tanaman
University Press., Cambridge.
gandum (Triticum aestivum L.). Ilmu
Pertanian 18(1): 44−50. Widiastoety, D., N. Solvia & M. Soedarjo. 2010.
Schum A. 2003. Mutation breeding in ornamental: Potensi anggrek Dendrobium dalam
an efficient breeding method. Proceeding meningkatkan variasi dan kualitas anggrek
21st IS on Classical/Molecular Breeding. Ed: bunga potong. Jurnal Litbang Pertanian
G. Forkmann et al. Acta hortuculturae 612, 29(3): 101−106.
ISHS 2003: 47−60.
Yeung, E.C. 2017. A perspective on orchid seed and
Soedjono, S., N. Solvia & Suskandari. 1996.
protocorm development. Botanical Studies
Tanggapan pertumbuhan protokorm
58(33): 14 p. DOI 10.1186/s40529-017-0188-
anggrek Dendrobium terhadap dosis iradiasi
4.

| 19
E. Handini, Iradiasi Akut dengan Sinar Gamma pada Protokorm Anggrek Dendrobium macrophyllum A. Richard…

20 |

You might also like